Sistem Kerja dan Rangkaian Tank Heat pada Mesin Sinar-X Tipe
L3 PX 231
Disusun Oleh:
Christianto Nathanael Mantiri NIM. 1317010053
i
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Sistem Kerja dan Rangkaian Tank Heat pada Mesin Sinar-X Tipe
L3 PX 231
Disusun Oleh:
Christianto Nathanael Mantiri NIM. 1317010053
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan.
Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Diploma Tiga Politeknik. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan tersebut, sangatlah sulit bagi penulis untuk
dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan tersebut. Dengan demikian,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir, Sri Danaryani, M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro;
2. Nuralam, S.T, M.T selaku Kepala Program Studi D-3 Elektronika Industri;
3. Dra. B. S. Rahayu Purwanti, M.Si. dan Syan Rosyid Adiwinata, S.E., M.Han
selaku dosen pembimbing Praktik Kerja Lapangan;
4. Prasetiyohadi S.T., S.H., M.H. selaku Kepala Balai Teknik Penerbangan;
5. Zulkifli Suhanda, S.Sit, MM. selaku Kepala Seksi Elektronika Penerbangan di
Balai Teknik Penerbangan;
6. Riantino H. S, S.T, M.T selaku Koordinator Teknisi Unit Elektronika Bandara
sekaligus pembimbing Praktik Kerja Lapangan di Balai Teknik Penerbangan;
7. Seluruh staff dan pegawai di Balai Teknik Penerbangan yang telah berbagi ilmu,
waktu dan pengalaman selama Praktik Kerja Lapangan;
8. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral;
9. Sahabat yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan Praktik
Kerja Lapangan.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan Praktik Kerja Lapangan
yang telah disusun tersebut membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.3.3.1 Rangkaian Pembangkit Tegangan Tinggi ............................................. 47
3.3.3.3 Rangkaian Pemanas Filamen dan Pengatur Arus Tabung .................... 50
3.3.4 Prinsip Kerja Modul Trafo Tegangan Tinggi Tank Heat .................................. 52
v
DAFTAR GAMBAR
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.4.2 Kegunaan
Adapun kegunaan dari penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan adalah:
a. Mengetahui proses terjadinya sinar-X sehingga dapat mendeteksi barang
bawaan pada mesin sinar-X sebagai instrumen keamanan bandara dengan
menerapkan modul trafo tegangan tinggi pada sirkuit sinar-X.
b. Mengetahui dan mengenal sistem rangkaian pada modul trafo tegangan tinggi
yang bekerja di dalam tank heat mesin sinar-X.
c. Mengetahui pentingnya penerapan modul trafo tegangan tinggi terhadap proses
produksi sinar-X di dalam tank heat mesin sinar-X.
d. Mengetahui pengaruh tegangan dan arus yang dihasilkan oleh modul trafo
tegangan tinggi terhadap pengoperasian mesin sinar-X.
e. Membantu para teknisi Unit Elektronika Bandara di Balai Teknik Penerbangan
dalam melaksanakan prosedur pengujian, perbaikan, dan perawatan terhadap
modul trafo tegangan tinggi tank heat pada mesin sinar-X di setiap bandara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sinar X
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang listrik, radio, inframerah, panas, cahaya, sinar ultraviolet; tetapi
mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek sehingga dapat menembus
benda-benda dan tubuh manusia. Sinar X pertama kali ditemukan oleh seorang
profesor fisika berkebangsaan Jerman yaitu Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun
1895. Ia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari Kristal barium
platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Tahun 1901 ia
mendapat hadiah nobel atas penemuan tersebut. Sinar X mempunyai bentuk yang
serupa dengan sinar cahaya biasa, inframerah dan gelombang radio. Namun, yang
membedakan sinar-X dengan cahaya biasa ialah dari segi panjang gelombangnya.
Sinar-X mempunyai gelombang yang pendek berukuran m hingga m.
Bentuk dari spektrum gelombang elektromagnetik ditunjukkan pada Tabel 1.1.
1. Gelombang Radio −
9 0
2. Gelombang Mikro −
4
3. Sinar Inframerah −
4. Cahaya Tampak
5. Sinar Ultraviolet −
6. Sinar-X −
0
7. Sinar Gamma −
(Sumber : Laporan Penelitian Uji Kesesuaian Lampu Kolimasi dengan Berkas Radiasi Menggunakan
Alat Quality Control (QC), I Gusti A. P. Adnyana, 2014)
Selain ciri-ciri fisik, sinar X juga bersifat yaitu tidak dapat dilihat, tidak dapat
dibelokkan oleh medan magnet, tidak dapat difokuskan oleh lensa apapun, tetapi
dapat dibelokkan setelah menembus logam padat atau benda padat, mempunyai daya
tembus yang sangat tinggi, dapat difraksikan oleh unsur kristal tertentu, mempunyai
panjang gelombang sangat pendek, mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi,
dapat bereaksi dengan film sehingga timbul gambar setelah diberikan paparan. (I
Gusti A. P. Adnyana, 2014)
yaitu sumber elektron, gaya pemercepat, ruang yang hampa udara, alat pemusat
berkas elektron, dan benda penghenti gerakan elektron/target. (Yulianti
Suryaningsih, 2014)
Gambar 2.1 Pembentukan kabut elektron pada katoda sebagai sirkuit filament. Pada
waktu bersamaan di dalam tabung sinar-X terjadi penyinaran switch terbuka.
(Sumber : Dental Radiografi : Prinsip dan Teknik; Trelia Boel, 2009)
Gambar 2.2 Perjalanan elektron menyeberang dari katoda ke anoda (target). Pada
tahap tersebut terjadi high tension circuit, dimana exposure switch aktif
(Sumber : Dental Radiografi : Prinsip dan Teknik; Trelia Boel, 2009)
Secara sistematis, skema proses terjadinya sinar-X dalam tabung dental sinar-X
adalah sebagai berikut :
a. Katoda (filamen) yang berada di dalam tabung dental sinar-X dipanaskan
dengan cara mengalirkan listrik dari transformator pada tank head X-Ray
sampai bersuhu 20.000o C.
b. Karena suhu panas yang mencapai 20.000o C, maka menyebabkan elektron-
elektron dari katoda (filamen) terlepas.
c. Pada saat katoda (filamen) dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi,
elektron-elektron dari katoda (filamen) bergerak dengan cepat menuju ke
anoda (target) yang berpusat di focusing cup.
d. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada target (sasaran) sehingga
terbentuk panas (99%) dan sinar x (1%)
e. Pelindung (perisai) timah berfungsi untuk mencegah keluarnya sinar-X,
sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
f. Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan elektron dihilangkan
dengan radiator pendingin.
luas disebut 5 penyinaran atau exposure. Foton yang dihasilkan dari sistem
pembangkit sinar-X dipancarkan ketika elektron menumbuk anoda. Beda tegangan
antara katoda dan anoda menetukan besar energi sinar-X, juga mempengaruhi
pancaran sinar-X. Apabila dilihat dari spektrum dan proses kejadiannya, sinar-X
dikelompokan menjadi 2 yaitu sinar-X spektrum dua buah garis tajam (Sinar-X
Karakteristik) dan sinar-X spektrum energi kontinu (Sinar- X Bremsstrahlung).
