Presented By:
Agus Riyanto
002201405042
in partial fulfillment
of the requirements of the degree
Bachelor of Science in Electrical Engineering
President University
May 2018
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir dengan judul “ANALISIS TAHANAN KAKI
GARDU INDUK PADA SISTEM 150 KV PT.BEKASI POWER” adalah hasil dari
pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat atau materi dari sumber lain telah di kutip dalam
daftar pustaka yang sesuai. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika
pernyataan ini tidak sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang
akan dikenakan pada saya.
Agus Riyanto
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Dibuat Oleh:
Agus Riyanto
NIM: 002201405042
Disetujui Oleh:
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama, saya mengucapkan syukur kehadirat Robb Sang Maha Pencipta semesta
alam yang telah memberi kekuatan dan pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan laporan
tugas akhir saya. Dan tak lupa yang selalu menjadi motivasi saya dalam hidup adalah kedua
orang tua saya yaitu Sumardi (Alm) dan Wasilah. Mereka yang telah melahirkan,
membesarkan. mendidik dan selalu mendoakan dalam setiap aktivitas dan kesuksesan saya.
Dan yang paling banyak memberi semangat dan motivasi kepada saya untuk selalu
menyelesaikan laporan tugas akhir ini yaitu istri tercinta Afit Wahyuni,S.S.
Dan juga ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing saya yaitu bapak Joni Welman
Simatupang,Ph.D yang selalu membimbing dan memberi motivasi sejak awal pembuatan
tugas akhir hingga selesai. Dan juga tak lupa kepada Kepala program studi Teknik Elektro
yaitu bapak Antonius Suhartomo, Ph.D dan Dekan Fakultas Teknik bapak Dr.-Ing.Erwin
Sitompul, M.Sc. yang telat memberikan banyak ilmu terkait metode penulisan laporan akhir
yang benar. Terima kasih kepada seluruh bapak/ibu dosen teknik elektro dan dosen mata
kuliah umum yang telah memberikan banyak pengetahuan dan mohon maaf tidak saya
sebutkan satu persatu serta teman-teman seperjuangan Electrical Engineering angkatan 2014.
Dan tidak lupa terima kasih kepada bapak Rusbiyanto yang telah membantu dalam
mengambil data penelitian, bapak Teguh Setiawan selaku direktur utama PT. Bekasi Power
yang sudah memberikan ijin penelitian di lokasi PT.Bekasi Power, bapak Slamet Susanto
selaku Station Manager PT. Bekasi Power yang selalu mendukung pelaksanaan penelitian,
rekan-rekan tim Electrical PT. Bekasi Power yang sudah banyak membatu proses penelitian
tentang Grounding. Dan teman seperjuangan ketika bimbingan maupun mengerjakan tugas
akhir yaitu Bapak Heri Kusmawan, Randy Anugrah yang sudah selalu memberikan dukungan
dan masukan.
Agus Riyanto
iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH
Dengan ini, untuk tujuan pengembangan sains dan teknologi, penulis mengesahkan dan
menyetujui untuk memberikan hak bebas royalti kepada President Univrsity atas laporan
proyek akhir penulis dengan judul :
Dengan hak bebas royalti yang tidak eksklusif ini, President University berhak untuk
melestarikan, mengkonversi, mengelola dalam database, memelihara, dan mempublikasikan
laporan akhir proyek penulis dengan kewajiban dari President University untuk menyebutkan
nama penulis sebagai pemilik hak cipta dari laporan akhir proyek penulis.
