ii
Program Studi S-1 Teknik Sistem Tenaga
Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas
ii
--HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN--
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
iv
--HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN--
v
LEMBAR PENGESAHAN DEPARTEMEN
--HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN--
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas
nikmat dan karunianya sehingga kami mampu menyelesaikan
laporan kerja praktik ini dengan lancar. Tanpa pertolongan-
Nya, pengerjaan laporan kerja praktek ini tidak akan selesai
dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan praktik kerja lapangan maupun dalam
pembuatan laporan ini hingga selesai yaitu kepada:
viii
yang akan datang. Penulis mengharapkan semoga laporan ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ix
--HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN--
x
DAFTAR ISI
xi
4.3 Analisis Daya Listrik yang Dihasilkan pada PT. PLN Indonesia
Power Suralaya PGU.................................................69
4.4 Sistem Pemeliharaan Peralatan pada PT. PLN Indonesia Power
Suralaya PGU 87
BAB V PENUTUP.................................................................101
DAFTAR PUSTAKA...............................................................102
LAMPIRAN........................................................................104
xii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR TABEL
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan yang
didapatkan untuk mahasiswa yang melaksanakan, pihak
perguruan tinggi maupun instansi yang bersangkutan. Manfaat
yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1 Mahasiswa telah melaksanakan mata kuliah wajib
semester VII.
2 Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu teori yang telah
dipelajari selama perkuliahan.
3 Perguruan tinggi dapat meningkatkan kualitas lulusannya
melalui pengalaman Praktik Kerja Lapangan.
4 Perusahaan dikenal oleh kalangan akademis dan dunia
Pendidikan
5 Perusahaan akan mendapat bantuan tenaga dari
mahasiswa yang sedang melakukan Praktik Kerja
Lapangan.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan laporan kerja praktik ini
terbagi menjadi lima bab sebagai berikut:
1 BAB I : Pendahuluan. Bab ini menjelaskan gambaran
singkat tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan
manfaat, tempat dan waktu pelaksanaan, metode
penelitian dan sistematika penulisan laporan praktik
kerja lapangan.
2 BAB II : Profil Perusahaan. Bab ini berisikan gambaran
umum perusahaan, filosofi logo perusahaan, sejarah,
lokasi, visi perusahaan, dan misi perusahaan.
3 BAB III : Dasar Teori. Bab ini menjelaskan tentang konsep
dasar pembangkitan listrik pada Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU), serta pengertian dari peralatan
listrik utama dan bantu pada Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU).
4 BAB IV : Studi Kasus. Bab ini menjelaskan tentang “ Studi
Operasi dan Pemeliharaan Sistem Pembangkit Di PT. PLN
18
Indonesia Power Suralaya PGU”.
5 BAB V : Penutup. Bab ini merupakan bagian akhir dalam
penulisan laporan praktik kerja lapangan yang berisi
kesimpulan dari data yang telah diperoleh dan saran yang
diberikan untuk PT. PLN Indonesia Power Suralaya PGU.
1.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan program kerja praktik ini
dilakukan selama dan tempat berikut:
Tempat : PT. PLN Indonesia Power Suralaya PGU
Alamat : Jl. Suralaya No.21, Suralaya, Kec. Pulomerak, Kota
Cilegon, Banten
Waktu : 03 Juli 2023 – 31 Juli 2023
1.7 Metodologi
Metodelogi yang digunakan dalam penyusunan laporan kerja
praktik ini adalah :
1 Studi Literatur Penulis juga memanfaatkan referensi
berupa buku, dokumentasi dan jurnal yang diperoleh dari
beberapa sumber mulai dari perpustakaan perusahaan
(manual book toshiba), internet, dll.
2 Metode Observasi Penulis memperoleh data melalui
pengamatan langsung pada objek sehingga dapat
mengamati perkembangan project dengan jelas dan
disertai pencatatan berupa notulensi perkembangan
project.
3 Metode Diskusi Penulis juga menumpulkan data melalui
diskusi atau bertanya secara langsung kepada pembimbing
dan mentor untuk mendapatkan data, arahan, dan
pengertian.
19
BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. PLN INDONESIA
POWER SURALAYA PGU
20
8 Tersedianya tenaga kerja yang cukup untuk memperlancar
pelaksanaan pembangunan.
9 Dampak lingkungan yang baik karena terletak diantara
pelabuhan dan laut.
10 Menimbang kebutuhan beban di Pulau Jawa merupakan
yang terbesar, maka tepat apabila dibangun suatu
pembangkit listrik dengan daya yang besar di Pulau Jawa.
Tahap II. Membangun dua unit PLTU yaitu unit 3 dan 4 yang
masing-masing berkapasitas 400 MW. Dimana
pembangunannya dimulai pada bulan Juni 1985 dan
berakhir sampai dengan bulan Desember 1989. dan
telah beroperasi sejak 6 Februari 1989 untuk unit 3
dan 6 November 1989 untuk unit 4.
Tahap III. Membangun tiga unit PLTU, yaitu 5,6, dan 7 yang
masing-masing berkapasitas 600 MW. Pembangunannya
dimulai sejak bulan Januari 1993 dan telah beroperasi
pada bulan Oktober 1996 untuk unit 5. untuk unit 6
pada bulan April 1997 dan Oktober 1997 untuk unit 7.
21
Tabel 2.1 Periode Pembangunan UBP Suralaya
Konstruksi
1. 1980 1984 1994
dimulai
Luas area PT. PLN Indonesia Power Suralaya PGU adalah ±254
ha, terdiri dari :
23
Tabel 2.2 Luas Area PT. PLN Indonesia Power Suralaya PGU
A Gedung Sentral 30
B Ash Valley 8
C Kompleks Perumahan 30
D Coal Yard 20
Jumlah 254
24
Gambar 2.2 Denah PT. PLN Indonesia Power Suralaya PGU
25
ketenagalistrikan, khususnya untuk mengelola pembangkit listrik
dalam bentuk pemberian jasa operasi dan pemeliharaan.
Sedangkan PT Artha Daya Coalindo bergerak dibidang
perdagangan batubara sebagai bisnis utama dan bahan bakar
lainnya, yang diharapkan menjadi perusahaan perdagangan
batubara yang menangani kegiatan terintegrasi di dalam rantai
pasokan batubara.
1. Visi “Menjadi perusahaan energi terbaik yang tumbuh
berkelanjutan”
2. Misi “Menyediakan solusi energi yang andal, inovatif,
ramah lingkungan, dan melampaui harapan pelanggan”
3. Motto “Energy of Things”
4. Kompetensi Inti
a. Operasi dan Pemeliharaan Pembangkit Pengelolaan
pembangkit dengan kekuatan pada pengoperasian dan
pemeliharaan berdasarkan tata kelola sesuai praktik
terbaik (best practice) dan metode rekayasa
(engineering method) yang ekselen.
b. Pengembangan Bisnis Solusi Energi Pengembangan bisnis
penyediaan solusi energi yang meliputi bisnis
penyediaan tenaga listrik atau kWh maupun bisnis
beyond kWh.
2.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang baik sangat diperlukan dalam
suatu perusahaan, semakin besar perusahaan tersebut semakin
kompleks organisasinya. Secara umum dapat dikatakan, struktur
organisasi merupakan suatu gambaran secara skematis yang
menjelaskan tentang hubungan kerja, pembagian kerja, serta
tanggung jawab dan wewenang dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan semula. PT. PLN Indonesia
Power Suralaya PGU Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya, secara
struktural pucuk pimpinannya dipegang oleh seorang General
Manajer yang dibantu oleh Deputi General Manajer dan Manajer
Bidang.
