Anda di halaman 1dari 80

COVER→ gunakan template cover

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL AJAR DAN PERANGKAT ASESMEN
Sistem Kelistrikan Kapal
Tim Penyusun
Dr. Eng. Mohammad Abu Jami’in NIP 197505302001121004
Fatah Ibrahim, ST.,MT. NIP –

DAFTAR UNIT/ELEMEN KOMPETENSI YANG DIDUKUNG:


KODE UNIT/ELEMEN
NAMA UNIT/ELEMEN KOMPETENSI
KOMPETENSI
Siswa mampu -Membuat list peralatan listrik kapal
menjelaskan, -Menyusun table beban
menghitung dan -Membedakan beban kontinyu dan intermitern
menganalisis kebutuhan -Menghitung kebutuhan listrik di kapal
system pembangkit -Menentukan jumlah generator dan menilai unjuk kerjanya pada tiap
listrik di kapal kondisi operasi kapal
Siswa mampu -Mengenal symbol symbol kelistrikan kapal
menjelaskan dan -Mampu menentukan standard dan tipe system distribusi kapal
menganalisis system -Mampu menggambar system distribusi kelistrikan kapal
distribusi kelistrikan -Memilih dan menentukan spesifikasi kabel dan peralatan proteksi
kapal lainnya
Siswa mampu -Mampu menjelaskan dan memahami modul control kerja generator
menjelaskan -Mampu menjelaskan dan memahami kerja parallel generator
pengoperasian kerja
generator
Disetujui untuk digandakan dan digunakan sebagai media pembelajaran di lingkungan
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Surabaya, 16 Nopember 2017
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Lilik Subiyanto,ST.,MT Catur Rahmad Handoko,ST.,MT


NIP. 196901301997021001 NIP. 197302252000031002

Menyetujui,
Wakil Direktur Bidang Akademik Kepala UP2SMP

Adi Wirawan Husodo, ST.,MT Anda Iviana Juniani, ST.,MT


NIP. 197502201999031001 NIP. 197906202003122001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan buku ajar
“Listrik Kapal” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc dan Bapak Adi wirawan, ST.,MT, beserta
jajaran direksi lainnya atas program pembuatan buku ajar yang di danai dengan pembiayaan
dana DIPA PPNS.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk dimanfaatkan sebagai
referensi bahan ajar mata kuliah Sistem kelistrikan kapal baik di lingkungan PPNS maupun di
perguruan tinggi lainnya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam buku ajar ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan buka ajar yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga materi dalam buku ajar dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya buku ajar yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi
perbaikan buku ajar ini di waktu yang akan datang.

Surabaya,16 Nopember 2017

Dr. Eng. Mohammad Abu Jami’in,ST.,MT

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

DAFTAR SIMBOL ......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

BAB I IDENTITAS MATA KULIAH ............................................................ 1

1.1.Tujuan Instruksional Umum ............................................................... 1

1.2.Capaian Pembelajaran Mata Kuliah .................................................... 1

1.3.Evaluasi Capaian Pembelajaran .......................................................... 1

1.4.Rencana Pembelajaran Semester ........................................................ 3

1.5.Peta Hubungan Mata Kuliah, Capaian Pembelajaran .......................... 6

BAB II PEMBANGKIT LISTRIK DI KAPAL............................................... 7

2.1.Capaian Pembelajaran Khusus ............................................................ 7

2.2.Pembangkit Listrik ............................................................................... 7

2.3.Latihan Soal ........................................................................................ 20

2.4.Referensi ............................................................................................. 21

BAB III PERHITUNGAN, PEMILIHAN DAN ANALISIS BEBAN ........... 22

3.1. Capaian Pembelajaran Khusus ............................................................ 22

3.2. Analisis Perhitungan Beban Listrik Kapal (EPLA) ........................... 22

3.3. Latihan Soal ....................................................................................... 41

3.4. Referensi ............................................................................................. 43

BAB IV SISTEM DISTRIBUSI, PERALATAN DAN PROTEKSI .............. 44

4.1. Capaian Pembelajaran Khusus ............................................................ 44

4.2. Distribusi Daya ................................................................................... 44

iii
4.3. Jenis Panel dan Fungsinya .................................................................. 49

4.4. Lokasi dan Cabang Panel Penerangan ................................................ 22

4.5. Peralatan Kelistrikan ........................................................................... 44

4.6. Jaringan Distribusi Kapal .................................................................... 44

4.7. Latihan Soal ........................................................................................ 65

4.7. Referensi ............................................................................................. 66

LAMPIRAN:

LAMPIRAN A. IDENTITAS UNIT KOMPETENSI

LAMPIRAN B. ASESMEN MANDIRI

LAMPIRAN C. DAFTAR PERTANYAAN TERTULIS

iv
DAFTAR SIMBOL
U = (.p.rpm.Z.10-8)/(a.60)
U = GGL Induksi (Volt) total pada Generator
N = Banyak lilitan jangkar
d/dt = perubahan flux magnet tiap detik (Weber/det)
B = Kuat medan magnet yang di hasilkan oleh kumparan medan (Weber/m2)
A = Luas Flux magnet (m2)
 = Kecepatan sudut (rad/det)
t = Selang waktu
 = Flux per kutub (maxwell)
Z = Jumlah total dari penghantar jangkar yang effektif
rpm = Kecepatan putaran poros generator per menit
p = Banyaknya kutub magnet
a = Banyaknya garis edar pararel dari arus pada penghantar jangkar. 𝑢𝑓= utility factor (factor
pemanfaatan)
𝑑𝑓= demand factor (factor permintaan)
𝐿𝑓= load factor (factor beban)
𝑃𝑢=daya yang ditarik dari sumber oleh beban (watt)
𝑃𝑟= rating nominal beban (name plate power) (watt)
𝑊𝑢= lama beban aktif (jam)
𝑊𝑜= lama pengoperasian dalam satu scenario (jam)
𝐷𝑓=diversity factor
𝐴𝑖= Jumlah total daya maksimum tiap peralatan (jumlah nominal power dari tiap peralatan)
𝐴𝑟= jumlah total daya yang diserap oleh semua peralatan yang aktif / running

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Skema capaian pembelajaran mata kuliah listrik kapal………………………….2
Gambar 2.1. Skema sistem pembangkit listrik di darat…………………………………………11
Gambar 2.2. Skema pembangkit listrik diesel generating set………………………………….13
Gambar 2.3 Sistem PTO Generator………………………………………………………………15
Gambar 2.4. Sistem pembangkit turbin generator ……………………………………………..17
Gambar 2.5 Sistem pembangkit turbin gas ........................................................................19

Gambar 3.1 skema tugas tugas yang saling terkait dalam pembuatan DDS ……………….23
Gambar 3.2. flowchart analisis perencanaan, perhitungan dan analisis kebutuhan kapasitas
pembangkit listriik di kapal…………………………………………………………………………28
Gambar 3.3. Perbandingan alur metode perhitungan load factor secara tradisional dan
stokastik ……………………………………………………………………………………………..30

vi
DAFTAR TABEL
Table.1 1. Tabel analisis beban listrik di kapal…………………………………………………….9

Tabel 3.1 Perhitungan Beban Listrik di Kapal ………………………………………………………………………………..32

vii
I. IDENTITAS MATA KULIAH SISTEM KELISTRIKAN
KAPAL

1.1. Tujuan Instruksional Umum

Tujuan Instruksional Umum pada mata kuliah Sistem Kelistrikan Kapal adalah Setelah
menempuh matakuliah Listrik Kapal mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang system
kelistrikan kapal, menghitung kebutuhan beban kelistrikan kapal dan menganalisis kebutuhan
system pembangkit listrik di kapal untukk memperoleh desain yang optimal. Mahasiswa
mampu menentukan standar dan merancang system distribusi kelistrikan kapal dengan baik
serta membuat sketsa wiring diagram sederhana system distribusi. Mahasiswa mampu
menjelaskan system pengoperasian kerja generator pembangkit listrik kapal pada system
parallel generator.

1.2. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

Capaian pembelajaran mata kuliah Listrik Kapal ditunjukkan pada Gambar 1.1. Pada Gambar
1.1 dijelaskan bahwa capaian pembeajaran mata kuliah Listrik kapal adalah Mahasiswa
mampu merancang sistem instalasi kelistrikan kapal dengan optimal dan menjelaskan cara
kerja pengoperasian sistem pembangkit listrik kapal secara efektif dan efisien. Untuk
mencapai kompetensi dari pembelajaran mata kuliah listrik kapal mahasiswa dibekali sub
pokok bahasan yang mencakup penggerak mula pembangkit listrik, perhitungan beban listrik
di kapal, perancangan system distribusi listrik kapal, dan power management system
pengoperasian system pembangkit listrik di kapal.

1.3. Evaluasi Capaian Pembelajaran

Evaluasi capaian pembelajaran dilakukan dengan memeriksa secara langsung unjuk kerja mahasiswa
dengan komponen penilaian adalah UTS (Ujian Tengah Semester) 30%, UAS (Ujian Akhir Semester)
40%, tugas berupa presentasi dan pembuatan makalah 20%, dan kehadiran 10%. Evaluasi
pembelajaran dapat juga dilakukan asesement secara langsung pada sub pokok bahasan yang
tertuang dalam RPS (Rencena pembelajaran Semester) mata kuliah kelistrikan kapal.

1
Capaian Pembeajaran mata kuliah Listrik kapal: Mahasiswa
mampu merancang sistem instalasi kelistrikan kapal dengan
optimal dan menjelaskan cara kerja pengoperasian sistem
pembangkit listrik kapal secara efektif dan efisien.

Mampu menjelaskan pengoperasian sistem pembangkit listrik


di kapal pada parallel generator dan Power management
system (PMS)

Mampu menjelaskan macam macam


komponen pengaman dan peralatan
sistem distribusi listrik kapal

Mampu menentukan standar Mampu menjelaskan dan Mampu menjelaskan dan


tegangan dan frekuensi operasi merancang sistem menentukan tipe jaringan
sistem distribusi listrik kapal distribusi kelistrikan kapal distribusi listrik di kapal

Mampu menentukan dan


Mampu menghitung dan menganalisis Mampu menghitung sfoc(sesific fuel
memilih konfigurasi
unjuk kerja sistem pembangkit listrik oil consumption) dan membaca
pembangkit listrik kapal yang
kapal pada berbagai kondisi operasi performance map engine
sesuai dan optimal

Mampu membedakan Mampu menjelaskan dan menghitung


Mampu menghitung beban
beban intermittern dan faktor beban (diversity factor , load
listrik kapal
kontinyu factor, demand factor, utility factor)

Mampu menjelaskan Mampu menjelaskan ruang Mampu menjelaskan ruang


macam macam beban lingkup sistem kelistrikan lingkup penggerak mula
listrik di kapal kapal generator kapal

Mampu menjelaskan ruang


lingkup sistem distribusi
kapal

Gambar 1.1. Skema capaian pembelajaran mata kuliah sistem kelistrikan kapal.

2
1.4. Rencana Pembelajaran Semester
Capaian pembelajaran mata kuliah: Mahasiswa mampu merancang sistem instalasi kelistrikan kapal dengan optimal
dan menjelaskan cara kerja pengoperasian sistem pembangkit listrik kapal secara efektif dan efisien.
CAPAIAN BOBOT
MINGGU POKOK SUB POKOK METODE INDIKATOR/KRITERIA
WAKTU PEMBELAJARAN PENILAIAN
KE BAHASAN BAHASAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
KHUSUS (%)
1-2 6x50 Mampu menjelaskan Pembangkit • Penggerak • Tutorial • Mahasiswa mampu 10%
system pembangkit listrik di kapal mula (diesel, ceramah di menjelaskan kelebihan dan
turbine uap kelas kekurangan pembangkit
listrik di kapal dan turbin listrik diesel generator,
gas) turbin generator
• Ruang lingkup • Mahasiswa mampu
system menjelaskan ruang lingkup
distribusi materi system distribusi
jaringan listrik kapal
kapal • Mahasiswa mampu
• Beban beban menjelaskan beban beban
listrik di kapal listrik yang ada di kapal
3-4 6x50 Mampu menghitung Perhitungan • Factor beban • Tutorial • Mahasiswa mampu 15%
beban listrik kapal beban listrik kapal ceramah di menghitung factor beban
kelistrikan di • Spesifikasi kelas listrik di kapal
kapal beban listrik • Mampu membaca dan
kapal 1 phase memahamispesifikasi
dan 3 phase beban listrik 1 phase dan 3
• Beban phase dalam nameplate
kontinyu dan beban untuk menyusun
intermitern load balance table
• Mampu membedakan
beban beban intermittern
dan kontinyu di kapal
5-7 9x50 Mampu menentukan Disain system • Performance • Tutorial • Mampu membaca rating 20%
dan memilih pembangkit map engine ceramah di daya mesin, kosumsi
listrik kapal • Analisis kelas bahan bakar pada tiap
konfigurasi pembangkit perhitungan perubahan beban dan
beban listrik di

3
CAPAIAN BOBOT
MINGGU POKOK SUB POKOK METODE INDIKATOR/KRITERIA
WAKTU PEMBELAJARAN PENILAIAN
KE BAHASAN BAHASAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
KHUSUS (%)
listrik kapal yang kapal pada • Presentasi menentukan titik operasi
sesuai dan optimal berbagai penyampaian diesel generator
kondisi makalah • Mampu menhitung dan
operasi menganalisis unjuk kerja
• Analisis diesel generator pada tiap
kinerja system kondisi operasi dan
pembangkit menganalisis unjuk kerja
listrik kapal system pembangkit pada
seluruh kondisi operasi
kapal.
8-10 9x50 Mampu menjelaskan System • Standar • Tutorial • Mampu menentukan 25%
dan merancang sistem distribusi tegangan dan ceramah di standar tegangan dan
kelistrikan frekuensi kelas frekuensi yang dibutuhkan
distribusi kelistrikan kapal listrik di kapal • Presentasi pada pembangkit listrik di
kapal • Jens jenis penyampaian kapal
kabel / makalah • Mampu memilih spesifikasi
penghantar kabel, fuse dan spesifikasi
listrik pengaman lainnya pada
• Tipe system system distribusi listrik
distribusi kapal
kapal • Mampu membuat wiring
• Wiring diagram system distribusi
diagram jaringan listrik kapal
system
kelistrikan
kapal.
11-12 6x50 Mampu menjelaskan Peralatan dan • Peralatan • Tutorial • Mampu menjelaskan cara 15%
macam macam pengaman sistem ceramah di kerja tiap komponen
system proteksi kelas system proteksi dan
komponen pengaman kelistrikan kelistrikan peralatan listrik kapal
dan peralatan sistem kapal kapal • Mampu menghitung dan
distribusi listrik kapal • Beban beban menagalisis beban listrik
kelistrikan kapal pada koneksi star
kapal hubung dan delta
star dan delta

4
CAPAIAN BOBOT
MINGGU POKOK SUB POKOK METODE INDIKATOR/KRITERIA
WAKTU PEMBELAJARAN PENILAIAN
KE BAHASAN BAHASAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
KHUSUS (%)
dan beban • Mampu menghitung
penerangan kebutuhan kapasitas
system penerangan di
kapal
13-14 6x50 Mampu menjelaskan Pengoperasian • Parallel • Tutorial • Mampu menjelaskan 15%
pengoperasian sistem system generator, ceramah di system kerja control
pembangkit sinkronisasi, kelas parallel generator ,
pembangkit listrik di listrik dan load sharing • Presentasi sinkronisasi, load sharing,
kapal pada dan Power power dan automatic penyampaian busbar monitoring, dan
management system management voltage makalah AVR
system regulator • Mampu menjelaskan
(PMS) • Modul control penerapan power
generator management system
pada main kelistrikan di kapal
switch board
(MSB)
• Power
management
system

5
1.5. Peta Hubungan Mata Kuliah, Capaian Pembelajaran Lulusan dan
Unit Kompetensi

Mata kuliah ini berkaitan erat dengan mata kuliah lainnya, oleh karenanya persyaratan untuk
mengambil mata kuliah listrik kapal adalah mahasiswa sudah lulus atau menempuh mata
pelajaran Fisika.

