Dosen Pembimbing:
SURABAYA
2017
i
PROYEK AKHIR
2017
Dosen Pembimbing :
SURABAYA
2017
ii
ABSTRAK
Kata Kunci : boost converter, solar cell, duty cycle, penggiling daging
iii
ABSTRACK
iv
KATA PENGANTAR
Penyusun
vi
v
UCAPAN TERIMA KASIH
vi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG .................................................... 1
1.2. TUJUAN ......................................................................... 2
1.3. PERUMUSAN MASALAH ........................................... 2
1.4. BATASAN MASALAH ................................................. 2
1.5. METODOLOGI PENELITIAN ..................................... 2
1.5.1. Studi Literatur ..................................................... 3
1.5.2. Perancangan Sistem ............................................. 3
1.5.3. Desain dan Pembuatan Hardware ....................... 3
1.5.4. Desain Pembuatan Software ................................ 3
1.5.5. Integrasi dan Pengujian Sistem ........................... 3
1.5.6. Laporan Pembuatan Proyek Akhir ...................... 4
1.6. SISTEMTIKA EMBAHASAN ...................................... 4
1.7. TINJAUAN PUSTAKA ................................................. 5
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN .............................................................. 73
5.2 SARAN ........................................................................... 73
Studi Literatur
Perancangan Sistem
Pengujian Sistem
Analisis Sistem
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, tujuan, permasalahan, batasan masalah, metodologi,
sistematika pembahasan proyek akhir dan tinjauan pustaka.
BAB V : PENUTUP
Bab ini membahas kesimpulan dari pembahasan, perencanaan,
pengujian dan analisa berdasarkan data hasil pengujian sistem. Untuk
meningkatkan hasil akhir yang lebih baik diberikan saran-saran terhadap
hasil pembuatan proyek akhir.
Daftar Pustaka
Bagian ini berisi tentang data referensi yang telah digunakan
oleh penulis sebagai acuan dan penunjang, baik secara teoritis maupun
praktik, sehingga proyek akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
7
8
1
Raksa Raban, Ekky Kurniawan ST., MSc, Unung Sunarya ST .,MT,
“Desain Implementasi Charger Baterai Portable Menggunakan Modul
IC XL6009E1 Sebagai Konveter boostDengan Memanfaatkan Tenaga
Surya”
9
Gambar 2. 3 Grafik efisiensi kerja dari sel surya terhadap radiasi matahari
3. Pengaruh temperatur.
Sebuah sel surya dapat beroperasi secara maksimum jika
temperatur sel tetap normal (pada 25°C), kenaikan temperatur lebih
tinggi dari temperature normal pada sel surya akan melemahkan
tegangan keluaran (Voc). Setiap kenaikan temperatur sel surya 1°C
(dari 25°C) akan berkurang sekitar 0.4 % pada total tenaga yang
dihasilkan atau akan melemah 2x lipat untuk kenaikkan temperatur
sel per 10°C. Grafik pengaruh temperature pada solar cell
ditunjukkan pada Gambar 2.4.
2
“Struktur Panel Surya”, diakses dari
http://atterratotus.blogspot.co.id/2011/02/dye-sensitized-solar-cell-
dssc.html, pada tanggal 7 juli 2017 pukul 23:21
11
surya
banyak dikembangkan diantaranya:
1. Membutuhkan waktu yang singkat dalam perencanaan, instalasi,
dan pembuatan plant baru.
2. Bersifat modular (modul-modul), sehingga praktis.
3. Pemakaian daya mudah disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Mempunyai life time yang lama dan perawatan yang mudah
karena komponen berdifat statis.
5. High mobile dan portable karena tidak terlalu berat.
Selain memiliki kelebihan, sel surya juga memiliki
beberapa
kekurangan, diantaranya:
1. Karena energi didapat dari matahari, maka sel surya tidak dapat
bekerja pada malam hari.
2. Pengaturan tegangan keluaran hanya dapat melalui sistem
elektrik.
3. Harga sel surya yang masih tergolong mahal.
3
Ibid.
13
4
Ibid.
