TUGAS AKHIR
oleh:
IRMA RAMADANI SIMBOLON
060424009
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat serta salam kepada pemilik
pribadi mulia Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, yang
membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul “Analisa Daya Dukung Pondasi
Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan RSIA STELLA MARISS” ini disusun
dan saran dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin
1. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT, selaku dosen pembimbing utama yang telah
2. Bapak Dr. Ing. Johannes Tarigan, sebagai Ketua Jurusan Teknik Sipil
Ekstension;
Teknik Sipil yang telah mendidik dan membina penulis sejak awal hingga
akhir perkuliahan;
5. Pimpinan dan seluruh Staff PT. NUSA PRIMA, sebagai Pelaksana proyek
memberikan dukungan baik moral, material, maupun do’a yang tak henti-
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Begitu juga kepada keluarga yang telah
untuk itu penulis dengan tulus dan terbuka menerima kritikan dan saran yang
Akhir kata, sekali lagi penulis sampaikan terimakasih kepada pihak yang
telah banyak membantu dan semoga atas bimbingan serta bantuan moral dan
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan ....................................................................... 66
4.2 Pengumpulan Data dari Lapangan ....................................... 66
4.2.1 Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Tiang
dari hasil uji sondir ..................................................... 66
4.2.2 Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang
dari Hasil SPT ............................................................ 70
4.2.3 Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang
pada saat pemancangan berdasarkan
bacaan manometer ..................................................... 73
4.2.4 Efisiensi kelompok tiang (mini pile) .......................... 75
4.2.4.1 Metode Converse – Labarre
Formula (AASHO) ........................................ 75
4.2.4.2 Metode Los Angeles Group ............................ 76
4.2.4.3 Metode Sayed Bakeer (1992) .......................... 76
4.2.4.4 Metode Seiler - Kenny .................................... 77
4.2.5 Kontrol tekuk tiang .................................................... 78
4.3 Diskusi ............................................................................... 80
4.3.1 Kelebihan dan kelemahan
Metode – metode Pengujian ............................................... 80
4.3.2 Hasil Perhitungan Daya Dukung Tiang ............................... 82
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................... 84
5.2 Saran .................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA................................................................. 87
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar
Halaman
Tabel Judul
Halaman
dalam
4.4. Perhitungan Tahanan Ujung Tiang Berdasarkan Data SPT BM.1 ..........72
berdasarkan
i = kedalaman (m)
a = Konstanta
b = Konstanta
eh = Effisiensi baru
dilapangan
PENDAHULUAN
sipil. Semua konstruksi yang merupakan bagian bangunan atas tanah (super
structure) yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus didukung oleh suatu
berfungsi untuk meneruskan beban – beban yang bekerja pada bagian bangunan
Pondasi terdiri dari beberapa bentuk, tetapi secara umum pondasi terdiri
dari 2 (dua) jenis yaitu, pondasi dalam dan pondasi dangkal. Pemilihan jenis
pondasi tergantung kepada jenis konstruksi yang akan dibangun dan juga pada
jenis tanah. Untuk konstruksi beban ringan dengan kondisi tanah cukup baik,
biasanya digunakan pondasi dangkal, dan untuk konstruksi beban berat biasanya
digunakan pondasi dalam. Untuk memilih pondasi yang memadai, perlu juga
diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan
kerjanya.
dangkal. Untuk itu, penulis mencoba mengkonsentrasikan Tugas Akhir ini pada
perencanaan pondasi dalam yaitu tiang pancang. Tiang pancang adalah bagian -
bagian konstruksi yang dibuat dari kayu, beton dan baja dan digunakan untuk
daya dukung lebih tinggi yang relatif cukup dalam dibanding pondasi dangkal.
Daya dukung tiang pancang diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing
capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser atau
selimut (friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau
Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan dari segi bahan yang
terdiri dari tiang pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang kayu
dan tiang pancang baja. Dari segi bentang penampang terdiri dari tiang pancang
bujur sangkar, segitiga, segi enam, bulat padat, pipa, huruf H, huruf I dan bentuk
spesifik. Dari segi teknik pemancangan dapat dilakukan dengan palu jatuh (drop
akurat, maka harus diketahui sifat dan karakteristik tanah. Untuk itu perlu
hambatan lekat tanah yang merupakan indikasi dari kekuatan tanah pada
kedalaman tertentu serta dapat digunakan untuk menghitung daya dukung lapisan
lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna tanah melalui pengamatan secara visual
dan untuk pengambilan contoh tanah terganggu dan tidak terganggu untuk
pemancangan tiang dan pemilihan peralatan. Sebagai contoh, pada saat alat
pancang mengangkat tiang pancang, sering terjadi patah dan retak di tengah akibat
kurang baiknya tulangan yang ada pada tiang pancang. Dalam penulisan Tugas
persamaan. Hal ini sangat penting dilakukan karena setelah dilakukan pengujian
hasil yang diperoleh belum memberikan suatu nilai khusus yang tetap khususnya
1.2.1 Tujuan
pemancangan.
1.2.2 Manfaat
1. Pihak – pihak atau mahasiswa yang akan membahas hal yang sama;
dibahas, maka didalam laporan ini sangatlah perlu kiranya diadakan suatu
tidak menyimpang dari tujuan semula. Walaupun demikian, hal ini tidaklah berarti
akan memperkecil arti dari pokok-pokok masalah yang dibahas disini, melainkan
tanah dengan data alat pancang (Hydraulic Jack) pada saat pemancangan.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Sakit Ibu dan Anak Stella Mariss untuk memperoleh data - data teknis seperti
data sondir, data Standard Penetration Test (SPT), data mini pile, gambar dan
TINJAUAN PUSTAKA
lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan
sendiri, beban – beban yang bekerja, gaya – gaya luar seperti tekanan angina,
gempa bumi dan lain – lain. Di samping itu, tidak boleh terjadi penurunan
2. Mengatasi penurunan yang berlebihan dan penurunan tidak sama pada struktur;
dari letak tanah kerasnya dan perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi.
