Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN TUGAS AKHIR

STUDI GANGGUAN HUBUNG SINGKAT FASA TIGA KE TANAH


PADA SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 20 kV
DI GARDU INDUK PLN KEMBANGAN

Diajukan Untuk Mencapai Gelar Strata Satu (S-1)


Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri
Universitas Mercu Buana

Disusun oleh :

Nama : SAIPUL BAHRI

NIM : 4140401-020

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2009
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

STUDI GANGGUAN HUBUNG SINGKAT FASA TIGA KE TANAH


PADA SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 20 kV
DI GARDU INDUK PLN KEMBANGAN

Nama : Saipul Bahri

Nim : 4140401-020

Disetujui dan disahkan oleh :

Koordinator Tugas Akhir Dosen Pembimbing

Yudhi Gunardi, ST, MT Dr. Ir. Hamzah Hillal, MSc

Mengetahui,
Kaprodi Teknik Elektro

Yudhi Gunardi, ST, MT


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas
akhir ini sebagai hasil dari Analisis pada Gardu Induk PLN Kembangan, Jakarta-
Barat.
Dalam laporan ini penulis mengambil judul “studi gangguan hubung singkat
fasa tiga ke tanah pada saluran kabel tegangan menengah (SKTM) 20 kV di gardu
induk PLN Kembangan”, Jakarta-Barat. Adapun dalam laporan tugas akhir ini
penulis berusaha untuk menyusun laporan yang berkaitan dengan gangguan hubung
singkat fasa tiga ke tanah pada salah satu penyulang pada gardu induk kembangan
tepatnya pada penyulang Ji’ih.
Tersusunnya laporan tugas akhir ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah
banyak membantu penulis mulai dari penyusunan hingga penyelesaian penulisan
laporan ini. Oleh karena, itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, baik moral maupun spiritual sehingga
laporan ini dapat tersusun dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan ini, baik
dalam penyajian bahasa yang digunakan maupun isinya karena keterbatasan ilmu
pengetahuan dan pengalaman. Penulis sangat berharap kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki hal-hal yang
dianggap masih kurang dalam penyusunan laporan ini.
Penulis ingin Mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah banyak membantu dan memberikan saran, kritik, bimbingan serta motivasi
untuk penyelesaian laporan tugas akhir ini, diantaranya adalah:
1. Allah SWT atas Rahmat, Ridho, Taufik dan Hidayah-Nya.
2. Kedua Orangtuaku yang telah banyak memberikan masukan, doa dan semangat
serta dukungannya.
3. Bapak Yudhi Gunardi, ST, MT, selaku Ketua Prodi Teknik Elektro Fakultas
Teknologi Industri Universitas Mercu Buana.
4. Bapak Yudhi Gunardi, ST, MT, selaku Koordinator Tugas Akhir Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana.

i
5. Bapak Dr. Ir. Hamzah Hillal, MSc, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercu Buana.
6. Staff dan karyawan PT. PLN (Persero) yang telah banyak membantu dalam
pengambilan data tugas akhir serta memberi saran dan kritik.
7. Bang Fahmi dan Bu Sadriana yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan laporan tugas akhir ini
8. Ika_Cute wanita yang tak henti-hentinya menyemangati dan memberikan do’a
dan dukungannya pada penulis untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
9. Om Doli dan Teh Enjun yang selalu menyemangati serta memberikan do’a
serta motivasinya kepada penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.
10. Nurul, Aris, Ridho, Eki, Rida, Rama adik-adik Ku yang selalu mendoakan
penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
11. Teman-teman jurusan Teknik Elektro pada umumnya serta teman-teman di
Peminatan Teknik Tenaga Listrik “POWER” khususnya Angkatan 2004
(004,008,009,011,013,022,025,028,dkk) dan Peminatan “ELEKTRONIKA”
Angkatan 2004 (014,017,027,dkk) serta Elya.K, S.Ikom.
“Thanks For All My Friends”
12. Bang Zainal ’98, Uni Linda ’01, Irvan Rosya ’01, Apendi ’01, Om Roy ’01
serta Alumni Teknik Elektro lainnya.
13. May “Prima Copy” terima kasih atas bantuannya.
14. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian tugas
akhir ini.