26
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. PLN Indonesia Power
Suralaya PGU
2.6.1 Bentuk
28
langsung terwakili.
4. Logo PLN di samping tulisan INDONESIA POWER
menandakan bahwa PT. Indonesia Power Suralaya
PGU sebagai salah satu cabang dari PT. Indonesia
Power merupakan anak perusahaan dari PT. PLN.
2.6.2 Warna
30
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit
yang menggunakan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan
energi listrik. PLTU merupakan jenis pembangkit tenaga listrik
yang memakai uap sebagai media untuk memutar sudu – sudu
turbin, dimana uap yang digunakan memutar sudu – sudu
tersebut adalah uap kering. Prinsip kerja dari pembangkit listrik
jenis ini pada intinya adalah generator listrik (alternator) yang
seporos dengan turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari
uap panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan
berbagai macam bahan bakar terutama Batu Bara dan Minyak
Bakar serta Main Fuel Oil (MFO) dan juga menggunakan solar,
High Speed Diesel (HSD) dengan bantuan udara panas
bertekanan untuk start up awal (Soedibyo, 2015).
PLTU Batu Bara beroperasi pada siklus Rankine yang
dimodifikasi agar mencakup proses pemanasan lanjut (super
heating), pemanasan air pengisi ketel/boiler (feed water
heating), dan pemanasan kembali uap keluar turbin tekanan
tinggi (steam reheating). PLTU bekerja dengan mengkonversi
energi kimia dari bahan bakar menjadi energi listrik. Proses
konversi energi dari PLTU bisa dibagi menjadi tiga tahapan
penting yaitu :
1. Proses pembentukan uap yang bertekanan dan
temperatur tinggi dengan mengubah energi kimia
batubara menjadi energi panas.
2. Uap yang telah dihasilkan digunakan untuk menggerakkan
turbin.
3. Turbin yang berputar dikopel dengan generator untuk
menghasilkan energi listrik.
PLTU memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Kelebihan PLTU yakni harga yang lebih murah yang mana PLTU
menggunakan batu bara, yang merupakan salah satu bahan
bakar yang paling murah di pasaran. Hal ini menyebabkan biaya
produksi listrik menjadi lebih murah dibandingkan sumber energi
lainnya. Lalu dapat beroperasi 24 jam sehari yang mana PLTU
memiliki kelebihan dalam hal ketersediaan energi, karena bahan
31
bakar yang digunakan yaitu batu bara sangat mudah untuk
didapatkan. Hal ini pun memudahkan PLTU untuk beroperasi
secara terus menerus selama 24 jam (Soedibyo, 2015).
Kemudian dapat menghasilkan energi listrik yang besar
dibandingkan dengan sumber energi lain. PLTU dapat
menghasilkan energi listrik yang sangat besar. Oleh karena itu,
PLTU bisa menjadi solusi bagi daerah dengan kebutuhan energi
listrik yang tinggi. Lalu menghasilkan lapangan pekerjaan karena
pembangunan PLTU dapat memproduksi lapangan pekerjaan
bagi tenaga kerja lokal. Proses pembangunan PLTU
membutuhkan banyak tenaga kerja terampil dan terlatih, mulai
dari konstruksi sampai pengoperasian. Lalu dapat diintegrasikan
dengan teknologi CCS. Teknologi CCS (Carbon Capture and
Storage) dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan
menjaga lingkungan agar tetap bersih dan aman.
Kemudian PLTU dapat dioperasikan dengan cepat daripada
sumber energi lainnya. Hal ini menjadikan PLTU menjadi salah
satu sumber energi yang sangat penting untuk mengatasi
kebutuhan energi listrik yang meningkat di Indonesia. Terakhir
PLTU punya luas area yang lebih kecil dibandingkan dengan
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik
tenaga nuklir (PLTN) yang memerlukan tempat yang lebih luas
untuk dibangun pada nilai daya yang sama.
Sementara itu kekurangan PLTU ialah emisi gas rumah kaca.
PLTU menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon
dioksida, sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan partikel halus.
Emisi ini dapat menyebabkan polusi udara dan dampak buruk
pada kesehatan manusia. Lalu masalah Kesehatan yang mana
terbakarnya batu bara di PLTU menghasilkan polutan yang tidak
baik bagi kesehatan. Partikel halus yang dihasilkan dapat
menimbulkan masalah pernapasan, seperti asma dan bronkitis.
Kemudian ketergantungan pada batu bara yang mana batu bara
bukanlah sumber energi terbarukan dan dalam jumlah yang
terbatas. Ketergantungan pada batu bara akan menimbulkan
masalah pada masa yang akan datang. Lalu masalah lingkungan
seperti dampak negatif pada lingkungan karena polusi udara dan
penggunaan air yang besar. Selain itu, penambangan batu bara
yang dilakukan untuk PLTU juga dapat merusak lingkungan.
32
Kemudian biaya operasional yang tinggi karena PLTU harus
membeli batu bara dan memelihara peralatan yang digunakan
untuk menghasilkan listrik (Soedibyo, 2015).
3.2 Peralatan Pembangkit Tenaga Listrik PT. PLN
Indonesia Power Suralaya PGU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap pada PT. PLN Indonesia
Power Suralaya PGU sendiri memiliki komponen utama dan
komponen pendukung. Komponen utama pada Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) diantaranya yaitu boiler, generator,
transformator, turbin, sistem eksitasi, pulverizer, pompa pengisi
ketel, pompa air pendingin, penangkap abu, cerobong (stack),
dan peralatan pendukung lainnya.
33
Reheater berfungsi untuk memanaskan kembali uap
yang yang keluar dari turbin tekanan tinggi (high
pressure turbine) yang bersuhu 331 – 347°C, agar
dapat mencapai suhu 538°C.
3.2.2 Turbin
Uap kering keluaran boiler dialirkan ke turbin uap
(steam turbine) untuk menumbuk sudu-sudu turbin sehingga
dihasilkan putaran, putaran ini kemudian dimanfaatkan
untuk memutar generator (Telaumbanua, 2020). Pada
Turbin uap memiliki 3 tingkatan yaitu, High pressure (HP),
Intermediate Pressure (IP), dan Low Pressure (LP). Uap dari
boiler pertama masuk ke bagian high pressure setelah itu
uap dikembalikan ke boiler untuk dipanaskan lagi di
reheater baru setelah itu uap dialirkan ke intermediate
pressure lalu ke low pressure. Setelah itu uap dialirkan
menuju kondensor untuk diubah menjadi air lagi. Konstruksi
utama turbin terdiri atas :
1. Rumah Turbin (Casing)
Berfungsi untuk melindungi proses ekspansi uap
dalam turbin agar tidak terjadi kebocoran dari
dalam dan ke udara luar
2. Poros (Shaft)
Poros merupakan bagian dari turbin yang
menjadikan rotor–rotor berbagai tingkat menjadi
satu kesatuan poros yang mentransmisikan torsi
rotor turbin untuk memutar bagian rotor generator
listrik.
3. Sudu Tetap (Stator) dan Sudu Bergerak (Rotor)
Berfungsi untuk melindungi proses Ekspansi uap
dalam turbin agar tidak terjadi kebocoran dari
dalam dan ke udara luar. Sedangkan Rotor adalah
serangkaian tingkat sudu–sudu bergerak yang
berfungsi untuk mentransfer energi kinetik uap yang
telah di ekspansikan oleh nozzle (sudu tetap)
menjadi energi putar poros atau torsi.