14
di L di L V d −V o di L ∆i L ∆i L
V L=V d−V o=L = = =
dt dt L dt ∆ t (1−D) T
di L V d −V o ( V d −V o ) (1−D)T
= i L opened=
dt L L
Gambar 2.4 Bentuk gelombang arus & tegangan pada continuous mode
Gambar 2.5 Bentuk gelombang arus & tegangan pada discontinuous mode
Vo 1 ∆Vo D
= =
V d 1−D V d RCf
5
Pitvande Yanuar Hidayat,”Rancang Bangun Sistem Bak Up PLN
Dengan Menggunakan Boost Converter Dan Flyback Converter Bebais
Mikrokotroler Untuk Beban Penerangan”, Proyek Akhir PENS 2013,
hlm 36
17
6
Ibid., hlm 37
7
Kartika Novi Hardini,”Teknik Maximum Power Point Tracker (MPPT)
Menggunakan Fuzzy logic Control Pada Beban Pompa Air Kolam”,
Proyek akhir PENS 2013, hlm 23
18
V¿
I=
(R 1+ R 2)
R 1× V ¿
V ou t =
( R 1+ R 2 )
8
Falentin, Fajar “Rancang Bangun Inverter 1 Fasa Untuk Alat Perontok Jagung
Dengan Kontrol PID” hal 25-26
9
Falentin, Fajar, op.cit hal 26
20
2.6. Motor DC
.Motor DC adalah mesin DC yang digunakan sebagai
motor dan generator adalah mesin DC yang digunakan sebagai
generator. Perbedaan antara keduanya hanya terdapat pada arah
aliran daya pada mesin tersebut.Motor DC dikendalikan
10
Ibid., hlm 27
21
Gambar 2.5 (a) Rangkaian ekivalen dari Motor DC. (b) Rangkaian sederhana
Motor DC dengan menghilangkan tegangan drop dari Vbrush dan menggabungkan
Radj dengan RF11
11
Stephen J. Chapman, “Electric Machinery Fundamentals 4th Edition”,
McGraw-Hill, New York, 2005, hal. 535
22
Prinsip kerja motor dc ini jika arus lewat pada suatu konduktor,
timbul medan magnet di sekitar konduktor. Arah medan magnet
ditentukan oleh aliran arus pada konduktor. Aturan genggaman tangan
kanan bisa dipakai untuk menentukan arah garis fluks di sekitar
konduktor. Genggaman konduktor dengan tangan kanan dengan jempol
mengarah pada arah aliran arus, maka jari – jari anda akan
menunjukkan arah garis fluks. Medan magnet hanya terjadi di sekitar
sebuah konduktor jika ada arus mengalir pada konduktor tersebut. Pada
motor DC, daerah kumparan medan yang dialiri arus listrik akan
menghasilkan medang magnet yang melingkupi kumparan jangkar
dengan arah tertentu. Konversi dari energi listrik menjadi energi
mekanik (motor) maupun sebaliknya berlangsung melalui medan
magnet, dengan demikian medan magnet disini selain berfungsi sebagai
tempat untuk menyimpan energi, sekaligus sebagai tempat berlangsung
perubahan energi.
2.7. Optocopler
Optocoupler atau optotransistor merupakan salah satu
jenis
komponen yang memanfaatkan sinar sebagai pemicu on-off.
Opto
berarti optic dan coupler berarti pemicu. Sehingga bisa
diartikan
bahwa optocoupler merupakan suatu komponen yang bekerja
berdasarkan pemicu cahaya optic.
LCD1
LM044L
+5V
VDD
VSS
VEE
RW
RS
D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
10k
E
10u
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
U1 14
9 22
RESET PC0/SCL
23
PC1/SDA
22p 13 24
XTAL1 PC2/TCK
12 25
XTAL2 PC3/TMS
11.0592 26
PC4/TDO
40 27
PA0/ADC0 PC5/TDI
39 28
PA1/ADC1 PC6/TOSC1
38 29
PA2/ADC2 PC7/TOSC2
22p 37
PA3/ADC3
36 14
PA4/ADC4 PD0/RXD
35 15
PA5/ADC5 PD1/TXD
34 16
PA6/ADC6 PD2/INT0
33 17
PA7/ADC7 PD3/INT1
18
PD4/OC1B
1 19
PB0/XCK/T0 PD5/OC1A
2 20
PB1/T1 PD6/ICP
3 21
PB2/INT2/AIN0 PD7/OC2
4
PB3/OC0/AIN1 +5v
5
PB4/SS
6
PB5/MOSI
7 30
PB6/MISO AVCC
8 32
PB7/SCK AREF
ATMEGA16
digunakan adalah jenis LCD SE2034. LCD ini merupakan modul LCD
dengan tampilan 20x4 baris, dengan konsumsi daya rendah, modul
tersebut dilengkapi dengan mikrokontroler yang didesain khusus untuk
mengendalikan LCD.