Jakarta, Oktober 2009

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2

1.3 Ruang Lingkup Masalah ..................................................................... 2

1.4 Metode Penelitian................................................................................ 2

1.5 Sistematika Penulisan.......................................................................... 3

BAB II GANGGUAN HUBUNG SINGKAT .................................................... 4

2.1 Definisi Gangguan .............................................................................. 4

2.2 Terjadinya Gangguan Hubung Singkat ............................................... 5

2.3 Macam-macam Gangguan Hubung Singkat ....................................... 6

2.4 Operator a ............................................................................................ 7

2.5 Metode Komponen Simetris ............................................................... 9

BAB III GANGGUAN PADA SISTEM INTERKONEKSI ............................ 14

3.1 Besar Gangguan Hubung Singkat ....................................................... 14

3.2 Impedansi Urutan ................................................................................ 15

3.3 Gangguan Hubung Singkat ................................................................. 23

iii
BAB IV PERHITUNGAN GANGGUAN HUBUNG SINGKAT .................... 28

4.1 Studi Kasus ............................................................................. .......... 28

4.2 Tegangan Pada Titik Gangguan .......................................................... 31

4.3 Tegangan Akibat Gangguan Fasa Tiga Pada Gardu BC.60 ................ 35

4.4 Arus Gangguan Hubung Singkat Dengan Simulasi Program ETAP .. 37

BAB V PENUTUP............................................................................................... 38

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 38

5.2 Saran .................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

1. Diagaram fasor dari fungsi-fungsi operator a ................................................... 9

2. Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan komponen simetris dari tiga

fasor tak seimbang ............................................................................................ 11

3. Penjumlahan secara grafis komponen-komponen untuk mendapatkan tiga fasor

tak seimbang ..................................................................................................... 11

4. Impedansi beban tak seimbang ......................................................................... 15

5. Konfigurasi penghantar fasa tiga menurut Carson ............................................ 18

6. Jaringan urutan nol fasa tiga dari transformator dua lilitan .............................. 22

7. Jaringan urutan nol untuk hubungan wye dan delta beban fasa tiga................. 23

8. Gangguan Fasa Tiga ......................................................................................... 25

9. Gangguan fasa tunggal ke tanah ....................................................................... 27

10. Single line diagram Penyulang Ji’ih pada Gardu Induk PLN Kembangan....... 30

11. Gangguan Fasa Tunggal ke tanah dan rangkaian ekivalen gangguan .............. 32

12. Gangguan Fasa Tiga ke tanah dan rangkaian ekivalen gangguan .................... 35

v
DAFTAR TABEL

1. Fungsi – fungsi operator a................................................................................. 8

vi
ABSTRAK

PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan listrik yang sangat penting peranannya
dalam suatu penyaluran energi listrik ke setiap konsumen-konsumennya, dimana
dalam penyaluran energi listrik ke konsumen tersebut banyak terjadi gangguan dalam
penyaluran, diantaranya adalah gangguan hubung singkat pada jalur 20 kV.
Gangguan hubung singkat dapat terjadi pada setiap jaringan tegangan tinggi,
tegangan menengah maupun tegangan rendah.
Gangguan hubung singkat pada jalur 20 kV tidak dapat diprediksi kapan akan
terjadi gangguan hubung singkat tersebut. Oleh karena itu, kontribusi PT. PLN
(Persero) dalam mengatasi gangguan hubung singkat pada jalur 20 kV tersebut
adalah dengan cara mengetahui gangguan tersebut secepat mungkin dan besar
gangguan tersebut dapat diminimalisir. Sehingga, terjadinya pemadaman pada
penyaluran energi listrik ke konsumen dapat dihindari sedini mungkin.
Mengingat adanya gangguan yang terjadi pada jaringan PT. PLN (Persero)
tersebut, maka penulis ingin menyampaikan masalah tersebut dengan batasan
masalah yakni studi gangguan hubung singkat fasa tiga ke tanah pada saluran kabel
tegangan menengah (SKTM) 20 kV di gardu induk PLN Kembangan, Jakarta-Barat
dengan menggunakan penyulang Ji’ih.
Perhitungan gangguan akan dilakukan dengan menggunakan perhitungan
manual dan juga perhitungan dengan menggunakan program ETAP dikembangkan
yang hasilnya sama dengan perhitungan manual.

