Anda di halaman 1dari 95

PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN PEMANFAATAN SOLAR CELL


SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK UNTUK ALAT
PENGGILING DAGING

Kevin Neysa Prasetyanto


NRP. 1303141016

Dosen Pembimbing:

Endro Wahjono, S.ST., M.T.


NIP. 19681109.199103.1.012

Epyk Sunarno, S.ST., M.T


NIP. 19620723.199103.1.002

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

SURABAYA
2017

i
PROYEK AKHIR

2017

RANCANG BANGUN PEMANFAATAN SOLAR CELL


SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK UNTUK ALAT
PENGGILING DAGING

Kevin Neysa Prasetyanto


NRP. 1303141016

Dosen Pembimbing :

Endro Wahjono, S.ST., M.T.


NIP.19681109.199103.1.012

Epyk Sunarno, S.ST., M.T.


NIP. 19620723.199103.1.002

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

SURABAYA
2017

ii
ABSTRAK

Dengan semakin banyaknya manusia di dunia ini, maka semakin


banyak juga konsumsi listrik yang harus memenuhi kebutuhan manusia
tersebut. Sehingga mulai bermunculan sumber-sumber listrik lain yang
dapat digunakan sebagai cadangan ataupun sumber utama. Salah satu
cara untuk memanfaatkan energi matahari menjadi energi listrik yakni
menggunakan panel surya sebagai media pengubah energi matahari
menjadi energi listrik untuk sumber tegangan alat penggiling daging
yang akan digunakan penggilingan daging pada siang hari. Prosesnya
adalah solar cell 300 WP dihasilkan oleh 3 buah solar cell dengan
kapasitas masing-masing sebesar 100 WP dengan tegangan 10 - 20 VDC
yang akan dipasang secara paralel. Kemudian dari tegangan keluaran
solar cell dinaikkan dengan boost converter sehingga kecepatan motor
menjadi 2200 rpm, dengan cara pada keluaran boost converter ini diberi
sensor kecepatan pada motor yang akan dibaca pada mikrokontroller
sehingga dapat diatur duty cycle mosfet yang akan mengatur kecepatan
pada motor. Setelah didapatkan kecepatan motor sebesar 2200 rpm,
kecepatan tersebut digunakan untuk proses penggilingan daging.

Kata Kunci : boost converter, solar cell, duty cycle, penggiling daging

iii
ABSTRACK

The large number of people in this world causes a large electricity


consumption that complies the human needs. So, there are many another
electric sources that can be use as backup or main. One way to harness
the sun's energy into electrical energy is using solar panels as media
converters of solar energy into electrical energy for submerged pump
voltage source to be used for filling the water tank during the day. The
process is a 300 WP solar cell produced by 3 solar cells with each
capacity of 100 WP with 10 - 20 VDC voltage to be installed in parallel.
Then from the output voltage of the solar cell is increased with a boost
converter so that the speed of the motor becomes 2200 rpm, by way of
the boost converter output is given the speed sensor on the motor to be
read on the microcontroller so that the duty cycle of the mosfet can
adjust the speed of the motor. Once the motor speed is obtained at 2200
rpm, the speed is used for the meat milling process.

Key Words : boost converter, a solar cell, duty cycle, a meat grinder

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan buku Proyek Akhir yang berjudul ”RANCANG
BANGUN PEMANFAATAN SOLAR CELL SEBAGAI SUMBER
ENERGI LISTRIK UNTUK ALAT PENGGILING DAGING”
Buku ini disusun sebagai gambaran Proyek Akhir yang akan
penulis kerjakan. Buku ini berisi tentang alasan pemilihan judul dan
proses pengeringan dapat menghasilkan pelepah pisang kering dengan
kadar air sesuai dengan kebutuhan produksi kerajinan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun buku Proyek Akhir
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang berguna dalam penyempurnaan
Proyek Akhir ini di masa mendatang.
Akhirnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga Proyek Akhir ini
dapat terselesaikan. Semoga apa yang telah dilakukan dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Surabaya, Agustus 2017

Penyusun

vi
v
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam pelaksanaan dan pembuatan proyek akhir ini penulis


banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu antara lain :
1. Allah SWT, karena perlindungan, pertolongan dan ridho-Nya
saya diberi kekuatan untuk menyelesaikan Proyek Akhir ini
serta hamba-Nya yang termulian Nabi Besar Muhammad
SAW.
2. Ibu, Ayah,Adek dan keluarga tercinta yang telah memberikan
segenap doa dan dukungan semangat baik moral dan material.
3. Bapak DR. Zainal Arif, ST, MT. selaku Direktur PENS.
4. Bapak Ir. Sutedjo, MT. selaku Ketua Program Studi D3
Teknik Elektro Industri.
5. Bapak Epyk Sunarno, ST., MT selaku Ketua Program Studi
D4 Teknik Elektro Industri.
6. Bapak Endro Wahjono, S.ST., MT. Dan Bapak Epyk
Sunarno, S.ST., MT. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan, masukan, beserta
ketulusan hati dalam membimbing penulis hingga
terselesaikannya Proyek Akhir ini.
7. Seluruh teman-teman Teknik Elekro Industri angkatan 2014.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu
yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Harapan penulis adalah semoga Proyek Akhir ini dapat


memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan bagi pembaca.

vi
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... iii


ABSTRAK ...................................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG .................................................... 1
1.2. TUJUAN ......................................................................... 2
1.3. PERUMUSAN MASALAH ........................................... 2
1.4. BATASAN MASALAH ................................................. 2
1.5. METODOLOGI PENELITIAN ..................................... 2
1.5.1. Studi Literatur ..................................................... 3
1.5.2. Perancangan Sistem ............................................. 3
1.5.3. Desain dan Pembuatan Hardware ....................... 3
1.5.4. Desain Pembuatan Software ................................ 3
1.5.5. Integrasi dan Pengujian Sistem ........................... 3
1.5.6. Laporan Pembuatan Proyek Akhir ...................... 4
1.6. SISTEMTIKA EMBAHASAN ...................................... 4
1.7. TINJAUAN PUSTAKA ................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Sel Surya ......................................................................... 7
2.2 Boost Converter .............................................................. 8
2.3 Atmega 16 ....................................................................... 9
2.4 Sensor Tegangan............................................................... 10
2.5 SENSOR Kecepatan ....................................................... 11
2.6 Motor DC ........................................................................ 13
2.7 Totempole ....................................................................... 15
2.8 LCD 20X4......................................................................... 16
2.9 PWM................................................................................. 17
Halaman
2.10 Kontroller PI..................................................................... 19

BAB III PEMBUATAN DAN PERENCANAAN ALAT


3.1 KONFIGURASI SISTEM SECARA UMUM ............... 23
3.2 PERENCANAAN HARDWARE .................................... 24
3.2.1 Perencanaan Solar Panel ..................................... 24
3.2.2 Perencanaan Boost Converter............................... 28
3.2.3 Perencanaan I/O Mikrokontroller ........................ 29
3.2.4 Perencanaan sensor tegangan................................ 31
3.2.5 Perencanaan dan Pembuatan Rotary ................... 34
3.3 PERENCANAAN SOFTWARE....................................... 35
3.3.1 Perencanaan program sensor tegangan................ 35
3.3.2 Perencanaan sensor kecepatan............................... 37

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA


4.1 PENGUJIAN sinyal pwm ............................................... 41
4.2 PENGUJIAN boost converter.......................................... 43
4.3 PENGUJIAN induktor .................................................... 48
4.4 PENGUJIAN SENSOR tegangan .................................. 50
4.5 PENGUJIAN kecepatan ................................................. 52
4.6 PENGUJIAN solar panel................................................. 55
4.7 PENGUJIAN INTEGRASI.............................................. 69

BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN .............................................................. 73
5.2 SARAN ........................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 75


LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat mengakibatkan
kebutuhan energi pun terus bertambah. Hal ini bertolak belakang dengan
ketersediaan energi fosil yang selama ini menjadi bahan bakar utama
yang semakin menipis, energi fosil ini sendiri adalah energi yang tidak
dapat diperbaharui karena membutukan waktu yang sangat lama dalam
pembentukkannya.
Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat,
pemerintah terus mengembangkan berbagai energi alternatif, di
antaranya energi terbarukan. Potensi energi terbarukan, seperti
biomassa, panas bumi, energi surya, energi air, dan energi angin sampai
saat ini belum banyak dimanfaatkan, padahal potensi energi terbarukan
di Indonesia sangat besar. Terkait dengan energi surya, sebagai negara
tropis Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup besar.
Salah satu sumber energi alternatif pengganti sumber PLN yang telah
berkembang adalah pemanfaatan energi surya.
Energi matahari merupakan energi terbaharukan yang potensial
untuk energi alternatif di Indonesia. Indonesia terletak digaris
khatulistiwa, sehingga mempunyai sumber energi surya yang berlimpah
dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/m 2 per hari
diseluruh wilayah Indonesia. Namun sama halnya dengan pembangkit
tenaga angin, biaya investasi pada pembangkit energi ini masih sangat
mahal. Untuk mendapatkan gambaran lebih luas tentang potensi energi
surya sebagai alternatif energi yang bebas dari polusi, maka dibuatlah
Proyek Akhir ini sebagai sebuah wacana energi terbarukan di Indonesia.
Pada saat ini banyak alat penggiling daging yang masih
menggunakan sumber dari PLN dan juga kecepatan dari penggiling
selalu tidak stabil sehingga hasil dari gilingan tidak sama. Pada proyek
akhir ini di buat alat penggiling daging yang berasal dari sumber energy
matahari dan memiliki kecepatan yang stabil apabila diberikan berbagai
macam berat beban.untuk mengatur kecepatan motor DC agar konstan
digunakan metode kontrol PI.
2

1.2. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari pembuatan proyek akhir ini dibedakan menjadi
2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.2.1 Tujuan Umum


Untuk memenuhi persyaratan akademik penyelesaian studi pada
Program Studi Teknik Elektro Industri Program D3 di Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya (PENS).

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan pembuatan proyek akhir ini untuk membuat suatu sistem
perancangan pemanfaatan energi sinar matahari melalui solar cell yang
digunakan sebagai sumber energi listrik untuk mengoperasikan mesin
penggiling daging.

1.3. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Bagaimana desain dc-dc converter : boost converter
untuk menaikkan tegangan keluaran dari panel surya agar dapat
digunakan sebagai pengatur kecepatan mmotor DC?
2. Bagaimana mengatur kecepatan motor DC sebelum diberi beban
daging dan setelah diberi beban daging kecepatan motor tetap?

1.4. Batasan Masalah


Batasan masalah dari pengerjaan proyek akhir ini adalah :
1. Kapasitas panel surya yang digunakan 300WP.
2. Nilai set point dari kecepatan motor yang digunakan sebesar 2200
rpm.
3. Berat daging yang digunakan yaitu 0,2 kg dan daging dipotong
kecil-kecil.
4. Sistem ini hanya digunakan pada siang hari ketika ada sinar
matahari (musim kemarau).
3

1.5. Metodologi Penelitian


Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dilakukan pelaksanaan
pengerjaan Proyek Akhir dengan tahap-tahap yang tertata dan tersusun
rapi. Pengerjaan alat Proyek Akhir ini dimulai dari peninjauan berbagai
literatur tentang sistematis kerja dari alat yang akan dirancang maupun
komponen-komponen yang digunakan pada alat yang akan dibuat.
Pengujian tiap-tiap bagian dari sistem harus dilakukan guna mencegah
terjadi kesalahan yang tidak diinginkan kelak. Integrasi sistem dilakukan
setelah pengujian tiap-tiap bagian dari sistem telah selesai dilakukan.
Analisis sistem diperlukan untuk mengecek keseluruhan sistem serta
pembenahan apabila terjadi trial and error pada sistem. Berikut ini
adalah metodologi pelaksanaan Proyek Akhir yang telah dilakukan guna
mencapai tujuan yang telah disebutkan diatas.

Studi Literatur

Perancangan Sistem

Pembuatan Perangkat Keras


dan Perangkat Lunak

Pengujian Sistem

Integrasi dengan Main System

Analisis Sistem

Pembuatan Buku Laporan

Gambar 1.1 Metodologi Proyek Akhir


4

1.5.1 Studi Literatur


Studi literatur ini merupakan pengumpulan data-data serta dasar
teori yang berasal dari buku, website, ataupun jurnal. Materi yang
diperoleh digunakan sebagai acuan dalam penyelesaian proyek akhir.
Bahan dari materi ini meliputi bidang mikrokontroler, desain komponen,
elektronika daya, rangkaian elektronika, kontrol cerdas, teknik
antarmuka komputer, dan bidang lain yang berkaitan dengan
penyelesaian proyek akhir ini.

1.5.2. Perancangan Sistem


Dengan pemahaman yang didapatkan dari studi literatur
sebelumnya, maka dapat dilanjutkan dengan pembuatan perancangan
sistem dari panel surya sampai ke beban (Penggiling Daging). Pada
proyek akhir ini, tegangan keluaran dari panel surya serta keluaran dari
sensor kecepatan dijadikan referensi untuk menjaga konstan kecepatan
dari penggiling daging.

1.5.3. Desain dan Pembuatan Hardware


Pada tahap ini dilakukan pembuatan rangkaian Sensor Tegangan,
Boost Converter, Tetomple , dan rangkaian Sensor Kecepatan.

1.5.4. Desain Pembuatan Software


Sofware yang digunakan dalam pembuatan alat pada proyek akhir
ini yaitu code vision AVR pemrograman, simulator Proteus untuk
mengecek integrasi sistem.

1.5.5. Integrasi dan Pengujian Sistem


Pada tahap ini dilakukan integrasi sistem antara hardware dan
software kemudian dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah
dibuat sehingga dapat ditemukan permasalahan dan dilakukan perbaikan
sehingga diperoleh sistem pengontrolan yang sesuai.

1.5.6. Laporan Pembuatan Proyek Akhir


Menyimpulkan hasil perencanaan dan pembuatan serta
penyempurnaan modul dengan hasil pengujian dan menyusun buku
laporan Proyek Akhir.