6
II. PEMBANGKIT LISTRIK DI KAPAL

2.1. Capaian Pembelajaran Khusus


Mampu menjelaskan system pembangkit listrik di kapal

2.2. Pembangkit Listrik

Secara lengkap Sistem pembangkit listrik di kapal meliputi Pembangkit tenaga listrik
Generator, Sistem Distribusi & Shore connection System, switch gear sebagai pengatur pada
generator, distribusi daya, panel distribusi, transformator, motor, dan busbar. Kebutuhan akan
tenaga listrik di perlukan sebagai penggerak motor untuk propulsi (sistem bahan bakar,
pelumas dll) maupun sistem bantu kapal yaitu sistem penunjang kapal (sistem bilge, sistem
ballast, pemadam kebakaran dll) dan sistem permesinan geladak (sistem tambat & jangkar,
sistem kemudi steering gear dll), untuk penerangan interior dan exterior, lampu navigasi,
ventilasi, air conditioning (AC), Ruang penyimpan makanan & pendingin, pemanas,
perlengkapan dapur, sistim kebersihan dan air minum, Kebutuhan power untuk sistem kontrol
mesin. Selain itu kebutuhan listrik juga di perlukan untuk sistem komunikasi interior, sistem
alarm, radio komunikasi, radar, dan peralatan elektronik untuk navigasi yang lainnya.
Pada kapal penumpang kebutuhan listrik banyak di pakai untuk beban hotel dan beban
rekreasi misalnya ruang penerangan untuk theater, perlengkapan restaurant dan kolam
renang, proyeksi gambar bergerak, sistem pemanggil steward. Selain itu untuk keselamatan
penumpang di lengkapai dengan detektor kebakaran dan alarm secara otomatis, pintu kedap
air. Seluruh peralatan electric plant harus mampu beroperasi di laut oleh karena itu harus
tahan terhadap karakteristik operasi kapal seperti rolling, pitching, getaran, dan sifat korosi.
2.2.1. Tegangan Operasi dan Jumlah Fasa Sumber Listrik

Pembangkit listrik AC adalah sandard untuk kebutuhan tenaga listrik di kapal (Standard
Marine Installation) hal ini di karenakan pada beban listrik AC mempunyai banyak keuntungan
yaitu biaya awal rendah, berat lebih kecil bila di banding DC, butuh space kecil, pemeliharaan
mudah, banyak tersedia di pasaran dan handal. Standard frekuensi untuk sumber listrik AC
adalah 60 Hz. Tipe tipe sumber listrik yang biasa di pakai di kapal adalah sbb :

1. 120 Volt, 3 phase, 3 kawat


Adalah 120 Volt di hasilkan oleh pembangkit listrik generator dan 115 pada beban penerangan
dan distribusi daya.

7
2. 230 Volt, 3 phase, 3 kawat
Adalah 230 Volt di hasilkan oleh pembangkit listrik generator, 220 untuk distribusi daya, 115
untuk distribusi penerangan yang lebih dulu melalui trasformer. Sebagai alternative dapat di
gunakan standard 120 / 208 dengan memakai 4 kabel yang dapat di gunakan baik untuk
beban penerangan maupun motor tanpa memakai transformer. Standard satu dan dua di atas
jarang di pilih karena lebih meguntungkan jika memakai standard 450 Volt, 3 phase, 3 wire.

3. 450 Volt, 3 phase, 3 atau 4 kawat

Adalah 230 Volt di hasilkan oleh pembangkit listrik generator, 440 Volt pada distribusi daya,
115 volt pada sistem distribusi penerangan (lampu) yang lebih dulu melalui transformer.
standard ini juga jarang di pakai. Umumnya di pakai standard 450 Volt, 3 phase, 4 kawat akan
tetapi perlu di pertimbangkan untuk pemakaian refrigeration yang memerlukan 208 atau 220
volt kontainer pendingin.

2.2.2. Analisis beban dan pertimbangan disain instalasi system pembangkit

Dalam menentukan rating dari generating plant yang sesuai kebutuhan beban. Perlu
untuk mengetahui perkiraan beban puncak pada tiap tiap kondisi operasi kapal. Hasil dari
“Electric Load Analisis” adalah berupa tabel beban seperti contoh yang di tunjukkan pada
tabel di bawah ini.

Table.1 1. Tabel analisis beban listrik di kapal

Classification : ABS
Main Generator Set : 375 kVA (300 kW), 450 V, 60Hz,AC 3ph, 2 Sets,
Em'cy Gen.Set :375 kVA (300 kW), 450 V, 60Hz,AC 3ph, 2 Sets
Shaft Alternator :375 kVA (300 kW), 450 V, 60Hz,AC 3ph, 2 Sets
SUMMARY OF GENSET LOAD BALANCE

Norm Cargo Anchor Em'cy


At in Moorin Towi
al Sea Operatio Handlin Servic
Port g ng
DESIGNATOR Going n g e

a. Intermittent Load

56,6
a.1 Total Load (kW) 81,09 57,17 50,93 33,86 16,66 9 13,16

a.2 Diversity Factor 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7

a.3 Necessary Power (kW) 41,7


[a.1. a.2] 56,76 40,02 35,35 23,7 11,66 8 9,21

8
163,6 282,
b. Continous Load (kW) 118,9 6 569,85 827,58 308,7 62 30,29

203,6 395.05 359.05 324,


c. Total Load [a.3.+b] 175,6 7 492.23 492.23 320,36 4 39,5

d. Genset Service (kW)

d.1 Genset No.1 & 2 (@


300kW) 300 300 600 600

d.2 Shaft Alternator (600


kW) 600 600 600 600

d.2 Em'cy Genset (50 kW) 50

59.84 59.84
e.Load Factor Genset (%) 58,54 33,95 82.15 82.04 53,39 54,7 79

1 PTO
+ 2 1
f. Operational 1 D/G 1 PTO D/G 1 PTO 2 D/G PTO

1 D/G
+ 1 1 D/G + 2
g. Stand-By PTO 2 D/G 1 D/G 1 PTO D/G

Detail analisis dari tabulasi beban ini, akan dapat di perkirakan beban listrik yang di
perlukan pada saat di laut (berlayar), melakukan manuver, dan pada saat di pelabuhan. Beban
listrik di tentukan melalui pemakaian istilah “service factor” yang tergantung dari kondisi
operasi kapal. Service factor adalah faktor yang di pengaruhi oleh load faktor dan diversity
factor yang menujukkan percent dari beban maksimum yang di distribusikan ke beban oleh
generator selama interval waktu 24 jam. Terkadang beban seperti fire pump, anchor windlass,
capstan, dan boat winch di asumsikan mempunyai zero faktor pada semua kondisi operasi.

Kapasitas total generator, khususnya pada emergency dan pearalatan pendukung


propulsi akan selalu lebih besar dari total beban yang di tentukan oleh load analisis. Ship
generating plant harus terdiri paling sedikit 2 buah, yang mana satu generator dalam kondisi
standby. Satu atau beberapa generator mampu beroperasi pada setiap kondisi beban tanpa
melebihi rating normal dari generator. Kemungkinan kemungkinan terdapat penambahan
beban listrik pada waktu yang akan datang seharusnya juga di pertimbangkan ketika
menentukan kapasitas total generator.

Setelah mengetahui beban puncak, maka langkah selanjutnya adalah pemilihan


generator. Masalah yang paling umum adalah menentukan jumlah dan rating pada tiap
generator set. Faktor faktor yang perlu di pertimbangkan pada langkah ini adalah first cost,

9
operating cost, size & weight, dan generator di harapkan mempunyai ukuran standard. Tidak
ada rumus matematis yang pasti dalam menentukan jumlah & rating generator, umumnya
hanya berdasar pertimbangan pengalaman, data tentang standard rating generator yang
tersedia dan data yang mewakili faktor faktor pemilihan generator.

Untuk beban puncak sampai dengan 2200 kW, biasanya di sediakan 2 generator yang
masing masing mampu beroperasi pada beban penuh. Pada kapal uap ada kecenderungan
untuk memasangkan satu turbine driven dan satu diesel driven generator yang biasanya
mempunyai kapasitas yang sama, hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan boiler
pada beban penuh di laut, pengopersiannya di buat paralel antara tubogenerator dan
dieselgenerator yang mana pengaturan ini tidak termasuk pada emergency generator. Pada
beban lebih besar dari 2200 kW tiga tau lebih generator biasanya di pasang dengan jumlah
total generator yang di pilih akan dapat menyediakan fexibilitas yang maksimum, reliability,
dan continuitas pelayanan sistem distribusi listrik.

Umumnya generator di kapal di lokasikan di main engine room. Hal ini untuk mengurangi
“Watch Stander” dan meminimalisai jumlah dan panjang pipa “Economical Piping
Arrangement” yaitu pipa pipa pipa untuk “auxiliary service” generator itu sendiri dan sistem
pipa untuk auxiliary service main engine dan mesin pendukung propulsi. Pada kapal yang
terdapat dua atau lebih engine room maka pada masing masing engine room di lengkapi satu
generating plant dan switchboard. Umumnya generator untuk melayani kebutuhan konsumsi
listrik di kapal di hubungkan dengan switchboard dan di atur sedemikian hingga kabel listrik
yang menghubungkan generator ke switchboard sependek mungkin.

Emergency generator set harus di lokasikan di deck freeboard, aft collision bulkhead,
dan pada sisi samping casing machinery untuk memudahkan pengaturan. Seluruh generating
set harus di pasang poros depan dan belakang agar rolling kapal tidak berakibat pada
bertmbahnya beban pada bearing yang di sebabkan effect gyroscopic, atau tumpahnya
minyak lumas dari rumah bearing.

Dasar pertimbangn dalam pemilihan generator adalah jumlah dan rating generator yang
telah di tentukan, dan karakteristik khusus pada kapal itu sendiri. Penggerak untuk generator
(prime mover) adalah steam turbine, gas turbine, diesel engine, atau kombinasi diantaranya.
Sedangkan emergency generator biasanya memakai diesel. Pemilihan generator di lakukan
setelah melalui evaluasi dengan mepertimbangkan harga, berat, dimensi, fuel consumption
(SFOC), reputasi pabrik pembuat generator & prime movernya, ketersediaan spare part di
pasaran, sederhana, handal dan maintenancenya mudah.

2.2.3. Konfigurasi Sistem Pembangkit

10
Konfigurasi sistem pembangkit listrik di darat ditunjukkaan pada Gambar 2.1. pada
system pembangkit listrik di darat diperlukan transformator step-up (penaik tegangan) dan
transformator step-down (penurun tegangan) untuk mengirimkan energy listrik dari sumber
pembangkit ke pengguna (consumer). Hal ini dikarenakan adanya rugi rugi tegangan pada
jaringan listrik tegangan tinggi antara transformator penaik dan penurun tegangan yang jarak
pengirimannya sampai puluhan bahkan ratusan kilometer. Untuk aplikasi pembangkit listrik di
kapal, tidak diperlukan system pengiriman energy dengan menggunakan transformator penaik
dan penurun tegangan. Hal ini dikarenakan letak beban dan sumber pembangkit listrik saling
berdekatan sepanjang luas kapal itu sendiri yang panjangnya tidak sampai satu kilometer.

Gambar 2.1. Skema sistem pembangkit listrik di darat

Pada pusat pembangkit.

Sumberdaya energi primer (gas alam, batubara, hidro, nuklir dll) ➔ energi listrik. Generator
sinkron mengubah energi mekanis pada poros turbin ➔ energi listrik 3 fasa.

Pada saluran transmisi

Energi listrik dikirimkan menuju pusat beban setelah melalui transformator (step-up) ➔
Peningkatan tegangan ➔ mengurangi jumlah arus ➔ mengurangi rugi panas I2R. Ketika
saluran transmisi mencapai pusat beban tegangan tsb kembali diturunkan menjadi tegangan
menengah, melalui transformator penurun tegangan (step-down).

Pada pusat beban


Yaitu energi listrik yang terhubung dengan saluran distribusi diubah sesuai kebutuhan.
Perubahan tersebut adalah berupa, energi listrik ➔ bentuk-bentuk energi yang terpakai
lainnya, seperti energi mekanis, penerangan, pemanas, pendingin dsb.

11
Mekanisme kerja :

Penggerak mula sebagai penghasil energi mekanik yang berupa putaran poros engine
yang di kopel dengan poros generator. Pada poros generator terpasang kumparan medan
untuk generator yang berkapasitas besar dan terpasang kumparan jangkar untuk generator
berkapasitas kecil. Kumparan medan sebagai penghasil medan kutub magnet sedangkan
kumparan jangkar sebagai penghasil arus jangkar. Akibat adanya putaran pada poros
generator akan terjadi perpotongan medan magnet dengan kumparan jangkar sehingga akan
terjadi GGL induksi (timbul beda tegangan listrik pada kumparan jangkar) sehingga kumparan
jangkar akan di aliri arus jangkar, sesuai dengan hukum faraday :

U = N d/dt U = N B A  sin t

U = (.p.rpm.Z.10-8)/(a.60)

U = GGL Induksi (Volt) total pada Generator

N = Banyak lilitan jangkar

d/dt = perubahan flux magnet tiap detik (Weber/det)


B = Kuat medan magnet yang di hasilkan oleh kumparan medan (Weber/m2)

A = Luas Flux magnet (m2)

 = Kecepatan sudut (rad/det)

t = Selang waktu

 = Flux per kutub (maxwell)

Z = Jumlah total dari penghantar jangkar yang effektif

rpm = Kecepatan putaran poros generator per menit

p = Banyaknya kutub magnet

a = Banyaknya garis edar pararel dari arus pada penghantar jangkar.

Beda tegangan yang di hasilkan oleh Generator akan di naikkan oleh trafo step - up (Extra
high / high voltage) untuk mengantisipasi drop tegangan yang di akibatkan oleh saluran sistem
transmisi, di mana drop tegangan ini akan di pengaruhi jauh tidaknya letak beban yang
membutuhkan konsumsi energi listrik, jumlah daya beban, jenis dan besar saluran transmisi.
Kerugian drop tegangan yang di timbulkan dapat di rumuskan sbb:
U = .L.I/A

12
U = Drop tegangan (Volt)

 = Hambaat jenis kawat (Ohm.m)

L = Panjang Kawat (m)

I = Arus yang melewati saluran transmisi (Ampere)

A = Luas penampang saluran transmisi (m2)

Setelah melalui saluran transmisi tegangan listrik akan di turunkan sesuai dengan kebutuhan
tegangan pada peralatan yang membutuhkan konsumsi energi listrik (110/220/380) yang
kemudian di distribusikan melalui sistem sub distribusi.

2.2.4. Penggerak mula pembangkit listrik


Kebutuhan energi listrik di kapal dapat di peroleh dengan menggunakan satu atau lebih
tipe penggerak mula, di mana masing masing generator dapat bekerja sendiri sendiri atau
bekerja dengan paralel.Tipe pembangkit listrik tersebut adalah sbb :
1. Diesel generating sets

Adalah diesel engine yang di kopel dengan generator di mana disel ini hanya di gunakan
untuk pembangkit generator. Karakteristik diesel ini mempunyai rpm konstan walaupun beban
pada generator berubah ubah. Untuk mempertahankan rpm yang konstan adalah dengan
cara mengatur governor sebagai penyuplai bahan bakar ke silinder apabila beban pada
generator berubah. Gambar 2.2 menunjukkan skema pembagkit generator menggunakan
diesel yang disebut dengan diesel generating set. Penggerak diesel untuk generator biasanya
disebut dengan auxiliary engine.