Pondasi dangkal kedalamannya kurang atau sama dengan lebar pondasi (D ≤ B)
dan dapat digunakan jika lapisan tanah kerasnya terlekat dekat dengan permukaan
tanah. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwasanya pondasi dibedakan atas dua bagian
yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal dapat dibedakan atas
beberapa jenis, yaitu pondasi telapak, pondasi cakar ayam, pondasi sarang laba –
laba, pondasi gasing, pondasi grid dan pondasi hypaar (pondasi berbentuk
pondasi tiang dan pondasi kaison. Pada laporan Tugas Akhir ini, Penulis
lapisan tanah yang sebenarnya pada suatu tempat dan juga hasil pengujian
laboratorium dari sampel tanah yang diambil dari berbagai kedalaman lapisan
tanah dan mungkin kalau ada perlu juga diketahui hasil pengamatan lapangan
dilakukan untuk mengetahui sifat - sifat dan karakteristik tanah untuk keperluan
1. Untuk menentukan kondisi alamiah dan lapisan - lapisan tanah di lokasi yang
ditinjau;
2. Untuk mendapatkan sampel tanah asli (undisturbed) dan tidak asli
4. Untuk melakukan uji lapangan (in - situ field test) seperti uji rembesan, uji
5. Untuk mengamati kondisi pengaliran air tanah kedalam dari lokasi tanah
tersebut;
1. Memisahkan informasi yang telah ada dari bangunan yang akan didirikan
2. Mengumpulkan informasi yang telah ada untuk kondisi tanah dasar setempat
penelitian yang cermat terhadap informasi yang telah ada tentang kondisi tanah
gambaran yang lebih dalam tentang jenis - jenis dan masalah - masalah tanah
yang mungkin akan dijumpai pada saat pengeboran tanah yang sebenarnya.
3. Peninjauan lapangan ke tempat lokasi proyek yang direncanakan
lokasi dan daerah sekitarnya, karena dalam banyak kasus informasi yang
diperoleh dari peninjauan lapangan seperti itu akan sangat berguna pada
perencanaan selanjutnya.
Pada tahap ini termasuk pelaksanaan beberapa uji pengeboran di lokasi dan
pengumpulan sampel tanah asli dan tidak asli dari berbagai kedalaman untuk
Salah satu yang paling sederhana adalah dengan menggunakan auger. Ada juga
pengeboran dengan sistem putar (rotary drilling). Kemudian ada juga pengeboran
drilling). Untuk pengambilan sampel tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu dengan menggunakan alat split spoon standard, dengan tabung berdinding
sondir yang ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 600 dan dengan luasan
ujung 1, 54 in2 (10 cm2). Alat ini digunakan dengan cara ditekan ke dalam tanah
Dilihat dari kapasitasnya, alat sondir dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu sondir ringan (2 ton) dan sondir berat (10 ton). Sondir ringan digunakan
untuk mengukur tekanan konus sampai 150 kg/cm2, atau kedalam maksimal 30 m,
dipakai untuk penyelidikan tanah yang terdiri dari lapisan lempung, lanau dan
pasir halus. Sondir berat dapat mengukur tekanan konus 500 kg/cm2 atau
Keuntungan utama dari penggunaan alat ini adalah tidak perlu diadakan
pemboran tanah untuk penyelidikan. Tetapi tidak seperti pada pengujian SPT,
dengan alat sondir sampel tanah tidak dapat diperoleh untuk penyelidikan
langsung ataupun untuk uji laboratorium. Tujuan dari pengujian sondir ini adalah
untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang
tersebut. Jadi pembacaan harga perlawanan ujung konus dan harga hambatan
geser dari tanah dapat dibaca secara terpisah. Ada 2 tipe ujung konus pada sondir
1. Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya
digunakan pada tanah yang berbutir kasar, dimana besar perlawanan lekatnya
kecil;
2. Bikonus, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan lekatnya
dalam bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara kedalaman setiap lapisan
tanah dengan besarnya nilai sondir yaitu perlawanan penetrasi konus atau
perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan
luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus
Dari hasil sondir diperoleh nilai jumlah perlawanan (JP) dan nilai
perlawanan konus (PK), sehingga hambatan lekat (HL) dapat dihitung sebagai
berikut :
HL = (JP − PK ) ×
A
..................................................................................(2. 1)
B
i
JHL = ∑ HL ............................................................................................(2. 2)
n −0
dimana :
tanah terhadap kedalaman. Hasil akhir dari pengujian sondir ini dibuat dengan
menggambarkan variasi tahanan ujung (qc) dengan gesekan selimut (fs) terhadap
tiang, maka diperlukan harga kumulatif gesekan (jumlah hambatan lekat), yaitu
kedalaman yang ditinjau dapat diperoleh gesekan total yang dapat digunakan
jumlah hambatan lekat (JHL). Bila hasil sondir digunakan untuk klasifikasi tanah,
maka cara pelaporan hasil sondir yang diperlukan adalah menggambarkan tahanan
ujung (qc), gesekan selimut (fs) dan ratio gesekan (FR) terhadap kedalaman tanah.
daya dukung tanah secara langsung di lokasi. Metode SPT merupakan percobaan
dinamis yang dilakukan dalam suatu lubang bor dengan memasukkan tabung
massa pendorong (palu) seberat 63, 5 kg yang jatuh bebas dari ketinggian 760
mm. Banyaknya pukulan palu tersebut untuk memasukkan tabung sampel sedalam
Tujuan dari percobaan Standard Penetration test (SPT) ini adalah untuk
menentukan kepadatan relatif lapisan tanah dari pengambilan contoh tanah dengan
tabung sehinggan diketahui jenis tanah dan ketebalan tiap-tiap lapisan kedalaman
tanah dan untuk memperoleh data yang kualitatif pada perlawanan penetrasi tanah
serta menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi yang biasa sulit
1. Siapkan peralatan SPT yang dipergunakan seperti : mesin bor, batang bor, split
penumbuk;
kotoran hasil pengeboran dari tabung segera dipasangkan pada bagian dasar
lubang bor;
4. Berikan tanda pada batang peluncur setiap 15 cm, dengan total 45 cm;
5. Dengan pertolongan mesin bor, tumbuklah batang bor ini dengan pukulan palu
Contoh : N1 = 10 pukulan/15 cm
N2 = 5 pukulan/15 cm
N3 = 8 pukulan/15 cm
pertama merupakan sisa kotoran pengeboran yang tertinggal pada dasar lubang
6. Hasil pengambilan contoh tanah dari tabung tersebut dibawa ke permukaan dan
Uji SPT ini dapat dilakukan untuk hampir semua jenis tanah.
