TUGAS AKHIR
oleh:
IRMA RAMADANI SIMBOLON
060424009
KATA PENGANTAR
5. Pimpinan dan seluruh Staff PT. NUSA PRIMA, sebagai Pelaksana proyek
yang telah memberi bimbingan kepada penulis;
6. Terimakasih yang teristimewa, penulis ucapkan kepada kedua orangtua
tercinta, yang telah mengasuh, mendidik, dan membesarkan serta selalu
memberikan dukungan baik moral, material, maupun doa yang tak hentihentinya mereka mohonkan kepada Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Begitu juga kepada keluarga yang telah
memberikan seni kehidupan dan dukungan yang tiada henti-hentinya kepada
penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini;
7. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa dan temanteman yang
ABSTRAK
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................
ABSTRAK...................................................................................................
iii
iv
vii
vii
DAFTAR NOTASI......................................................................................
ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ....................................................................
14
16
16
17
31
33
34
34
35
40
40
43
48
49
2.5
50
52
2.6
57
2.7
58
61
61
62
64
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan .......................................................................
66
66
66
70
73
75
4.3
75
76
76
77
78
Diskusi ...............................................................................
80
80
82
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.........................................................................
84
85
DAFTAR PUSTAKA.................................................................
87
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Daftar
Gambar
Halaman
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
2.14
2.15
2.16
2.17
2.18
2.19
2.20
2.21
2.22
2.23
3.1
3.2
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Judul
2.1
2.2
2.3
2.4
dalam
dan kepadatan relatif pada tanah pasir ...................................................46
2.5
2.6
2.6
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5
4.6
4.7
4.8
DAFTAR NOTASI
JP
= kedalaman (m)
Ap
Jhl
qc
Ap
Jhl
K11 =
Keliling tiang
N1
N2
Qp
Ap
Li
cu
Li
Pu
Pu
= Konstanta
= Konstanta
eh
= Effisiensi baru
Eb
SF
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pondasi merupakan pekerjaan yang utama dalam suatu pekerjaan teknik
sipil. Semua konstruksi yang merupakan bagian bangunan atas tanah (super
structure) yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus didukung oleh suatu
pondasi. Pondasi merupakan bagian bangunan bawah tanah (substructure) yang
berfungsi untuk meneruskan beban beban yang bekerja pada bagian bangunan
atas dan beratnya sendiri ke lapisan tanah pendukung (bearing layers).
Pondasi terdiri dari beberapa bentuk, tetapi secara umum pondasi terdiri
dari 2 (dua) jenis yaitu, pondasi dalam dan pondasi dangkal. Pemilihan jenis
pondasi tergantung kepada jenis konstruksi yang akan dibangun dan juga pada
jenis tanah. Untuk konstruksi beban ringan dengan kondisi tanah cukup baik,
biasanya digunakan pondasi dangkal, dan untuk konstruksi beban berat biasanya
digunakan pondasi dalam. Untuk memilih pondasi yang memadai, perlu juga
diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan
memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal
kerjanya.
Secara umum, permasalahan pondasi dalam lebih rumit daripada pondasi
dangkal. Untuk itu, penulis mencoba mengkonsentrasikan Tugas Akhir ini pada
perencanaan pondasi dalam yaitu tiang pancang. Tiang pancang adalah bagian bagian konstruksi yang dibuat dari kayu, beton dan baja dan digunakan untuk
menyalurkan beban-beban dari konstruksi diatasnya melewati lapisan tanah
dengan daya dukung rendah ke lapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas
daya dukung lebih tinggi yang relatif cukup dalam dibanding pondasi dangkal.
Daya dukung tiang pancang diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing
capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser atau
selimut (friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau
gaya adhesi antara tiang pancang dan tanah di sekelilingnya.
Secara umum tiang pancang dapat diklasifikasikan dari segi bahan yang
terdiri dari tiang pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang kayu
dan tiang pancang baja. Dari segi bentang penampang terdiri dari tiang pancang
bujur sangkar, segitiga, segi enam, bulat padat, pipa, huruf H, huruf I dan bentuk
spesifik. Dari segi teknik pemancangan dapat dilakukan dengan palu jatuh (drop
hammer), diesel hammer dan hydraulic hammer.
Tiang pancang akan berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya
dukung yang mampu memikul beban konstruksi diatasnya serta memberikan
keamanan pada konstruksi tersebut. Untuk menghasilkan daya dukung yang
akurat, maka harus diketahui sifat dan karakteristik tanah. Untuk itu perlu
dilakukan penyelidikan geoteknik terhadap tanah. Ada 2 (dua) jenis penyelidikan
geoteknik,
yaitu
penyelidikan
lapangan
dan
penyelidikan
laboratorium.
dan untuk pengambilan contoh tanah terganggu dan tidak terganggu untuk
penyelidikan di laboratorium mengenai sifat - sifat fisik dan karakteristik tanah
yang semuanya dapat digunakan untuk memperoleh daya dukung tanah.
Banyak permasalahan yang terjadi pada proses pemancangan mulai dari
awal pemancangan sampai akhir pemancangan misalnya pergerakan tanah
pondasi, kerusakan tiang dan ukuran penahan kerusakan tersebut, penghentian
pemancangan tiang dan pemilihan peralatan. Sebagai contoh, pada saat alat
pancang mengangkat tiang pancang, sering terjadi patah dan retak di tengah akibat
kurang baiknya tulangan yang ada pada tiang pancang. Dalam penulisan Tugas
Akhir ini, penulis juga akan membahas masalah penulangan ini.
Untuk perhitungan daya dukung pada tiang pancang, dapat dilakukan
dengan beberapa metode dan mungkin akan ditemukan perbedaan ataupun
persamaan. Hal ini sangat penting dilakukan karena setelah dilakukan pengujian
hasil yang diperoleh belum memberikan suatu nilai khusus yang tetap khususnya
pada tanah kohesif yang meningkat.
1.2
1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1. Menganalisa
dan
menghitung
daya
dukung
mini
pile
dengan
hasil
dari
perhitungan
tersebut
dengan
hasil
1.2.2 Manfaat
Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Pihak pihak atau mahasiswa yang akan membahas hal yang sama;
2. Pihak pihak yang membutuhkan informasi dan mempelajari hal yang
dibahas dalam laporan Tugas Akhir.
1.3
Pembatasan Masalah
Pada pelaksanaan proyek pembangunan RSIA Stella Mariss di Jl.
