TUGAS AKHIR
Oleh :
MIRAWATI SEPTYANINGSIH
0753010037
NORMALISASI ”. Tugas Akhir ini merupakan suatu syarat bagi mahasiswa dalam
menempuh jenjang sarjana Strata 1 (S-1) di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UPN
menerapkan ilmu yang penulis dapatkan di bangku perkuliahan dan buku-buku literatur
yang sesuai dengan judul Tugas Akhir ini. Disamping ini penulis juga menerapkan
biasa dengan keterbatasan yang ada penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
dari setiap pembaca akan penulis terima demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Dengan tersusunnya Tugas Akhir ini penulis tidak lupa mengucapkan terima
dorongan, semangat, arahan serta berbagai macam bantuan baik berupa moral maupun
1. Ibu Ir. Naniek Ratni JAR, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
3. Ibu Dr. Ir. Minarni Nur Trilita, MT, selaku dosen pembimbing utama Tugas Akhir
yang telah berkenan memberikan bimbingan, waktu dan dorongan moril selama
4. Bapak Iwan Wahyudiyanto, ST, selaku dosen pembimbing utama Tugas Akhir yang
5. Ibu Novie Handajani, ST, MT, selaku dosen wali yang telah berkenan memberikan
dukungan dan dorongan moril selama pengerjaan Tugas Akhir sampai selesai.
6. Segenap dosen dan staff Program Studi Teknik Sipil UPN ” Veteran ” Jawa Timur.
7. Para tim penguji yang telah membantu penulis sehingga penulis dapat
8. Bapak, ibu dan keluarga tercinta yang telah banyak memberikan dukungan lahir dan
batin, material, sipritual, dan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
9. Keluarga di Sidoarjo yang telah banyak memberikan dukungan lahir dan batin,
material, sipritual, dan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10. Sahabat-sahabat lama di Ngawi dan semua teman-teman di Sidoarjo terima kasih
atas dorongan, semangat dan dukungan moril yang bermanfaat sehungga penulis
ii
(Didin ,Yayan ,Guntur ,Thomas ,Cripsi ,Reza , Iwan dan semuanya), angkatan 2008
(Mas Agung, Mas Dian), angkatan 2009 (Mas Abdi), angkatan 2006 (Mas Alif),
kakak-kakak alumni dan semua pihak yang telah membantu Tugas Akhir ini, yang
Sebagai akhir kata, penulis harapkan agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
Penyusun
iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah ......................................................................... 4
1.5 Lokasi .......................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Oleh :
MIRAWATI SEPTYANINGSIH
NPM. 0753010037
ABSTRAK
Hampir setiap tahun dimusim penghujan terjadi banjir pada Kali Bangiltak dan Kali
Wrati yang disertai gerusan tebing dan putusnya tanggul dibeberapa tempat yang
mengakibatkan timbulnya genangan banjir di beberapa tempat di wilayah Kabupaten
Pasuruan yang mengganggu kegiatan perekonomian di daerah tersebut. Hal ini
melatar belakangi perlunya dilakukan perencanaan pengendalian banjir pada kali
tersebut, dengan tujuan untuk meminimalisasi kerugian akibat banjir. Metode analisis
yang di pakai adalah metode analisis perhitungan hidrologi dan hidrolika. Dengan
bantuan program HEC-RAS 4.0, besar kemampuan penampang sungai pada kondisi
eksisting dapat diketahui. Pada Kali Wrati mampu menampung ± 5,5 m³/dt, Kali
Bangiltak ± 20 m³/dt dan pada Kali Bangiltak 2 sebesar ± 25,85 m³/dt.Setelah
dilakukan analisa hidrologi dan hidrolika dengan bantuan program HEC-RAS 4.0
terbukti bahwa Kali Bangiltak dan Kali Wrati secara teknis penampang pada kondisi
eksisting tidak mampu menampung luapan air yang terjadi, sehingga perlu dilakukan
perbaikan terhadap Kali Bangiltak dan Kali Wrati.Dari hasil analisa dengan
menggunakan program HEC-RAS 4.0 didesain dengan menggunakan banjir kala
ulang 10 tahun didapat bahwa cara normalisasi dimensi saluran Kali Bangiltak dan
Kali Wrati dengan menggunakan double trap, perencanaan untuk Kali Wrati
direncanakan Q = 100,24 m3/dt, V = 1,52 m/dt, b = 32 m, h = 1,84 m, I = 0,00098,
z = 1:0,5, n = 0,03; Kali Wrati2 direncanakan Q = 190,972 m3/dt, V = 1,39 m/dt,
b = 35 m, h = 3,31 m, I = 0,00038, z = 1: 0,5, n = 0,03; Kali Wrati3 direncanakan
Q = 193,472 m3/dt, V = 1,17 m/dt, b = 40 m, h = 3,51 m, I = 0,00025, z = 1: 0,5,
n = 0,03; Kali Bangiltak direncanakanQ = 390 m3/dt, v = 1,22 m/dt, b = 90 m,
I = 0,00028, h = 3,31 m, z = 1: 0,5, n = 0,03; Kali Bangiltak2 direncanakan
Q = 583,472 m3/dt, V = 1,40 m/dt, b = 95 m, h = 4,06 m, I = 0,00028, z = 1: 0,5,
n = 0,03.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hampir setiap tahun dimusim penghujan terjadi banjir pada Kali Bangiltak
dan Kali Wrati yang disertai gerusan tebing dan putusnya tanggul dibeberapa tempat
Kali Bangiltak memiliki panjang 11,1 km dimulai dari pelimpah Kali Porong
Pasuruan. Kondisi Kali Bangiltak mengalami pendangkalan dan tidak ada limpasan
air dari Kali Porong. Di atas pelimpah terdapat pintu yang selalu tertutup, di bagian
depannya dibendung dengan urugan sirtu untuk menjaga agar bocoran air dari pintu
air tidak mengalir ke arah hilir karena alur Kali Bangiltak telah berubah fungsi baik
untuk bangunan (permukiman dan fasilitas umum), jalan, lapangan, areal pertanian
bertemu dengan Kali Wrati (sekarang disebut Kali Wrati Baru) dan bergabung
hingga Kali Kedunglarangan, alur ini merupakan alur asli Kali Bangiltak namun
sudah mengalami penyempitan, sedang alur asli Kali Wrati (disebut Kali Wrati
Dengan adanya banjir rutin di Kali Wrati maka Kali Bangiltak dapat
melakukan pengerukan. Namun dengan adanya antisipasi banjir dari Kali Porong
Bangiltak, karena daerah bantaran sungai bahkan badan sungai telah banyak
Letak geografis sungai Kali Wrati berada pada 113,80º BT dan 07º20’ LS.
Panjang Kali Wrati adalah 11 km yang diukur dari hulu yaitu di Kecamatan Gempol
sampai muara Kali Kedunglarangan dan mempunyai luas DAS 78,70 Km2. Daerah
aliran Kali Wrati di sebelah utara dibatasi oleh daerah aliran Kali Porong, di sebelah
timur dibatasi oleh Selat Madura, disebelah selatan dibatasi daerah aliran Kali
Kedunglarangan. Pada DAS Kali Wrati terdapat 12 stasiun pengamat Hujan yaitu
Stasiun Gempol, Stasiun Winong, Stasiun Kedung Cangkring, Stasiun Banyu Legi,
Kali Wrati selain berfungsi sebagai saluran banjir juga berfungsi sebagai
sumber air baku untuk irigasi dan tambak. Dengan demikian terdapat bangunan-
bangunan fasilitas terkait dengan pengambilan air irigasi/air baku dan pembuangan
air drainase, seperti bendung gerak (skot balok) dan juga terdapat bangunan silang
seperti jembatan. Potensi air Kali Wrati cukup bagus karena areal sawah pada saat
musim kemarau mendapat air irigasi, namun sayangnya saat musim hujan areal
sawah terendam banjir. Bila masalah banjir ini bisa diatasi maka pola tanam di Kali
Wrati bisa 3 (tiga) kali dalam setahun sehingga dapat meningkatkan taraf
masyarakat.
Permasalahan Kali Wrati lainnya adalah masuknya air banjir dari Kali
sungai serta berakibat makin parahnya banjir (adanya peningkatan tinggi, luas dan
lama genangan). Daerah permukiman di Kali Wrati juga telah padat terutama di
daerah Kalianyar, bahkan kondisi permukiman ini mendesak badan sungai hal ini
telah terbukti dengan semakin menyempitnya Kali Wrati lama yang dulu lebarnya 30
Permasalahan yang terjadi pada daerah Kali Bangiltak dan Kali Wrati secara
2. Bagaimana kondisi muka air banjir yang mengalir di Kali Bangiltak dan
banjir.