parameter tanah telah didapatkan. Harga N dari pasir yang diperoleh dari
pengujian Standard Penetration test (SPT) dan hubungan antara kepadatan relatif
dengan sudut geser dalam dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2. 1. Hubungan Dγ, φ dan N dari Pasir (Peck, Meyerhof)
gaya vertikal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat
menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang
bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang diterimanya atau apabila
tanah pendukung yang mempunyai daya dukung yang cukup letaknya sangat
dalam. Pondasi tiang ini berfungsi untuk menyalurkan beban – beban yang
tiang – tiang baja/beton pracetak atau dengan membuat tiang – tiang beton
bertulang yang langsung dicor di tempat (cast in place), yang sebelumnya telah
tanah, tetapi apabila diperlukan dapat dibuat miring agar dapat menahan gaya –
gaya horizontal. Sudut kemiringan yang dicapai tergantung dari alat yang
berbagai jenis keadaan tergantung pada banyak variabel. Faktor - faktor yang
perlu dipertimbangkan di dalam pemilihan tiang pancang antara lain type dari
tanah dasar yang meliputi jenis tanah dasar dan ciri - ciri topografinya, alasan
teknis pada waktu pelaksanaan pemancangan dan jenis bangunan yang akan
dan berdasarkan cara penyaluran beban yang diterima tiang ke dalam tanah.
yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja dan tiang
pancang komposit.
tiang pancang sebagai pondasi. Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon dan
biasanya diberi bahan pengawet. Pada pemakaian tiang pancang kayu tidak
diizinkan untuk menahan beban lebih tinggi dari 25 sampai 30 ton untuk setiap
tiang. Tiang kayu akan tahan lama apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan
selalu terendam penuh di bawah muka air tanah dan akan lebih cepat busuk jika
dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti - ganti. Tiang pancang kayu
tidak tahan terhadap benda - benda agresif dan jamur yang bisa menyebabkan
pembusukan.
3) Muda untuk pemotongannya apabila tiang kayu sudah tidak dapat masuk
4) Tiang pancang kayu lebih sesuai untuk friction pile dari pada end bearing
1) Karena tiang pancang kayu harus selalu terletak di bawah muka air tanah
yang terendah agar dapat tahan lama, maka jika letak air tanah terendah
tersebut sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian;
tiang pancang baja atau beton, terutama pada daerah yang tinggi air
3) Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu ujung tiang pancang
Tiang pancang beton terbuat dari bahan beton bertulang yang terdiri dari
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah
cukup kuat atau keras lalu diangkat dan dipancangkan. Tiang pancang beton ini
dapat memikul beban lebih besar dari 50 ton untuk setiap tiang, tetapi tergantung
2) Dapat diperhitungkan baik sebagai end bearing pile ataupun friction pile;
3) Tahan lama dan tahan terhadap pengaruh air ataupun bahan – bahan korosif
4) Karena tidak berpengaruh oleh muka air tanah maka tidak memerlukan galian
1) Karena berat sendirinya besar maka biaya pengangkutannya akan mahal, oleh
2) Tiang pancang beton ini baru dipancang apabila sudah cukup keras hal ini
berarti memerlukan waktu yang lama untuk menuggu sampai tiang pancang
4) Bila panjang tiang kurang dan karena panjang tiang tergantung pada alat
pancang (pile driving) yang tersedia, maka akan sukar untuk melakukan
5) Apabila dipancang di sungai atau di laut tiang akan bekerja sebagai kolom
terhadap beban vertikal dan dalam hal ini akan ada tekuk sedangkan terhadap
prategang yang menggunakan baja dan kabel kawat sebagai gaya prategangnya.
1) Sukar ditangani;
2) Biaya pembuatannya mahal;
c. Cast in place
Tiang pancang cast in place ini adalah pondasi yang dicetak di tempat
pekerjaan dengan terlebih dahulu membuatkan lubang dalam tanah dengan cara
mengebor. Pelaksanaan cast in place ini dapat dilakukan dengan dua cara :
1) Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan
2) Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah kemudian diisi dengan
2) Tiang tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko kerusakan dalam
pengangkutan;
3) Beton dari tiang yang dikerjakan secara cast in place tidak dapat dikontrol.
Tiang franki adalah termasuk salah satu jenis dari cast in place. Adapun
1) Pipa baja yang pada ujung bawahnya disumbat dengan beton yang dicor di
3) Setelah pipa mencapai kedalaman yang direncanakan, pipa terus diisi dengan
Selain tiang franki ada beberapa jenis tiang pancang cast in place, yaitu
solid – point pipe piles, steel pipe piles, Raymond concrete pile, simplex concrete
pile, based driven cased pile, dropped in shell concrete pile, dropped in shell
concrete pile with compressed base section dan button dropped in shell concrete
pile.
Jenis tiang pancang baja ini biasanya berbentuk profil H. karena terbuat
dari baja maka kekuatan dari tiang ini adalah sangat besar sehingga dalam
transport dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti pada tiang
pancang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang ini sangat bermanfaat jika
dibutuhkan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda - beda terhadap texture
(susunan butir) dari komposisi tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan
Pada tanah dengan susunan butir yang kasar, karat yang terjadi hampir
mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka karena adanya sirkulasi
air dalam tanah. Pada tanah liat (clay) yang kurang mengandung oksigen akan
menghasilkan karat yang mendekati keadaan seperti karat yang terjadi karena
terendam air. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak di bawah
lapisan tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung oksigen, maka lapisan
pasir tersebut akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
b. Tiang pancang H dapat mengalami kerusakan besar saat menembus tanah keras
Yang dimaksud dengan composite pile ini adalah tiang pancang yang
terdiri dari dua bahan yang berbeda yang bekerja bersama - sama sehingga
merupakan satu tiang. Composite pile ini dapat berupa beton dan kayu maupun
beton dan baja. Composite pile ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian bawah muka air
tanah dan bagian atasnya adalah beton. Kelemahan tiang ini adalah tempat
sambungan apabila tiang pancang ini menerima gaya horizontal yang permanen.