4. Bantalan (Bearing)
34
Bantalan merupakan landasan tempat berputarnya
rotor turbin dan didesain sedemikian rupa sehingga
tercipta gesekan yang minimal antara permukaan
bantalan dengan poros turbin. Bantalan juga
digunakan untuk menahan gaya radial yang
ditimbulkan oleh rotor turbin.
3.2.3 Generator
Generator berfungsi engubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Generator dapat bekerja apabila ada
perpotongan medan magnet oleh penghantar kawat. Oleh
karena itu generator dapat bekerja jika terjadi gerakan atau
putaran, karena poros generator dan turbin uap terhubung
maka sumber puataran bisa didapat dari turbin uap.
Keluaran dari generator sebesar 23 kV dan ketika
ditransmisikan maka tegangan dinaikkan oleh trafo step up
sampai 500 kV (Telaumbanua, 2020). Konstruksi utama
generator terdiri dari :
1. Stator
Stator merupakan bagian generator yang tidak
bergerak, terdiri dari inti stator dan lilitan.
Kumparan stator akan membangkitkan arus bolak –
balik tiga fase yang disalurkan ke trafo utama dan
rel transmisi.
2. Rotor
Rotor merupakan bagian generator yang bergerak
bebas di dalam inti stator yang dikopel oleh poros
turbin uap. Saat rotor berputar, medan magnet yang
35
dihasilkan dalam rotor tersebut menyebabkan
timbulnya suatu tegangan yang berubah di dalam
stator.
3. Bantalan (Bearing)
Bearing ini terbuat dari baja putih yang ditempatkan
pada ujung – ujung rotor sebagai penunjang agar
rotor dapat berputar dengan lancar di tengah –
tengah stator.
4. Perapat poros
Perapat yang digunakan adalah oli yang dipasang
pada setiap ujung dari generator, ketika poros
berputar melalui casing dengan tujuan untuk
mencegah kebocoran hidrogen.
5. Penguat medan utama (Main Exciter)
Main exciter merupakan generator kecil pembangkit
yang digunakan untuk menyuplai arus searah di
dalam kumparan rotor generator.
6. Pilot Exciter
Pilot Exciter merupakan generator kecil pembangkit
arus yang akan disalurkan ke main exciter sebagai
penguat medan untuk sistem penguatan. Pilot
exciter memiliki penguatan sendiri seperti magnet
permanen / baterai.
36
3.2.4 Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat
memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu
rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu
gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Kerja transformator yang berdasarkan
induksi elektromagnet menghendaki adanya gandengan
magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Gandengan
ini berupa inti besi tempat untuk melakukkan fluks magnet
bersama.transformator tenaga adalah suatu peralatan listrik
yang berfungsi menyalurkan daya atau energi listrik dari
tegangan rendah ke tegangan tinggi atau sebaliknya.
Transformator memiliki bagian – bagian yang terdiri dari :
1. Inti besi untuk menampung fluks yang ditimbulkan
arus listrik dari belitan kumparan transformator.
2. Kumparan yang terdiri dari lilitan kawat berisolasi.
3. Bushing adalah konduktor yang diselubungi
isolator, berfungsi sebagai penyekat antara
konduktor dengan tangki transformator.
4. Tangki untuk menampung minyak dan konservator
merupakan sebuah tabung penampng pemuaian
volume minyak transformator.
5. Minyak transformator sebagai media pendingin dan
isolator.
37
Gambar 3.3 Transformator di PT PLN Indonesia Power Suralaya
PGU
38
gelombang penuh tiga fasa yang menyearahkan
keluaran tegangan bolak-balik dari exciter. Keluaran
dari exciter disearahkan sebelum di suplai sebagai
sumber eksitasi pada generator utama.
3. Penguat Medan AC (AC Exciter)
Main exciter merupakan generator yang memiliki
kumparan medannya terletak pada rotor dan
kumparan jangkarnya terletak pada stator. Energi
listrik yang diperlukan oleh kumparan rotor
diperoleh dari pilot exciter setelah sebelumnya
disearahkan terlebih dahulu oleh rectifier. Besar
kecilnya daya yang dihasilkan oleh main exciter
diatur oleh pengatur tegangan otomatis (AVR).
4. Penguat Medan Bantu (Pilot Exciter)
Pilot exciter menggunakan kemagnetan tetap atau
biasa disebut Permanent Magnet Generator (PMG).
Pilot exciter merupakan exciter mula yang
digunakan untuk membangkitkan listrik AC untuk
disalurkan menuju main exciter. Pilot exciter
memiliki rotor berupa magnet permanen yang
terletak pada poros utama dan stator yang berupa
kumparan.
39
Pulverizer atau mill adalah alat bantu pada ketel uap
dengan bahan bakar batubara yang berfungsi sebagai
penggiling batubara kasar agar menjadi halus atau serbuk
dengan ukuran 200 mesh masuk keruang bakar untuk
digunakan pada proses pembakaran. Tujuan penghalusan
batubara ini adalah agar batubara lebih mudah terbakar
sehingga pembakaran sempurna dapat tercapai.
40
Gambar 3.6 BFP di PT. PLN Indonesia Power Suralaya PGU
41
Gambar 3.7 Condenser di PT. PLN Indonesia Power Suralaya PGU
42
Gambar 3.8 ESP di PT. PLN Indonesia Power Suralaya PGU
43
Gambar 3.9 Cerobong (stack) di PT. PLN Indonesia Power
Suralaya PGU
44
1. Desalination Plant (Unit Desal)
Peralatan ini berfungsi untuk mengubah air laut
(brine) menjadi air tawar (fresh water) dengan
metode penyulingan (kombinasi evaporasi dan
kondensasi) (Prabowo, 2015). Hal ini dikarenakan
sifat air laut yang korosif, sehingga jika air laut
tersebut dibiarkan langsung masuk ke dalam unit
utama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada
peralatan PLTU.
45
Gambar 3.12 Demineralization Plant di PT. PLN Indonesia Power
Suralaya PGU
46
4. Chlorination Plant (Unit Chlorin)
Berfungsi untuk menghasilkan senyawa Natrium
Hipoclorit (NaOCl) yang memabukkan, melemahkan,
atau mematikan sementara mikro organisme laut
pada area water intake. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya pengerakkan (scaling) pada
pipa-pipa kondensor maupun unit desal akibat
perkembangbiakan mikro organisme laut tersebut.
47
Gambar 3.15 Coal Handling PT. PLN Indonesia Power Suralaya
PGU
48
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Teknis Peralatan pada PT. PLN Indonesia Power
Suralaya PGU
4.1.2 Turbin
1. Pabrik pembuat : Mitsubishi Heavy
2. Industries, Japan
3. Tipe : Tandem Compound Double Exhaust
4. Kapasitas : 400 MW
5. Tekanan uap masuk : 169 kg/cm2
6. Temperatur uap masuk : 538oC
7. Tekanan uap keluar : 56 mmHg
8. Kecepatan putaran : 3000 rpm
9. Jumlah tingkat : 3 tingkat
10. Turbin tekanan tinggi : 12 sudu
49
11. Turbin tekanan menengah : 10 sudu
12. Turbin tekanan rendah 1 : 2 x 8 sudu
13. Turbin tekanan rendah 2 : 2 x 8 sudu
4.1.3 Generator
1. Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric
Corporation, Japan
2. Kecepatan putaran : 3000 rpm
3. Jumlah fasa : 3
4. Frekuensi : 50 Hz
5. Tegangan : 23 kV
6. kVA keluaran : 471 MVA
7. kW : 400.350 kW
8. Arus : 11.823 A
9. Faktor daya : 0,85
10. Rasio hubung singkat : 0,5
11. Media pendingin : Gas Hidrogen
12. Tekanan gas H2 : 4 kg/cm2
13. Volume gas : 80 m3
14. Tegangan penguat medan : 500 V
15. Kumparan : Y
55
gas yang terkandung didalam air. Setelah dari deaerator, air
tersebut dipompakan dengan boiler feed pump melalui high
pressure heater untuk dipanaskan kembali. Air tersebut
kemudian dipanaskan lebih lanjut di economizer sebelum
akhirnya masuk ke dalam boiler. Air masuk ke dalam boiler di
bagian steam drum. Siklus air dan uap ini berulang secara
terus-menerus selama unit beroperasi.