5. Pada DAS Kali Wrati terdapat 12 stasiun pegamat hujan yaitu Stasiun
1.5 Lokasi
Lokasinya adalah Kali Bangiltak dan Kali Wrati yang sebagian besar
LOKASI STUDI
Kali Porong
Lapindo
Lokasi Studi
Daerah banjir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Sungai adalah suatu sistem aliran yang dibentuk oleh alam untuk mengalirkan
air. Sungai sebagai salah satu sumber air yang potensial. Ada dua aspek peran sungai
bagi manusia, yaitu aspek pemanfaatan sebagai salah satu sumber air tawar yang
besar dan lebih mudah dikelola, serta aspek pengendalian karena sungai dapat
(debit), angkutan sedimen, yang keduanya dipengaruhi proses alam serta campur
a. Topografi, yang membentuk luas DAS, tipe DAS, trase sungai dan kemiringan
dasar sungai.
b. Iklim, hidrologi dan hidrogeologi, menentukan ketersediaan air atau debit dalam
c. Tanah dan geologi, mempengaruhi geometri sungai, dan trase sungai serta tipe
sungai. Geometri sungai relatif tetap pada sungai-sungai yang mengalir didataran
cadas (rock), sedang yang di dataran aluvial mudah berubah, karena proses
masyarakat disekitarnya itu juga bisa menjadikan masyarakat tadi menghadapi risiko
bencana tahunan akibat banjir. Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air
lantaran curah hujan yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul/bendungan yang
bobol, pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran air di tempat lain.
Banjir luapan sungai terjadi setelah proses yang cukup lama, meskipun proses
itu bisa jadi lolos dari pengamatan sehingga datangnya banjir terasa mendadak dan
mengejutkan. Selain itu banjir luapan sungai kebanyakan bersifat musiman atau
terkadang akibat kedua hal itu sekaligus. Banjir terjadi sepanjang sistem sungai dan
anak-anak sungainya, mampu membanjiri wilayah luas dan mendorong peluapan air
di dataran rendah, sehingga banjir yang meluap dari sungai-sungai selain induk
sungai biasa disebut ‘banjir kiriman’. Besarnya banjir tergantung kepada beberapa
suhu/musim, keadaan permukaan tanah yang tertutup rapat oleh bangunan dan
2.2.1 Normalisasi
banjir dan memperendah elevasi muka air banjir agar daerah sekitar sungai dari
bahaya banjir.
penampang sungai yang menyempit. Akibat kondisi sungai tersebut maka air tidak
dapat dilewatkan dengan cepat dan aman, karena daya tampung sungai kecil.
Sehingga sungai tidak mampu menampung seluruh debit banjir dan menyebabkan
aliran Kali Bangiltak dan Kali Wrati meluap dan melimpas ke daerah kanan kiri
tanggul meliputi perencanaan tinggi tanggul, tubuh tanggul, talud dan alignment
mengamankan bahaya limpasan dan luapan air banjir ke daratan yang lebih rendah
yang menimbulkan kerugian besar. Tanggul banjir ini dibuat untuk membatasi aliran
air banjir yang melimpas kedaerah pemukiman maupun persawahan. Dengan adanya
tanggul tersebut maka air banjir yang semula melimpas dan menggenangi daratan
yang rendah disisi kanan dan kiri sungai dapat diatasi, sehingga aliran banjir menjadi
terpusat pada suatu alur sungai yang mengakibatkan elevasi muka air sungai tersebut
sekitarnya. Pembuatan tanggul berarti merubah pola aliran dan angkutan sedimen
pada bagian sungai yang bersangkutan. Muka air bertambah tinggi dan kecepatan
aliran bertambah. Sedimen layang yang semula diendapkan secara luas di daerah
genangan, dengan adanya tanggul akan mengendap bantaran sungai yang ada dan
- Pertimbangan sosial, yaitu dengan adanya bangunan ini, bencana banjir dapat
daerah pertanian dsb), kondisi sosial ekonomi daerah dsb. Tinggi keamanan
curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada
satu titik tertentu, curah hujan ini disebut juga sebagai curah hujan wilayah dan
hujan di seluruh daerah aliran sungai, maka dipilih beberapa stasiun yang tersebar di
seluruh DAS. Stasiun terpilih adalah stasiun yang berada dalam cakupan areal DAS
dan memiliki data pengukuran iklim secara lengkap. Untuk keperluan pengolahan
data curah hujan menjadi data debit diperlukan data curah hujan bulanan, sedangkan
untuk mendapatkan debit banjir rancangan diperlukan analisis data dari curah hujan
harian maksimum. Beberapa cara yang dapat dipakai untuk menentukan curah hujan
Pada cara arithmetik dianggap bahwa data curah hujan dari suatu tempat
pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar tempat itu dengan
merata-rata langsung stasiun penakar hujan yang digunakan. Cara arithmetik dipakai
pada daerah yang datar dan banyak stasiun penakar hujannya, dimana daearah
Soemarto,1986) :
1
R = (R1 + R2 + ..... + Rn ) ..........................................................................(2.1)
n
dengan,
R1, R2, ..., Rn = Curah hujan ditiap titik pos Curah hujan
Pada cara Poligon Thiessen dianggap bahwa data curah hujan dari suatu
tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar tempat itu. Cara
ini digunakan apabila titik-titik pengamatan didalam daerah tersebut tidak menyebar
merata, maka dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh pada tiap titik
kondisinya tidak sama. Cara perhitungan dengan membuat poligon yang memotong
tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan
demikian tiap stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu wilayah poligon tertutup
An. Perbandingan luas poligon untuk setiap stasiun yang besarnya An /A. Thiessen
A1 R1 + A2 R2 + ......... + An Rn
R= ...........………………………....(2.2)
A1 + A2 + ......... + An
A1 R1 + A2 R 2 + ......... + An R n
R= ……………………………....(2.3)
A
R = W1 R1 + W2 R2 + .........+ Wn Rn …………………………..........(2.4)
dengan,
R1, R2, ..., Rn = Curah hujan ditiap titik pos Curah hujan
A1, A2, ..., An = Luas daerah Thiessen yang mewakili titik pos curah hujan
A1 A2 An
W 1 ,W 2 ,. .. . .W n = , , .. . .. .
A A A
tempat-tempat dengan curah hujan yang sama, dimana sebagai garis-garis yang
membagi daerah aliran sungai menjadi daerah-daerah yang luasnya dipakai sebagai
faktor koreksi dalam perhitungannya. Besar curah hujan rata-rata bagi daerah
dengan luas daerah antara kedua kontur, dijumlahkan dan kemudian dibagi luas
seluruh daerah. Curah hujan rata-rata di antara kontur biasanya diambil setengah
R + R2 R + R3 R + Rn+1
A1 1 + A2 2 + ......... + An n
R=
2 2 2 ………..….(2.5)
Atotal
dengan,
R1, R2, ..., Rn = Curah hujan ditiap titik pos Curah hujan
A1, A2, ..., An = Luas daerah Thiessen yang mewakili titik pos curah hujan
debit (banjir maksimum tahunan) maka debit banjir rencananya dihitung dengan
metode curah hujan – limpasan (rainfall – runoff). Perhitungannya dimulai dari curah
hujan rencana yang dikonversi menjadi curah hujan jam-jaman kemudian dikali
karakteristik daerah aliran sungainya yang dikenal dengan nama hidrograf satuan
atau hidrograf satuan sintetis. Sedangkan curah hujan rencana yang dalam hal ini
adalah curah hujan harian diperoleh dari data curah hujan harian maksimum tahunan
diolah dengan metode analisis frekuensi. Analisis frekuensi data curah hujan rencana
digunakan dalam Hidrologi, yaitu : Distribusi Gumbel Tipe I, Distribusi Log Pearson
curah hujan didasarkan pada cirri khas dan nilai-nilai koefisien yang didapat dari
1. Koefisien Variasi ( Cv )
Cv = Sx
X
( X X )2
( n 1)
SX =
2. Koefisien Ketajaman ( Ck )
( X i. X )4
Ck = 4
n .S X
dengan,
n = Jumlah data
Xi = Data hujan ( mm )
SX = Simpangan baku
3. Koefisien Simetris ( Cs )
n . ( X i . X ) 3
( n 1 )( n 2 ). S X
Cs =
3
dengan,
n = Jumlah data
Xi = Data hujan ( mm )
SX = Simpangan baku
Skewness dan Koefisien Kurtosis, seperti persyaratan yang tercantum pada Tabel
2.2.