Agus Riyanto
002201405042
v
ABSTRAK
Sistem pentanahan merupakan salah satu bentuk sistem yang terintegrasi pada sistem
ketenagalistrikan untuk sistem proteksi secara keseluruhan dari gangguan yang
memungkinkan terjadinya kerusakan pada peralatan, sehingga berakibat pada putusnya
kontinuitas pelayanan daya ke konsumen. Beberapa cara sistem pentanahan yang
dipergunakan adalah dengan penanaman elektroda (konduktor) didalam tanah secara vertikal
(rod), horizontal (sejajar dengan permukaan tanah) dalam bentuk kisi-kisi (grid) dan
kombinasi dari kedua susunan tersebut sehingga diperoleh konfigurasi pembumian yang
efektif terhadap elektroda yang dipakai. Penelitian dilaksanakan pada 3 sistem 6 objek
jaringan 150 kV PT.Bekasi Power. Pengukuran pentanahan tower dilakukan dengan
mengukur nilai tahanan pentanahan menara melalui kaki menara dengan menggunakan alat
earth tester. Rangka-rangka menara di hubungkan dengan pentanahan grid yang di tambah
dengan satu batang elektroda.Nilai aktual pentanahan yang diperoleh dari pengukuran adalah
maksimal 1.21 Ω dan minimal 1.13 Ω. Nilai pentanahan yang diperoleh tersebut masih dalam
rekomendasi SNI 04-0225-2000, “Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 ( PUIL 2000)”.
Semakin kecil nilai pentanahan yang diperoleh maka semakin bagus sistem pentanahannya.
Kata Kunci : Sistem Pentanahan Elektroda Batang, Nilai Pentanahan, PUIL 2000, Digital
Earth Tester, Spesifiikasi Material
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Memberikan rekomendasi perbaikan kualitas tahanan pembumian pada
Gardu Induk apabila terdapat nilai hambatan melebihi nilai standar
berdasarkan PUIL 2000.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan dari masalah yang
dibahas dalam bab sebelumnya.
3
BAB II
DASAR TEORI
Sistem pentanahan merupakan salah satu bentuk sistem yang terintegrasi pada
sistem ketenaga listrikan dan dimasudkan untuk keamanan sistem secara keseluruhan
dari gangguan yang memungkinkan terjadinya kerusakan pada peralatan sehingga
4
berakibat pada putusnya kontinuitas pelayanan daya kekonsumen. Secara garis besar,
tujuan dari pentanahan itu sendiri adalah :
1. Pada sistem yang besar yang tidak ditanahkan, arus gangguan yang terjadi relatif
besar sehingga busur listrik yang timbul tidak dapat padam sendiri, hal mana
yang akan menimbulkan busur tanah pada sistem yang diketanahkan, gejala
tersebut hampir tidak ada,
2. Untuk membatasi tegangan-tegangan pada fasa-fasa yang tidak terganggu
(sehat).
Gangguan yang sering terjadi ialah gangguan hubung singkat. Besar dari arus
hubung singkat itu tergantung dari jenis dan sifat gangguan hubung singkat itu, kapasitas
dari sumber daya, konfigurasi dari sistem, metoda hubungan netral dari trafo, jarak
gangguan dari unit pembangkit,angka pengenal dari peralatan-peralatan utama dan alat-
alat pembatas arus, lamanya hubung singkat itu dan kecepatan beraksi dari alat-alat
pengaman.gangguan hubung singkat itu tidak hanya dapat merusak peralatan atau
elemen-elemen sirkuit, tetapi juga dapat menyebabkan jatuhnya tegangan dan frekuensi
sistem, sehingga kerja paralel dari unit-unit pembangkit menjadi terganggu pula.
2.1.1 Akibat-akibat
5
semua kondisi operasi normal atau tidak normal. Untuk mencapai tujuan ini,
suatu sistem pengetanahan peralatan sangatlah dibutuhkan. Sistem pengetanahan
ini sangat membantu untuk memperoleh potensial yang merata (uniform) dalam
semua bagian struktur dan peralatan, serta untuk menjaga agar makhluk hidup
yang berada di daerah instalasi tersebut berada pada potensial yang sama dan
tidak membahayakan pada setiap waktu. Dengan dicapainya potensial yang
hampir merata pada semua titik dalam daerah sistem pengetanahan ini,
kemungkinan timbulnya potensial yang besar pada jarak yang dapat dicapai oleh
manusia sewaktu terjadi hubung singkat kawat ketanah menjadi sangat kecil.