tersebut dan harus terletak di bawah muka air tanah yang terendah;
2) Kemudian core di tarik ke atas dan tiang pancang kayu dimasukkan ke dalam
3) Setelah mencapai lapisan tanah keras, pemancangan dihentikan dan core ditarik
keluar dari casing. Kemudian beton dicor ke dalam casing sampai penuh terus
Composite dropped in - shell and wood pile hamper sama dengan water
proofed steel pipe and wood pile hanya saja tipe tiang ini memakai shell yang
terbuat dari logam tipis yang permukaannya diberi alur spiral. Pelaksanaannya
1) Casing dan core dipancang bersamaan samapi mencapai kedalaman yang telah
2) Kemudian core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan
dalam casing terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras. Pada
pemancangan tiang pancang kayu ini harus benar – benar diperhatikan agar
3) Setelah mencapai lapisan tanah keras, core ditarik keluar dari casing;
4) Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan ke dalam
casing. Pada ujung bagian bawah shell dipasang tulangan berbentuk bujur
sangkar;
5) Beton kemudian dicor ke dalam shell. Setelah shell cukup penuh dan padat
casing ditarik keluar sambil shell yang berisi beton tadi ditahan dengan cara
menggunakan precast concrete pile akan terlalu panjang sehingga akan sulit
2) Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga apabila kita menggunakan
tiang pancang kayu akan memerlukan galian yang sangat besar agar tiang
1) Casing baja dan core dipancang ke dalam tanah hingga mencapai kedalaman
3) Setelah sampai pada tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing dan beton
casing;
4) Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak tertentu
sehingga terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti bola di atas tiang
5) Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi sampai
dengan core kembali sedangkan casing ditarik ke atas sampai keluar dari tanah.
1) Lapisan tanah keras terlalu dalam letaknya bila digunakan cast in place
concrete pile;
2) Letak muka air tanah terendah sangat dalam apabila kita menggunakan tiang
2) Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan
keras;
3) Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik ke atas kembali;
hingga bertumpu pada penumpu yang terletak di ujung atas tiang pipa baja.
5) Shell yang terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing ditarik
Prinsip kerjanya hampir sama dengan tiang Franki biasa, hanya saja pada
Franki composite pile ini pada bagian atasnya dipergunakan tiang beton precast
biasa atau tiang profil H dari baja. Cara pelaksanaan tiang ini adalah :
1) Pipa dengan sumbat beton yang dicor lebih dahulu pada ujung pipa baja
dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah keras;
lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer sambil pipa ditarik
3) Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai
4) Rongga di sekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan kerikil
atau pasir.
Tiang ini akan meneruskan beban melalui tahanan ujung tiang ke lapisan tanah
pendukung.
tanah
lunak
tiang
tanah keras
Gambar 2. 13. Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Ujung (End Bearing Pile)
Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid I
Jenis tiang pancang ini akan meneruskan beban ke tanah melalui gesekan
antara tiang dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat halus
tidak menyebabkan tanah di antara tiang - tiang menjadi padat, sedangkan bila
butiran tanah kasar maka tanah di antara tiang akan semakin padat.
tiang
tanah
berbutir
kasar
Gambar 2. 14. Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Gesekan (Friction Pile)
Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid I
3. Tiang pancang dengan tahanan lekatan (Adhesive Pile)
Bila tiang dipancangkan pada dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi
tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan antara
tiang
tanah
berkohesif
tinggi
Gambar 2. 15. Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Lekatan (Adhesive Pile)
Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid 1
tiang – tiangnya terlebih dahulu seperti letak/susunan, diameter dan panjang tiang.
Dalam pengaturan tiang – tiang tersebut perlu diperhatikan beberapa hal berikut :
1. Tiang yang berbeda kualitas bahannya atau tiang yang memiliki diameter
2. Tiang miring dipakai apabila besarnya gaya horizontal yang bekerja pada
3. Jarak yang dianjurkan antara tiang dalam satu kelompok adalah antara 0, 60
sampai 2, 0 meter.
Pada umumnya gaya – gaya luar yang bekerja pada tiang yaitu pada
kepala tiang yang meliputi berat sendiri bangunan di atasnya, beban hidup,
tekanan tanah dan tekanan air. Sedangkan beban yang bekerja pada tubuh tiang
yaitu meliputi berat sendiri tiang, gaya geser negatif pada selimut tiang dan gaya
Tiang
dasar tumpuan (poer), parameter tanah, situasi dan kondisi bangunan di sekitar
lokasi, besar pergeseran yang diijinkan dan tegangan ijin dari bahan – bahan
pondasi;
5. Menghitung beban vertikal yang bekerja pada setiap tiang dalam kelompok
tiang;
6. Memeriksa beban yang bekerja pada setiap tiang apakah masih dalam batasan
daya dukung yang diijinkan. Apabila tidak sesuai, maka perkiraan diameter,
jumlah atau susunan tiang pada prosedur yang kedua harus dihitung kembali
8. Menghitung beban horizontal yang bekerja pada setiap tiang dalam kelompok;
tahap, tahap pertama adalah pengaturan posisi tiang pancang, yang meliputi
membawa tiang pada titik pemancangan, mengatur arah dan kemiringan tiang dan
dikenal dengan setting, yaitu pengukuran penurunan tiang pancang per - pukulan
pancang. Pada dasarnya alat pancang terdiri dari tiga macam, yaitu :
1. Drop hammer
Bagian - bagian yang paling penting pada alat pancang adalah pemukul
Ada beberapa hal yang sering dijumpai pada saat proses pemancangan.
Pada umumnya yang sering terjadi antara lain adalah kerusakan tiang, pergerakan
1. Pemilihan peralatan
pada posisi yang tepat, cepat dan dengan biaya yang rendah, penumbuk dan
dereknya harus dipilih dengan teliti agar sesuai dengan keadaan di sekitarnya,
jenis dan ukuran tiang, tanah pondasi dan perancahnya. Faktor - faktor yang
pemancangan.
sebagian tanah yang digantikan oleh tiang akan bergeser dan mengakibatkan
juga.
3. Kerusakan tiang
ke pondasi. Jika tanah pondasi cukup keras dan tiang tersebut cukup panjang,
tiang tersebut harus dipancangkan dengan penumbuk (hammer) dan tiang harus
Mini pile system adalah suatu metode pemancangan pondasi tiang dengan
ini telah mendapatkan hak paten dari United States, United Kingdom dan New
Zealand.
Sistem ini terdiri dari suatu hydraulic ram yang ditempatkan pararel
dengan tiang yang akan dipancang, dimana untuk menekan tiang tersebut
ditempatkan sebuah mekanisme berupa plat penekan yang berada pada puncak
tiang dan juga ditempatkan sebuah mekanisme pemegang tiang, kemudian tiang
ditekan ke dalam tanah. Dengan sistem ini tiang akan tertekan secara continue ke
dua sisi tiang serta penempatan mal yang segaris dengan plat penekan
diameter piston tersebut adalah 13,00 cm dengan luas 125,023 cm2. Sebagai
pembebanan, ditempatkan balok – balok beton atau plat – plat besi pada dua sisi
tiang.
