Anda di halaman 1dari 45

ANALISIS TAHANAN KAKI GARDU INDUK PADA SISTEM

150 KV PT.BEKASI POWER

A final project report


presented to
the Faculty of Engineering

Presented By:
Agus Riyanto
002201405042

in partial fulfillment
of the requirements of the degree
Bachelor of Science in Electrical Engineering

President University
May 2018
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir dengan judul “ANALISIS TAHANAN KAKI
GARDU INDUK PADA SISTEM 150 KV PT.BEKASI POWER” adalah hasil dari
pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat atau materi dari sumber lain telah di kutip dalam
daftar pustaka yang sesuai. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika
pernyataan ini tidak sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang
akan dikenakan pada saya.

Cikarang, Mei 2018

Agus Riyanto

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS TAHANAN KAKI GARDU INDUK PADA


SISTEM 150 KV PT.BEKASI POWER

Dibuat Oleh:

Agus Riyanto
NIM: 002201405042

Disetujui Oleh:

Joni Welman Simatupang, Ph.D Antonius Suhartomo, Ph.D


Dosen Pembimbing Kepala Program Studi Teknik Elektro

iii
UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama, saya mengucapkan syukur kehadirat Robb Sang Maha Pencipta semesta
alam yang telah memberi kekuatan dan pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan laporan
tugas akhir saya. Dan tak lupa yang selalu menjadi motivasi saya dalam hidup adalah kedua
orang tua saya yaitu Sumardi (Alm) dan Wasilah. Mereka yang telah melahirkan,
membesarkan. mendidik dan selalu mendoakan dalam setiap aktivitas dan kesuksesan saya.
Dan yang paling banyak memberi semangat dan motivasi kepada saya untuk selalu
menyelesaikan laporan tugas akhir ini yaitu istri tercinta Afit Wahyuni,S.S.

Dan juga ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing saya yaitu bapak Joni Welman
Simatupang,Ph.D yang selalu membimbing dan memberi motivasi sejak awal pembuatan
tugas akhir hingga selesai. Dan juga tak lupa kepada Kepala program studi Teknik Elektro
yaitu bapak Antonius Suhartomo, Ph.D dan Dekan Fakultas Teknik bapak Dr.-Ing.Erwin
Sitompul, M.Sc. yang telat memberikan banyak ilmu terkait metode penulisan laporan akhir
yang benar. Terima kasih kepada seluruh bapak/ibu dosen teknik elektro dan dosen mata
kuliah umum yang telah memberikan banyak pengetahuan dan mohon maaf tidak saya
sebutkan satu persatu serta teman-teman seperjuangan Electrical Engineering angkatan 2014.

Dan tidak lupa terima kasih kepada bapak Rusbiyanto yang telah membantu dalam
mengambil data penelitian, bapak Teguh Setiawan selaku direktur utama PT. Bekasi Power
yang sudah memberikan ijin penelitian di lokasi PT.Bekasi Power, bapak Slamet Susanto
selaku Station Manager PT. Bekasi Power yang selalu mendukung pelaksanaan penelitian,
rekan-rekan tim Electrical PT. Bekasi Power yang sudah banyak membatu proses penelitian
tentang Grounding. Dan teman seperjuangan ketika bimbingan maupun mengerjakan tugas
akhir yaitu Bapak Heri Kusmawan, Randy Anugrah yang sudah selalu memberikan dukungan
dan masukan.

Cikarang, Mei 2018

Agus Riyanto
iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH

Dengan ini, untuk tujuan pengembangan sains dan teknologi, penulis mengesahkan dan
menyetujui untuk memberikan hak bebas royalti kepada President Univrsity atas laporan
proyek akhir penulis dengan judul :

ANALISIS TAHANAN KAKI GARDU INDUK PADA SISTEM


150 KV PT.BEKASI POWER

Dengan hak bebas royalti yang tidak eksklusif ini, President University berhak untuk
melestarikan, mengkonversi, mengelola dalam database, memelihara, dan mempublikasikan
laporan akhir proyek penulis dengan kewajiban dari President University untuk menyebutkan
nama penulis sebagai pemilik hak cipta dari laporan akhir proyek penulis.

Cikarang, Mei 2018

Agus Riyanto
002201405042

v
ABSTRAK

Sistem pentanahan merupakan salah satu bentuk sistem yang terintegrasi pada sistem
ketenagalistrikan untuk sistem proteksi secara keseluruhan dari gangguan yang
memungkinkan terjadinya kerusakan pada peralatan, sehingga berakibat pada putusnya
kontinuitas pelayanan daya ke konsumen. Beberapa cara sistem pentanahan yang
dipergunakan adalah dengan penanaman elektroda (konduktor) didalam tanah secara vertikal
(rod), horizontal (sejajar dengan permukaan tanah) dalam bentuk kisi-kisi (grid) dan
kombinasi dari kedua susunan tersebut sehingga diperoleh konfigurasi pembumian yang
efektif terhadap elektroda yang dipakai. Penelitian dilaksanakan pada 3 sistem 6 objek
jaringan 150 kV PT.Bekasi Power. Pengukuran pentanahan tower dilakukan dengan
mengukur nilai tahanan pentanahan menara melalui kaki menara dengan menggunakan alat
earth tester. Rangka-rangka menara di hubungkan dengan pentanahan grid yang di tambah
dengan satu batang elektroda.Nilai aktual pentanahan yang diperoleh dari pengukuran adalah
maksimal 1.21 Ω dan minimal 1.13 Ω. Nilai pentanahan yang diperoleh tersebut masih dalam
rekomendasi SNI 04-0225-2000, “Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 ( PUIL 2000)”.
Semakin kecil nilai pentanahan yang diperoleh maka semakin bagus sistem pentanahannya.
Kata Kunci : Sistem Pentanahan Elektroda Batang, Nilai Pentanahan, PUIL 2000, Digital
Earth Tester, Spesifiikasi Material

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ................................................................ v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................... 1
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan .................................................................................. 2
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................ 2

BAB II TEORI DASAR DAN SPESIFIKASI


2.1 Pentanahan Jaringan .............................................................................. 4
2.1.1 Akibat-akibat yang disebabkan gangguan ................................... 5
2.1.2 Tujuan Pentanahan Peralatan ....................................................... 5
2.2 Tahanan Kaki Pada Permukaan Tanah dengan tahanan Jenis
Homogen ............................................................................................... 6
2.2.1 Komponen Pentanahan .............................................................. 7
2.3 Elektroda Pentanahan ............................................................................ 9
2.3.1 Elektroda Bentuk Batang ............................................................. 10
2.3.2 Elektroda Bentuk Pita .................................................................. 12
2.3.3 Elektroda Bentuk Plat .................................................................. 13
2.4 Sifat-Sifat Elektroda Pentanahan ........................................................... 14
2.5 Tahanan Jenis Tanah ............................................................................. 14
vii
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Langkah-langkah Penelitian ................................................................. 16
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 18
3.3 Alat-alat Instrumen Penelitian ............................................................... 23
3.4 Langkah-langkah Pengambilan Data ..................................................... 23

BAB IV. ANALISA PERHITUNGAN


4.1 Spesifikasi Material dan Jenis Elektroda ............................................... 26
4.2 Menentukan Nilai Pentanahan Trafo T1.2 ............................................ 26
4.3 Menentukan Nilai Pentanahan Trafo T1.3. ............................................ 28
4.4 Menentukan Nilai Pentanahan Sistem Bus Coupler .............................. 29
4.5 Menentukan Nilai Pentanahan OHL Jababeka ...................................... 30
4.5.1 Menentukan Nilai Pentanahan OHL Jababeka I .......................... 30
4.5.2 Menentukan Nilai Pentanahan OHL Jababeka II ......................... 31
4.6 Diskusi dan Analisa Perhitungan Teori dengan Aktual ......................... 32