Berikut adalah penjelasan mengenai sinar-X spektrum dua buah garis tajam
(Sinar-X Karakteristik) dan sinar-X spektrum energi kontinu (Sinar-X
Bremsstrahlung) :
a. Sinar-X Karakteristik
Setiap jenis atom terdapat tingkat-tingkat energi yang berbeda- beda, sinar-X
yang terbentuk dari proses tersebut disebut sinar-X karakteristik. Sinar-X
karakteristik merupakan sinar-X yang terbentuk melalui proses perpindahan
elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju tingkat energi yang
lebih rendah. (Yulianti Suryaningsih, 2014). Proses tersebut terjadi pada tabung
sinar-X, saat filamen katoda dipanaskan dan menyebabkan filamen berpijar
sehingga elektron-elektron bergerak dari atom-atom filamen dan kemudian
terlepas dari katoda. Elektron-elektron yang terlepas dari katoda tersebut
bergerak dengan kecepatan tinggi menuju anoda. Elektron yang ditembakan dari
katoda tersebut terdapat energi yang berupa energi kinetik. Selanjutnya pada
anoda, elektron yang ditembakkan dari katoda menumbuk elektron lain di anoda,
sehingga menyebabkan energi kinetik elektron dari katoda berubah dan
memberikan energi kinetik pada elektron di anoda. Hal tersebut menyebabkan
elektron tereksitasi dan terlepas dari lintasan orbitnya. Saat elektron kembali
dalam keadaan dasar atau setimbang, terjadi perubahan energi. Perubahan energi
tersebut ternyata mampu menghasilkan foton dengan frekuensi yang tinggi,
peristiwa tersebut menghasilkan foton sinar-X yang dan dikenal sebagai sinar-X
karakteristik. Sinar-X karakteristik terjadi di dalam tank heat sinar-X dan dipicu
dari pembangkitan tegangan tinggi oleh modul trafo tegangan tinggi. Hal tersebut
terjadi karena pembangkitan tegangan tinggi (kV) menyebabkan energi elektron
untuk bergerak dan berinteraksi satu sama lain meningkat sehingga menimbulkan
tumbukan untuk memproduksi sinar-X. (I Gusti A. P. Adnyana, 2014).
b. Sinar-X Bremsstrahlung
Metode terpenting selanjutnya dalam proses produksi sinar X adalah proses yang
dikenal dengan bremsstrahlung, yaitu istilah dalam bahasa jerman yang berarti
radiasi pengereman (braking radiation). Elektron sebagai partikel bermuatan
listrik yang bergerak dengan kecepatan tinggi, apabila melintas dekat ke inti
suatu atom, maka gaya tarik elektrostatik inti atom yang kuat menyebabkan
elektron membelok dengan tajam. Peristiwa tersebut menyebabkan elektron
kehilangan energi dengan memancarkan radiasi elektromagnetik. Elektron-
elektron yang terlepas dari katoda tidak seluruhnya menabrak ataupun melakukan
tumbukan dengan elektron-elektron pada anoda. Sebagian elektron yang bergerak
dengan kecepatan tinggi dari katoda menuju anoda dapat mengalami proses
pengereman secara tiba-tiba akibat adanya potensial atom pada anoda, sehingga
energi kinetik elektron berkurang dan terjadi perubahan energi dengan
melepaskan foton sinar-X. Peristiwa tersebut menghasilkan sinar-X dengan
proses yang berbeda dengan terjadinya sinar–X. Kejadian tersebut dikenal
dengan peristiwa sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X bremsstrahlung terjadi akibat
diproduksi terlebih dahulu melewati pengujian sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
rugi-rugi, tegangan regulasi, efisiensi, dan kenaikan suhu pada saat trafo bekerja.
Arus beban kosong yang dihasilkan juga perlu diperhatikan pada saat penerapan
trafo tegangan tinggi.
trafo di-assembling dengan inti besi dan setelah tap changer terpasang,
pengujian kedua tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah posisi tap trafo
telah terpasang secara benar dan juga untuk pemeriksaan vector group trafo.
Pengujian Rugi Besi dan Arus Beban osong
Pengujian tersebut untuk mengetahui berapa daya yang hilang yang disebabkan
oleh rugi histerisis dari inti besi (core) dan besarnya arus yang ditimbulkan
oleh kerugian tersebut. Pengukuran dilakukan dengan memberikan tegangan
nominal pada salah satu sisi dan sisi lainnya dibiarkan terbuka.
Pengujian Rugi Tembaga dan Impedansi
Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui besarnya daya yang hilang
pada saat trafo beroperasi akibat dari adanya tembaga (Wcu) dan strey loss
(Ws) trafo. Pengukuran dilakukan dengan memberi arus nominal pada salah
satu sisi dan pada sisi yang lain dihubung-singkat, dengan demikian arus
nominal terbangkitkan juga pada sisi tersebut, sehingga trafo seolah-olah
dibebani penuh. Perhitungan rugi beban penuh (Wcu) dan impedansi (Iz),
dimana pada waktu pengukuran tahanan belitan (R), Wcu dan Iz dilakukan
pada saat suhu rendah (udara sekitar (t)), maka Wcu dan Iz perlu dikoreksi
terhadap suhu acuan 75ºC.
operasi yang intuitif. Kualitas sinar-X yang diproduksi sangatlah tinggi sehingga
mengurangi bongkar muat pada tas karena mampu menembus 3 lapis barang bawaan
penumpang yang masuk ke bagasi pesawat (aircraft).
Pemeriksaan barang yang keluar atau masuk bandar udara dan pelabuhan laut
menjadi lebih efisien karena dengan alat tersebut dapat dikenali semua bentuk dan
jenis barang-barang yang diperiksa tanpa harus membuka bungkusannya. Dengan
melihat bentuk dan warna barang tersebut pada layar monitor, operator dapat
memisahkan barang-barang berbahaya, barang-barang terlarang, atau barang yang
tidak boleh dibawa / diangkut di dalam pesawat terbang (airline).
(a) (b)
Gambar 2.7 Kondisi barang sesuai pendeteksian mesin sinar-X
(a) normal untuk dibawa karena semuanya organik adalah warna oranye.