A/E GEN

Auxiliary diesel generating sets


Gambar 2.2. Skema pembangkit listrik diesel generating set.
Karakteristik pengaturan bahan bakar oleh governor dapat dirumuskan,
𝑃 = 𝜏. 𝑛………………………………………………………………………………(2.1)
𝜏 = 𝑘. 𝑚𝑓̇ ………………………………………………………………………….…(2.2)

𝑃 = 𝑘. 𝑚𝑓̇ 𝑛…………………………………………………………………………..(2.3)

Diesel gen set pada rated 150 kW ke bawah tersedia pada kecepatan 1800 rpm dan di
atas 150 kW di rancang pada kecepatan 900 s/d 1200 rpm. Oleh karena itu generator secara
umum di kopel secara langsung dengan Diesel. Untuk aplikasi marine electrical tersedia dala
dua tipe engine yaitu diesel 2 dan 4 langkah. Umumnya di atas 1000 hp di pakai diesel 2
langkah. Diesel dua langkah umumnya di pasang juga blower tipe positive displacement untuk

13
menyuplai udara scavanging agar gas buang cepat terdorong ke luar gas buang pada sat
langkah buang. Pada diesel dua dan empat langkah juga di pasang turbocharger (yang di
gerakkan oleh gear, exhaust gas turbine, atau kombinasi antara keduanya) untuk menaikkan
daya engine dan memperbaiki fuel economy. Pada diesel lebih dari 2000 hp turbocharger
dapat mengurangi ukuran dan berat engine. Untuk menyediakan udara yang cukup untuk
pembakaran di ruang silinder engine room di syaratkan agar di buat ducting untuk udara
masuk ke engine room untuk sistem ventilasi. Udara ventilasi juga di haruskan dapat
membunang panas panas radiasi yang di timbulkan engine ke luar. Jatuh tekanan juga harus
di periksa dari udara luar ke E/R yang tidak boleh lebih dari 6 in air agar performance engine
dapat di pertahankan.dan jatuh tekanan pada pipa gas buang dari muffler ke gas buang tidak
boleh lebih dari 16 in air. Secara lengkap peralatan pendukung engine dapat berupa :
1. Fuel control sistem yang terdiri dari fuel pump yang di gerakkan oleh engine itu sendiri,
duplex filter, suction strainer, injector control lever untuk manual starting, stopping, dan
emergency speed control.
2. Lubricating oli sistem yang terdiri dari oil pump yang di gerakkan oleh engine itu
sendiri, full flow filter yang di lengkapi dengan mengunakan relief valve sebagai by
pass.
3. Pompa pedingin piston
4. sistem pendingin air tawa untuk gen set yng lebih dari 350 kW terdiri dari expansion
tank, pomp pendingin ( biasanya terdiri dari dua pompa yang di psang paralel),
automatic water temperture regulator, radiator atau kipas untuk peningin air tawar.
5. Exhaust sistem yang terdiri dari spark – arrester tipe muffler, air pendingin atau isolasi
pipa gas buang. Pada generator dengan kapasitas 350 kW ke atas, engine biasanya
di pasang indikator temperatur gas buang yng terdiri dari thermocouple, selector
switch, dan galvanometer. Satu themocople di pasang pada masing masing silinder.
Selector switch dan galvanometer di pasang pada gage board.
6. Sistem udara start yang terdiri dari motor start (terdapat 2 motor untuk engine yang
besar), distributor udara untuk sequensial udara masuk ke silinder, strainer dan air
control valve. Solenoid valve di pakai jika engine di start remote dri switch board.
Starting air start umumunya di rancang pada tekanan 125 s/d 250 psi. Diesel generator
dengan rated 500 kW ke bawah umumnya menggunakan electric ataupun hidrolik
starting.
7. filter silencer untuk udara masuk
8. Constant speed governor atau electro hidrolik load sensing speed governor untuk
menghindari variasi speed.

14
9. Speed adjusting (synchronizing) yang dapat di atur secara manual untuk lokal kontrol
dan memakai elektrik motor atau potensiometer untuk pengaturan secara remote dari
switch board ketika di lakukan sincronisasi generator.
10. Device peralatan overspeed yang tidak boleh lebih dari 15 %, dan jika lebih fuelrack
akan menutup yang selanjutnya shutdown engine.
11. Interlock switch untuk mengaktifkan circuit breaker agar trip yang selanjutnya akan
memutuskan sumber listrik ke switch board yang berhubungan dengan shutdown
engine ketika terjadi over speed.
12. Gauge board, sebagai papan indikator yang menunjukkan tekanan discharge
minimum pada freshwater dan seawater pump, tekanan minimum discharge dan inlet
pada filter fuel oil dan lubricating oil, LO strainer inlet dan outlet, scavanging air,
starting air, dan juga thermometer pada fresh water dan LO dari engine.
13. Turbocharged engine di lengkapi dengan scavanging tubocharger dan pendingin
udara masuk ke engine dari turbocharger.
Pendingin tipe tube di pakai sebagai pendingin LO dan fresh water pada D/G yang lebih
dari 350 kW. Sea water di gunakan sebagai pendingin fresh water dan fresh water di
gunakan sebagai pendingin LO. Untuk D/G kurang dari 350 kW fresh water umumnya di
dinginkan dengan kipas melalui radiator.

Main engine driven generators (PTO generators)

Adalah generator yang di kopel dengan Power Take Off (PTO) dari main engine. PTO
adalah kelebihan daya dari Main Engine setelah di gunakan untuk propulsi atau penggerak
kapal.

M/E
GEN

PTO GENERATOR
Gambar 2.3 Sistem PTO Generator
Karakteristik dari PTO generator ini adalah sesuai dengan karakteristik M/E yaitu perubahan
beban pada generator akan di ikuti oleh perubahan putaran.Hal ini tidak di perbolehkan terjadi
pada generator sehingga harus ada kontrol untuk mengatur agar frekwensi dari sumber listrik
yang keluar dari generator mempunyai frekwensi yang konstan. Stadard pengaturan PTO
sistem pada generator adalah sbb:

• PTO/RCF (Power Take Off / Renk Constant frequency)

15
Generator di kopel dengan poros M/E di mana poros ini di hubungkan dengan sistem pengatur
putaran dengan sistem mechanical hydraulic speed control yang terdiri dari flexible coupling,
step - up gear, epicyclic variable ratio gear, dan clutch hydraulic pump dan motor. Tipe
propeller yang menggunakan sistem ini adalah fixed Pitch Propellers (FPP) yaitu propeller
dengan pitch yang tidak dapat di atur sehingga untuk manuver kapal dengan mengubah
putaran poros M/E.

• PTO/CFE (Power Take Off / Constant Frequency Electrical)

Generator di kopel dengan constant ratio step - up gear dan dengan electrical frequency
control dengan menngunakan frequency converter yang terdiri dari static frequncy
converter,dan motor listrik.Propeller yang di gunakan untuk sistem ini adalah FPP.

• PTO/GCR (Power Take Off / Gear Constant Ratio)

Generator di kopel dengan constant ratio step - up gear. Sistem ini cocok untuk generator
yang beroperasi pada putaran constan atau propeller yang di gunakan adalah tipe
Controllable Pitch Propeller (CPP). Sistem propulsi yang menggunakan propeller tipe CPP
manuver kapal di lakukan dengan mengatur sudut pitch propeller sehingga poros M/E
berputar dengan putaran constan.

• PTO DMG/CFE dan SMG/CFE

Direct Mounted Generator/Constan Frequency Electrical dan Shaft Mounted


Generator/Constant Frequency Electrical.Pada dasarnya sama dengan PTO/CFE cuma pada
sistem ini tidak terdapat step - up gear tetapi generator di kopel langsung dengan crankshaft
M/E atau intermediate shaft (Poros Antara)

BOILER Turbin Uap

Pompa GEN

KONDENSOR
Steam driven turbogenerators

Gambar 2.3. Sistem pebangkit turbin generator

16
Pompa memompa air dari kondensor menuju boiler, dari boiler air di panaskan sampai
pada kondisi superheater sehingga entalphi dan tekanannya meningkat. Turbin uap akan
mengubah energi panas dari uap superheater menjadi kerja poros dengan cara
mengekspansikan uap superheater. Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap
yang keluar dari turbin agar menjadi cair jenuh supaya dapat di pompa dan fungsi yang lain
adalah dengan adanya kondensor efisiensi turbin akan meningkat karena jatuh tekanan
dengan adanya kondensor akan semakin besar. Energi listrik di kapal dapat juga di hasilkan
dari turbagenerator yang di gerakkan oleh uap dengan memanfaatkan exhaust gas dari main
engine untuk memanaskan steam boiler.
Turbin ini dirancang agar dapat bekerja secara sendiri atau paralel dalam waktu yang
lama tanpa ada shutdown bial ada repair. Tipe marine generator turbine di antaranya adalah
horisontal, multistage dan axil flow impulse. Masing masing marine generator terdiri dari
turbine, speed reduction gear, generator, rotating exciter, condenser, condenser air ejector,
gage board, komponen sistem pelumasan yang terdiri dari cooler, reservoir, strainer, pump,
dan sistem pendukung dan perpipan lainnya. Turbine harus di lengkapi dengan peralatan
sebagai berikut :

1. Steam governing valve


2. Relay bahan bakar tipe constant speed governor atau elektro hidrolik load sensing
speed governor yang maksudnya adalah agar generator bekerja pada putrn konstant.
3. Alat pengatur putaran (synchronizing) yang dapat di set lokal manual maupaun melalui
motor listrik atau potensio untuk pengaturan secara remote dari switchboard ketika di
lakukan sinkronisasi generator.
4. Kombinasi antara trip dan throttle valve agar turbine dapat shutdown secara otomatis
ketika terjadi penurunan tekanan minyak pelumas
5. Interlock switch untuk memutuskan hubugan antara generator dengan switchboard
jika throtle trip closed
6. overspeed governor di samping terdapat konstant speed governor, yang mana
overspeed tidak boleh lebih dari 15 %, overspeed governor berfungsi untuk shutdown
turbin secara otomatis jika terjadi overspeed.
7. Steam sealing manifold untuk encegah masuknya udara ke dalam poros selongsong
turbine, juga terdapat pipa dan valve untuk pembuangan kebocoran uap melalui
packing.
8. Automatic atmospheric relief valve untuk pembuangn udara ke atmosfer (udara luar)
jika terjadi tekanan balik dalam rumah turbin di karenakan terjadi malfunction pada
kondensor.

17
9. Sentinel valve untuk sounding dan alarm yang di pasang sebelum automatic
atmospheric relief valve.
10. High exhaust back pressure trip device yang mana berhubungan dengan tekanan
minyak pelumas dari throtle trip valve yang berfungsi untuk shutdown turbine.
11. Peralatan pemutar rotor secara manual untuk maintenance.
12. Reduction gear, umumnya reduksi tunggal dan single helical, yang mana pinion dan
gear di lengkapi dengan bearing, pada poros putaran rendah umumnya bersifat
flexibel yang di hubungkan ke poros generator.
13. Strainer
Marine turbine generator set di lengkapi dengan self contained LO sistem, pompa yang
di gerakkan dengan gear penghubung menyuplai minyak ke turbin, reduction gear, bearing
generator dan juga constant speed governor, trip throttle valve, high exhaust back pressure
trip device, dan over speed governor. Pompa memompa minyak dari reservoir dn keluar dari
pompa melalui magnetic strainer tipe duplex dan cooler tipe tube. Pendingin minyak pelumas
umumnya dirancang max 85 F untuk seawater cooling dan di lengkapi dengan zinc anode
untuk meminimalisasi korosi. Tekanan air pendingin harus di jaga lebih rendah dri tekanan
minyak pelumas untuk menghindari terjadinya kontaminasi air pada minyak yang
mengakibatkan kegagalan pendinginan. Juga di lengkapi pompa hand operated lubricating oil
yang di pakai untuk start up dan maintenance. Gageboard merupkan papan indikator untuk
mengetahui tekanan uap masuk, gland sealing steam, bearing oil, pompa minyak dan
termometer untuk mengetahui suhu minyak yang masuk dan keluar dari cooler.

Turbine Gas

Gas turbin sebagai penggerak generator yang terpasang di kapal terbatas jumlahnya.
Gas turbin lebih ringan dan kecil jika di bandingkan steam ataupun diesel. Gas turbin adalah
penggerak high speed oleh karena itu noise nya lebih tinggi jika dibanding steam. Waktu start
untuk gas turbin biasanya 30 s/d 40 detik, tetapi dpat di kurangi sampai di bawah 10 detik
ketika di gunakan sebagai penggerak emergency generator.

18
Gambar 2.5 Sistem pembangkit turbin gas

Turbin gas merupakan mesin dengan proses pembakaran dalam (internal combution).

- Gas alam dibakar dalam ruang pembakar (combustor).


- Udara yang memasuki kompressor setelah mengalai tekanan bersama dengan bahan
bakar disemprotkan ke ruang pembakar.
- Gas panas hasil pembakaran ini berfungsi sbg fluida kerja yang memutar roda turbin
yang terkopel dg generator sinkron.
Berbeda dengan PLTD, PLTG tidak memiliki bagian mesin yang bergerak translasi (bolak
balik) sehingga bebas dari getaran. Efisiensi konversi termalnya hanya 20 – 30%.

Karena biaya modal yang rendah , serta biaya bahan bakar yang tinggi, PLTG bfungsi
memikul beban puncak.

Emergency Generator

Emergency generator biasanya menggunakan penggerak diesel. Diesel sebagai


penggerak propulsi maupun emergency harus mempenyai sistem cooling secara tersendiri
yang menggunakan radiator / fan. Pipa ventilasi di pasang ke dan dari radiator engine, kipas
radiator harus cukup mendorong udara pendingin melewati pipa. Emergency generator harus

19
di atur sedemikian hingga dapat shut down secara otomatis bila terjadi tekanan minyak
pelumas hilang, bahaya overspeed, atau melepaskan carbon di oxide dalam ruang
emergency generator. Audible alarm harus di pasang dan akan berbunyi bila terjadi tekanan
minyak pelumas turun atau temperature air pendingin naik.

Engine umumnya diatur agar dapat di lakukan start secara otomatis bila terjadi
kegagalan pada suply daya di kapal. Jika startnya memakai battery / accu, relay yang
sensitive terhadap tegangan akan menutup di mana penutupan / contact relay ini di
bangkitkan oleh sebab terjadinya kegagalan suply daya di kapal. Battery akan memberi aliran
energi ke rangkaian kontrol yang selanjutnya mengaktifkan motor start. Jika startnya
memakai hidrolik, kegagalan suply daya di kapal akan mematikan aliran energi pada solenoid
valve yang merupakan awal dari proses starting.

Emergency generator tidak di perlukan bila generator utama (Ship service Generator)
dapat bekerja secara paralel. Automatic voltage egulator harus di pasang pada emergency
enerator. Emergency generator harus mempunyai tegangan yang sama dengan generator
utama.

8. Pembangkit listrik DC
Pembangit listrik DC cukup ekonomis jika di pakai pada kapal yang relatif kecil ataupun
sedang hal ini di sebabkan pada permesinan geladak memerlukan motor yang mempunyai
kecepatan bervariasi. Tipe yang di pakai untuk sumber DC adalah sbb:

1. 120 Volt, 2 kawat


Adalah 120 Volt, 2 kawat di hasilkan oleh pembangkit listrik generator, 115 untuk penerangan
dan distribusi daya adalah sangat cocok untuk kapal kecil, kapasitas generator yang di
perlukan umumnya tidak lebih dari 75 kW.

2. 240/120 Volt, 3 kawat


Adalah 240/120 Volt, 3 kawat di hasilkan oleh pembangkit listrik generator. Sistem ini
menyediakan 230 Volt, 2 kawat untuk distribusi daya, 230/115 Volt, 3 kawat untuk distribusi
ke panel lampu. 3 kawat ini terdiri dari kawat netral dan kawat dual voltage. Yaitu kawat
positive dan netral dan kawat negative dan netral.

2.3. Latihan Soal

1. Sebutkan equipment / peralatan yang dibutuhkan untuk instalasi system pembangkit


(minimal 10 peralatan)!

20
2. Sebutkan beban beban listrik yang umumnya dipasang di kapal (minimal 10 beban)!
3. Jelaskan 3 standar tipe system distribusi listrik tegangan rendah AC!
4. Jelaskan 2 standar tipe system distribusi listrik tegangan listrik DC!
5. Buat dan jelaskan tentang table load balance!
6. Jelaskan cara kerja system pembangkit listrik di kapal dari sumber sampai pada
beban!
7. Sebutkan macam macam system pembangkit listrik ditinjau dari penggeraknya dan
jelaskan mekanisme kerjanya!
8. Jelaskan pertimbangan seorang disaner untuk memilih penggerak system pembangkit
listrik di kapal!
9. Apa yang dimaksud dengan emergency generator dan bilamana menggunakannya!
10. Jelaskan tentang PTO generator dan macamnya!

2.4. Referensi

1. Harrington, R.L., (1992). Marine Engneering. The Society of Naval Architects and
Marine Enginee 1992-12-31. ISBN-10 : 0939773104.
2. Taylor, D.A., (1996). Introduction to Marine Engineering. Butterworth-Heinemann; 2
edition (9 October 1996)
3. Watson, G.O., (1971). Marine Electrical Practice. Butterworth-Heinemann.
4. Mcgeorge, M.D.,(2014). Marine Electrical Equipment and Practice. Butterworth-Heinemann
5. Dennis, T.H., (1999). Practical Marine Electrical Knowledge. Witherby & Co Ltd.
6. Payne, J.C. (2001). The Marine Electricalal and Electronic Bible. Sheridan house Inc.