BAB V. KESIMPULAN & SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 34
5.2 Saran ...................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 35

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Elektroda Bentuk Batang ............................................................ 11


Gambar 2.1 Elektroda Bentuk Pita ................................................................. 12
Gambar 2.1 Elektroda Bentuk Plat ................................................................. 13
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Tugas Akhir ............................ 17
Gambar 3.2 Jaringan Transformer T-1.1 ........................................................ 18
Gambar 3.3 Jaringan Transformer T-1.2 ........................................................ 19
Gambar 3.4 Jaringan Transformer T-1.3 ........................................................ 20
Gambar 3.5 Jaringan Bus Coupler .................................................................. 21
Gambar 3.6 Jaringan OHL Jababeka 1 ........................................................... 21
Gambar 3.7 Jaringan OHL Jababeka 2 ........................................................... 22
Gambar 3.8 Ilustrasi Pengukuran dengan Tester Pengukuran ......................... 24
Gambar 3.9 Digital Earth Resistance Test ....................................................... 25
Gambar 3.10 Diagram Alir Proses Pengukuran Hambatan
Pentanahan dengan Elektroda Batang .......................................... 25
Gambar 4.1 Elektroda Batang Pentanahan ...................................................... 26

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahanan Jenis Tanah ........................................................................... 14


Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ........................................................................... 23
Tabel 4.1 Perbandingan Nilai Hambatan Sistem T1.2 dengan Nilai Aktual ...... 27
Tabel 4.2 Perbandingan Nilai Hambatan Sistem T1.3 dengan Nilai Aktual ...... 28
Tabel 4.3 Perbandingan Nilai Hambatan Sistem Bus Coupler Dengan
Nilai Aktual ......................................................................................... 30
Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Hambatan Sistem OHL Jababeka I
dengan Nilai Aktual ............................................................................ 31
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Hambatan Sistem OHLJababeka I dan II
dengan Nilai Aktual ............................................................................. 32

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk menjamin keamanan dan keselamatan manusia terhadap bahaya
tegangan lebih pada gardu induk diperlukan sistem pembumian yang baik, yaitu sistem
pembumian yang dirancang melalui suatu perhitungan yang teliti. Salah satu faktor yang
harus diperhatikan adalah tahanan jenis tanah di area gardu induk tersebut.
Apabila manusia berada di dalam areal switchyard pada saat terjadinya
gangguan, arus listrik dapat mengalir pada tubuh manusia yang apabila melewati nilai
tertentu dapat menyebabkan luka bahkan kematian pada manusia, hal ini disebabkan
adanya perbedaan potensial tegangan pada permukaan tanah. Pada gardu yang
mengalami gangguan ke tanah, arus akan mengalir dalam tanah, sehingga akan
menimbulkan tegangan pada permukaan tanah di area pembumian gardu induk tersebut,
untuk mengurangi resiko tersebut maka, digardu induk perlu adanya sistem pembumian
yang baik.
Selain itu biasanya permukaan tanah dilapisi oleh lapisan batu koral setebal 8
sampai 20 cm dengan tujuan untuk mengurangi perbedaan potensial tegangan pada
permukaan tanah pada saat terjadi gangguan tersebut.
Karena pembumian sangat penting, yaitu selain untuk mencegah terjadinya
kerusakan-kerusakan pada peralatan yang ada di dalam gardu induk yang diakibatkan
adanya perbedaan potensial tegangan pada tanah dan juga untuk mencegah terjadinya
kecelakaan bagi manusia yang sedang berada dalam areal gardu induk, maka diperlukan
perhitungan dan perencanaan yang seteliti mungkin.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan tugas skripsi ini adalah :
1. Mengetahui nilai hambatan pembumian yang terpasang saat ini pada area
Gardu Induk 150 kV PT.Bekasi Power untuk mencegah terjadinya
kecelakaan bagi manusia yang sedang berada dalam areal gardu induk.

1
2. Memberikan rekomendasi perbaikan kualitas tahanan pembumian pada
Gardu Induk apabila terdapat nilai hambatan melebihi nilai standar
berdasarkan PUIL 2000.

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam penulisan tugas akhir ini penulis memberi batasan-batasan agar uraian
dalam tugas akhir ini tidak meluas, antara lain :
1. Hasil pengukuran tahanan pembumian dengan metode perbandingan 3
elektroda dengan menggunakan alat Digital Earth Tester.
2. Hasil pengukuran tersebut akan dikomparasikan dengan nilai standar
berdasarkan PUIL 2000

1.4 Metode Penulisan


Dalam menyusun tugas skripsi ini, metodologi yang dipakai dalam melakukan
studi masalah adalah dengan menggunakan literatur-literatur yang ada dan juga data-
data yang diperoleh.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dibagi menjadi 5 (lima) bab, dimana setiap bab akan
membahas :
 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang ringkasan materi dasar yang terdiri dari latar
belakang masalah, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
 BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang teori dasar pembumian untuk mendukung
pemahaman materi pada bab-bab selanjutnya.

 BAB III METODE PENELITIAN


Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam menyelesaikan
tugas skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Literatur
Penelitian ini dilakukan dengan mencari data-data yang diperoleh dari
sumber informasi yang telah ada yang dapat dipakai sebagai acuan
2
seperti jurnal, paper, standar internasional, buku-buku, modul kuliah
dan sebagainya.
2. Penelitian ditempat kerja atau di lapangan.
Mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk analisa seperti :
a. Data alat
b. Gambar jaringan
c. Gambar pengambilan data hambatan.
 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN
TAHANAN KAKI
Bab ini berisi tentang pengambilan data asli nilai tahanan pembuminan
dari 6 objek :
1. Transformator daya ( T-1.1 )
2. Transformator daya ( T-1.2 )
3. Transformator daya ( T-1.3 )
4. Bay Coupler
5. OHL JABABEKA 1
6. OHL JABABEKA 2
Setelah dilakukan dan didapat hasilnya lalu kita bandingkan dengan nilai
standart nilai PUIL 2000 untuk menentukan baik atau buruknya nilai
tahanan tersebut.

 BAB V KESIMPULAN
Bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan dari masalah yang
dibahas dalam bab sebelumnya.

3
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pentanahan Jaringan [1]

Sistem pentanahan biasanya menggunakan konduktor yang ditanam secara vertikal


maupun horizontal (rod) atau dalam bentuk kisi-kisi (grid) dimana konduktor
pentanahan biasanya terbuat dari batang tembaga dan memiliki konduktivitas tinggi,
memiliki kekuatan mekanis, tahan terhadap peleburan dari keburukan sambungan listrik,
dan tahan terhadap korosi. Pada umumnya tembaga digunakan sebagai bahan untuk
konduktor pentanahan karena tembaga dapat dikatakan mempunyai sifat yang
memenuhi syarat diatas. Pentanahan dengan menggunakan sistem grid sangat umum
diterapkan pada gardu induk, disamping itu juga dikenal sistem gabungan grid-rod.
Kedua sistem ini jarak antara konduktor paralelnya sama (sistem grid simetris).
Kelemahan dengan sistem tersebut adalah bahwa untuk memperoleh tegangan
permukaan yang masih memenuhi syarat keamanan, dibutuhkan konduktor pentanahan
yang lebih panjang.