Poros turbin dikopel dengan rotor generator, sehingga
kedua poros tersebut memiliki putaran yang sama. Ketika telah
mencapai putaran nominal 3000 rpm, pada rotor generator
dibuat magnetasi dengan brushless exitation system sehingga
stator generator akan membangkitkan tenaga listrik dengan
tegangan 23 kV. Listrik yang dihasilkan kemudian disalurkan ke
generator transformer untuk dinaikan tegangannya menjadi 500
kV. Sebagian besar listrik tersebut disalurkan ke sistem jaringan
terpadu (Interkoneksi) se-Jawa-Bali melalui saluran udara
tegangan extra tinggi 500 kV dan sebagian lainnya disalurkan ke
gardu induk Cilegon dan daerah Industri Bojonegara melalui
saluran udara tegangan tinggi 150 kV.
4.2.1 Siklus Air dan Uap
59
Kemudian air dipompa oleh boiler feed pump ke High
Pressure Heater (HP Heater). HP Heater dibagi menjadi
beberapa tingkat, yaitu HP Heater 5 dengan temperatur
keluaran 173oC, HP Heater 6 dengan temperatur keluaran 201oC,
HP Heater 7 dengan temperatur keluaran 251oC, HP Heater 8
dengan temperatur keluaran 270oC.
Dari heater air dialirkan ke economizer dengan
memanfaatkan gas hasil pembakaran yang bertemperatur tinggi.
Hal ini bertujuan agar air yang masuk ke boiler temperaturnya
tidak jauh berbeda dengan air yang ada di dalam boiler.
Lalu air dialirkan ke steam drum. di steam drum terjadi
pemisahan air dan uap. Air di steam drum disirkulasikan ke
pipa-pipa wall tube dan down comer pada dinding boiler untuk
dipanaskan, hingga akhirnya kembali lagi ke steam drum. Aliran
pada wall tube dan down comer adalah akibat perbedaan massa
jenis air dan uap.
Uap yang telah terbentuk dipanaskan lagi di
superheater yang terdiri atas primary superheater dan
secondary superheater, hingga keluarannya berupa uap
superheated bertemperatur 538oC dengan tekanan 169 kg/cm2.
61
c. Mensuplai udara pengering batu bara
2. Force Draft Fan, sebanyak 2 buah
dengan kapasitas masing-masing 50%.
Fungsi dari force draft fan adalah:
a. Mensuplai udara pembakaran (75%-80%)
b. Penyeimbang kevakuman diruang bakar
(-10 mmH2O)
3. Induced Draft Fan sebanyak 2 buah
dengan kapasitas masing-masing 50%
Fungsi dari induced draft fan adalah:
a. Menciptakan kevakuman di ruang bakar
b. Menghisap gas hasil
pembakaran untuk
selanjutnya di buang lewat
cerobong
4. Gas Recirculation Fan, sebanyak 2
buah dengan kapasitas 100% tiap fan,
artinya dibutuhkan satu fan saja untuk
mendapatkan kapasitas 100%,
sedangkan 1 fan sebagai cadangan.
Fungsi dari gas recirculation fan
adalah:
a. Mensirkulasi ulang gas hasil
pembakaran untuk dimasukan
lagi ke ruang bakar
b. Udara tempering (menahan
kalor kalor hasil pembakaran
sebelum masuk area
superheated)
c. Meningkatkan effisiensi boiler, akibat
adanya udara tempering
5. Seal Air Fan, sebanyak 2 buah
dengan kapasitas tiap fan 100%.
Fungsi dari seal air fan adalah:
a. Menahan agar serbuk batu bara tidak
naik lagi ke coal feeder
b. Menjaga agar temperatur di puvelizer
62
sekitar 63oC
63
mesh menuju ke burner pada boiler. Jadi
udara primer berfungsi sebagai :
a. Memanaskan batubara.
b. Mentransport batubara menuju ruang
bakar.
c. Sebagai udara pembakaran dengan
presentase 20-25%
2. Siklus Udara Sekunder
64
4.2.2.2 Siklus Gas
67
20% berupa bottom ash yang jatuh ke dasar boiler.
Fly ash terbawa melewati electrostatic prescipitator
akibat tarikan induce draft fan. induce draft fan
berfungsi untuk menghisap abu terbang hasil
pembakaran dan menjaga tekanan boiler pada -10
mm WG, supaya jika terjadi kebocoran pada boiler,
api tidak tersembur keluar boiler.
Electrostatic precipitator berfungsi untuk
menangkap 99,5% fly ash dengan sistem elektrode
dan 0,5% sisanya dibuang melalui cerobong (stack).
Dari 99,5% fly ash itu dikumpulkan dan diambil
dengan alat pneumatic gravity conveyor pada unit 1-
4. Abu tersebut digunakan sebagai material untuk
bahan pembuat jalan, beton semen dan bahan
bangunan(conblock).
69
Gambar 4.13 Siklus Kelistrikan Jalur 2
70
menaikkan efisiensi siklus. Pada gambar 4. , tahap 1
merupakan uap saat berada di boiler feed pump yang
kemudian memompa air masuk ke dalam boiler pada tahap 2.
Dari tahap 2 kemudian berpindah ke tahap 2’ yang mana air
pada boiler kemudian dipanaskan sehingga berubah menjadi
uap. Kemudian dari tahap 2’ berpindah ke tahap 3 yang mana
uap panas bertekanan tinggi masuk ke turbin tekanan tinggi
(high pressure turbine). Dari tahap 3 masuk ke tahap 3’ yang
mana uap panas mengalami kenaikan temperatur oleh turbin
tekanan tinggi. Kemudian dari tahap 3’ menuju tahap 4 yang
mana uap dari turbin tekanan tinggi masuk ke turbin tekanan
menengah (intermediate pressure turbine) dan mengalami
penurunan temperatur dan tekanan. Untuk meningkatkan
efisiensi maka uap yang masuk ke turbin tekanan menengah
dipanaskan kembali oleh pemanas (reheater) sehingga
mengalami kenaikan temperatur pada tahap 4’. Dari tahap 4’
masuk ke tahap 5 yang mana uap kemudian masuk ke turbin
tekanan rendah (LP Turbine) yang kemudian uap tersebut
menggerakkan poros turbin yang terkopel dengan poros
generator sehingga generator mendapatkan input daya dari
turbin untuk menghasilkan listrik. Dari tahap 5 kemudian
masuk ke tahap 6 yang mana sisa uap dari turbin tekanan
rendah kemudian masuk ke kondenser untuk kemudian dikirim
Kembali ke boiler feed pump pada tahap 1. Berikut data yang
didapatkan dari hasil performance test pada tanggal 12 juli
2023 pada unit 4 sebagai contoh perhitungan.