15
Aulia Rizky Zulviana, “Battery Charger Dengan Konverter Boost”,
Proyek Akhir PENS 2015, Hlm 15
16
Ibid., hlm 16
27
2.11. Kontroller PI
Keberadaan kontroler dalam sebuah sistem kontrol mempunyai
kontribusi yang besar terhadap prilaku sistem. Pada prinsipnya hal itu
disebabkan oleh tidak dapat diubahnya komponen penyusun sistem
tersebut. Artinya karakteristik plant harus diterima sebagaimana
adanya, sehingga perubahan perilaku sistem hanya dapat dilakukan
melelui penambahan suatu sub sistem, yaitu kontroler. Salah satu tugas
komponen kontroler adalah mereduksi sinyal kesalahan, yaitu perbedaan
antara sinyal setting dan sinyal aktual. Hal ini sesuai dengan tujuan
sistem kontrol adalah mendapatkan sinyal aktual senantiasa atau yang
diinginkan sama dengan sinyal setting. Semakin cepat reaksi sistem
mengikuti sinyal aktual dan semakin kecil kesalahan yang terjadi,
semakin baiklah kinerja sistem kontrol yang diterapkan. Apabila
perbedaan antara nilai setting dengan nilai keluaran relatif besar, maka
kontroler yang baik seharusnya mampu mengamati perbedaan ini
untuk segera menghasilkan sinyal keluaran untuk mempengaruhi
plant. Dengan demikian sistem secara cepat mengubah keluaran plant
sampai diperoleh selisih antara setting dengan besaran yang diatur
17
Ibid.
28
Gambar 2.22 Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t dan kurva u(t)
Gambar 2. 23 Suatu blok diagram hubungan antara besaran kesalahan dengan kontroler
integral
2.11.3. Kontroler PI
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing
kontroler proporsional (P) dan integral (I) dapat saling
menutupi dengan menggabungkan keduanya secara pararel
menjadi kontroler proporsional ditambah dengan intergral (PI).
Elemen-elemenkontroler PI masing-masing secara keseluruhan
bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem,
menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan awal
33
W
Ke
a
sala
k
han
t Wa
Tanggapan
u Overshoot ktu Ke
Loop
Tertutup ada
N Turun
an
a
Tun
i
ak
k
34
Proporsiona Perubahan
Menurun Meningkat Menurun
l (Kp) kecil
( )
t
1
C o=K p e(t) + ∫ e dt ............................................................(2.3)
T 1 0 (t)
Keterangan:
Co = sinyal keluaran pengendali PI.
Kp = konstanta proporsional.
Ti = waktu integral.
Ki = konstanta integral.
e(s) = sinyal kesalahan.
e(t) = referensi – keluaran plant.
2.12.1. MOSFET
NAME
SYM
ELECTRICAL DATA PLATE
BOL
VALUE
XHGD-
Series
100W
Cell Tandem
41
architectur
e of
amorphous
and
microcryst
alline
silicon
Maximum Power Pmax 100 W
Tolerance of Pmax ±3%
Open-circuit voltage Voc 21,6 V
Short-circuit current Isc 6,02 A
Voltage at maximum Vpma
17,8 V
power x
Current at maximum
Ipmax 5,55 A
power
Module efficiency Η 9,6 %
Temperature coefficient +0,3% /
Β
– Open circuit voltage °C
Temperature coefficient +0,07% /
Α
– Short circuit Current °C
Temperature coefficient +0,24% /
Γ
– Power °C
Maximum System
1000 VDC
Voltage
Maximum Mechanical
2400 Pa