21
III. PERHITUNGAN, PEMILIHAN DAN ANALISIS BEBAN
SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK KAPAL

3.1. Capaian Pembelajaran Khusus

Mampu menghitung beban kelistrikan kapal, menentukan dan memilih konfigurasi pembangkit
listrik kapal yang sesuai dan optimal

3.2. Analisis Perhitungan Beban Listrik di Kapal (DDS dan


EPLA)
Analisis dan perhitungan beban dan daya kelistrikan kapal (electrical power load analysis
(EPLA) dituangkan dalam lembar kerja Design Data Sheet (DDS). Oleh karena itu,
DDS digunakan sebagai dasar untuk analisis beban dan daya kelistrikan kapal.
EPLA digunakan sebagai masukan untuk menentukan kebutuhan daya untuk komponen
pembangkit listrik, penyimpanan energi, dan komponen konversi tenaga listrik dan
persyaratan kemampuan arus pada peralatan distribusi listrik. EPLA juga dapat digunakan
untuk estimasi kebuthan bahan bakar selama 24 jam pengoperasian dan kebutuhan konsumsi
bahan bakar setiap tahun. Secara umum pembuatan EPLA dilaukan dalam dua langkah:
1) Identifikasi, estimasi dan pengelompokan beban beban listrik di kapal.
2) Menjalankan algoritma untuk menghitung beban yang digunakan sebagai
acuan dalam menentukan kapasitaas sistem pembangkit generator
berdasarkan beban kontinyu dan beban intermittern yang terpasang di kapal.
DDS digunakan dalam pemodelan dan perhitungan beban listrik kapal dan membandingkan
model yang diperoleh dengan kondisi actual untuk analisis karakteristik beban listrik kapal.
DDS mencakup analisis beban per zona kapal, pemodelan beban secara stokastik (stochastic
load modeling), dan pemodelan beban dinamis (dynamic load modeling). DDS berisi tugas
tugas yang harus dijalankan dalam menganalisis kebutuhan listrik dikapal yang mencakup
pemilihan generator, pemilihan penyimpan energy, penentuan ukura kabel, perhitungan
kebutuhan bahan bakar. Gambar 3.1 berikut adalah skema tugas tugas yang saling terkait
dalam pembuatan DDS.

22
Gambar 3.1 skema tugas tugas yang saling terkait dalam pembuatan DDS

• Electric Load List (daftar beban listrik)


Langkah pertama dalam melakukan analisis beban adalah membuat daftar beban listrik dari
semua beban listrik di kapal. Daftar ini berasal dari input yang ditentukan pada tiap item
peralatan yang dikategorikan dan beban yang terhubung diperkirakan dan ditabulasikan.,
Daftar beban listrik juga mengelompokkan beban listrik sesuai dengan konektivitas mereka
ke pusat beban MSB (Main Switch Board). Input dari pembuatan electrical load list adalah:
1. Daftar induk peralatan (master list equipment)
2. Deskripsi system dan one line diagram
3. Deskripsi pembangkit listrik dan oneline diagram
4. Deskripsi sistem terdistribusi dan oneline diagram
5. General/machinery arrangements
6. Product model (if it exists)
7. Discussions with system designers (if possible)
8. EPLAs of similar ships (if available)

23
• Load factor analysis (Anaisa factor beban)
Analisis faktor beban digunakan untuk menghitung kebutuhan daya di kapal dan beban
rata-rata dalam 24 jam. Ini umumnya mengasumsikan sejumlah besar beban, yang masing-
masing merupakan fraksi yang relatif kecil dari rating penggerak utama. Beban operasi
untuk sebagian besar beban diperkirakan dengan mengalikan faktor beban dengan beban
beban yang terhubung. Input dalam menentukan atau menganalisis load factor beban
adalah:
1. Daftar beban listrik dengan perkiraan beban dan konektivitas terhubung ke pusat beban
dan switch board
2. Kondisi operasi kapal
3. Informasi tentang setiap beban listrik yang cukup untuk memperkirakan faktor beban
(termasuk informasi faktor beban dari kapal sejenis, dampak terhadap pengoperasian
beban di kapal, dan hasil dari diskusi dengan perancang sistem)
4. Kebijakan margin
5. Service life
6. Pembangkit daya dan kapasitas overload, penyimpanan energi dan kemampuan
overload time (jika diketahui)
7. Profil kondisi lingkungan
8. Konsep pembangkit listrik dan propulsi

• Zonal load analysis


Analisis faktor beban zonal. Analisis faktor beban Zonal digunakan untuk menghitung
kebutuhan daya zonal untuk elemen sistem tenaga zonal. Faktor beban zonal
(dibandingkan dengan analisis faktor beban total kapal) menyebabkan peningkatan
variabilitas pada total beban operasi karena beban intermiten. Analisis faktor beban Zonal
merupakan perpanjangan dari metode analisis faktor beban ke elemen sistem tenaga zonal.
Input dari analisis beban zonal adalah:

1. Daftar beban listrik dengan perkiraan beban dan konektivitas terhubung ke pusat beban
dan Switch Board (SB)
2. Kondisi operasi kapal
3. Informasi tentang setiap beban listrik yang cukup untuk memperkirakan faktor beban
zonal (termasuk faktor beban dan informasi faktor beban zonal dari kapal sejenis, dampak
konsep operasi kapal pada beban, dan hasil dari diskusi dengan perancang sistem)
4. Kebijakan margin

24
5. Kebijakan penyisihan layanan seumur hidup
6. Deskripsi pembangkit listrik dan oneline diagram konsep instalasi listrik dan propulsi
8. Profil kondisi lingkungan

• Quality of service (QOS) load analysis


Analisis beban kualitas layanan (QOS). Analisis kualitas layanan (QOS) merupakan faktor
kunci untuk menentukan jumlah daya siaga dan daya cadangan yang sistem secara
keseluruhan dan masing-masing zona secara independen harus tersedia di setiap kondisi
operasi untuk memungkinkan kontinuitas daya terhadap beban dalam hal terjadi kegagalan
tunggal pada sistem tenaga (karena alat pelindung, kegagalan peralatan sistem tenaga
listrik, atau kegagalan sistem kontrol). Daya cadangan bisa berbentuk rolling reserve (kW)
set generator online, atau power (kW) dan kapasitas (kWh) modul penyimpanan energi.
Daya siaga adalah rating daya dari generator siaga offline yang ditunjuk untuk setiap kondisi
operasional (seperti yang dijelaskan dalam konsep pembangkit listrik dan propulsi). Untuk
beban yang tidak terputus, QOS menempatkan batasan pada tempat di mana sistem
cadangan berada; daya untuk beban un-interruptible tidak dapat dipengaruhi oleh
perpindahan dan kesalahan perpindahan transien dalam sistem distribusi daya. Input
analisis QOS adalah:
1. EPLA
2. Konsep pembangkit listrik dan propulsi
3. Informasi tentang setiap muatan di EPLA cukup untuk mengkategorikannya menjadi
salah satu dari tiga kategori QOS: tidak terputus, interupsi pendek, dan interruptible
jangka panjang

• Comparing trial data with load analysis


Membandingkan data percobaan dengan analisis beban. Sebelum pengiriman kapal ke
Angkatan Laut, kapal baru biasanya menjalani satu atau dua uji coba laut untuk
menunjukkan bahwa kapal tersebut memenuhi persyaratan kontrak dan siap untuk dikirim.
Pabrik listrik kapal biasanya diinstruksikan untuk menentukan beban listrik di bawah kondisi
operasi yang berbeda. Kondisi persidangan laut; Namun, jarang cocok dengan kondisi
spesifik di EPLA dan; Oleh karena itu, belum tentu langsung sebanding dengan EPLA.
Untuk memvalidasi EPLA setelah uji coba laut, analisis beban harus direvisi untuk
mencerminkan kondisi uji coba laut. Inputnya adalah:
1. Menyelesaikan EPLA
2. Sea trials mesin pabrik line-up

25
3. Uji coba laut data beban listrik dengan peralatan terkait line-up untuk pembangkit listrik,
pabrik mesin, dan sistem misi berkorelasi berdasarkan waktu untuk melacak beban
dengan peralatan online.
4. Suhu lingkungan dan kondisi laut

3.3. Langkah-langkah perhitungan beban

Daftar beban listrik adalah langkah pertama dalam melakukan analisis beban untuk
membuat daftar beban listrik dari semua beban listrik di kapal. Daftar beban dibuat dengan
memeriksa peralatan dan desain seperti daftar peralatan utama, deskripsi sistem dan satu
diagram garis (oneline diagram), oneline diagram pembangkit listrik, oneline diagram sistem
terdistribusi, gambar rencana umum, gambar rencana mesin, dan model produk. Dalam
beberapa kasus, desain kapal mungkin tidak cukup matang untuk menangkap semua
beban. Daftar listrik harus tetap menganggap ada dan perkiraan harus dibuat sehubungan
dengan beban dan konektivitas yang terhubung ke sistem daya. Dalam langkah ini data
pada setiap beban dikumpulkan untuk memodelkan beban dengan benar untuk analisis
selanjutnya. Data ini mencakup:
a. Nomenclature
b. SWBS (3 digit)
c. Lokasi di kapal (zona dan / atau kompartemen) (diperlukan untuk peralatan zonal dan
ukuran sistem distribusi)
d. Titik koneksi ke sistem tenaga (load center, switchboard). Jika lebih dari satu titik koneksi,
tentukan koneksi utama dan alternatif (jika ada). (diperlukan untuk peralatan zonal dan
ukuran sistem distribusi)
e. Plat nomor identifikasi (papan nama) (termasuk unit)
f. Beban terhubung (kW)
g. Beban puncak (kW)
h. Tipe daya (voltase, jumlah fase, frekuensi)
saya. Perilaku siklik dan intermiten
j. Persyaratan daya selama mode operasi berbeda
k. Gunakan selama kondisi operasi kapal yang berbeda
l. Ketergantungan suhu
m. Toleransi terhadap gangguan listrik (untuk analisis QOS)
n. Korelasi dengan beban lainnya (seperti beban yang saling eksklusif)
o. Referensi ke sumber data untuk memungkinkan ketertelusuran

26
Langkah langkah flowchart perhitungan perencanaan dan analisis pembangkit ditunjukkan
pada gambar 3.2.

Start

Data peralatan beban listrik

Buat tabel beban, klasifikasikan


dalam kategori tiap kondisi operasi

Beban pada tiap kondisi operasi

Pilih generator

Pilih mesin penggerak

Analisis matching motor penggerak


dengan generator

Pilih gearbox (rasio)

Analisis perhitungan SFOC diesel generator

SFOC operasi diesel generator


pada tiap kondisi operasi

Apakah SFOC
NO
beroperasi
pada titik
optimal?

YES
27
B
B

Pilih gearbox (rasio)

Perhitungan performance
pengoperasian motor penggerak pada
tiap kondisi operasi

Perencanaan engine service system

- Volume tanki bahan bakar


- Layout ruang mesin dan sistem bantuan
- Desain sistem bantu mesin

Report perencanaan sistem penggerak kelistrikan


dengan output:

- Spesifikasi teknis pengoperasian motor penggerak


pada tiap kondisi operasi
- Spesifikasi tiap komponen sistem penggerak
- Harga dan satuan anggaran biaya
- Desain sistem bantu mesin

End

Gambar 3.2. flowchart analisis perencanaan, perhitungan dan analisis kebutuhan kapasitas
pembangkit listriik di kapal.

• Faktor Beban
Faktor beban (load factor) didefinisikan untuk setiap beban listrik untuk mendeskripsikan
profil penggunaan dari beban tersebut. Faktor beban ini menjekaskan prosentase
punggunaan beban listrik terhadap daya rating dan lama penggunaan alat tersebut saat
beroperasi. Faktor terbagi menjadi dua komponen: faktor pemanfaatan (utility factor) dan
factor kebutuhan / permintaan (demand factor).

28
Faktor pemanfaatan adalah rasio daya listrik yang ditarik oleh beban listrik terhadap daya
nominal beban. Nilai ini ini diperhitungkan pada beban yang umumnya digerakkan oleh motor
listrik seperti pompa, kompresor dan lain lain. Faktor permintaan didefinisikan sebagai
persentase waktu yang beban listrik aktif selama waktu operasional.
𝑃𝑢
𝑢𝑓 =
𝑃𝑟
𝑊𝑢
𝑑𝑓 =
𝑊𝑜
𝐿𝑓 = 𝑢𝑓. 𝑑𝑓
𝑢𝑓= utility factor (factor pemanfaatan)
𝑑𝑓= demand factor (factor permintaan)
𝐿𝑓= load factor (factor beban)
𝑃𝑢=daya yang ditarik dari sumber oleh beban (watt)
𝑃𝑟= rating nominal beban (name plate power) (watt)
𝑊𝑢= lama beban aktif (jam)
𝑊𝑜= lama pengoperasian dalam satu scenario (jam)
Metode perhitungan load factor dapat dilakukan dengan dua metode yaitu 1. Metode
tradisional dan 2. Metode stokastik dijelaskan dalam skema Gambar 3.3.

Secara umum metode tradisional berjalan dengan baik pada kapal dengan sistem tenaga
yang sederhana yang mana sebagian besar penggunaan beban tidak bervariasi atau daya
kecil. Namun, ada beberapa kekurangan yang cukup riskan karena jika hasil analisis
perhitungan beban tidak sesuai dengan kebutuhan daya listrik sesungguhnya maka perlu
dilakukan perancangan ulang sehingga membutuhkan biaya redesain yang tidak sedikit
berkaitan dengan risiko oversizing atau underersizing genetaor dan system distribusi dan
komponen kelistrikan.
Metode tradisional tidak mencerminkan realitas pengoperasian beban pada sistem
kelistrikan kapal. Karena, analisis beban listrik bergantung pada sejumlah besar variabel acak.
Karena adanya ketidakpastian, penggunaan metode tradisional tidak mampu
merepresentasikan dengan baik dari sifat ketidakpastian terhadap pengoperasian
peralatan. Oleh karena itu, metode stokastik diajukan untuk meningkatkan akurasi analisis
perhitungan load factor peralatan.

29
Gambar 3.3. Perbandingan alur metode perhitungan load factor secara tradisional dan
stokastik

• Diversity factor
Diversity Factor adalah rasio dari jumlah permintaan maksimum individu dari berbagai
rangkaian sub sistem secara maksimal terhadap permintaan maksimum dari seluruh sistem.
Diversity factor bernilai lebih besar atau sama dengan satu.
𝐴𝑖
𝐷𝑓 =
𝐴𝑟
𝐷𝑓=diversity factor
𝐴𝑖= Jumlah total daya maksimum tiap peralatan (jumlah nominal power dari tiap peralatan)
𝐴𝑟= jumlah total daya yang diserap oleh semua peralatan yang aktif / running

30
Diversity Factor dapat dinyatakan oleh 0 sampai 100%) adalah sebagian dari total beban
yang merupakan item tertentu yang berkontribusi terhadap permintaan puncak. Misalnya
diversity factor 70% berarti perangkat beroperasi dengan menyerap daya 70% dari
kemampuan maksimal atau 70% dari waktu terhubung atau alat aktif dan bekerja pada daya
maksimal.
Keragaman terjadi pada sistem operasi karena semua beban yang terhubung ke Sistem
tidak beroperasi secara bersamaan atau tidak secara simultan beroperasi pada rating
maksimal mereka. Faktor keragaman menunjukkan bahwa seluruh beban listrik tidak sama
dengan Jumlah dari bagian bagiannya. Pertimbangkan dua feeder dengan permintaan
maksimum yang sama namun terjadi pada interval waktu yang berbeda. Maka jumlah daya
yang dikirim ke feeder akan lebih kecil dari jumlah daya dari permintaan daya kedua buah
feeder. Kondisi ini dikenal dengan keragaman atau diversity.

1. Penyusunan Tabel Beban


Sebelum menyusun tabel Load Balance, alangkah lebih baiknya mengetahui beberapa
istilah – istilah yang berkaitan dengan tabel tersebut, seperti:
a. Beban IL (Intermittent Load) adalah beban yang digunakan untuk sementara. Dengan kata
lain tidak digunakan secara terus menerus.
b. Beban CL (Continous Load) merupakan lawan dari beban Intermittent Load, yaitu beban
yang digunakan secara terus menerus.
c. Service Factor adalah perbandingan daya yang dioperasikan dari alat tersebut
dibandingkan dengan daya input maksimal alat yang bersangkutan.
d. Diversity Factor adalah perbandingan waktu alat beroperasi dalam 24 jam.
e. Load Factor adalah perbandingan daya output mesin yang digunakan terhadap daya
maksimal mesin.

