Oleh:
Isnaeni
NIM 216121002
Oleh:
Isnaeni
NIM 216121002
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan limpahan rahmat
dan karunia-Nya, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini merupakan salah
satu tugas individu dalam mata kuliah Instalasi Listrik V. Tulisan dalam makalah ini disusun
berdasarkan informasi-informasi yang penulis peroleh selama melakukan Praktik Kerja
Lapangan di PT. Pertamina Hulu Indonesia Zona 9 Sangasanga Field. Adapun judul makalah
ini adalah “Predictive Maintenance Pada Transformator Distribusi”.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka dengan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. M. Syahrir Djalil, M.T selaku Dosen Mata Kuliah Instalasi Listrik V
2. Rekan-rekan penulis yang telah memberikan pertolongan, motivasi, dan buah pikiran.
Penulis beranggapan bahwa makalah ini merupakan karya terbaik yang dapat penulis
persembahkan. Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan yang belum
diketahui penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kririk yang sifatnya
membangun agar suatu saat penulis mampu berbuat lebih dari apa yang telah penulis
selesaikan. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis
maupun para pembaca.
Isnaeni
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah maintenance seringkali dipakai dalam dunia industri yang pada
umumnya membutuhkan peralatan ataupun mesin-mesin yang mendukung proses
produksi. Maintenance diartikan sebagai upaya dalam merawat maupun
memelihara mesin sehingga dapat mengoptimalkan kinerja dari peralatan maupun
mesin yang dipakai. Pada umumnya Maintenance dapat dibagi menjadi 2 bagian
yaitu Planned Maintenance atau pemeliharaan terencana dan Unplanned
Maintenance atau pemeliharaan tidak terencana. Dua jenis pemeliharaan terencana
yang lazim dilakukan pada peralatan ataupun mesin-mesin adalah pemeliharaan
prediktif dan pemeliharaan preventif.
Kedua jenis pemeliharaan ini dilakukan secara terencana namun memiliki
perbedaan mendasar dimana pemeliharaan prediktif biasanya memonitor kondisi
peralatan secara riil dengan memakai sensor misalnya saja mengambil data vibrasi
pada suatu peralatan untuk mengetahui kondisi mesin. Sementara itu,
pemeliharaan preventif dilakukan berdasarkan jadwal yang sudah ditentukan dan
bukan berdasarkan kondisi nyata dari peralatan atau mesin. Misalnya, dilakukan
penggantian oli pada suatu mesin setiap kali mesin mencapai jam kerja ataupun
jarak tertentu. Perbedaan mendasar lainnya adalah pemeliharaan prediktif
dilakukan pada saat mesin beroperasi untuk mendapatkan data aktual dari mesin
sementara pemeliharaan preventif dilakukan pada saat mesin tidak beroperasi atau
mati. Pada kesempatan kali ini, makalah ini akan fokus pada pemeliharaan
prediktif yang biasa dilakukan pada mesin dan peralatan industri. Predictive
maintenance yang sering disingkat dengan PdM merupakan suatu upaya
pemeliharaan ataupun perawatan terhadap aset dengan cara memonitor kondisi
dari peralatan pada saat operasi normal untuk mengurangi kerusakan pada waktu
yang akan datang. Seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf diatas bahwa
pemeliharaan prediktif ini akan memprediksi kondisi aktual peralatan dengan
memakai sensor yang ada. Adapun jenis-jenis pemeliharaan prediktif adalah
pengambilan data vibrasi, termografi, monitoring akustik, inspeksi ultrasonik,
6
analisa oli dan lain sebagainya. Kebutuhan akan pemeliharaan prediktif tentu
semakin meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan industri di Indonesia.
Perawatan aset tentu sangat dibutuhkan agar dapat mengoptimalkan kerja
peralatan ataupun mesin-mesin produksi sehingga pendapatan perusahaan juga
dapat terjaga dengan baik.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Transformator Distribusi
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain tanpa mengubah frakuensi dari sistem, melalui suatu gandengan magnet
dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnet.