=
h40 ,2 9 C −h32 ,8 7 C T 40 ,2 9 C −T 32 ,8 7 C
o o o o
KJ
h 1−137 ,75 o o
Kg 4 0 C−32 ,8 7 C
=
KJ KJ 40 , 29 o C−32 , 8 7o C
168 ,75 −137 , 75
Kg Kg
KJ
h 1−137 , 75 o
Kg 7 , 13 C
=
KJ o
7 ,42 C
31
Kg
o KJ
7 , 13 C ×31
Kg KJ
h 1= + 137 ,75
7,4 2 C
o
Kg
KJ
h 1=167 ,54
Kg
73
Tabel 4.4 Superheated Water Vapor (1)
=
h24 0 C di 18 MPa−h24 0 C di 18 MPa P 24 0 C di18 Mpa−P 24 0 C di17 Mpa
o o o o
KJ
h 224 0 C −1039 , 5
o
Kg 17 , 57 MPa−17 MPa
=
KJ KJ 18 MPa−17 MPa
1039 ,7 −1039 , 5
Kg Kg
KJ
h 224 0 C −1039 , 5
o
Kg 0 , 57 MPa
=
KJ 1 MPa
0,2
Kg
KJ
0 , 57 MPa ×0 , 2
Kg KJ
h 224 0 C =o +1039 , 5
1 Mpa Kg
KJ
h 224 0 C =1039 , 6
o
Kg
74
Kemudian dicari entalpi pada temperatur 250 oC dengan
interpolasi antara tekanan 17 MPa dan 18 MPa.
=
h25 0 C di18 MPa−h25 0 C di18 MPa P25 0 C di18 Mpa−P25 0 C di17 Mpa
o o o o
KJ
h 225 0 C −1086 , 3
o
Kg 17 ,57 MPa−17 MPa
=
KJ KJ 18 MPa−17 MPa
1086 , 4 −1086 , 3
Kg Kg
KJ
h 224 0 C −1086 , 3
o
Kg 0 ,57 Mpa
=
KJ 1 Mpa
0,1
Kg
KJ
0 , 57 Mpa ×0 , 1
Kg KJ
h 224 0 C =
o + 1086 ,3
1 Mpa Kg
KJ
h 224 0 C =1086 ,36
o
Kg
=
h 2250 C −h 224 0 C T 2250 C −T 224 0 C
o o o o
KJ
h 2−1039 ,6
Kg 241 ,3 o C−24 0o C
=
KJ KJ 25 0 o C−24 0o C
1086 ,36 −1039 , 6
Kg Kg
75
KJ
h 2−1039 , 6 o
Kg 1, 3 C
=
KJ 10 C
o
46 ,76
Kg
o KJ
1 , 3 C × 46 ,76
Kg KJ
h 2= +1039 , 6
10 C
o
Kg
KJ
h 2=1045 , 68
Kg
Untuk tahapan 2’, nilai entalpi yang digunakan adalah nilai
entalpi liquid karena uap masih dalam bentuk cairan yang
perhitungannya sebagai berikut.
Tabel 4.5 Saturated Water Pressure (2)
' h170 ¯¿
h2 − ¿
h P170 ¯¿ ¿
180 ¯¿−h170 ¯¿=P 2' − ¿¿
P180 ¯¿−P 170¯¿ ¿ ¿
' KJ
h 2 −2405
Kg ¯ ¯¿
=175 ,75 −170 ¿
KJ KJ ¯ ¯¿ ¿
180 −170
2374 , 3 −2405
Kg Kg
76
'
h 2 −2405
KJ
Kg
=5 , 75
¯¿
¿h 3=
¯ −30 ,7
5 , 75 ×
KJ
Kg ( )
KJ 10 ¯¿ ¿ KJ
−30 ,7 10 ¯
¿ + 2405 ¿
Kg Kg
KJ
h 3=2387 , 38
Kg
Untuk tahapan 3, karena nilai tekanannya sama dengan tahapan
2’, maka untuk perhitungannya menggunakan data yang sama
dengan tahapan 2’ hanya saja nilai entalpi yang digunakan
adalah nilai entalpi saturated vapor karena sudah berada pada
kondisi uap.
h170 ¯¿
h 3− ¿
h P170 ¯¿ ¿
180 ¯¿−h170 ¯¿=P 3− ¿¿
P180 ¯¿−P 170¯¿ ¿ ¿
KJ
h 3−2547 ,2
Kg ¯ ¯
¿
=175 ,75 −170 ¿
KJ KJ ¯ ¯¿ ¿
180 −170
2509 ,1 −2547 , 2
Kg Kg
KJ
h 3−2547 , 2
Kg ¯¿
=5 , 75 ¿
KJ 10 ¯¿¿
−38 ,1
Kg
h 3=
(
¯ −38 , 1
5 ,75 ×
KJ
Kg )
KJ KJ
10 ¯
¿ +2547 , 2 h 3=2525 , 29 ¿
Kg Kg
Selanjutnya pada tahapan 3’. Dengan temperatur sebesar
538,83oC dan tekanan sebesar 161,98 Kg/Cm 2 atau 15,88 MPa,
maka nilai entalpinya berada pada tekanan 15 MPa dan 16 MPa
serta temperatur 520oC dan 540oC.
77
h 3−2547 , 2
KJ
Kg ¯
=5 , 75 ¿ ¿h 3=
5 , 75 × (
¯ −38 ,1
KJ
Kg)
KJ 10 ¯¿ ¿ KJ
−38 ,1 10 ¯¿ + 2547 , 2 ¿
Kg Kg
KJ
h 3=2525 ,29
Kg
Selanjutnya pada tahapan 3’. Dengan temperatur sebesar
538,83oC dan tekanan sebesar 161,98 Kg/Cm 2 atau 15,88 MPa,
maka nilai entalpinya berada pada tekanan 15 MPa dan 16 MPa
serta temperatur 520oC dan 540oC.
Tabel 4.6 Superheated Water Vapor (2)
' '
h 3 52 0 C −h52 0 C di 15 MPa
o o P3 52 0 C −P52 0 C di 15 Mpa
o o
=
h52 0 C di16 MPa−h52 0 C di15 MPa P520 C di 16 Mpa−P52 0 C di 15 Mpa
o o o o
KJ
h 3' 52 0 C −3367 , 8
o
Kg 15 ,88 Mpa−15 Mpa
=
KJ KJ 16 Mpa−15 Mpa
3343 ,2 −3367 , 8
Kg Kg
78
' KJ
h 3 52 0 C −3367 ,8
o
Kg 0 , 88 Mpa
=
KJ 1 Mpa
−24 , 6
Kg
'
h 3 52 0 C = o
0 ,88 MPa × −24 ,6 ( KJ
Kg ) +3367 , 8 KJ
1 Mpa Kg
' KJ
h 3 52 0 C =3367 , 8
o
Kg
Kemudian dicari entalpi pada temperatur 540 oC dengan
interpolasi antara tekanan 15 MPa dan 16 MPa.
' '
h 3 54 0 C −h54 0 C di15 MPa
o o P 3 54 0 C −P54 0 C di 15 Mpa o o
=
h54 0 C di 16 MPa−h54 0 C di 15 MPa P 54 0 C di16 Mpa−P 54 0 C di15 Mpa
o o o o
KJ
h 3' 5 40 C −3423 , 2o
Kg 15 , 88 Mpa−15 Mpa
=
KJ KJ 16 Mpa−15 Mpa
3412, 1 −3423 ,2
Kg Kg
' KJ
h 3 24 0 C −3423 , 2 o
Kg 0 , 88 MPa
=
KJ 1 MPa
−11, 1
Kg
'
h 3 24 0 C =
0 , 88 MPa × −11,1
o
KJ
Kg (
+ 3423 ,2
KJ )
1 Mpa Kg
' KJ
h 3 24 0 C =3413 , 4
o
Kg
Kemudian dicari entalpi pada temperatur 538,83oC dengan
interpolasi antara temperatur 520oC dan 540oC.