Untuk memperoleh impedansi yang kecil atau rendah dari jalan balik arus
hubung singkat ke tanah. Kecelakaan pada personil timbul pada saat hubung
singkat ketanah terjadi. Jadi bila arus hubung singkat ketanah itu dipaksakan
mengalir melalui impedansi tanah yang tinggi, akan menimbulkan perbedaan
potensial yang besar dan sangat membahayakan. Impedansi yang besar pada
sambungan rangkaian pentanahan dapat menimbulkan busur listrik dan
pemanasan yang besarnya cukup menyalakan material yang mudah terbakar.
Tahanan kaki, tahanan tanah yang langsung berada di bawah kaki, diasumsikan
atau dianggap sebagai tahanan plat konduktor berbentuk lingkaran (circular conducting
disc) dengan jari-jari 8 cm yang ditempatkan secara horizontal di permukaan tanah.
Tahanan pembumian, R f ( ) dari plat konduktor berbentuk lingkaran (circular
conducting disc) dengan jari-jari b pada permukaan tanah yang mempunyai tahanan
jenis atau resistivity homogen ρs , adalah :
s
Rf (3.1)
4b
untuk : b 0,08 m
s s
Rf = Rf 3.125s dan dibulatkan menjadi
4 0,08 0,32
Rf 3 s (3.2)
Dalam areal switchyard Gardu Induk, biasanya permukaan tanah dilapisi oleh
lapisan batu koral dengan ketebalan 8 sampai 20 cm, dengan tujuan mengurangi
perbedaan potensial pada permukaan tanah pada saat terjadi gangguan.
A. Penghantar Pentanahan
B. Bus Pentanahan
7
bebeda. Untuk sambungan dengan baut, Kenaikan suhu maksimum adalah 250°C bila
suhu permulaan sebesar 26°C.
A = 10,61 (3.3)
450°C dan
A = 8,71 (3.4)
Arus yang digunakan dalam perhitungan tergantung pada sistem pentanahan netral.
Untuk sistem yang tidak ditanahkan atau pentanahan dengan impedansi, arus
gangguan adalah arus gangguan fase ke fase. Untuk pentanahan tanpa impedansi, arus
yang digunakan untuk perhitungan adalah arus gangguan tiga fase. Ukuran
penampang bus pentanah tidak boleh kurang dari 70 mm2, untuk gardu induk besar
atau pusat pembangkit, ukuran terbesar tidak perlu lebih dari 250 mm2. untuk
pembangkit industri dan gardu induk kecil, penampang yang digunakan cukup 90
mm2 Pemasangan bus pentanah didasarkan atas petunjuk sebagai berikut :
8
4. Sambungan-sambungan di dalam tanah tidak boleh menggunakan baut, tetapi
dengan las.
9
Ketiga komponen tahanan, tahanan tanah disekitar elektroda merupakan besaran
yang paling besar pengaruhnya pada tahanan pembumian dibandingkan tahanan
elektroda dan tahanan kontak.
Elektroda pembumian terbuat dari logam mempunyai tahanan cukup kecil jika
ukurannya memadai. Demikian pula dengan tahanan kontak ke tanah dapat diabaikan
apabila permukaan elektroda bebas dari lemak dan cat serta tempat kontak cukup padat,
sehingga elektroda dapat dipasak dengan kuat.
L
R (1)
A
dimana
R = tahanan pembumian [ ]
= tahanan jenis tanah [.m ]
L = panjang lintasan arus pada tanah [ m ]
A = luas penampang lintasan arus pada tanah [ m2 ]
Selain ditentukan oleh luas permukaan elektroda pembumian dan tahanan jenis tanah,
tahanan pembumian yang diperoleh juga ditentukan pula oleh jenis dan bentuk elektroda
pembumiannya.