1.6. Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan penyusunan proyek akhir ini direncanakan
sebagai berikut :
5

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, tujuan, permasalahan, batasan masalah, metodologi,
sistematika pembahasan proyek akhir dan tinjauan pustaka.

BAB II : TEORI PENUNJANG


Meliputi literatur-literatur, teori dasar, serta referensi yang
berguna sebagai acuan dan landasan dalam perencanaan dan pembuatan
proyek akhir.

BAB III : PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT


Bab ini membahas tahap perencanaan dan proses pembuatan
perangkat keras dan perangkat lunak Proyek Akhir.

BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISIS


Bab ini membahas secara keseluruhan dari sistem dan
dilakukan pengujian serta analisa pada setiap percobaan perangkat keras
dan perangkat lunak. Mengintegrasikan seluruh sistem dan pengujian,
kemudian berdasarkan data hasil pengujian dan dilakukan analisa
terhadap keseluruhan sistem.

BAB V : PENUTUP
Bab ini membahas kesimpulan dari pembahasan, perencanaan,
pengujian dan analisa berdasarkan data hasil pengujian sistem. Untuk
meningkatkan hasil akhir yang lebih baik diberikan saran-saran terhadap
hasil pembuatan proyek akhir.

Daftar Pustaka
Bagian ini berisi tentang data referensi yang telah digunakan
oleh penulis sebagai acuan dan penunjang, baik secara teoritis maupun
praktik, sehingga proyek akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

1.7. TINJAUAN PUSTAKA


Pada proyek akhir ini adapun literatur yang digunakan penulis
sebagai acuan diantaranya adalah :
1. Proyek akhir yang dibuat oleh Syafroni Imam Achmadi S.A
dengan pembimbing Renny Rakhmawati ST.MT dan
Suhariningsih S.ST.MT yang berjudul “Rancang Bangun Alat
Penggiling Daging Menggunakan Sumber Energi Matahari”. Pada
makalah ini disebutkan bahwa Energi matahari yang telah
6

dikonversi menjadi energi listrik oleh solar cell disimpan terlebih


dahulu pada baterai. Perbedaan judul ini dengan proyek akhir
penulis adalah sistem dimana penulis tidak menggunakan baterai,
namun langsung digunakan sebagai suplai beban.
2. Proyek akhir yang dibuat oleh Intan Qurnia Hanifah dengan
pembimbing Ir. Suryono, MT. dan Ir. Yahya Chusna Arief, MT.
yang berjudul “Pemanfaatan Sumber Energi Alternatif Tenaga
Hybrid Untuk Suplai PJU”. Pada makalah ini disebutkan bahwa
dalam sistem yang dibuat, penempatan dari solar cell kurang tepat
sehingga daya yang dihasilkan tidak maksimal.
3. Proyek akhir yang dibuat oleh Ilham Ja’far Robbani dengan
pembimbing Indhana Sudhiarto ST.MT. dan Seychu Dwitya
Nugraha S.ST,. MTM yang berjudul “Pemanfaatan Energi
Matahari Menggunakan Solar Cel Pada Komputer Listrik Dengan
Pengaturan Daya”. Pada makalah ini disebutkan bahwa
menggunakan komponen dengan kualitas yang lebih baik agar
system memiliki efisiensi yang lebih tinggi
BAB II
LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan teori yang digunakan dalam


pembuatan proyek akhir, meliputi teori mengenai komponen-
komponen yang akan digunakan.

2.1 Sel Surya


Solar cell atau panel surya adalah alat untuk
mengkonversi tenaga matahari menjadi energi listrik.
photovoltaic adalah teknologi yang berfungsi untuk mengubah
atau mengkonversi radiasi matahari menjadi energi listrik
secara langsung. PV biasanya dikemas dalam sebuah unit yang
disebut modul. Dalam sebuah modul surya terdiri dari banyak
sel surya yang bisa disusun secara seri maupun paralel.
Sedangkan yang dimaksud dengan surya adalah sebuah elemen
semikonduktor yang dapat mengkonversi energi surya menjadi
energi listrik atas dasar efek fotovoltaik. Solarcell mulai
popular akhir-akhir ini, selain mulai menipisnya cadangan
enegi fosil dan isu global warming. energi yang dihasilkan juga
sangat murah karena sumber energi (matahari) bisa didapatkan
secara gratis. Skema solar cell dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2. 1 Skema Solar Cell

Cara kerja sel surya sebenarnya identik dengan piranti


semikonduktor dioda. Ketika cahaya mengenai permukaan sel surya
dan diserap oleh bahan semikonduktor bertipe p dan n (p-n junction

7
8

semiconductor) akan terjadi pelepasan elektron. Apabila elektron


tersebut dapat menempuh perjalanan menuju bahan semi-konduktor
pada lapisan yang berbeda, maka akan terjadi perubahan sigma gaya-
gaya pada bahan. Gaya tolakan antarbahan semi-konduktor akan
menyebabkan aliran medan listrik dan menyebabkan elektron dapat
disalurkan ke saluran awal dan akhir untuk digunakan sebagai
sumber tenaga listrik.
Perkembangan pembuatan sel surya mengalami kemajuan dari
berbagai jaman dan dipengaruhi oleh bahan-bahan pembualan sel-sel
tersebut. Bahan-bahan yang dipakai antara lain:
a. Mono-crystalline (Si)
Dibuat dari silikon kristal tunggal yang didapat dari peleburan
silikon dalam bentuk bujur. Sekarang Mono-crystalline dapat
dibuat setebal 200 mikron, dengan nilai effisiensi sekitar 24%.
b. Poly-crystalline/Multi-crystalline (Si)
Dibuat dari peleburan silikon dalam tungku keramik, kemudian
didinginkan perlahan untuk mendapatkan bahan campuran
silikon yang akan timbul diatas lapisan silikon. Sel ini kurang
efektif dibanding dengan sel Monocrystalline( efektivitas 18% ),
tetapi biaya lebih murah.
c. Gallium Arsenide (GaAs)
Bahan solar cell yang efisien, yaitu sekitar 25%. Selain pengaruh
cahaya, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi besar tegangan keluaran dari sel surya, diantaranya1
1. Radiasi matahari
Tegangan keluaran sel surya tidak terlalu terpengaruh
terhadap cahaya matahari. Namun arus keluarannya sangat
berpengaruh terhadap intensitas cahaya matahari yang jatuh diatas
permuakaan sel surya. Ini terlihat pada Gambar 2.2 dibawah ini.

1
Raksa Raban, Ekky Kurniawan ST., MSc, Unung Sunarya ST .,MT,
“Desain Implementasi Charger Baterai Portable Menggunakan Modul
IC XL6009E1 Sebagai Konveter boostDengan Memanfaatkan Tenaga
Surya”
9

Gambar 2. 2 Karakteristik arus dan tegangan terhadap pengaruh intensitas cahaya


matahari

Dengan terpengaruhnya arus keluaran terhadap intensitas cahaya,


ini berarti efisiensi kerja dari sel surya sangat dipengaruhi oleh intensitas
cahaya matahari. Terlihat pada Gambar 2.3 dibawah ini.

Gambar 2. 3 Grafik efisiensi kerja dari sel surya terhadap radiasi matahari

2. Sudut datang cahaya


Sel surya akan menghasilkan tegangan maksimum saat sudut
datang cahaya tegak lurus atau 90º terhadap permukaan sel surya.
Nilai tegangan keluaran sel surya akan turun dengan fungsi cosines
sampai pada sudut 50º. Setelah melebihi sudut 50º, penurunan
tegangan keluaran akan signifikan.
10

3. Pengaruh temperatur.
Sebuah sel surya dapat beroperasi secara maksimum jika
temperatur sel tetap normal (pada 25°C), kenaikan temperatur lebih
tinggi dari temperature normal pada sel surya akan melemahkan
tegangan keluaran (Voc). Setiap kenaikan temperatur sel surya 1°C
(dari 25°C) akan berkurang sekitar 0.4 % pada total tenaga yang
dihasilkan atau akan melemah 2x lipat untuk kenaikkan temperatur
sel per 10°C. Grafik pengaruh temperature pada solar cell
ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2. 4 Grafik arus terhadap pengaruh temperatur2

Sel surya merupakan salah satu penghasil energi listrik


yang mempunyai harga mahal. Oleh karena itu sel surya lebih
sering
digunakan pada daerah-daerah yang memang tidak terjangkau
oleh
sumber listrik utama (PLN). Atau sebagai energi cadangan
pada saat
energi listrik utama tidak tersedia.
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki
oleh sel surya. Kelebihan-kelebihan yang menyebabkan sel

2
“Struktur Panel Surya”, diakses dari
http://atterratotus.blogspot.co.id/2011/02/dye-sensitized-solar-cell-
dssc.html, pada tanggal 7 juli 2017 pukul 23:21
11

surya
banyak dikembangkan diantaranya:
1. Membutuhkan waktu yang singkat dalam perencanaan, instalasi,
dan pembuatan plant baru.
2. Bersifat modular (modul-modul), sehingga praktis.
3. Pemakaian daya mudah disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Mempunyai life time yang lama dan perawatan yang mudah
karena komponen berdifat statis.
5. High mobile dan portable karena tidak terlalu berat.
Selain memiliki kelebihan, sel surya juga memiliki
beberapa
kekurangan, diantaranya:
1. Karena energi didapat dari matahari, maka sel surya tidak dapat
bekerja pada malam hari.
2. Pengaturan tegangan keluaran hanya dapat melalui sistem
elektrik.
3. Harga sel surya yang masih tergolong mahal.

2.2. Boost Converter


Boost converter adalah sebuah teknik power supply
switching step-up yang merupakan konverter daya dari DC ke
DC dengan tegangan output lebih besar dari tegangan input. Ini
merupakan teknik switched-mode power supply (SMPS) yang
mengandung setidaknya dua semikonduktor switching (dioda
dan transistor) dan setidaknya satu elemen penyimpanan energi
seperti kapasitor, induktor, atau kombinasinya. Filter biasanya
terbuat dari kapasitor (namun kadang-kadang berada dalam
kombinasi dengan induktor juga) biasanya ditambahkan untuk
output konverter sehingga dapat mengurangi riak tegangan
output. Gambar 2.2 menunjukkan rangkaian sederhana dari
boost converter
12

Gambar 2.2 Rangkaian boost converter3

Prinsip utama untuk menaikan tegangan adalah


kemampuan induktor untuk menyimpan energi. Dalam boost
konverter, tegangan output selalu lebih tinggi dari tegangan
input . Prinsip dasar dari sebuah boost converter terdiri dari 2
kondisi yang berbeda, bila saklar ditutup, arus mengalir
melalui induktor searah jarum jam dan induktor menyimpan
energi . Polaritas dari sisi kiri induktor adalah positif.
Ketika saklar di on, saklar S (lihat gambar diatas) ditutup,
maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan arus
induktor.Ketika saklar dibuka , arus akan berkurang sebagai
impedansi lebih tinggi. Oleh karena itu , perubahan atau
pengurangan saat ini akan ditahan oleh induktor. Dengan
demikian polaritas akan terbalik (berarti sisi kiri induktor akan
negatif sekarang). Akibatnya dua sumber akan dalam seri
menyebabkan tegangan yang lebih tinggi untuk mengisi
kapasitor melalui dioda D, maka ketika saklar terbuka,satu-
satunya jalan yang dilalui oleh arus induktor adalah melalui
flyback dioda D, kapasitor C dan beban R. Ini adalah hasil
dalam mentransfer energi yang terakumulasi selama on menjadi
kapasitor. Gambar 2.3 menunjukkan aliran arus dalam dua
kodisi yaitu ketika saklar tertutup (switch on) dan saklar
terbuka (switch off).

3
Ibid.
13

Gambar 2.3 Siklus switch on dan switch off boost converter4

Jika saklar buka-tutup dengan cukup cepat, maka induktor


tidak akan sepenuhnya kosong ketika masa pengisian dan
pengurangan energi. Maka dengan hal ini beban akan melihat
tegangan akan selalu lebih besar daripada sumber tegangan
input ketika sakelar dibuka. Dan ketika saklar dibuka kapasitor
secara pararel dengan beban, maka kapasitor akan menyuplai
energi ke beban dengan kombinasi energi dari input sehingga
energi total menjadi berlipat-lipat energi semula. Ketika saklar
ditutup maka akan terjadi konsleting sehingga sisi kanan akan
kekurangan energi, namun pada waktu ini energi akan di suplai
oleh kapasitor. Maka pada waktu tersebut kapasitor itu mampu
memberikan tegangan dan energi ke beban. Selama waktu ini,
dioda akan mencegah energi dari kapasitor untuk keluar
melalui saklar . Saklar tentu saja harus dibuka dengan sangat
cepat untuk mencegah energi kapasitor keluar terlalu banyak .

Analisa boost converter saat saklar tertutup :


di L di L V d di L ∆i L ∆ i L di L V d
V L=V d=L = = = =
dt dt L dt ∆ t DT dt L
V DT
i L closed = d
L
Analisa boost converter saat saklar terbuka :

4
Ibid.
14

di L di L V d −V o di L ∆i L ∆i L
V L=V d−V o=L = = =
dt dt L dt ∆ t (1−D) T
di L V d −V o ( V d −V o ) (1−D)T
= i L opened=
dt L L

Ada 2 buah operasi kerja dengan pada sistem boost


converter ini yaitu continuous mode dan discontinuous mode.
Ketika boost converter beroperasi secara kontinyu, arus melalui
induktor (IL) tidak pernah jatuh ke nol. Gambar 2.4
menunjukkan bentuk gelombang baik arus maupun tegangan
dalam operasi konverter mode ini. Tegangan output dapat
dihitung sebagai berikut, dalam kasus sebuah konverter yang
ideal (yaitu menggunakan komponen ideal) yang beroperasi
dalam kondisi stabil. Selama saklar S ditutup, yang membuat
tegangan input (Vi) muncul di induktor, yang menyebabkan
perubahan arus (IL) mengalir melalui induktor selama periode
waktu (t).