Penelitian ini ditujukan untuk menganalisa pentanahan dengan menggunakan


sistem grid simetris. Pentanahan dengan sistem grid ini dilakukan dengan menanamkan
batang-batang elektroda pentanahan dalam tanah pada kedalaman beberapa cm, sejajar
dengan permukaan tanah dan elektroda tersebut dihubungkan satu dengan lainnya
sehingga membentuk beberapa jaringan. Makin banyak konduktor yang ditanam dengan
sistem ini, maka tegangan yang timbul pada permukaan tanah pada saat terjadi gangguan
ke tanah akan terdistribusi merata. Pada pentanahan sistem grid simetri ini apabila
jumlah elektroda pentanahan yang membentuk grid (kisi-kisi) menjadi banyak, maka
akan menyerupai bentuk pelat dan sangat optimum untuk memperoleh nilai tahanan
pentanahan yang kecil.

Sistem pentanahan merupakan salah satu bentuk sistem yang terintegrasi pada
sistem ketenaga listrikan dan dimasudkan untuk keamanan sistem secara keseluruhan
dari gangguan yang memungkinkan terjadinya kerusakan pada peralatan sehingga
4
berakibat pada putusnya kontinuitas pelayanan daya kekonsumen. Secara garis besar,
tujuan dari pentanahan itu sendiri adalah :

1. Pada sistem yang besar yang tidak ditanahkan, arus gangguan yang terjadi relatif
besar sehingga busur listrik yang timbul tidak dapat padam sendiri, hal mana
yang akan menimbulkan busur tanah pada sistem yang diketanahkan, gejala
tersebut hampir tidak ada,
2. Untuk membatasi tegangan-tegangan pada fasa-fasa yang tidak terganggu
(sehat).

Gangguan yang sering terjadi ialah gangguan hubung singkat. Besar dari arus
hubung singkat itu tergantung dari jenis dan sifat gangguan hubung singkat itu, kapasitas
dari sumber daya, konfigurasi dari sistem, metoda hubungan netral dari trafo, jarak
gangguan dari unit pembangkit,angka pengenal dari peralatan-peralatan utama dan alat-
alat pembatas arus, lamanya hubung singkat itu dan kecepatan beraksi dari alat-alat
pengaman.gangguan hubung singkat itu tidak hanya dapat merusak peralatan atau
elemen-elemen sirkuit, tetapi juga dapat menyebabkan jatuhnya tegangan dan frekuensi
sistem, sehingga kerja paralel dari unit-unit pembangkit menjadi terganggu pula.

2.1.1 Akibat-akibat

Akibat-akibat yang disebabkan oleh gangguan pembumian antara lain :


Menginterupsi kontinuitas pelayanan daya kepada para konsumen gangguan itu
sampai menyebabkan terputusnya suatu rangkaian (sirkuit) atau menyebabkan
keluarnya suatu unit pembangkit.Penurunan tegangan yang cukup besar
menyebabkan rendahnya kualitas tenaga listrik dan merintangi kerja normal pada
peralatan konsumen.Pengurangan stabilitas sistim dan menyebabkan jatuhnya
tegangan pada generator.Merusak peralatan pada daerah terjadinya gangguan itu.

2.1.2 Tujuan Pentanahan

Tujuan pentanhan peralatan adalah untuk membatasi tegangan antara


bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini
dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman (tidak membahayakan) untuk

5
semua kondisi operasi normal atau tidak normal. Untuk mencapai tujuan ini,
suatu sistem pengetanahan peralatan sangatlah dibutuhkan. Sistem pengetanahan
ini sangat membantu untuk memperoleh potensial yang merata (uniform) dalam
semua bagian struktur dan peralatan, serta untuk menjaga agar makhluk hidup
yang berada di daerah instalasi tersebut berada pada potensial yang sama dan
tidak membahayakan pada setiap waktu. Dengan dicapainya potensial yang
hampir merata pada semua titik dalam daerah sistem pengetanahan ini,
kemungkinan timbulnya potensial yang besar pada jarak yang dapat dicapai oleh
manusia sewaktu terjadi hubung singkat kawat ketanah menjadi sangat kecil.

Untuk memperoleh impedansi yang kecil atau rendah dari jalan balik arus
hubung singkat ke tanah. Kecelakaan pada personil timbul pada saat hubung
singkat ketanah terjadi. Jadi bila arus hubung singkat ketanah itu dipaksakan
mengalir melalui impedansi tanah yang tinggi, akan menimbulkan perbedaan
potensial yang besar dan sangat membahayakan. Impedansi yang besar pada
sambungan rangkaian pentanahan dapat menimbulkan busur listrik dan
pemanasan yang besarnya cukup menyalakan material yang mudah terbakar.

2.2 Tahanan Kaki Pada Permukaan Tanah Dengan Tahanan Jenis


Homogen

Tahanan kaki, tahanan tanah yang langsung berada di bawah kaki, diasumsikan
atau dianggap sebagai tahanan plat konduktor berbentuk lingkaran (circular conducting
disc) dengan jari-jari 8 cm yang ditempatkan secara horizontal di permukaan tanah.
Tahanan pembumian, R f (  ) dari plat konduktor berbentuk lingkaran (circular

conducting disc) dengan jari-jari b pada permukaan tanah yang mempunyai tahanan
jenis atau resistivity homogen ρs , adalah :

s
Rf  (3.1)
4b

untuk : b  0,08 m

 s  tahanan jenis batu koral [  m]


6
sehingga:

s s
Rf =   Rf  3.125s dan dibulatkan menjadi
4  0,08 0,32

Rf  3 s (3.2)

Dalam areal switchyard Gardu Induk, biasanya permukaan tanah dilapisi oleh
lapisan batu koral dengan ketebalan 8 sampai 20 cm, dengan tujuan mengurangi
perbedaan potensial pada permukaan tanah pada saat terjadi gangguan.

2.2.1 Komponen Pentanahan

A. Penghantar Pentanahan

Kawat tanah pengaman dihubungkan ke semua bagian metal peralatan listrik,


dan juga kepada bagian-bagian bangunan yang berujud metal, konstruksi penyangga
kabel yang terbuat metal. Penghantar pentanahan berfungsi untuk mengalirkan arus
gangguan tanah (besar dan lama arus gangguan tanah) tanpa menimbulkan kenaikan
suhu yang berlebihan. Aturan untuk pemasangan penghantar pentanah adalah sebagai
berikut :

1. Bila digunakan kawat berisolasi, kawat pentanah sama penampangnya dengan


kawat fase yang bersangkutan.
2. Bila digunakan kawat telanjang, kenaikan suhu maksimum dan untuk tempat-
tempat tertentu suhu maksimum adalah sebesar 100°C.
3. Kawat pentanah perlengkapan harus dibuat tersendiri dan tidak digabung dengan
kawat pentanah titik netral.

B. Bus Pentanahan

Di dalam membatasi tegangan, rangkaian impedansi rendah untuk arus gangguan


tanah sangat dibutuhkan. Penampang bus pentanah ditentukan oleh besar arus dan
lama mengalirnya arus gangguan tanah, yaitu dibatasi oleh suhu maksimum yang
diperbolehkan. Kenaikan suhu yang diisyaratkan untuk setiap sambungan akan

7
bebeda. Untuk sambungan dengan baut, Kenaikan suhu maksimum adalah 250°C bila
suhu permulaan sebesar 26°C.