Load
Series Fuse Rating 5A
Operating Temperature + 40°C to
(Cell) +90°C
1636 ×
Dimensions 986 ×
35mm
EL
P pv = × Sf
ηV ×η R × PSH
Dimana :
42
150
P pv = ×1,15=287,5 ℘
1× 0,6 ×1
1. Duty cycle
D=1− ( )
V s( min )
Vo
43
10
¿ 1−
30
¿ 0.667
2. Menghitung nilai R:
Vo
R=
Io
30
¿
5
¿6Ω
3. Periode :
1
Ts=
fs
1
¿>
40 k
¿ 25 µs
5. Menghitung nilai ∆ I L :
r iL =20 %
∆ I L =0.2 × I L (avg )
44
¿ 0.2 ×15,304
¿ 3,060 A
√ ( )
2
∆ iL
2 2
I L (rms )= ( I L (avg ) ) +
√3
√ ( )
2
3,060
2
I L (rms )= ( 15,304 )2 +
√3
¿ 15,345 A
8. Nilai capasitor :
r Vo=0,1%
∆ V o=0,1 % ×V 0
¿ 0,1 % ×30
¿ 0.03 V
V ×D
∆ V o= o
RCf
V ×D
C= o
Rf ∆ V o
45
30 ×0.67
¿
6 ×40 k × 0.03
¿ 2,791uF ≈ 4.700uF
9. Nilai inductor :
L=() 1
f ( )( )
× [ V o +0,7−V ¿ ] ×
V s (min )
V o +0,7
×
1
∆ IL
dw=
√ 4
π
qw=
√
4 × 0.179
3.14
=0.45 mm
Length of Wire Panjang kawat yang dibutuhkan :
N=19 lilitan
Misalkan p = N x K bobbin x split
p = 19 x 6,15 x 19
46
p = 2220,15 cm
panjang kawat = p + 40% x p
= 2220,15 + ( 40% x 2220,15)
= 3108,21 cm
= 3108,21 meter = 32 meter
R2 R2
V out = ×V ¿ 5= × 30
R 1+ R 2 560 k + R 2
2800 k
2800 k +5 R 2=30 R 2 R 2= R 2=5,6 kΩ
25
C ( S) K
G2 = = (plant)
K (S ) τs+1
(3.12)
G1 = Kp
[ τis+ 1
τis ] (PI controller)
(3.13)
C ( S) K
=
K (S ) τs+1
( τis +1 ) 1
Kpk .
C( S) τis (τs +1)
=
R( S) ( τis+1 ) 1
1+ Kpk .
τis (τs+1)
(3.14)
τi=τ
Kpk
1
C( S) τis
= = τis
R( S) Kpk +1
1+ 1+ Kpk
τis
C( S) 1
=
R( S) τi
s+1
Kpk
C( S) 1
=
R( S) τ∗s+ 1
τ
Kp=
τ∗k
Kp
Ki =
τi
1. Metode Analitik
yss 30
o k= = = 1.25
xss 24
o Time Konstan (τ)
1 1
τ= ts= x 0,01381 = 0,002762 s
5 5
k 1.215
o OLTF = =
τs+1 10.8 s+1
o CLTF
ts*=5τ*
ts*=1/n* x ts
ts*=1/1,25 x 0,01381
ts*=0,05524 s
0,05524
sehingga τ*= =0,011048 s
5
53
1,4083 1,4083
maka CLTF = =
τ∗s+ 1 5,2 s+1
τ 0,01381
kp = = =1
kτ∗¿ ¿ 0,011048 x 1,25
kp 1
ki = = = 7,2411
τ 0,01381
3.3 Perencanaan Software
Software atau perangkat lunak dalam suatu sistem disusun
untuk mendukung hardware atau perangkat keras pada sistem
agar sistem dapat terintegrasi dan bekerja dengan baik. Dalam
proyek akhir ini, perencanaan software meliputi :
Perencanaan program sensor tegangan
Perencanaan program sensor kecepatan
Perencanaan program PWM
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
hasil_tegangan=(float)read_adc(0); baca_tegangan=(float)
((hasil_tegangan*5/1023)*(5600+560000))/5600;
//560000 adalah nilai R1
//5600 adalah nilai R2
totalV = (float)totalV + baca_tegangan;
}
nilaiV=totalV/1000;
waktu++;
if(waktu==100)
{
rpm= (float) (lubang*60.0)/20;
waktu=0;
lubang=0;
f clk 16000000
¿ P= TOP= TOP=200
2 N × f switching 2 ×1 × 40000
Nilai heksa dari 200 adalah C8, sehingga berikut adalah
programnya :
TCCR1A=0xA0;
TCCR1B=0x11;
TCNT1H=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0xC8;
}
if(qq==sp_t1)
{
PWM_1=PWM_1;
}
OCR1A=PWM_1;
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA
55
56
T
T = ÷¿ T =5 u ×5T =25 u
¿
Kita dapat nilai periodenya adalah 25us, maka,
1 1
f= f= f =40 kHz
T 25 u
57
.