(b) Kondisi barang tidak normal untuk dibawa dimana terdapat tang dan beberapa
barang logam
(Sumber : Dokumentasi Balai Teknik Penerbangan)
Pada prinsipnya, terang dan gelapnya warna bayangan pada layar monitor
tergantung dari presentase penyerapan sinar-X yang dipancarkan oleh generator
sinar-X (tank heat) pada garis deteksi. Apabila barang yang diperiksa terbuat dari
bahan kertas dalam tumpukan yang tidak terlalu tebal, maka pada layar monitor
barang tersebut terlihat jingga terang. Dan apabila barang yang diperiksa terbuat dari
alumunium tipis, maka pada layar monitor barang tersebut terlihat gelap. Agar
pemeriksaan akurat, seorang operator harus teliti dalam mengamati barang yang
masuk ke dalam ruang deteksi dengan melihat warna pada layar monitor untuk
mencegah adanya penyelundupan barang. Misalnya ada oknum yang sengaja
membawa senjata atau barang-barang terlarang (narkotik) dan sebagainya, namun
pada barang tersebut dibungkus dengan besi atau baja dan apabila barang tersebut
masuk ke dalam ruang deteksi, maka yang kelihatan hanya warna gelap sesuai
bentuk pembungkusnya, sedang bentuk atau barang yang terbungkus tidak tampak
pada layar monitor, maka operator perlu mencurigai barang tersebut untuk
Benda atau objek diperiksa melalui lorong tunnel konveyor dan dideteksi oleh
sensor light barrier. Saat sensor tersebut mendeteksi adanya barang yang masuk
maka sensor mengirim sinyal ke unit kontrol untuk menghidupkan sinar-X yang
diproduksi oleh generator sinar-X (tank heat). Sinar X yang berbentuk kipas
menembus objek di atas konveyor. Sinar-X yang ditembakkan diserap oleh objek
yang diperiksa dan sisa dari sinar X yang dipancarkan tersebut mengenai detektor-
detektor yang bebentuk seperti huruf L. Skema gambar seperti pada Gambar 2.8
dimana sensor light barrier pada mesin sinar-X tipe L3 PX 231 memancarkan sinar-
X ke konveyor yang telah dimasukkan barang bawaan penumpang. Sinar-X yang
telah diproduksi sebelumnya oleh tank heat (generator sinar-X) dapat menembus
barang bawaan penumpang pesawat (aircraft) bahkan sampai 3 lapis sekaligus.
Gambar 2.8 Skema sensor light barrier pada mesin sinar-X tipe L3 PX 231
(Sumber : PX 231 X-ray Inspection System Fact Sheet)
Sinar-X dapat menembus barang yang sedang berjalan diatas conveyor secara
sebagian demi sebagian (seiris demi seiris), sinyal bayangan dari seluruh obyek yang
dikumpulkan garis demi garis terdiri dari 1280 pixel, bayangan 2 dimensi benda
yang diperiksa dapat terbentuk dan ditampilkan pada monitor. Saat benda/objek yang
diperiksa seiris demi seiris, sinyal–sinyal bayangan 1280 pixel secara beruntun
dikirimkan pada unit pemprosesan bayangan. Sinyal–sinyal analog dari setiap pixel
channel dikonversi ke dalam bit digital. perbedaan dari setiap pixel dari data
bayangan disimpan pada memori digital video kemudian hasil setiap pixel
membentuk sebuah pixel di layar monitor sehingga pada monitor dapat terlihat
perbedaan jenis material berdasarkan warnanya.
Semua bahan–bahan yang terdapat perbedaan ketebalan atau yang terdapat
kepadatan tinggi dapat ditembus oleh sinar-X yang ditampilkan pada monitor mesin
sinar-X. Sistem juga dapat mengenali beberapa bahan yang menjadi perhatian khusus
seperti bahan peledak dan obat yang ditampilkan dengan warna yang berbeda. Hal
tersebut untuk memberi peringatan kepada petugas operator untuk memeriksa benda
tersebut dengan seksama.
tank heat ada yang bemacam-macam bergantung pada tipe setiap mesin sinar-X.
Mesin sinar-X tipe L3 PX 231 tersusun oleh tank heat yang berbentuk seperti tangki
kotak dengan dilengkapi modul sirkuit dan tabung sinar-X.
Tank heat pada mesin sinar-X tipe L3 PX 231 menerapkan merk generator
Spellman XRB160PN192. Tank heat tersebut dirancang untuk aplikasi OEM yang
memberi daya pada tabung sinar-X internalnya hingga 160kV pada 192W.
Berdasarkan monoblok Spellman’s XRB160PN192 spefikasi dari tank heat ialah:
sirkuit tersebut diterapkan ke dalam bentuk modul yang disebut modul trafo tegangan
tinggi.
BAB III
HASIL PELAKSANAAN PKL
teknisi. Selama praktik kerja dan observasi, penulis dijelaskan tentang teori sinar-
X dan proses terjadinya sinar-X. Selanjutnya, pembimbing juga memperkenalkan
seluruh mesin sinar-X yang berada di Balai Teknik Penerbangan yang pada
umumnya diaplikasikan di setiap bandara. Penulis dibimbing juga oleh staff
teknisi untuk melakukan praktik pengoperasian mesin sinar-X dimulai dari cara
menyalakan dan mematikan X-ray; cara membedakan klasifikasi warna yang
terdeteksi oleh X-ray terhadap setiap barang bawaan penumpang; dan cara
membongkar dan merakit ulang struktur penyusun mesin sinar-X seperti tank
heat, modul interface, sensor light barrier, control generator X-ray.
Minggu Kedua (29 Juli – 02 Agustus 2019)
Penulis dijadwalkan oleh Sub Bagian Tata Usaha untuk melakukan praktik kerja
dan observasi di Unit Telekomunikasi Penerbangan. Kegiatan dilakukan di
Laboratorium Telekomunikasi Penerbangan dengan dibimbing oleh Koordinator
Teknisi Unit Telekomunikasi Penerbangan yaitu Bapak Widodo. Selama praktik
kerja dan observasi, penulis dijelaskan tentang sistem telekomunikasi yang
diterapkan oleh setiap penerbangan antara pesawat dan Air Traffic Controller
(ATC); serta instrumen-instrumen yang berfungsi untuk memancarakan
gelombang telekomunikasi pada saat penerbangan. Penulis juga dibimbing untuk
mengoperasikan instrumen telekomunikasi penerbangan seperti radar, Automatic
Terminal Information Service (ATIS), Very High Frequency Air to Ground
Portable (VHF A/G Portable), dan Automatic Message Switching Centre
(AMSC).