vii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PT. PLN (Persero) sebagai suatu perusahaan yang mempunyai peranan penting
dalam pengelolaan sumber energi listrik di Indonesia. Dimana PT. PLN (Persero)
berusaha untuk mempertahankan agar penyaluran energi listrik ke konsumen atau
masyarakat dapat terpenuhi tanpa adanya masalah gangguan apapun.

Maka saat ini PT. PLN (Persero) berusaha menjaga mutu energi listrik yang
akan digunakan oleh konsumen atau masyarakat agar dapat dihindari dari segala
gangguan yang dapat menyebabkan penyaluran energi listrik ke konsumen tidak
dapat terpenuhi.

Gangguan yang sering terjadi dalam penyaluran energi listrik ke konsumen


yakni pada sistem jaringan distribusi atau jaringan transmisi, dimana energi listrik
yang akan disalurkan tersebut sering kali terjadi gangguan hubung singkat sehingga
dapat terjadi pemadaman sementara dan bisa terjadi pemadaman total untuk
perbaikan masalah gangguan tersebut.

Hal ini dapat dimengerti, karena pentingnya distribusi tenaga listrik yaitu
menyatukan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit ke konsumen, maka
diusahakan agar kerusakan akibat gangguan dapat dihindari sebaik mungkin.

Untuk tujuan tersebut maka perlu dilakukan perhitungan arus hubung singkat
pada jaringan distribusi, diantaranya :

a. Menentukan kapasitas alat pemutus daya. Pada setiap gardu distribusi dihubung
singkat lalu dihitung arus hubung singkatnya. Hal tersebut dilakukan agar alat
pemutus daya yang digunakan jaringan tidak terlalu berlebihan kapasitasnya.
b. Menentukan aliran hubung singkat pada saluran-saluran, sehingga rele-rele
pengamanan atau koordinasi rele-rele dapat diatur. Adapun tujuan koordinasi rele
adalah agar rele dapat mendeteksi gangguan bila ada gangguan hubung singkat
dan mempunyai sifat selektivitas yakni rele hanya bekerja pada daerah gangguan
saja.

1
Besar arus hubung singkat tergantung pada jenis dan sifat gangguan hubung
singkat tersebut, kapasitas dari sumber tenaga konfigurasi sistem, metoda hubungan
netral dari trafo peralatan-peralatan utama yang digunakan pada unit distribusi.

Gangguan hubung singkat tidak hanya dapat merusak peralatan atau bagian-bagian
dari jaringan, tetapi juga dapat menyebabkan jatuhnya tegangan dan frekuensi sistem
energi listrik sehingga kerja paralel dari unit-unit distribusi menjadi terganggu juga.

1.2 TUJUAN PENELITIAN

Mengevaluasi dan menganalisa gangguan hubung singkat fasa tiga ke tanah pada
saluran kabel tegangan menengah (SKTM) 20 kV di Gardu Induk PLN Kembangan,
Jakarta Barat.

1.3 RUANG LINGKUP MASALAH

Dalam laporan tugas akhir ini yang menjadi pokok perhatian adalah analisa
perhitungan gangguan hubung singkat akibat gangguan fasa tunggal ke tanah (SLG
Fault) pada gardu BC.60 dan akibat gangguan fasa tiga pada gardu BC.60 di Gardu
Induk Kembangan PLN, Jakarta Barat.