79
' ' ' '
h 3 −h3 52 0 C o T 3 −T 3 520 C o
' '
= ' '
h 3 54 0 C −h 3 520 C T 3 54 0 C −T 3 52 0 C
o o o o
' KJ
h 3 −3367 ,8 o o
Kg 538 ,83 C−52 0 C
=
KJ KJ o
5 40 C−52 0 C
o
3413 , 4 −3367 , 8
Kg Kg
' KJ
h 3 −3367 , 8 o
Kg 18 ,83 C
=
KJ o
20 C
45 , 6
Kg
o KJ
18 , 83 C × 45 , 6
Kg KJ
h 3' = +3367 ,8
o
20 C Kg
' KJ
h 3 =3410 , 7
Kg
Selanjutnya pada tahapan 4. Dengan temperatur sebesar
347,75oC dan tekanan sebesar 39,14 Kg/Cm2 atau 3,83 MPa,
maka nilai entalpinya berada pada tekanan 3,5 MPa dan 4 MPa
serta temperatur 340oC dan 350oC.
80
h 4 34 0 C −h 34 0 C di3 , 5 MPa
o o P 434 0 C −P 34 0 C di3 ,5 Mpa
o o
=
h34 0 C di 4 MPa−h34 0 C di 3 ,5 MPa P34 0 C di 4 Mpa−P34 0 C di 3 ,5 Mpa
o o o o
KJ
h 4 34 0 C −3080 , 4
o
Kg 3 , 83 Mpa−3 ,5 Mpa
=
KJ KJ 4 Mpa−3 , 5 Mpa
3068 ,1 −3080 , 4
Kg Kg
KJ
h 4 34 0 C −3080 , 4
o
Kg 0 , 33 MPa
=
KJ 0 , 5 MPa
−12 ,3
Kg
h 4 34 0 C =
0 , 33 MPa× −12, 3
o
(
KJ
Kg
+3080 , 4
KJ )
0 , 5 MPa Kg
KJ
h 4 34 0 C =3072 , 3
o
Kg
Kemudian dicari entalpi pada temperatur 350oC dengan
interpolasi antara tekanan 3,5 MPa dan 4 MPa.
h 4 35 0 C −h35 0 C di 3 ,5 MPa
o o P 4 350 C −P350 C di 3 ,5 Mpa
o o
=
h35 0 C di 4 MPa −h350 C di 3 ,5 MPa P35 0 C di 4 Mpa−P 350 C di 3 ,5 Mpa
o o o o
KJ
h 435 0 C −3104 ,8o
Kg 3 , 83 Mpa−3 , 5 Mpa
=
KJ KJ 4 Mpa−3 , 5 Mpa
3093 ,3 −3104 , 8
Kg Kg
KJ
h 4 350 C −3104 , 8
o
Kg 0 ,33 MPa
=
KJ 0 ,5 MPa
−11, 5
Kg
h 4 35 0 C =
0 ,33 MPa × −11 ,5
o
(
KJ
Kg
+ 3104 , 8
KJ )
0 ,5 MPa Kg
81
KJ
h 4 35 0 C =3097 , 21
o
Kg
Kemudian dicari entalpi pada temperatur 347,75oC
dengan interpolasi antara temperatur 340oC dan 350oC.
=
h 4 350 C −h 4 34 0 C T 435 0 C −T 4 34 0 C
o o o o
KJ
h 4−3072 ,3
Kg 347 , 7 5o C−34 0 o C
=
KJ KJ o
35 0 C−34 0 C
o
3097 , 21 −3072 ,3
Kg Kg
KJ
h 4−3072 , 3 o
Kg 7 , 75 C
=
KJ o
10 C
24 , 91
Kg
o KJ
7 , 75 C ×24 , 91
Kg KJ
h 4= +3072 , 3
o
10 C Kg
KJ
h 4=3091 , 6
Kg
82
Tabel 4.8 Superheated Water Vapor (4)
=
h52 0 C di4 MPa−h 520 C di 3 ,5 MPa P52 0 C di4 Mpa−P52 0 C di3 , 5 Mpa
o o o o
' KJ
h 4 520 C −3497
o
Kg 3 , 8 MPa−3 , 5 MPa
=
KJ KJ 4 MPa−3 ,5 MPa
3491, 8 −3497
Kg Kg
' KJ
h 4 52 0 C −3497
o
Kg 0 , 3 MPa
=
KJ 0 , 5 MPa
−5 , 2
Kg
'
h 4 520 C =
o
0 , 3 MPa × −5 , 2( KJ
Kg )
+3497
KJ
0 , 5 MPa Kg
' KJ
h 4 520 C =3493 ,88
o
Kg
Kemudian dicari entalpi pada temperatur 540oC dengan
interpolasi antara tekanan 3,5 MPa dan 4 MPa.
83
' '
h 4 54 0 C −h54 0 C di 3 ,5 MPa
o o P 4 54 0 C −P54 0 C di3 , 5 Mpa o o
=
h5 40 C di 4 MPa −h54 0 C di 3 ,5 MPa P 54 0 C di 4 Mpa −P54 0 C di 3 ,5 Mpa
o o o o
' KJ
h 4 54 0 C −3542 ,3o
Kg 3 , 8 Mpa−3 ,5 Mpa
=
KJ KJ 4 Mpa−3 , 5 Mpa
3537 ,5 −3542 , 3
Kg Kg
' KJ
h 4 5 40 C −3542, 3 o
Kg 0 , 3 MPa
=
KJ 0 , 5 MPa
−4 , 8
Kg
'
h 4 54 0 C = o
0 ,3 MPa × −4 , 8 ( KJ
Kg ) +3542 , 3 KJ
0 , 5 MPa Kg
' KJ
h 4 54 0 C =3539 , 42
o
Kg
Kemudian dicari entalpi pada temperatur 539,04oC
dengan interpolasi antara temperatur 520oC dan 540oC.
' ' ' '
h 4 −h 4 52 0 C o T 4 −T 4 52 0 C o
' '
= ' '
h4 o
54 0 C
−h 4 o
52 0 C
T4 o
5 40 C
−T 4 520 C o
KJ
h 4' −3493 , 88
Kg 539 ,0 4o C−52 0o C
=
KJ KJ o
5 40 C−52 0 C
o
3539 , 42 −3493 , 88
Kg Kg
' KJ
h 4 −3493 , 88 o
Kg 19 , 04 C
=
KJ 20 C
o
45 , 54
Kg
84
o KJ
19 , 04 C × 45 , 54
Kg KJ
h 4'= +3493 , 88
20 C
o
Kg
' KJ
h 4 =3535 , 17
Kg
Selanjutnya pada tahapan 5. Dengan temperatur
sebesar 326oC dan tekanan sebesar 8 Kg/Cm2 atau 0,78 MPa,
maka nilai entalpinya berada pada tekanan 0,75 MPa dan 0,8
MPa serta temperatur 320oC dan 330oC.