Minggu ke-3 (05 Agustus – 09 Agustus 2019)
Penulis dijadwalkan oleh Sub Bagian Tata Usaha untuk melakukan praktik kerja
dan observasi di Unit Navigasi Penerbangan. Kegiatan dilakukan di
Laboratorium Navigasi Penerbangan dengan dibimbing oleh Bapak Andrie
sebagai teknisi di Unit Navigasi Penerbangan. Selama praktik kerja dan
observasi, penulis dijelaskan tentang sistem navigasi penerbangan yang
merupakan proses mengarahkan gerak pesawat udara dari satu titik ke titik yang
lain dengan selamat dan lancar untuk menghindari bahaya dan/atau rintangan
penerbangan. Penulis diajarkan tentang pemahaman dan cara pengoperasian
setiap instrumen yang biasa diterapkan untuk menunjang navigasi penerbangan
seperti Doppler Very High Frequency Omni-Directional Range (DVOR),
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3.2 Modul trafo tegangan tinggi pada tank heat mesin sinar-X tipe L3 PX
231 dari (a) depan; (b) belakang; (c) atas; (d) bawah
(Sumber : Dokumentasi Pribadi dari Inventaris Balai Teknik Penerbangan)
Modul trafo tegangan tinggi pada tank heat mesin sinar-X tipe L3 PX 231
merupakan modul penyusun tank heat bertegangan tinggi yang terdiri dari beberapa
sirkuit utama pada proses produksi sinar-X. Pada modul tersebut terdapat 2 (dua)
sirkuit utama yakni pembangkit tegangan tinggi dan pemanas filamen yang memicu
3.3.2.1 Autotransformator
Autotransformator (autotrafo) merupakan komponen konsol kontrol yang
dipasang pada modul trafo tegangan tinggi sebagai alat untuk memindahkan daya
listrik dari satu rangkaian ke rangkaian lain dengan cara menaikkan atau menurunkan
tegangan yang sesuai ke seluruh modul penyusun tank heat. Autotrafo adalah
transformator yang susunan lilitan primer dan lilitan sekundernya menjadi satu dalam
satu inti (core). Lilitan primer dan sekunder tersebut dihubungkan bersamaan secara
elektrik dan magnet sehingga pada modul tersebut autotrafo dilapisi dengan magnet
yang berbentuk bulat di dalam tank heat.
Komponen autotrafo yang dipasang berjumlah 2 buah (sepasang) dimana lilitan
trafo terhubung dengan kabel jumper dan dirangkai masing-masing ke transformator
step-up dan transformator step-down pada modul trafo tegangan tinggi tank heat
mesin sinar-X. Bagian lilitan primer autotrafo dihubungkan ke sumber daya AC
yakni sebesar 240 V bersamaan dengan bagian sekunder dari lilitan sekunder. Dalam
lilitan sekunder selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk memperoleh
nilai daya yang sama, lilitan sekunder dapat dibuat dengan kawat yang lebih tipis
dibandingkan transformator biasa.
Gambar 3.4 Komponen autotransformtor yang berjumlah 2 buah pada modul trafo
tegangan tinggi tank heat mesin sinar-X tipe L3 PX 231
(Sumber : Dokumentasi Pribadi dari Inventaris Balai Teknik Penerbangan)
VL = 160 kV
VP = 220 V
Gambar 3.6 Transformator core type sebagai trafo pembangkit tegangan tinggi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi dari Inventaris Balai Teknik Penerbangan)
Komponen utama yang menyusun modul trafo tegangan tinggi pada tank heat
mesin sinar-X tipe L3 PX 231 adalah transformator pembangkit tegangan tinggi atau
trafo step-up yang berfungsi untuk membangkitkan tegangan input sebesar 220 VAC
dengan frekuensi rendah (50-60 Hz) menjadi tegangan yang sangat tinggi dan
mencapai tegangan maksimum (Vmax) 160 kVDC. Transformator pembangkit
tegangan tinggi pada modul tersebut menerapkan model core type dimana
kumparannya mengelilingi inti dengan perbandingan jumlah lilitan sekunder lebih
besar daripada lilitan primernya dengan rasio 1 : 665. Jenis inti pada sistem
kemagnetan transformator pembangkit tegangan tinggi berbentuk cruciform agar
lilitannya membentuk lingkaran sehingga mengurangi bentuk tonjolan dan
dengan inti cruciform tersebut, maka bocor fluks dapat ditekan. Transformator
dirancang dengan daya beban penuh 8.500 VA.
Berikut adalah spesifikasi dari transformator pembangkit tegangan tinggi pada
modul trafo tegangan tinggi Spellman:
Spesifikasi teknis : Satu Fasa
Model : GCT (Ground Core Transformer Type)
Tegangan efektif primer (V1) : 220 VAC
Tegangan sekunder (V2) : 160 kVDC
Arus Input : 5A
Arus Primer (I1) : 38,64 A
(Sumber : Data hasil perhitungan awal staff teknisi Unit Elektronika Bandara )
Vt = √ (3.1)
dengan EI adalah daya beban transformator dan konstanta (C) untuk transformator
model core type antara 40-70. Berdasarkan spesifikasi transformator pembangkit
tegangan tinggi, maka nilai konstanta yang dapat diambil adalah 60 sehingga
diperoleh nilai Vt yakni:
√ 00
Vt =
0
Vt = 1,54 Volt / lilit
Setelah dilakukan perhitungan pada besar tegangan per lilit (Vt) transformator,
maka dapat diperoleh jumlah lilitan pada transformator pembangkit tegangan tinggi
tersebut dengan persamaan:
N= (3.2)
dengan E adalah Gaya Gerak Listrik pada masing-masing lilitan (V) dan Vt adalah
besar tegangan per lilit pada masing-masing lilitan trafo sehingga dapat dilakukan
perhitungan jumlah lilitan transformator. Berdasarkan spesifikasi tegangan masuk
dan tegangan keluar yang dihasilkan oleh transformator pembangkit tegangan tinggi
maka dapat diperoleh jumlah lilitan pada masing-masing lilitan primer dan lilitan
sekunder yakni:
Lilitan Sekunder: Lilitan Primer:
0 000 40
Ns = Np =
4 4
Model trafo tersebut di awal ujung lilitan sekunder disambungkan dengan inti
dan badan trafo tersebut yang selanjutnya di ketanahkan (ground). Hal tersebut
dilakukan agar ujung lilitan dengan tegangan tertinggi dapat terisolasi dengan baik
terhadap bodi maupun inti transformator. Adapun karakteristik terhadap penerapan
transformator pembangkit tegangan tinggi tersebut perlu dilakukan evaluasi
perhitungan terhadap rugi-rugi tegangan, rugi-rugi daya, arus beban kosong, regulasi