1.4 METODE PENELITIAN

Metodologi selama pelaksanaan dan penulisan tugas akhir yakni sebagai berikut :

a. Studi literature, yaitu dengan membaca buku-buku referensi untuk panduan


penyelesaian tugas akhir ini.

b. Diskusi dengan pimpinan dan petugas yang berwenang pada saat pengambilan
data untuk penyelesaian tugas akhir.

c. Membuat formulasi yang akan digunakan untuk analisis.

d. Observasi langsung ke lapangan bersama pimpinan dan petugas yang berwenang.

e. Pengukuran data-data yang digunakan pada penelitian.

f. Menganalisa data-data yang telah didapat pada saat pengambilan data.

2
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan tugas akhir ini terbagi dalam lima bab. Bab satu memuat
tentang latar belakang penulisan, tujuan penelitian tugas akhir, ruang lingkup
permasalahan dalam penulisan tugas akhir, metode penelitian yang digunakan dalam
pelaksanaan dan penulisan tugas akhir, serta sistematika penulisan tugas akhir. Bab
dua membahas tentang definisi gangguan, terjadinya gangguan hubung singkat,
macam-macam gangguan hubung singkat yang terdiri dari gangguan temporer,
gangguan permanen, gangguan yang perlu diperhitungkan yang terdiri dari hubung
singkat fasa tunggal ke tanah, dan hubung singkat fasa tiga, metode komponen
simetris. Bab tiga berisi tentang besar gangguan hubung singkat, impedansi urutan,
impedansi urutan beban sambungan Y, impedansi urutan transmisi, impedansi urutan
mesin sinkron, impedansi urutan dari transformator, jaringan urutan nol, perhitungan
arus hubung singkat fasa tiga dan perhitungan arus hubung singkat fasa tunggal yang
terdiri dari gangguan fasa tunggal ke tanah (single line to ground fault).

Sedangkan pada bab empat berisi tentang analisa perhitungan gangguan


hubung singkat akibat gangguan fasa tunggal ke tanah (single line to ground fault)
pada gardu BC.60 dan akibat gangguan fasa tiga pada gardu BC.60 di Gardu Induk
Kembangan, Jakarta Barat. Kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil analisa
dijelaskan pada bab lima.

3
BAB II

GANGGUAN HUBUNG SINGKAT


2.1 DEFINISI GANGGUAN

Pengertian gangguan dalam operasi sistem tenaga listrik adalah kejadian yang
menyebabkan bekerjanya relay dan menjatuhkan Pemutus Tenaga (PMT) diluar
kehendak operator, sehingga menyebabkan putusnya aliran daya yang melalui PMT.
Untuk bagian system yang tidak dilengkapi PMT, misalnya yang diamankan dengan
sekering, maka gangguan adalah kejadian yang menyebabkan putusnya (bekerjanya)
sekering. Ada juga gangguan yang tidak atau belum dilihat oleh relay tapi dilihat
operator yang kemudian menjatuhkan PMT.

Gangguan-gangguan pada sistem dapat terjadi disebabkan oleh 3 hal yaitu:

a. Gangguan karena kesalahan manusia misalnya kelalaian pada saat mengubah


jaringan sistem, lupa membuka pembumian setelah perbaikan, kurang
pemeliharaan, dan sebagainya.

b. Gangguan dari dalam misalnya gangguan-gangguan yang berasal dari sistem atau
gangguan dari peralatan itu sendiri misalnya faktor usia alat yang sudah tua, arus
lebih, tegangan lebih, dan lain-lain sehingga merusak isolasi peralatan.

c. Gangguan dari luar yaitu gangguan yang berasal dari alam diantaranya cuaca,
gempa bumi, petir dan banjir, pohon atau ranting, gangguan karena binatang
diantaranya gigitan tikus pada kabel, kelelawar, burung, ular dan sebagainya.