61
0
2
2
r
V h (
) o %
)
2
9 2
2 9 1,
1 3 , 6 0
6 , 5
1 7
1
3
4
9
0 1,
6
2 4 1 3
,
, 7
0
5
5
4 5
9 0
1,
3 5 9 6
4
, ,
5 5
6
6
0
1 1,
5
4 6 2 1
,
, 3
5
4
1
7
7
1
1 0,
8
5 7 9 1
,
, 7
2
5
2
8
8
2
2 0,
1
6 8 4 3
,
, 4
6
5
7
7 9 9 9 0,
3 3 3
3 0 2
, ,
64
3
3
3
1 1
0,
1 0 0
8 7
0 4 3
6
3 5
1 1
2,
1 2 2
9 0
2 4 7
8
7 3
1 1
1,
1 5 5
10 8
5 9 6
2
3 4
1 1
1,
1 8 9
11 1
8 8 0
1
5 6
2 2
4,
2 2 2
12 1
1 9 0
8
6 0
2 2
2,
2 5 5
13 5
4 8 1
9
6 9
2 2
2,
2 8 7
14 9
6 1 3
1
6 4
V I
o m
W V
p a
a m
e x Keteran
k ax
n gan
t (V
( (
u )
V A
) )
1 1
1 9 12
Cerah
. , ,8 5
(773)
0 6 4
0 5
1 1
1 9 11
Cerah
. , ,6 5
(650)
3 6 5
0 9
66
1 1
2 9 13
Cerah
. , ,6 4
(549)
0 6 9
0 0
1 1
2 9 12
Cerah
. , ,4 4
(613)
3 5 3
0 0
1 1
3 9 12
Cerah
. , ,2 4
(540)
0 8 1
0 0
1 1
3 9 12 3
berawa
. , ,9 ,
n (463)
3 8 5 5
0 9
1 1
4 9 15 2
berawa
. , ,4 ,
n (387)
0 8 2 5
0 9
1 1 16 1 berawa
4 9 ,2 n (132)
. , 0
3 4
67
0 7
Vs
V o=
1−D
Duty cycle 30%
68
19,58
V o=
1−0,3
= 27,97 V
Duty Cycle 33%
19,76
V o=
1−0,33
= 29,49 V
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
2.
3.
4.
5.
5.1. Kesimpulan
Dari pengujian dan analisa perangkat yang telah
dilakukan pada pembuatan sistem diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Rangkaian boost converter ini dapat menaikkan tegangan di 30
Vdc dengan tegangan masukan yang berubah-ubah dengan nilai 10
Vdc hingga 19 Vdc.
2. Tegangan keluaran boost converter pada saat duty cycle 30%
adalah 28 Volt. Semakin besar nilai duty cycle maka nilai
error tegangan keluaran semakin tinggi. Ini dikarenakan drop
tegangan pada rangkaian oleh komponen penyusun dan
desain induktor yang kurang maksimal.
3. Pembacaan sensor tegangan bila dibandingkan dengan
pembacaan tegangan menggunakan alat ukur, memiliki selisih
yang tidak terlalu besar, dengan rata-rata error 1,36%.
4. Pembacaan nilai dari sensor kecepatan agar konstan pada waktu
sistem terintegrasi sangat sulit dikarenakan frekuensi yang tinggi
dan getaran mekanik saat pengoperasian
5.2. Saran
Setelah melakukan pembuatan alat proyek akhir
ini,banyak hal yang nantinya diharapkan dapat dikembangkan
dalam penggunaan controller untuk pengontrolan kecepatan.
Untuk lebih memperbaiki dan menyempurnakan kinerja dari
alat ini, baik dalam hal :
70
DAFTAR PUSTAKA
Riwayat Pendidikan :
PENS D3Teknik Elektro Industri tahun 2014-2017
Pengalaman Organisasi :
Periode 2015– 2016 : Staf Muda
Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Industri,
PENS
Periode 2016– 2017 : Staf Ahli
Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Industri,
PENS
Penulis telah mengikuti Seminar Proyek Akhir pada tanggal 14 Agustus 2017,
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya (Amd).