Keunggulan teknologi Mini pile ini yang ditinjau dari beberapa segi,
1. Bebas getaran
pabrik atau instansi yang sarat akan peralatan instrumentasi yang sedang bekerja,
maka teknologi hydraulic jacking system ini akan menyelesaikan masalah wajib
2. Bebas pengotoran lokasi kerja dan udara serta bebas dari kebisingan
menggunakan drop hammer) serta bebas dari unsur berlumpur (jika menggunakan
bore piles). Karena sistem ini juga tidak bising akibat suara pukulan pancang
(seperti pada drop hammer), maka untuk lokasi yang membutuhkan ketenangan
seperti rumah sakit, sekolah dan bangunan di tengah kota, teknologi ini tidak akan
membuat lingkungan sekitarnya terganggu. hydraulic jacking system ini juga
Seperti kita ketahui bahwa kondisi tanah asli di bawah pondasi yang akan
dibangun umumnya terdiri dari lapisan – lapisan yang berbeda ketebalannya, jenis
tanah maupun daya dukungnya. Sedangkan jumlah titik soil investigation seperti
sondir dan SPT diadakan dalam jumlah yang terbatas. Sehingga pada sistem drop
Sedangkan dengan Mini Pile system, daya dukung setiap tiang dapat
diketahui dan dimonitor langsung dari manometer yang dipasang pada peralatan
pada kepala tiang seperti pada tiang pancang umumnya. Disamping itu, dengan
sistem pemancangan yang simpel dan cepat menyebabkan biaya operasional yang
lebih hemat.
Dengan tinggi alat yang relatif rendah, Mini Pile system ini dapat
digunakan pada basement, ground floor atau lokasi kerja terbatas yang lainnya.
Alat Mini Pile ini komponen – komponennya dapat dipisahkan atau dibongkar
Karena beban penekan yang berupa balok beton plat besi adalah
merupakan perangkat terpadu dari alat Mini pile tersebut dengan berat dua kali
beban maksimum yang dapat dipikul per tiang dan berfungsi juga sebagai beban
uji, maka prosedur, jadwal dan jumlah titik loading test dapat dengan mudah
1. Apabila terdapat batu atau lapisan tanah keras yang tipis pada ujung tiang yang
pemancangan;
2. Sulitnya mobilisasi alat pada daerah lunak ataupun pada daerah berlumpur
3. Karena hydraulic jacking ini mempunyai berat sekitar 70 ton dan saat
permukaan tanah yang tidak sama daya dukungnya, maka hal tersebut akan
1. Spesifikasi bahan
3. Beban kerja
4. Dimensi
7 mm DIA
PRESTRESSED WIRE
10 mm THICK
PLATE
h=197mm
228 mm
2 NOS OF 10 mm
THK. PLATE
WELD TO BE WELDED
FULL LENGHT
Mini Pile
(Sumber : PT. Perintis Mini Pile, “Teknologi Teori Mini Pile System” )
dukung yang diijinkan untuk suatu tiang dapat dihitung berdasarkan data – data
penyelidikan tanah (soil investigation), cara kalender atau dengan tes pembebanan
Uji sondir atau Cone Penetration test (CPT) pada dasarnya adalah untuk
memperoleh tahanan ujung qc dan tahanan selimut tiang c. Untuk tanah non –
kohesif, Vesic (1967) menyarankan tahanan ujung tiang per satuan luas (fb)
kurang lebih sama dengan tahanan konus (qc). Tahanan ujung ultimit tiang
Qb = Ab x qc .................................................................................................(2. 3)
dimana :
dengan qc rata – rata dihitung dari 8d di atas dasar tiang sampai 4d di bawah dasar
tiang. Bila belum ada data hubungan antara tahanan konus dengan tahanan tanah
ujung sebesar 0, 5.
Qb = ω x Ab x qc ...........................................................................................(2. 4)
Untuk tahanan ujung tiang berdasarkan hasil uji sondir ini, Heijnen
(1974), DeRuiter dan Beringen (1979) menyarankan nilai faktor ω seperti pada
Vesic menyarankan bahwa tahanan gesek per satuan luas (fs) pada
dinding tiang beton adalah 2 kali tahanan gesek dinding mata sondir (qf), atau :
fs = 2 x qf (kg/cm) ........................................................................................(2. 5)
Tahanan gesek satuan antara dinding tiang dan tanah, secara empiris dapat pula
diperoleh dari nilai tahanan konus yang diberikan oleh meyerhoff sebagai berikut :
qc
fs = (kg/cm2) ......................................................................................... (2. 6)
200
Qs = As x fs (kg/cm2) ....................................................................................(2. 7)
dimana :
dan adhesi antara tanah dan mata sondir. Dalam hitungan biasanya Nc diambil
Pada penulisan Tugas Akhir ini penulis hanya akan memfokuskan pada
dan Bagemann. Pada metode langsung ini, kapasitas daya dukung ultimit (Qult)
yaitu beban maksimum yang dapat dipikul pondasi tanpa mengalami keruntuhan,
Keterangan :
Qijin yaitu beban maksimum yang dapat dibebankan terhadap pondasi sehingga
persyaratan keamanan terhadap daya dukung dan penurunan dapat terpenuhi. Qijin
Keterangan :
Tult
Q ijin = .................................................................................................. (2. 12)
3
Daya dukung tiang (Ptiang) yaitu kemampuan tiang mendukung beban yang
didasarkan pada kekuatan bahan tiang. Daya dukung tiang ini dirumuskan sebagai
berikut :
dengan memasukkan suatu alat yang dinamakan split spoon ke dalam tanah.
Dengan percobaan ini akan diperoleh kepadatan relatif (relative density), sudut
geser tanah (φ) berdasarkan nilai jumlah pukulan (N). Hubungan kepadatan relatif,
sudut geser tanah dan nilai N dari pasir dapat dilihat pada tabel 2. 1.
SPT yang dilakukan pada tanah tidak kohesif tapi berbutir halus atau
memberikan harga SPT yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang
permeabilitasnya tinggi untuk kepadatan yang sama. Hal ini mungkin terjadi bila
jumlah tumbukan N > 15, maka sebagai koreksi Terzaghi dan Peck (1948)
½ (N – 15).