*) Bila tidak ada yang mendekati parameter Gumbel dan Distribusi Normal,
Tersedia Tabel -3 ≤ Cs ≤ 3
(Soewarno,1995) :
− α ( x− β )
− α ( x− β )− e
p ( x )= α e .............................................................(2.6)
α = Parameter konsentrasi
hasilnya adalah :
1, 2825
α=
σ
..........................................................(2.8)
β = μ − 0, 45 σ .....................................................(2.9)
(YT− Y n)
K=
Sn
...........................................(2.10)
T 1
YT = ln ( ln ..........................................(2.11)
T
dengan,
YT = Reduced variabel Y
jumlah data n
jumlah data n
Distribusi Log Pearson Type III banyak digunakan dalam analisa Hidrologi
terutama analisis data maksimum dan minimum dengan nilai ekstrim. Bentuk
distribusi Log Pearson Type III ini dapat menggantikan varian menjadi nilai
logaritma. Untuk menganalisa frekuensi curah hujan dengan metode Log Pearson
dengan,
a. Mencari harga Log X
n
log X
i1
Log X
n
…………………..…………………………...(2.13)
X log
n 2
(log X )
i1
( n 1)
S log x
. …………………(2.14)
n (log X log X )
n 3
Cs i 1
( n 1 )( n 2 ) S log
3
…………………………..(2.1
x
(Probability Density Function, PDF) Normal dari variable acak kontinyu X dapat
x - μ
2
p(x) =
1
e 2σ 2 ..................................................................(2.16)
σ 2π
d) Metoda Grafis
Dari analisis penentuan paramater Distribusi Normal, diperoleh nilai adalah nilai
rata-rata dan adalah nilai simpangan baku dari populasi, yang masing-masing dapat
x-μ
Dengan subtitusi t = , akan diperoleh Distribusi Normal Standar dengan
σ
t2
1
P(t) = e 2 ................................................................................(2.17)
2π
t2
1
1 2 dt ....................................................................(2.18)
P(t) = e
2π
dengan,
x-μ
t = , standard normal deviate
σ
Persamaan ini dapat diselesaikan dengan bantuan tabel luas di bawah kurva
distribusi normal.
rumus umum yang dikemukakan oleh Ven Te Chow (1951) sebagai berikut:
XT= X + Kσ
.........................................................................................(2.19)
dengan,
(empiris) dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang (frekuensi teoritis)
1. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan atau
Terdapat dua cara pengujian yaitu uji Chi Kuadrat dan uji Kolomogorov-
pada kertas peluang dan menentukan apakah data tersebut merupakan garis lurus atau
frekuensi teoritisnya.
peluang yang telah di pilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang
di analisis. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X2, oleh karena
itu disebut dengan uji Chi–Square. Parameter X2 dapat di hitung dengan rumus
dengan,
G = Jumlah sub–kelompok
2. Kelompokkan data menjadi G sub – grup, tiap – tiap sub grup minimal 4 data
pengamatan.
1. Apabila peluang lebih besar dari 5 %, maka persamaan distribusi teoritis yang
2. Apabila peluang lebih kecil dari 1 %, maka persamaan distribusi teoritis yang
Uji kecocokan Smirnov - Kolmogorov sering juga disebut uji kecocokan non
parametik karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Uji ini
di peroleh dengan memplot data dan probabilitas dari data yang bersangkutan, serta
hasil perhitungan empiris dalam bentuk grafis. Dari kedua hasil pengeplotan, dapat
perhitungan probabilitas dan plotting data untuk mengetahui data yang mempunyai
simpangan terbesar.
P
n
m 1
x 100% …………..………………………………………..(2.21)
dengan :
P = probabilitas
n = besarnya data
dengan :
Δmax = selisih maksimum antara peluang empiris antara peluang dan
peluang teoritis
Sn = peluang teoritis
Px = peluang empiris
Nilai Δkritis untuk uji Smirnov Kolmogorov dapat dilihat pada Tabel 2.5
dipermukaan tanah (surface run off) dengan air hujan yang terjadi. Besar debit banjir
rencana dipengaruhi oleh besar nilai koefisien pengaliran atau koefisien limpasan
yang tergantung pada penggunaan lahan (land use), jenis tanah dan juga topografi
daerah pengaliran.
perlindungan yang lebih sedikit dari pada daerah yang rendah dan bertindak sebagai
kolam penampungan bagi aliran dari daerah anak sungai yang lain. Dalam
yang ada dalam prencanaan tersebut, seperti normalisasi dan sudetan. Debit ini
biasanya merupakan debit maksimum dari suatu banjir rencana akibat hujan pada
daerah aliran.
dengan ketersediaan data curah hujan, iklim, jenis tanah, karakteristik daerah, luas
rumus hidrograf satuan sintetik berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada
beberapa sungai di Jepang. Besarnya nilai debit puncak hidrograf satuan dihitung
dengan rumus :
3, 6 0,3T p T0 , 3
Qp
C * A * R0
………………………………….(2.25)
dengan,
R0 = Hujan satuan ( mm )
T 0.3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak
lengkung naik dan lengkung turun. Pada bagian lengkung naik, besarnya nilai
dengan,
m3 /detik.
Pada bagian lengkung turun yang terdiri dari tiga bagian, hitungan limpasan
permukaannya adalah:
dengan,
dengan,
Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai debit
menjadi 30% dari debit puncak hidrograf satuan dihitung T0,3 = α.tg , dimana α
Tr Waktu
digunakan sebagai acuan untuk menyatakan apakah debit yang direncanakan tersebut
mampu untuk ditampung oleh saluran pada kondisi eksisting tanpa terjadi peluapan
1
Q= . A . R 2/ 3 . I 1/ 2
n ...…………………………………..(2.31)
dengan,
R = Jari-jari hidrolis
I = Kemiringan energi
dengan jelas pada setiap bagian keliling basah, tetapi kecepatan rata-rata dapat
tersebut. Misalnya suatu saluran persegi panjang dengan dasar kayu dan dinding kaca
akan memiliki nilai-nilai n yang berbeda untuk dasar dan dindingnya. Rumus
ekivalen untuk keseluruhan keliling basah dan memasukan nilai ekivalen ini untuk
bahwa setiap bagian dari luas memiliki kecepatan rata-rata yang sama, yang juga
n = ….…..........................(2.32)
2/3
n = ( …………………………………………………....(2.33)
dengan,
n1 n7
P1 n6 P7
n2 n5
P6
P2 n3 n4
P5
P3
P4
Gambar 2.2 Potongan melintang dengan bermacam-macam kekasaran
Manning
Bentuknya bervariasi menyesuaikan diri dengan kondisi alam, mulai dari bentuk
seperti parabola sampai ke bentuk trapesium. Jenis dan bentuk saluran disesuaikan
dengan keadaan lingkungan setempat. Adapun bentuk dan jenis saluran yang sering
dipakai adalah saluran terbuka. Saluran ini terdiri dari dua bentuk dengan
Saluran ini biasa dipakai pada daerah dengan luas terbatas, misalnya pada
lingkungan pemukiman. Ambang saluran ini dapat difungsikan sebagai inlet air
Saluran ini dapat diterapkan pada daerah dengan kepadatan rendah. Besarnya
tergantung pada kebutuhan. Namun dalam perencanaan ini penampang saluran yang
trapesium paling banyak di jumpai di dalam praktek, baik yang merupakan saluran-
Tipe kurva air balik yaitu suatu bentuk permukaan air apabila kedalaman
muka air di batas hilir lebih besar dari pada kedalaman normal aliran. Sebagai
contoh, profil ini terbantuk apabila aliran mengalami penahanan oleh suatu bangunan
air seperti aliran di hulu bendung atau penahan oleh tinggi muka air di bagian hilir.