KVA = IL = CL = P (KW) x cos

31
Contoh Perhitungan:

Tabel beban equipment di anggap kondisi waktu berlayar.

a. Desalinaton plant 3000watt, cos  = 0,8 , tiga phase.


b. Pompa ballast 2000 watt, tiga phase, cos  = 0,6.
c. AC sentral 2000 watt, tiga phase, cos  = 0,8.
d. TV 1000 watt , cos  = 0,8, satu phase.
e. lampu 1200 watt, cos  = 0,75, satu phase.
f. kulkas 1500 watt, cos  = 0,85, satu phase.
Tabel3.1 Perhitungan Beban Listrik di Kapal

Kondisi Operasi
Berlayar Berlabuh

Equipment
P (Watt) Jenis Beban LF R S T R S T

Desalination Plant 3000 3 Phase 0,8 1250 1250 1250

Pompa ballast 2000 3 Phase 0,6 1111 1111 1111

AC Central 2000 3 Phase 0,8 833 833 833

TV 1000 1 Phase 0,8 - - 1250

Lampu 1200 1 Phase 0,75 1600 - -

Kulkas 1500 1 Phase 0,85 1765 - -

PERENCANAAN KEBUTUHAN LISTRIK DI KAPAL :

Peralatan yang terpakai dikapal:

➢ Data dari SPEC peralatan = daya, cos , tegangan(v), jumlah phase, service factor, jumlah alat.
➢ Daya yang diperoleh diubah kebentuk VA.
P(Watt )
P(VA) = supaya beban l1,l2,l3,seimbang.
Cos

32
Tabel data pada keadaan berlayar, berlabuh, dan bongkar muat:

Tabel data pada keadaan berlayar

Peralatan P (Watt) Cos φ LF VA

Steering Gear 2238 0,8 0,8 2238

Tabel data pada keadaan berlabuh

Peralatan P (Watt) Cos φ LF VA

Windlass 1665 0,8 0,8 1665

Table data pada keadaan bongkar muat.

Peralatan P (Watt) Cos φ LF VA

Crane 1200 0,8 0,8 1200

Note :

 Analisis perhitungan beban tergantung pada equipment, dan equipment tergantung pada
system di kapal.
 Pada kapal diggunakan lebih dari dua generator karena beban di kapal sangat bervariasi.
 Sebelum menentukan kapasitas generator, kita harus menganalisis beban dengan
menggunakan equipment yang ada di kapal.
 Untuk menghitung engine service system, kita harus mengetahui data teknik engine / source
data / buku panduan.
 Data kapal juga dibutuhkan untuk menetukan ship service sistem.
 Pompa digunakan untuk memindahkan fluida dari satu tanki ke tanki yang lainya.
 Alat yang menggunakan motor listrik memiliki beban tiga phase.Untuk beban yang selain
motor listrik memiliki beban satu phase.

33
Tabel perhitungan beban dikapal

Nama alat P P Berlayar


aktif LF Cos φ Σ Phase
(Watt) (VA) R S T

Steering
1 0,8 0,75 3 4 HP 3.18 1.06 1,06 1,06
Gear

Lampu 2 0,5 0,8 1 1 HP 0,93 0,465 - -

Daya(KW ) P(Watt)
1HP = ; P(VA) = ; VA = P(VA) xLF ;
0,746 cos

1HP = 0,746 kwatt = 746watt.

Daya(watt) = P(watt) * 0,746.

VA = P(VA) * cos

LOAD CALCULATION OF EQUIPMENT ( ELECTRICAL EQUIPMENT )

1. Load calculation engine service system.


 System bahan bakar.
 System pelumasan.
 System pendinginan.
 System udara start.
System-system di atas merupakan data teknik engine.

2. Ship service system atau sistem untuk melayani kapal.


 System bilga, yaitu sistem untuk drynase / membuang kotoran yang berupa cairan /minyak
keluar kapal.
 Sistem ballast, yaitu sistem yang berfungsi untuk menjaga kestabilan cairan kapal dan untuk
untuk memindahkan cairan dari satu tanki ballast ke tanki ballast yang lain atau dari luar
kapal ke dalam kapal agar kapal tetap berada pada posisi yang dikehendaki.
 Fire pump, yaitu pompa yang berfungsi sebagai pompa pemadam kebakaran.
 System sanitasi, yaitu sistem yang digunakan untuk keperluan mandi, mencuci dan masak.
3. System bongkar muat.
 Deck crane.
4. Deck mechinery.

34
 Wind lass (jangkar, yaitu alt untuk menaikan / menurunkan jangkar.
 Mooring winch (alat untuk menambatkan kapal), yaitu alat untuk menaikan kapal.
 Staring gear (alat kemudi), yaitu alat yang berfungsi untuk menghidupkan kapal.
5. Beban pendingin (fresh chamer).
6. beban control dan automation.
Berikut imi sistem-sistem umum di kapal yang perlu dipertimbangkan untuk perhitungan beban
kelistrikan kapal:

1. Ruang Kontrol Mesin (Engine Control Room), salah satu ruangan didalam kamar mesin dimana
semua alat-alat kontrol mesin-mesin yang beroperasi dipasang, termasuk sistem kontrol
energi listrik, agar pengawasan terhadap mesin-mesin lebih efektif dan efisien.
2. Mesin Induk (Main Propulsion Engine), suatu instalasi mesin yang terdiri dari berbagai
unit/sistem pendukung dan berfungsi untuk menghasilkan daya dorong terhadap kapal,
sehingga kapal dapat berjalan maju atau mundur.
3. Mesin-mesin Bantu (Auxiliary Engines), unit-unit dan instalasi-instalasi permesinan yang
dibutuhkan untuk membantu pengoperasian kapal, termasuk untuk mesin induk, operasi
muatan, pengemudian, navigasi dll., termasuk, tetapi tidak terbatas pada mesin-mesin
dibawah ini.
4. Mesin Generator (Generator Engine), suatu instalasi mesin / unit penggerak generator atau
pembangkit tenaga listrik, merupakan salah satu mesin bantu yang paling penting dikapal
untuk menghasilkan tenaga / energi listrik. Jenis mesin ini biasanya mesin Diesel, kecuali
dikapal yang menggunakan uap sebagai energi panasnya, mesin ini digerakkan dengan turbin
uap.
5. Generator, bagian yang menjadi satu dengan mesin generator yang mampu membangkitkan
energi atau arus listrik yang dibutuhkan untuk operasi kapal seperti menjalankan motor-
motor listrik untuk mesin kemudi, pompa, kompresor udara, dll., serta untuk penerangan,
pemanas, dll.,
6. Pompa-pompa (Pumps), alat untuk memindahkan zat cair seperti air tawar, air laut, bahan
bakar dan lain-lain, yang biasanya dilengkapi dengan sistem perpipaan, termasuk katup isap,
katup tekan dan katup-katup lain, saringan, tangki-tangki, alat-alat pengaman dll. Jenis-jenis
pompa a.l.:
7. Pompa Pendingin Air Tawar (Fresh Water Cooling Pump), untuk memindahkan sekaligus men-
sirkulasikan air tawar melalui berbagai sistem pipa-pipa, pendingin (cooler), tangki ekspansi,
berbagai katup, saringan dan lain-lain, berfungsi untuk mendinginkan blok silinder/badan
mesin penggerak akibat terjadinya pembakaran didalam silinder mesin.
8. Pompa Pendingin Air Laut (Sea Water Cooling Pump), yang mengisap air laut diluar kapal dan
mensirkulasikannya untuk mendinginkan air tawar, minyak lumas dan lain-lain agar
temperaturnya tetap pada temperatur yang dikehendaki. Setelah digunakan, air laut ini
kembali dibuang ke laut.
9. Pompa Servis Umum (General Service Pump), unit pemindah air laut yang mempunyai fungsi
ganda, artinya bisa digunakan untuk berbagai keperluan seperti pendingin air tawar, minyak
lumas, juga untuk mengalirkan air laut untuk pemadaman kebakaran, dan lain-lain.
10. Pompa Minyak Lumas (Lube Oil Pump), unit pemindah minyak lumas yang dibutuhkan untuk
melumasi bagian-bagian mesin yang saling bergesekan, sekaligus menyerap panas yang
ditimbulkan akibat gesekan tersebut. Minyak lumas ini disirkulasikan melalui unit pendingin
agar temperatur tidak melebihi ketentuan.
11. Pompa Bahan Bakar (Fuel Oil Pump), terdiri dari berbagai unit, misalnya pompa transfer untuk
memindahkan bahan bakar dari satu tangki ke tangki lain, atau pompa booster untuk

35
mengalirkan bahan bakar ke unit-unit separator, dan/atau ke mesin-mesin dimana bahan
bakar ini akan dibakar didalam silinder.
12. Pompa Ballast (Ballast pump), pompa yang digunakan untuk mengisi dan mengosongkan air
laut ke dan dari tangki-tangki balas di kapal. Tangki-tangki ini dimaksudkan untuk
menyeimbangkan kapal agar tegak dan tidak miring, atau untuk memperbaiki stabilitas kapal
agar nilai GM-nya tetap positif, terutama sewaktu kapal dalam pelayaran tanpa muatan.
13. Pompa Got (Bilge Pump), salah satu pompa yang fungsinya untuk membuang air berminyak
(oily water) yang ada di got (bilge) kamar mesin. Pompa ini harus dilengkapi unit separator air
berminyak (oily water separator), agar cairan yang dibuang kelaut mengandung minyak tidak
lebih dari 15 ppm.
14. Pompa Sanitair (sanitary pump), baik untuk air tawar maupun air laut, yaitu pompa untuk
menyalurkan air tawar maupun air laut ke sistem sanitair kapal, yaitu ke kamar-kamar mandi
dan WC.
15. Kompresor Udara (Air Compressor), unit yang berfungsi menyediakan udara dengan tekanan
tertentu, biasanya antara 20 – 30 bar) untuk berbagai kebutuhan, terutama untuk start mesin
induk.
16. Botol Udara (air bottle), unit penyimpan udara bertekanan tinggi
17. Mesin Pendingin (Refrigerator), suatu instalasi permesinan yang terdiri dari kompresor,
pendingin media pendingin, kondensor, katup ekspansi, evaporator dan lainlain, yang
ditujukan untuk mendinginkan satu ruangan atau lebih ruangan untuk menyimpan bahan
makanan diatas kapal.
18. Mesin Tata Udara, suatu instalasi permesinan seperti halnya mesin pendingin, tetapi
tujuannya mendinginkan ruangan-ruangan seperti salon, kabin-kabin awak kapal, dll., agar
suhunya rendah dan nyaman
19. Pemindah Panas (Heat Exchanger), terdiri dari:
20. Pendingin (Cooler) untuk Udara, Air Tawar, Minyak Lumas, dll., yaitu unit yang berfungsi
menurunkan temperatur suatu zat yang menjadi akibat operasi mesin, agar temperaturnya
konstan dan tidak melebihi ketentuan. Di unit ini selalu ada zat yang akan didinginkan dan zat
atau media pendingin yang biasanya terdiri dari air laut.
21. Pemanas (Heater) untuk Bahan Bakar, Minyak Lumas, Air Tawar, dll., yaitu peralatan untuk
memanaskan suatu zat, misalnya bahan bakar agar kekentalannya turun, atauk memanaskan
ruangan dimusin dingin, dll.
22. Kondensor (Condenser), yang pada dasarnya berfungsi untuk merubah bentuk zat dari uap
atau gas menjadi bentuk cair. Unit ini biasanya terdapat pada turbin uap dan mesin pendingin.
23. Ketel Uap (Steam Boiler), instalasi yang berfungsi untuk merubah air (tawar) menjadi uap yang
mem[unyai tekanan lebih dari 1 bar. Uap ini digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti
menjalankan mesin atau turbin uap, media pemanas berbagai zat atau ruangan-ruangan
akomodasi diwaktu musin dingin atau didaerah dingin. Bahkan sering digunakan didapur
untuk keperluan berbagai alat pemanas makanan / minuman.
24. Ketel Gas Buang (Exhaust Gas Boiler), yang terdapat pada kapal-kapal yang menggunakan
mesin Diesel sebagai mesin induknya. Sewaktu mesin induk jalan, untuk menghemat bahan
bakar, maka pemanasan air untuk dijadikan uap dilakukan dengan memanfaatkan panas gas
buang mesin induk yang tidak terpakai lagi.
25. Mesin-mesin Dek (Deck Machineries), unit-unit atau instalasi permesinan yang dibutuhkan
untuk operasi kapal, termasuk sewaktu berlayar dilaut, maupun selama operasi muatan di
pelabuhan. Unit-unit ini dioperasikan oleh awak kapal bagian dek, namun perawatan dan
perbaikannya dibawah tanggung jawab awak kapal mesin.
26. Mesin Kemudi (Steering Gear), instalasi penggerak daun kemudi untuk merubah arah / haluan
kapal. Unit mesinnya terletak diburitan, diatas batang kemudi, namun dapat dioperasikan dari
anjungan melalui unit telemotor.

36
27. Mesin Jangkar (Windlass), unit mesin yang berada dihaluan kapal, untuk menurunkan dan
menaikkan jangkar sewaktu berlabuh diluar pelabuhan.
28. Mesin Kapstan (Penarik tali tambat), unit yang dibutuhkan untuk menggulung dan/atau
mengulur tali tambat, sewaktu kapal akan sandar atau lepas dari dermaga.
29. Mesin Pengangkat Muatan (Crane), unit-unit mesin untuk mengangkat muatan keatas kapal
dan memasukkannya kedalam palka (ruang muat kapal) atau menaikkan muatan jika akan
dibongkar ke dermaga.
30. Pembangkit Air Tawar (Fresh Water Generator), suatu unit pembangkit air tawar, atau
merubah air laut menjadi air tawar dengan cara menguapkan air laut kemudian diembunkan
sehingga menjadi air tawar.
31. Pemisah Zat Cair (Separator), terdiri dari:
32. Pemisah Bahan Bakar (Fuel Oil Separator), suatu unit permesinan yang gunanya untuk
memisahkan bahan bakar dengan zat-zat lain, terutama air dan endapan-endapan yang
terkandung didalam bahan bakar sehingga bahan bakar yang akan disuplai ke mesin tetap
murni dan bersih.
33. Pemisah Minyak Pelumas (Lube Oil separator), unit pemisah minyak lumas, biasanya hanya
untuk minyak lumas mesin induk, agar terpisah dari air dan kotoran-kotoran lain, sehingga
kualitas minyak lumas tetap terjaga.
34. Pemurni Bahan Bakar (Purifier), hampir sama dengan separator bahan bakar, tetapi disini
fungsinya untuk memisahkan bahan bakar dengan air dan zat-zat lain yang tidak diinginkan.
35. Penjernih (Clarifier) untuk bahan bakar, yang fungsinya hampir sama dengan separator, hanya
disini bahan bakar akan dijernihkan dan dipisahkan dari endapan-endapan atau lumpur-
lumpur yang belum dapat dipisahkan oleh purifier. Biasanya unit ini dipasang seri dengan
purifier untuk menghasilkan bahan bakar yang benar-benar murni dan jernih.
36. Separator Air Berminyak (Oily Water Separator), untuk memisahkan air got kamar mesin dari
kandungan minyak akibat kebocoran minyak yang jatuh ke got kamar mesin. Sesuai peraturan
MARPOL, air yang dibuang ke laut tidak boleh mengandung minyak lebih dari 15 ppm.
37. Pembakar (Incinerator), suatu unit yang digunakan untuk membakar sampah-sampah dan
minyak-minyak kotor yang tidak boleh dibuang ke laut sesuai peraturan yang tercantum
didalam MARPOL.
38. Instalasi Pembuang Kotoran (Sewage Plant), digunakan untuk menampung dan kemudian
membuang ke laut, kotoran-kotoran manusia setelah diberi bahan penetral.
39. Main Switch Board (Papan Penghubung Induk), suatu unit sistem listrik kapal yang biasanya
dipasang di ruang kontrol, dimana arus listrik dari setiap generator dikontrol dan
didistribusikan keseluruh bagian kapal yang perlu melalui papan-papan distribusi.
40. Distribution Board (Papan Distribusi), bagian sistem distribusi dari main switchboard yang
ditempatkan diberbagai lokasi untuk memudahkan kontrol pemakaian arus listrik. Dari sini
arus listrik didistribusikan lagi ke unit-unit yang memerlukan melalui kotak-kotak distributor.
41. Distribution Box (Kotak Distribusi), bagian dari papan distribusi, biasanya dilengkapi dengan
switch-switch untuk starter jika arus listriknya digunakan untuk menjalankan motor listrik.
42. Motor Listrik (Electric Motor), suatu unit penggerak dengan energi listrik untuk menggerakkan
alat-alat tertentu seperti pompa, kompresor, separator dan lain-lain.
43. Mesin-mesin Darurat (Emergency Engines)
44. Generator Darurat (Emergency Generator), yang digunakan jika tiba-tiba terjadi “black-out)
akibat tidak berfungsinya generator. Generator ini bekerja secara otomatis atau manual atau
dapat juga digantikan dengan sistem baterei (accumulator) yang bekerja secara otomatis.
Generator darurat dapat distart dengan tangan atau dengan baterei.
45. Kompresor Udara Darurat (Emergency Air Compressor), yang akan difungsikan jika kompresor
udara rusak dan tidak dapat difungsikan karena tidak ada arus listrik yang menggerakkan
motornya. Kompresor ini dijalankan dengan mesin tersendiri dan dapat distart dengan tangan.