Tujuan dari penggunaan transformator distribusi adalah untuk mengurangi
tegangan utama dari sistem distribusi listrik untuk tegangan pemanfaatan
penggunaan konsumen.Transformator distribusi yang umum digunakan adalah
transformator step-down 20kV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan
tegangan rendah adalah 380 V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada tegangan
rendahnya dibuat diatas 380V agar tegangan pada ujung penerima tidak lebih
kecil dari 380V. Sebuah transformator distribusi perangkat statis yang dibangun
dengan dua atau lebih gulungan digunakan untuk mentransfer daya listrik arus
bolak-balik oleh induksi elektromagnetik dari satu sirkuit ke yang lain pada
frekuensi yang sama tetapi dengan nilai-nilai yang berbeda tegangan dan arusnya.
Transformator distribusi yang terpasang pada tiang dapat dikategorikan menjadi :
Transformator konvensional (Conventional transformers).
Transformator lengkap dengan pengaman sendiri (Completely self-protecting
( CSP ) transformers).
Transformator lengkap dengan pengaman pada sisi sekunder (Completely
self-protecting for secondary banking ( CSPB ) transformers).
8
terpasang langsung pada tangki trafo sebagai proteksi terhadap petir. Untuk
proteksi terhadap beban lebih, digunakan fuse yang dipasang di dalam tangki.
Fuse ini disebut weak link. Proteksi trafo terhadap gangguan internal
menggunakan hubungan proteksi internal yang dipasang antara beliran primer
dengan bushing primer.Completely self-protecting for secondary banking
( CSPB ) transformers mirip dengan CSP transformers, tetapi pada trafo jenis ini
terdapat sebuah circuit breaker pada sisi sekunder, circuit breaker ini akan
membuka sebelum weak link melebur.
Trafo yang umum dipakai distribusi yaitu trafo 3 fasa dan trafo satu fasa.
Trafo tiga fasa paling banyak pemakaiannya karena tidak memerlukan ruangan
yang besar, labih murah, pemeliharaan persatuan barang lebih mudah dan lebih
murah.
9
Gambar 2.1 Konstruksi Transformator
Apabila trafo diasumsi sebagai trafo ideal dimana tidak terjadi rugi-rugi daya pada
trafo, maka daya pada kumparan primer (P1) sama dengan daya pada kumparan
sekunder (P2). Besar tegangan dan arus pada kumparan sekunder diatur
menggunakan perbandingan banyaknya lilitan antara kumparan primer dan
kumparan sekunder berdasarkan rumus.
Dimana:
Vp Np Ip Ns
Np = Banyaknya lilitan kumparan sisi primer = dan =
Vs Ns Is Np
Ns = Banyaknya lilitan kumparan sisi sekunder
Vp = Tegangan sisi primer (V)
Vs = Tegangan sisi sekunder (V)
Ip = Arus sisi primer (Amp)
Is = Arus sisi sekunder (Amp)
10
2.1.2 Bagian Transformator
11
Transformator miliki dua kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder, dan kedua kumparan ini bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah
secara elektris namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki
reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan
sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti
yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka
mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di
kumparan primer terjadi induksi ( self induction ) dan terjadi pula induksi di
kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut
sebagai induksi bersama ( mutual induction ) yang menyebabkan timbulnya
fluksmagnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika
rangkaian sekunder dibebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan.
BAB III
PEMBAHASAN
12
yang langsung memonitor kondisi dan kinerja dari peralatan pada saat operasi
normal untuk mengurangi kerusakan atau kegagalan di waktu mendatang.
Predictive Maintenance (PdM) membuat suatu organisasi dapat dengan mudah
mengevaluasi kondisi peralatan dengan melakukan pemantauan kondisi di waktu-
waktu tertentu yang sudah di jadwalkan dan pengecekan berkelanjutan.