1.4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Pondasi
Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan,
Istilah
pondasi
digunakan
dalam
teknik
sipil
untuk
2.2
lapisan tanah yang sebenarnya pada suatu tempat dan juga hasil pengujian
laboratorium dari sampel tanah yang diambil dari berbagai kedalaman lapisan
tanah dan mungkin kalau ada perlu juga diketahui hasil pengamatan lapangan
yang dilakukan sewaktu pembangunan gedung - gedung atau bangunan bangunan lain yang didirikan dalam kondisi tanah yang serupa.
Penyelidikan tanah (soil investigation) adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui sifat - sifat dan karakteristik tanah untuk keperluan
rekayasa (engeneering). Adapun tujuan dari penyelidikan tanah ini pada
umumnya mencakup maksud - maksud sebagai berikut :
1. Untuk menentukan kondisi alamiah dan lapisan - lapisan tanah di lokasi yang
ditinjau;
untuk mengukur tekanan konus sampai 150 kg/cm2, atau kedalam maksimal 30 m,
dipakai untuk penyelidikan tanah yang terdiri dari lapisan lempung, lanau dan
pasir halus. Sondir berat dapat mengukur tekanan konus 500 kg/cm2 atau
kedalaman maksimal 50 m, dipakai untuk penyelidikan tanah di daerah yang
terdiri dari lempung padat, lanau padat dan pasir kasar.
Keuntungan utama dari penggunaan alat ini adalah tidak perlu diadakan
pemboran tanah untuk penyelidikan. Tetapi tidak seperti pada pengujian SPT,
dengan alat sondir sampel tanah tidak dapat diperoleh untuk penyelidikan
langsung ataupun untuk uji laboratorium. Tujuan dari pengujian sondir ini adalah
untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah yang
merupakan indikator dari kekuatan tanahnya dan juga dapat menentukan
dalamnya berbagai lapisan tanah yang berbeda.
Dari alat penetrometer yang lazim dipakai, sebagian besar mempunyai
selubung geser (bikonus) yang dapat bergerak mengikuti kerucut penetrasi
tersebut. Jadi pembacaan harga perlawanan ujung konus dan harga hambatan
geser dari tanah dapat dibaca secara terpisah. Ada 2 tipe ujung konus pada sondir
mekanis yaitu, (Gambar 2. 1) :
1. Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya
digunakan pada tanah yang berbutir kasar, dimana besar perlawanan lekatnya
kecil;
2. Bikonus, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan lekatnya
dan biasanya digunakan pada tanah yang berbutir halus.
Hasil penyelidikan dengan alat sondir ini pada umumnya digambarkan
dalam bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara kedalaman setiap lapisan
tanah dengan besarnya nilai sondir yaitu perlawanan penetrasi konus atau
perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan
luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus
yang dinyatakan dalam gaya per satuan panjang.
Dari hasil sondir diperoleh nilai jumlah perlawanan (JP) dan nilai
perlawanan konus (PK), sehingga hambatan lekat (HL) dapat dihitung sebagai
berikut :
1. Hambatan lekat (HL)
HL = (JP PK )
A
..................................................................................(2. 1)
B
JHL = HL ............................................................................................(2. 2)
n 0
dimana :
JP = Jumlah perlawanan, perlawanan ujung konus + selimut (kg/cm2)
PK = Perlawanan penetrasi konus, qc (kg/cm2)
A
(a). Konus
(b). Bikonus
Gambar 2. 1. Dimensi Alat Sondir Mekanis
5. Dengan pertolongan mesin bor, tumbuklah batang bor ini dengan pukulan palu
seberat 63,5 kg dan ketinggian jatuh 76 cm hingga kedalaman tersebut, dicatat
jumlah pukulan untuk memasukkan penetrasi setiap 15 cm (N value);
Contoh : N1 = 10 pukulan/15 cm
N2 = 5 pukulan/15 cm
N3 = 8 pukulan/15 cm
Maka total jumlah pukulan adalah jumlah N2 dengan N3 adalah 5 + 8 = 13
pukulan = nilai N. N1 tidak diperhitungkan karena dianggap 15 cm pukulan
pertama merupakan sisa kotoran pengeboran yang tertinggal pada dasar lubang
bor, sehingga perlu dibersihkan untuk memperkecil efisiensi gangguan;
6. Hasil pengambilan contoh tanah dari tabung tersebut dibawa ke permukaan dan
dibuka. Gambarkan contoh jenis - jenis tanah yang meliputi komposisi,
struktur, konsistensi, warna dan kemudian masukkan ke dalam botol tanpa
dipadatkan atau kedalaman plastik, lalu ke core box;
7. Gambarkan grafik hasil percobaan SPT;
Catatan : Pengujian dihentikan bila nilai SPT 50 untuk 4x interval
pengambilan dimana interval pengambilan SPT = 2m.
Uji SPT ini dapat dilakukan untuk hampir semua jenis tanah.
Berdasarkan pengalaman yang cukup lama, berbagai korelasi empiris dengan
parameter tanah telah didapatkan. Harga N dari pasir yang diperoleh dari
pengujian Standard Penetration test (SPT) dan hubungan antara kepadatan relatif
dengan sudut geser dalam dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Kepadatan Relatif
e e
D = max
e max e min
Menurut Meyerhof
04
Sangat lepas 0, 0 0, 2
< 28, 5
< 30
4 10 Lepas
0, 2 0, 4
28, 5 30
30 35
10 30 Sedang
0, 4 0, 6
30 36
35 40
30 50 Padat
0, 6 0, 8
36 41
40 45
> 50
Sangat padat 0, 8 1, 0
> 41
> 45
Sumber : Ir. Suyono Sudarsono, 1983 Mekanika Tanah & Teknik Pondasi
2.3
Pondasi Tiang
tidak tahan terhadap benda - benda agresif dan jamur yang bisa menyebabkan
pembusukan.
a. Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu :
1) Tiang pancang kayu relatif ringan sehingga mudah dalam pengangkutan;
2) Kekuatan tariknya besar sehingga pada waktu diangkat untuk pemancangan
tidak menimbulkan kesulitan seperti pada tiang pancang beton precast;
3) Muda untuk pemotongannya apabila tiang kayu sudah tidak dapat masuk
lagi ke dalam tanah;
4) Tiang pancang kayu lebih sesuai untuk friction pile dari pada end bearing
pile karena tekanannya relatif kecil.
b. Kerugian pemakaian tiang pancang kayu :
1) Karena tiang pancang kayu harus selalu terletak di bawah muka air tanah
yang terendah agar dapat tahan lama, maka jika letak air tanah terendah
tersebut sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian;
2) Tiang pancang kayu mempunyai umur relatif kecil dibandingkan dengan
tiang pancang baja atau beton, terutama pada daerah yang tinggi air
tanahnya seing naik turun;
3) Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu ujung tiang pancang
kayu ini bias rusak atau remuk.