Beberapa bentuk elektroda pembumian yang dipergunakan antara lain :
Elektroda bentuk batang ini adalah elektroda berbentuk pipa atau batang profil
10
atau logam lain yang ditanamkan tegak lurus ke dalam tanah dengan kedalaman antara 1
sampai 10 meter. Pentanahan ini paling banyak digunakan, karena mepunyai banyak
keuntungan apabila dibandingkan dengan menggunakan elektroda lainnya. Adapun
keuntungan tersebut adalah :
Makin panjang elektroda batang ditanam dalam tanah, maka tahanan kontaknya
terhadap tanah akan semakin kecil karena menurunnya tahanan jenis tanah dan
bertambahnya luas permukaan tanah yang terkena elektroda Untuk menentukan
besarnya tahanan pembumian dengan elektroda batang dipergunakan rumus sebagai
berikut dan elektroda bentuk batang dapat dilihat di Gambar 2.1.
4L
R ln 1 (2)
2L a
dimana :
R = Tahanan pembumian elektroda batang [ ]
= Tahanan jenis tanah [.m ]
L = Panjang batang yang tertanam [ m ]
a = Jari-jari elektroda pentanahan (cm)
11
2.3.2 Elektroda Bentuk Pita
Elektroda pita adalah elektroda yang dibuat dari penghantar berbentuk pita atau
berpenampang bulat atau penghantar pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal.
Elektroda ini dapat ditanam secara dangkal pada kedalaman 0,5 sampai 1,0 meter dari
permukaan tanah, dan tergantung dari kondisi dan jenis tanah. Elektroda jenis ini sering
digunakan pada tempat-tempat yang mempunyai tahanan jenis tinggi, terutama pada
tanah yang banyak mengandung batu-batu sejajar dengan permukaan tanah dan
elektroda tersebut dihubungkan satu dengan lainnya sehingga membentuk beberapa
jaringan. Besar tahanan pembumian untuk elektroda pita dapat dihitung dengan rumus
berikut dan elektroda bentuk pita dapat dilihat di Gambar 2.2.
2L
R ln (3)
L d
dimana :
12
2.3.3 Elektroda Bentuk Plat.
Elektroda plat adalah elektroda dari plat logam. Pada pemasangannya elektroda
ini dapat ditanam tegak lurus atau mendatar tergantung dari tujuan penggunaannya. Bila
digunakan sebagai elektroda pembumian pengaman maka cara pemasangannya adalah
tegak lurus dengan kedalaman kira-kira 1 meter di bawah permukaan tanah dihitung dari
sisi plat sebelah atas. Bila digunakan sebagai elektroda pengatur yaitu mengatur
kecuraman gradien tegangan guna menghindari tegangan langkah yang besar dan
berbahaya, maka elektroda plat tersebut ditanam mendatar.
b
R 1 1,84 (4)
4,1L t
dimana
13
2.4 Sifat-sifat Elektroda Pentanahan [3]
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Langkah-langkah Penelitian [4]
Langkah-langkah penelitan dalam projek akhir yaitu memulai pengambilan
data dengan koordinasi dengan penanggung jawab area gardu induk bahwa akan
dilakukan pengambilan data pentanahan. Di lanjut dengan melakukan studi
pendahuluan mengingat pentingnya sistem pertanahan untuk manusia dan
peralatan-peralatan listrik yang berada di gardu induk. Kemudian melakukan
identifikasi dan perumusan masalah yang pada dasarnya hanya melakukan
pengambilan data untuk analisa besar nilai pertanahan. Perumusan analisa data
hanya dengan pengukuran pertanahan metode Elektroda Batang. Kemudian
melakukan studi pustaka berdasarkan standar nilai pertanahan dengan batas
maksimal nilai pentanahan sebesar 5 Ω sesui standar ( PUIL 2000 ). Selanjutnya
adalah pengumpulan data yang diambil: data peralatan listrik di area gardu induk
Bekasi Power, data kedalaman elektroda yang ditanam di tanah, jenis penghantar
pertanahan serta luas penampangnya. Dan yang terakhir adalah pengumpulan
semua data untuk diolah berdasarkan rumus pertanahan dengan metoda elektroda
batang. Apabila nilai sesuai standar jika tidak sesuai lalu kita analisa kembali.