Gambar 2.4 Bentuk gelombang arus & tegangan pada continuous mode

Boost converter memiliki karakteristik tegangan output


selalu lebih tinggi dari tegangan input (sebagai siklus pergi dari
0 ke 1), dan hal tersebut terjadi dengan mengatur nilai duty
cycle (D). Secara teoritis, nilai duty cycle (D) tidak terbatas
hingga mendekati 1, semakin besar duty cycle (D) semakin
15

besar pula nilaitegangan output dari boost converter. Inilah


sebabnya mengapa konverter ini kadang-kadang disebut
sebagai konverter langkah-naik (step up).
Jika riak amplitudo saat ini terlalu tinggi, induktor dapat
benar-benar habis sebelum akhir siklus pergantian seluruhnya.
Hal ini biasanya terjadi di bawah beban ringan. Dalam hal ini,
arus melalui induktor jatuh menuju nol selama bagian dari
periode (lihat bentuk gelombang pada gambar dibawah).
Meskipun sedikit, perbedaan memiliki efek yang kuat pada
persamaan tegangan output.
Selanjutnya, dalam mode discontinued, penguatan
tegangan output tidak hanya tergantung pada siklus, tetapi juga
pada nilai induktor, tegangan input, frekuensi switching, dan
arus output. Gambar 2.5 menunjukkan grafik tegangan dan arus
pada posisi saklar terbuka dan tertutup saat mode
discontinuous.

Gambar 2.5 Bentuk gelombang arus & tegangan pada discontinuous mode

Besar duty cycle mempengaruhi nilai tegangan output.


Tegangan yang dihasilkan merupakan nilai rata – rata dari
keadaan saklar yang open dan closed. Nilai duty cycle boost
converter memenuhi persamaan berikut :
16

Vo 1 ∆Vo D
= =
V d 1−D V d RCf

2.3. Atmega 165


Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer lengkap
dalam satu serpih (chip). Mikrokontroler lebih dari sekedar
sebuah mikroprosesor karena sudah terdapat atau berisikan
ROM (Read-Only Memory), RAM (Read-Write Memory),
beberapa bandar input maupun output, dan beberapa peripheral
seperti pencacah/pewaktu, ADC (Analog to Digital converter),
DAC (Digital to Analog converter) dan serial komunikasi.
Salah satu mikrokontroler yang banyak digunakan saat ini yaitu
mikrokontroler AVR.
AVR merupakan seri mikrokontroler CMOS 8-bit buatan
Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set
Computer). Hampir semua instruksi dieksekusi dalam satu
siklus clock. AVR mempunyai 32 register general-purpose,
timer/counter fleksibel dengan mode compare,
interruptinternal dan eksternal, serial UART, programmable
Watchdog Timer, dan mode power saving, ADC dan PWM
internal. AVR juga mempunyai In-System Programmable
Flash on-chip yang mengijinkan memori program untuk
diprogram ulang dalam sistem menggunakan hubungan serial
SPI. ATMega16. ATMega16 mempunyai throughput
mendekati 1 MIPS per MHz membuat disainer sistem untuk
mengoptimasi konsumsi daya versus kecepatan proses.
ATMega16 mempunyai empat buah port yang bernama
PortA, PortB, PortC, dan PortD. Keempat port tersebut
merupakan jalur bidirectional dengan pilihan internal pull-up.
Tiap port mempunyai tiga buah register bit, yaitu DDxn,
PORTxn, dan PINxn.

5
Pitvande Yanuar Hidayat,”Rancang Bangun Sistem Bak Up PLN
Dengan Menggunakan Boost Converter Dan Flyback Converter Bebais
Mikrokotroler Untuk Beban Penerangan”, Proyek Akhir PENS 2013,
hlm 36
17

Gambar 2.6 Konfigurasi PIN ATMega166

PORT xn harus diset 0 atau pin dikonfigurasi sebagai pin


output. Pin port adalah tri-state setelah kondisi reset. Bila
PORTxn diset 1 pada saat pin terkonfigurasi sebagai pin output
maka pin port akan berlogika 1. Dan bila PORTxn diset 0 pada
saat pin terkonfigurasi sebagai pinoutput maka pin port akan
berlogika 0. Saat mengubah kondisi port dari kondisi tri-state
(DDxn=0, PORTxn=0) ke kondisi output high (DDxn=1,
PORTxn=1) maka harus ada kondisi peralihan apakah itu
kondisi pull-up enabled (DDxn=0, PORTxn=1) atau kondisi
output low(DDxn=1, PORTxn=0).
Biasanya, kondisi pull-up enabled dapat diterima
sepenuhnya, selama lingkungan impedansi tinggi tidak
memperhatikan perbedaan antara sebuah strong high driver
dengan sebuah pull-up. Jika ini bukan suatu masalah, maka bit
PUD pada register SFIOR dapat diset 1 untuk mematikan
semua pull-up dalam semua port. Peralihan dari kondisi input
dengan pull-up ke kondisi output low juga menimbulkan
masalah yang sama. Kita harus menggunakan kondisi tri-state
(DDxn=0, PORTxn=0) atau kondisi output high (DDxn=1,
PORTxn=0) sebagai kondisi transisi.
2.4. Sensor Tegangan7
Sensor tegangan DC dibuat menggunakan rangkaian
pembagi tegangan. Pada mikrokontroler, tegangan tersebut
dibaca 0-5 VDC. Gambar rangkaian pembagi tegangan dapat
dilihat pada Gambar 2.7 dibawah.

6
Ibid., hlm 37
7
Kartika Novi Hardini,”Teknik Maximum Power Point Tracker (MPPT)
Menggunakan Fuzzy logic Control Pada Beban Pompa Air Kolam”,
Proyek akhir PENS 2013, hlm 23
18

Gambar 2.7 Rangkaian Sensor Tegangan

Rangkaian pembagi tegangan menggunakan 2 buah


resistor (R1 dan R2) yang dirangkai seri, dan rangkaian seri
tersebut kemudian dirangkai paralel dengan tegangan yang
akan dibaca nilai tegangannya. Tegangan pada R2 yang telah
diatur untuk memberikan output 5 Volt, dimasukkan ke ADC
mikrokontroler.
Prinsip yang digunakan pada rangkaian pembagi tegangan adalah
hukum ohm yang memiliki persamaan sebagai berikut .

V¿
I=
(R 1+ R 2)

Sehingga besar tegangan output yang didapatkan pada R2 adalah


sebesar:
V out =I × R 2

Apabila kita subtitusikan persamaan hukum ohm dengan


persamaan tegangan output, maka didapatkan tegangan ouptut
dengan persamaan

R 1× V ¿
V ou t =
( R 1+ R 2 )

2.5. Sensor Kecepatan


Sensor putar atau kecepatan dapat dibuat dengan sebuah
optocoupler tipe “U” dan sebuah roda cacah. Sensor
kecepatan ini dapat digunakan untuk membaca putaran suatu
object yang berputar. Optocoupler merupakan komponen opto
isolator yang memiliki karakteristik penerima
(phototransistor) akan mengalami perubahan logika bila
terjadi perubahan intensitas cahaya yang dipancarkan oleh
19

pemancar (LED inframerah) untuk penerima. Untuk mekanik


dari pemasangan sensor kecepatan harus berdekatan dengan
roda cacah, dimana optocoupler sebagai pembaca dari
berputarnya roda cacah yang lalu dibaca oleh mikrokontroller.
Kontruksi Sensor Kecepatan dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Kontruksi Sensor Kecepatan.8

Salah satu jenis rotary encoder yang dapat digunakan yaitu


incremental. Untuk membentuk pulsa output, maka pada piringan
encoder mempunyai celah dengan jarak yang sama dalam satu jalur dan
sebuah celah referensi untuk mendeteksi atau putaran penuh. Informasi
yang dibaca adalah jumlah terang/gelap yang terjadi selama satu
putaran. Gambar 2.21 ditunjukkan konstruksi dasar

Gambar 2.9. Kontruksi Dasar Rotary Encoder9

Opto electronic akan mengirim cahaya LED melalui celah


yang terdapat pada piringan encoder, bagian penerima (photo
transistor) akan mengubah cahaya terang atau gelap menjadi
tampilan digital dengan duty cycle 50%. Gambar 2.10
menunjukan pulsa output pada rotary encoder.

8
Falentin, Fajar “Rancang Bangun Inverter 1 Fasa Untuk Alat Perontok Jagung
Dengan Kontrol PID” hal 25-26
9
Falentin, Fajar, op.cit hal 26
20

Gambar 2.10. Pulsa Output Rotary Encoder.10

Resolusi output digital encoder incremental dapat ditambahkan


dengan perangkat elektronik yang berfungsi sebagai pengali pada
masing–masing channel seperti pada Gambar 2.11. Prosses perkalian
dapat dimulai hanya dengan menggunakan tepi positif pada chanel A.
Jika kedua tepi positif dan negatif digunakan, maka akan terjadi dua
kali hitungan. Bila ditambahkan dengan chanel B, maka resolusi akan
menjadi empat kali lipat jumlahnya, Gambar 2.11 menunjukan model-
model awal perhitungan pulsa pada rotary encoder

Gambar 2.11. Berbagai Model Awal Perhitungan Pulsa.

2.6. Motor DC
.Motor DC adalah mesin DC yang digunakan sebagai
motor dan generator adalah mesin DC yang digunakan sebagai
generator. Perbedaan antara keduanya hanya terdapat pada arah
aliran daya pada mesin tersebut.Motor DC dikendalikan

10
Ibid., hlm 27
21

menggunakan sumber tegangan DC. Sumber DC didapatkan


melalui suplai daya DC atau hasil penyearah (rectifier) dari
sumber tegangan AC.
Ada beberapa alasan untuk popularitas motor DC yang
berkelanjutan. Salah satu alasannya adalah sistem tenaga dc
masih umum di mobil, truk, dan pesawat. Ketika kendaraan
memiliki sistem listrik DC, sangat masuk akal untuk
mempertimbangkan menggunakan motor DC. Aplikasi lain dari
populernya penggunaan motor DC adalah pada situasi dimana
pengguna membutuhkan beberapa variasi kecepatan karena
pengaturan kecepatannya yang mudah.Sebelum meluasnya
pengunaan inverter dan rectifier, motor DC tidak memiliki
tandingan lain dalam hal aplikasi kontrol kecepatan. Bahkan
jika tidak ada sumber DC yang tersedia, solid-state rectifier dan
DC chopper digunakan untuk membuat sumber listrik DC yang
diperlukan. Ada lima jenis utama dari motor DC dalam
penggunaan yang umum, diantaranya adalah
a. Motor DC penguatan terpisah
b. Motor DC shunt
c. Motor DC magnet permanen
d. Motor DC seri
e. Motor DC compound

Gambar 2.5 (a) Rangkaian ekivalen dari Motor DC. (b) Rangkaian sederhana
Motor DC dengan menghilangkan tegangan drop dari Vbrush dan menggabungkan
Radj dengan RF11

Pada Gambar 2.5 merupakan rangkaian pengganti dari


motor DC, rangkaian armature digantikan dengan sumber

11
Stephen J. Chapman, “Electric Machinery Fundamentals 4th Edition”,
McGraw-Hill, New York, 2005, hal. 535
22

tegangan ideal EA dan resistor RA. Penggantian ini merupakan


rangkaian ekuivalen Thevenin dari keseluruhan struktur rotor,
termasuk belitan rotor, kutub antara, dan belitan kompensasi.
Rugi-rugi tegangan sikatdigantikan oleh baterai kecil Vbrush
yang arahnya berlawanan dengan aliran arus pada mesin.
Belitan medan yang menghasilkan flux di generator digantikan
dengan indutor LF dan resistor RF. Resistor Radj yang terpisah
merupakan rangkaian pengganti dari variabel eksternal resistor
yang digunakan untuk mengontrol jumlah arus pada sirkit
medan.
Terdapat beberapa variasi dan penyederhanaan dari
rangkaian ekivalen dasar ini. Rugi-rugi tegangan sikat bernilai
sangat kecil dari tegangan yang dihasilkan dalam mesin. Oleh
karena itu, dalam hal ini tidak terlalu berefek pada besaran
tegangan EA sehingga rugi-rugi tegangan sikat dapat
ditinggalkan atau termasuk pada nilai dari R A. Dan juga,
resistansi internal pada belitan medan terkadang disamakan
dengan variabel resistor eksternal, dan penjumlahan ini disebut
RF. Variasi ketiga adalah beberapa generator memiliki lebih
dari satu belitan medan, yang kesemuanya akan muncul pada
rangkaian ekivalen. Besaran tegangan yang dihasilkan oleh
tegangan pada mesin dinyatakan dengan persamaan .
E A =K ∅ ω
Dan torsi yang ditimbulkan dari mesin ini ditunjukan oleh persamaan
T ind =K ∅ I A

EA : GGL Kumparan Jangkar


K : Konstanta
∅ : Fluks Magnet
ω : Kecepatan Motor
Tind : Torsi Motor
IA : Arus Jangkar

Kedua persamaan ini, menggunakan hukum tegangan


Kirchoff dari sirkit amature dan kurva magnetisasi mesin, yang
merupakan perangkat yang digunakan untuk menganalisa
perilaku dan kinerja motor DC.
23

Prinsip kerja motor dc ini jika arus lewat pada suatu konduktor,
timbul medan magnet di sekitar konduktor. Arah medan magnet
ditentukan oleh aliran arus pada konduktor. Aturan genggaman tangan
kanan bisa dipakai untuk menentukan arah garis fluks di sekitar
konduktor. Genggaman konduktor dengan tangan kanan dengan jempol
mengarah pada arah aliran arus, maka jari – jari anda akan
menunjukkan arah garis fluks. Medan magnet hanya terjadi di sekitar
sebuah konduktor jika ada arus mengalir pada konduktor tersebut. Pada
motor DC, daerah kumparan medan yang dialiri arus listrik akan
menghasilkan medang magnet yang melingkupi kumparan jangkar
dengan arah tertentu. Konversi dari energi listrik menjadi energi
mekanik (motor) maupun sebaliknya berlangsung melalui medan
magnet, dengan demikian medan magnet disini selain berfungsi sebagai
tempat untuk menyimpan energi, sekaligus sebagai tempat berlangsung
perubahan energi.