2) Dengan drop hammer sumbat beton tersebut ditumbuk agar sumbat beton dan
pipa masuk ke dalam tanah;
3) Setelah pipa mencapai kedalaman yang direncanakan, pipa terus diisi dengan
beton sambil terus ditumbuk dan pipanya ditarik ke atas.
Selain tiang franki ada beberapa jenis tiang pancang cast in place, yaitu
solid point pipe piles, steel pipe piles, Raymond concrete pile, simplex concrete
pile, based driven cased pile, dropped in shell concrete pile, dropped in shell
concrete pile with compressed base section dan button dropped in shell concrete
pile.
(susunan butir) dari komposisi tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan
keadaan kelembaban tanah (moisture content).
Pada tanah dengan susunan butir yang kasar, karat yang terjadi hampir
mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka karena adanya sirkulasi
air dalam tanah. Pada tanah liat (clay) yang kurang mengandung oksigen akan
menghasilkan karat yang mendekati keadaan seperti karat yang terjadi karena
terendam air. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak di bawah
lapisan tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung oksigen, maka lapisan
pasir tersebut akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
Keuntungan pemakaian tiang pancang baja :
a. Tiang pancang ini mudah dalam hal penyambungan;
b. Tiang pancang baja mempunyai kapasitas daya dukung yang tinggi;
c. Dalam pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah.
Kerugian pemakaian tiang pancang baja :
a. Tiang pancang ini mudah mengalami korosi;
b. Tiang pancang H dapat mengalami kerusakan besar saat menembus tanah keras
dan yang mengandung batuan, sehingga diperlukan penguatan ujung.
2) Kemudian core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan
dalam casing terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras;
3) Setelah sampai pada tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing dan beton
dicor sebagian ke dalam casing, kemudian core dimasukkan lagi ke dalam
casing;
4) Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak tertentu
sehingga terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti bola di atas tiang
pancang kayu tersebut;
5) Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi sampai
padat setinggi beberapa cm di atas permukaan tanah. Kemudian beton ditekan
dengan core kembali sedangkan casing ditarik ke atas sampai keluar dari tanah.
2) Letak muka air tanah terendah sangat dalam apabila kita menggunakan tiang
composite yang bawahnya dari tiang pancang kayu.
Cara pelaksanaan tiang ini adalah sebagai berikut :
1) Casing dan core dipancang bersamaan sehingga casing hampir seluruhnya
masuk ke dalam tanah. Kemudian core ditarik keluar dari casing;
2) Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan
dalam casing terus dipancang dengan pertolongan core sampai ke tanah
keras;
3) Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik ke atas kembali;
4) Kemudian shell yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam casing
hingga bertumpu pada penumpu yang terletak di ujung atas tiang pipa baja.
Bila diperlukan pembesian maka besi tulangan dapat dimasukkan dalam
shell dan kemudian beton dicor sampai padat;
5) Shell yang terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing ditarik
keluar dari tanah.
tanah
lunak
tiang
tanah keras
Gambar 2. 13. Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Ujung (End Bearing Pile)
Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid I
2. Tiang pancang dengan tahanan gesekan (Friction Pile)
Jenis tiang pancang ini akan meneruskan beban ke tanah melalui gesekan
antara tiang dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat halus
tidak menyebabkan tanah di antara tiang - tiang menjadi padat, sedangkan bila
butiran tanah kasar maka tanah di antara tiang akan semakin padat.
tiang
tanah
berbutir
kasar
Gambar 2. 14. Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Gesekan (Friction Pile)
Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid I
tiang
tanah
berkohesif
tinggi
Gambar 2. 15. Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Lekatan (Adhesive Pile)
Sumber: Ir. Sardjono, H. S. Pondasi Tiang Pancang, Jilid 1
2.3.3 Perencanaan Pondasi Tiang
Pada perencanaan pondasi tiang pada umumnya diperkirakan pengaturan
tiang tiangnya terlebih dahulu seperti letak/susunan, diameter dan panjang tiang.
Dalam pengaturan tiang tiang tersebut perlu diperhatikan beberapa hal berikut :
1. Tiang yang berbeda kualitas bahannya atau tiang yang memiliki diameter
berbeda tidak boleh dipakai untuk pondasi yang sama;
2. Tiang miring dipakai apabila besarnya gaya horizontal yang bekerja pada
kelompok tiang terlalu besar untuk ditampung oleh tiang vertikal;
3. Jarak yang dianjurkan antara tiang dalam satu kelompok adalah antara 0, 60
sampai 2, 0 meter.
Pada umumnya gaya gaya luar yang bekerja pada tiang yaitu pada
kepala tiang yang meliputi berat sendiri bangunan di atasnya, beban hidup,
tekanan tanah dan tekanan air. Sedangkan beban yang bekerja pada tubuh tiang
yaitu meliputi berat sendiri tiang, gaya geser negatif pada selimut tiang dan gaya
mendatar akibat getaran ketika tiang tersebut melentur.
Gaya
tarik
Gaya
mendatar
Pergeseran
akibat lentur
Tiang
Gaya
pemancangan
Tiang
4. Menghitung faktor efisiensi dalam kelompok tiang dan daya dukung vertikal
yang diijinkan untuk sebuah tiang dalam satu kelompok tiang;
5. Menghitung beban vertikal yang bekerja pada setiap tiang dalam kelompok
tiang;
6. Memeriksa beban yang bekerja pada setiap tiang apakah masih dalam batasan
daya dukung yang diijinkan. Apabila tidak sesuai, maka perkiraan diameter,
jumlah atau susunan tiang pada prosedur yang kedua harus dihitung kembali
kemudian dilanjutkan dengan prosedur berikutnya;
7. Menghitung daya dukung mendatar setiap tiang dalam kelompok;
8. Menghitung beban horizontal yang bekerja pada setiap tiang dalam kelompok;
9. Menghitung penurunan (bila diperlukan);
10. Merencanakan struktur tiang.
2.4
mencapai tanah keras seperti yang telah direncanakan. Tahap terakhir biasa
dikenal dengan setting, yaitu pengukuran penurunan tiang pancang per - pukulan
pada akhir pemancangan. Harga penurunan ini kemudian digunakan untuk
menentukan kapasitas dukung tiang tersebut.