50
No = N ...................................................................................... (2. 14)
1 + 2σ + 10
kg/cm2.
suatu lapisan dapat diketahui dan dari angka tersebut dapat ditentukan
memperhitungkan daya dukung tanah. Daya dukung tanah tergantung pada kuat
geser tanah. Hipotesis pertama mengenai kuat geser tanah diuraikan oleh
Dimana :
Untuk mendapatkan harga sudut geser tanah dari tanah tidak kohesif
1. Tanah berpasir berbentuk bulat dengan gradasi seragam, atau butiran pasir
dan untuk memperkirakan kondisi lapisan tanah. Hubungan antara angka penetrasi
standard dengan sudut geser tanah dan kepadatan relatif untuk tanah berpasir,
Hubungan antara harga N dengan berat isi yang sebenarnya hampir tidak
mempunyai arti karena hanya mempunyai partikel kasar (tabel 2. 5). Harga berat
Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah,
hal ini berarti bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung
pasir. Tanah dibawah muka air mempunyai berat isi efektif yang kira - kira
Tanah dapat dikatakan mempunyai daya dukung yang baik, dapat dinilai dari
2. Lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan (qu) 3 - 4 kg/cm2 atau harga SPT,
N > 15
Hasil percobaan pada SPT ini hanya merupakan perkiraan kasar, jadi bukan
merupakan nilai yang teliti. Dalam pelaksanaan umumnya hasil sondir lebih dapat
dipercaya dari pada percobaan SPT. Perlu menjadi catatan bagi kita bahwa jumlah
L
Q p = 40 × N − SPT × × A p < 400. N − SPT . Ap .................................. (2. 19)
D
Dimana :
Dimana :
2
c u = N − SPT × × 10 ............................................................................ (2. 22)
3
Dimana :
manometer yang tersedia pada alat pancang. Kapasitas daya dukung tiang dapat
Keterangan :
= 3, 14 x 6, 310
= 125,023 cm2
= 250,000 cm2
= 3, 14 x 8,00
berdiri sendiri (Single Pile), akan tetapi kita sering mendapatkan pondasi tiang
pancang dalam bentuk kelompok (Pile Group) seperti dalam Gambar 2.7.
tiang biasanya di atas tiang tersebut diberi poer (footing). Dalam perhitungan poer
datar.
2. Gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-tiang.
(a)
(a)
(b)
Gambar 2.20 Pola-pola kelompok tiang pancang khusus : (a) Untuk kaki tunggal,
(b) Untuk dinding pondasi
Sumber : Bowles, 1991
Dasar pengaturan jarak antar tiang mini pile pada dasarnya sama dengan
tiang pancang jenis lannya. Berdasarkan pada perhitungan. Daya dukung tanah
S ≥ 2,5 D
S ≥ 3,0 D
Dimana :
D = Diameter Tiang
2. Bila S > 3 D
pancang dan jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan, maka
kita dapat menentukan luas poer yang diperlukan untuk tiap-tiap kolom portal.
Bila ternyata luas poer total yang diperlukan lebih kecil dari pada setengah
luas bangunan, maka kita gunakan pondasi setempat dengan poer di atas
Dan bila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas
bangunan, maka biasanya kita pilih pondasi penuh (raft fondation) di atas tiang-
tiang pancang.
Gambar 2.22 Pengaruh tiang akibat pemancangan
Sumber : Sardjono Hs, 1988
Jika kelompok tiang dipancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak
padat, atau timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan kaku, maka
geser umum, asalkan diberikan faktor aman yang cukup terhadap bahaya
keruntuhan tiang tunggalnya. Akan tetapi, penurunan kelompok tiang masih tetap
untuk jarak tiang-tiang yang dekat. Pada tiang yang dipasang pada jarak yang
besar, tanah diantara tiang-tiang bergerak sama sekali ketika tiang bergerak
kebawah oleh akibat beban yang bekerja (Gambar 2.12a). Tetapi, jika jarak tiang-
tiang terlalu dekat, saat tiang turun oleh akibat beban, tanah diantara tiang-tiang
juga ikut bergerak turun. Pada kondisi ini, kelompok tiang dapat dianggap sebagai
satu tiang besar dengan lebar yang sama dengan lebar kelompok tiang. Saat tanah
yang mendukung beban kelompok tiang ini mengalami keruntuhan, maka model
tiangnya. Mekanisme keruntuhan yang demikian dapat terjadi pada tipe-tipe tiang
(a) (b)
Gambar 2.23 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang : (a) Tiang tunggal,
(b) Kelompok tiang
Sumber : Hardiyatmo, 2002
Umumnya model keruntuhan blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi
bahwa keruntuhan blok terjadi pada jarak 1,5d untuk kelompok tiang yang
berjumlah 3x3, dan lebih kecil dari 2,25d untuk tiang yang berjumlah 9x9.
Qg = Eg . n . Qa ........................................................................... (2.25)
dimana :
Qg = Beban maksimum kelompok tiang yang mengakibatkan
keruntuhan.
mengabaikan panjang tiang, variasi bentuk tiang yang meruncing, variasi sifat
tanah dengan kedalaman dan pengaruh muka air tanah. Berikut adalah Metode –
Disini disyaratkan :
1.57.D.m.n
S≤ ........................................................................... (2.26)
m+n−2
θ (n'−1).m + (m − 1).n'
Eg = 1 – ................................................ (2.27)
90 m.n'
dimana :
D
Eg = 1 – [ m (n’-1) + n (m-1) + 2 (m-1) (n’-1)].................. (2.28)
s.m.n'
dimana :
Qs
ρ = ................................................................................... (2.31)
Qa
dimana :
ρ = Faktor friksi
Formula ini menunjukan hubungan antara group efisensi (Eg) dengan parameter
ηs’ (efisiensi geometris), ρ (faktor friksi), K (faktor tanah), seperti yang terlihat
Tabel 2.6. Nilai – nilai Parameter untuk Efisiensi sesuai tipe tanah
2 2-4
Medium - Dense Sand 0.2 – 0.3 4 1-3
6 1
2 1.1 - 1.7
Soft Clay 0.8 – 0.9 4 0.7 - 0.9
6 0.5 - 0.6
2 1.5 - 1.7
Medium - Soft Clay 0.6 – 0.7 4 0.75 - 0.8
6 0.5
Sumber : “Journal of Geotechnical Engineering”, ASCE 1992
m + n'−2
Eg = { 1 – 7(11s2.−s 1) m + n'−1
}+ 7(11s2.−s 1) .............................. (2.32)
dimana :
menahan tekan harus bisa menjamin stabilitas batang tersebut (aman dari bahaya
tekuk), dimana kuat tekan suatu batang/kolom seperti halnya tiang pancang juga
menggunakan rumus :
P −
ω ≤ σ ..................................................................................................... (2. 33)
A
_
σ = Tegangan dasar
lk
λ= ...................................................................................................... (2. 34)
i min
λ = Angka kelangsingan
I = Momen Inersia
L = Panjang batang/tiang.
digunakan;
tanah;
3. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban
yang bekerja;
4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau
pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter
kecil sampai sedang (600 mm), penurunan akibat beban kerja (working load) yang
terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2, 5.