Tujuan utama dari pendekatan PdM adalah untuk melakukan kegiatan
maintenance di waktu-waktu yang telah dijadwalkan yaitu diwaktu-waktu paling
efektif dan juga sebelum suatu equipment mengalami kegagalan. Pendekatan ini
menjanjikan keefektifan dari segi biaya dan waktu karena kegiatan-kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat.
13
dalam waktu singkat (0,5 siklus sampai satu menit) .
14
Gambar 3.1 Power Quality Analyzer
Untuk prinsip kerja alat ini tergantung dari merek hingga fitur yang ditawarkan
oleh alat power quality analyzer yang dipunyai. Dimana biasanya untuk
pengukuran dilakukan selama 15 menit dan pengambilan datanya adalah selama
10 detik. Langkah-langkah pengukuran yang perlu diikuti adalah:
15
Mulai recording dan simpan hasilnya.
16
1) Thermography Infrared
Teknik Predictive Maintenance (PdM) di desain khusus untuk
membantu menentukan kondisi aset peralatan yang digunakan sebagai
acuan prediksi kapan kegiatan pemeliharan aset harus dilakukan. PdM
merupakan bentuk pemeliharaan yang langsung memonitor kondisi dan
kinerja dari peralatan pada saat operasi normal untuk mengurangi kerusakan
atau kegagalan di waktu mendatang. PdM membuat suatu organisasi dapat
dengan mudah mengevaluasi kondisi peralatan dengan melakukan
pemantauan kondisi di waktu-waktu tertentu yang sudah dijadwalkan dan
pengecekan berkelanjutan.
Tujuan utama dari pendekatan PdM adalah untuk melakukan kegiatan
maintenance di waktu-waktu yang telah di jadwalkan yaitu diwaktu-waktu paling
efektif dan juga sebelum suatu peralatan mengalami kegagalan. Pendekatan ini
menjanjikan keefektifan dari segi biaya dan waktu karena kegiatan-kegiatan
maintenance yang dilakukan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat. Berikut
adalah kamera yang digunakan untuk mendeteksi tingkat kepanasan suatu alat di
tunjukkan pada Gambar 3.2
17
Thermograpphy infrared adalah teknik pencitraan yang memanfaatkan energi
infra merah yang dihasilkan oleh sebuah benda. Infra merah adalah pancaran
panas radiasi yang merupakan fungsi dari temperatur dan pancaran material
sebuah objek. Semakin panas suatu benda maka semakin besar energi yang
dipancarkan dan semakin terang terang warna benda tersebut. Sebaliknya,
semakin gelap warna benda maka semakin kecil radiasi yang dipancarkan (warna
hitam memiliki pancaran = 1).
Thermography infrared yang memanfaatkan pada perubahan temperatur
mudah di aplikasikan pada jaringan listrik yang sedang beroperasi. Dengan
membiarkan arus yang mengalir melalui suatu komponen, maka temperatur yang
terukur adalah perubahan panas yang terjadi akibat arus yang mengalir pada
sebuah beban yang mengikuti kaedah hukum Ohm. Semakin besar arus yang
mengalir maka semakin besar daya yang diterapkan sehingga semakin besar panas
yang terdisipasi. Inspeksi menggunakan kamera infra merah pada jaringan listrik
yang sedang beroperasi menghasilkan sebuah pola temperatur .
Berdasarkan pola temperatur tersebut kemudian dilakukan analisa
menggunakan software. Pengamatan dilakukan dengan memperhatikan disipasi
panas dan biasanya dibandingkan dengan standar atau panas yang ditimbulkan
saat kondisi normal. Standar yang banyak digunakan dalam beberapa penelitian
seperti terlihat pada Tabel 1 yang merupakan standar yang dikeluarkan oleh
Electric Power Research Institute (EPRI) yaitu sebuah organisasi yang melakukan
penelitian tentang industri tenaga listrik di Amerika Serikat.