2.4.1 Peralatan Pemancangan (Driving Equipment)
Untuk memancangkan tiang pancang ke dalam tanah digunakan alat
pancang. Pada dasarnya alat pancang terdiri dari tiga macam, yaitu :
1. Drop hammer
2. Single - acting hammer
3. Double - acting hammer
Bagian - bagian yang paling penting pada alat pancang adalah pemukul
(hammer), leader, tali atau kabel dan mesin uap.
pemilihan
alat
penumbuk
adalah
kemungkinan
tiang dan juga ditempatkan sebuah mekanisme pemegang tiang, kemudian tiang
ditekan ke dalam tanah. Dengan sistem ini tiang akan tertekan secara continue ke
dalam tanah, tanpa suara, tahap pukulan dan tanpa getaran.
Penempatan sistem penekan hydraulic yang senyawa dan menjepit pada
dua sisi tiang serta penempatan mal yang segaris dengan plat penekan
menyebabkan didapatkannya posisi titik pancang yang cukup akurat. Ukuran
diameter piston tersebut adalah 13,00 cm dengan luas 125,023 cm2. Sebagai
pembebanan, ditempatkan balok balok beton atau plat plat besi pada dua sisi
bantalan alat yang pembebanannya disesuaikan dengan muatan yang dibutuhkan
tiang.
B. Keunggulan dan kekurangan teknologi Mini Pile
Keunggulan teknologi Mini pile ini yang ditinjau dari beberapa segi,
antara lain adalah :
1. Bebas getaran
Bila suatu proyek yang akan dikerjakan berdampingan dengan bangunan,
pabrik atau instansi yang sarat akan peralatan instrumentasi yang sedang bekerja,
maka teknologi hydraulic jacking system ini akan menyelesaikan masalah wajib
bebas getaran terhadap instansi yang ada tersebut.
2. Bebas pengotoran lokasi kerja dan udara serta bebas dari kebisingan
Teknologi pemancangannya bersih dari asap dan partikel debu (jika
menggunakan drop hammer) serta bebas dari unsur berlumpur (jika menggunakan
bore piles). Karena sistem ini juga tidak bising akibat suara pukulan pancang
(seperti pada drop hammer), maka untuk lokasi yang membutuhkan ketenangan
seperti rumah sakit, sekolah dan bangunan di tengah kota, teknologi ini tidak akan
Prestressing wire
: JIS, PBI
: PBI
: 500 kg/cm2
Prestressing wire
: 16500 kg/cm2
: 2400 kg/cm2
3. Beban kerja
Formula following ACI 543
Working load 25 ton per pile
4. Dimensi
Cross section
: Equitorial triangle
: 228 mm
: 203 cm2
: 3 7 mm
: 210 kg
7 mm DIA
PRESTRESSED WIRE
10 mm THICK
PLATE
h=197mm
228 mm
Mini pile
WELD
FULL LENGHT
2 NOS OF 10 mm
THK. PLATE
TO BE WELDED
Mini Pile
2.5
qc
(kg/cm2) ......................................................................................... (2. 6)
200
fs
Keterangan :
Qult = Kapasitas daya dukung maksimal/akhir (kg)
qc
Ap
Qijin yaitu beban maksimum yang dapat dibebankan terhadap pondasi sehingga
persyaratan keamanan terhadap daya dukung dan penurunan dapat terpenuhi. Qijin
dirumuskan sebagai berikut:
Q ijin =
qc Ap
3
JHL K
......................................................................... (2. 10)
5
Keterangan :
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin tiang (kg)
3
Tult
.................................................................................................. (2. 12)
3
Daya dukung tiang (Ptiang) yaitu kemampuan tiang mendukung beban yang
didasarkan pada kekuatan bahan tiang. Daya dukung tiang ini dirumuskan sebagai
berikut :
Ptiang = beton A tiang .................................................................................... (2. 13)
permeabilitasnya tinggi untuk kepadatan yang sama. Hal ini mungkin terjadi bila
jumlah tumbukan N > 15, maka sebagai koreksi Terzaghi dan Peck (1948)
memberikan harga ekivalen N0 yang merupakan hasil jumlah tumbukan N yang
telah dikoreksi akibat pengaruh permeabilitas yang dinyatakan dengan N0 = 15 +
(N 15).
Gibs dan Holtz (1957) juga memberikan harga ekivalen N0 yang
merupakan hasil jumlah tumbukan
50
...................................................................................... (2. 14)
1 + 2 + 10
Dimana :
Kepadatan relatif
Dr (%)
0-5
0-5
26-30
5-10
5-30
28-35
10-30
30-60
35-42
30-50
60-65
38-46
Hubungan antara harga N dengan berat isi yang sebenarnya hampir tidak
mempunyai arti karena hanya mempunyai partikel kasar (tabel 2. 5). Harga berat
isi yang dimaksud sangat tergantung pada kadar air.
Tabel 2. 5. Hubungan antara N dengan Berat Isi Tanah
Harga N
< 10
10 30 30 50
> 50
3
Berat isi kN/m
12 16 14 18 16 20 18 23
Harga N
<4
4 15 16 25
> 25
Tanah kohesif
3
Berat isi kN/m
14 18 16 18 16 18
> 20
Sumber : Sosrodarsono Suyono Ir, 1983 Mekanika Tanah & Teknik Pondasi
Tanah tidak
kohesif
Pada tanah tidak kohesif daya dukung sebanding dengan berat isi tanah,
hal ini berarti bahwa tinggi muka air tanah banyak mempengaruhi daya dukung
pasir. Tanah dibawah muka air mempunyai berat isi efektif yang kira - kira
setengah berat isi tanah di atas muka air.
Tanah dapat dikatakan mempunyai daya dukung yang baik, dapat dinilai dari
ketentuan berikut ini :
1. Lapisan kohesif mempunyai nilai SPT, N > 35
2. Lapisan kohesif mempunyai harga kuat tekan (qu) 3 - 4 kg/cm2 atau harga SPT,
N > 15
Hasil percobaan pada SPT ini hanya merupakan perkiraan kasar, jadi bukan
merupakan nilai yang teliti. Dalam pelaksanaan umumnya hasil sondir lebih dapat
dipercaya dari pada percobaan SPT. Perlu menjadi catatan bagi kita bahwa jumlah
pukulan untuk 15 cm pertama yang dinilai N1 tidak dihitung karena permukaan
tanah dianggap sudah terganggu.