Reese dan O’Neill (1989) menyarankan pemilihan faktor aman (F) untuk
sebagai berikut :
7. Kemungkinan beban desain aktual yang terjadi selama beban layanan struktur.
(Qu) dibagi dengan faktor aman (F) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman
yang telah banyak digunakan untuk perancangan pondasi tiang, tergantung pada
1. Tiang pancang
Qu
Qa = ................................................................................................ (2. 37)
2, 5
tahanan gesek dinding dan tahanan ujung. Kapasitas izin dinyatakan dalam
Qb Qs
Qa = + ....................................................................................... (2. 38)
3 1, 5
harganya lebih kecil dari faktor keamanan tahanan ujung yang besarnya 3,
karena nilai puncak tahanan gesek dinding dicapai bila tiang mengalami
penurunan yang lebih besar agar tahanan ujungnya bekerja secara penuh. Jadi
2. Tiang bor
Kapasitas ijin tiang bor, diperoleh dari jumlah tahanan ujung dan tahanan gesek
Qu
Qa = ............................................................................................ (2. 40)
2
Untuk tiang dengan diameter lebih dari 2 m, kapasitas tiang izin perlu
METODOLOGI PENELITIAN
4. Mutu Baja : ST – 37
U
Lokasi Proyek
Rumah Sakit Stella Mariss
Jl. Juanda
tahapan yang dianggap perlu dan secara garis besar diuraikan sebagai berikut :
Tahapan pertama adalah melakukan review dan studi kepustakaan terhadap text
book dan jurnal-jurnal yang terkait dengan pondasi tiang, permasalahan pada
Tahapan ketiga adalah pengumpulan data – data dari pihak kontraktor yaitu PT.
Nusa Prima
Data yang diperoleh adalah :
Lokasi studi adalah jalan Samanhudi - Medan. Data yang diperoleh dari
Denah lokasi titik sondir dan SPT dapat dilihat pada Gambar 3. 3 hal. 66;
4.1 Pendahuluan
dukung yang telah disampaikan pada bab 2. Daya dukung tiang akan dihitung
dengan menggunakan data hasil sondir yaitu tahanan ujung (qc) dan gesekan
selimut tiang (fs) dan juga dengan data Standard Penetration Test (SPT) yaitu
jumlah pukulan palu (N – Value) serta perhitungan daya dukung pada saat
Data - data yang diperoleh dari pembangunan Rumah Sakit Stella Mariss
ini adalah hasil penyelidikan tanah yaitu hasil uji sondir dan Standard Penetration
Test ( SPT ) dan perhitungan daya dukung tiang pada saat pemancangan dengan
4.2.1 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang dari hasil uji sondir
a. Data sondir S. 1
1. Kedalaman ( d ) = 9,00 m
1
= × alas × tinggi
2
Alas = 22, 8 cm
1
Diameter tiang mini pile = × π × D2 = 22, 8 cm x 22, 8 cm
4
22,8 x 22,8 x 4
D2 =
π
22,8 x 22,8 x 4
D =
π
= 25, 7 cm ≈ 26 cm
2
Tinggi = 22,8 2 − 22,8
2
= 19, 7 cm
1
Ap = × 22,8 × 19,7
2
= 3 x 22, 8
= 68, 4 cm
= 13242, 240 kg
qc × Ap JHL × K
Q ijin = +
3 5
48 × 224,580 36 × 68, 4
Q ijin = +
3 5
= 4085. 760 kg
= 4, 086 Ton
Tult = JHL × K
Tult = 36 x 68, 4
= 2462, 4 kg
= 2, 4624 Ton
Tult
Q ijin =
3
2,4624
Q ijin =
3
= 0, 821 Ton
b. Data sondir S. 2
1. Kedalaman ( d ) = 12, 80 m
1. Kedalaman ( d ) = 11.00 m
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang pancang per lapisan dari data SPT
Daya dukung ujung tiang pancang pada tanah non kohesif adalah :
L
Qp = 40.N − SPT . . Ap < 400.N − SPT . Ap
D
= 40 x 16 x 1/0.26 x 0.022458
= 55. 281 kN
Untuk tahanan geser selimut tiang pada tanah non kohesif adalah :
Qs = 2. N-SPT . p . Li
= 2 . 16 . 0.684 . 1
= 21. 888 kN
Daya dukung ujung pondasi tiang pancang pada tanah kohesif adalah :
Qp = 9 . cu . Ap
= 5. 389 kN
Qs = α . cu . p . Li
= 1 . 26,667 . 0. 684 . 1
= 18. 240 kN
Cu = N-SPT . 2/3 . 10
= 4 . 2/3 . 10
N α ( kN ) Bearing
bacaan manometer yang tersedia pada alat pancang. Kapasitas daya dukung tiang
Keterangan :
= 200% x 25
= 50 ton
Q = P x A
= P x 250.000
= 250,00P kg
= 0, 250P ton
Q = P x A
= 402, 176P kg
= 0, 40217P ton
Tabel 4. 7. Perhitungan Daya Dukung Tiang Berdasarkan Bacaan Manometer
Bacaan Manometer Daya Dukung, Mesin Kap. 70 ton
No. 2
( kg/cm ) ( ton )
1. 20 8.04352
2. 30 12.06528
3. 40 16.08704
4. 50 20.1088
5. 60 24.13056
6. 70 28.15232
7. 80 32.17408
8. 90 36.19584
9. 100 40.2176
10. 110 44.23936
11. 120 48.26112
12. 130 52.28288
13. 140 56.30464
14. 150 60.3264
15. 160 64.34816
16. 170 68.36992
17. 180 72.39168
18. 190 76.41344
Pada mesin kapasitas 70 ton, daya dukung 50 ton diperoleh pada bacaan
1.57.D.m.n
Disini diisyaratkan : S ≤
m+n−2
S = 2.64D = 0.60 m
n’ = 3 ; m = 3
1.57.0.228.3.3