persamaan dinamis dari aliran berubah lambat laun. Tujuan utama dari perhitungan
profil permukaan aliran adalah untuk menentukan bentuk lengkung permukaan air
berubah lambat laun dengan cara menghitung besarnya kedalaman aliran menurut
jaraknya dari suatu penampang. Semua penyelesaian dari persamaan aliran berubah
lambat laun harus dimulai dari penentuan kedalaman hilir (sebagai kondisi batas
untuk aliran subkritis) dan ditunjukkan dengan perhitungan kedalaman aliran kearah
hulu. Elevasi air yang terjadi dapat di analisis dengan menggunakan beberapa
method), Metode Tahapan Standart (Standart step method). Analisis profil air balik
bagian-bagian saluran yang pendek, lalu menghitung secara bertahap dari satu ujung
ke ujung saluran lainnya. Ada berbagai jenis metode tahapan ini. Metode tahapan
langsung merupakan cara yang mudah dan sederhana untuk menghitung profil muka
air pada aliran saluran prismatik. Metode ini dikembangkan dari persamaan energi
berikut :
z1 h1 z 2 h2 hf
V12 V22
2g 2g ..............................................................(2.34)
dengan,
V = Kecepatan rata-rata
g = Percepatan gravitasi
E1 h1
V12
...........................................................................................(2.35)
2g
E 2 h2
V22
............................................................................................(2.36)
2g
h1 z h2 2 h f ....................................................................(2.37)
V12 V2
2g 2g
E1 S 0 z E 2 S f X ...........................................................................(2.38)
atau :
E 2 E1
X
S0 S f
...........................................................................................(2.39)
dengan,
S f1 S f 2
Sf .............................................................................(2.40)
2
Sf
Q2n2
4
(Manning)..............................................................(2.41)
A2 R 3
E1 z1 h1
V12
....................................................................................(2.42)
2g
E 2 z 2 h2
V 22
....................................................................................(2.43)
2g
z1 h1 z 2 h2 2 h f ..............................................................(2.44)
V12 V2
2g 2g
E1 E2 h f .............................................................................................(2.45)
dikembangkan oleh U.S. Army Corps of Engineers River Analysis System. HEC-RAS
merupakan sebuah program yang didesain sedemikian rupa sehingga pengguna dapat
melakukan perhitungan profil permukaan air steady, aquase dan unsteady serta
Program ini digunakan untuk perhitungan analisis aliran satu dimensi (1D),
baik untuk aliran steady maupun unsteady dalam suatu jaringan, yang berada pada
saluran alami maupun buatan. Dan untuk aliran quasi unsteady dimana kedalaman
dan kecepatan aliran dari suatu tempat ke tempat lainnya berubah menurut waktu.
daerah genangan, elevasi jembatan dan sebagainya. Aliran banjir disungai adalah
aliran tidak mantap, sehingga analisa profil muka air disepanjang sungai dilakukan
HEC-RAS terdiri dari tiga komponen analisis hidrolika satu dimensi (1D)
yaitu perhitungan profil permukaan aliran steady, simulasi aliran unsteady dan
menggunakan data geometri umum yang mewakili serta perhitungan hidraulika dan
berikut :
2. Simulasi program
1. Data Geometri
Flow) adalah debit konstan banjir rencana pada ujung hulu saluran utama
dan debit tambahan di sepanjang sungai. Prinsip aliran tetap dalm HEC-
RAS adalah bahwa debit yang masuk pada penampang paling hulu akan
nilai debit dipenampang tersebut adalah komulatif dari debit di hulu dan
sungai, serata hidrograf tinggi muka air pada batas hilir. Berbeda dengan
metode aliran tetap, pada aliran tidak tetap debit yang masuk tidak
bersifat komulatif.
4. Data Kondisi Batas dan Kondisi Awal (Boundary Conditions and Initial
Conditions)
menetapkan elevasi muka air pada titik terakhir dari sistem sungai.
1. Potongan Melintang
Berupa tampilan elevasi muka air suatu penampang melintang pada suatu
debit yang masuk, kecepatan aliran, luas penampang basah, volume dan
4. Kurva Kenaikan
Tampilan berupa grafik hubungan antara tinggi muka air dengan debit
5. Tampilan 3D Sungai
Tampilan perspektif tiga dimensi elevasi muka air dalam suatu penggal
sungai.
froude.
Kelebihan HEC-RAS :
4. Mampu melakukan simulasi aliran pada sungai atau saluran yang terdapat
Keterbatasan HEC-RAS :
transversalnya horisontal.
4. Untuk aliran unsteady kondisi batas hilir tidak boleh lebih kecil dari
kedalaman kritis.
5. Lemah dalam menghitung profil permukaan air utuk aliran berubah cepat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dalam melakukan penelitian Tugas Akhir sehingga dapat terencana dengan baik agar
diperlukan dalam pengolahan data, dan menarik kesimpulan serta saran-saran yang
Pada bab ketiga ini akan dijelaskan secara detail langkah-langkah yang akan
yang diharapkan.
Setiap usaha manusia akan didasarkan oleh suatu alasan yang mendorong
untuk bertindak. Apabila ingin merencanakan suatu drainase, maka harus diketahui
alasannya. Untuk lebih memperkuat alasan tersebut perlu adanya pengumpulan data-
data, baik data yang diperoleh dari sumber maupun langsung dari lapangan dengan
penelitian ini diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Propinsi Jawa Timur
dan PT. Cipta Surya Wahana. Data-data dan sumber yang digunakan dalam
perencanaan sistem pengendali banjir pada aliran Kali Bangiltak dan Kali Wrati
dan debit rencana, data yang tersedia berupa data curah hujan bulanan yang dicatat
oleh stasiun pencatat curah hujan yang berpengaruh dan mewakili daerah aliran Kali
Wrati. Gambar lokasi DAS Kali Wrati dapat dilihat pada gambar 3.1 dan gambar
letak DAS Kali Wrati dapat dilihat pada gambar 3.2. Data hidrologi berupa data
curah hujan selama 20 tahun dari tahun 1989 sampai tahun 2008. Data hujan
diperoleh dari 12 stasiun hujan, yaitu Stasiun Gempol, Stasiun Winong, Stasiun
Stasiun Randupitu, Stasiun Tanggul, Stasiun Jawi, Stasiun Kasri, Stasiun Bangil,
Kecamatan : Gempol
Kabupaten : Pasuruan
Kecamatan : Pandaan
Kabupaten : Pasuruan
Kecamatan : Jabon
Kabupaten : Sidoarjo
Kecamatan : Beji
Kabupaten : Pasuruan
Kecamatan : Gempol
Kabupaten : Pasuruan
Kecamatan : Pandaan
Kabupaten : Pasuruan
Kecamatan : Gempol
Kabupaten : Pasuruan
Kecamatan : Beji
Kabupaten : Pasuruan
Kecamatan : Prigen
Kabupaten : Pasuruan
Kecamatan : Pandaan
Kabupaten : Pasuruan
Kecamatan : Bangil
Kabupaten : Pasuruan
Kecamatan : Bangil
Kabupaten : Pasuruan
Letak geografis sungai Kali Wrati berada pada 113,80º BT dan 07º20’ LS.
Panjang Kali Wrati adalah 11 km yang diukur dari hulu yaitu di Kecamatan Gempol
sampai muara Kali Kedunglarangan dan mempunyai luas DAS 78,70 Km2. Daerah
aliran Kali Wrati di sebelah utara dibatasi oleh daerah aliran Kali Porong, di sebelah
timur dibatasi oleh Selat Madura, disebelah selatan dibatasi daerah aliran Kali
Kedunglarangan.
sungai. Pengukuran memanjang dan melintang dilakukan disepanjang Kali Wrati dan
dengan periode ulang 10 tahun dengan metode Nakayasu. Debit rencana ini nantinya
digunakan untuk menghitung kemampuan penampang sungai Kali Wrati dan Kali
Bangiltak, digunakan untuk pembuatan Normalisasi Kali Wrati dan Kali Bangiltak.
1. Studi literatur.
Umum Pengairan Propinsi Jawa Timur dan PT. Cipta Surya Wahana.
3. Jumlah data yang digunakan mulai tahun 1989 samapai dengan tahun 2008
(20 tahun).
4. Data yang diambil atau digunakan adalah Data curah hujan jam-jaman
10. Merencanakan sistem pengendalian banjir dengan data debit yang telah
yang sesuai dengan kondisi yang ada, maka perumusan model dapat
Pengumpulan Data :
- Data curah hujan (1989-2008)
- Data geografis dan topografi
- Pengukuran memanjang dan
melintang
- Data debit rencana
banjir
Perbaikan kali
tidak
tidak
Selesai
BAB IV
Dalam perhitungan ini digunakan data curah hujan harian yang nantinya
diolah menjadi debit untuk dipakai data dasar dalam perencanaan. Data curah hujan
Kemudian dilakukan perhitungan tinggi hujan dan dirata-rata. Dan dari hujan rata-
rata ini dihitung tinggi hujan rencana dengan periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata–rata
diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan di suatu titik tertentu. Curah
hujan ini disebut curah hujan wilayah atau daerah yang dinyatakan dalam mm.