1. Daya dukung pondasi tiang pada tanah non kohesif
Q p = 40 N SPT
L
A p < 400. N SPT . Ap .................................. (2. 19)
D
= r2
= 3, 14 x 6, 310
= 125,023 cm2
= 6, 299 inc
= r2
= 16, 000 cm
= 3, 14 x 8,00
= 201, 088 cm2
(a)
(a)
(b)
Gambar 2.20 Pola-pola kelompok tiang pancang khusus : (a) Untuk kaki tunggal,
(b) Untuk dinding pondasi
Sumber : Bowles, 1991
2.5.5 Jarak antar tiang dalam kelompok
Dasar pengaturan jarak antar tiang mini pile pada dasarnya sama dengan
tiang pancang jenis lannya. Berdasarkan pada perhitungan. Daya dukung tanah
oleh Dirjen Bina Marga Departemen P.U.T.L. diisyaratkan :
S 2,5 D
S 3,0 D
Dimana :
S = Jarak masng masing antar tiang
D = Diameter Tiang
Biasanya jarak antara 2 tiang dalam kelompok diisyaratkan minimum 0,60
m dan maximum 2,00 m. Ketentuan ini berdasarkan pada pertimbanganpertimbangan sebagai berikut :
1. Bila S < 2,5 D
a. Kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang akan naik terlalu berlebihan
karena terdesak oleh tiang-tiang yang dipancang terlalu berdekatan.
b. Terangkatnya tiang-tiang di sekitarnya yang telah dipancang lebih dahulu.
2. Bila S > 3 D
Apabila S > 3 D maka tidak ekonomis, karena akan memperbesar
ukuran/dimensi dari poer (footing).
Pada perencanaan pondasi tiang pancang biasanya setelah jumlah tiang
pancang dan jarak antara tiang-tiang pancang yang diperlukan kita tentukan, maka
kita dapat menentukan luas poer yang diperlukan untuk tiap-tiap kolom portal.
Bila ternyata luas poer total yang diperlukan lebih kecil dari pada setengah
luas bangunan, maka kita gunakan pondasi setempat dengan poer di atas
kelompok tiang pancang.
Dan bila luas poer total diperlukan lebih besar daripada setengah luas
bangunan, maka biasanya kita pilih pondasi penuh (raft fondation) di atas tiangtiang pancang.
blok, tanah yang terletak diantara tiang bergerak kebawah bersama-sama dengan
tiangnya. Mekanisme keruntuhan yang demikian dapat terjadi pada tipe-tipe tiang
pancang (mini pile) maupun tiang bor.
(a)
(b)
Gambar 2.23 Tipe keruntuhan dalam kelompok tiang : (a) Tiang tunggal,
(b) Kelompok tiang
Sumber : Hardiyatmo, 2002
Umumnya model keruntuhan blok terjadi bila rasio jarak tiang dibagi
diameter (S/D) sekitar kurang dari 2 (dua). Whiteker (1957) memperlihatkan
bahwa keruntuhan blok terjadi pada jarak 1,5d untuk kelompok tiang yang
berjumlah 3x3, dan lebih kecil dari 2,25d untuk tiang yang berjumlah 9x9.
Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan memperlihatkan faktor efisiensi
tiang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Qg = Eg . n . Qa ........................................................................... (2.25)
dimana :
Qg = Beban
maksimum
kelompok
tiang
yang
mengakibatkan
keruntuhan.
Eg = Efisiensi kelompok tiang.
n
1.57.D.m.n
........................................................................... (2.26)
m+n2
Eg = 1
(n'1).m + (m 1).n'
90
m.n'
................................................ (2.27)
dimana :
Eg = Efisiensi kelompok tiang.
m
n'
D
[ m (n-1) + n (m-1) + 2 (m-1) (n-1)].................. (2.28)
s.m.n'
dimana :
Eg = Efisiensi kelompok tiang.
m
n'
s = 2 x
=
Qs
................................................................................... (2.31)
Qa
dimana :
Eg = Efisiensi kelompok tiang.
m
n'
= Faktor friksi
Formula ini menunjukan hubungan antara group efisensi (Eg) dengan parameter
s/d
Dense Sand
0.1 - 0.2
2
4
6
3-7
2-4
1-2
0.2 0.3
2
4
6
2-4
1-3
1
Soft Clay
0.8 0.9
2
4
6
1.1 - 1.7
0.7 - 0.9
0.5 - 0.6
0.6 0.7
2
4
6
1.5 - 1.7
0.75 - 0.8
0.5
{ 1 7(11s2.s 1)
Eg =
m + n'2
m + n'1
dimana :
Eg = Efisiensi kelompok tiang.
2.6
n'
P
..................................................................................................... (2. 33)
A
= Tegangan dasar
= Faktor tekuk (tergantung pada kelangsingan ()
lk
i min
= Angka kelangsingan
lk
i min =
I
................................................................................................... (2. 35)
A
I = Momen Inersia
lk = K x L ................................................................................................ (2. 36)
K = Faktor panjang tekuk
L = Panjang batang/tiang.
Panjang tekuk diasumsikan sebagai berikut :
N
K=1
K = 0,7
K = 0,5
K=2
4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau
kelompok tiang masih dalam batas batas toleransi;
5. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih
dalam batas-batas toleransi.
Sehubungan dengan alasan butir (d) dari hasil banyak pengujian pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter
kecil sampai sedang (600 mm), penurunan akibat beban kerja (working load) yang
terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2, 5.
Reese dan ONeill (1989) menyarankan pemilihan faktor aman (F) untuk
perancangan pondasi tiang (Tabel 2.7), yang dipertimbangkan faktor - faktor
sebagai berikut :