37
PERFORMANCE GENERATOR

PUTARAN GENERATOR :

120 f
Ns =
P

Dimana: P = jumlah kutub.

f = frekuensi generator.

Contoh soal:

1. Bila diketahui data engine sebagai berikut :


F = 50 HZ

Jumlah kutub = 4

Power = 5kW

Cos φ = 0,8

kVA Generator= 5/0.8=6.25;

V = 220 volt

120 * 50
Maka putaran generator (ns) = = 1500 rpm.
4

Sedangkan engine yang ada:

P = 6 kw

SFC = 250 gr / kwh optimal

Rpm = 2700 rpm

Temperature = 450 celcius

Dimana data engine tersebut tidak memenuhi perhitungan engine diatas.maka solusinya adalah
dengan:

a. Menaikan putarannya :

GENERA
D / G gear box :
b. Memasang
TOR

GENERA
D/G
TOR
38
2700 1500

Gear Box (1.8)

Maka :

Putaran optimal engine 2700.

Daya 5 kW

SFC = 264 gr / kw jam.

Daya yang dihasilkan = 2 kw – 6 kw.

Ne 2700
Rasio putaran = = = 1,8
ng 1500

Rpm operasional D/G = 1.8x1500=2700 rpm

Menghitung tanki harian bahan bakar :

selama satu hari , 5 kw.

SFC = 264 gr/ kwh.

gr per hari = sfoc x24 x kWoutput = 264 * 24 * 5 =

Gr = 264 * 24 * 5 = 31.680 gr per hari = 31,7 kg per hari

Massa jenis bahan bakar = 0,8 kg / liter.

massa 31,7
Volume = = = 39.625 liter.
massa jenis 0,8

Volume tangki harian = 39.625 + 10%x39.625 = 43.5875 liter

Storage tank = lama berlayar (10 hari) x vol tangki harian = 435.875 liter.

2. Sebuah kapal ikan membutuhkan daya 6 kw. Generator yang dipakai memiliki spesikasi sebagai
berikut : frekuensi = 50 HZ

39
Jumlah kutub = 2

Cos φ = 0,8

Tentukan beraopa daya yang dihasilkan, SFC, dan temperatur sebelum dan sesudah modifikasi
gear box ?

Penyelesaian :

Diketahui : f = 50 Hz

Jumlah kutub = 2

Cos O =0.8

P = 6 kw

Ditanya : Daya ( P ) ……..?

SFC…….............?

Temperature……?

120 * f 120 * 50
Jawab : Ns = = = 3.000 rpm.
P 2

Daya yang dihasilkan = 7 kw.

SFC = 245 gr / kwh.

Temperatur = 500 celcius.

Maka dengan kondisi seperti ini tidak perlu dimodifikasi lagi , karena daya tersebut sudah
memenuhi dan SFC-nya tetap ( 240 – 250 ).

Merancang tanki bahan bakar :

Gr bahan bakar = SFC * 24 * 6

= 245 * 24 * 6

= 35.280 gr = 35.28 kg

massa 35,28
Volume = = = 44,1 liter
massajenis 0,8

VA sesungguhnya = Vt + 15 % * Vt

40
= 44,1 + 15 % * 44,1 = 50,715 l

3.4. Latihan Soal

1. Sebuah kabin ruang akomodasi dipasang 10 lampu dengan total daya 400 W tapi
pada saat tertentu hanya 6 lampu yang dinyalakan. Hitung utility factornya
2. Terdapat 4 feeder untuk pelayanan subdistribusi listrik kapal dengan terhubung
beban 250 kVA, 300 kVA, 200 kVA dan 400 kVA dan faktor permintaan masing-
masing 80%, 60%, 75% dan 85%. Sedangkan faktor keragaman 1,5. Hitung
kapasitas pembangkit yang diperlukan.
3. Sebuah sistem distribusi untuk pelayanan motor dikapal ditunjukkan oleh gambar
berikut

No Grup Jumlah k Utility factor Demand factor Diversity factor


kapasitas
1 1 5x20HP 0.8 0.6 1.2
2 2 5x25HP 0.9 0.9 1
3 3 5x15HP 0.7 0.4 1.5
4 4 5x30HP 1 1 1

Hitung kapasisitas feeder yang ditarik dari sumber!

41
4. Hitung kapasitas trafo dan MSB pada sisem distribusi berikut dengan sumber utama
adalah shore connection PLN

5. Bila diketahui data engine sebagai berikut :


F = 50 HZ

Jumlah kutub = 4

Power = 50 kW

Cos φ = 0,8

a) Pilih diesel generator yang sesuai untuk kebutuhan sistem diatas


b) Tentukan titik kerja pengoperasian generator
c) Hitung SFOC (specific fuel oil consumption) untuk titik operai diatas
d) Jika kapal berlayar selama 5 hari pulang-pergi hitung berapa kg konsumsi bahan
bakar yang dibutuhkan dan juga tentukan kapasitas tangki bahan bakar.

3.5. Referensi

42
1. Harrington, R.L., (1992). Marine Engneering. The Society of Naval Architects and
Marine Enginee 1992-12-31. ISBN-10 : 0939773104.
2. Taylor, D.A., (1996). Introduction to Marine Engineering. Butterworth-Heinemann; 2
edition (9 October 1996)
3. Watson, G.O., (1971). Marine Electrical Practice. Butterworth-Heinemann.
4. Mcgeorge, M.D.,(2014). Marine Electrical Equipment and Practice. Butterworth-Heinemann
5. Dennis, T.H., (1999). Practical Marine Electrical Knowledge. Witherby & Co Ltd.
6. Payne, J.C. (2001). The Marine Electricalal and Electronic Bible. Sheridan house Inc.
7. https://electricalnotes.wordpress.com/2011/10/31/demand-factor-diversity-factor-
utilization-factor-load-factor/
8. http://www.dtic.mil/dtic/tr/fulltext/u2/a568950.pdf
9. https://en.wikipedia.org/wiki/Diversity_factor

43
IV. SISTEM DISTRIBUSI, PERALATAN DAN PROTEKSI
LISTRIK KAPAL

4.1. Capaian Pembelajaran Khusus

Mampu menjelaskan, menghitung, menganalisa, menentukan dan merancang sistem


distribusi, peralatan dan proteksi kelistrikan kapal.

4.2. Distribusi Daya

Materi yang dibahas pada distribusi daya disini meliputi sistim distribusi daya listrik di
kapal, komponen-komponen untuk sistem distribusi, persyaratan atau ketentuan yang berlaku
untuk sistem di kapal. Selain itu juga dibahas tentang distribusi untuk penerangan. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar
(Bulk Power Source) sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya
di sini. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat feeder
2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan feeder,
karena catu daya pada pusat-pusat beban feeder dilayani langsung melalui jaringan
distribusi.

Gambar. Main Swicth Board

44
Energi untuk beban penerangan dan beban daya Sistem kelistrikan suatu kapal
biasanya disuplai oleh 2 atau lebih generator. Selain itu juga dapat disuplai dari emergency
generator atau dari battery (aki). Daya listrik keluaran dari generator inibiasanya semuanya
akan dipusatkan menuju ke satu Main Switch Board (MSB).Biasanya, emergency switchboard
dan sistem emergency distribution dayanyaterhubung dengan bus tie dari switchboard di
kapal. Jika sistem pelayanan daya di kapalmengalami kegagalan/kerusakan, sistem
emergency distribution akan secara otomatisberpindah dari pelayanan normal ke pelayanan
Emergency Generator. Ada banyakdisain yang berbeda untuk distribusi daya pada instalasi
beban listrik di kapaltergantung type kapalnya.

Daya listrik atau arus listrik keluaran dari MSB dibagi dalam beban-beban

yang terdiri dari 3 kelompok besar :

1. Beban penerangan; semua beban pada kelompok ini mempunyai tegangan 220V satu
phase dengan frekwensi 50 Hz. Kebanyakan beban ini berupa penerangan pada
gang-gang, ruangan-ruangan tertutup, ruangan terbuka dansocket keluaran untuk
peralatan untuk peralatan-peralatan power yang relatifrendah.
2. Beban daya; semua beban pada kelompok ini mempunyai tegangan 220 V/380V tiga
phase dengan frekwensi 50 Hz. Kebanyakan beban pada kelompok ini semua
kebutuhan penerangan kapal disuplai dengan beberapa feeder dari sistemdistribusi
dari switchboard melalui panel distribusi penerangan. Secara umum hal inibersifat
ekonomis dalam operasionalnya sampai batas beban yang disuplai oleh tiapfeeder
penerangan kurang dari 100 Ampere sehingga feeder mungkin disuplai darisirkuit
breaker 100 ampere. Paling kurang 2 feeder disediakan untuk melayanikeperluan
penerangan pada setiap ruang mesin. Suatu feeder yang terpisah disediakanuntuk
penerangan pada ruang muat. Satu feeder biasanya tersedia untuk tiap cargo
holdyang dapat dimatikan pada switchboard ketika kapal sedang berlayar.
Sehinggamencegah kemungkinan bahaya kebakaran akibat listrik pada ruangan
tersebut. Suatufeeder yang terpisah dari yang lain juga diperlukan untuk menyuplai
semua kebutuhandaya untuk penerangan pada saat operasional dan ruangan yang
tak tertutup.
3. Beban komunikasi dan navigasi; terdiri dari peralatan navigasi bertegangan 220 V
dengan frekwensi 50 Hz. Beban-beban instrumentasi pada tegangan 36 V DC/ 24 V
DC yang diambil dari rectifier dan di back up oleh battery melalui UPS. Untuk feeder
penerangan, ukuran kabel didasarkan pada 100 % dari total daya terhubung ditambah
rata-rata beban aktif sirkuit untuk tiap bagian switch atau sirkuitbreaker (stop kontak)
pada panel pada saat dialiri atau disuplai.

45
4.2.1. AC system

Pada kapal-kapal baru, sistem distribusi DC saat ini jarang digunakan karena untuk
semua sistem, sistem AC lebih mudah dan murah dibandingkan sistem DC. Dimana sistem
AC lebih simple, ringan dan mudah dalam perawatan. Sistem kawat kabel tunggal dengan
Hull Return sekarang ini jarang digunakan. Dan berdasarkan SOLAS 1960, tindakan
pencegahan harus dilakukan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kelemahan dari
sistem kawat tunggal dalam kaitannya dengan keselamatan apabila dilakukan isolasi
terhadap kabel tidak dapat menjadi indikator untuk kondisi underload. Dan jika dilakukan
survey terhadap kondisi sirkuit ke kebutuhan peralatan tidak dapat dilakukan pengujian
Megger tanpa membuka lampu atau alat pemutus hubungan/stop kontak (Circuit breaker).

Distribusi AC sistem 3 phase dengan isolasi netral adalah yang biasa digunakan.
Untuk sistem tegangan menengah 440 V biasanya lebih disukai digunakan dibandingkan 380
V karena tegangan 440 V dapat menghasilkan dalam arti penghematan secara ekonomis yaitu
ukuran kawat tembaga yang lebih kecil. Tetapi distribusi pada 415 V kadang-kadang
digunakan pada saat kebutuhan beban kapal yang besar, dimana memerlukan jaringan ke
tegangan netral 240 V dan standar tertentu terhadap peralatan yang digunakan. Sehingga
sistem akan menggunakan kabel 4 kawat dengan netral earthed tetapi tanpa Hull Return.
Sedangkan untuk sistem 380 V yang banyak digunakan di eropa daratan. Pada 3,3 kV sistem
kabel 3 kawat dengan netral earthed melalui sebuah resistor. Tetapi adakalanya seorang
perancang lebih suka mengisolasi dengan sistem netral seperti pada tegangan menengah.

46
4.2.2. Frekwensi

Dua macam frekwensi daya yang biasa digunakan secara umum adalah 50 Hz dan 60
Hz. Pemilihan frekwensi yang akan digunakan untuk pemakaian khusus seringkali ditentukan
oleh ketersediaannya di pasaran. Untuk kapal yang beroperasi di Amerika serikat biasanya
menggunakan 60 Hz sedangkan di beberapa bagian belahan dunia sebagian besar
menggunakan frekwensi 60 Hz. Sehingga dalam pemilihan biasanya dipilih yang
frekwensinya lebih tinggi/besar karena lebih menguntungkan.

Daya keluaran motor sebanding dengan kecepatannya dan untuk itu mesin dengan
60 Hz secara umum lebih baik dan mempunyai daya yang lebih besar dibandingkan dengan
50 Hz. Pada mesin 60 Hz dibutuhkan sedikit lempengan besi sehingga mesin menjadi lebih
murah. Dan kecepatan motor yang diperoleh dari suplai mesin 60 Hz biasanya lebih sesuai.

Pada saat kebutuhan daya disuplai dari darat untuk mensuplai ke sistem 60 Hz dimana
sistem pensuplaian adalah 50 Hz, ini dapat diijinkan/dibolehkan jika tegangannya diturunkan.
Sehingga idealnya untuk motor 440 V, 60 Hz akan dapat disuplai pada tegangan 380 V, 50
Hz. Sedangkan jika tegangan 415 V, 50 Hz pada motor yang sama akan bekerja dan
menimbulkan kenaikan suhu yang lebih tinggi dan itu akan menimbulkan suhu ambeint yang
tidak terlalu tinggi. Hal ini tidak diijinkan karena akan menyebabkan beberapa kerusakan.
Selain itu mengakibatkan kecepatan motor induksi akan berkurang sekitar 20 %. Pemanas
dan lampu pijar tidak sensitif terhadap frekwensi tetqapi tentu saja pada saat operasional pada
tegangan yang rendah akibat frekwensi yang lebih rendah maka daya keluarannya akan
menjadi berkurang/turun.

Untuk operasional sistem 50 Hz yang disuplai dengan sistem 60 Hz tidak diijinkan.


Dimana motor akan berputar lebih cepat dan oleh karena itu akan menghasilkan lebih banyak
torsi. Pada keadaan yang demikian ini akan menyebabkan lebih banyak membutuhkan arus
listrik sehingga dapat menyebabkan kelebihan beban (over loaded).

47
4.2.3. Penetralan Dengan Cara Pembumian

Untuk melindungi terhadap bahaya sengatan listrik dan busur api yang timbul dari
kesalahan pembumian, selungkup bahan logam dan bagian logam lain dari peralatan
listrik tersebut harus dibumikan. Konektor pembumian yang menghubungkan
selungkup logam ke bumi untuk mencegah terjadinya kontak tegangan berbahaya
terhadap bumi. Setiap sambungan pembumian yang kuat seperti pada peralatan
memastikan bahwa tegangan referensi kepembumian selalu nol.

Dengan sedikit pengecualian pada disain kelistrikan di kapal, dimana untuk


mengamankan instalasi dengan mengisolasi bagian netral pada sistem tegangan menengah.
Ini bertentangan dengan sistem yang ada di darat. Sistem isolasi ini terutama digunakan untuk
menghindari resiko pada operasional pelayanan utama seperti mesin kemudi dan peralatan-
peralatan penting di kamar mesin terhadap kegagalan pada sistem pembumian (earthing).
Pada netral earthing bentuk padat, tahap menuju terjadinya kegagalan sistem pembumian
berupa korsleting yang pada tahap membahayakan menyebabkan digunakannya sekring
pelindung (Circuit Breaker). Pada saklar bentuk motor kegagalan saklar ini mungkin terjadi
untuk fase tunggal dan kemungkinannya menyebabkan habis terbakar kecuali mampu
melindungi peralatan-peralatan yang ada.

Pada sistem isolasi dengan 1 pembumian, kegagalan yang terjadi tidak menyebabkan
terputusnya suplai arus tetapi meningkatnya peringatan pada sistem deteksi kebocoran
pembumian. Sehingga memberikan kesempatan bagi operator untuk mencari dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi. Saklar biasanya memiliki kemampuan
menghentikan/menghambat hingga tanda kegagalan pembumian berhenti. Selanjutnya,
sumber kegagalan pada bagian sirkuit mungkin sulit untuk ditemukan. Dengan sistem
pembumian kegagalan sirkuit secara otomatis diatasi dengan pengoperasian peralatan
pencegah sehingga lokasi dari kegagalan dapat diketahui.

48
4.3. Jenis Panel dan Fungsinya
Electrical switch board atau dinamakan panel listrik adalah suatu susunan peralatan
listrik / komponen listrik yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa didalam suatu papan
control (board)sehingga saling berkaitan dan membentuk fungsi sesuai dengan kebutuhan
yang diinginkan.

Switchboard
Berikut ini contoh contoh nama panel beserta fungsi dan kegunaan:

1. MOTOR STARTER PANEL


Adalah panel listrik yang fungsi utamanya mengoperasikan motor motor listrik yang
meliputi pengasutan awal (starting),runningdan stoping dan dilengkapi dengan
proteksi sesuai kebutuhan antara lain Circuit breaker, overload relay, phase failure
relay dan lain lain.Disebagian panel dilengkapi dengan metering sebagai fungsi
monitoring baik yang berbentuk analog (jarum, lampu pilot,lidah getar) maupun yang
berupa modul digital.