Selain itu pihak produsen kamera infra merah juga memberikan standar yang
sama seperti yang dikeluarkan oleh FLIR yang terlihat pada Tabel 3.3 Dengan
diketahui adanya anomali secara dini maka perawatan atau perbaikan terhadap
komponen tersebut dapat dilakukan sebelum terjadi kerusakan sehingga kegagalan
ataupun kecelakaan dapat dihindari. Berikut adalah pedoman Standar Inspeksi dan
Referensi Suhu Operasi yang di tunjukan pada Tabel 3.1, Tabel 3.2, dan Tabel 3.3
18
Tabel 3.1 Standar Inspeksi Thermography
Keterangan:
Rendah Memerlukan pemantauan dan pemeriksaan awal
Menengah Memerlukan perhatian
Tinggi Memerlukan perhatian segera
Kritis Memerlukan perbaikan langsung
Tabel 3.2 Referensi suhu operasi pada beberapa obyek menurut EPRI
Referensi Suhu Operasi
No. Obyek
(oC)
1 Terminasi biasa 45
2 Body Transformator 60
3 Terminasi Trafo 55
4 Terminasi Breaker 45
5 ACB 60
6 Breaker Besar 60
7 Breaker Kecil 55
8 MCB Besar 55
9 MCB Kecil 45
10 Kontaktor Besar 70
11 Kontaktor Kecil 65
12 Overload Relay 55
19
13 Sambungan Kontaktor- 75
Overload
14 Switch 60
15 Fuse 50
16 Motor 1 s.d 2 PK 60
17 Motor > 10 PK 115
20
Tabel 3.3 Standard of Thermography Inspection FLIR
Kenaikan Temperatur
No Rekomendasi Kelas
(oC)
1 0-9 Pemantauan 0
2 10-29 Perbaikan pada periode 1
berikutnya
3 30-50 Perbaikan tidak terjadwal 2
4 >50 Perbaikan segera 3
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Penerapan “Predictive Maintenance” sebagai upaya mempertahankan
reliability dan availability jaringan listrik, stasiun trafo, switchgear maupun sistem
penyalur petir (Lightning Protection System). Sistem pemeliharaan ini akan
memudahkan Perusahaan Industri dalam monitoring maupun penyediaan atau
investasi material dalam rangka pemenuhan standar operasi ISO9001 dan ISRS9
dalam bidang industri Migas.
Manfaat dilakukan Pemeliharaan dengan maksud untuk memperbaiki
kerusakan pada sistem jaringan dan penyempurnaan pada jaringan tegangan
menengah selain itu pemeliharaan dilakukan dengan tujuan, antara lain untuk
memperpanjang usia pada alat, meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan
produktifitas, memelihara aset pada jaringan distribusi tegangan menengah.
Pemeliharaan-pemeliharaan yang dilakukan terhadap jaringan distribusi yakni :
1. Membersihkan Jaringan dari sentuhan dahan (untuk jaringan dengan
konduktor telanjang).
2. Untuk jaringan dengan twisted cable ,pemeliharaan agak jarang
kecuali untuk kabel yang tertekan pada pohon.
3. Memonitor keseimbangan beban masing masing Fasa,agar
konduktor netral tidak dialiri arus besar, yang bisa membuat
masalah.
4. Memonitor hot spot konduktor fasa / metral terutama konduktor
netra (bila sampai putus)
5. Memperbaiki Tegangan drop yang sering terjadi pada SR
akibat terlalu banyak tarikan kabel SR.
4.2 Saran
1) Pastikan untuk selalu memakai Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap
sebelum melakukan pemeliharaan ataupun saat pengoperasian.
22
2) Pastikan untuk selalu mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP)
sebelum melakukan pemeliharaan dan pengoprasian
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Y. Y. A. GINTING, PENTINGNYA PEMELIHARAAN PREDIKTIF DALAM
PENGELOLAAN ASET, JAKARTA TIMUR: ADIKARI WISESA, 2021.
LAMPIRAN
25 Transformator
Gambar 5.3 Terminasi
Dokumentasi Kegiatan
26