S≤ = 0.805
3+3− 2
(3 − 1).3 + (3 − 1).3
= 1 – 0.23118
3.3
= 0, 692
Qg = Eg . n . Qa
Q = Eg . Qa
D
Eg = 1 – [ m (n’-1) + n (m-1) + √2 (m-1) (n’-1)]
s.m.n'
22.8
Eg = 1 – [ 3 (3-1) + 3 (3-1) + √ 2 (3-1) (3-1)]
60.3.3
Eg = 0, 764
Qg = Eg . n . Qa
Q = Eg . Qa
Qs
ρ =
Qa
47,880
ρ = = 2. 214
21,629
Untuk nilai ρ = 2.214 termasuk dalam tipe tanah Soft Clay (lihat tabel 2.6)
Berdasarkan data, nilai s/d = 2.5, maka nilai K didapat dari hasil
interpolasi :
4x=4–6
X = 1 – 1.5
= 2 x 0, 443
= 0, 886
Eg = 1 – [ 1 - ηs’. K) . ρ
Eg = 1, 225
Didapat :
Qg = Eg. m . n’ . Qa
Q = Eg . Qa
m + n'−2
Eg = {1 – 7(11s2.−s 1) m + n'−1
}+ m0+,3n
Eg = {1 – 0, 026198 . 0, 8} + 0, 05
Eg = 1, 029
Dari persamaan (2.26), Kapasitas kelompok ijin tiang (Qg) :
Qg = Eg . n . Qa
Q = Eg . Qa
P −
ω ≤σ
A
P = 25000 kg
A = 224.580 cm2
L = 600 cm
σ = 2400 kg/cm 2
Asumsi panjang tekuk :
lk = K x L
= 2 x 600
= 1200 cm
K=2
1
I= bh 3
36
1
2/3 h
= × 22,8 × (19,7) 3
36
cm
,5
= 4842, 070 cm 4
h = 19, 5 cm
22
b=
X X
h/3
b = 22, 5 cm
I
i min =
A
4842.070 cm 4
=
224.580 cm 2
= 21,561 cm
lk
λ=
i min
1200 cm
=
21, 561 cm
= 55, 656
P −
ω ≤σ
A
25000 kg
1, 291 × 2
≤ 2400 kg cm 2
224.580 cm
25000 kg
1, 291 × 2
= 143.713 kg cm 2
224.580 cm
Tegangan tekuk (σtk) yang terjadi = 143, 713 kg/cm2 adalah lebih kecil dari
σ = 2400 kg/cm
2
tegangan dasar bahan yaitu . Hal ini berarti pondasi yang
4.3 Diskusi
c. Sangat baik untuk pengujian pada tanah lunak yang sulit pengambilan
sampelnya;
keraguan dari pengujian yang satu dapat diatasi dengan pengujian yang
lain;
b. Bebas pengotoran lokasi kerja dan udara serta bebas dari kebisingan;
d. Harga ekonomis;
a. Apabila terdapat batu atau lapisan tanah keras yang tipis pada ujung tiang
yang ditekan, maka hal tersebut akan mengakibatkan kesalahan pada saat
pemancangan;
c. Karena alat tersebut mempunyai berat sekitar 70 ton dan saat permukaan
tanah yang tidak sama daya dukungnya, maka hal tersebut akan dapat
berdasarkan data sondir, SPT dan bacaan manometer pada saat pemancangan.
Perbedaan daya dukung tersebut bisa disebabkan karena jenis dan kedalaman
tanah yang berbeda bahkan pada jarak terdekat sekalipun dan juga karena
pelaksanaan pengujian yang bergantung pada ketelitian operator yang
melaksanakannya.
Pada proyek Rumah Sakit Stella Mariss ini, panjang mini pile yang
digunakan 6.0 m. Pada pemasangannya dilapangan, mini pile yang panjangnya 6,0
m ini akan disambung sesuai dengan kedalaman sondir. Hasil perhitungan daya
194 ton;
C. Daya Dukung Tiang pada saat pemancangan berdasarkan data (Daily Piling
1. Pada pemancangan Pile Cap 1 (C3) dengan 9 titik, diperoleh Qult rata2 =
43.889 ton;
1. Mesin kapasitas 50 ton dengan luas piston = 250, 00 cm2, Q = 50 ton pada
bacaan manometer = 200 kg/cm2
2. Mesin kapasitas 70 ton dengan luas piston = 420, 176 cm2, Q = 50 ton pada
5.1 Kesimpulan
berdasarkan data sondir, SPT dan bacaan manometer pada saat pemancangan , dan
3. Daya Dukung Tiang (mini pile) pada saat pemancangan berdasarkan data
efisiensi dengan Daya dukung kapasitas ijin kelompok / group pada saat
pemancangan berdasarkan data (Daily Piling Record) pada Pile Cap 1 (C3)
Faktor Efisiensi
Data
Metode Metode Los Metode
Titik Metode Seiler Daily
Converse - Angeles Sayed
PC - Keeny Piling
Labarre Group Bakeer
(ton) Record
(ton) (ton) (ton)
(ton)
C. 3 139, 214 207, 011 153, 699 246, 442 158, 000
5. Dari data sondir, SPT dan bacaan manometer, yang sebaiknya digunakan
adalah data manometer karena akan menghasilkan data daya dukung yang lebih
akurat.
1. Jenis dan sifat tanah yang berbeda pada jarak yang terdekat sekalipun pada
5.2 Saran
peralatan ataupun pembacaan hasil yang tertera pada sebagian alat uji
SPT untuk perencanaan daya dukung pondasi tiang masih kurang akurat,
sehingga masih perlu digunakan alat uji yang lain seperti : Uji
Hary Christady Hardiyatmo. 2002, Teknik Pondasi II, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Joseph E. Bowles, 1983, Analisa Dan Desain Pondasi Jilid I Edisi Ketiga,
Erlangga, Jakarta.
Joseph E. Bowles, 1984, Sifat – Sifat Fisis Dan Geoteknis Tanah, Erlangga,
Jakarta.
Sardjono HS. Ir, 1988, Pondasi Tiang Pancang Jilid I, Sinar Jaya Wijaya,
Surabaya.
Suyono Sosrodarsono, Ir. Kazuto Nakazawa, 1988, Mekanika Tanah & Teknik
Teknotama.
Titik Harsianti, Endah Tri Priyatni, Ary Nugraha, 2008, Bahasa dan Sastra
Zainal N. ING. HTL dan Ir. Sri Respati N, 1995. Pondasi, Pusat