=¿
h32 0 C di0 , 8 MPa−h320 C di 0 ,75 MPa
o o
KJ
h 532 0 C −3100 , 2
o
Kg 0 ,78 Mpa−0 , 75 Mpa
=
KJ KJ 0 ,8 Mpa−0 , 75 Mpa
3099 −3100 , 2
Kg Kg
85
KJ
h 5320 C −3100 ,2
o
Kg 0 , 03 MPa
=
KJ 0 , 05 MPa
−1 ,2
Kg
h 532 0 C =
o
0 , 03 MPa × −1 , 2 ( KJ
Kg ) +3100 , 2 KJ
0 , 05 MPa Kg
KJ
h 532 0 C =3099 , 48
o
Kg
=
h33 0 C di0 , 8 MPa−h33 0 C di0 , 75 MPa P33 0 C di 0 ,8 Mpa−P 330 C di 0 ,75 Mpa
o o o o
KJ
h5 330 C −3121 ,2
o
Kg 0 , 78 Mpa−0 , 75 Mpa
=
KJ KJ 0 , 8 Mpa−0 ,75 Mpa
3120 ,1 −3121 ,2
Kg Kg
KJ
h 5330 C −3121, 2
o
Kg 0 , 03 MPa
=
KJ 0 , 05 MPa
−1 , 1
Kg
h 533 0 C =
o
0 , 03 MPa× −1, 1 ( KJ
Kg ) +3121 , 2 KJ
0 , 05 MPa Kg
KJ
h 533 0 C =3120 , 54
o
Kg
86
Kemudian dicari entalpi pada temperatur 326oC
dengan interpolasi antara temperatur 320oC dan 330oC.
h 5−h5 320 C
o T 5−T 5 320 C
o
=
h 533 0 C −h 532 0 C T 533 0 C −T 5320 C
o o o o
KJ
h 5−3099 , 48 o o
Kg 32 6 C−32 0 C
=
KJ KJ 33 0o C−32 0o C
3120 ,54 −3099 , 48
Kg Kg
KJ
h 5−3099 , 48 o
Kg 6 C
= o
KJ 10 C
21, 06
Kg
o KJ
6 C ×21 , 06
Kg KJ
h 5= + 3099 , 48
o
10 C Kg
KJ
h 5=3112,12
Kg
Selanjutnya pada tahapan 6. Dengan nilai temperatur
44oC, maka nilai entalpi untuk tahapan 6 berada diantara 40 oC
dan50 oC. Untuk nilai entalpinya menggunakan entalpi vapor
(uap).
Tabel 4.10 Saturated Water Pressure (3)
87
h 6−h 4 0 C
o T 6−T 4 0 C
o
=
h5 0 C −h 4 0 C T 5 0 C −T 4 0 C
o o o o
KJ
h 6−2574 o o
Kg 4 4 C−4 0 C
=
KJ KJ 5 0o C−4 0o C
2583 , 9 −2574
Kg Kg
KJ
h 6−2574 o o KJ
Kg 4 C 4 C×9,9
= o Kg KJ
KJ 10 C h 6= + 2574
9,9 o
10 C Kg
Kg
KJ
h 6=2577 , 96
Kg
Dari perhitungan entalpi yang kemudian
digabungkan dengan data laju uap untuk tiap
tahapan, dapat diperoleh daya antar tiap tahapan
sebagai berikut.
= 423362,44 kW = 423,36 MW
92
maintenance). Artinya, pemeliharaan ini
tidak dijadwalkan sebelumnya, tetapi harus
segera dilakukan untuk mengatasi masalah
atau kegagalan pada peralatan atau sistem.
Berikut adalah beberapa strategi yang
termasuk dalam non tactical maintenance:
a. Pemeliharaan Korektif (corrective
maintenance atau CM) adalah jenis
pemeliharaan yang dilakukan tanpa
terjadwal, bertujuan untuk
memperbaiki atau mengembalikan
fungsi peralatan yang tidak beroperasi
atau tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Jenis pemeliharaan ini
melibatkan tindakan perbaikan dan
penyesuaian peralatan yang mengalami
masalah atau kerusakan. Pemeliharaan
korektif dapat dilakukan saat peralatan
sedang beroperasi maupun stand-by
ataupun peralatan sedang tidak
beroperasi.
b. Pemeliharaan Emergency adalah jenis
pemeliharaan yang harus segera
dilakukan untuk mencegah terjadinya
kerusakan atau dampak serius lainnya.
Kasus emergency terjadi ketika unit
pembangkit mengalami force outage,
yang memerlukan penanganan
kerusakan atau kelainan dengan
prioritas tinggi.
Dalam pemeliharaan emergency,
tindakan perbaikan atau perawatan
dilakukan dengan segera dan mendesak
untuk mengatasi situasi darurat yang
dapat menyebabkan gangguan serius
pada produksi atau bahkan
membahayakan keselamatan pekerja.
Pemeliharaan ini memerlukan
93
respon cepat dan efektif untuk
menghindari risiko lebih lanjut yang
dapat menyebabkan kerusakan lebih
parah atau kegagalan total pada
peralatan atau sistem.
Perbedaan utama pemeliharaan
emergency dengan pemeliharaan
Korektif terletak pada tingginya dampak
terhadap operasional unit maupun
lingkungan dan keselamatan kerja atau
instalasi (safety), dimana pemeliharaan
korektif dilakukan saat unit pembangkit
sedang beroperasi, sedangkan
pemeliharaan emergency dilakukan
karena Unit mengalami force outage
dan dituntut segera beroperasi kembali
atau berpotensi mengakibatkan unit
trip.
94
yang telah ditetapkan lebih dulu atau
kriteria tertentu lainnya serta
dimaksudkan untuk mengurangi
kemungkinan dari suatu item peralatan
mengalami kondisi yang tak diinginkan.
Namun demikian, ruang lingkup
pekerjaan pemeliharaan preventive
tidak termasuk bongkar pasang
peralatan. Pelaksanaan preventive
maintenance dilakukan tanpa harus
melakukan shutdown unit pembangkit,
namun dimungkinkan bila hanya
membutuhkan shutdown peralatan.
b. Pemeliharaan Proaktif adalah Suatu
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
untuk mengatasi akar penyebab
kegagalan suatu peralatan, dengan
melakukan tindakan berupa modifikasi
atau penggantian peralatan yang
bersifat untuk mengembalikan atau
menambah kemampuan dan keandalan
peralatan atau unit pembangkit.
Pemeliharaan proaktif juga disebut
Pemeliharaan overhaul karena
merupakan pemeliharaan outage
terencana.
c. Pemeliharaan Predictive (PdM) adalah
pemeliharaan yang dilakukan dengan
melakukan kegiatan pemantauan kondisi
dan diagnosa gejala kerusakan suatu
peralatan serta melakukan kajian
failure analysis secara dini sehingga
tindakan pemeliharaan selanjutnya
dapat dilakukan tepat sebelum
terjadinya kerusakan. Pelaksanaan
pemeliharaan predictive dilakukan
tanpa harus melakukan shutdown unit
pembangkit. Apabila sampai melakukan
95
kegiatan bongkar pasang atau overhaul
peralatan, maka tidak termasuk dalam
cakupan pemeliharaan predictive,
melainkan termasuk kegiatan
pemeliharaan korektif atau overhaul.
d. Pemeliharaan Run to Failure (RtF)
adalah kegiatan pemeliharaan run to
failure diberlakukan pada peralatan
yang tidak kritikal, sehingga peralatan
tersebut dibiarkan mengalami
kerusakan. Setelah itu dilakukan
penggantian dengan peralatan baru.