A = 10,61 (3.3)

Sedangkan untuk sambungan las, suhu maksimum adalah

450°C dan

A = 8,71 (3.4)

Dengan : A = luas penampang konduktor (mm²)

I = arus gangguan tanah (ampere)

S = lama aliran arus (second)

Arus yang digunakan dalam perhitungan tergantung pada sistem pentanahan netral.
Untuk sistem yang tidak ditanahkan atau pentanahan dengan impedansi, arus
gangguan adalah arus gangguan fase ke fase. Untuk pentanahan tanpa impedansi, arus
yang digunakan untuk perhitungan adalah arus gangguan tiga fase. Ukuran
penampang bus pentanah tidak boleh kurang dari 70 mm2, untuk gardu induk besar
atau pusat pembangkit, ukuran terbesar tidak perlu lebih dari 250 mm2. untuk
pembangkit industri dan gardu induk kecil, penampang yang digunakan cukup 90
mm2 Pemasangan bus pentanah didasarkan atas petunjuk sebagai berikut :

1. Bus pentanah harus dipasang mengelilingi bangunan. Untuk bangunan dengan


kerangka baja, bus pentanahan harus dihubungkan dengan pilar-pilar baja sisi
terluar, untuk bangunan yang sangat besar, bus pentanah harus dibuat berbentuk
grid. Bus pentanah dihubungkan dengan elektroda pentanahan setiap jarak 200
ft (60 meter) atau kurang.
2. Bila gedung terdiri dari beberapa tingkat, tiap tingkat perlu diberi bus pentanah
sendiri-sendiri.
3. Bus pentanah harus terlindung dari kerusakan mekanis, dan apabila metal
digunakan sebagai pelindung kabel pentanah, paling tidak pada kedua ujung
harus dihubungkan dengan bus tersebut.

8
4. Sambungan-sambungan di dalam tanah tidak boleh menggunakan baut, tetapi
dengan las.

2.3 Elektroda Pentanahan[2]

Elektroda pentanahan, yaitu penghantar yang ditanam ke dalam tanah dan


membuat kontak langsung dengan tanah. elektroda pentanahan ini berfungsi untuk
mempertahankan tegangan tanah pada konduktor yang dihubungkan padanya dan untuk
menyerap ke tanah arus yang dihantarkan ke elektroda tersebut. Adanya kontak
langsung tersebut diatas dengan tujuan agar diperoleh pelaluan arus yang sebaik-baiknya
apabila terjadi gangguan sehingga arus tersebut disalurkan ketanah.
Elektroda pentanahan dapat berupa sistem perpipaan air minum yang telah ada
menggunakan pipa-pipa logam. Selain itu juga digunakan elektroda-elektroda buatan
yang berupa batang, pipa, plat atau penghantar yang ditanamkan ke dalam tanah, dan
logam yang tidak dapat berkarat. Elektroda yang digunakan untuk pentanahan harus
memenuhi beberapa persyaratan , antara lain:
1. Memiliki daya hantar jenis yang cukup besar sehingga tidak akan memperbesar
beda potensial lokal yang berbahaya bagi peralatan maupun keselamatan jiwa
disekitar pentanahan.
2. Memiliki kekuatan mekanis yang cukup tinggi.
3. Tahan terhadap peleburan dari keburukan sambungan listrik.
4. Tahan terhadap korosi

Pada umumnya tembaga digunakan sebagai bahan untuk konduktor (elektroda)


pentanahan, karena tembaga dikatakan mempunyai sifat yang memenuhi syarat diatas.
Tahanan tanah disekitar elektroda tergantung pada tahanan jenis tanah. Pada sistem
pembumian terdapat beberapa komponen tahanan yang berpengaruh terhadap besarnya,
dimana ketiga komponen tersebut mempunyai hubungan yang simetris dalam
membentuk nilai tahanan pembumian, yaitu :

1. Tahanan elektroda pembumian beserta sambungan-sambungan padanya.


2. Tahanan kontak antara elektroda pembumian dengan tanah disekitarnya.
3. Tahanan tanah disekitarnya

9
Ketiga komponen tahanan, tahanan tanah disekitar elektroda merupakan besaran
yang paling besar pengaruhnya pada tahanan pembumian dibandingkan tahanan
elektroda dan tahanan kontak.

Elektroda pembumian terbuat dari logam mempunyai tahanan cukup kecil jika
ukurannya memadai. Demikian pula dengan tahanan kontak ke tanah dapat diabaikan
apabila permukaan elektroda bebas dari lemak dan cat serta tempat kontak cukup padat,
sehingga elektroda dapat dipasak dengan kuat.

Untuk mendapatkan tahanan pembumian yang kecil, diperlukan elektroda


pembumian. Prinsip dasar untuk memperoleh tahanan pembumian yang kecil adalah
dengan membuat permukaan elektroda bersentuhan dengan tanah sebesar mungkin,
Sesuai dengan rumus dibawah ini:

L
R (1)
A

dimana

R = tahanan pembumian [  ]
 = tahanan jenis tanah [.m ]
L = panjang lintasan arus pada tanah [ m ]
A = luas penampang lintasan arus pada tanah [ m2 ]
Selain ditentukan oleh luas permukaan elektroda pembumian dan tahanan jenis tanah,
tahanan pembumian yang diperoleh juga ditentukan pula oleh jenis dan bentuk elektroda
pembumiannya.
Beberapa bentuk elektroda pembumian yang dipergunakan antara lain :

1. Elektroda bentuk batang


2. Elektroda bentuk pita
3. Elektroda bentuk plat.

2.3.1 Elektroda bentuk batang.

Elektroda bentuk batang ini adalah elektroda berbentuk pipa atau batang profil

10
atau logam lain yang ditanamkan tegak lurus ke dalam tanah dengan kedalaman antara 1
sampai 10 meter. Pentanahan ini paling banyak digunakan, karena mepunyai banyak
keuntungan apabila dibandingkan dengan menggunakan elektroda lainnya. Adapun
keuntungan tersebut adalah :

1. Harga elektroda ini cukup murah dan mudah didapat.


2. Pemasangannya mudah dan tidak memerlukan tempat yang luas.
3. Apabila ditanam sampai pada kedalaman air tanah dengan maksud supaya
tahanan pentanahan menjadi rendah.
4. Apabila tahanan dari sebuah elektroda belum cukup rendah, disekitar elektroda
yang pertama dapat dipasang elektroda lain yang kemudian dihubungkan
secara paralel untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang lebih rendah.

Makin panjang elektroda batang ditanam dalam tanah, maka tahanan kontaknya
terhadap tanah akan semakin kecil karena menurunnya tahanan jenis tanah dan
bertambahnya luas permukaan tanah yang terkena elektroda Untuk menentukan
besarnya tahanan pembumian dengan elektroda batang dipergunakan rumus sebagai
berikut dan elektroda bentuk batang dapat dilihat di Gambar 2.1.
  4L 
R  ln  1 (2)
2L  a 

dimana :
R = Tahanan pembumian elektroda batang [  ]
 = Tahanan jenis tanah [.m ]
L = Panjang batang yang tertanam [ m ]
a = Jari-jari elektroda pentanahan (cm)

Gambar 2.1 Elektroda Bentuk Batang

11
2.3.2 Elektroda Bentuk Pita

Elektroda pita adalah elektroda yang dibuat dari penghantar berbentuk pita atau
berpenampang bulat atau penghantar pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal.
Elektroda ini dapat ditanam secara dangkal pada kedalaman 0,5 sampai 1,0 meter dari
permukaan tanah, dan tergantung dari kondisi dan jenis tanah. Elektroda jenis ini sering
digunakan pada tempat-tempat yang mempunyai tahanan jenis tinggi, terutama pada
tanah yang banyak mengandung batu-batu sejajar dengan permukaan tanah dan
elektroda tersebut dihubungkan satu dengan lainnya sehingga membentuk beberapa
jaringan. Besar tahanan pembumian untuk elektroda pita dapat dihitung dengan rumus
berikut dan elektroda bentuk pita dapat dilihat di Gambar 2.2.