tegangan dan kenaikan suhu yang dapat dianalisa dengan perhitungan tersendiri. Hal
tersebut bertujuan untuk memonitor kinerja transformaator sebagai komponen utama
pembangkit tegangan tinggi pada modul tank heat. Berikut adalah hasil perhitungan
terhadap karakteristik transformator :
- Rugi Tegangan Pada Kumparan
Rugi tegangan pada saat beban penuh harus dihitung lebih dulu baik pada kawat
atau tahanan primer maupun sekunder. Berdasarkan data spesifikasi
transformator, panjang total lilitan primer ( L1) adalah 177,108 ft, panjang total
lilitan sekunder (L2) adalah 191.618,353 ft, dan tahanan jenis trafo adalah 0,154
Ω. Jadi tahanan masing-masing adalah:
0 9
Rp = 0,154 ( ) Rs = 190,00 ( )
000 000
Rp = 0,0273 Ω Rs = 36.407,52 Ω
Jadi rugi tegangan dalam masing-masing kumparan pada saat beban penuh
adalah dengan persamaan:
VR = I×R (3.3)
- Rugi-Rugi Daya
Faktor kehilangan daya pada inti trafo dari bahan steel strip saat rapat fluks
magnet adalah sebesar B = 83.000 Wb/inchi2 = 0,81 watt/lb, berdasarkan
spesifikasi transformator, berat inti total trafo adalah sebesar 202,29 lb, maka
rugi intinya adalah:
Rugi Inti = B x Berat Inti Total (3.4)
= 0,81 watt/lb x 202,29
= 163,85 watt
Kemudian, rugi daya tembaga pada saat beban penuh dihitung dengan
berdasarkan tahanan pada masing-masing kumparan yakni dengan:
Pcu = I2 x R (3.5)
Sehingga dapat diperoleh rugi daya tembaga total adalah sebesar 0,05242 + 40,76
= 40,81 Watt. Jadi pada saat beban penuh rugi daya total adalah:
Pcutotal = Pcu2 + Pcu1 (3.6)
= 163,855 + 136,41
= 300,265 watt
(Sumber : Hasil Perhitungan Pribadi dan Unit Elektronika Bandara)
- Regulasi Tegangan
Regulasi tegangan adalah besaran perubahan tegangan karena adanya perubahan
beban. Nilai regulasi tersebut dipengaruhi oleh besarnya rugi tegangan resistif
dan rugi tegangan reaktif. Besarnya persentase rugi tegangan resistif sisi primer
dan sekunder adalah total rugi tembaga dalam persentase terhadap daya beban
trafo. Berikut hasilnya adalah:
40
VDR = 100 = 0,48 % (3.7)
00
(Sumber : Hasil Perhitungan Pribadi dan Unit Elektronika Bandara)
= 0,0185 %
Jadi persentase regulasi tegangan total, VReg = 0,48 + (0,01852 /200)= 0,48 %
Gambar 3.7 Kapasitor tegangan tinggi yang dirangkai dengan ujung lilitan sekunder
trafo pembangkit tegangan tinggi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi dari Inventaris Balai Teknik Penerbangan)
Modul trafo tegangan tinggi juga terdapat resistor redaman yang berfungsi
sebagai penghambat / tahanan arus listrik. Komponen-komponen tersebut diterapkan
sebagai penunjang sistem penyearah arus dan tegangan (rectifier) yang dipasang
dengan 2 (dua) blok, yakni pada blok katoda dan blok anoda. Hal tersebut bertujuan
agar tegangan tinggi yang sudah dibangkitkan dapat langsung dicatu daya ke anoda
dan katoda pada tabung sinar-X sehingga dapat memicu gerak percepatan elektron
yang dihasilkan oleh filamen katoda di dalam tabung dan menimbulkan energi
kinetik pada elektron tersebut bertujuan untuk menghasilkan sinar-X.
Berdasarkan hasil observasi sesuai dengan manual book Spellman dan dari
hasil pengukuran bersama tim teknisi Unit Elektronika Bandara dengan alat ukur
digital capasitor meter dan voltmeter, pada blok rectifier dari modul trafo tegangan
tinggi tank heat mesin sinar-X L3 PX 231 tersusun dari komponen-komponen
dengan nilai sebagai berikut:
C5,C6 : 88 nF (4 × 22 nF / 40 kV DC)
C7,C8 : 44 nF (2 × 22 nF / 40 kV DC)
C9 : 88 nF (4 × 22 nF / 40 kV DC)
C 10 : 44 nF (2 × 22 nF / 40 kV DC)
C 11 , C 12 : 66 nF (3 × 22 nF / 40 kV DC)
C 13 , C 14 : 1 nF / 40 kV DC / 80 kV puncak
C 15 , C 16 : 40 μF / 350 V AC
C 17 : 20 nF / 67 kV DC / 87 kV puncak
C 18 : 3 nF / 30 kV DC
Kapasitor Kapasitor
Rectifier
Rheostat
Kapasitor Resistor Dioda
Gambar 3.11 Transformator penurun tegangan pada modul trafo tegangan tinggi
tank heat mesin sinar-X L3 PX 231 yang dirangkai dengan komponen rheostat
(Sumber : Dokumentasi Pribadi dari Inventaris Balai Teknik Penerbangan)
= (3,9)
40
Adapun jumlah lilitan trafo step-down dengan berdasarkan data perhitungan nilai
daya yaitu sebesar 0,36 VA dan juga dilihat dari persamaan (3,1), maka
√
Vt =
Vt = 0,031 Volt / lilit
Lilitan Primer: Lilitan Sekunder:
40 4
Np = Ns =
00 00
3.3.2.5 Termostat
Termostat merupakan komponen yang dapat memutuskan dan
menyambungkan arus listrik pada saat mendeteksi perubahan suhu di lingkungan
sekitarnya sesuai dengan pengaturan suhu yang ditentukan. Termostat yang
diterapkan pada modul trafo tegangan tinggi tank heat mesin sinar-X L3 PX 231,
ialah Termostat Airpax Seri 6700. Termostat Airpax Seri 6700 adalah termostat
penggerak bimetalik miniatur yang memberikan penginderaan yang akurat dan andal
serta beralih dalam satu perangkat. Termostat tersebut memberikan respons positif
yang cepat dan pengulangan yang sangat baik dengan oapabillity switching 1 Amp
pada 48 VDC selama rentang suhu pengoperasian 40° C hingga 110° C (104° F
hingga 230° F). Suhu pengoperasian telah disetel secara otomatis dan tidak dapat
disesuaikan di lapangan.
Termostat Airpax Seri 6700 secara otomatis dipasang dan disolder ke modul
trafo tegangan tinggi tank heat dan berfungsi sebagai pendingin modul pada saat
modul bekerja selain minyak trafo. Termostat juga berfungsi untuk menyalakan
lampu indikator saat modul terlalu panas dalam proses pembangkitan tegangan
tinggi. Termostat mengirim pesan ke layar tampilan sirkuit konsol kontrol tank heat
atau bahkan ke tampilan layar komputer mesin sinar-X dengan membunyikan alarm.
Termostat juga dapat bekerja secara otomatis untuk menyalakan sirkuit kontrol untuk
bahkan mengganti sirkuit untuk mematikan sistem tank heat saat suhu terlalu panas.