2.7. Optocopler
Optocoupler atau optotransistor merupakan salah satu
jenis
komponen yang memanfaatkan sinar sebagai pemicu on-off.
Opto
berarti optic dan coupler berarti pemicu. Sehingga bisa
diartikan
bahwa optocoupler merupakan suatu komponen yang bekerja
berdasarkan pemicu cahaya optic.

Gambar 2.14. Rangkaian dasar optocoupler12

Optocoupler termasuk dalam sensor, yang terdiri dari dua


12
Kartika Novi Hardini,”Teknik Maximum Power Point Tracker
(MPPT) Menggunakan Fuzzy logic Control Pada Beban Pompa Air
Kolam”, Proyek akhir PENS 2013, hlm 23
24

bagian yaitu transmiter dan receiver. Dasar rangkaian optocoupler


ditunjukkan pada Gambar 2.14. Bagian pemancar atau tran dibangun
dari sebuah infra led merah untuk mendapatkan ketahanan yang
lebih baik terhadap sinar tampak daripada menggunakan biasa.
Sensor ini bisa digunakan sebagai isolator dari rangkaian tegangan
rendah ke rangkaian bertegangan tinggi, selain itu dipakai sebagai
pendeteksi terhadap penghalang antara transmiter dan receiver
dengan memberikan ruang uji dibagian tengah antara led dan
phototransistor.Penggunaan seperti ini bisa diterapkan untuk mendeteksi
putaran motor atau mendeteksi lubang penanda pada disk drive
komputer. Penggunaan optocoupler tergantung pada kebutuhan. Ada
berbagai macam tipe dan jenis, diantaranya 4N25, 4N26, TLP 250
dan lain-lain.Salah satu yang terpenting dari aplikasi phototransistor
adalah photocoupler (optocoupler). Optocoupler biasa digunakan
pada rangkaian elektronik yang diisolasi dari rangkaian lain, sehingga
disebut juga photoisolator. Hanya cahaya yang
menghubungkan rangkaian masukan ke rangkaian keluaran

2.8. Driver Totempole


Pada saat mendesain suatu rangkaian elektronika daya hal
yang penting untuk dapat mengurangi atau meminimalkan power
losses pada switching elektronik (electronic switching). Switch
losses terjadi karena terdapat perubahan dari kondisi satu ke kondisi
(low) yang lain (high) secara cepat. Drive circuit MOSFET harus
dapat dengan cepat memberikan arus dan membuang arus pada saat
switching frekuensi tinggi. Rangkaian yang sangat cocok digunakan
sebagai drive circuit pada MOSFET adalah rangkaian totempole,
yang terdiri dari transistor NPN dan PNP. Rangkaian Totempole
ditunjukkan pada Gambar 2.15.
25

Gambar 2.15. Rangkaian totempole13

2.9. LCD 20X4


LCD (Liquid Crystal Display) adalah salah satu komponen elektronika
yang  berfungsi sebagai tampilan suatu data, baik karakter,
huruf ataupun grafik. Di pasaran tampilan LCD sudah tersedia dalam
bentuk modul yaitu tampilan LCD beserta rangkaian  pendukungnya.
LCD mempunyai pin data, kontrol catu daya, dan pengatur
kontras tampilan. LCD juga merupakan perangkat display yang paling
umum dipasangkan di Mikrokontroller, Mengingat ukurannya yang kecil
dan kemampuannya menampilkan karakter atau grafik yang lebih
dibandingkan display seven-segmen. Pada pengembangan sistem
embedded, LCD mutlak diperlukan sebagai sumber pemberi informasi
utama, misalnya alat pengukur kadar gula darah, penampil waktu jam,
penampil counter putaran motor industri dan lain-lain.

LCD1
LM044L

+5V
VDD
VSS

VEE

RW
RS

D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
10k
E

10u
1
2
3

4
5
6

7
8
9
10
11
12
13
U1 14
9 22
RESET PC0/SCL
23
PC1/SDA
22p 13 24
XTAL1 PC2/TCK
12 25
XTAL2 PC3/TMS
11.0592 26
PC4/TDO
40 27
PA0/ADC0 PC5/TDI
39 28
PA1/ADC1 PC6/TOSC1
38 29
PA2/ADC2 PC7/TOSC2
22p 37
PA3/ADC3
36 14
PA4/ADC4 PD0/RXD
35 15
PA5/ADC5 PD1/TXD
34 16
PA6/ADC6 PD2/INT0
33 17
PA7/ADC7 PD3/INT1
18
PD4/OC1B
1 19
PB0/XCK/T0 PD5/OC1A
2 20
PB1/T1 PD6/ICP
3 21
PB2/INT2/AIN0 PD7/OC2
4
PB3/OC0/AIN1 +5v
5
PB4/SS
6
PB5/MOSI
7 30
PB6/MISO AVCC
8 32
PB7/SCK AREF
ATMEGA16

Gambar 2.4. Wiring ATMega 16 dengan LCD14

Cara pengkabelan (wiring) dari LCD 20x4 ke mikrokontroler


ATMega 16 secara simulasi dapat dilihat pada gambar 2.4.
LCD berfungsi menampilkan nilai hasil sensor, menampilkan teks,
atau menampilkan menu pada aplikasi mikrokontroler. LCD yang
13
Aulia Rizky Zulviana, “Battery Charger Dengan Konverter Boost”,
Proyek Akhir PENS 2015, Hlm 15
14
Bentuk Fisik LCD 20x4, diakses pada tanggal 27September 2016,
http://www.gravitech.us/20chbllcd.html, hal. 1
26

digunakan adalah jenis LCD SE2034. LCD ini merupakan modul LCD
dengan tampilan 20x4 baris, dengan konsumsi daya rendah, modul
tersebut dilengkapi dengan mikrokontroler yang didesain khusus untuk
mengendalikan LCD.

2.10. PWM (Pulse Widht Modulation)15


PWM merupakan pulsa yang mempunyai lebar pulsa
(duty cycle) yang dapat diubah – ubah. Pada gambar 2.17
merupakan proses pembuatan PWM yang terdiri dari
gelombang segitiga, tegangan referensi dan komparator.
Komparator merupakan piranti yang digunakan untuk
membandingkan dua buah sinyal input. Dua sinyal input yang
dibandingkan adalah gelombang segitiga dengan tegangan
referensi yaitu tegangan DC.

Gambar 2.17. Blok Diagram PWM16

Pada gambar 2.18 adalah hasil perbandingan gelombang segitiga


dengan tegangan DC yang menghasilkan gelombang kotak dengan lebar
pulsa yang dapat diatur. Pengaturan lebar pulsa dapat dilakukan dengan
cara mengubah-ubah nilai tegangan DC referensi.

15
Aulia Rizky Zulviana, “Battery Charger Dengan Konverter Boost”,
Proyek Akhir PENS 2015, Hlm 15
16
Ibid., hlm 16
27

Gambar 2.18. Gelombang Pulsa Output PWM17

Apabila menginginkan gelombang kotak yang mempunyai waktu


ON dan OFF berkebalikan maka diperlukan tegangan DC referensi yang
negatif. Untuk memperoleh tegangan DC negatif adalah dengan
memasukkan tegangan DC positif ke rangkaian pembalik (inverting).

2.11. Kontroller PI
Keberadaan kontroler dalam sebuah sistem kontrol mempunyai
kontribusi yang besar terhadap prilaku sistem. Pada prinsipnya hal itu
disebabkan oleh tidak dapat diubahnya komponen penyusun sistem
tersebut. Artinya karakteristik plant harus diterima sebagaimana
adanya, sehingga perubahan perilaku sistem hanya dapat dilakukan
melelui penambahan suatu sub sistem, yaitu kontroler. Salah satu tugas
komponen kontroler adalah mereduksi sinyal kesalahan, yaitu perbedaan
antara sinyal setting dan sinyal aktual. Hal ini sesuai dengan tujuan
sistem kontrol adalah mendapatkan sinyal aktual senantiasa atau yang
diinginkan sama dengan sinyal setting. Semakin cepat reaksi sistem
mengikuti sinyal aktual dan semakin kecil kesalahan yang terjadi,
semakin baiklah kinerja sistem kontrol yang diterapkan. Apabila
perbedaan antara nilai setting dengan nilai keluaran relatif besar, maka
kontroler yang baik seharusnya mampu mengamati perbedaan ini
untuk segera menghasilkan sinyal keluaran untuk mempengaruhi
plant. Dengan demikian sistem secara cepat mengubah keluaran plant
sampai diperoleh selisih antara setting dengan besaran yang diatur

17
Ibid.
28

sekecil mungkin. Performa sisistem yang baik merupakan tujuan


pengendalian kecepatan motor DC yang meliputi settling time, rise
time, maximum overshoot dan error steady state. Pendefinisian
kriteria performasi berdasarkan grafik respon dinamik sistem
diperhatikan. Gambar 2.19 merupakan kriteria performansi sistem.

Gambar 2.19. Kriteria performasi system

2.11.1. Kontroler Proporsional


Kontroler proporsional memiliki keluaran yang sebanding atau
proporsional dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran
yang diinginkan dengan harga aktualnya) . Secara lebih sederhana dapat
dikatakan bahwa keluaran kontroler proporsionalnya merupakan
perkalian antara konstanta proporsional dengan masukanya.
Perubahan pada sinyal masukan akan segera konstantanya
pengalinya, besaran aktual dengan besaran keluaran kontroler
proporsionalnya.Sinyal kesalahan (error) merupakan selisih antara
besaran setting dengan besaran aktualnya. Selisih ini akan
mempengaruhi kontroler, untuk mengeluarkan sinyal positif (memper-
cepat atau negatif (memperlambat tercapainya harga yang diinginkan).
29

Gambar 2.20 Diagram blok kontroler proporsional

Kontroler proporsional memiliki 2 parameter , pita


proporsional (proporsional band) dan konstanta proporsional
Gambar 2.20 menunjukan blok diagram yang proporsional.
Daerah kerja kontroler efektif dicerminkan oleh pita
proporsional, sedangkan konstanta proporsional menunjukan
nilai faktor penguatan terhadap sinyal kesalahan, Kp.
Hubungan antara pita proporsional (PB) dengan konstanta
proporsional (Kp) ditunjukan secara presentasi oleh persamaan
berikut:
PB = 1/Kpx 100%
Pada Gambar 2.21 menunjukan grafik hubungan antara PB,
keluaran kontroler dan kesalahan yang merupakan masukan
kontroler. Ketika konstanta proporsional bertambah semakin tinggi,
pita proporsional menunjukan penurunan yang semakin kecil,
sehingga lingkup kerja yang dikuatkan akan semakin sempit.

Gambar 2.21 Proportional band dari kontroler proporsional tergantung


pada penguatan
30

Ciri-ciri kontroler proporsional harus diperhatikan ketika kontroler


tersebut diterapkan pada suatu sistem. Secara eksperimen penggunaan
kontroler proporsional harus memperhatikan ketentuan-ketentukan
berikut:
1. Jika nilai Kp kecil, kontroler proporsional hanya mampu
melakukan koreksi kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan
respon sistemyang lambat.
2. Jika nilai Kp dinaikan, respons sistem menunjukan semakin cepat
mencapai keadaan proporsionalnya.
3. Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang
berlebihan, akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil atau respon
sistem akan berisolasi.

2.11.2. Kontroler Integral


Kontroler integral berfungsi menghasilkan respon
sistem yang memiliki kesalahan keadaan yang bagus yaitu nol.
Jika sebuah plant tidak memiliki unsur intergrator, kontroler
proporsional tidak akan mampu 0menjamin keluaran sistem
dengan kesalahan keadaan proporsionalnya adalah nol. Dengan
kontroler intergral, respon sistem dapat diperbaiki, yaitu
mempunyai kesalahan keadaan mantapnya nol. Kontrol
intergral memiliki karakteristik seperti halnya sebuah intergral.
Keluaran kontroler sangat dipengaruhi oleh perubahan yang
sebanding dengan nilai sinyal kesalahan. Keluaran kontroler ini
merupakan jumlah yang terus menerus dari perubahan
masukanya.
Sinyal keluaran kontroler integral merupakan luas
bidang yang dibentuk oleh kurva kesalahan penggerak. Sinyal
keluaran akan berharga sama dengan harga sebelumnya ketika
sinyal kesalahan berharga nol. Gambar 2.16 menunjukan
contoh sinyal kesalahan yang disulutkan ke dalam kontroler
intergral dan keluaran kontroler intergral terhadap perubahan
sinyal kesalahan tersebut.
31

Gambar 2.22 Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t dan kurva u(t)

terhadap t pembangkit kesalahan nol dan menunjukan blok


diagram antara besaran kesalahan dengan keluaran satucontroller
intergral.

Gambar 2. 23 Suatu blok diagram hubungan antara besaran kesalahan dengan kontroler
integral

Pengaruh perubahan konstanta integral terhadap keluaran intergral


ditunjukan oleh Gambar 2.23. Ketika sinyal kesalahan berlipat
ganda maka nilai laju perubahan keluaran kontroler berubah menjadi
dua kali dari semula. Jika nilai konstanta intergrator berubah menjadi
lebih besar,sinyal kesalahan yang relatif kecil dapat mengakibatkan laju
keluaran menjadi besar. Gambar 2.24 menunjukkan perubahan keluaran
sebagai penguatan dan kesalahan.
32

Gambar 2.24 Perubahan keluaran sebagai akibat penguatan dan kesalahan

Ketika digunakan, kontroler integral mempunyai beberapa


karakteristik berikut ini:
1. Keluaran kontroler membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga
controller integral cendrung memperlambat respons.
2. Ketika sinyal kesalahan berharga nol,keluaran kontroler akan
bertahan pada nilai sebelumnya.
3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan
menunjukan kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh
besarnya sinyal kesalahan dari nilai Ki.
4. Konstanta integral Ki yang berharga besarakan mempercepat
hilangnya overshoot. Tetapi semakin besar nilai konstanta Ki akan
mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal keluaran controller.