  2L 
R  ln  (3)
L  d 

dimana :

R = Tahanan pembumian elektroda pita [  ]


 = Tahanan jenis tanah [.m ]
L = Panjang elektroda pita yang tertanam [ m ]
d = Lebar pita/diameter elektroda pita kalau bulat [ m ]

Elektroda pita digunakan untuk memperendah impedansi surja Menara,


komponen frekuensi tinggi dari surja petir. Elektroda jenis ini digunakan pada daerah
yang mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi dan memperendah resistansi kaki
menara. Elektroda jenis pita dapat dibedakan menjadi jenis kontinyu dan jenis radial.

Gambar 2.2 Elektroda Bentuk Pita

12
2.3.3 Elektroda Bentuk Plat.

Elektroda plat adalah elektroda dari plat logam. Pada pemasangannya elektroda
ini dapat ditanam tegak lurus atau mendatar tergantung dari tujuan penggunaannya. Bila
digunakan sebagai elektroda pembumian pengaman maka cara pemasangannya adalah
tegak lurus dengan kedalaman kira-kira 1 meter di bawah permukaan tanah dihitung dari
sisi plat sebelah atas. Bila digunakan sebagai elektroda pengatur yaitu mengatur
kecuraman gradien tegangan guna menghindari tegangan langkah yang besar dan
berbahaya, maka elektroda plat tersebut ditanam mendatar.

Pentanahan hantaran netral dengan menggunakan elektroda pelat sudah jarang


dipakai karena tidak menguntungkan, sebab harganya terlalu mahal, mudah berkarat dan
juga kurang praktis, dimana waktu pengecekan harus digali lobang terlebih dahulu.

Untuk menghitung besar tahanan pembumian elektroda plat dipergunakan rumus


sebagai berikut dan elektroda bentuk plat dapat dilihat di Gambar 2.3.

  b
R 1  1,84  (4)
4,1L  t

dimana

R = Tahanan pembumian elektroda plat (  )


 = Tahanan jenis tanah (.m )
L = Panjang elektroda plat (m )
b = Lebar plat ( m )
t = Kedalaman plat tertanam dari permukaan tanah ( m )

Gambar 2.3 Elektroda Bentuk Plat

13
2.4 Sifat-sifat Elektroda Pentanahan [3]

Sifat-sifat Elektroda Pentanahan dinilai dari tahanan tanah disekitarnya dimana


secara geologis arus mengalir dari elektroda kesekitarnya. Tahanan elektroda ditentukan
oleh ukuran, bentuk dan jenis elektroda yang digunakan. Tahanan kontak antara
elektroda dan tanah disekitarnya diusahakan sekecil mungkin untuk menjamin tahanan
pentanahan yang rendah. Namun demikian besarnya tahanan kontak sangat ditentukan
jenis tanah, struktur tanah dan instalasi pemasangan elektroda. Tahanan tanah disekitar
penjumlahan resistan seri dari lapisan-lapisan tanah, lapisan terdekat dengan elektroda
memiliki permukaan yang sempit sehingga memberikan tahanan yang relatif besar.
Lapisan berikutnya memberikan tahanan yang lebih kecil dikarenakan lebih luas,
demikian seterusnya hingga pada suatu jarak tertentu dari elektroda. Jarak ini disebut
daerah tahanan efektif, tergantung dari dalamnya elektroda.

2.5 Tahanan Jenis Tanah [2]

Faktor paling dominan mempengaruhi tahanan sistem pentanahan adalah


tahanan jenis tanah dimana elektroda pentanahan ditanam. Tabel 2.1 menunjukan
nilai tahanan jenis tanah berdasarkan standar PUIL 2000.

Tabel 2.1 Tahanan jenis tanah

No Jenis Tanah Tanahan Jenis (ohm.m)


1 Tanah rawa 40
2 Tanah liat dan lading 100
3 Pasir Basah 200
4 Kerikil Basah 300
5 Pasir dan kerikil kering <10.000
6 Tanah berbatu 3.000
7 Air laut dan tawar 100

Tahanan jenis tanah bervariasi menurut jenis tanahnya dikarenakan perbedaan


konduktivitas dari masing-masing unsur penyusun tanah. Tanah dengan kelembaban
tinggi akan memiliki tahanan jenis tanah yang rendah. Dengan memberi air atau
14
membasahi tanah adalah metode konvensional untuk menurunkan tahanan jenis tanah
dengan meningkatkan kelembaban tanah. Harga tahanan jenis tanah pada kedalaman
yang terbatas sangat bergantung dengan keadaan cuaca. Untuk mendapatkan tahanan
jenis rata-rata untuk perencanaan maka diperlukan penyelidikan atau pengukuran
dalam jangka waktu tertentu. Biasanya tahanan tanah juga bergantung dari tingginya
permukaan tanah dari permukaan air konstan. Metode untuk mengurangi tahanan
jenis tanah akibat pengaruh musim, dilakukan dengan menanamkan elektroda
pentanahan sampai mencapai kedalaman di mana terdapat air tanah yang konstan.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.
Langkah-langkah Penelitian [4]
Langkah-langkah penelitan dalam projek akhir yaitu memulai pengambilan
data dengan koordinasi dengan penanggung jawab area gardu induk bahwa akan
dilakukan pengambilan data pentanahan. Di lanjut dengan melakukan studi
pendahuluan mengingat pentingnya sistem pertanahan untuk manusia dan
peralatan-peralatan listrik yang berada di gardu induk. Kemudian melakukan
identifikasi dan perumusan masalah yang pada dasarnya hanya melakukan
pengambilan data untuk analisa besar nilai pertanahan. Perumusan analisa data
hanya dengan pengukuran pertanahan metode Elektroda Batang. Kemudian
melakukan studi pustaka berdasarkan standar nilai pertanahan dengan batas
maksimal nilai pentanahan sebesar 5 Ω sesui standar ( PUIL 2000 ). Selanjutnya
adalah pengumpulan data yang diambil: data peralatan listrik di area gardu induk
Bekasi Power, data kedalaman elektroda yang ditanam di tanah, jenis penghantar
pertanahan serta luas penampangnya. Dan yang terakhir adalah pengumpulan
semua data untuk diolah berdasarkan rumus pertanahan dengan metoda elektroda
batang. Apabila nilai sesuai standar jika tidak sesuai lalu kita analisa kembali.
Data setelah dianalisa lalu dituangkan kedalam Bab 4 dan menjadi rekapan hasil
berdasarkan perhitungan dan flowchart bisa di lihat di Gambar 3.1

  4L 
R  ln  1
2L  a 

dimana :
R = Tahanan pembumian elektroda batang [  ]
 = Tahanan jenis tanah [.m ]
L = Panjang batang yang tertanam [ m ]
a = Jari-jari elektroda pentanahan (cm)

16
Mulai

Studi pendahuluan

Identifikasi dan perumusan masalah

Studi pustaka

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Tidak
Apakah data
sesuai standar

Ya

Analisis Data

Penulisan Skripsi

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart metodologi penelitian tugas akhir


17
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian guna menyusun skripsi ini dilaksanakan di PT.Bekasi


Power, Gardu Induk 150 KV PT.Bekasi Power yang beralamat di Kawasan Industri
Gerbang Teknologi Cikarang, Jln.Tekno No.8, Tanjungsari, Cikarang Utara,
Bekasi, Jawa Barat.Pada tower SUTT 150 KV transmisi Bekasi-Jababeka sebanyak
6 obyek sistem dengan jenis konstruksi baja. Penelitian dilaksanakan sepanjang bulan
Januari sampai April 2018. Adapun 6 Objek sistem Gardu Induk Tegangan Tinggi
yang akan diteliti , dimana T-1.1 (Trafo 1) transformator step up dari 20 kV ke 150 kV
yang tegangannya output dari gas turbin generator 1A seperti ditujukan pada gambar
jaringan 3.2 berikut ini.