Pemeliharaan run to failure
mempertimbangkan beberapa hal salah
satunya ialah effort yang dibutuhkan
untuk melakukan pemeliharaan lebih
berat, jika dibandingkan run to failure
(biaya penggantian dan perbaikan)
Perintah kerja (Work Order (WO)) adalah
Adalah perintah kerja yang dipakai untuk
mengendalikan sumber daya yang digunakan
organisasi. WO di ranking sesuai dengan probalita
dan konsekuensi pekerjaan jika pekerjaan tersebut
tidak dilakukan. Peringkat prioritas
mempertimbangkan safety, availibility, dan output
produk. Prioritas terhadap WO adalah, sebagai
berikut:
1. Breakdowns, Kasus emergency terjadi di
mana unit pembangkit mengalami force
outage sehingga penanganan kerusakan atau
kelainan pada pemeliharaan emergency
harus dilakukan segera pada prioritas tinggi.
2. Urgent, adalah pekerjaan yang dapat
direncanakan, dijadwalkan dan diselesaikan
dalam waktu 7 hari kedepan (daily
planning).
3. Normal, adalah pekerjaan yang dapat
96
direncanakan di atas 7 hari – 1 bulan.
4.1.4 Pemeliharaan Rutin Genset
97
4. Mesin.
Memantau level cairan, tekanan oli, dan
suhu radiator secara berkala. Jika terjadi
masalah pada mesin biasanya ada peringatan
dini. Melihat dan mendengarkan perubahan
performa mesin, suara, atau penampakan
akan menunjukkan bahwa genset perlu
perbaikan.
5. Sistem Kontrol.
Memeriksa sistem kontrol secara teratur, dan
pastikan itu adalah log data yang benar
selama pemanasan mesin. memastikan untuk
mengembalikan sistem kontrol kembali ke
normal automatic standby (AUTO) saat
pengujian dan pemeliharaan selesai (jika
menggunakan ATS).
Berikut pemeliharaan rutin standby diesel
generator unit 1-4 PT. Indonesia Power Suralaya PGU
:
99
Baterai tidak digunakan secara terus-
menerus dan hanya diperlukan pada situasi tertentu,
seperti saat terjadi pemadaman listrik, dimana
baterai harus siap untuk menyediakan pasokan listrik
ke peralatan. Agar baterai dapat dipastikan siap
digunakan, diperlukan pengujian dan pemeriksaan
sebelumnya (Alfianto, 2018). Beberapa kegiatan yang
dilakukan selama pengujian dan pemeriksaan baterai
adalah sebagai berikut:
1. Mendata data teknik serta tagging atau
labeling charger dan baterai. Tujuan dari
mendata teknik serta melakukan tagging
atau labeling pada charger dan baterai
adalah untuk mengidentifikasi dan
memahami kondisi peralatan secara
mendalam. Hal ini melibatkan pengumpulan
data tentang kondisi charger dan baterai,
kapasitas baterai, tegangan dan arus baterai,
serta jumlah sel baterai. Proses ini
memungkinkan untuk memastikan bahwa
peralatan berfungsi dengan baik dan dalam
kondisi optimal. Selain itu, tagging atau
labeling dilakukan untuk memberikan
penandaan yang jelas pada charger dan
baterai agar dalam pemeliharaan atau
penggunaan, tidak terjadi kebingungan
atau kesalahan yang dapat merusak
peralatan atau menyebabkan bahaya.
2. Pengecekan tegangan. Pengecekan dapat
dilakukan dengan menggunakan AVOmeter
untuk mengukur tegangan DC dari baterai.
Pengukuran tegangan baterai dilakukan satu
per satu (per sel baterai) dan tegangan total
dari keseluruhan total dari keseluruhan
baterai yang ada di ruangan baterai tersebut
3. Pemeriksaan ketinggian larutan elektrolit
baterai.
100
Pengecekan dapat memeriksa ketinggian
elektrolit baterai melalui kotak baterai.
Penting untuk memastikan bahwa level
elektrolit tidak melebihi batas atas maupun
kurang dari batas bawah yang telah
ditentukan untuk baterai. Jika elektrolit
berada di bawah batas bawah, ini dapat
menyebabkan elektroda menjadi kering,
yang akan mengurangi kinerja baterai dan
mempengaruhi masa pakainya. Oleh karena
itu, menjaga ketinggian elektrolit pada level
yang tepat sangat penting untuk menjaga
kinerja dan usia pakai baterai.
4. Pengecekan berat jenis dan temperature
larutan elektrolit baterai. Pengecekan ini
dilakukan dengan tujuan untuk
memeriksa kondisi elektrolit baterai.
Elektrolit baterai berperan sebagai
konduktor atau penghantar elektron. Alat
yang digunakan untuk melakukan
pengukuran adalah densitymeter, yang
berfungsi untuk mengukur berat jenis dan
suhu baterai.
5. Pengecekan mur kontak antar pole baterai.
Pengecekan pada kontak antar pole baterai
bertujuan untuk mencegah terjadinya
temperatur berlebihan selama proses
equalizing charge, tes uji kapasitas, dan
reboosting charge pada baterai. Hal ini
penting karena temperatur yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
baterai atau bahkan mengakibatkan risiko
kebakaran. Dengan melakukan pengecekan
secara berkala dan mengencangkan mur
dengan benar, akan membantu
meningkatkan efisiensi dan umur pakai
baterai serta menjaga agar baterai
beroperasi dalam kondisi yang optimal.
101
6. Kabel yang terhubung pada baterai.
Saat sistem beroperasi, kabel baterai
mengalami aliran arus yang besar, dengan
puncak arus mencapai 250-500 ampere.
Tingginya arus ini dapat menyebabkan panas
berlebih pada kabel, yang pada gilirannya
dapat mengurangi elastisitas kabel dan
menyebabkan isolator mudah terkupas.
Kondisi ini sering terjadi pada isolator yang
berada dekat dengan baterai. Oleh karena
itu, perlu diperhatikan dan diawasi dengan
baik agar kabel dan isolator tetap berfungsi
secara optimal serta mencegah terjadinya
kerusakan atau kegagalan yang dapat
mengganggu operasi sistem.
7. Kotak baterai.
Kotak baterai berfungsi sebagai wadah untuk
menampung elektrolit dan elemen baterai.
Kerusakan pada kotak baterai dapat terlihat
secara visual. Contoh kerusakannya adalah
ketika kotak baterai mengalami
pembengkakan (mengembang) akibat
overcharging, atau terdapat retakan pada
kotak akibat benturan yang terjadi dalam
jangka waktu lama, yang kemudian dapat
menyebabkan kotak baterai pecah.
8. Sel baterai.
Sel baterai sering mengalami kerusakan,
termasuk kondisi ketika salah satu sel
mengalami pembengkakan akibat
overcharging, kualitas sel yang kurang baik,
atau karena usia baterai yang sudah tua.
9. Terminal dan konektor baterai.
Salah satu bentuk kerusakan yang sering
terjadi pada terminal dan konektor baterai
adalah korosi, yang disebabkan oleh uap
elektrolit baterai dan juga panas akibat
102
konektor yang kotor.
103
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada kerja praktik kali ini
adalah diharapkan mahasiswa yang melanjutkan studi operasi
dan pemeliharaan sistem pembangkit ini dapat mengetahui lebih
dalam bagaimana cara kerja dan struktur dari operasi dan
pemeliharaan sistem pembangkit tersebut seperti apa.
104
DAFTAR PUSTAKA
Alfianto, Y. (2018). Pemeliharaan Sistem DC Battery di GTG
PLTGU Blok 1 Tambak Lorok PT. Indonesia Power UP
Semarang. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
105
Area. Medan.
106
LAMPIRAN
107
108
109
110