Data setelah dianalisa lalu dituangkan kedalam Bab 4 dan menjadi rekapan hasil
berdasarkan perhitungan dan flowchart bisa di lihat di Gambar 3.1
4L
R ln 1
2L a
dimana :
R = Tahanan pembumian elektroda batang [ ]
= Tahanan jenis tanah [.m ]
L = Panjang batang yang tertanam [ m ]
a = Jari-jari elektroda pentanahan (cm)
16
Mulai
Studi pendahuluan
Studi pustaka
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Tidak
Apakah data
sesuai standar
Ya
Analisis Data
Penulisan Skripsi
Selesai
1. Trafo
2. Arrester
3. CT (Current Transformer)
4. CB (Circuit Breaker)
5. DS1 (Disconnecting Switch)
6. DS2 (Disconnecting Switch)
18
Untuk objek selanjutnya ada T-1.2 merupakan transformator step up dari 20 kV
ke 150 kV yang tegangannya ouputnya dari gas turbin generator 1B seperti ditujukan
pada gambar jaringan 3.3 berikut ini.
1. Trafo
2. Arrester
3. CT (Current Transformer)
4. CB (Circuit Breaker)
5. DS1 (Disconnecting Switch)
6. DS2 (Disconnecting Switch)
19
Gambar 3.4 Jaringan Transformator T-1.3
1. Trafo
2. Arrester
3. CT (Current Transformer)
4. CB (Circuit Breaker)
5. DS1 (Disconnecting Switch)
6. DS2 (Disconnecting Switch)
Bus Coupler adalah perangkat yang digunakan untuk memasangkan satu bus ke
bus lain tanpa gangguan pasokan listrik dan tanpa menciptakan busur api yang
berbahaya. Bus coupler adalah pemutus yang digunakan untuk memasangkan dua
busbar untuk melakukan perawatan pada pemutus sirkuit lain yang terkait dengan
busbar tersebut. Bus coupler merupakan alat penghubung listrik dari jaringan transmisi
ke jaringan distribusi primer seperti ditujukan pada gambar jaringan 3.5 berikut ini.
20
Gambar 3.5 Jaringan Bus Coupler
Keterangan dari gambar Bus Coupler:
1. CB ( Circuit Breaker )
2. CT1 ( Current Transformer )
3. DS1 ( Disconnecting Switch )
4. DS2 ( Disconnecting Switch )
5. CT2 ( Current Transformer )
OHL Jababeka 1 adalah transmisi untuk proses penyaluran energy listrik dari bekasi
power ke PLN yang besaran tegangannya adalah tegangan ultra tinggi (UHV),
tegangan ekstra tinggi (EHV), tegangan tinggi (HV), tegangan menengah (MHV), dan
tegangan rendah (LV). Tegangan yang beroperasi di OHL antara 30 KV sampai
dengan 150 KV seperti ditujukan pada gambar jaringan 3.6 berikut ini.
OHL Jababeka 2 adalah transmisi untuk proses penyaluran energy listrik dari
bekasi power ke PLN yang besaran tegangannya adalah tegangan ultra tinggi (UHV),
tegangan ekstra tinggi (EHV), tegangan tinggi (HV), tegangan menengah (MHV), dan
tegangan rendah (LV). Tegangan yang beroperasi di OHL antara 30 KV sampai
dengan 150 KV seperti ditujukan pada gambar jaringan 3.7 berikut ini.
22
3.3 Alat-Alat Instrumen Penelitian
Instrumen diartikan sebagai alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Dalam hal ini
instrumen yang digunakan ditunjukan pada tabel 3.1 sebagai berikut:
23
atau penjepit pada elektroda utama.
6. Memasang/menghubungkan kaki tower dan arde yang akan diukur dengan kabel
ke earth-tester.