Dalam perhitungan studi pengendalian banjir Kali Bangiltak dan Kali Wrati
besarnya curah hujan rata-rata ekuivalen mengingat beberapa faktor yang cocok
untuk untuk DAS Kali Wrati Kabupaten Pasuruan diantaranya seperti : jaring-jaring
pos stasiun penakar Hujan, luas DAS dan topografi DAS. Sehingga didapatkan Luas
Pada DAS Kali Wrati terdapat 12 stasiun hujan yang berpengaruh dan
tersebar pada DAS Kali Wrati. Adapun ke 12 stasiun hujannya adalah stasiun hujan
Tanggul, Jawi, Kasri, Bekacak, dan Bangil. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan
luasan pengaruh Thiessen DAS Kali Wrati pada Gambar 4.1. dan Tabel 4.1.
dengan rumus :
Wi
Ai
A
Wi 0,14
9,35
69,25
Wi 0,01
0,88
69,25
persamaan, yaitu :
R Wi Ri
Berdasarkan stasiun hujan Gempol pada tahun 1989, hujan harian maksimum
terjadi pada tanggal 1 Desember 1989 dengan tinggi hujan yang terjadi sebesar 54
mm. Sedangkan pada tanggal kejadian yang sama yaitu 1 Desember 1989, pada
daerah stasiun hujan yang lain, dengan tinggi hujan yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Stasiun hujan Kedung Cangkring, tinggi hujan yang terjadi sebesar 42 mm.
Stasiun hujan Banyulegi, tinggi hujan yang terjadi sebesar 105 mm.
Stasiun hujan Kepulungan, tinggi hujan yang terjadi sebesar 107 mm.
Stasiun hujan Kasri, tinggi hujan yang terjadi sebesar 114 mm.
Jadi curah hujan pada DAS Wrati, berdasarkan stasiun hujan Gempol sebesar
= 68,80 mm
Tabel perhitungan curah hujan harian tiap tahun di DAS Wrati berdasarkan
Dari data hasil perhitungan tabel curah hujan rata-rata tiap stasiun (lampiran),
diperoleh data curah hujan harian maksimum rata-rata tiap tahun di DAS Wrati
Tabel 4.2. Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rat Pada DAS Wrati
dianalisa dahulu data curah hujan yang ada dengan parameter statistik. Tujuan dari
analisa frekuensi digunakan adalah untuk menentukan jenis distribusi yang sesuai
Hasil perhitungan analisa frekuensi curah hujan dapat dilihat dalam Tabel 4.3
dibawah ini :
Tabel 4.3 Perhitungan Analisa Frekuensi Curah Hujan pada DAS Wrati
R-Rrata- (R-
R (R-Rrata)² (R-Rrata)4
No rata Rrata)³
(mm) (mm) (mm²) (mm³) (mm4)
1 68.80 -13.71 187.96 -2576.86 35328.12
2 74.02 -8.49 72.08 -611.99 5195.86
3 67.79 -14.72 216.59 -3187.46 46909.29
4 94.04 11.53 132.98 1533.53 17684.44
5 77.53 -4.98 24.77 -123.29 613.61
6 112.17 29.66 879.66 26089.83 773799.32
7 64.33 -18.18 330.42 -6006.23 109178.24
8 83.45 0.95 0.90 0.85 0.81
9 78.22 -4.29 18.41 -79.01 339.03
10 93.34 10.84 117.40 1272.12 13783.93
11 82.19 -0.31 0.10 -0.03 0.01
12 91.86 9.35 87.46 817.90 7648.88
13 93.74 11.23 126.08 1415.65 15895.55
14 86.38 3.87 14.98 57.98 224.41
15 95.86 13.36 178.37 2382.14 31814.28
16 74.19 -8.32 69.21 -575.75 4789.79
17 69.06 -13.45 180.91 -2433.21 32726.98
18 80.40 -2.10 4.42 -9.29 19.52
19 80.40 -2.10 4.42 -9.29 19.54
20 82.38 -0.13 0.02 0.00 0.00
Jumlah = 1650.13 2647.13 17957.60 1095971.60
Sumber : hasil analisa data
1650,13
Rrata-rata =
20
= 82,51 mm
2647 ,13
20 1
Sx =
= 11,80
20 17957 , 60
19 18 11 , 80
Cs = 3
= 0,639
20 1095971
19 18 11 , 80 4
, 60
Ck =
= 0,540
Dari hasil perhitungan diatas dapat ditentukan jenis sebaran yang dipilih
Normal : Cs = 0
Ck = 3
Gumbel : Cs = 1,139
Ck = 5,402
Log Pearson Tipe III : yang tidak termasuk dalam syarat diatas atau
bebas
Dari hasil perhitungan analisa frekuensi curah hujan DAS Kali Wrati, dapat
dilihat bahwa harga Cs, Ck yang menunjukkan ciri-ciri dari sebaran Distribusi Log
Dari hasil analisa frekuensi diatas dapat diketahui yang digunakan adalah
metode Distribusi Log Pearson Type III dan untuk perhitungan Distribusi Log
Pearson Tipe III DAS Kali Wrati dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4 Perhitungan Distribusi Log Pearson Tipe III DAS Wrati
Tanggal R (Log R- (Log R-
No. Tahun Log R LogRr)2 LogRr)3
Terjadi (mm)
0,0705
20 1
S =
= 0,061
20 0 , 00106
19 18 11 , 80 3
Cs =
= 0,274
Tabel 4.5 Perhitungan Curah Hujan DAS Wrati untuk beberapa periode
Tr K Log R R
(tahun) (mm) (mm) (mm)
2 -0.046 1.9096 81.210
5 0.826 1.9627 91.764
10 1.307 1.9920 98.174
25 1.841 2.0245 105.811
50 2.198 2.0463 111.238
Sumber : hasil analisa data
= 1,9096
R2tahun = 81,210 mm
peluang yang dipilih, maka dalam penelitian ini menggunakan dua macam uji, yaitu
secara horisontal dengan metode Smirnov Kolmogorov dan secara vertikal dengan
Keterangan :
Log Rr = 1,912
S = 0,061
Cs = 0,274
n 1
Sn ( x )= m dimana : m = nomer urut, n = jumlah nomer urut
20 1
= 1
= 0,048
k = ( Log R – Log Rr ) / S
= - 1,71
Px = 1 – Pr
Keterangan :
= 80
Log Rr = 1,912
S = 0,061
Log R = Log Rr x ( k x S )
= 101,852 = 72,522
Jumlah data dalam beberapa kelas dapat dilihat pada Tabel 4.8.
S 20 4.500
Sumber : hasil analisa data
Keterangan :
Perhitungan debit banjir rencana di DAS Wrati di bagi dalam 3 Sub DAS
yaitu : Sub DAS I, Sub DAS II, Sub DAS III. Sub DAS I memiliki luas 25,03 km2;
Sub DAS II memiliki luas 51,44 km2; sedangkan Sub DAS III memiliki luas 69,25
km2. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan luasan pengaruh Thiessen tiap Sub DAS
Gambar 4.2. Luasan pengaruh Thiessen Poligon tiap Sub DAS Wrati
Keterangan :
Warna merah jambu merupakan daerah Sub DAS I yang memiliki luas 25,03 km2.
Warna biru muda merupakan daerah Sub DAS II yang memiliki luas 51,44 km2.
Warna kuning merupakan daerah Sub DAS III yang memiliki luas 69,25 km2.
Tabel 4.9 Luasan Pengaruh Thiessen Poligon Tiap Sub DAS Wrati
Nomor SUB DAS I SUB DAS II SUB DAS III
Nama Bobot Bobot Luas Bobot
Stasiun Luas Luas
Stasiun Theisen Theisen ( Theisen
( km²) ( km²)
(%) (%) km²) (%)
1 Gempol 9.35 0.37 9.35 0.18 9.35 0.14
2 Winong - - 0.88 0.02 0.88 0.01
Kedung
3 Cangkring 3.72 0.15 3.72 0.07 3.72 0.05
4 Banyulegi 3.79 0.15 13.43 0.26 16.47 0.24
5 kepulungan 4.48 0.18 5.11 0.10 5.11 0.07
6 bareng 1.29 0.05 4.54 0.09 4.54 0.07
7 Randupitu 2.40 0.10 9.89 0.19 9.89 0.14
8 Tanggul - - 2.26 0.04 4.46 0.06
9 Jawi - - 0.53 0.01 0.53 0.01
10 Kasri - - 1.73 0.03 1.73 0.02
11 Bekacak - - - 4.23 0.06
12 Bangil - - - 8.34 0.12
Total 25.03 51.44 69.25
Sumber : hasil analisa data
Tata guna lahan yang digunakan didasarkan pada tata guna lahan kondisi
eksisting sesuai kenyataan yang ada yang diperoleh dari Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Pasuruan dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Sidoarjo. Tata guna lahan eksisting di Das Kali Wrati, gambarnya dapat
didasarkan pada fungsi peruntukan dan kepadatan bangunan. Untuk daerah aliran
merupakan gabungan dari variasi penggunaan lahan tersebut. Besar nilai koefisien
Tabel 4.10 Nilai Koefisien Pengaliran Gabungan berdasarkan Tata Guna Lahan Eksisting Di DAS Wrati
maka konsentrasi hujan besar umumnya terjadi selama 4 jam. Dengan pertimbangan
tersebut di atas maka perhitungan distribusi hujan dilakukan dengan persamaan dari
Dr. Mononobe dengan hujan terpusat terjadi selama 4 (empat) jam, maka dapat
dihitung rasio nisbah hujan jam-jaman dan selanjutnya bisa diketahui curah hujan
pengalirannya.