3.3.2.6 Rheostat
Rheostat (hambatan geser) merupakan resistor variabel yang diterapkan untuk
mengontrol arus yang mengalir dalam rangkaian atau sirkuit terutama pada tegangan
tinggi. Rheostat pada modul trafo tegangan tinggi tank heat dipasang di bagian
sirkuit filamen dan dipasang pada 2 blok sekaligus, yakni blok anoda dan blok
katoda. Rheostat (mA Control) berfungsi untuk mengatur arus pemanas filamen dan
sebagai penentu besarnya arus yang masuk ke tabung sinar-X. Alat tersebut
disambung seri dengan transformator penurun tegangan (trafo filamen) untuk
memilih arus tabung yang masuk. Pengendalian arus dilakukan dari sirkuit konsol
kontrol tank heat dengan disuplai dari autotransformator untuk memilih nilai
hambatannya sehingga dapat menentukan voltage drop.
Pada pemilihan dan pengendalian arus filamen, apabila semakin besar pilihan
mA maka pilihan tap autotransformator berada pada posisi nilai hambatan yang
paling kecil,sehingga voltage dropnya kecil. Apabila nilai mA kecil maka pilihan tap
tersebut berada pada posisi nilai hambatan yang paling besar. Adapun arus tabung
ditentukan oleh besarnya tegangan pada trasformator filamen. Tegangan
transformator tersebut menentukan besarnya arus pada tabung sinar-X. Semakin
besar tegangan trafo filamen (trafo step-down), maka semakin besar pula arus yang
mengalir pada filamen tabung. Besarnya arus trafo filament dapat menentukan
banyaknya elektron bebas yang dihasilkan dan suhu panas dari filamen.
Tabung
Sinar-X
mA Kontrol
Trafo Penurun
Tegangan
Autotransformator
Rangkaian yang tersusun pada modul trafo tegangan tinggi tank heat dibentuk
saling berpadu agar dapat membuat sebuah sistem produksi sinar-X di dalam tabung
sinar-X. Sistem rangkaian atau sirkuit pada modul tersebut merupakan sistem
lanjutan dari sirkuit pada modul konsol kontrol sehingga apabila dilihat dari
konfigurasi modul, setiap komponen yang membentuk sirkuit konsol kontrol
dipasang pada modul trafo tegangan tinggi.
Secara umum sirkuit produksi sinar-X di dalam tank heat mesin sinar-X
membutuhkan beberapa modul penyusun untuk menciptakan interaksi pada setiap
komponen penyusun sirkuit agar rangkaian dapat membentuk sistem yang saling
berpadu untuk memproduksi sinar-X. Namun, pada pembahasan laporan Praktik
Kerja Lapangan, penulis memfokuskan pembahasan pada sirkuit modul trafo
tegangan tinggi tank heat. Adapun rangkaian (sirkuit) yang tersusun pada modul
trafo tegangan tinggi terdiri dari beberapa bagian rangkaian (sirkuit) diantaranya:
- Rangkaian Trafo Pembangkit Tegangan Tinggi
- Rangkaian Pengatur Tegangan Tinggi
- Rangkaian Pemanas Filamen
- Rangkaian Pengatur Arus Tabung Sinar-X
Sinar-X
Tabung
Kontrol
240VAC
Konsol
R17
Kontaktor
Autotransformator kV Selector
Exposure
Sinar-X
Transformator Pembangkit
Tabung
Kapasitor
Tegangan Tinggi (Trafo Unit Rectifier
Tegangan Tinggi
Step-Up)
yang dihasilkan dari perbedaan potensial antara tahap yang berdekatan. Dari
rangkaian diatas menunjukkan bahwa C7 dan C8 memberi input ke satu jembatan
(yang terhubung ke tegangan tinggi), C5 dan C6 memberi input dua jembatan, C3 dan
C4 tiga jembatan, dan seterusnya. Karena setiap jembatan penyearah menarik arus
AC yang sama, arus AC yang mengalir melalui sepasang kapasitor pengumpan yang
dipilih sebanding dengan jumlah jembatan yang harus diumpankan. Untuk mencapai
penurunan tegangan AC yang sama, setiap kapasitansi harus proporsional dengan
arus AC masing-masing. Dengan demikian, dipasang kapasitor pulsa untuk C1 dan
C2 karena kapasitor tersebut yang memberi input ke semua jembatan penyearah
sehingga harus menanggung arus AC tertinggi di sirkuit.
Kapasitor beban jembatan penyearah (C9 hingga C12 dan C17) bertindak sebagai
filter low-pass dan sedikit pengaruh pada impedansi keluaran. Kapasitansi kapasitor
tersebut dapat dipilih sesuai dengan tegangan riak yang dapat ditoleransi pada arus
beban tertentu karena kapasitor tersebut menanggung beban dinamis yang sama,
sehingga kapasitansinya juga harus sama. Impedansi keluaran pengali adalah sebesar
2,5 M Ω. Kemudian, penurunan tegangan pada resistor redaman (800 kΩ) adalah
sekitar sepertiga dari penurunan tegangan total, yaitu impedansi keluaran dari pengali
tersebut sekitar 1,7 MΩ. Impedansi keluaran tidak dapat berfungsi tanpa resistor
redaman karena hubungan pengali kira-kira linier hanya di bawah beban sedang.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kuat pengali pada tegangan tanpa beban
adalah 160 kVDC dengan arus hubung singkat adalah 64 mA. Penurunan tegangan
yang dihasilkan pada empat resistor redaman (4 × 200 kΩ) adalah 51,2 kV. Jadi, total
daya yang dihamburkan oleh resistor adalah 3.277 W. Dalam kondisi praktis,
dimungkinkan untuk menarik arus 10 mA pada tegangan keluaran 135 kV (P = 1350
W) untuk beberapa waktu saat mengatur tegangan tanpa beban pada 160 kV. Siklus
kerja hanya dibatasi oleh daya yang dihamburkan dalam resistor redaman (200 W per
resistor).
Tabung
mA Control Sinar-X
Trafo Step-
Down
Autotransformator
Transformator Step-
Autotransformator Stabilisator Down
mA Kontrol
(Rheostat) Tabung Sinar-X
Gambar 3.17 Blok Diagram Pemanas Filamen dan dan Pengatur Arus Tabung
(Sumber : Data Pribadi)
Penjelasan blok diagram pada sirkuit pemanas filamen dan pengatur arus
tabung adalah sebagai berikut:
Tegangan PLN 220 VAC dan arus yang mengalir akan disuplai oleh
autotransformator ke seluruh sirkuit pada modul trafo tegangan tinggi.
Autotransformator pada sirkuit tersebut juga diterapkan sebagai pengontrol dan
penyaring kVp dan arus mA pada modul sebelum diteruskan ke trafo step-
down. Autotransformator saling berinteraksi dengan mA Kontrol dan
stabilisator dalam menyaring arus dan tegangan sebelum ke trafo step-down.
Tegangan distabilkan oleh stabilisator untuk rangkaian pemanas filamen
sehingga pengaruh fluktuasi tegangan PLN tidak mengakibatkan kerusakan
yang signifikan pada filamen tabung.