Merah
Kuning
60o
Hijau
Ohm Meter
E P C
Galvano meter
24
Gambar 3.9 Digital Earth Resistance Test
Mulai
Tidak
Pengukuran
Ya
Selesai
25
BAB IV
HASIL DAN ANALISA PERHITUNGAN
Maka jari-jari
r=½xD
r = ½ x 7 cm
r = 3,5 cm
Untuk panjang elektroda 10, 15, dan
20 m
26
- Tahanan jenis ( tanah liat ) = 100 Ω.m ( ρ )
- Jari-jari elektroda = 3,5 cm ( a )
- Panjang elektroda ( yang tertanam didalam tanah ) = 15 m ( L )
Maka,
ρ 2L
R= X Ln - 1 …….(Ω)
2π . L a
100 Ω m 2 x 15m
= X Ln -1
2 . 3,14 . 15 m 3,5cm
= 1,061x Ln 8,571 – 1
= 1,061 x 2,148 – 1
= 1,061 x 1,148
= 1,218 Ω
Tabel 4.1 Perbandingan nilai hambatan sistem T1.2 dengan nilai aktual
Peralatan ∆ Error selisih
No Teori * (Ω) Aktual (Ω)
Sistem T1.2 (Teori – Aktual) (%)
1 Trafo 1,218 1,21 0,008 0,8
2 Arrester 1,218 1,20 0,018 1,8
3 CT 1,218 1,18 0,038 3.8
4 CB 1,218 1,18 0,038 3,8
5 DS 1 1,218 1,21 0,008 0.8
6 DS 2 1.218 1.18 0,038 3.8
7 Rata-rata 1.19 2.4
*Sudah sesui standar PUIL 2000
27
4.3 Menentukan Nilai Pentanahan T1.3
Sistem pentanahan T1.3 memiliki sub-sistem di dalamnya yaitu: CVT, CT, CB, DS1,
DS2, Body Trafo dengan data sebagai berikut dan hasil di tabel 4.2:
- Tahanan jenis ( Tanah Liat ) = 100 Ω.m ( ρ )
- Jari-jari elektroda = 3,5 cm ( a )
- Panjang elektroda ( yang ternaman didalam tanah ) = 15 m ( L )
ρ 2L
R= X Ln - 1 …….(Ω)
2π . L a
100 Ω m 2 x 15m
= X Ln -1
2 . 3,14 . 15 m 3,5cm
= 1,061x Ln 8,571 – 1
= 1,061 x 2,148 – 1
= 1,061 x 1,148
= 1,218 Ω
Tabel 4.2 Perbandingan nilai hambatan sistem T1.3 dengan nilai aktual
Peralatan ∆ Error selisih
No Teori * (Ω) Actual (Ω)
Sistem T1.3 (Teori – Actual) (%)
1 Trafo 1,218 1,18 0,038 3,8
2 Arrester 1,218 1,18 0,038 3,8
3 CT 1,218 1,21 0,008 0,8
4 CB 1,218 1,20 0,018 1,8
5 DS1 1,218 1,17 0,048 4,8
6 DS2 1,218 1.21 0,008 0,8
7 Rata-rata 1,19 2,6
*Sudah sesui standar PUIL 2000
28
4.4 Menentukan Nilai Pentanahan Sistem Bus Coupler
Sistem Bay Coupler adalah sistem penghubung antara output T-1.1, T-1.2, T-1.3 sisi 150
kV dan OHL Jababeka 1 dan 2. Sistem Bay Coupler sendiri terdiri dari 5 sub CB1, CT1, DS 1,
CB2, DS2, CT2 dan masing-masing memiliki pentanahan tersendiri, untuk data sebagai berikut
dan hasil di tabel 4.3:
- Tahanan jenis ( Tanah Liat ) = 100 Ω.m ( ρ )
- Jari-jari elektroda = 3,5 cm ( a )
- Panjang elektroda ( yang ternaman didalam tanah ) = 10 m ( L )
Maka nilai pentanahan:
ρ 2L
R= X Ln - 1 …….(Ω)
2π . L a