Dengan lama hujan terpusat 4 (empat) jam, maka dapat dihitung besarnya
rata-rata hujan (Rt) untuk masing – masing waktu. Perhitungan Nisbah Hujan Jam-
Rt = R24 4
2/3
4 t
Dimana R24 = 1
Rt = 1 4
2/3
4 1
t=1
= 0,630
= 1 4
2/3
4 2
t=2 Rt
= 0,397
Rt = 1 4
2/3
4 3
t=3
= 0,303
1 4
2/3
t=4 Rt =
4 4
= 0,250
Rt’ = t . Rt – {( t – 1 ) . Rt-1 )}
Dari hasil perhitungan curah hujan efektif, selanjutnya dapat dihitung pula
sebaran curah hujan efektif jam-jaman dengan menggunakan rumus Dr. Mononobe.
Hasil perhitungan sebaran curah hujan efektif untuk setiap Sub DAS Wrati
Tabel 4.12 Perhitungan Curah Hujan Efektif dan Distribusi Hujan Sub DAS I
Wrati
R Koef. R Distribusi Hujan
Periode Rencana Pengaliran Efektif
R1 R2 R3 R4
Ulang Eksisting
(R) ( C - eks ) Reff ( R24 ) 0.630 0.164 0.115 0.091
2 81.210 0.680 56.105 35.344 9.187 6.444 5.130
5 91.764 0.680 62.847 39.591 10.291 7.219 5.747
10 98.174 0.680 66.378 41.816 10.869 7.624 6.070
25 105.811 0.680 69.816 43.982 11.432 8.019 6.384
50 111.238 0.680 72.559 45.709 11.881 8.334 6.635
Sumber : Hasil Analisa data
Tabel 4.13 Perhitungan Curah Hujan Efektif dan Distribusi Hujan Sub DAS II
Wrati
R Koef. R Distribusi Hujan
Periode Rencana Pengaliran Efektif
R1 R2 R3 R4
Ulang Eksisting
(R) ( C - eks ) Reff ( R24 ) 0.630 0.164 0.115 0.091
2 81.210 0.670 55.280 34.824 9.051 6.349 5.055
5 91.764 0.670 61.923 39.009 10.139 7.112 5.662
10 98.174 0.670 65.402 41.201 10.709 7.512 5.980
25 105.811 0.670 68.790 43.335 11.264 7.901 6.290
50 111.238 0.670 71.492 45.037 11.706 8.212 6.537
Sumber : Hasil Analisa data
Tabel 4.14 Perhitungan Curah Hujan Efektif dan Distribusi Hujan Sub DAS III
Wrati
R Koef. R Distribusi Hujan
Periode Rencana Pengaliran Efektif
R1 R2 R3 R4
Ulang Eksisting
(R) ( C - eks ) Reff ( R24 ) 0.630 0.164 0.115 0.091
2 81.210 0.640 52.804 33.265 8.646 6.065 4.828
5 91.764 0.640 59.150 37.262 9.685 6.794 5.409
10 98.174 0.640 62.474 39.356 10.229 7.176 5.713
25 105.811 0.640 65.709 41.394 10.759 7.547 6.008
50 111.238 0.640 68.291 43.020 11.182 7.844 6.244
Sumber : Hasil Analisa data
Unit Hidograf Nakayasu dengan bentuk kurva yang disajikan pada gambar, dan
menggunakan persamaan :
3,6.0,3.Tp T0,3
C. A.Ro
Qmax =
Dimana :
Untuk bagian naik hidograf yang lambat dan bagian yang turun dengan cepat
harga α = 1,5
Untuk bagian naik hidograf yang cepat dan bagian yang turun dengan lambat
harga α = 3
Dalam perhitungan hidrograf debit banjir rencana DAS Wrati ada tiga sub
α =2
T0,3 = α x Tg
= 2 x 1,1705 = 2,341jam
A Ro
1
3,6 (0,3 Tp) T0,3
Qmax =
= 2,384 m3/dt
t ≤ 1,920 jam
t ≥ 7,772 jam
dimasukkan dalam persamaan hidrograf satuan Nakayasu dapat dilihat pada Tabel
4.15. sedangkan tabel Unit Hidrograf Banjir dapat dilihat pada Tabel 4.16, dan tabel
hidrograf banjir Q2, Q5, Q10, Q25, Q50 Sub DAS I Wrati dapat dilihat pada Tabel 4.17,
Tabel 4.18, Tabel 4.19, Tabel 4.20, dan Tabel 4.21. Tabel hidrograf banjir Q2 Q5 Q10
Q25 Q50 Sub DAS I Wrati dapat dilihat pada Tabel 4.22. Sedangkan gambar hidrograf
Tabel 4.15. Waktu Lengkung Hidrograf Nakayasu sub DAS I Wrati Kondisi
Eksisting
Awal (jam) Akhir (jam)
No Karakteristik Notasi
Notasi Nilai Notasi Nilai t
1 Lengkung Naik Q do 0 0.000 Tp 1.920
2 Lengkung Turun Tahap 1 Q d1 Tp 1.920 Tp + T0.3 4.261
3 Lengkung Turun Tahap 2 Q d2 Tp + T0.3 4.261 Tp + 2.5 T0.3 7.772
4 Lengkung Turun Tahap 3 Q d3 Tp + 2.5 T0.3 7.772 24 24.000
Sumber : hasil analisa data
Tabel 4.16 Unit Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sub DAS I Wrati
T Notasi Rumus Qa
(jam)
0.00 0
1.00 Q do Qp . (t/Tp)^ 2.4 0.4983
1.92 2.3835
2.00 1.2527
3.00 0.7490
4.00 Q d1 Qp . 0.3 ^ ((t-Tp)/T0.3) 0.4479
5.00 0.5550
6.00 0.3939
7.00 0.2796
8.00 0.2023
9.00 Q d2 Qp . 0.3 ^ ((t - Tp + 0.5T0.3)/(1.5.T0.3)) 0.1564
10.00 0.1210
11.00 0.0935
12.00 0.0723
13.00 0.0559
14.00 0.0433
15.00 0.0334
16.00 Q d3 Qp . 0.3^ ((t-Tp + 1.5T0.3)/(2 . T0.3)) 0.0259
17.00 0.0200
18.00 0.0155
19.00 0.0120
20.00 0.0092
21.00 0.0071
22.00 0.0055
23.00 0.0043
24.00 0.0033
Sumber : Hasil Perhitungan
α =2
T0,3 = α x Tg
= 2 x 1,456 = 2,911jam
A Ro
1
3,6 (0,3 Tp) T0,3
Qmax =
= 3,939 m3/dt
t ≤ 2,387 jam
t ≥ 9,665 jam
dimasukkan dalam persamaan hidrograf satuan Nakayasu dapat dilihat pada Tabel
4.23, sedangkan tabel Unit Hidrograf Banjir dapat dilihat pada Tabel 4.24, dan tabel
hidrograf banjir Q2, Q5, Q10, Q25, Q50 Sub DAS II Wrati dapat dilihat pada Tabel 4.25,
Tabel 4.26, Tabel 4.27, Tabel 4.28, dan Tabel 4.29. Tabel hidrograf banjir Q2 Q5 Q10
Q25 Q50 Sub DAS II Wrati dapat dilihat pada Tabel 4.30. Sedangkan gambar
hidrograf banjir Sub DAS II Wrati dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Tabel 4.23 Waktu Lengkung Hidrograf Nakayasu sub DAS II Wrati Kondisi
Eksisting
Awal (jam) Akhir (jam)
No Karakteristik Notasi
Notasi Nilai Notasi Nilai t
1 Lengkung Naik Q do 0 0.000 Tp 2.387
2 Lengkung Turun Tahap 1 Q d1 Tp 2.387 Tp + T0.3 5.298
3 Lengkung Turun Tahap 2 Q d2 Tp + T0.3 5.298 Tp + 2.5 T0.3 9.665
4 Lengkung Turun Tahap 3 Q d3 Tp + 2.5 T0.3 9.665 24 24.000
Sumber : hasil analisa data
Tabel 4.24 Unit Hidograf Satuan Sintetik Nakayasu Sub DAS II Wrati
T Notasi Rumus Qa
(jam)
0.00 0.0000
1.00 Q do Qp . (t/Tp)^ 2.4 0.4881
2.00 2.5760
2.39 3.9392
3.00 3.0573
4.00 Q d1 Qp . 0.3 ^ ((t-Tp)/T0.3) 2.0218
5.00 1.3370
6.00 0.9739
7.00 0.7392
8.00 0.5611
9.00 Q d2 Qp . 0.3 ^ ((t - Tp + 0.5T0.3)/(1.5.T0.3)) 0.4259
10.00 0.3308
11.00 0.2690
12.00 0.2188
13.00 0.1779
14.00 0.1447
15.00 0.1176
16.00 Q d3 Qp . 0.3^ ((t-Tp + 1.5T0.3)/(2 . T0.3)) 0.0957
17.00 0.0778
18.00 0.0633
19.00 0.0514
20.00 0.0418
21.00 0.0340
22.00 0.0277
23.00 0.0225
24.00 0.0183
Sumber : Hasil Perhitungan
250.000
200.000
150.000
Debit (m3/dt)
100.000
50.000
0.000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu (jam)
Debit Rencana Q2 (m3/dt ) Debit Rencana Q5 (m3/dt ) Debit Rencana Q10 (m3/dt )
96
97
α =2
T0,3 = α x Tg
A Ro
1
3,6 (0,3 Tp) T0,3
Qmax =
= 4,407 m3/dt