Gangguan-gangguan pada sistem tenaga listrik dapat merusak atau


mempengaruhi sistem daya, antara lain:

a. Jenis gangguan yang tidak normal dari batas yang diinginkan akan menyebabkan
rusaknya alat yang dipergunakan.

b. Gangguan dapat menghilangkan atau menaikan sistem tegangan di luar batas


yang ditentukan.

c. Gangguan dapat mengakibatkan sistem daya fasa tiga menjadi tidak simetris atau
tidak seimbang, hal ini mengkibatkan peralatan fasa tiga tidak layak untuk
dioperasikan.

4
d. Gangguan dapat mengakibatkan sistem tidak stabil dan menghentikan aliran daya
sistem tenaga listrik.

2.2 TERJADINYA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

Gangguan hubung singkat adalah suatu hubungan yang terjadi karena adanya
kesalahan antara bagian-bagian yang bertegangan kerja. Tujuan dari analisa hubung
singkat adalah untuk menentukan arus dan tegangan maksimum dan minimum pada
bagian-bagian atau titik-titik tertentu dari suatu sistem tenaga listrik untuk jenis
gangguan yang terjadi, sehingga dapat ditentukan pola pengaman, relay dan pemutus
tenaga (CB) untuk mengamankan sistem dari keadaan tidak normal dalam waktu
seminimal mungkin.

Penyebab terjadinya hubung singkat dapat disebabkan oleh beberapa hal,


yaitu :

a. Adanya isolasi komponen jaringan yang tembus/rusak karena tidak tahan


terhadap tegangan lebih, baik yang disebabkan oleh tegangan lebih dari dalam
sebagai akibat dari manipulasi/switching atau tegangan lebih dari luar seperti
petir, maupun karena isolasi peralatan tersebut sudah tua atau usang.

b. Adanya pengaruh mekanis yang menyebabkan hantaran putus dan mengenai fasa
yang lainnya seperti akibat angin atau pada kabel tanah biasanya dapat
diakibatkan oleh kendaraan berat penggali tanah dan sebab yang lainnya.

c. Disebabkan oleh gangguan binatang seperti tikus, ular, kucing dan lain-lain.

Menurut tempat terjadinya, hubung singkat dapat dibedakan menjadi:

a. Hubung singkat yang terjadi pada sistem pembangkitan.Yang dimaksud adalah


hubung singkat yang terjadi pada jepitan generator (dinamakan pula hubung
singkat jepitan) dan umumnya sangat berbahaya.

b. Hubung singkat yang terjadi cukup dekat dari sistem pembangkitan. Yang
dimaksud disini adalah hubung singkat yang mungkin terjadi pada rel dibelakang
transformator.

5
c. Hubung singkat yang terjadi jauh dari sistem pembangkitan. Yang dimaksud
disini adalah hubung singkat yang mungkin terjadi pada jaringan listrik yang jauh
dari sistem pembangkit atau pada bagian distribusi yang dekat dengan beban.

2.3 MACAM-MACAM GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

2.3.1 Ditinjau Dari Sifat Gangguan

Bila ditinjau dari sifatnya, maka gangguan dapat terbagi atas :

a. Gangguan temporer. Gangguan ini bersifat sementara atau temporer ditandai


dengan normalnya kerja Pemutus Tenaga (PMT) setelah dimasukan kembali.
Gangguan ini baru dapat di atasi setelah PMT trip karena gangguan akan hilang
dengan sendirinya. Gangguan ini apabila terjadi berkali-kali dapat menyebabkan
timbulnya kerusakan peralatan dan akhirnya menimbulkan gangguan yang
permanen sebagai akibat timbulnya kerusakan pada peralatan tersebut.
b. Gangguan permanen. Yang bersifat permanen ditandai dengan bekerjanya
kembali PMT untuk memutuskan aliran energi listrik atau pada prakteknya
disebut PMT trip kembali. Gangguan permanen baru dapat diatasi setelah sebab
gangguannya dihilangkan. Gangguan ini bisa disebabkan karena adanya
kerusakan pada peralatan sehingga gangguan ini baru dapat dihilangkan setelah
kerusakan diperbaiki atau karena ada sesuatu yang mengganggu secara
permanen. Sedangkan pada gangguan temporer sebab gangguan hilang dengan
sendirinya setelah PMT trip.