100 Ω m 2 x 10m
= X Ln -1
2 . 3,14 . 10 m 3,5cm
= 1,592 x Ln 5,714 – 1
= 1,592 x 1,743 – 1
= 1,592 x 0,743
= 1,183 Ω
29
Tabel 4.3 Perbandingan nilai hambatan sistem Bay Coupler dengan nilai aktual
Peralatan Error selisih
No Teori * (Ω) Aktual (Ω) ∆
Sistem Bus Coupler (Teori – Aktual) (%)
1 CB1 1,183 1,19 0,007 0,7
2 CT1 1,183 1,19 0,007 0,7
3 DS1 1,183 1,17 0,013 1,3
4 DS2 1,183 1,17 0,013 1,3
5 CT2 1,183 1,16 0,023 2,3
6 Rata-rata 1,17 1,008
*Sudah sesui standar PUIL 2000
Sistem OHL ( Over Head Line ) Jababeka I dan II merupakan hasil output dari generator
dan setelah melalui trafo T-1.1, T-1.2, T-1.3 yang akan dialirkan menuju G1 Jababeka, suplai
dengan system 150 kv. Sistem OHL Jababeka I dan II terdiri dari DS1, DS2, CB, CT, DSE,
Arrester.
ρ 2L
R= X Ln - 1 …….(Ω)
2π . L a
30
100 Ω m 2 x 20m
= X Ln -1
2 . 3,14 . 20 m 3,5cm
= 0,796 x Ln 11,42 – 1
= 0,796 x 2,436 – 1
= 0,796 x 1,436
= 1,143 Ω
Tabel 4.4 Perbandingan nilai hambatan sistem OHL Jababeka I dengan nilai aktual
Peralatan Error selisih
No Teori * (Ω) Aktual (Ω) ∆
Sistem OHL I (Teori – Aktual) (%)
1 DS1 1,143 1,13 0,013 1,3
2 DS2 1,143 1,13 0,013 1,3
3 CB 1,143 1,14 0,003 0,3
4 CT 1,143 1,15 0,007 0,7
5 DSE 1,143 1,15 0,007 0,7
6 Arrester 1,143 1,14 0,003 0,3
7 Rata-rata 1,14 0,76
*Sudah sesui standar PUIL 2000
ρ 2L
R= X Ln - 1 …….(Ω)
2π . L a
31
100 Ω m 2 x 20m
= X Ln -1
2 . 3,14 . 20 m 3,5cm
= 0,796 x Ln 11,42 – 1
= 0,796 x 2,436 – 1
= 0,796 x 1,436
= 1,143 Ω
Tabel 4.5 Perbandingan nilai hambatan sistem OHL Jababeka II dengan nilai aktual
Peralatan Error selisih
No Teori * (Ω) Aktual (Ω) ∆
Sistem OHL II (Teori – Aktual) (%)
1 DS1 1,143 1,14 0,003 0,3
2 DS2 1,143 1,15 0,007 0,7
3 CB 1,143 1,15 0,007 0,7
4 CT 1,143 1,13 0,013 1,3
5 DSE 1,143 1,13 0,013 1,3
6 Arrester 1,143 1,15 0,007 0,7
7 Rata-rata 1,14 0,83
*Sudah sesui standar PUIL 2000
32
Parameter kritikal dalam hal besarnya nilai tahanan pembumian adalah panjang
elektroda yang tertanam di dalam tanah, luas penampang elektroda, dan nilai tahanan jenis tanah
tersebut, jika panjang elektroda yang tertanam di dalam tanah semakin panjang dan luas
penampang elektroda semakin besar dan nilai tahanan jenis tanah semakin kecil dipastikan nilai
sistem pembumian akan semakin kecil. Jika terjadi kebocoran arus atau ada gangguan bisa
secepatnya dialirkan kedalam tanah sehingga peralatan dan manusia lebih aman.