1. Tipe dan kepentingan dari struktur;
2. Variabilitas tanah (tanah tidak uniform);
3. Ketelitian penyelidikan tanah ;
4. Tipe dan jumlah uji tanah yang dilakukan;
5. Ketersediaan tanah ditempat (uji beban tiang);
6. Pengawasan/kontrol kualitas di lapangan;
7. Kemungkinan beban desain aktual yang terjadi selama beban layanan struktur.
Tabel 2. 7. Faktor Aman Yang Disarankan (Reese & ONeill, 1989)
Klasifikasi
struktur
Monumental
Permanen
Sementara
Faktor keamanan ( F )
Kontrol
baik
2,3
2
1.4
Kontrol
normal
3
2,5
2
Kontrol
jelek
3,5
2,8
2,3
Kontrol sangat
jelek
4
3,4
2,8
Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang izin dengan
memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimate
(Qu) dibagi dengan faktor aman (F) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman
yang telah banyak digunakan untuk perancangan pondasi tiang, tergantung pada
jenis tiang dan tanah berdasarkan data laboratorium sebagai berikut:
1. Tiang pancang
Qa =
Qu
................................................................................................ (2. 37)
2, 5
Qa =
Qb Qs
....................................................................................... (2. 38)
+
3 1, 5
Qa =
Qu
............................................................................................ (2. 39)
2, 5
Qu
............................................................................................ (2. 40)
2
Untuk tiang dengan diameter lebih dari 2 m, kapasitas tiang izin perlu
dievaluasi dengan pertimbangan terhadap penurunan tiang.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
2. Pemilik Proyek
3. Lokasi Proyek
4. Sumber Dana
: Swasta
5. Kontraktor Utama
6. Konsultan Struktur
8. Pile Supplier
9. Alat Berat
: Hydraulic Jack
3.2
2. Panjang tiang
: 6.00 m
: ST 37
5. Kapasitas mesin
Jl. Mutatuli
Jl. Samanhudi
U
Jl. Juanda
Lokasi Proyek
Rumah Sakit Stella Mariss
3.3
tahapan yang dianggap perlu dan secara garis besar diuraikan sebagai berikut :
Tahapan pertama adalah melakukan review dan studi kepustakaan terhadap text
book dan jurnal-jurnal yang terkait dengan pondasi tiang, permasalahan pada
pondasi tiang serta disain dan pelaksanaan pemancangan tiang.
Tahapan kedua adalah peninjauan langsung ke lokasi proyek dan menentukan
lokasi pengambilan data yang dianggap perlu.
Tahapan ketiga adalah pengumpulan data data dari pihak kontraktor yaitu PT.
Nusa Prima
3.4
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Pendahuluan
Pada bab ini, penulis akan mengaplikasikan metode perhitungan daya
dukung yang telah disampaikan pada bab 2. Daya dukung tiang akan dihitung
dengan menggunakan data hasil sondir yaitu tahanan ujung (qc) dan gesekan
selimut tiang (fs) dan juga dengan data Standard Penetration Test (SPT) yaitu
jumlah pukulan palu (N Value) serta perhitungan daya dukung pada saat
pemancangan dengan menggunakan alat hydraulic jack.
4.2
ini adalah hasil penyelidikan tanah yaitu hasil uji sondir dan Standard Penetration
Test ( SPT ) dan perhitungan daya dukung tiang pada saat pemancangan dengan
alat hydraulic jack.
4.2.1 Perhitungan kapasitas daya dukung tiang dari hasil uji sondir
Perhitungan kapasitas daya dukung tiang mini pile dengan metode
langsung di lapangan pada titik S. 1, S. 2, dan S. 3.
a. Data sondir S. 1
1. Kedalaman ( d ) = 9,00 m
2. Hasil sondir dapat dilihat pada lampiran
= 36 kg/cm
= 228 mm
= Luas segitiga
=
Alas
1
alas tinggi
2
= 22, 8 cm
1
D2 = 22, 8 cm x 22, 8 cm
4
D2 =
D =
22,8 x 22,8 x 4
22,8 x 22,8 x 4
= 25, 7 cm 26 cm
Tinggi = 22,8 2 22,8
2
= 19, 7 cm
Ap
1
22,8 19,7
2
Q ult = (q c A p ) + (JHL K )
Q ijin =
Q ijin =
qc Ap
3
JHL K
5
48 224,580 36 68, 4
+
3
5
= 4085. 760 kg
= 4, 086 Ton
Daya dukung terhadap kekuatan tanah untuk tiang tarik :
Tult = JHL K
Tult = 36 x 68, 4
= 2462, 4 kg
= 2, 4624 Ton
Daya dukung tiang tarik ijin
Q ijin =
Tult
3
Q ijin =
2,4624
3
= 0, 821 Ton
Daya dukung terhadap kekuatan bahan
Ptiang = beton A tiang
= 112290 kg
= 112, 290 Ton
Tabel 4. 1. Perhitungan Daya Dukung Tiang Berdasarkan Data Sondir S. 1
Kedalaman PPK (qc)
(m)
(kg/cm2)
Ap
(cm2)
JHL
(kg/cm)
K
(cm)
Qult
(ton)
Qijin
(ton)
0.00
0.00
224.580
0.00
68.400
0.000
0.000
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
48.00
68.00
91.00
64.00
46.00
32.00
48.00
204.00
226.00
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
36.00
66.00
102.00
130.00
206.00
242.00
276.00
314.00
348.00
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
13.242
19.786
27.414
23.265
24.421
23.739
29.658
67.292
74.558
4.086
5.993
8.208
6.569
6.262
5.706
7.369
19.567
21.679
b. Data sondir S. 2
1. Kedalaman ( d ) = 12, 80 m
2. Hasil sondir dapat dilihat pada lampiran
Tabel 4. 2. Perhitungan Daya Dukung Tiang Berdasarkan Data Sondir S. 2
Kedalaman PPK (qc)
2
Ap
2
JHL
Qult
Qijin
(m)
(kg/cm )
(cm )
(kg/cm)
(cm)
(ton)
(ton)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
12.80
0.00
60.00
43.00
40.00
31.00
17.00
25.00
94.00
60.00
94.00