2.3.2 Arus Gangguan Yang Perlu Diperhitungkan.

Jenis-jenis arus gangguan yang perlu lebih diperhitungkan adalah jenis-jenis


gangguan yang lebih sering terjadi dalam sistem tenaga listrik, antara lain adalah:

a. Hubung singkat fasa tunggal ke tanah. Gangguan hubung singkat fasa tunggal ke
tanah (single line to ground fault) merupakan jenis gangguan yang lebih sering
terjadi pada sistem tenaga listrik dan terkadang bernilai sangat besar sehingga
sangat perlu untuk diperhitungkan.

6
b. Hubung singkat fasa tiga. Gangguan hubung singkat fasa tiga merupakan jenis
gangguan yang mempunyai nilai gangguan paling besar pada sistem tenaga listrik
sehingga juga perlu untuk diperhitungkan. Jenis-jenis gangguan yang mungkin
terjadi pada sistem tenaga listrik fasa tiga adalah sebagai berikut :

a. Fasa dua ke tanah

b. Antar dua fasa

2.4 OPERATOR a

Dikarenakan aplikasi dari teori komponen-komponen simetris untuk sistem fasa tiga
itu memerlukan sebuah unit fasor atau operator, yang akan memutar fasor lainnya
sebesar 120º searah dengan jarum jam (akan menambah 120º untuk sudut fasa dari
fasor) tetapi jika meninggalkan besarannya tidak berubah ketika digabungkan dengan
fasor (lihat gambar 2.1). Nilai yang kompleks dari besaran unit dengan sudut 120º
digambarkan sebagai berikut:

a = 1 120°

= 1ej 2π/3
=1 cos 120° +j sin 120°

= -0.5 + j0.866

dimana,

j = √-1

Jika operator a disimpulkan sebagai berikut:

a =1 120°

sehingga:

a2 = a × a = 1 120° 1 120° = 1 240° = 1 -120°

a3 = a2 × a = 1 240° 1 120° = 1 360° = 1 0°

a4 = a3 × a = 1 0° 1 120° = 1 120° = a

a5 = a3 × a2 = 1 0° 1 240° = 1 240° = a2

7
a6 = a3 × a3 = 1 0° 1 0° = 1 0° = a3

an+3 = a3 × an = an

Tabel 1.1 Fungsi-fungsi operator a

BENTUK
FUNGSI-FUNGSI BENTUK POLAR
RECTANGULAR

A 1 120º -0,5 + j0,866

a2 1 240º = 1 -120º -0,5 - j0,866

a3 1 360º = 1 0º 1,0 + j0,0

a4 1 120º -0,5 + j0,866

1 + a = -a2 1 60º 0,5 + j0,866

1–a √3 -30º 1,5 - j0,866

1 + a2 = -a 1 -60º 0,5 + j0,866

1 – a2 √3 30º 1,5 + j0,866

a–1 √3 150º -1,5 + j0,866

a + a2 1 180º -1,0 + j0,0

a - a2 √3 90º 0,0 + j1,732

a2 – a √3 -90º 0,0 – j1,732

a2 – 1 √3 -150º -1,5 – j0,866

1 + a + a2 0 0º 0,0 + j0,0

Gambar 2.1 memperlihatkan gambar fasor dari fungsi-fungsi operator a.

8
Variasi kombinasi operator a diberikan di dalam table 1.1

1 + a + a2 = 0 (2.1)

a - a2

a -a2
a-1 1 - a2

-a3, -1 a3, 1

a2 - 1 1-a
a2 -a

a2 - a

Gambar 2.1 Diagaram fasor dari fungsi-fungsi operator a

2.5 METODE KOMPONEN SIMETRIS

Pada tahun 1918 salah satu cara yang paling ampuh untuk menangani rangkaian fasa
majemuk (poly phase = berfasa banyak) tak seimbang telah dibahas C.L Fortescue
dihadapan suatu sidang American Institute of Electrical Enginering. Sejak saat itu,
metode komponen simetris menjadi sangat penting dan merupakan pokok perubahan
berbagai artikel dan penyelidikan uji coba gangguan tak simetris pada system
transmisi, yang dapat terjadi karena hubung singkat, impedansi antar saluran,
impedansi dari sutu atau dua saluran ke tanah, atau penghantar yang terbuka,
dipelajari dengan metode komponen simetris ini.