Yang termasuk motor starter panel antara lain :

a. Star Delta Starter


b. Direct On Line starter
c. Double speed starter
d. Slip ring motor starter
e. Impedansi motor starter
f. Resistor motor Starter
g. Ototransformer starter
h. Soft starter motor
i. Variable speed motor starter
j. Edy current motor starter

49
2. GENERATOR CONTROL PANEL
Adalah panel listrik yang fungsi utamanya untuk mengoperasikan generator yang
meliputi starting, running, stoping, emergency stop dan dilengkapi dengan proteksi dan
monitoring baik proteksi dan monitoring terhadap diesel engine maupun terhadap
alternator (generator)

Proteksi terhadap engine antara lain meliputi :


a. Low oil pressure
b. High water temperature
c. High Oil Temperature
d. Over / Under speed
e. Low voltage battery

Proteksi terhadap alternator antara lain meliputi :


a. Over/under voltage
b. Over/under Frekuensi
c. Over current
d. Overload
e. Over temperature
f. Reverse Power
g. Unbalancing Voltage
h. Unbalancing current
i. Earth Fault

3. AMF & ATS PANEL (Automatic Mains Failure & Automatic Transfer Switch )
Adalah Panel yang secara system mempunyai fungsi control otomatic terhadap
generator dan mains power dimana parameter listrik,control dan proteksi terhadap
kedua sumber dapat terbaca dan terkontrol secara sistimatis .Komponen utama panel
ini adalah modul control yang didalamnya berisi program program untuk menjalankan
dan mengoperasikan system secara menyeluruh. Panel ini banyak digunakan
diindustri, perkantoran,supermarket, rumah sakit dll.

4. SYNCHRONIZING PANEL
Adalah panel yang berfungsi untuk mengoperasikan dua buah genset atau lebih yang
bekerja secara parallel (bersamaan) agar didapat catu daya sumber yang dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan beban listrik disamping juga untuk efisiensi jika beban listrik
dalam level rendah / ringan.Dengan adanya teknologi yang semakin pesat maka

50
pengoperasian panel synchrone sudah sedemikian mudah karena dilengkapi dengan
modul modul elektronik berteknologi tinggi yang secara keseluruhan sudah diatur
secara otomatis.

5. MAINS DISTRIBUTION PANEL


Adalah panel yang berfungsi mendistribusikan sumber daya ke sub sub panel
distribusi. Didalamnya terdapat Mains Breaker dan breaker breaker beban yang
tersambung dengan panel Sub distribusi.

6. KAPASITOR PANEL
Adalah Panel Yang berfungsi mengoptimalkan catu daya yang tersedia disamping itu
berfungsi untuk :
a. Mengurangi denda daya dari PLN jika power factor kurang dari 0,85
b. Mengurangi disipasi panas pada kabel power
c. Menaikkan tegangan jatuh pada rangkaian cabang akhir

51
4.4. Lokasi dan Cabang Panel Penerangan
Untuk ruang mesin, panel layanan penerangan biasanya pada tingkat operasional
utama. Panel untuk penerangan muatan biasanya terletak pada rumah geladak dari mesin
alat angkat sehingga mudah dijangkau dan penerangan pada tiap ruang muat dapat dimatikan
pada saat pemuatan telah selesai. Panel juga dapat diletakkan di dalam ruang muat. Jumlah
dari panel penerangan ini tergantung dari ukuran dan disain dari kapal. Umumnya 1 panel
untuk tiap ruang muat.

Lokasi panel penerangan pada kapal penumpang dan ruangan ABK ditentukan
berdasarkan sedikit banyak dari struktur dan bagian daerah kebakaran diatas kapal. Umunya
terdapat 1 atau lebih panel pada tiap deck dan tiap bagian atau daerah kebakaran. Tetapi 2
atau lebih deck bisa saja dilayani dengan 1 panel, jika disainnya memungkinkan. Tiap panel
dapat diletakkan pada tengah-tengah lokasi untuk membatasi turun tegangan pada sirkuit
cabang. Panel ini biasanya terpasang di samping pintu sekat kedap. Untuk ruangan umum
panel diletakkan disamping pintu keluar dimana operator dapat melihat lampu pengontrol.

4.4.1. Sirkuit Cabang Penerangan

Sirkuit cabang untuk penerangan biasanya berkapasitas 15 Ampere, 20 Ampere, atau


30 Ampere tergantung penggunaan.

1. Sirkuit cabang dengan 15 A digunakan untuk penerangan umum dan tiap sirkuit, batas
maksimum beban terhubung adalah 12 A (1380 W) untuk penggunaan kawat kabel
standar No. 12 AWG. Sedangkan untuk kawat konduktor standar no. 14 AWG batas
maksimum beban terhubung adalah 880 watt.

2. Sirkuit cabang dengan 20 A normalnya digunakan hanya untuk menyuplai peralatan


lampu tanpa saklar/tombol untuk ruang muat atau penerangan deck. Tiap sirkuit diberi
batas maksimal beban terhubung sebesar 16 A dan kawatnya tidak boleh kurang dari
standar No. 12 A AWG.

3. Sirkuit cabang dengan 30 A secara normal digunakan hanya untuk menyuplai


peralatan lampu tanpa saklar dengan daya lampu diatas 300 watt. Tiap sirkuit diberi
batas maksimum beban terhubung 24 A dan kawat konduktor tidak boleh kurang dari
standar No. 10 AWG.

Beban peralatan, beban pemanas dan peralatan-peralatan kecil menggunakan


tegangan sistem penerangan boleh jadi disuplai dari panel distribusi penerangan. Tiap cabang
sirkuit diberi batas maksimum beban terhubung sebesar 30 A. Beban terhubung pada sirkuit

52
cabang penerangan umum berdasarkan ukuran sebenarnya dari lampu yang terpasang
(lampu pijar). Tapi tidak boleh kurang dari 50 watt tiap lampu kecuali disain peralatan tidak
mengijinkan penggunaan lampu dengan tegangan yang lebih tinggi dari yang terpasang
semula. Beban terhubung untuk sirkuit menyuplai jenis lampu elektik discharge (flourescent
dan mercury) didasarkan pada ballast dari arus masuk untuk tiap peralatan. Stop kontak jalur
keluar dipasang untuk memberikan kenyamanan bagi penumpang dan ABK tidak termasuk
sebagai beban terhubung.

Peralatan penerangan khusus memiliki jumlah yang besar pada lampu dengan
tegangan rendah disuplai oleh sebuah sirkuit 3 fase bilamana total beban dari peralatan tidak
melebihi 12 Ampere. Sirkuit penyuplai dikontrol hanya dari panel distribusi dan arus listrik
yang melalui konduktor dibatasi samapai 12 Ampere. Perlindungan terhadap arus listrik
berlebih untuk sirkuit cabang cabang penerangan dibatasi dengan sekring sampai arus 10
Ampere atau dengan sirkuit breaker untuk 15 Ampere pada sisrkuit daya 880 watt, sekring 15
Ampere untuk sirkuit daya 1380 watt.

Secara umum sirkuit cabang penerangan pada kamar mesin dirancang dengan grup
pengganti penerangan pada sirkuit cabang yang berbeda sehingga untuk wilayah yang besar
tidak akan gelap karena kegagalan dari salah satu sirkuit cabang. Pada ruangan ini lampu
dikontrol hanya dengan tombol pada panel dan bukan tombol tersendiri.

Setiap ruangan tempat tinggal penumpang dan ruangan umum disuplai dengan paling
sedikit 2 layanan sirkuit cabang penerangan. Sehingga dirancang apabila terjadi kegagalan
pada salah satu cabang akan mampu tetap memberikan penerangan pada ruangan tersebut.
Sirkuit cabang yang terpisah disediakan khusus untuk penerangan lorong. Penerangan pada
tiap lorong dapat terbagi antara pelayanan sirkuit cabang dan sirkuit cabang darurat yang
mana untuk kondisi normal dan darurat persyaratan tentang penerangan (cahaya) dapat
terpenuhi. Sirkuit cabang tidak boleh melalui pagar api atau sekat kedap.

4.4.2. Daya dan Penerangan Kondisi Darurat

Daya dan Penerangan Kondisi Darurat

Beberapa bentuk penerangan untuk kondisi darurat harus tersedia diatas kapal yang berupa
sistem penerangan dengan tenaga listrik. Kecuali untuk :

1. Kapal penumpang kecil yang hanya dioperasikan mulai matahari terbit sampai dengan
matahari terbenam.

53
2. Kapal penumpang kecil yang dioperasikan tidak lebih dari 15 mil dari garis pantai yang
daya untuk sistem penerangan umum sumbernya terpisah dari sistem propulsi dan
terletak pada deck diatas sekat kedap.

Daya sesaat untuk kebutuhan pada kondisi darurat/emergency diwajibkan ada pada
kapal penumpang yang besar kapasitasnya terbatas. Sehingga perlu mempertimbangkan
beban-beban apa saja yang akan disuplai untuk waktu yang singkat. Daya terbesar yang
terjadi pada kondisi darurat adalah pada saat start. Beban-beban yang harus disuplai dayanya
dari sumber tenaga sesaat adalah sebagai berikut ;

1. Lampu-lampu navigasi
2. Beberapa lampu di kamar mesin yang digunakan untuk menunjukkan kondisi
operasional peralatan pada kondisi darurat.
3. Penerangan untuk gang-gang, tangga, jalur untuk penyelamatan, ruang penumpang
dan ABK, kamar mesin.
4. Lampu-lampu untuk penunjuk arah jalan keluar ruangan kapal seperti tanda
“keluar/exit” dengan tulisan warna merah.
5. Penerangan umum untuk pengamanan keselamatan pengoperasian pintu kedap.
6. Satu atau lebih lampu penerangan untuk di dapur, ruang makan, ruang radio, ruang
mesin kemudi, ruang emergency generator, ruang peta, ruang kendali/anjungan,
ruang ABK.
7. Penerangan pada deck sekoci.
8. Sistem komunikasi elektrik utama yang tidak memiliki sumber penyimpanan daya
sendiri.
9. Daya untuk pengoperasian pintu kedap.
10. Sistem pengeras suara darurat.
11. Satu pompa bilga, pompa pemadam kebakaran dan pompa sprinkler.
12. Sistem untuk smoke detector.

Daya yang disuplai dari sistem darurat harus bekerja secara otomatis dan paling
lambat 45 detik setelah terjadi kegagalan dari sistem daya listrik utama. Suplai daya dari
sistem emergency harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Untuk kapal penumpang diatas 65 m perairan samudra, daya yang disuplaikan harus
mampu memenuhi kebutuhan untuk kondisi emergency selama 36 jam. Untuk suplai
daya dengan menggunakan aki/battery harus mampu melayani untuk kebutuhan
selama 30 menit.

54
2. Selain kapal penumpang perairan samudra, pada kapal 100 GT keatas yang sumber
tenaga untuk kondisi darurat menggunakan penggerak diesel dan gas turbin harus
dapat menyuplai kebutuhan selama 8 jam terus-menerus.
3. Selain kapal penumpang perairan samudra, pada kapal 15 – 100 GT keatas yang
sumber tenaga untuk kondisi darurat menggunakan penggerak diesel dan gas turbin
harus dapat menyuplai kebutuhan selama 8 jam terus-menerus.
4. Untuk kapal barang 1600 ton keatas yang sumber tenaga untuk kondisi darurat
menggunakan penggerak diesel dan gas turbin harus dapat menyuplai kebutuhan
selama 12 jam terus-menerus.
5. Kapal barang 300 – 1600 GT keatas yang sumber tenaga untuk kondisi darurat
menggunakan penggerak diesel dan gas turbin harus dapat menyuplai kebutuhan
selama 12 jam.

4.5. Peralatan Kelistrikan


4.5.1. Circuit Breaker

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-hal diatas,
adalah:

1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.


2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun
terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu
sendiri.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem
kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.

Gambar 4.1. Circuit breaker

55
1. Tuas aktuator - digunakan untuk mengatur dan mengatur ulang pemutus arus secara
manual. Juga menunjukkan status pemutus arus (On atau Off / tripped). Sebagian
besar pemutus dirancang agar tetap dapat berjalan meski tuas dipegang atau dikunci
di posisi "on". Ini kadang disebut operasi "perjalanan gratis" atau "perjalanan positif".
2. Mekanisme aktuator - memaksa kontak bersama atau terpisah.
3. Kontak - memungkinkan arus saat menyentuh dan memutus arus saat bergerak
terpisah.
4. Terminal
5. Strip Bimetalik - memisahkan kontak sebagai respons terhadap arus lebih kecil dan
jangka panjang
6. Sekrup kalibrasi - memungkinkan produsen menyesuaikan arus perjalanan perangkat
setelah perakitan dengan tepat.
7. Solenoid - memisahkan kontak dengan cepat sebagai respons terhadap overcurrents
tinggi
8. Pembagi / pemadam busur

Pemutus sirkuit dibuat dalam ukuran standar, menggunakan sistem nomor pilihan untuk
mencakup rentang peringkat. Pemutus sirkuit memiliki kemampuan pemutusan overcurrent
yang telah ditetapkan; Mengubah nilai arus operasi pemutus arus memerlukan perubahan
dengan mengganti circuit breaker. Pemutus arus dengan ukuran bingkai 400 ampere mungkin
memiliki deteksi arus lebih yang diatur untuk beroperasi pada hanya 300 ampere, untuk
melindungi kabel pengumpan.

Standar Internasional oleh IEC 60898-1 dan Standar Eropa EN 60898-1 mendefinisikan
bahwa rating arus pada sirkuit breaker adalah maksimum arus yang mampu diputus oleh
breaker. Nilai pilihan yang paling umum tersedia untuk rating arus pada circuit breaker untuk
tegangan rendah adalah 6 A, 10 A, 13 A, 16 A, 20 A, 25 A, 32 A, 40 A, 50 A, 63 A, 80 A, 100
A. Pemutus sirkuit diberi label dengan rating arus dalam ampere, sedangkan minimum nilai
arus yang menyebabkan pemutusan arus ke beban tanpa penundaan yaitu dalam waktu
kurang dari 100 ms.

4.5.2. Transformator

Adalah sebuah alat yang mentransfer energi antara 2 sirkuit yang melalui induksi
elektromagnetik. Transformer di mungkinkan untuk di gunakan sebagai perubahan
tegangan dengan mengubah tegangan sebuah arus bolak balik dari satu tingkat tegangan
ke tingkat tegangan lainnya dari input ke input alat tertentu, untuk menyediakan kebutuhan

56
yang berbeda dari sebuah tingkatan arus sebagai sumber arus cadangan, atau bisa juga
di gunakan untuk mencocokkan impedansi antara sirkuit elektrik yang tidak sinkron untuk
memaksimalkan pertukaran antara 2 sirkuit. Hal ini memungkinkan terjadinya
pertambahan daya arus listrik yang terjadi dari sebuah benda yang memiliki arus tegangan
listrik yang tidak stabil.

Gambar 4.2. Trafo distribusi 160 kVA , tegangan primer: 10 kV , arus primer: 9,238 A ,
tegagan sekunder : 400 V, arus sekunder: 231 A . Dibuat tahun 1999.

Gambar 4.3. Diagram skematik trafo satu phase dan tiga phase.

57
Gambar 4.4. Diagram skematik trafo hubungan star delta yang umum digunakan pada
trafo distribusi daya

Beberapa koneksi hubungan transformator pada kumparan primer dan sekunder


ditunjukkan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Diagram skematik trafo hubungan kumparan primer dan sekunder

58
Gambar 4.6. Konfigurasi hubungan star delta pada kumoaran tiga phase

Gambar 4.7. Rangkaian listriki hubungan delta-delta transformator tiga phase dengan
rasio 10

Beberapa formulasi untuk perhitungan tegangan primer terhadap sekunder adalah


sebagai berikut,

59
Gambar 4.8. Tegangan kumparan pada saat terhubung delta atau star.

Contoh soal
Kumparan primer trafo 50VA terhubung delta-star dengan suplai 100 volt, 50Hz tiga fasa.
Jika transformator memiliki 500 lilitan pada belitan primer dan 100 lilitan pada gulungan
sekunder, hitung tegangan dan arus sisi sekunder!