Gambar 3.2 Jaringan Transformator T-1.1

Keterangan dari gambar T-1.1:

1. Trafo
2. Arrester
3. CT (Current Transformer)
4. CB (Circuit Breaker)
5. DS1 (Disconnecting Switch)
6. DS2 (Disconnecting Switch)

18
Untuk objek selanjutnya ada T-1.2 merupakan transformator step up dari 20 kV
ke 150 kV yang tegangannya ouputnya dari gas turbin generator 1B seperti ditujukan
pada gambar jaringan 3.3 berikut ini.

Gambar 3.3 Jaringan Transformator T-1.2

Keterangan dari gambar T-1.2:

1. Trafo
2. Arrester
3. CT (Current Transformer)
4. CB (Circuit Breaker)
5. DS1 (Disconnecting Switch)
6. DS2 (Disconnecting Switch)

Untuk objek selanjutnya ada T-1.3 merupakan transformator step up dari 20 kV


ke 150 kV yang tegangannya ouputnya dari STG (Steam Turbine Generator) seperti
ditujukan pada gambar jaringan 3.4 berikut ini.

19
Gambar 3.4 Jaringan Transformator T-1.3

Keterangan dari gambar T-1.3:

1. Trafo
2. Arrester
3. CT (Current Transformer)
4. CB (Circuit Breaker)
5. DS1 (Disconnecting Switch)
6. DS2 (Disconnecting Switch)

Bus Coupler adalah perangkat yang digunakan untuk memasangkan satu bus ke
bus lain tanpa gangguan pasokan listrik dan tanpa menciptakan busur api yang
berbahaya. Bus coupler adalah pemutus yang digunakan untuk memasangkan dua
busbar untuk melakukan perawatan pada pemutus sirkuit lain yang terkait dengan
busbar tersebut. Bus coupler merupakan alat penghubung listrik dari jaringan transmisi
ke jaringan distribusi primer seperti ditujukan pada gambar jaringan 3.5 berikut ini.

20
Gambar 3.5 Jaringan Bus Coupler
Keterangan dari gambar Bus Coupler:
1. CB ( Circuit Breaker )
2. CT1 ( Current Transformer )
3. DS1 ( Disconnecting Switch )
4. DS2 ( Disconnecting Switch )
5. CT2 ( Current Transformer )

OHL Jababeka 1 adalah transmisi untuk proses penyaluran energy listrik dari bekasi
power ke PLN yang besaran tegangannya adalah tegangan ultra tinggi (UHV),
tegangan ekstra tinggi (EHV), tegangan tinggi (HV), tegangan menengah (MHV), dan
tegangan rendah (LV). Tegangan yang beroperasi di OHL antara 30 KV sampai
dengan 150 KV seperti ditujukan pada gambar jaringan 3.6 berikut ini.

Gambar 3.6 Jaringan OHL Jababeka 1


21
Keterangan dari gambar OHL Jababeka 1:
1. DS1 ( Disconnecting Switch )
2. DS2 ( Disconnecting Switch )
3. CB ( Circuit Breaker )
4. CT ( Current Transformer )
5. DSE (Disconnecting Switch Earth )
6. Arester

OHL Jababeka 2 adalah transmisi untuk proses penyaluran energy listrik dari
bekasi power ke PLN yang besaran tegangannya adalah tegangan ultra tinggi (UHV),
tegangan ekstra tinggi (EHV), tegangan tinggi (HV), tegangan menengah (MHV), dan
tegangan rendah (LV). Tegangan yang beroperasi di OHL antara 30 KV sampai
dengan 150 KV seperti ditujukan pada gambar jaringan 3.7 berikut ini.

Gambar 3.7 Jaringan OHL Jababeka 2

Keterangan dari gambar OHL Jababeka 1:


1. DS1 ( Disconnecting Switch )
2. DS2 ( Disconnecting Switch )
3. CB ( Circuit Breaker )
4. CT ( Current Transformer )
5. DSE (Disconnecting Switch Earth )
6. Arester

22
3.3 Alat-Alat Instrumen Penelitian

Instrumen diartikan sebagai alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Dalam hal ini
instrumen yang digunakan ditunjukan pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1. Instrumen Penelitian


No. Instrumen Penelitian Jumlah
1. Earth-meter/Earth Resistance Test 1 buah
2. Elektroda bantu 2 buah
3. Kabel penghubung 10 s.d. 30 m 3 buah
4. Kunci pas/ring nomor 17 2 buah
5. Kunci pas/ring nomor 19 2 buah
6. Kunci pas/ring nomor 24 2 buah
7. Kunci Inggris 1 buah
8. High Grade Penetrating oil (WD 40) 1 buah

3.4 Langkah-Langkah Pengambilan Data [8]

Pengambilan data dilakukan dalam beberapa langkah berikut:


1. Mempersiapkan alat ukur earth-tester/earth resistance test.
2. Menanam 2 buah elektroda bantu dengan jarak antara elektroda maupun
dengan kaki tower yang akan diukur masing – masing 5 s.d. 10 m dan
mengusahakan membentuk sudut 600.
3. Memasang/menghubungkan elektroda tersebut dengan kabel ke earth tester.
4. Mengecek tegangan baterai dengan menghidupkan Digital Earth
Resistance Tester. Jika layar tampak bersih tanpa simbol baterai lemah berarti
baterai dalam keadaan baik. Jika layar menunjukkan simbol baterai lemah atau
bahkan layar dalam keadaan gelap berarti baterai perlu diganti.
5. Mengecek hubungan atau penjepit pada elektroda utama dan elektroda bantu
dengan mensetting range switch ke 20 Ω dan tekan tombol “ PRESS TO
TEST ”. Jika Hambatan elektroda utama terlalu tinggi atau menunjukkan
simbol “…………..” yang berkedip-kedip maka perlu dicek penghubung

23
atau penjepit pada elektroda utama.
6. Memasang/menghubungkan kaki tower dan arde yang akan diukur dengan kabel
ke earth-tester.

7. Mengukur hambatan pentanahan tower yaitu gabungan antara kaki dan


semua arde.
8. Mencatat hasil pengukuran dalam tabel hasil pengukuran.
9. Melepas arde dari kaki tower dengan kunci yang diperlukan.
10. Memasang/menghubungkan kaki tower dengan kabel ke earth-tester.
11. Mengukur hambatan pentanahan dari kaki tower sendiri tanpa arde.
12. Mencatat hasil pengukuran dalam tabel hasil pengukuran.
13. Memasang/menghubungkan arde kaki dengan kabel ke earth-tester.
14. Mengukur hambatan pentanahan dari arde kaki dari masing – masing sisi
secara berlawanan dan atau keseluruhan dan mencatat hasil pengukuran
dalam tabel hasil pengukuran.