Selanjutnya, pada saat yang bersamaan, mA Kontrol mengatur dan
mengendalikan arus pemanas filamen berinteraksi dengan autotransformator
dan modul konsol kontrol. Besarnya arus tabung yang dipakai oleh tabung
sinar-X ditentukan juga oleh mA Kontrol dan modul konsol kontrol sehingga
dapat membatasi mengalirnya arus filamen agar tegangan pemanas filamen
sesuai dengan kemampuan kapasitas filamen tabung sinar-X. Tahap tersebut
juga memicu diberikannya pemanasan awal pada filamen tabung sinar-X agar
terjadi pre-heating sebelum expose berlangsung.
Setelah arus disaring dan disesuaikan oleh mA Kontrol, maka trafo step-down
berperan untuk menyesuaikan tegangan yang dibutuhkan dalam proses
pemanasan tabung dengan cara menurunkan besar tegangan yang masuk
(tegangan PLN). Pada saat tegangan diturunkan oleh trafo step-down, arus
yang dihasilkan dapat meningkat. Arus-arus tersebut dapat dicatu daya ke
tabung untuk menghasilkan elektron di katoda dan memicu terjadinya emisi
termionik.
penyusun tank heat. Modul tersebut bersinergi dengan bagian penyusun lainnya di
dalam tank heat seperti modul konsol kontrol dan tabung sinar-X. Pada mesin sinar-
X tipe L3 PX 231, modul trafo tegangan tinggi dapat menghasilkan tegangan output
160 kVDC. Tegangan tinggi tersebut diterapkan antara katoda dan anoda pada tabung
sinar-X. Modul tersebut juga menghasilkan arus sebesar 1,2 mA di dalam tabung
melalui proses pemanasan filamen. Dengan adanya tegangan tinggi dan pemanasan
filamen maka elektron yang lepas dari katoda dalam tabung sinar-X dapat bergerak
cepat menuju anoda, akibatnya terjadi tumbukan antara elektron dengan anoda
(anoda sebagai target). Adanya tumbukan tersebut menyebabkan terjadinya sinar-X
karakteristik dan peristiwa bremsstrahlung yang menghasilkan sinar-X.
Gambar 3.18 Komponen penyusun tank heat mesin sinar-X tipe L3 PX 231
(Sumber : Dokumentasi Pribadi dari Inventaris Balai Teknik Penerbangan)
Hasil observasi yang diperoleh terhadap modul trafo tegangan tinggi diukur
dengan cara mengoperasikan mesin sinar-X yang masih beroperasi di Balai Teknik
Penerbangan, kemudian dimasukkan data pada konsol kontrol. Selanjutnya,
dilakukan perhitungan pada beberapa komponen penyusun modul trafo tegangan
tinggi. Hasil yang diperoleh ialah tegangan, frekuensi, dan arus yang dibutuhkan
dalam memproduksi sinar-X di dalam tank heat dapat dilihat di Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data Pengujian Modul Trafo Tegangan Tinggi Tank Heat Mesin Sinar-X
Tipe L3 PX 231 Terhadap Pembangkitan Tegangan Tinggi (kV)
1,3
Arus Tabung
1,2
1,1
1,0
0,9
0,5
kV
100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210
Gambar 3.19 Grafik pemanasan tabung mengalami puncak saat arus tabung 1,2 mA
(Sumber : Spellman High Voltage Reference Manual)
Sesuai dengan penerapan modul trafo tegangan tinggi terhadap tank heat mesin
sinar-X L3 PX 231, tegangan listrik yang dibangkitkan menentukan kualitas sinar-X.
Tinggi rendahnya nilai tegangan yang dihasilkan oleh modul trafo tegangan tinggi
memberikan kemampuan daya tembus dari sinar-X, semakin tinggi tegangan yang
dibangkitkan maka daya tembus sinar-X terhadap ketebalan objek semakin tinggi
pula. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya peningkatan tegangan tinggi
menyebabkan energi elektron bertambah sehingga percepatan gerak elektron
semakin besar. Penerapan modul trafo tegangan tinggi juga berpengaruh pada proses
pemanasan filamen dan pengaturan arus tabung. Arus yang masuk ke tabung dapat
menentukan jumlah elektron dan kuantitas radiasi. Kemudian, adanya pemanasan
filamen juga menimbulkan emisi termionik yang berfungsi untuk mengendalikan
jumlah elektron yang dihasilkan di dalam tabung.
Berikut adalah efek yang terjadi sehubungan dengan pembangkitan tegangan
tinggi (kV) dan proses pengaturan arus mA pada tabung sinar-X:
Energi elektron meningkat sehingga menyebabkan energi radiasi juga meningkat
di dalam tabung sinar-X.
Pembangkitan tegangan tinggi berpengaruh pada kontras film pada layar
monitor sehingga mesin sinar-X saat melakukan proses pendeteksian barang
mampu menembus sampai 3 - 5 lapis barang bawaan.
Perubahan kV menyebabkan radiasi hambur yang sampai ke film pada layar
monitor mesin sinar-X bertambah.
Pengaturan arus mA berpengaruh terhadap kuantitas sinar-X. Semakin banyak
kuantitas sinar-X yang diproduksi, maka semakin besar juga efek radiasi yang
ditimbulkan oleh mesin sinar-X (X-ray machine).
Pengaturan tingkat arus mA pada tabung sinar-X berpengaruh terhadap kuantitas
radiasi yang dihasilkan.
Modul trafo tegangan tinggi yang diterapkan pada tank heat mesin sinar-X tipe
L3 PX 231 mampu membangkitkan tegangan tinggi sampai 160 kV dan
menghasilkan arus sebesar 1,2 mA pada saat proses produksi sinar-X. Kualitas sinar-
X yang dihasilkan oleh tegangan listriik (kV) dari modul tersebut sangatlah baik dan
mampu menembus ketebalan benda yang padat. Dengan demikian, mesin sinar-X
tipe L3 PX 231 dirakit sebagai X-ray Baggage karena kualitas sinar-X yang
diproduksi mampu menembus ketebalan tas dan koper (bahkan sampai 3 lapis)
sebagai barang bawaan penumpang.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di
Balai Teknik Penrbangan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Penerapan modul trafo tegangan tinggi pada tank heat mesin sinar-X tipe L3 PX
231 bertujuan untuk menimbulkan terjadinya percepatan gerak elektron,
tumbukan elektron, dan emisi termionik di dalam tabung sinar-X sebagai proses
utama dalam memproduksi sinar-X.
b. Bagian utama dari modul trafo tegangan tinggi ialah transformator pembangkit
tegangan (trafo step-up) dan transformator penurun tegangan (trafo step-down)
yang dipasang saling besinergi dengan komponen–komponen dari modul konsol
kontrol, sistem pendingin, dan rectifier.
c. Setiap sirkuit pada modul trafo tegangan tinggi bertujuan untuk memicu
terjadinya proses pembangkitan tegangan tinggi sebesar 160 kV, proses
pemanasan filamen, dan proses pengaturan arus tabung sinar-X, kemudian hasil
dari sirkuit tersebut dicatu dayakan ke tabung sinar-X.
d. Penerapan modul trafo tegangan tinggi berpengaruh pada pengoperasian mesin
sinar-X tipe L3 PX 231 karena tegangan tinggi (kV) dan arus (mA) yang
dihasilkan berdampak pada kualitas dan kuatitas sinar-X yang diproduksi oleh
tank heat mesin sinar-X tersebut.