74
/*****************************************************
This program was produced by the
CodeWizardAVR V2.05.0 Professional
Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2010 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com
Project :
Version :
Date : 8/18/2017
Author : NeVaDa
Company :
Comments:
#include <mega16.h>
#include <delay.h>
#include <stdio.h>
#include <stdlib.h>
// Alphanumeric LCD Module functions
#include <alcd.h>
int detik,duty,awal,kirim;
int lubang,waktu,rpm,i,V,D,k,n;
float sampling_k,nilai_k,adc_k,mili,hitung;
float sampling_i,nilai_i,adc_i,temp_i;
float sampling_v,nilai_v,adc_v;
unsigned char buf_i[8],padc_i[8];
unsigned char buf_v[8],padc_v[8];
unsigned char buffer[4],buffd[4];
unsigned char buf_kec[8];
76
if(kirim==20)
{
hitung=(float)detik*1000+waktu;
mili=(float)hitung/1000;
printf("%4.3f,%4.0f,%4.2f\r\n",mili,nilai_k,nilai_v);
kirim=0;
}
detik++;
if(detik>=awal){
sp = 2200;
pv = nilai_k;
error =sp-pv;
P = kp*error;
Ii=Ii+(error * ts);
In = ki*Ii;
pi = P + In;
D=pi/950;
if(sp>=2190&&sp<=2210)
{D=pi;}
if (D > 91)
77
{ D=90;}
if (D < 0)
{ D=0;}
}
TCNT0=0x00;
MCUCR=0x00;
rpm=(float)(lubang*60.0)/16; //formula perhitungan kecepatan
itoa(rpm,buf_kec);
lubang=0;
waktu=0;
MCUCR=0x03;
}
}
OCR1A=D;
itoa(D,buffer);
}
78
void sensor_tegangan()
{
for(n=0;n<1000;n++)
{
sampling_v = sampling_v + read_adc(1);
}
adc_v = sampling_v/n;
nilai_v= 0.0292*adc_v + 0.0509 ;
ftoa(nilai_v,2,buf_v);
ftoa(adc_v,0,padc_v);
sampling_v=0;
void sensor_kece(void)
{
for(k=0;k<1000;k++)
{
sampling_k = sampling_k + read_adc(3);
}
adc_k = sampling_k/1000.0;
nilai_k = (float)adc_k * 6125/1023;
ftoa(nilai_k,0,buf_kec);
sampling_k=0;
}
void main(void)
{
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;
// Port B initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In
Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T
State1=T State0=T
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
// Port C initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In
Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T
State1=T State0=T
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
// Port D initialization
// Func7=In Func6=In Func5=Out Func4=Out Func3=In Func2=In
Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=0 State4=0 State3=T State2=T
State1=T State0=T
PORTD=0x00;
DDRD=0x30;
// Timer/Counter 0 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: 15.625 kHz
// Mode: Normal top=0xFF
// OC0 output: Disconnected
TCCR0=0x05;
TCNT0=0x64;
OCR0=0x00;
// Timer/Counter 1 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: 16000.000 kHz
// Mode: Ph. correct PWM top=ICR1
80
// Timer/Counter 2 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer2 Stopped
// Mode: Normal top=0xFF
// OC2 output: Disconnected
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
// USART initialization
81
// ADC initialization
// ADC Clock frequency: 1000.000 kHz
// ADC Voltage Reference: AVCC pin
// ADC Auto Trigger Source: ADC Stopped
ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;
ADCSRA=0x84;
// SPI initialization
// SPI disabled
SPCR=0x00;
// TWI initialization
// TWI disabled
TWCR=0x00;
// D5 - PORTB Bit 5
// D6 - PORTB Bit 6
// D7 - PORTB Bit 7
// Characters/line: 20
lcd_init(20);
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("BISSMILLAH");
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("ALLAHU AKBAR");
lcd_gotoxy(0,2);
lcd_putsf(" SUBHANALLAH ");
lcd_gotoxy(0,3);
lcd_putsf("LA ILAHA ILLALLAH");
delay_ms(1500);
lcd_clear();
// Global enable interrupts
#asm("sei")
detik=0;
duty=0;
awal=9;
while (1)
{
// Place your code here
ftoa(detik,0,buffd);
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("D =");
lcd_gotoxy(8,1);
lcd_putsf("%");
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("kec =");
lcd_gotoxy(0,2);
lcd_putsf("V =");
lcd_gotoxy(10,2);
lcd_putsf("V");
83
pwm();
sensor_tegangan();
sensor_kece();
lcd_gotoxy(4,1);
lcd_puts(buffer);
lcd_gotoxy(6,0);
lcd_puts(buf_kec);
lcd_gotoxy(12,0);
lcd_puts(buffd);
lcd_gotoxy(4,2);
lcd_puts(buf_v);
lcd_gotoxy(12,2);
lcd_puts(padc_v);
delay_ms(100);
lcd_clear();
}
}