2.11.3. Kontroler PI
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing
kontroler proporsional (P) dan integral (I) dapat saling
menutupi dengan menggabungkan keduanya secara pararel
menjadi kontroler proporsional ditambah dengan intergral (PI).
Elemen-elemenkontroler PI masing-masing secara keseluruhan
bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem,
menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan awal
33

yang besar. Gambar 2.25 menunjukan blok diagram kontroler


PI.

Gambar 2. 25 Blok diagram kontroler PI analog

Untuk merancang sistem kontrol PI, kebanyakan


dilakukan dengan metoda cobacoba atau (trial & error). Hal ini
disebabkan karena parameter Kp dan Ki tidak independent.
Untuk mendapatkan aksi kontrol yang baik diperlukan langkah
coba-coba dengan kombinasi antara P dan I sampai ditemukan
nilai Kp dan Ki seperti yang diiginkan. Berikut adalah tabel 2.1
yang mununjukkan tanggapan atau respon terhadap perubahan
parameter:
Tabel 2. 1 Tanggapan sistem kontrol PI terhadap perubahan
parameter.

W
Ke
a
sala
k
han
t Wa
Tanggapan
u Overshoot ktu Ke
Loop
Tertutup ada
N Turun
an
a
Tun
i
ak
k
34

Proporsiona Perubahan
Menurun Meningkat Menurun
l (Kp) kecil

Integral (Ki) Menurun Meningkat Meningkat Hilang

Gabungan aksi kontrol proporsional dan aksi kontrol integral


membentuk aksi kontrol proporsional plus integral (controller PI).
Gabungan aksi ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan
masing-masing penyusunnya. Keunggulan utamanya adalah
diperolehnya keuntungan dari masing-masing aksi kontrol dan
kekurangan aksi kontrol yang satu dapat diatasi. Dengan kata lain
elemen-elemen controller P dan I secara keseluruhan bertujuan untuk
mempercepat reaksi sebuah sistem dan menghilangkan offset. Dalam
waktu kontinyu, sinyal keluaran pengendali PI dapat dirumuskan
dengan persamaan (2.3) sebagai berikut.

( )
t
1
C o=K p e(t) + ∫ e dt ............................................................(2.3)
T 1 0 (t)

Keterangan:
Co = sinyal keluaran pengendali PI.
Kp = konstanta proporsional.
Ti = waktu integral.
Ki = konstanta integral.
e(s) = sinyal kesalahan.
e(t) = referensi – keluaran plant.

Penalaan pada pengontrol PI adalah penentuan besaran penguatan-


penguatan P dan I sehingga diperoleh karakteristik sistem yang baik.
Ada beberapa cara penalaan kontroler PI diantaranya yaitu metode relay
feedback Ziegler-Nichols, manual (hand-tuning/trial-error), metode
analitik dengan optimasi, penempatan pole (pole placement), atau
swatala (auto tuning).

2.12. Semikonduktor Daya


35

Semikonduktor daya merupakan komponen switching yang


digunakan pada konverter maupun inverter. Dari berbagai jenis
semikonduktor Transistor ,MOSFET dan IGBT merupakan jenis
semikonduktor daya

2.12.1. MOSFET

MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect


Transistor), merupakan komponen yang dikontrol oleh
tegangan dan memerlukan arus yang kecil (daya rendah).
MOSFET memliki kecepatan switching yang sangat tinggi dan
waktu switching dengan orde nano detik. MOSFET mempunyai
input impedansi yang sangat tinggi.MOSFET banyak
digunakan pada pensaklaran konverter dengan frekuensi tinggi
dan daya rendah.

Gambar 2. 5 Bentuk Mosfet

Gambar 2.8 diatas merupakan bentuk fisik dari


MOSFET . Fungsinya adalah untuk menaikkan tegangan atau
menurunkan tegangan. MOSFET memiliki tiga kaki juga
yaitu :
a. GATE (G) adalah kaki input.
b. DRAIN (D) adalah kaki output.
c. SOURCE (S) adalah kaki sumber.
MOSFET memiliki dua tipe, yaitu:
1. MOSFET tipe deplesi.
MOSFET tipe deplesi kanal-n dibentuk dari substrat tipe-
p, dengan dua silikon yang diberi suntikan n+ agar memiliki
hubungan resistansi yang rendah. Kaki input (Gate) diisolasi
dari kanal dengan lapisan oksida tipis. Substrat dihubungkan
dengan kaki sumber dan kaki input (V GS). Jika VGS bernilai
36

negatif, banyak elektron pada daerah kanal n akan berpindah


dan daerah deplesi akan terbentuk pada bagian bawah lapisan
oksida yang menghasilkan kanal yang lebih efektis dan
resistansi tinggi dari drain (D) ke sumber (S) RDS. Jika VGS
bernilai sangat negatif, maka R DS akan semakin besar dan tidak
ada arus yang mengalir dari drain ke sumber, IDS = 0.
Jika VGS bernilai positif maka kanal akan menjadi lebih
lebar dan IDS akan meningkat akibat reduksi dari RDS. Gambar
2.9 dibawah merupakan sistem kerja dari MOSFET tipe
deplesi.

Gambar 2. 6 MOSFET tipe deplesi

2. MOSFET tipe enchancement.


MOSFET tipe enchancement tidak memiliki kanal-n. Jika
VGS bernilai positif, suatu tegangan induksi akan menarik
elektron dari substrat-p dan mengumpulkannya pada
permukaan dibawah lapisan oksida. Jika VGS lebih besar dari VT
(tegangan treshold), jumlah elektron yang terkumpul akan
cukup untuk membentuk kanal-n virtual dan arus mengalir dari
drain ke sumber. Polaritas dari I DS, VDS, dan VGS akan terbalik.
37

Seperti terlihat pada gambar 2.10 dibawah ini merupakan


MOSFET tipe enchament.

Gambar 2. 7 MOSFET tipe enchament

2.12.2 Karakteristik MOSFET


MOSFET sebagai saklar elektronik, memungkinkan
untuk menghubungkannya dengan semua jenis gerbang logika.
Dengan menjadikan MOSFET sebagai saklar, maka dapat
digunakan untuk mengendalikan beban dengan arus yang tinggi
dan biaya yang lebih murah daripada menggunakan transistor
bipolar. Untuk membuat MOSFET sebgai saklar maka hanya
menggunakan MOSFET pada kondisi saturasi (ON) dan
kondisi cut-off (OFF). Seperti yang terlihat pada Gambar 2.11
dan Gambar 2.12 yang merupakan perbandingan karakteristik
MOSFET tipe deplesi dan echanment
38

Gambar 2. 8 Karakteristik MOSFET tipe deplesi (a)

Gambar 2. 9 Karakteristik MOSFET tipe enchancement (b)

MOSFET merupakan komponen yang dikendalikan


oleh tegangan dan memiliki impedansi masukan yang sangat
tinggi. Kaki gate (G) akan mengalirkan arus bocor yang sangat
kecil yaitu pada orde nano ampere. Sedangkan perbandingan
antara arus drain ID terhadap arus masukan gate IG biasanya
berada pada orde 109. Trasnkonduktansi yaitu perbandingan
antara arus drain terhadap tegangan gate merupakan definisi
karakteristik transfer merupakan salah satu parameter penting.
Terdapat tiga daerah operasi, yaitu:
1. Daerah cut-off, dimana VGS ≤ VT ;
2. Daerah pinch-off / saturasi, dimana VDS ≥ (VGS - VT) ;
3. Daerah linier, dimana VDS ≤ (VGS - VT)
39

Gambar 2. 10 Karakteristik keluaran MOSFET tipe enchancement

Gambar 2.13 diatas menujukkan daerah linier arus


drain (ID) akan bervariasi secara proposional terhadap VDS.
karena arus drain yang tinggi dan tegangan drain yang rendah ,
pada proses pensaklaran MOSFET daya dioperasikan pada
daerah linier. Pada daerah saturasi arus drain akan tetap konstan
untuk setiap peningkatan VDS.
Pada daerah cut-off MOSFET tidak mendapatkan
tegangan input (Vin=0) sehingga tidak ada arus drain (Id) yang
mengalir. Kondisi ini akan membuat tegangan Vds = Vdd.
Dengan beberapa kondisi maka pada daerah cut-off ini
MOSFET dikatakan OFF (fully-off). Kondisi cut-off dapat
diperoleh dengan menghubungkan jalur input (gate) ke ground
sehingga tidak ada tegangan input yang masuk ke rangkaian
saklar MOSFET.
Pada daerah saturasi MOSFET mendapatkan bias
input (Vgs) secara maksimum sehingga arus drain pada
MOSFET juga akan maksimum dan membuat tegangan Vds =
0V. Pada kondisi saturasa ini MOSFET dapat dikatakan dalam
kondisi ON secara penuh (fully-on).
Kondisi saturasi MOSFET dapat diperoleh dengan
memberikan tegangan input gate yang lebih tinggi dari
40

tegangan tresholdnya dengan cara menghubungkan terminal


input ke Vdd sehingga MOSFET menjadi saturasi dan dapat
dianalogikan sebagai saklar pada kondisi tertutup.

Halaman ini sengaja dikosongkan


BAB III
PEMBUATAN DAN PERENCANAAN ALAT

Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah-langkah perancangan


proyek akhir yang meliputi perancangan perangkat keras dan perangkat
lunak secara keseluruhan, yang meliputi pokok bahasan utama proyek
akhir.

3.1. Perancangan Sistem


Untuk pembuatan sistem dari “Rancang bangun
Pemanfaatan Solar Cell sebagai Sumber Energi Listrik untuk
Alat Penggiling Daging”, maka perancangan hardware dari
sistem tersebut seperti blok diagram pada Gambar 3.1 berikut
ini.

Gambar 3.1 Blok diagram dari sistem

Berdasarkan blok diagram pada Gambar 3.1, maka dapat


diketahui cara kerja dari sistem tersebut yaitu solar cell 300 WP
dihasilkan oleh 3 buah solar cell dengan kapasitas masing-
masing sebesar 100 WP dengan tegangan 10 - 20 VDC yang
39
40

akan dipasang secara paralel. Kemudian dari tegangan keluaran


solar cell dinaikkan tegangan dengan boost converter sehingga
kecepatan menjadi 2200 rpm konstan, dengan cara pada
keluaran boost converter ini diberi sensor kecepatan yang akan
dibaca pada mikrokontroller sehingga dapat diatur duty cycle
mosfet yang akan mengatur tegangan keluaran dari boost
converter ini. Setelah didapatkan kecepatan yang konstan
sebesar 2200 rpm. Kecepatan tersebut digunakan untuk proses
penggilingan daging.

3.2. Perencanaan Hardware


Dari gambar diatas, perencanaan pembuatan perangat
keras proyek akhir meliputi :
a. Perencanaan Solar Panel
b. Perencanaan Boost Converter
c. Perencanaan I/O Mikrokontroler ATMega16
d. Perencanaan Modul Sensor Tegangan
e. Perencanaan dan pembuatan Rotary Encoder
f. Perencanaan Kontrol PI

3.2.1 Perencanaan Solar Panel


Beban yang digunakan dalam proyek akhir ini adalah
penggiling daging 300 Watt, dengan asumsi waktu
pemakaiannya (kerja) tidak menentu sesuai dengan batasan
masalah. Untuk memenuhi kebutuhan beban, maka dibutuhkan
perancanaan solar panel yang tepat agar mampu mensuplai
beban dengan tepat.
Solar panel yang digunakan adalah solar panel 300 WP
dengan spesifikasi sebagai berikut :

Tabel 3.1 Spesifikasi Solar Panel

NAME
SYM
ELECTRICAL DATA PLATE
BOL
VALUE
XHGD-
Series
100W
Cell Tandem
41

architectur
e of
amorphous
and
microcryst
alline
silicon
Maximum Power Pmax 100 W
Tolerance of Pmax ±3%
Open-circuit voltage Voc 21,6 V
Short-circuit current Isc 6,02 A
Voltage at maximum Vpma
17,8 V
power x
Current at maximum
Ipmax 5,55 A
power
Module efficiency Η 9,6 %
Temperature coefficient +0,3% /
Β
– Open circuit voltage °C
Temperature coefficient +0,07% /
Α
– Short circuit Current °C
Temperature coefficient +0,24% /
Γ
– Power °C
Maximum System
1000 VDC
Voltage
Maximum Mechanical
2400 Pa
Load
Series Fuse Rating 5A
Operating Temperature + 40°C to
(Cell) +90°C
1636 ×
Dimensions 986 ×
35mm

Dengan mengetahui beban total serta lama penggunaan


beban, maka kebutuhan daya solar panel yang dibutuhkan dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan:

EL
P pv = × Sf
ηV ×η R × PSH
Dimana :
42

PL = Penggunaan daya beban (150 W)


PSH = Peak Sun Hours ( 1 kWh/m2 per- hari)
ηV = Efisiensi Battery charge regulator (1)
ηR = Efisiensi boost converter 60%
Sf = Sf (the safety factor, for compensation of resistive
and PV-cell temperature losses = 1.15).
Maka didapatkan :

150
P pv = ×1,15=287,5 ℘
1× 0,6 ×1

Karena solar panel yang digunakan adalah XHGD-100W,


maka banyak panel surya yang dibutuhkan adalah : 287,5/100 =
2,875 ≈ 3 buah solar panel dipasang paralel.