Merah

Kuning
60o
Hijau

Ohm Meter
E P C
Galvano meter

Elektroda 1 Elektroda 2 Elektroda3


Switch Push
Button Ba (Utama) 5-10 meter 5-10 meter

Gambar 3.8 Ilustrasi Pengukuran dengan Tester Pengukuran

24
Gambar 3.9 Digital Earth Resistance Test

Mulai

Menyiapkan Alat Ukur

Menentukan Jarak Elektroda utama dan bantu


sebesar 6 cm

Memasang elektroda ke tanah yang


diukur

Tidak
Pengukuran

Ya

Mencatan tahanan pentanahan yang


dihasilkan

Selesai

Gambar 3.10 Diagram alir proses pengukuran hambatan pentanahan dengan


elektroda batang ditanam di tanah

25
BAB IV
HASIL DAN ANALISA PERHITUNGAN

4.1 Spesifikasi Material dan Jenis Elektroda


Spesifikasi material untuk pentanahan di area Gardu Induk Bekasi Power adalah sebagai
berikut:
Jenis elektroda road dengan luas penampang 70 mm 2 dengan kedalaman berbeda-beda, untuk
setiap objek peralatan listrik, dan yang digunakan adalah metode batang elektroda, sehingga
dapat dicari jari-jari ( r ) dari elektroda menjadi 3,5 cm.

Maka jari-jari
r=½xD
r = ½ x 7 cm
r = 3,5 cm
Untuk panjang elektroda 10, 15, dan
20 m

Gambar 4.1 Elektroda Batang Pentanahan

4.2 Menentukan Nilai Pentanahan Trafo T1.2


Untuk pengukuran sistem pentanahan T1.1 tidak bisa dilakukan dikarenakan kondisi trafo
sedang beroperasi dan tidak dianjurkan untuk dilakukan pengukuran mengenai faktor
keselamatan manusia dan alat. Sistem pentanahan T1.2 memiliki sub-sistem di dalamnya yaitu
pentanahan trafo, arrester, CT, CB, DSI, DS2 dengan data sebagai berikut dan hasil ditabel 4.1:

26
- Tahanan jenis ( tanah liat ) = 100 Ω.m ( ρ )
- Jari-jari elektroda = 3,5 cm ( a )
- Panjang elektroda ( yang tertanam didalam tanah ) = 15 m ( L )

Maka,
ρ 2L
R= X Ln - 1 …….(Ω)
2π . L a

100 Ω m 2 x 15m
= X Ln -1
2 . 3,14 . 15 m 3,5cm

= 1,061x Ln 8,571 – 1
= 1,061 x 2,148 – 1
= 1,061 x 1,148
= 1,218 Ω

Tabel 4.1 Perbandingan nilai hambatan sistem T1.2 dengan nilai aktual
Peralatan ∆ Error selisih
No Teori * (Ω) Aktual (Ω)
Sistem T1.2 (Teori – Aktual) (%)
1 Trafo 1,218 1,21 0,008 0,8
2 Arrester 1,218 1,20 0,018 1,8
3 CT 1,218 1,18 0,038 3.8
4 CB 1,218 1,18 0,038 3,8
5 DS 1 1,218 1,21 0,008 0.8
6 DS 2 1.218 1.18 0,038 3.8
7 Rata-rata 1.19 2.4
*Sudah sesui standar PUIL 2000

27
4.3 Menentukan Nilai Pentanahan T1.3
Sistem pentanahan T1.3 memiliki sub-sistem di dalamnya yaitu: CVT, CT, CB, DS1,
DS2, Body Trafo dengan data sebagai berikut dan hasil di tabel 4.2:
- Tahanan jenis ( Tanah Liat ) = 100 Ω.m ( ρ )
- Jari-jari elektroda = 3,5 cm ( a )
- Panjang elektroda ( yang ternaman didalam tanah ) = 15 m ( L )

ρ 2L
R= X Ln - 1 …….(Ω)
2π . L a

100 Ω m 2 x 15m
= X Ln -1
2 . 3,14 . 15 m 3,5cm

= 1,061x Ln 8,571 – 1
= 1,061 x 2,148 – 1
= 1,061 x 1,148
= 1,218 Ω

Tabel 4.2 Perbandingan nilai hambatan sistem T1.3 dengan nilai aktual
Peralatan ∆ Error selisih
No Teori * (Ω) Actual (Ω)
Sistem T1.3 (Teori – Actual) (%)
1 Trafo 1,218 1,18 0,038 3,8
2 Arrester 1,218 1,18 0,038 3,8
3 CT 1,218 1,21 0,008 0,8
4 CB 1,218 1,20 0,018 1,8
5 DS1 1,218 1,17 0,048 4,8
6 DS2 1,218 1.21 0,008 0,8
7 Rata-rata 1,19 2,6
*Sudah sesui standar PUIL 2000

28
4.4 Menentukan Nilai Pentanahan Sistem Bus Coupler
Sistem Bay Coupler adalah sistem penghubung antara output T-1.1, T-1.2, T-1.3 sisi 150
kV dan OHL Jababeka 1 dan 2. Sistem Bay Coupler sendiri terdiri dari 5 sub CB1, CT1, DS 1,
CB2, DS2, CT2 dan masing-masing memiliki pentanahan tersendiri, untuk data sebagai berikut
dan hasil di tabel 4.3:
- Tahanan jenis ( Tanah Liat ) = 100 Ω.m ( ρ )
- Jari-jari elektroda = 3,5 cm ( a )
- Panjang elektroda ( yang ternaman didalam tanah ) = 10 m ( L )
Maka nilai pentanahan:

ρ 2L
R= X Ln - 1 …….(Ω)
2π . L a

100 Ω m 2 x 10m
= X Ln -1
2 . 3,14 . 10 m 3,5cm

= 1,592 x Ln 5,714 – 1
= 1,592 x 1,743 – 1
= 1,592 x 0,743
= 1,183 Ω

29
Tabel 4.3 Perbandingan nilai hambatan sistem Bay Coupler dengan nilai aktual
Peralatan Error selisih
No Teori * (Ω) Aktual (Ω) ∆
Sistem Bus Coupler (Teori – Aktual) (%)
1 CB1 1,183 1,19 0,007 0,7
2 CT1 1,183 1,19 0,007 0,7
3 DS1 1,183 1,17 0,013 1,3
4 DS2 1,183 1,17 0,013 1,3
5 CT2 1,183 1,16 0,023 2,3
6 Rata-rata 1,17 1,008
*Sudah sesui standar PUIL 2000

4.5 Menentukan Nilai Pentanahan OHL Jababeka

Sistem OHL ( Over Head Line ) Jababeka I dan II merupakan hasil output dari generator
dan setelah melalui trafo T-1.1, T-1.2, T-1.3 yang akan dialirkan menuju G1 Jababeka, suplai
dengan system 150 kv. Sistem OHL Jababeka I dan II terdiri dari DS1, DS2, CB, CT, DSE,
Arrester.