128.00
192.00
150.00
249.00
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
224.580
0.00
42.00
72.00
96.00
120.00
154.00
182.00
212.00
266.00
296.00
352.00
396.00
432.00
462.00
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
68.400
0.000
16.348
14.582
15.550
15.170
14.351
20.115
35.611
31.669
41.357
52.823
70.206
63.236
87.521
0.000
5.066
4.204
4.308
3.962
4.784
4.361
9.937
8.130
11.086
14.397
19.790
17.139
24.960
c. Data sondir S. 3
1. Kedalaman ( d ) = 11.00 m
2. Hasil sondir dapat dilihat pada lampiran
Tabel 4. 3. Perhitungan Daya Dukung Tiang Berdasarkan Data Sondir S. 3
Kedalaman
(m)
PPK (qc)
(kg/cm2)
JHL
(kg/cm)
0.00
Ap
(cm2)
224.580
Qult
(ton)
Qijin
(ton)
0.00
K
(cm)
68.400
0.00
0.000
0.000
1.00
23.00
224.580
20.00
68.400
6.533
1.955
2.00
39.00
224.580
48.00
68.400
12.042
3.756
3.00
42.00
224.580
76.00
68.400
14.631
4.184
4.00
25.00
224.580
102.00
68.400
12.591
3.267
5.00
33.00
224.580
128.00
68.400
16.166
4.221
6.00
26.00
224.580
152.00
68.400
16.236
4.026
7.00
42.00
224.580
190.00
68.400
22.428
5.743
8.00
58.00
224.580
228.00
68.400
28.621
7.461
9.00
48.00
224.580
262.00
68.400
28.701
7.177
10.00
118.00
224.580
314.00
68.400
47.978
13.129
11.00
235.00
224.580
348.00
68.400
76.580
22.353
L
. Ap < 400.N SPT . Ap
D
= 40 x 16 x 1/0.26 x 0.022458
= 55. 281 kN
Untuk tahanan geser selimut tiang pada tanah non kohesif adalah :
Qs = 2. N-SPT . p . Li
= 2 . 16 . 0.684 . 1
= 21. 888 kN
Daya dukung ujung pondasi tiang pancang pada tanah kohesif adalah :
Qp = 9 . cu . Ap
= 9 . 26. 667 . 0.022458
= 5. 389 kN
Untuk tahanan geser selimut tiang pada tanah kohesif adalah :
Qs = . cu . p . Li
= 1 . 26,667 . 0. 684 . 1
= 18. 240 kN
Cu = N-SPT . 2/3 . 10
= 4 . 2/3 . 10
= 26. 667 kN/m2
Soil
Cu
Skin Friction
End
( kN )
Bearing
N
(m)
Layer
(kN/m2)
0.00
0.00
0.000
1.00
0.00
2.00
3.00
Qult
Qijin
Local
Cumm
( kN )
(ton )
(ton )
1.00
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
1.00
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
4.00
26.667
1.00
18.240
18.240
5.389
2.363
0.788
16.00
21.888
40.128
55.281
9.541
3.180
4.00
26.00
35.568
75.696
179.664
25.536
8.512
5.00
24.00
32.832
108.528
215.596
32.412
10.804
6.00
22.00
146.667
0.40
40.128
148.656
29.645
17.8301
5.943
7.00
23.00
153.333
0.35
36.708
185.364
30.992
21.636
7.212
8.00
29.00
193.333
0.30
39.672
225.036
39.077
26.411
8.804
9.00
25.00
34.200
259.236
224.58
48.382
16.127
10.00
20.00
27.360
286.596
179.664
46.663
15.542
11.00
35.00
47.880
334.476
314.412
64.889
21.629
12.00
54.00
73.872
408.348
485.093
89.344
29.781
13.00
25.00
34.200
442.548
224.580
66.713
22.238
14.00
28.00
186.667
0.30
38.304
480.852
37.729
51.858
17.286
15.00
30.00
200.000
0.30
41.040
521.892
40.424
56.232
18.743
16.00
35.00
233.333
0.25
39.899
561.791
47.162
60.895
20.298
17.00
40.00
266.667
0.20
36.480
598.271
53.899
65.217
21.739
18.00
25.00
34.200
632.471
224.580
85.705
28.568
19.00
50.00
68.400
700.871
449.160
115.003
38.334
20.00
61.00
82.080
782.951
538.992
132.194
44.065
Kedalaman
(m)
12.00
12.00
11.00
11.00
10.50
12.00
11.00
11.00
11.00
Bacaan
Manometer
(kg/ cm2)
170
180
180
170
180
180
180
170
170
Daya Dukung
(ton)
42.50
45.00
45.00
42.50
45.00
45.00
45.00
42.50
42.50
Bacaan Manometer
Daya Dukung, Mesin Kap. 50 ton
( kg/cm2 )
( ton )
20
5. 00
30
7.50
40
10.00
50
12.50
60
15.00
70
17.50
80
20.00
90
22.50
100
25.00
110
27.50
120
30.00
130
32.50
140
35.00
150
37.50
160
40.00
170
42.50
180
45.00
190
47.50
200
50.00
mesin kapasitas 50 ton, daya dukung 50 ton diperoleh pada bacaan
Bacaan Manometer
Daya Dukung, Mesin Kap. 70 ton
2
( kg/cm )
( ton )
20
8.04352
30
12.06528
40
16.08704
50
20.1088
60
24.13056
70
28.15232
80
32.17408
90
36.19584
100
40.2176
110
44.23936
120
48.26112
130
52.28288
140
56.30464
150
60.3264
160
64.34816
170
68.36992
180
72.39168
190
76.41344
mesin kapasitas 70 ton, daya dukung 50 ton diperoleh pada bacaan
1.57.D.m.n
m+n2
S = 2.64D = 0.60 m
1.57.0.228.3.3
= 0.805
3+3 2
Eg = 1
(n'1).m + (m 1).n'
90
= 1 0.23118
m.n'
(3 1).3 + (3 1).3
3.3
= 0, 692
Dari persamaan (2.26), Kapasitas kelompok ijin tiang (Qg) :
Qg = Eg . n . Qa
= 0, 692 . (3.3) . 22, 353
= 139, 214 ton
Daya dukung tiap tiang dalam kapasitas kelompok tiang (Qtiang) :
Q = Eg . Qa
= 0, 692 . 22, 353
= 15, 468 ton
4.2.4.2 Metode Los Angeles Group
Eg = 1
D
[ m (n-1) + n (m-1) + 2 (m-1) (n-1)]
s.m.n'
Eg = 1
22.8
[ 3 (3-1) + 3 (3-1) + 2 (3-1) (3-1)]
60.3.3
Eg = 0, 764
Dari persamaan (2.26), Kapasitas kelompok ijin tiang (Qg) :
Qg = Eg . n . Qa
= 0, 764 . (3.3) . 22, 353
= 153, 699 ton
Daya dukung tiap tiang dalam kapasitas kelompok tiang (Qtiang) :
Q = Eg . Qa
= 17, 078 ton
Qs
Qa
47,880
= 2. 214
21,629
Untuk nilai = 2.214 termasuk dalam tipe tanah Soft Clay (lihat tabel 2.6)
Berdasarkan data, nilai s/d = 2.5, maka nilai K didapat dari hasil
interpolasi :
42
(0.7 0.9) (1.1 1.7)
=
2.5 2
x (1.1 1.7)
4 (x (1.1 1.7)) = ( -0.4 ( -0.8))
4x=46
X
= 1 1.5
s = 2 x
= 2 x 0, 443
= 0, 886
Eg = 1 [ 1 - s. K) .