3.2.2 Perencanaan Boost Converter


Rangkaian boost converter pada sistem proyek ini
memiliki fungsi sebagai kontroler suplai tegangan dari panel
surya ke beban penggiling daging. Besarnya suplai tegangan
yang diberikan ke beban (penggiling daging) memiliki
pengaruh pada kecepatan yang dihasilkan oleh beban itu
sendiri. Pada proyek akhir ini, boost converter menaikkan
tegangan keluaran panel surya 10 Vdc ke 30 Vdc untuk
menyuplai beban penggiling daging 150 Watt. Dengan
parameter tersebut, maka boost converter harus di desain sesuai
dengan kondisi yang ada, terutama desain induktor dan
kapasitor.
Berikut ini adalah perencanaan boost converter yang
digunakan pada proyek akhir ini :
Nilai Parameter
V ¿ =10 VdcV out =30Vdc R=15 Ωf =40 kHz

1. Duty cycle

D=1− ( )
V s( min )
Vo
43

10
¿ 1−
30
¿ 0.667

2. Menghitung nilai R:
Vo
R=
Io
30
¿
5
¿6Ω

3. Periode :
1
Ts=
fs
1
¿>
40 k
¿ 25 µs

4. Menghitung nilai IL(avg) :


Vs
I L (avg )=
( 1−D )2 R
10
¿
(1−0.67 )2 6
¿ 15,304 A

5. Menghitung nilai ∆ I L :
r iL =20 %
∆ I L =0.2 × I L (avg )
44

¿ 0.2 ×15,304
¿ 3,060 A

6. Nilai arus maksimum:


∆ IL
I maks=I L (avg )+
2
3,060
¿ 15,304+
2
¿ 16,834 A

7. Nilai arus I L (rms ) :

√ ( )
2
∆ iL
2 2
I L (rms )= ( I L (avg ) ) +
√3

√ ( )
2
3,060
2
I L (rms )= ( 15,304 )2 +
√3
¿ 15,345 A

8. Nilai capasitor :
r Vo=0,1%
∆ V o=0,1 % ×V 0
¿ 0,1 % ×30
¿ 0.03 V
V ×D
∆ V o= o
RCf
V ×D
C= o
Rf ∆ V o
45

30 ×0.67
¿
6 ×40 k × 0.03
¿ 2,791uF ≈ 4.700uF

9. Nilai inductor :

L=() 1
f ( )( )
× [ V o +0,7−V ¿ ] ×
V s (min )
V o +0,7
×
1
∆ IL

L=( ) × [ 30+ 0,7−10 ] × ( ) ×(


3,060 )
1 10 1
40 k 30+ 0,7
¿ 54,483 μH

Jika kawat displit sebanyak 19 kali, maka:


IL(rms) 15,330
AWG= = = 0,806
split 19
Determine wire size (awg size) :
J = 4,5 A/mm2
AWG 0,806
qw= = =0,179
J 4.5
Penentuan Nilai Lilitan Induktor Bmax = 0,25 Tesla (Ferrit Core PQ
3535)
Ac = 1,96 cm
L× Imax 4 54,483 ×16,834 4
N= x 10 = x 10
Bmax × Ac 0,25 ×1,96
N=18,85 ≈ 19 lilitan

dw=
√ 4
π
qw=

4 × 0.179
3.14
=0.45 mm
Length of Wire Panjang kawat yang dibutuhkan :
N=19 lilitan
Misalkan p = N x K bobbin x split
p = 19 x 6,15 x 19
46

p = 2220,15 cm
panjang kawat = p + 40% x p
= 2220,15 + ( 40% x 2220,15)
= 3108,21 cm
= 3108,21 meter = 32 meter

Hasil perhitungan diatas kemudian disimulasikan


menggunakan software PSIM. Gambar 3.2 menunjukkan
rangkaian boost converter dengan input solar panel 3 buah,
dengan beban R senilai 15 Ω. Besar nilai masukan adalah 10
Volt, tegangan tersebut masuk kedalam rangkaian boost
converter sehingga tegangan naik menjadi 30 Volt dengan
besar duty cycle sebesar 0.667. Gambar 3.3 menunjukkan
gelombang output boost converter.

Gambar 3.2 Rangkaian Simulasi Boost Converter


47

Gambar 3.3 Gelombang Output Simulasi Boost Converter

3.2.3 Perencanaan I/O Mikrokontroler ATMega16


Mikrokontroler ATMega16 memiliki 4 buah port 8 bit,
yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D. Masing – masing pin
pada tiap port digunakan untuk sebuah fungsi spesifik untuk
menunjang kerja sistem sehingga perlu diatur perencanaan
input output-nya (I/O). Tabel 3.2 menunjukkan perencanaan
input output mikrokontroler ATMega16 pada sistem.

Tabel 3.2 I/O Mikrokontroler


PORT I/O Keterangan
PORTA.0 Input ADC Sensor Tegangan
PORTB Output LCD
PORTD.2 Input ADC Sensor Kecepatan
PORTD.5 Output PWM

3.2.4 Sensor Tegangan


Sensor tegangan yang digunakan pada proyek akhir ini
menggunakan rangkaian pembagi tegangan. Sensor tegangan
ini berfungsi untuk mengukur tegangan yang keluar dari boost
converter. Gambar 3.4 merupakan gambar rangkaian sensor
tegangan.
48

Gambar 3.4 Rangkaian Sensor Tegangan

Desain rangkaian pembagi tegangan menggunakan


tegangan masukan 30 Vdc, dan tegangan keluaran yang di
inginkan adalah 5 V. Nilai tahanan R1 dibuat tetap, yaitu 560
KΩ. Sehingga, perhitungan rangkaian pembagi tegangan adalah
sebagai berikut.

R2 R2
V out = ×V ¿ 5= × 30
R 1+ R 2 560 k + R 2

2800 k
2800 k +5 R 2=30 R 2 R 2= R 2=5,6 kΩ
25

3.2.5 Perencanaan dan pembuatan Rotary Encoder


Dalam pembuatan Rotary Encoder digunakan piringan
dengan radian 360 derajat dan memiliki 20 lubang pada
kelilingnya dengan sudut antara dua lubang yang berdampingan
o
terhadap titik tengahnya adalah 22,5 , semakin banyak lubang
maka sensor akan lebih presisi dalam pembacaan nilai
kecepatan. Rangkaian sensor pembacaan putaran menggunakan
optocoupler tipe celah sebagai sensor pembaca perubahan
posisi lubang piringan.Gambar 3.5 merupakan bentuk
perancangan piringan sensor kecepatan
49

Gambar 3.5. Perancangan Piringan Sensor Kecepatan

Gambar 3.6 adalah tampilan dari sensor kecepatan yang


menggunakan phototransistor sebagai sensor dan led sebagai
pemberi sinyal.

Gambar 3.6. Sensor Kecepatan

Prinsip kerja dari sensor ialah akan bernilai logika 1


jika phototransistor terhalangi atau tidak mendapatkan
sinyal dari led, dan akan bernilai logika 0 jika
phototransistor mendapat sinyal dari led. Persamaan dasar
dari sensor kecepatan ini dapat dilihat dibawah ini.
count x 60
Rpm =
n
Dimana : pulse = sinyal yang terbaca(0atau1)
n = banyaknya lubang piringan
rpm = kecepatan yang akan dibaca
50

3.6. Perencanaan Kontrol PI


Pada proyek akhir ini digunakan kontrol PI untuk
menjaga konstan kecepatan motor pada setpoint tertentu,
dengan mengubah–ubah nilai duty cycle diusahakan kecepatan
pada putaran motor penggiling daging tetap terjaga konstan
sesuai dengan setpoint yang ditentukan meski terdapat
gangguan daging, umpan balik yang digunakan berupa sensor
kecepatan. Untuk blok diagram dari PI kontroller dapat
ditunjukkan oleh Gambar 3.17 di bawah ini:

Mengacu pada blok diagram dari kontrol PI, maka


akan dilakukan perhitungan secara matematis berikut ini :

C ( S) K
G2 = = (plant)
K (S ) τs+1
(3.12)

G1 = Kp
[ τis+ 1
τis ] (PI controller)

(3.13)

Persamaan OLTF (open loop transfer function)

C ( S) K
=
K (S ) τs+1

Persamaan CLTF (close loop transfer function)


51

( τis +1 ) 1
Kpk .
C( S) τis (τs +1)
=
R( S) ( τis+1 ) 1
1+ Kpk .
τis (τs+1)
(3.14)

τi=τ

Kpk
1
C( S) τis
= = τis
R( S) Kpk +1
1+ 1+ Kpk
τis

C( S) 1
=
R( S) τi
s+1
Kpk

C( S) 1
=
R( S) τ∗s+ 1

τ
Kp=
τ∗k

Kp
Ki =
τi

Media untuk mengelola kontrol PI ialah menggunakan


Atmega 16 dengan software Code Vision AVR, untuk mencari
nilai parameter Kp, dan Ki, maka menggunakan Metode
Analitik yang dibandingkan hasil dari perhitungan. Gambar
3.18 merupakan respon sistem open loop.
52

Dari respon sistem open loop maka untuk


memperhitungkan nilai parameter Kp, dan Ki, dengan metode
Analitik, dapat diketahui bahwa sistem memiliki orde 1.
Parameter yang diketahui dari respon sistem sebagai berikut.
Diketahui :
ts = 0,01381 s
Kecepatan steady = 2750 rpm => yss = 30 V
Set point kecepatan = 2200 rpm => xss = 24 V

1. Metode Analitik
yss 30
o k= = = 1.25
xss 24
o Time Konstan (τ)
1 1
τ= ts= x 0,01381 = 0,002762 s
5 5
k 1.215
o OLTF = =
τs+1 10.8 s+1
o CLTF
ts*=5τ*
ts*=1/n* x ts
ts*=1/1,25 x 0,01381
ts*=0,05524 s
0,05524
sehingga τ*= =0,011048 s
5
53

1,4083 1,4083
maka CLTF = =
τ∗s+ 1 5,2 s+1
τ 0,01381
kp = = =1
kτ∗¿ ¿ 0,011048 x 1,25
kp 1
ki = = = 7,2411
τ 0,01381
3.3 Perencanaan Software
Software atau perangkat lunak dalam suatu sistem disusun
untuk mendukung hardware atau perangkat keras pada sistem
agar sistem dapat terintegrasi dan bekerja dengan baik. Dalam
proyek akhir ini, perencanaan software meliputi :
 Perencanaan program sensor tegangan
 Perencanaan program sensor kecepatan
 Perencanaan program PWM
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.

3.3.1. Perencanaan Program Sensor Tegangan


Perencanaan program ini yaitu mengkonversi tegangan
analog dari sensor tegangan menjadi digital dengan fasilitas
ADC mikrokontroler dengan resolusi 10 bit yang kemudian
ditampilkan ke LCD menjadi data sebenarnya. Untuk
menggunakan ADC, maka perlu mengaktifkan PORTA pada
mikrokontroler ATMega16.
Nilai tegangan yang dikehendaki adalah antara 10 V - 30
V. Untuk mengkonversi data ADC dari sensor tegangan
menjadi data tegangan sebenarnya dengan program berikut :
totalV=0;
for(b=0;b<1000;b++)
{
54

hasil_tegangan=(float)read_adc(0); baca_tegangan=(float)
((hasil_tegangan*5/1023)*(5600+560000))/5600;
//560000 adalah nilai R1
//5600 adalah nilai R2
totalV = (float)totalV + baca_tegangan;
}
nilaiV=totalV/1000;

3.3.2. Perencanaan Program Sensor Kecepatan


Modul sensor kecepatan MH sensor series memiliki 4
terminal masing-masing yaitu vcc, gnd, DO, A0. Untuk DO
papan kecil output interface digital saklar yang akan terhubung
ke mikrokontroller.
program yang digunakan untuk mengatur sensor suhu
ini adalah sebagai berikut.

waktu++;
if(waktu==100)
{
rpm= (float) (lubang*60.0)/20;
waktu=0;
lubang=0;

3.3.3. Perencanaan Program PWM


Pada proyek akhir ini, Pulse Widht Modulation (PWM)
digunakan sebagai penyulutan sudut penyalaan dari mosfet
untuk mengatur duty cycle yang diinginkan dan frekuensi
switching yang sesuai. Pengaturan duty cycle dibangkitkan dari
mikrokontroler ATMega16 melalui fasilitas timer 1 karena
pada timer 1 sampling-nya lebih banyak dibandingkan timer 0.
Output duty cycle terdapat pada PORTD.4 (OC1B) dan
PORTD.5 (OC1A). Dalam memprogram PWM, yang perlu
diperhatikan adalah nilai kristal yang ada di modul ATMega16.
Kristal yang dipakai pada ATMega 16 ini menggunakan 16M.
Kristal ini sangat berpengaruh sekali terhadap nilai frekuensi
switching dan duty cycle yang dibangkitkan, frekuensi yang
dibangkitkan pada proyek akhir ini adalah 40Khz.
55

Pada proyek akhir ini, mode yang digunakan untuk


membangkitkan sinyal PWM adalah phase correct PWM
dengan nilai TOP yang dihitung dengan rumus berikut :

f clk 16000000
¿ P= TOP= TOP=200
2 N × f switching 2 ×1 × 40000
Nilai heksa dari 200 adalah C8, sehingga berikut adalah
programnya :
TCCR1A=0xA0;
TCCR1B=0x11;
TCNT1H=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0xC8;

Setelah mendapatkan nilai TOP, kemudian menghitung nilai OCR


dengan rumus berikut :
Misal nilai duty cycle yang dikehendaki adalah 50%
D 50
OCR=TOP OCR=200 OCR=100
100 100
Pada proyek akhir ini, nilai duty cycle berubah-ubah sesuai dengan
keluaran hasil kontrol dari sistem. Berikut adalah program untuk
mengatur duty cycle.
adc_teg1=read_adc(0);
t1++;
dt1[t1]=adc_teg1;
nt1=nt1+dt1[t1];
qq=(((tt1*5.0/1023)*335600)/5600*0.9623);
sp_t1=80.0;
if(qq<=sp_t1)
{
PWM_1=PWM_1+1;
}
if(qq>sp_t1)
{
PWM_1=PWM_1-1;
56

}
if(qq==sp_t1)
{
PWM_1=PWM_1;
}
OCR1A=PWM_1;
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA

Pada bab ini akan dilakukan pengujian sesuai dengan


perencanaan yang telah dilakukan pada bab III. Pengujian
dilakukan persub bagian, dan belum diintegrasi. Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa rangkaian yang
telah dibuat dapat bekerja sesuai dengan perencanaan yang
pernah dilakukan serta digunakan untuk mengetahui kelemahan
atau kekurangan dari rangkaian tersebut. Tahap integrasi
bertujuan untuk mengetahui apakah hasil pengujian untuk
keseluruhan dari rangkaian tersebut sesuai dengan perencanaan
atau tidak. Berdasarkan pengujian yang dilakukan maka akan
diperoleh hasil data sebagai bukti bahwa perangkat keras
tersebut dapat bekerja. Hasil data yang diperoleh kemudian
dianalisa sebagai bahan untuk menarik kesimpulan
Pengujian per bagian tersebut dilakukan dengan rincian
bagian – bagian sebagai berikut :
1. Pengujian Sinyal PWM
2. Pengujian Boost converter
3. Pengujian Induktor
4. Pengujian Sensor Tegangan
5. Pengujian Sensor Kecepatan
6. Pengujian Solar panel

Peralatan yang digunakan dalam melakukan pengujian tersebut


diantaranya :
1. Osiloskop
2. Power Supply DC
3. Volt meter DC
4. Ampere meter DC
5. AVO meter
6. Tachometer

55
56

Setelah pengujiam per bagian maka dilakukan pengujian integrasi.