Persoalan sistem tenaga listrik fasa tiga yang seimbang dapat diselesaikan
dengan mengubah semua sistem fasa tunggal. Dua fasa lainnya sama dengan fasa
pertama dengan pergeseran sudut fasa ± 120º. Metode komponen simetris mencoba
menyelesaikan sistem fasa tiga tidak seimbang menjadi sistem fasa tunggal dengan
bantuan fasor tak seimbang oleh Fortescue. Fasor fasa tiga tidak seimbang diuraikan

9
menjadi 2 pasang fasor fasa seimbang yang masing-masing disebut komponen urutan
positif, dan komponen urutan negatif, dan satu pasang fasor fasa tunggal yang
disebut komponen urutan nol.

Karya Fortescue membuktikan bahwa suatu sistem tak seimbang yang terdiri
dari n fasor yang berhubungan dapat diuraikan menjadi n buah sistem dengan fasor
yang dinamakan komponen-komponen simetris (symmetrical components) dari fasor
aslinya. n buah fasor pada setiap himpunan komponennya adalah sama panjang, dan
sudut diantara fasor yang bersebelahan dalam himpunan itu sama besarnya.

Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem fasa tiga
dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang
komponen itu adalah:

a. Komponen urutan positif, yang terdiri atas tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120º, dan mempunyai urutan
fasa yang sama seperti fasor aslinya.
b. Komponen urutan negatif, yang terdiri atas tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120º, dan mempunyai urutan
fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya, dan
c. Komponen urutan nol, yang terdiri atas tiga fasor yang sama besarnya, dan
dengan pergeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.

Pada umumnya, ketika memecahkan permasalahan dengan menggunakan


komponen simetris bahwa ke tiga fasa dari sistem dinyatakan sebagai a,b dan c
dengan cara yang demikian, sehingga urutan fasa tegangan dan arus dalam sistem
adalah a b c, sedangkan urutan fasa dari komponen urutan negatif adalah a c b. Jika
fasor aslinya adalah tegangan, maka tegangan tersebut dapat dinyatakan dengan
subskrip tambahan ‘1’ untuk komponen urutan positif, ‘2’ untuk komponen urutan
negative, dan ‘0’ untuk urutan nol. Komponen urutan positif dari Va, Vb, Vc adalah
Va1, Vb1, Vc1. Demikian pula urutan nol adalah Va0, Vb0, Vc0. Gambar 2.2
menunjukan 3 himpunan komponen simetris semacam itu. Fasor arus akan
dinyatakan dengan I dengan subskrip seperti untuk tegangan.

Karena setiap fasor tak seimbang, yang asli adalah jumlah komponen fasor
asli yang dinyatakan dalam suku-suku komponennya.

Va Va1 Va2 Va0 2.2

10
Vb Vb1 Vb2 Vb0 2.3

Vc Vc1 Vc2 Vc0 2.4

Sintesis himpunan tiga fasor tak seimbang dari ke tiga himpunan komponen
simetris pada gambar 2.2 diperlihatkan pada gambar 2.3.

Gambar 2.2. Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan komponen


simetris dari tiga fasor tak seimbang.

Va0
Va
Va2

Vc1
Va1
Vc
Vc0

Vc2

Vb
Vb0
Vb1
Vb2

Gambar 2.3. Penjumlahan secara grafis komponen-komponen untuk


mendapatkan tiga fasor tak seimbang.

11
Pada gambar 2.3 merupakan sintesa tiga fasor tak simetris dari tiga himpunan
fasor simetris. Sintesa itu telah dilakukan sesuai dengan persamaan (2.1) sampai
dengan (2.4).