Eg = 1 [ 1 0, 866. 1,5) . 2, 214
Eg = 1, 225
Didapat :
Qg = Eg. m . n . Qa
Qg = 1, 225. 3 . 3 . 22, 353
Qg = 246, 442 ton
{1 7(11s2.s 1)
Eg =
m + n'2
m + n'1
}+ m0+,3n
{1 0, 026198 . 0, 8} + 0, 05
Eg =
Eg = 1, 029
Dari persamaan (2.26), Kapasitas kelompok ijin tiang (Qg) :
Qg = Eg . n . Qa
= 1, 029 . (3.3) . 22, 353
= 207, 011 ton
Daya dukung tiap tiang dalam kapasitas kelompok tiang (Qtiang) :
Q = Eg . Qa
= 23, 001 ton
P = 25000 kg
A = 224.580 cm2
L = 600 cm
_
= 2400 kg/cm 2
lk = K x L
= 2 x 600
= 1200 cm
K=2
1
bh 3
36
1
=
22,8 (19,7) 3
36
= 4842, 070 cm 4
I=
h = 19, 5 cm
b=
22
,5
cm
2/3 h
X
h/3
b = 22, 5 cm
i min =
I
A
4842.070 cm 4
224.580 cm 2
= 21,561 cm
lk
i min
1200 cm
21, 561 cm
= 55, 656
Dari tabel faktor tekuk diperoleh sebesar 1, 291
25000 kg
2400 kg cm 2
2
224.580 cm
25000 kg
1, 291
= 143.713 kg cm 2
2
224.580 cm
1, 291
Tegangan tekuk (tk) yang terjadi = 143, 713 kg/cm2 adalah lebih kecil dari
_
= 2400 kg/cm
4.3
Diskusi
tanah
tidak
dapat
diambil,
sehingga
perlu
dilakukan
a. Bebas getaran;
b. Bebas pengotoran lokasi kerja dan udara serta bebas dari kebisingan;
c. Daya dukung aktual per tiang diketahui;
d. Harga ekonomis;
e. Lokasi kerja yang terbatas;
f. Loading test secara langsung.
2. Kelemahan uji bacaan manometer
a. Apabila terdapat batu atau lapisan tanah keras yang tipis pada ujung tiang
yang ditekan, maka hal tersebut akan mengakibatkan kesalahan pada saat
pemancangan;
b. Sulitnya mobilisasi alat pada daerah lunak ataupun pada daerah
berlumpur (biasanya pada areal tanah timbunan);
c. Karena alat tersebut mempunyai berat sekitar 70 ton dan saat permukaan
tanah yang tidak sama daya dukungnya, maka hal tersebut akan dapat
mengakibatkan posisi alat pancang menjadi miring bahkan tumbang.
Kondisi ini akan sangat berbahaya terhadap keselamatan pekerja;
d. Pergerakan alat tersebut sedikit lambat, proses pemindahannya relatif
lama untuk pemancangan titik yang berjauhan.
melaksanakannya.
Pada proyek Rumah Sakit Stella Mariss ini, panjang mini pile yang
digunakan 6.0 m. Pada pemasangannya dilapangan, mini pile yang panjangnya 6,0
m ini akan disambung sesuai dengan kedalaman sondir. Hasil perhitungan daya
dukung tersebut adalah sebagai berikut :
A. Berdasarkan Data Sondir :
1. Sondir S. 1 pada kedalaman 9, 00 m dengan nilai PPK = 226, 00 kg/cm2 dan
JHL = 348, 00 kg/cm, Qult = 74.558 ton;
2. Sondir S. 2 pada kedalaman 12, 80 m dengan nilai PPK = 249, 00 kg/cm2
dan JHL = 462, 00 kg/cm, Qult = 87, 521 ton;
3. Sondir S. 3 pada kedalaman 11, 00 m dengan nilai PPK = 235, 00 kg/cm2
dan JHL = 348, 00 kg/cm, Qult = 76, 580 ton;
B. Berdasarkan data SPT :
1. SPT BM. 1 pada kedalaman 20 m dengan nilai N = 61 pukulan , Qult = 132,
194 ton;
C. Daya Dukung Tiang pada saat pemancangan berdasarkan data (Daily Piling
Record) pada Pile Cap 1(C3)
1. Pada pemancangan Pile Cap 1 (C3) dengan 9 titik, diperoleh Qult rata2 =
43.889 ton;
2. Kapasitas kelompok ijin tiang (Qgroup) = 158, 000 ton;
D. Daya dukung ijin pada saat pemancangan berdasarkan bacaan manometer
Working load = 25 ton, Q = 200% x 25 = 50 ton
1. Mesin kapasitas 50 ton dengan luas piston = 250, 00 cm2, Q = 50 ton pada
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Hasil perhitungan daya dukung ultimate tiang pancang (mini pile)
berdasarkan data sondir, SPT dan bacaan manometer pada saat pemancangan , dan
Efisiensi tiang (mini pile) adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan data sondir
Titik
Kedalaman
PPK
JHL
Qult
Qijin
Sondir
(m)
(kg/cm2)
(kg/cm)
( ton )
( ton )
S. 1
S. 2
S. 3
9.00
11.00
11.00
226
192
235
348
396
348
74.558
70.206
76.580
21.679
19.790
22.353
Kedalaman
(m)
11.00
N
(pukulan)
35.00
Qult
( ton )
64.889
Qijin
( ton )
21.629
3. Daya Dukung Tiang (mini pile) pada saat pemancangan berdasarkan data
(Daily Piling Record) pada Pile Cap 1 (C3)
Pile Cap
dan
Nomor Titik
(m)
01/C3
02/C3
03/C3
04/C4
05/C5
06/C6
07/C7
08/C8
09/C9
Bacaan
Kedalaman
Manometer
(m)
(kg/ cm2)
12.00
12.00
11.00
11.00
10.50
12.00
11.00
11.00
11.00
170
180
180
170
180
180
180
170
170
Qult
(ton)
42.50
45.00
45.00
42.50
45.00
45.00
45.00
42.50
42.50
Titik
PC
Metode
Converse Labarre
(ton)
C. 3
139, 214
Metode Seiler
- Keeny
(ton)
207, 011
Metode Los
Metode
Angeles
Sayed
Group
Bakeer
(ton)
(ton)
153, 699
246, 442
Data
Daily
Piling
Record
(ton)
158, 000
5. Dari data sondir, SPT dan bacaan manometer, yang sebaiknya digunakan
adalah data manometer karena akan menghasilkan data daya dukung yang lebih
akurat.
6. Perbedaan daya dukung tersebut dapat disebabkan karena:
1. Jenis dan sifat tanah yang berbeda pada jarak yang terdekat sekalipun pada
lokasi penelitian bisa menyebabkan perbedaan kepadatan tanah sehingga
mempengaruhi daya dukung tiang;
2. Pelaksanaan pengujian tanah yang bergantung pada ketelitian dan keahlian
operator yang melaksanakannya.
5.2
Saran
1. Untuk memaksimalkan perhitungan daya dukung harus memperhatikan
parameter parameter yang digunakan di laboratorium dan di lapangan;
DAFTAR PUSTAKA