Pengujian integrasi dilakukan dengan menghubungkan semua bagian-
bagian yang telah diuji per bagian menjadi suatu sistem.

4.1 PENGUJIAN PARSIAL


4.1.1 Pengujian Sinyal PWM
Pengujian PWM ini bertujuan untuk mengetahui apakah
sinyal yang akan digunakan sebagai input rangkaian totempole
untuk men-drive switching mosfet dapat menghasilkan
frekuensi yang sesuai. Pada proyek akhir ini, sinyal PWM
dibangkitkan dengan mikrokontroler melalui Timer 1 dengan
mode “Ph. & fr. cor. PWM top=ICR1” dimana dihitung dulu
nilai TOP untuk menetapkan frekuensi switching yang telah
didesain sebagai sudut penyulutan gate mosfet pada rangkaian
boost converter yang telah direncanakan sebelumnya.
Nilai frekuensi switching yang digunakan untuk men-drive
mosfet adalah 40 kHz. Gambar 4.1 menunjukkan gelombang
PWM yang ditampilkan pada osiloskop hasil pembangkitan
mikrokontroler. Untuk membuktikan apakah nilai frekuensinya
sesuai atau tidak adalah dengan melihat nilai V/div dan
Time/div, tampilan pada layar osiloskop menunjukkan nilai
V/div 2 V dan nilai Time/div 5 us. Dai dua nilai tersebut, dapat
dihitung nilai frekuensi dari sinyal PWM hasil pembangkitan
mikrokontroler.

T
T = ÷¿ T =5 u ×5T =25 u
¿
Kita dapat nilai periodenya adalah 25us, maka,
1 1
f= f= f =40 kHz
T 25 u
57

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Sinyal PWM

4.1.2 Pengujian Boost Converter


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
tegangan output dari boost converter sesuai dengan
perencanaan. Tegangan input maksimum dari boost converter
adalah 20 Vdc dan tegangan outputnya bervariasi tergantung
dari setting duty cycle. Proses pengujian ini dilakukan
menggunakan peralatan DC Power Supply 120 Volt 50 A,
Voltmeter DC dan Amperemeter DC yang dihubungkan dengan
beban motor DC 60W. Gambar 4.2 adalah rangkaian pengujian
boost converter yang digunakan pada proyek akhir ini.

Gambar 4.2 Boost converter

Pada Tabel 4.1 hingga Tabel 4.6 dapat dilihat hasil


pengujian dari boost converter dengan variabel kontrol
tegangan input dan duty cycle.
58

Tabel 4.1 Data Pengujian Boost converter Vin 10 Volt


D Iin Vout Iout Pin Pout efisiensi Error
(%) (A) (V) (A) (Watt (Wat) (%) (%)
)
30 0,187 12,02 0,14 1,87 1,682 89,94 15,82
35 0,2 13,02 0,14 2 1,822 91,1 21,87
40 0,242 15,06 0,15 2,42 2,26 93,38 9.6
45 0,269 16,40 0,15 2,69 2,46 91,44 17,27
50 0,336 19,28 0,17 3,36 3,277 97,52 3.6

Tabel 4.2 Data Pengujian Boost converter Vin 11 Volt


D Iin Vout Iout Pin Pout efisiensi Error
(%) (A) (V) (A) (Watt (Wat) (%) (%)
)
25 0,15 11,41 0,14 1,65 1,6 96,96 22,52
30 0,19 13,3 0,14 2,09 1,862 89,09 14,86
35 0,22 14,89 0,15 2,42 2,233 92,27 12,01
40 0,26 17,11 0,16 2,86 2,737 95,69 6,65
45 0,28 18,87 0,16 3,08 3,019 98,01 5,65

Tabel 4.3 Data Pengujian Boost converter Vin 12 Volt


D Iin Vout Iout Pin Pout efisiensi Error
(%) (A) (V) (A) (Watt (Wat) (%) (%)
)
25 0,16 12,5 0,14 1,92 1,75 91,14 21,87
30 0,197 14,57 0,15 2,364 2,18 92,21 14,99
35 0,23 16,67 0,15 2,76 2,5 90,57 9,7
40 0,282 19,44 0,15 3,384 2,916 86,17 2,8
45 0,334 22,10 0,16 4,008 3,536 88,22 13,29

Tabel 4.4 Data Pengujian Boost converter Vin 13 Volt


D Iin Vout Iout Pin Pout efisiensi Error
(%) (A) (V) (A) (Watt (Wat) (%) (%)
)
59

25 0,16 13,26 0,15 2,08 1,98 95,19 23,50


30 0,193 15,42 0,16 2,509 2,46 98,04 16,97
35 0,229 17,64 0,17 2,977 2,99 100,43 9,7
40 0,28 20,82 0,17 3,64 3,539 97,22 3,9
45 0,337 24 0,17 4,381 4,08 93,12 1,53

Tabel 4.5 Pengujian Boost converter Vin 14 Volt


D Iin Vout Iout Pin Pout efisiensi Error
(%) (A) (V) (A) (Watt (Wat) (%) (%)
)
25 0,16 14,35 0,15 2,24 2,15 96,53 23,13
30 0,19 16,69 0,15 2,66 2,5 95,07 16,55
35 0,23 19,62 0,16 3,22 3,13 97,20 8,87
40 0,29 22,72 0,17 4,06 3,86 93,98 2,62
45 0,35 26,32 0,18 4,9 4,73 95,98 3,41

Tabel 4.6 Data Pengujian Boost converter Vin 15 Volt


D Iin Vout Iout Pin Pout efisiensi Error
(%) (A) (V) (A) (Watt (Wat) (%) (%)
)
25 0,16 15,41 0,15 2,4 2,311 96,29 23,13
30 0,19 17,95 0,15 2,85 2,692 94,45 16,55
35 0,24 21,28 0,16 3,6 3,404 94,55 8,87
40 0,29 24,81 0,17 4,35 4,217 96,94 2,62
45 0,36 28,94 0,17 5,4 5,209 96,46 3,41

Dari tabel pengujian boost converter diatas, kita bisa


melihat bahwa efisiensi rata – rata dari boost converter adalah
90%. Pada pengujian data terdapat pada Tabel 4.4 dimana pada
data tabel, nilai efisiensi dari boost converter melebihi 100%.
Ini terjadi karena adanya kesalahan pembacaan alat ukur,
sehingga data yang dimasukkan kurang tepat dan menyebabkan
hasil perhitungan efisiensi tidak sesuai.
60

4.1.3 Pengujian Induktor


Induktor adalah salah satu komponen utama dari boost
converter. Induktor dibuat dari PQ 3535 yang di beri lilitan
dengan jumlah tertentu. Sesuai dengan perhitungan induktor
pada bab sebelumnya, nilai induktor yang dibutuhkan untuk
boost converter 54,483 μ H . Pengujian dilakukan
menggunakan alat LCR meter. Dalam proses pengujian
induktor, selain memperhatikan nilai induktor, kita juga harus
memperhatikan nilai Q (kualitas) dari induktor. Karena nilai Q
berpengaruh pada kualitas pada induktor.

Gambar 4.3 Pengujian Induktor

4.1.4 Pengujian Sensor Tegangan


Sensor tegangan dibuat dengan menggunakan prinsip
pembagi tegangan. Output tegangan dari boost converter
dilewatkan rangkaian pembagi tegangan agar didapat tegangan
(maksimum 5 Vdc) yang digunakan sebagai referensi
pembacaan ADC oleh mikrokontroller. Gambar 4.4 adalah
rangkaian sensor tegangan yang digunakan pada proyek akhir.

.
61

Gambar 4.4 Rangkaian Sensor Tegangan

Proses pengujian dilakukan dengan memasang sensor


tegangan secara paralel pada sisi output rangkaian boost
converter, kemudian pin output positif (+) dihubungkan ke
ADC mikrokontroler di PORTD.5 dan pin output negatif (-)
dihubungkan ke ground mikrokontroler. Hasil pembacaan ADC
dan nilai tegangan output ditampilkan pada LCD kemudian
dibandingkan dengan nilai tegangan output hasil pembacaan
melalui alat ukur.
Tabel menunjukkan hasil pengukuran dari sensor
tegangan. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa
tegangan output hasil pengukuran sensor tegangan melalui alat
ukur dan hasil pembacaan ADC memiliki rata – rata error tidak
terlalu besar, yaitu kurang dari 1%.

Tabel 4.7 Data Pengujian Sensor Tegangan


No Vin A VPengukuran(V) Error
(V) D (%)
C
4 1 3,97 0,6
3 6
5
8 2 7,96 0,5
7
2
12 4 11,9 0,58
0 3
8
16 5 15,9 0,43
4 3
5
20 6 19,9 0,45
8 1
2
24 8 23,9 0,41
2
0
28 9 7,87 0,46
5
7
30 1 9,86 0,46
62

0
2
2

4.1.5 Pengujian Sensor Kecepatan


Pengujian sensor kecepatan menggunakan beban berupa
motor
DC 30 Volt. Motor DC di berikan sumber supply dari power
supply
dengan mengatur tegangan dari 3 Volt sampai 26 Volt agar
kecepatan berubah.tegangan mempengaruhi kecepatan dari
motor
DC. Semakin besar tegangan maka kecepatan semakin tinggi.
Pada
pengujian ini, juga di gunakan tachometer untuk
membandingkan
keluaran kecepatan anatara tachometer dan modul sensor
kecepatan.

Gambar 4.5 Rangkaian Pengujian Sensor Kecepatan

Sensor kecepatan berfungsi untuk mengetahui nilai rpm


dari motor DC, yang nantinya akan dijadikan set point untuk
data feedback ke mikrokontroller.

Tabel 4.8 Data Hasil Pengujian Sensor Kecepatan


No V R T er
in P a r
( M c o
63

r
V h (
) o %
)
2
9 2
2 9 1,
1 3 , 6 0
6 , 5
1 7
1
3
4
9
0 1,
6
2 4 1 3
,
, 7
0
5
5
4 5
9 0
1,
3 5 9 6
4
, ,
5 5
6
6
0
1 1,
5
4 6 2 1
,
, 3
5
4
1
7
7
1
1 0,
8
5 7 9 1
,
, 7
2
5
2
8
8
2
2 0,
1
6 8 4 3
,
, 4
6
5
7
7 9 9 9 0,
3 3 3
3 0 2
, ,
64

3
3
3
1 1
0,
1 0 0
8 7
0 4 3
6
3 5
1 1
2,
1 2 2
9 0
2 4 7
8
7 3
1 1
1,
1 5 5
10 8
5 9 6
2
3 4
1 1
1,
1 8 9
11 1
8 8 0
1
5 6
2 2
4,
2 2 2
12 1
1 9 0
8
6 0
2 2
2,
2 5 5
13 5
4 8 1
9
6 9
2 2
2,
2 8 7
14 9
6 1 3
1
6 4

4.1.6 Pengujian Solar panel


Solar panel yang digunakan pada pengujian ini adalah
solar panel 100 WP. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan resistor geser sebagai variabel kontrol untuk
melihat karakteristik tegangan dan arus output dari solar panel.
Waktu pengujian adalah jam 11.00 hingga pukul 14.30 dengan
kondisi cuaca cerah.
65

Pada dasarnya pengujian ini bertujuan untuk mengetahui


daya maksimum dari solar panel, yaitu kondisi dimana solar
panel menghasilkan daya output maksimum. Data pengujian
solar panel dapat dilihat pada Tabel 4.9 dibawah. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa output daya maksimum solar
panel adalah 64,2 yaitu data yang didapat pada pukul 11 siang
dengan nilai tegangan 12,84 Volt dan arus 5 Ampere.
Tabel 4.9 Data Pengujian Solar panel

V I
o m
W V
p a
a m
e x Keteran
k ax
n gan
t (V
( (
u )
V A
) )

1 1
1 9 12
Cerah
. , ,8 5
(773)
0 6 4
0 5

1 1
1 9 11
Cerah
. , ,6 5
(650)
3 6 5
0 9
66

1 1
2 9 13
Cerah
. , ,6 4
(549)
0 6 9
0 0

1 1
2 9 12
Cerah
. , ,4 4
(613)
3 5 3
0 0

1 1
3 9 12
Cerah
. , ,2 4
(540)
0 8 1
0 0

1 1
3 9 12 3
berawa
. , ,9 ,
n (463)
3 8 5 5
0 9

1 1
4 9 15 2
berawa
. , ,4 ,
n (387)
0 8 2 5
0 9

1 1 16 1 berawa
4 9 ,2 n (132)
. , 0
3 4
67

0 7

4.2 PENGUJIAN INTEGRASI


Pengujian integrasi ialah menjalankan seluruh sistem yang ada
sesuai dengan block diagram. Gambar 4.6 menunjukkan hasil pengujian
sistem integrasi solar cell dengan boost konverter untuk menyalakan alat
penggiling daging.