60
4.6. Jaringan distribusi kapal
Sistem kelistrikan kapal dibagi menjadi tiga kategori utama yaitu, listrik untuk propulsi, listrik
untuk pelayanan kaapal dan sistem darurat. Oleh karena itu, sangat penting bahwa pasokan
listrik diberikan agar fungsi vital dipertahankan bila terjadi kerusakan atau blackout. Beberapa
pertimbangan utama daam instalasi listrik kapal (marine electrical installations) adalah
getaran, ruangan yang terbatas, temperature operasi atau kondisi lingkungan yang sangat
berbeda kadang bersuhu tinggi dan kadang bersuhu saangat rendah dan kelembaban udara
yang mendekati hamper 100%. Getaran mesin bisa menimbulkan masalah sambungan
konduktor menjadi longgar yang bisa menyebabkan kerusakan. Sambungan yang longgar
memiliki resistensi dan karenanya menghasilkan panas secara ekstrim panasnya bisa begitu
tinggi sehingga bisa menyebabkan kebakaran. Sambungan longgar dapat benar-benar
mengganggu sirkuit dan menghasilkan transien berbahaya. Untuk mengidentifikasi potensi
masalah panas berlebih dan atau sambungan longgar penggunaan peralatan thermal imaging
untuk perawatan pencegahan yang bisa disarankan

Gambar 4.9. Thermal imaging untuk mendeteksi kondisi sambungan berdasarkan distrubisi
temperature setempat

61
Seperti yang kita semua tahu biasanya kapal beroperasi dengan 3 fasa. 60Hz. Persediaan
440 Volts yang dihasilkan dan didistribusikan di kapal. Pemilik dan desainer kapal ingin
menciptakan kapal dengan ukuran yang lebih besar dari sebelumnya. Seiring bertambahnya
ukuran kapal, ada kebutuhan untuk memasang mesin yang lebih bertenaga dan mesin
lainnya. Peningkatan ukuran atau mesin dan peralatan lainnya ini menuntut lebih banyak
tenaga listrik dan oleh karena itu diperlukan penggunaan voltase yang lebih tinggi pada kapal.
Pada teknik transmisi tenaga listrik, tegangan tinggi biasanya dianggap tegangan sekitar
33.000 volt. Di Amerika Serikat 2005 National Electrical Code (NEC), tegangan tinggi adalah
tegangan di atas 600 V (pasal 490.2). British Standard BS 7671: 2008 mendefinisikan
tegangan tinggi karena perbedaan tegangan antara konduktor yang lebih tinggi dari 1000 V
AC atau 1500 V riak bebas DC, atau perbedaan tegangan antara konduktor dan Bumi yang
lebih tinggi dari 600 V AC atau 900 V bebas riak DC. Pada aplikasi marine, tegangan di bawah
1000 VAC (1kV) dianggap tegangan rendah, dan tegangan tinggi adalah tegangan di atas 1
kV. Tegangan tinggi bearada pada pengoperasian 3,3 kV, 6,6 kV dan 11kV. Rating daya dan
tegangan operasi sistem jaringan distribusi listrik tegangan tinggi ditunjukkan pada table
berikut,

Berdasarkan standar operasi tegangan IEC, alternatif jaringan sistem distribusi


berikut bisa dipilih,
1. 11 KV: pembangkit dan distribusi tegangan menengah. Kapasitas total
pembangkit terpasang melebihi 20 MW. Untuk motor dari 400 KW keatas.
2. 6.6 KV: pembangkit dan distribusi tegangan menengah. Total Kapasitas
terpasang generator adalah antara 4-20 MW. Untuk motor dari 300 KW
keatas.

62
3. 680 V: generasi dan distribusi tegangan rendah. Total Kapasitas terpasang
generator di bawah 4 MW. Untuk motor dibawah 400 KW. Untuk distribusi
utilitas, tegangan yang lebih rendah digunakan.

Pembuat kapal (galangan) biasanya menyediakan bermacam macam gambar untuk


sistem kelistrikan di kapal. List detail gambar spesifikasi sistem kelistrikan kapal tersebut
adalah :

1. One line Diagram untuk Sistem Distribusi Daya


2. Isometric wiring diagram untuk sistem feeders dan mains daya
3. Isometric wiring diagram untuk feeders lighting sistem
4. Elementary dan isometric wiring diagram untuk sistem komunikasi interior dan
elektronik
5. Deck Arrangement Plans untuk Daya, lighting, sistem komunikasi interior dan
elektronik
6. List Sistem tenaga feeders dan mains
7. List motor dan controller
8. Lokasi dan detail jalannya kabel (wireway)
9. Analisis beban listrik pada pembangkit listrik
10. Analisa kegagalan arus dan kalkulasi voltage dip
11. Aplikasi dan koordinasi peralatan pelindung
12. Diagram skema switchboard dan instrumentasi

Lambang-Lambang

Denah ruangan yang akan dilengkapi dengan instalasi umumnya digambar dengan skala
1:100 atau 1:50. Pada denah ini digambar instalasi yang akan dipasang, dengan
menggunakan lambang-lambang yang berlaku. Di dalam atau disamping lambang dapat
ditambahkan penjelasan-penjelasan khusus bila diperlukan. Apabila ada alat yang
lambangnya belum dibakukan, maka dipilih suatu lambang yang artinya dijelaskan dalam
gambar.

Jenis-jenis gambar

Gambar elektro teknik memberi keterangan tentang pelaksanaan instalasi listrik dan
pembuatan peralatan listrik

Gambar harus jelas dan mudah dibaca, hanya yang perlu saja harus digambar.

63
A. Gambar berdasarkan tujuannya dibagi :

1. Diagram yang bersifat menjelaskan :

- diagram dasar

- diagram lingkaran arus

- diagram instalasi

2. Diagram-diagram pelaksanaan :

64
- diagram pengawatan

B. Gambar berdasarkan cara menggambar :

1. Cara menggambar dengan garis ganda

Setiap hantaran digambar dengan garis tersendiri

2. Cara menggambar dengan garis tunggal

Dalam diagram garis tunggal hantaran-hantaran sejenis digambar dengan satu


garis dengan beberapa garis lintang kecil

65
4.7. Latihan Soal

1. Sebut dan jelaskan tiga kelompok beban di kapal!


2. Sebut dan jelaskan tentang cara pembumian!
3. Sebut dan jelaskan tentang standar distribusi jaringan listrik tegangan rendah di
Kapal!
4. Jekaskan fungsi dan macam panel starter motor!
5. Jelaskan 3 sirkuit cabang penerangan di Kapal!
6. Jelaskan tentang sistem darurat kelistrikan kapal!
7. Sebutkan 10 beban listrik yang harus dilayani pada saat kondisi emergency!
8. Jelaskan rating arus pada circuit breaker!
9. Jelaskan macam macam koneksi dari trafo pada kumparan primer dan sekunder!
10. Jekaskan tentang sistem distribusi tegagan tinggi di kapal!

4.8. Referensi

1. Harrington, R.L., (1992). Marine Engneering. The Society of Naval Architects and
Marine Enginee 1992-12-31. ISBN-10 : 0939773104.
2. Taylor, D.A., (1996). Introduction to Marine Engineering. Butterworth-Heinemann; 2
edition (9 October 1996)
3. Watson, G.O., (1971). Marine Electrical Practice. Butterworth-Heinemann.
4. Mcgeorge, M.D.,(2014). Marine Electrical Equipment and Practice. Butterworth-Heinemann
5. Dennis, T.H., (1999). Practical Marine Electrical Knowledge. Witherby & Co Ltd.
6. Payne, J.C. (2001). The Marine Electricalal and Electronic Bible. Sheridan house Inc.
7. https://electricalnotes.wordpress.com/2011/10/31/demand-factor-diversity-factor-
utilization-factor-load-factor/
8. http://www.dtic.mil/dtic/tr/fulltext/u2/a568950.pdf
9. https://en.wikipedia.org/wiki/Circuit_breaker
10. http://www.electronics-tutorials.ws/transformer/three-phase-transformer.html
11. https://dieselship.com/marine-technical-articles/marine-electro-technology/high-
voltage-systems-on-ships/

66
LAMPIRAN A- IDENTITAS UNIT KOMPETENSI
KODE : C.301110.251.01
JUDUL UNIT : Melaksanakan Pembangkitan Tenaga Listrik
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang diperlukan untuk melaksanakan pembangkitan tenaga listrik sesuai manual
dan SOP yang berlaku.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1. Menjalankan peralatan 1.1 Tindakan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan
pembangkit sesuai SOP dan peraturan K3L yang berlaku
1.2 Faktor muatan dan daya diseimbangkan
1.3 Muatan dimonitor dan disesuaikan dengan
permintaan untuk memastikan seluruh mesin terawat
dan dalam kondisi aman
1.4 Energi didistribusikan pada sistem pembangkit
secara aman dan efisien, memastikan bahwa status
seluruh peralatan terawasi sesuai persyaratan
1.5 Muatan tetap dipastikan seimbang sebagaimana
disyaratkan hingga memaksimumkan efisiensi produk
1.6 Seluruh permasalahan diidentifikasi
2. Mematikan atau 2.1 Proses mematikan /memadamkan dikomunkasikan
memadamkan pembangkit pada seluruh personel
2.2 Penyimpan muatan secara sistematis, pembangkit
dimatikan/dipadamkan sesuai permintaan selama
proses pemadaman
2.3 Seluruh peralatan yang diminta diisolasi dari busbar
sesuai prosedur
2.4 Sistem dikembalikan pada kondisi operasi yang
seimbang setelah mematikan/memadamkan
pembangkit yang dipilih
3. Mengendalikan bahaya 3.1 Potensi bahaya pada area produksi/proses
diidentifikasi
3.2 Risiko bahaya dinilai/dikaji
3.3 Ukuran diterapkan untuk mengendalikan risiko
sesuai prosedur dan tugas perawatan
4. Memecahkan masalah 4.1 Kemungkinan masalah pada peralatan atau proses
diidentifikasi
4.2 Kemungkinan penyebab kesalahan ditentukan
4.3 Masalah yang memerlukan tindakan ditentukan
4.4 Masalah diperbaiki menggunakan solusi yang tepat
sesuai bidang tanggung jawabnya
4.5 Masalah diluar bidang tanggung jawab dilaporkan
pada personel yang tepat

BATASAN VARIABEL

67
1. Konteks variabel
1.1. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan/atau tim kerja,
mencakup seluruh bagian peralatan dan unit operasional yang menjadi bagian dari sistem
produksi/proses.
1.2. Bagian sistem pembangkit tenaga bisa mencakup
1.2.1 Tegangan tinggi dan rendah AC dan DC
1.2.2 Sistem baterei
1.2.3 UPS (Uninterrupted Power Supply)
1.2.4 Switchboard
1.2.5 Penggerak utama
1.2.6 Transformer
1.2.7 Unit panel pengendali
1.2.8 Peralatan pelindung elektrik
1.3 Permasalahan bisa mencakup
1.3.1 Variasi/kehilangan bahan bakar/pasokan energi
1.3.2 Kegagalan alat pengendali
1.3.3 Perubahan permintaan daya/tenaga
1.3.4 Perubahan kondisi yang berhubungan dengan atmosfir (hujan, temperatur, angin dan
petir)
1.3.5 Situasi gawat darurat
1.4 Tanggung jawab operator bisa mencakup
1.4.1 Menjalankan, mengawasi, menghidupkan dan mematikan sistem pembangkit tenaga
dan peralatan pendukung
1.4.2 Menjalankan dan mengawasi kinerja mesin pembangkit tenaga dan melakukan
perubahan yang tepat untuk memenuhi permintaan daya/tenaga
1.4.3 Mengidentifikasi dan memperbaiki masalah operasional
1.4.4 Sadar dan memberikan sumbangan kepada lingkungan kerja yang aman
1.4.5 Memberikan sumbangan pada operasi yang aman dan produktif dari sistem-sistem
1.4.6 Menjalankan, mengawasi dan merawat peralatan menggunakan prosedur yang relevan
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Tool set
2.1.2 Peralatan tangan bertenaga
2.1.3 Alat Pelindung Diri
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Manual peralatan
2.2.2 Instruksi kerja

68
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4. Norma dan Standar
4.1 Norma (Tidak ada)
4.2 Standar
4.2.1 Standard Operating Procedure (SOP) yang terkait dengan unit kompetensi ini
4.2.2 Standar kerja
4.2.3 Instruksi manual

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Unit kompetensi ini dapat diases di tempat kerja, di luar tempat kerja atau kombinasi
keduanya. Apabila asesmen terjadi di luar tempat kerja, simulasi harus digunakan dengan
karakteristik yang mencerminkan seperti kondisi tempat kerja nyata.
1.2 Asesmen dapat dilakukan dengan metode pertanyaan lisan, pertanyaan tertulis, observasi
demonstrasi, observasi portofolio, laporan orang lain dan metode lain yang relevan.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya : Tidak ada
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Teknik perlindungan katoda
3.1.2 Teknik switching
3.1.3 Prosedur isolasi
3.1.4 Teknik pembumian (earthing)
3.1.5 Sistem voltage
3.1.6 Teori pembangkit elektrik dan distribusi
3.1.7 Teori sinkronisasi
3.1.8 Potensi bahaya yang terkait dengan substansi kimia
3.2 Keterampilan
3.2.1 Kegagalan peralatan/tidak berfungsi
3.2.2 Kegagalan elektrik/tidak berfungsi
3.2.3 Kegagalan mekanis/tidak berfungsi
3.2.4 Kekurangan desain peralatan
3.2.5 Perhubungan pada kualitas bahan bakar

69
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Produktif
4.2 Efisien
1252
4.3 Kompeten
4.4 Sungguh-sungguh
4.5 Akura
4.6 Rinci
5. Aspek kritis
5.1 Mengenali tanda peringatan dini peralatan/proses yang memerlukan perhatian atau yang
berpotensi menimbulkan masalah
5.2 Berbagai macam kemungkinan penyebab dapat diidentifikasi dan dianalisis
5.3 Mengambil tindakan yang tepat untuk memastikan kembali pengoperasian tepat waktu
5.4 Mengenali permasalahan disekitar area kerja dan saran perbaikan

LAMPIRAN B -ASESMEN MANDIRI

70
Nomor Skema Sertifikasi KILK.IK02.000.01

Judul Skema Sertifikasi Sertifikasi Pemasangan Instalasi Listrik Bangunan Sederhana


Kode Unit Kompetensi Diisi dengan kode unit kompetensi (sama dengan Lampiran E).

Judul Unit Kompetensi Diisi dengan judul unit kompetensi (sama dengan Lampiran E).
1. Diisi dengan judul elemen kompetensi ke-1
Elemen Kompetensi
(Hanya judul elemen yang secara langsung didukung oleh mata kuliah)

Daftar Pertanyaan Penilaian Diisi Asesor


Nomor Bukti-bukti
(Asesmen Mandiri/Self Assessment)
KUK Pendukung
Apakah anda dapat ... K BK V A T M

1.1

1.2

1.n

Daftar Pertanyaan Penilaian Diisi Asesor


Nomor Bukti-bukti
(Asesmen Mandiri/Self Assessment)
KUK Pendukung
Apakah anda dapat ... K BK V A T M

n. Diisi dengan judul elemen kompetensi ke-n


Elemen Kompetensi
(Hanya judul elemen yang secara langsung didukung oleh mata kuliah)
n.1

n.2

n.n

71
LAMPIRAN C- DAFTAR PERTANYAAN TERTULIS
Perangkat asesmen : Daftar Pertanyaan Tertulis – Jawaban Singkat

Nama peserta sertifikasi :

Nama asesor :

Kode Unit : XXX


Unit kompetensi
Judul Unit :XXXX
Tanggal uji kompetensi :

Sifat uji : (tutup buku / buka buku)*

Waktu :…………………….menit

Petunjuk
a. Jawablah pertanyaan di bawah ini pada lembar jawaban yang disediakan dengan
singkat dan jelas
b. Posisikan alat komunikasi hp dengan getar pada saat uji berlangsung

Pertanyaan :
KUK NO PERTANYAAN
Diketahui bentuk bidang garis yang mempunyai panjang 90 m dengan data
ordinat setengah lebar dari bidang garis air tersebut adalah seperti berikut :
1.1 ST 0 1 2 3 4 5 6
& 1 Ordinat (m) 0 3 5 6 4 2 1
1.2 Tentukanlah luas dari bidang garis air tersebut dengan cara perhitungan :
a. Metode Simpson 1
b. Metode Simpson 2
Diketahui data ukuran utama kapal panjang 90 m, lebar 12 m, tinggi 7 m dan
sarat 6 m, mempunyai data luasan dari masing-masing station adalah seperti
berikut :
1.3 2
ST 0 1 2 3 4 5 6
2
Ordinat (m ) 10 25 40 46 30 20 0
Tentukanlah volume dari bentuk lambung kapal tersebut ?
Dan seterusnya

1.n n

72

Anda mungkin juga menyukai