t ≤ 2,872 jam
t ≥ 11,629 jam
dimasukkan dalam persamaan hidrograf satuan Nakayasu dapat dilihat pada Tabel
4.31, sedangkan tabel Unit Hidrograf Banjir dapat dilihat pada Tabel 4.32, dan tabel
hidrograf banjir Q2, Q5, Q10, Q25, Q50 Sub DAS III Wrati dapat dilihat pada Tabel
4.33, Tabel 4.34, Tabel 4.35, Tabel 4.36, dan Tabel 4.37. Tabel hidrograf banjir Q2
Q5 Q10 Q25 Q50 Sub DAS III Wrati dapat dilihat pada Tabel 4.38. Sedangkan gambar
hidrograf banjir Sub DAS III Wrati dapat dilihat pada Gambar 4.6
Tabel 4.31 Waktu Lengkung Hidrograf Nakayasu sub DAS III Wrati Kondisi
Eksisting
Awal (jam) Akhir (jam)
No Karakteristik Notasi
Notasi Nilai Notasi Nilai t
1 Lengkung Naik Q do 0 0.000 Tp 2.872
2 Lengkung Turun Tahap 1 Q d1 Tp 2.872 Tp + T0.3 6.375
3 Lengkung Turun Tahap 2 Q d2 Tp + T0.3 6.375 Tp + 2.5 T0.3 11.629
4 Lengkung Turun Tahap 3 Q d3 Tp + 2.5 T0.3 11.629 24 24.000
Sumber : hasil analisa data
Tabel 4.32 Unit Hidograf Satuan Sintetik Nakayasu Sub DAS III
T Notasi Rumus Qa
(jam)
0.00 0.0000
1.00 Q do Qp . (t/Tp)^ 2.4 0.4881
2.00 2.5760
2.87 4.4074
3.00 4.2181
4.00 Q d1 Qp . 0.3 ^ ((t-Tp)/T0.3) 2.9912
5.00 2.1212
6.00 1.5042
7.00 1.1458
8.00 0.9112
9.00 Q d2 Qp . 0.3 ^ ((t - Tp + 0.5T0.3)/(1.5.T0.3)) 0.7246
10.00 0.5762
11.00 0.4582
12.00 0.3722
13.00 0.3134
14.00 0.2639
15.00 0.2223
16.00 Q d3 Qp . 0.3^ ((t-Tp + 1.5T0.3)/(2 . T0.3)) 0.1872
17.00 0.1576
18.00 0.1327
19.00 0.1118
20.00 0.0941
21.00 0.0793
22.00 0.0667
23.00 0.0562
24.00 0.0473
Sumber : Hasil Perhitungan
250.000
200.000
150.000
Debit (m3/dt)
100.000
50.000
0.000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu (jam)
Debit Rencana Q2 (m3/dt ) Debit Rencana Q5 (m3/dt ) Debit Rencana Q10 (m3/dt )
106
107
E=
E=
Dipakai koefisien manning (n) 0.03 karena dari hasil uji dengan metode Root
MSE diperoleh 0.429 lebih kecil dari yang lain. Dari hasil uji ini kemudian koefisien
eksisting dan kondisi muka air banjir Kali Bangiltak dan Kali Wrati.
Kondisi eksisting yang dianalisa adalah Kali Bangiltak dan Kali Wrati. Debit
yang digunakan sebagai input data adalah debit banjir rencana yang dihitung
pengaliran berdasarkan tata guna lahan eksisting yang ada di dalam DAS ataupun
sub DAS.
Persiapan Simulasi
menunjang penyelesaian analisa dan pembahasan ini. Sumber data yang digunakan
sebagai berikut :
3. Koefisien manning (pada tanggul kiri, dasar saluran dan tanggul kanan).
digunakan pada proses simulasi. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa
peta jaringan, data geometri, serta hidrograf banjir Kali Wrati dan Bangiltak.
a) Klik ganda pada ikon HEC-RAS yang ada pada desktop, atau
b) Buka menu Start lalu pilih All Program, kemudian pilih HEC lalu
menu File kemudian pilh New Project. Setelah membuat New Project
‘dxf’ dari menu scematic kemudian peta yang sudah masuk ke dalam
dengan cara pilih menu View (set scematic plot exens, set to current
yaitu : data skema sistem aliran sungai, data penampang sungai, dan
1. Kali Bangiltak
3. Kali Bangiltak 2
2. Kali Wrati
Gambar 4.10 Tampilan Windows Skema Geometri Data Kali Wrati dan Kali
Bangiltak
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menggambar skema jaringan sungai
1. Menggambar skema system sungai dengan cara mengklick icon River Reach dan
kemudian menggambar sungai dari hulu sampai hilir (merupakan arah positif),
jangkauannya.
penampang melintang dan data bangunan air. Cara memasukkan data penampang
sungai, daerah jangkauan sungai, data tiap station sungai sesuai jarak yang telah
ditentukan sebelumnya, memasukkan data elevasi dan angka Manning sebesar 0,03,
serta koefisien kontraksi. Tampilan masukan penampang sungai dapat dilihat pada
Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Tampilan Masukan Penampang Kali Bangiltak Pada Sta. 169
3. Setelah data geometri dimasukkan, simpan semua data geometri dengan memilih
memasukkan data aliran. Dalam tugas akhir ini digunakan tipe aliran
1. Pilih menu Steady Flow Data dari menu Edit pada program HEC-RAS.
2. Membuat tabel kala ulang untuk debit banjir yang dibutuhkan dengan mengedit
3. Mengisi debit banjir pada tabel profil sesuai skema yang telah dibuat pada menu
geometri data.
4. Setelah data untuk aliran Steady dimasukkan,simpan semua data dengan memilih
3. Running
Running terhadap data masukan. Tampilan windows pada saat running Steady
a. Click menu Run kemudian pilih Steady Flow Analysis dari menu utam
windows.
b. Memilih geometri data untuk steady flow analysis dari menu utama windows.
d. Tekan Compute.
Tampilan eksisting dari hasil output di atas dapat dilihat pada Gambar 4.14.
kesalahan, maka hasil analisis dapat ditapilkan dalam bentuk tabel maupun
gambar. Untuk itu click Option pada menu utama windows dan nantinya
Profil muka air pada saat kondisi eksisting pada beberapa stasiun :
Dengan program HEC-RAS terlihat Pada Gambar 4.15 dan Gambar 4.16 kondisi
muka air tidak melebihi tanggul dan hampir mendekati elevasi tanggul tertinggi,
sehingga terlihat air tidak meluber. Hal ini juga terjadi pada penampang yang
lainnya. Jadi debit yang mampu ditampung sungai pada kondisi eksisting adalah 5.85
m³/dt pada Kali Wrati, 20 m³/dt pada Kali Bangiltak dan 25.85 m³/dt pada Kali
Bangiltak 2.
Profil muka air untuk melihat kapasitas sungai dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Dalam analisa ini digunakan debit banjir rencana sebagai input pada steady
flow data. Analisa aliran steady dengan program HEC-RAS 4.0 dihitung pada debit
banjir rencana dengan periode ulang : 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun dan 50
tahun. Untuk Kali Bangiltak tidak ada data debitnya karena memang tidak dihitung,
dimana Kali Bangiltak merupakan kali mati yang sudah tidak berfungsi lagi untuk
mengalirkan air dan sebagian besar alurnya sudah mengering menjadi lahan seperti
daratan, maka debit untuk Kali Bangiltak jika sebagai floadway Kali Porong adalah
390.00 m3/detik.