Tabel 4.10 Data Integrasi Sistem Open Loop Tidak Berbeban

Vin Iin Vout Iout D Effisiensi


No Rpm
(V) (A) (V) (A) (%) (%)
1 2219 19,78 6.15 24.95 4.2 30 86,14
2 2351 19,66 6,11 25,32 3.8 33 80,09
3 2404 19,46 6,07 26,1 3.6 35 79,64

Saat sistem nilai tegangan input nya 19,58 V dan


tegangan output nya 24,95 V kecepatan yang dihasilkan 2219
rpm. Saat nilai tegangan input nya 19,76 V dan tegangan output
nya 24,95 V kecepatan yang dihasilkan 2351 rpm. Saat nilai
tegangan input nya 19,66 V dan tegangan output nya 28,1 V
kecepatan yang dihasilkan 2404 rpm. Sehingga, kita bisa
menghitung nilai tegangan keluaran boost converter pada
sistem, berikut perhitungannya :

Vs
V o=
1−D
Duty cycle 30%
68

19,58
V o=
1−0,3
= 27,97 V
Duty Cycle 33%
19,76
V o=
1−0,33
= 29,49 V

Duty Cycle 35%


19,66
V o=
1−0,35
= 30,24 V

Pada tabel 4.10 diatas merupakan hasil pengujian sistem


integrasi dimana nilai effisiensi pada boost converter ini rata-
rata sebesar 80 %. Nilai ini didapatkan dengan cara pembagian
daya output dengan daya input dikali 100 %.
Selain itu kita juga dapat mengetahui karakteristik duty
cycle, yaitu semakin besar nilai duty cycle, maka nilai drop
tegangan output dari solar panel semakin besar dimana ini
juga berpengaruh pada nilai arus yang juga semakin kecil
sehingga nilai daya output dari solar panel juga kecil.

Tabel 4.11 Data Integrasi Sistem Close Loop Berbeban

Vout Iout D Berat


No Waktu Rpm
(V) (A) (%) beban (g)
1 13.45 2063 24,48 3,1 65 200
69

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.
2.
3.
4.
5.
5.1. Kesimpulan
Dari pengujian dan analisa perangkat yang telah
dilakukan pada pembuatan sistem diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Rangkaian boost converter ini dapat menaikkan tegangan di 30
Vdc dengan tegangan masukan yang berubah-ubah dengan nilai 10
Vdc hingga 19 Vdc.
2. Tegangan keluaran boost converter pada saat duty cycle 30%
adalah 28 Volt. Semakin besar nilai duty cycle maka nilai
error tegangan keluaran semakin tinggi. Ini dikarenakan drop
tegangan pada rangkaian oleh komponen penyusun dan
desain induktor yang kurang maksimal.
3. Pembacaan sensor tegangan bila dibandingkan dengan
pembacaan tegangan menggunakan alat ukur, memiliki selisih
yang tidak terlalu besar, dengan rata-rata error 1,36%.
4. Pembacaan nilai dari sensor kecepatan agar konstan pada waktu
sistem terintegrasi sangat sulit dikarenakan frekuensi yang tinggi
dan getaran mekanik saat pengoperasian
5.2. Saran
Setelah melakukan pembuatan alat proyek akhir
ini,banyak hal yang nantinya diharapkan dapat dikembangkan
dalam penggunaan controller untuk pengontrolan kecepatan.
Untuk lebih memperbaiki dan menyempurnakan kinerja dari
alat ini, baik dalam hal :
70

1. Pada pembuatan boost converter harus diperhatikan kesesuaian


perencanaan dengan pembuatannya, agar hasil yang didapatkan
maksimal.
2. Menggunakan komponen dengan kualitas yang lebih baik agar
sistem memiliki efisiensi yang lebih tinggi.
3. Pengujian harus dilakukan pada saat cuaca yang cerah karena
kebutuhan arus pada beban motor penggiling daging sebesar 5
ampere.
4. Perencanaan sistem yang lebih tepat dan kesesuaian
pembuatan dengan perencanaan agar hasilnya lebih optimal
71

DAFTAR PUSTAKA

1. Muhammad H. Rhasid, “POWER ELECTRONICS: CIRCUITS,


DEVICE, AND APPLICATIONS, 2ND ED.”, PT Prenhallindo,
Jakarta, 1999
2. Dina Mursyida, “Rancang Bangun Modul DC – DC Converter
Dengan Pengendali PI”. D4 Jurusan Teknik Elektro Industri
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya – IT, Surabaya,2011
3. Anonymous, Pemanfaatan Energi Surya di Indonesia, di akses
tanggal 18 November 2015, http://www.esdm.go.id/news-
archives/56-artikel/3347-
4. Ir. M. Zaenal Efendi, MT. “Power Electronics 2”, EEPIS, 2014
5. Kurniawan, ST, Irwan. "Mengenal Mikrokontroler ATMEGA-
16", POLITEKNIK JAMBI, 2013
6. Daniel W. Hart “Power Electronics”
7. Rochmawati, “Rancang Bangun Suatu Sistem Pemanfaatan
Sumber Energi Tenaga Surya Sebagai Pendukung Sumber PLN
untuk Rumah Tangga Berbasis Mikrokontroller (Software)”,
Proyek Akhir PENS-ITS, 2011.
8. Tri Heri Admojo, “Pengaturan Kecepatan Motor DC Penguat
Terpisah Menggunakan Kontrol Pid-Fuzzy (Perangkat Keras)”.
D4 Jurusan Teknik Elektro Industri Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya – ITS, Surabaya,2006
72

Halaman ini sengaja dikosongkan


73

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kevin Neysa


Tempat tanggal lahir : Sidoarjo, 30 Agustus 1995
Alamat : Taman pinang M2/33
Telepon / HP : 087752871995
Email : kevineysagmail.com
Hobi : jogging

Riwayat Pendidikan :
PENS D3Teknik Elektro Industri tahun 2014-2017

Pengalaman Organisasi :
Periode 2015– 2016 : Staf Muda
Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Industri,
PENS
Periode 2016– 2017 : Staf Ahli
Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Industri,
PENS

Penulis telah mengikuti Seminar Proyek Akhir pada tanggal 14 Agustus 2017,
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya (Amd).
74

Halaman ini sengaja dikosongkan


75

/*****************************************************
This program was produced by the
CodeWizardAVR V2.05.0 Professional
Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2010 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com

Project :
Version :
Date : 8/18/2017
Author : NeVaDa
Company :
Comments:

Chip type : ATmega16


Program type : Application
AVR Core Clock frequency: 16.000000 MHz
Memory model : Small
External RAM size :0
Data Stack size : 256
*****************************************************/

#include <mega16.h>

#include <delay.h>
#include <stdio.h>
#include <stdlib.h>
// Alphanumeric LCD Module functions
#include <alcd.h>
int detik,duty,awal,kirim;
int lubang,waktu,rpm,i,V,D,k,n;
float sampling_k,nilai_k,adc_k,mili,hitung;
float sampling_i,nilai_i,adc_i,temp_i;
float sampling_v,nilai_v,adc_v;
unsigned char buf_i[8],padc_i[8];
unsigned char buf_v[8],padc_v[8];
unsigned char buffer[4],buffd[4];
unsigned char buf_kec[8];
76

float kp=0.0082, ki=20.425,kd=0.0000111 ,error=0,err1=0,ers=0,


derr=0,derivative,deriv=0 ;
float error, P, In, Ii, pi, pv, sp, ts=0.01381;
// Standard Input/Output functions

// Timer 0 overflow interrupt service routine


interrupt [TIM0_OVF] void timer0_ovf_isr(void)
{
// Reinitialize Timer 0 value
TCNT0=0x64;
// Place your code here
waktu++;kirim++;
if(waktu>=100)
{

if(kirim==20)
{
hitung=(float)detik*1000+waktu;
mili=(float)hitung/1000;
printf("%4.3f,%4.0f,%4.2f\r\n",mili,nilai_k,nilai_v);
kirim=0;
}
detik++;
if(detik>=awal){
sp = 2200;
pv = nilai_k;
error =sp-pv;

P = kp*error;
Ii=Ii+(error * ts);
In = ki*Ii;

pi = P + In;
D=pi/950;

if(sp>=2190&&sp<=2210)
{D=pi;}
if (D > 91)
77

{ D=90;}
if (D < 0)
{ D=0;}

}
TCNT0=0x00;
MCUCR=0x00;
rpm=(float)(lubang*60.0)/16; //formula perhitungan kecepatan
itoa(rpm,buf_kec);
lubang=0;
waktu=0;
MCUCR=0x03;
}
}

#define ADC_VREF_TYPE 0x40

// Read the AD conversion result


unsigned int read_adc(unsigned char adc_input)
{
ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);
// Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage
delay_us(10);
// Start the AD conversion
ADCSRA|=0x40;
// Wait for the AD conversion to complete
while ((ADCSRA & 0x10)==0);
ADCSRA|=0x10;
return ADCW;
}

// Declare your global variables here


void pwm(void)
{

OCR1A=D;
itoa(D,buffer);
}
78

void sensor_tegangan()
{
for(n=0;n<1000;n++)
{
sampling_v = sampling_v + read_adc(1);
}
adc_v = sampling_v/n;
nilai_v= 0.0292*adc_v + 0.0509 ;
ftoa(nilai_v,2,buf_v);
ftoa(adc_v,0,padc_v);
sampling_v=0;

void sensor_kece(void)
{
for(k=0;k<1000;k++)
{
sampling_k = sampling_k + read_adc(3);

}
adc_k = sampling_k/1000.0;
nilai_k = (float)adc_k * 6125/1023;
ftoa(nilai_k,0,buf_kec);
sampling_k=0;
}
void main(void)
{

// Declare your local variables here

// Input/Output Ports initialization


// Port A initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In
Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T
State1=T State0=T
79

PORTA=0x00;
DDRA=0x00;

// Port B initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In
Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T
State1=T State0=T
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;

// Port C initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In
Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T
State1=T State0=T
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;

// Port D initialization
// Func7=In Func6=In Func5=Out Func4=Out Func3=In Func2=In
Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=0 State4=0 State3=T State2=T
State1=T State0=T
PORTD=0x00;
DDRD=0x30;

// Timer/Counter 0 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: 15.625 kHz
// Mode: Normal top=0xFF
// OC0 output: Disconnected
TCCR0=0x05;
TCNT0=0x64;
OCR0=0x00;

// Timer/Counter 1 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: 16000.000 kHz
// Mode: Ph. correct PWM top=ICR1
80

// OC1A output: Non-Inv.


// OC1B output: Non-Inv.
// Noise Canceler: Off
// Input Capture on Falling Edge
// Timer1 Overflow Interrupt: Off
// Input Capture Interrupt: Off
// Compare A Match Interrupt: Off
// Compare B Match Interrupt: Off
TCCR1A=0xA2;
TCCR1B=0x11;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0xC8;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;

// Timer/Counter 2 initialization
// Clock source: System Clock
// Clock value: Timer2 Stopped
// Mode: Normal top=0xFF
// OC2 output: Disconnected
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;

// External Interrupt(s) initialization


// INT0: Off
// INT1: Off
// INT2: Off
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;

// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization


TIMSK=0x01;

// USART initialization
81

// Communication Parameters: 8 Data, 1 Stop, No Parity


// USART Receiver: Off
// USART Transmitter: On
// USART Mode: Asynchronous
// USART Baud Rate: 9600
UCSRA=0x00;
UCSRB=0x08;
UCSRC=0x86;
UBRRH=0x00;
UBRRL=0x67;

// Analog Comparator initialization


// Analog Comparator: Off
// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;

// ADC initialization
// ADC Clock frequency: 1000.000 kHz
// ADC Voltage Reference: AVCC pin
// ADC Auto Trigger Source: ADC Stopped
ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;
ADCSRA=0x84;

// SPI initialization
// SPI disabled
SPCR=0x00;

// TWI initialization
// TWI disabled
TWCR=0x00;

// Alphanumeric LCD initialization


// Connections specified in the
// Project|Configure|C Compiler|Libraries|Alphanumeric LCD
menu:
// RS - PORTB Bit 0
// RD - PORTB Bit 1
// EN - PORTB Bit 2
// D4 - PORTB Bit 4
82

// D5 - PORTB Bit 5
// D6 - PORTB Bit 6
// D7 - PORTB Bit 7
// Characters/line: 20
lcd_init(20);
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("BISSMILLAH");
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("ALLAHU AKBAR");
lcd_gotoxy(0,2);
lcd_putsf(" SUBHANALLAH ");
lcd_gotoxy(0,3);
lcd_putsf("LA ILAHA ILLALLAH");
delay_ms(1500);
lcd_clear();
// Global enable interrupts
#asm("sei")
detik=0;
duty=0;
awal=9;

while (1)
{
// Place your code here
ftoa(detik,0,buffd);

lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("D =");
lcd_gotoxy(8,1);
lcd_putsf("%");

lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("kec =");

lcd_gotoxy(0,2);
lcd_putsf("V =");
lcd_gotoxy(10,2);
lcd_putsf("V");
83

pwm();
sensor_tegangan();
sensor_kece();

lcd_gotoxy(4,1);
lcd_puts(buffer);

lcd_gotoxy(6,0);
lcd_puts(buf_kec);

lcd_gotoxy(12,0);
lcd_puts(buffd);

lcd_gotoxy(4,2);
lcd_puts(buf_v);
lcd_gotoxy(12,2);
lcd_puts(padc_v);

delay_ms(100);
lcd_clear();
}
}

Anda mungkin juga menyukai