4.2 Saran
Adapun saran yang ditujukan oleh penulis kepada pihak instansi yakni Balai
Teknik Penerbangan dan Politeknik Negeri Jakarta ialah :
a. Balai Teknik Penerbangan perlu melakukan kajian dan observasi secara
mendetail terhadap modul-modul penyusun tank heat lainnya karena berdampak
pada prinsip kerja mesin sinar-X di setiap bandara.
b. Komponen kecil penyusun bagian-bagian penting mesin sinar-X perlu
disediakan manual book dan instruction book secara tersendiri oleh pihak Balai
Teknik Penerbangan agar pendataan lebih mendetail dalam menjelaskan bagian-
bagian mesin sinar-X tersebut.
c. Jangka waktu yang diberikan oleh pihak Politeknik Negeri Jakarta dalam
melaksanakan PKL sebaiknya ditambahkan minimal 2 bulan agar mahasiswa
mendapatkan banyak pengalaman dan wawasan selama menjalankan kegiatan
PKL.
d. Kegiatan PKL merupakan program yang penting untuk mahasiswa karena dapat
memberikan pengalaman bekerja langsung di lapangan. Dengan demikian, pihak
Politeknik Negeri Jakarta diharapkan dapat menyesuaikan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan industri terkini.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I Gusti Agung Putra, S.Si, M.Si. (Desember, 2014). “Uji Kesesuaian
Lampu Kolimasi dengan Berkas Radiasi Menggunakan Alat Quality Control
(QC)”. Laporan Penelitian Mandiri. Jurusan Fisika, FMIPA Universitas
Udayana. Denpasar.
Suryaningsih, Yulianti. (Juni, 2014). “Penentuan Faktor Eksposi Mesin Radiografi
Konvensional di Laboratorium Fisika Medik UNNES”. Skripsi. FMIPA
UNNES. Semarang.
Boel, Trelia. (2009). “Dental Radiografi : Prinsip dan Teknik”. ISBN 979 458 4185.
Copyright USU Press. Vol 70p. Medan.
Suyatno, Sigit. B. (16 November 2011). “Analisis Sumber Tegangan Tinggi Pada
Pesawat Sinar-X Diagnostik”. Seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir VII.
ISSN 1978-0176. Yogyakarta.
Darsono, Saefurrochman, dkk. (2012) “Analisis desain dan Uji Kinerja STT MBE
Berbasis Trafo”. Jurnal Ilmiah Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan.
BATAN. Yogyakarta.
Yadi Yunus, Suyamto. (Juni, 2014). “Perancangan Trafo Tegangan Tinggi untuk
Catu Daya Pemercepat Elektron Pada Tabung Sinar-X Radiografi”. Jurnal
Penelitian, Volume 11. ISSN : 1411-0296. BATAN. Yogyakarta.
L3 Security & Detection Systems Fact Sheet. (2013). “PX 231 X-Ray Inspection
System”. Arsip Unit Elektronika Bandara (Elband). Balai Teknik Penerbangan.
Kota Tangerang.
Russo, Paolo. (14 Desember 2017). “Handbook of X-ray Imaging Physics and
Technology”. Publisher: CRC Press. Diakses dari: Jurnal Balai Teknik
Penerbangan. Kota Tangerang.
Spellman High Voltage Electronics Corp. (2017). “Spellman’s XRB160PN192
Monoblock®”. Arsip Unit Elektronika Bandara (Elband). Balai Teknik
Penerbangan. Kota Tangerang.
Spellman High Voltage Electronics Corp. (2017). “Spellman High Voltage
Reference Manual”. 1/2020 REV. 7. Arsip Unit Elektronika Bandara (Elband).
Balai Teknik Penerbangan. Kota Tangerang.
Visi
"Menjadi pusat pengujian kelayakan, perawatan, perbaikan, kajian Teknologi
Terapan yang berskala Nasional dengan Standart Internasional di bidang Teknik
Elektronika Penerbangan, Mekanikal dan Listrik Penerbangan, Serta Teknik Sipil
dan Lingkungan Bandar Udara dan mampu menunjang kelayakan operasional
fasilitas peralatan keamanan dan keselamatan penerbangan"
Misi
Membangun kualitas SDM Teknisi dengan standart kompentensi tinggi
Membangun kualitas fasilitas Mock-Up peralatan dengan standart teknologi
labotarium penerbangan
Menyiapkan standart standart kerja yang baku
Membangun jaringan dan kerjasama sinergis
Meningkatkan kinerja organisasi
Meningkatkan kinerja administratif
Meningkatkan sarana dan prasarana kantor
Kedudukan
Balai Teknik Penerbangan merupakan unit Pelakasana Teknis di lingkungan
Kementerian Perhubungan. Balai Teknik Penerbangan berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Balai Teknik
Penerbangan dipimpin oleh 1 orang Jabatan Struktural Eselon III.a yang di sebut
Kepala Balai Teknik Penerbangan.
Tugas Pokok
Tugas Pokok Balai Teknik Penerbangan adalah melaksanakan kegiatan pengujian,
perawatan, perbaikan, dan pelayanan dibidang peralatan elektronika penerbangan,
peralatan mekanikal dan listrik penerbangan serta pengujian mutu di bidang bahan,
hasil pekerjaan sipil dan kualitas lingkungan bandar udara
Fungsi
Pelaksanaan pengujian, perawatan, perbaikan dan pelayanan di bidang peralatan
navigasi, komunikasi dan keamanan penerbangan serta elektronika bandar udara;
Pelaksanaan pengujian, perawatan, perbaikan dan pelayanan di bidang peralatan listrik
penerbangan, peralatan listrik bandar udara dan mekanikal bandar udara;
Pelaksanaan pengujian mutu di bidang bahan, hasil pekerjaan sipil dan kualitas
lingkungan bandar udara;
Pelaksanaan penyusunan rencana dan program, urusan kepegawaian, keuangan,
ketatausahaan dan kerumahtanggaan, hukum, hubungan masyarakat serta evaluasi dan
pelaporan.
Program Kerja
Balai Teknik Penerbangan di dalam menjalankann fungsinya mempunyai
beberapa program kerja seperti yang disebut dibawah ini :
Terwujudnya Balai Teknik Penerbangan sebagai lembaga penyelenggara
pengujian kelayakan operasional peralatan dan prasarana bandar udara.
Melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan penerima layanan potensial