Debit banjir yang diisikan pada tabel profile harus sesuai dengan hidrograf
banjir dan skema aliran debitnya, penabelannya seperti terlihat pada Tabel 4.40 di
bawah ini :
Hasil analisa dengan menggunakan program HEC-RAS adalah berupa elevasi muka
Grafik muka air Kali Bangiltak dan Kali Wrati pada saat eksisting setelah di
Dari Gambar 4.19 dapat dilihat bahwa elevasi muka air, hampir semua
stasioning di Kali Bangiltak melebihi tanggul sungai yang ada, hal tersebut
menyebabkan banjir di Kali Bangiltak. Elevasi muka air tertinggi di Kali Bangiltak
terjadi dihulu sungai pada stasioning 169 dengan tinggi 5,49 m dan elevasi dasar
1,657 m.
Dari Gambar 4.20 dapat dilihat bahwa elevasi muka air, semua stasioning di
Kali Wrati melebihi tanggul sungai yang ada, hal tersebut menyebabkan banjir di
Kali Wrati. Elevasi muka air tertinggi di Kali Wrati terjadi dihulu sungai pada
Berikut ini merupakan gambar untuk stasioning 246 hasil running potongan
Pada Gambar 4.21 terlihat muka air melebihi elevasi tanah tertinggi, sehingga
terlihat air meluber/banjir pada saat Q2, Q5, Q10, Q25, Q50 tahunan pada Stasioning 246.
Tinggi muka air pada Sta. 246 pada saat Q2 adalah 6,19 m,Q5 adalah 6,44 m, Q10
adalah 6,59 m, Q25 adalah 6,77 m, Q50 adalah 6,89 m, elevasi tanah tertinggi adalah
Untuk data eksisting muka air hasil analisa Hec-Ras pada setiap stasioning
dapat dilihat pada Tabel 4.41 dibawah ini dan hasil running pada HEC-RAS dapat
sebelum dilakukan analisa program HEC-RAS : Desain doble trap dengan data teknis
sebagai berikut :
Direncanakan :
menjadi input dalam program hecras dan dilakukan running kembali dengan kala Q10
tahun. Hasil running kembali tersebut dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.
dan dirunning, maka didapat Gambar 4.23 dan 4.24 dari hasil running Kali
Dari Gambar 4.23 dan 4.24 diatas dapat dilihat bahwa setelah dilakukan
perbaikan sungai dengan cara normalisasi, elevasi muka air yang terjadi tidak
menampilkan kondisi eksisting dan rencana secara bersamaan dalam satu gambar
Berikut ini disajikan perencanaan dengan normalisasi saja dan ditampilkan juga
Dari Gambar 4.25 diatas dapat dilihat bahwa perencanaan pada stasioning 165
dilakukan dengan cara pelebaran sungai sehingga dapat dilihat perubahan dimensi
sungai dan tinggi muka air yang tidak melebihi tebing yang ada.
Dari Gambar 4.26 diatas dapat dilihat bahwa perencanaan pada stasioning 104
dilakukan dengan cara pelebaran sungai sehingga dapat dilihat perubahan dimensi
sungai dan tinggi muka air yang tidak melebihi tebing yang ada.
Dari Gambar 4.27 diatas dapat dilihat bahwa perencanaan pada stasioning 246
dilakukan dengan cara pelebaran sungai sehingga dapat dilihat perubahan dimensi
sungai dan tinggi muka air yang tidak melebihi tebing yang ada.
Untuk data normalisasi muka air hasil analisa Hec-Ras pada setiap stasioning
4.11 Tanggul
Y= (2 xYoxX ) (Yo) 2
- Kemiringan lereng = 1: 2
- α = 25,67º
7,74
tg1 tg 25,67
3,87 3,87
- L1 =
4,47 1
-
c 2
C = 2 x 4,47 = 8,94 m
- L = L1 + L2
=2c+b
= 2.8,94 + 3 = 20,88 m
- L2 = L – L1
- d = 0,3 L1 + L2
- Yo = h2 d2 d
0,24
Yo 0,48
- a0 =
2 2
- Y = (2 xYoxX ) (Yo) 2
= (2.0,48. X ) 0,482
= 0,96 X 0,23
Tabel
4.42 Perhitungan Garis Rembesan
X 0,96 X 0,23
0,24 0
0 0,48
1 1,09
2 1,47
3 1,76
4 2,02
5 2,24
6 2,45
7 2,64
8 2,81
9 2,98
10 3,13
11 3,28
12 3,43
13 3,56
14 3,70
15 3,82
16 3,95
Sumber : Hasil Perhitungan
= 2,51 m
a +Δa = Yo / (1 – cos25,67º)
Δa = 2,29 m
3 m
0,6 m
a = 2,51 m
L1 = 7,74 m L2 = 13,14 m
5,42 m d = 15,46 m
L = 20,88 m
Karena terjati rembesan pada tanggul yang sebesar a = 2,51 m, maka lereng
Diketahui :
C = 2,14 t/m3
Ө = 10,34º
γ = 1,65 t/m3
Tabel 4.43 Perhitungan Stablitas Tanggul Kali Wrati pada saat air kosong
pias A γt W α Sinα cosα T N U
Wcos
(m²) Wsinα Wcosα α.TgӨ
1 1.63 1.65 2.71 -24 -0.41 -0.91 -1.11 -2.47 -0.44
2 9.13 1.65 15.16 -9 -0.16 -0.99 -2.43 -15.01 -2.70
3 11.63 1.65 19.31 6 0.10 0.99 1.93 19.12 3.44
4 13.38 1.65 22.21 20 0.34 0.94 7.55 20.88 3.76
5 13.63 1.65 22.63 35 0.57 0.82 12.90 18.56 3.34
6 13.00 1.65 21.58 51 0.78 0.63 16.83 13.60 2.45
7 7.50 1.65 12.45 65 0.91 0.42 11.33 5.23 0.94
40.08 89.93 10.78
C.L ( N U )tg
T
Fs =
3 m
C = 2,14 t/m3
Ө = 10,34º
γ = 1,65 t/m3
4,47 m
7
X1 = -2,4º
13 ton 6 X2 = -9º
X3 = 6º
1 5 X4 = 20º
4 7,5 ton
3 13,63 ton
2 X5 = 35º
1,63 ton 13,38 ton
11,63 ton
9,13 ton X6 = 51º
X7 = 65º
5.1 Kesimpulan
Kali Bangiltak dan Kali Wrati dengan bantuan program HEC-RAS 4.0, maka usaha
berikut :
pada kondisi eksisting dapat diketahui. Pada Kali Wrati mampu menampung ±
5,85 m³/dt, Kali Bangiltak ± 20 m³/dt dan pada Kali Bangiltak 2 sebesar
± 25,85 m³/dt.
eksisting penampang Kali Bangiltak dan Kali Wrati tidak mampu menampung
debit kala ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun. Terbukti dengan
adanya debit kala ualng 2 tahunan pada Kali Bangiltak sebesar 390 m3/dt, Kali
Bangiltak2 sebesar 550,041 m3/dt, Kali Wrati sebesar 82,919 m3/dt, Kali Wrati2
3. Dari hasil analisa didesain dengan menggunakan banjir kala ulang 10 tahun
didapat bahwa cara normalisasi dimensi saluran Kali Bangiltak dan Kali Wrati
n = 0,03.
5.2 Saran
RAS 4.0, maka penulis dapat memberikan beberapa saran yang nantinya berguna
pilar jembatan.
pengikisan da llereng tanggul. Seperti terjati rembesan pada tanggul maka lereng
3. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik pada pengendalian banjir Kali Bangiltak
dan Kali Wrati perlu kiranya dicoba dengan menggunakan sistem pengendalian
banjir yang lain, yang sekiranya lebih efektif hasilnya dan lebih efisien ditinjau
dari biayanya.
(menggunakan analisa unsteady flow agar dapat diketahui lebih detail kondisi
Chow Ven Te. 1992. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta, Penerbit : Erlangga.
Jansen, Bendegon, Berg, Vries dan Zanen. 1979. Principle of River Engineering The
Non-Tidal Aluvial River, Delft Uitgevers Maatsschappij.
Lensley, Ray K dan Franzini, Joseph B. 1991. Teknik Sumber Daya Air Jilid II
diterjemahkan oleh Djoko Sasongko. Surabaya.
PT. Cipta Surya Wahana. 2009. SID Normalisasi Kali Bangiltak, Kali Wrati dan Kali
Kedunglarangan di Kabupaten Pasuruan.