Di dalam perbandingan teori dan pengukuran aktual menggunakan alat (Digital Earth
Tester) dengan merek Kyoritsu didapat nilai selilsih kurang dari 5% hal ini disebabkan beberapa
faktor yaitu suhu udara lingkungan dan kadar air dalam tanah. Hal ini bisa dilihat dari hasil
pengkuran aktual yang lebih kecil dari teori, kadar air di dalam tanah yang tinggi bisa merubah
nilai tahanan jenis menjadi lebih kecil sehingga akan merubah nilai pentanahan menjadi lebih
kecil.
Sesuai hasil pengukuran diperoleh nilai tahanan pembumian untuk semua objek
peralatan di gardu induk PT. Bekasi Power dibawah 5 Ω dan sudah sesuai dengan standar PUIL
2000 yaitu nilai tahanan pembumian dibatasi hanya sampai 5 Ω.
33
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan, dari hasil analisa maka dapat disimpulkan nilai hambatan
pembumian yang terpasang di Gardu Induk 150 kV PT.Bekasi Power kurang dari 5 Ω dan sudah
sesuai dengan standar rekomendasi SNI 04-0225-2000, “Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2000 ( PUIL 2000)”.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran dari penulis untuk pembaca penelitian ini di masa mendatang sebagai
berikut:
1. Kepada pembaca, untuk mengetahui tahanan jenis tanah jangan mengacu pada tabel
tahanan jenis tanah, karena tidak semua tahanan jenis tanah disetiap daerah sama
perlu di lakukan pengukuran langsung.
2. Agar pentanahan pada tower transmisi lebih baik, kepada pihak Bekasi Power dan
PLN disarankan menggunakan pentanahan tambahan agar tercapai pentanahan pada
tower transmisi sebesar 0,5 Ω atau kecil dari 1 Ω.
3. Agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan maka harus ada pengontrolan peralatan
pentanahan setiap satu minggu sekali dan perawatan secara berkala sebulan sekali
supaya tidak terjadi korosi pada koneksi kabel.
34
DAFTAR PUSTAKA
[1] Janardana IGN. 2005. Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume Zat Aditif Betonit Terhadap
Nilai Tahanan Pentanahan. Bali. Universitas Udayana.
[2] Joko Pramono, Buwono Candra dan Zamrudi. 2010. Transmission Of Electrical Energi.
Depok. Univeritas Indonesia.
[3] Lukmanto Widen, Mahmudsyah S. Yuwono Teguh. Studi Perencanaan Saluran Transmisi
150 kV Bambe Incomer. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh November.
[4] Muklis. 2008. Implementasi Sistem Pentanahan Grid (Aplikasi Pada Kampus III UBH).
Padang. Universitas Bung Hatta.
[5] Badan Standarisasi Nasional (BSN), SNI 04-0225-2000, “Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2000 ( PUIL 2000)”.
[6] Tanjung Abrar. Analisis Sistem Pentanahan Gardu Induk Teluk Lembu dengan Bentuk
Konstruksi Grid (Kisi-Kisi). Pekan baru. 2008, Universitas Lancang Kuning.
[7] Utama Putra Arif. Evaluasi Nilai Tahanan Pentanahan Tower Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) 150 kV Transmisi Maninjau-Simpang Empat. Padang. Universitas Bung
Hatta.
[8] Digital Earth Tester merk Kyioritsu model 4105A.
[9] T.S Hutauruk, “Pengentanahan Netral Sistem Teanaga dan Pengetahuan Peralatan”, 1991
(Jakarta: Penerbit Erlangga).
[10] Engineering Society, “ IEEE Guide for Safety In AC Substation Grounding”, 1986
American National Standars Institute/IEEE Standard 80.
[11] Marsudi, Djiteng, “Pembangkit Energi Listrik”, 2003 (Jakarta: PT. Jalamas Berkatama
bersama STT PLN).
35