4.5.1 Perhitungan Nilai Pentanahan OHL Jababeka I

Dengan data sebagai berikut dan hasil di tabel 4.4:


- Tahanan jenis ( Tanah Liat ) = 100 Ω.m ( ρ )
- Jari-jari elektroda = 3,5 cm ( a )
- Panjang elektroda ( yang ternaman didalam tanah ) = 20 m ( L )

ρ 2L
R= X Ln - 1 …….(Ω)
2π . L a

30
100 Ω m 2 x 20m
= X Ln -1
2 . 3,14 . 20 m 3,5cm

= 0,796 x Ln 11,42 – 1
= 0,796 x 2,436 – 1
= 0,796 x 1,436
= 1,143 Ω

Tabel 4.4 Perbandingan nilai hambatan sistem OHL Jababeka I dengan nilai aktual
Peralatan Error selisih
No Teori * (Ω) Aktual (Ω) ∆
Sistem OHL I (Teori – Aktual) (%)
1 DS1 1,143 1,13 0,013 1,3
2 DS2 1,143 1,13 0,013 1,3
3 CB 1,143 1,14 0,003 0,3
4 CT 1,143 1,15 0,007 0,7
5 DSE 1,143 1,15 0,007 0,7
6 Arrester 1,143 1,14 0,003 0,3
7 Rata-rata 1,14 0,76
*Sudah sesui standar PUIL 2000

4.5.2 Perhitungan Nilai Pentanahan OHL Jababeka II

Dengan data sebagai berikut dan hasil di tabel 4.5:


- Tahanan jenis ( Tanah Liat ) = 100 Ω.m ( ρ )
- Jari-jari elektroda = 3,5 cm ( a )
- Panjang elektroda ( yang ternaman didalam tanah ) = 20 m ( L )

ρ 2L
R= X Ln - 1 …….(Ω)
2π . L a

31
100 Ω m 2 x 20m
= X Ln -1
2 . 3,14 . 20 m 3,5cm

= 0,796 x Ln 11,42 – 1
= 0,796 x 2,436 – 1
= 0,796 x 1,436
= 1,143 Ω

Tabel 4.5 Perbandingan nilai hambatan sistem OHL Jababeka II dengan nilai aktual
Peralatan Error selisih
No Teori * (Ω) Aktual (Ω) ∆
Sistem OHL II (Teori – Aktual) (%)
1 DS1 1,143 1,14 0,003 0,3
2 DS2 1,143 1,15 0,007 0,7
3 CB 1,143 1,15 0,007 0,7
4 CT 1,143 1,13 0,013 1,3
5 DSE 1,143 1,13 0,013 1,3
6 Arrester 1,143 1,15 0,007 0,7
7 Rata-rata 1,14 0,83
*Sudah sesui standar PUIL 2000

4.6 Diskusi dan Analisa Perhitungan Teori dengan Data Aktual


Dalam perhitungan diatas kami mendapatkan data untuk panjang elektroda yang tertanam
di dalam tanah untuk setiap sistem tidak sama:
- Trafo T-1.3 dan T-1.2 = 15 m
- Bus coupler = 10 m
- OHL Jababeka I dan II = 20 m
Namun dengan luas penampang yang sama 70 mm, hal itu dimaksudkan apabila terjadi
gangguan di sistem 150 kV di luar Bekasi Power, maka akan lebih cepat dialirkan kedalam tanah
oleh sistem pentanahan OHL ( Over Head Line ) Jababeka I dan II terlebih dahulu dikarenakan
elektroda batang yang tertanam paling dalam yaitu 20 m. Dan untuk Bay Coupler digunakan
panjang elektroda yang tertanam paling pendek disebabkan fungsinya hanya sebagai penghubung
antara Trafo dan OHL ( Over Head Line ).

32
Parameter kritikal dalam hal besarnya nilai tahanan pembumian adalah panjang
elektroda yang tertanam di dalam tanah, luas penampang elektroda, dan nilai tahanan jenis tanah
tersebut, jika panjang elektroda yang tertanam di dalam tanah semakin panjang dan luas
penampang elektroda semakin besar dan nilai tahanan jenis tanah semakin kecil dipastikan nilai
sistem pembumian akan semakin kecil. Jika terjadi kebocoran arus atau ada gangguan bisa
secepatnya dialirkan kedalam tanah sehingga peralatan dan manusia lebih aman.
Di dalam perbandingan teori dan pengukuran aktual menggunakan alat (Digital Earth
Tester) dengan merek Kyoritsu didapat nilai selilsih kurang dari 5% hal ini disebabkan beberapa
faktor yaitu suhu udara lingkungan dan kadar air dalam tanah. Hal ini bisa dilihat dari hasil
pengkuran aktual yang lebih kecil dari teori, kadar air di dalam tanah yang tinggi bisa merubah
nilai tahanan jenis menjadi lebih kecil sehingga akan merubah nilai pentanahan menjadi lebih
kecil.
Sesuai hasil pengukuran diperoleh nilai tahanan pembumian untuk semua objek
peralatan di gardu induk PT. Bekasi Power dibawah 5 Ω dan sudah sesuai dengan standar PUIL
2000 yaitu nilai tahanan pembumian dibatasi hanya sampai 5 Ω.

33
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan, dari hasil analisa maka dapat disimpulkan nilai hambatan
pembumian yang terpasang di Gardu Induk 150 kV PT.Bekasi Power kurang dari 5 Ω dan sudah
sesuai dengan standar rekomendasi SNI 04-0225-2000, “Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2000 ( PUIL 2000)”.

5.2 Saran

Adapun beberapa saran dari penulis untuk pembaca penelitian ini di masa mendatang sebagai

berikut:

1. Kepada pembaca, untuk mengetahui tahanan jenis tanah jangan mengacu pada tabel
tahanan jenis tanah, karena tidak semua tahanan jenis tanah disetiap daerah sama
perlu di lakukan pengukuran langsung.
2. Agar pentanahan pada tower transmisi lebih baik, kepada pihak Bekasi Power dan
PLN disarankan menggunakan pentanahan tambahan agar tercapai pentanahan pada
tower transmisi sebesar 0,5 Ω atau kecil dari 1 Ω.
3. Agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan maka harus ada pengontrolan peralatan
pentanahan setiap satu minggu sekali dan perawatan secara berkala sebulan sekali
supaya tidak terjadi korosi pada koneksi kabel.

34
DAFTAR PUSTAKA

[1] Janardana IGN. 2005. Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume Zat Aditif Betonit Terhadap
Nilai Tahanan Pentanahan. Bali. Universitas Udayana.
[2] Joko Pramono, Buwono Candra dan Zamrudi. 2010. Transmission Of Electrical Energi.
Depok. Univeritas Indonesia.
[3] Lukmanto Widen, Mahmudsyah S. Yuwono Teguh. Studi Perencanaan Saluran Transmisi
150 kV Bambe Incomer. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh November.
[4] Muklis. 2008. Implementasi Sistem Pentanahan Grid (Aplikasi Pada Kampus III UBH).
Padang. Universitas Bung Hatta.
[5] Badan Standarisasi Nasional (BSN), SNI 04-0225-2000, “Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2000 ( PUIL 2000)”.
[6] Tanjung Abrar. Analisis Sistem Pentanahan Gardu Induk Teluk Lembu dengan Bentuk
Konstruksi Grid (Kisi-Kisi). Pekan baru. 2008, Universitas Lancang Kuning.
[7] Utama Putra Arif. Evaluasi Nilai Tahanan Pentanahan Tower Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) 150 kV Transmisi Maninjau-Simpang Empat. Padang. Universitas Bung
Hatta.
[8] Digital Earth Tester merk Kyioritsu model 4105A.
[9] T.S Hutauruk, “Pengentanahan Netral Sistem Teanaga dan Pengetahuan Peralatan”, 1991
(Jakarta: Penerbit Erlangga).
[10] Engineering Society, “ IEEE Guide for Safety In AC Substation Grounding”, 1986
American National Standars Institute/IEEE Standard 80.
[11] Marsudi, Djiteng, “Pembangkit Energi Listrik”, 2003 (Jakarta: PT. Jalamas Berkatama
bersama STT PLN).

35

Anda mungkin juga menyukai