Vb1 = a2 Va1 Vc1 = a Va1

Vb2 = a Va2 Vc2 = a2 Va2

Vb0 = Va0 Vc0 = Va0 (2.5)

Dengan mensubsitusi persamaan diatas ke dalam persamaan (2.3) dan (2.4),


tegangan pada masing-masing fasanya adalah:

Va = Va0 + Va1 + Va2 (2.6)

Vb = Va0 + a2 Va1 + a Va2 (2.7)

Vc = Va0 + a Va1 + a2 Va2 (2.8)

Atau dalam bentuk matriks dapat ditulis:

Va 1 1 1 Va0
Vb = 1 a2 a Va1 (2.9)
Vc 1 a a2 Va2

Untuk memudahkan dapat dimisalkan:

1 1 1
A = 1 a2 a (2.10)
1 a a2

maka,

1 1 1 1
A -1
= 1 a a2 2.11
3
1 a2 a

Dengan memperkalikan kedua sisi persamaan (2.9) dengan A-1 diperoleh:

Va0 Va
1 1 1 1
Va1 = 1 a a2 Vb 2.12
3
Va2 1 a2 a Vc

Ini menunjukan bagaimana menguraikan tiga fasor tak simetris menjadi


komponen simetrisnya. Hubungan ini demikian pentingnya sehingga dapat dituliskan
dalam bentuk yang sederhana.

12
Dari persamaan (2.7), diperoleh:

1
Va0 V Vb Vc 2.13
3 a
1
Va1 V a Vb a2 Vc 2.14
3 a
1
Va2 V a2 Vb a Vc 2.15
3 a

13
BAB III

GANGGUAN PADA SISTEM INTERKONEKSI


3.1 BESAR GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

Besar gangguan hubung singkat atau gangguan hubung singkat MVA pada rel K
ditentukan dari besarnya tegangan rel dan arus gangguan. Gangguan hubung singkat
MVA digunakan untuk menentukan besarnya ukuran pada rel dan batas untuk trip
oleh circuit breaker.

Berdasarkan pada definisi di atas, besarnya gangguan hubung singkat atau


gangguan hubung singkat MVA pada rel K adalah:

SCC √3 VLK IK F x 10‐3 MVA 3.1

Dimana tegangan antar fasa VLK ditulis dalam satuan kilo volt dan IK(F) ditulis
dalam satuan ampere. Arus gangguan fasa tiga secara simetris dalam satuan per unit
adalah:

VK 0
IK F 3.2
XKK

Dimana VK (0) adalah besarnya tegangan pada rel sebelum gangguan dalam
per unit dan XKK adalah besarnya reaktansi sampai titik gangguan dalam per unit.
Untuk menentukan arus dasar adalah:

SB 103
IB 3.3
√3 VB

Dimana SB adalah daya dasar dalam MVA dan VB adalah tegangan antar fasa
dasar dalam kilo volt. Maka arus gangguan dalam ampere adalah:

IK F = IK F pu × IB

VK 0 SB × 103
3.4
XKK √3 VB

Subsitusi untuk IK (F) dari persamaan (3.4) ke (3.1) adalah:

VK 0 SB VL
SCC 3.5
XKK VB

14
Jika tegangan dasar besarnya sama dengan tegangan fasa VB = VL, maka:

VK 0 SB
SCC 3.6
XKK

Besarnya tegangan pada rel sebelum gangguan diasumsikan sebesar 1.0 pu.
Oleh karena itu, dari hasil persamaan (3.6) maka besarnya gangguan hubung singkat
atau gangguan hubung singkat MVA adalah:

SB
SCC MVA 3.7
XKK

3.2 IMPEDANSI URUTAN

Impedansi urutan adalah impedansi peralatan listrik terhadap arus urutan positif,
negatif dan nol ( Z1, Z2, Z0 ). Peralatan utama terdiri atas transmisi, trafo, mesin, dan
beban listrik.

3.2.1 Impedansi Urutan Beban Sambungan Y

Beban fasa tiga seimbang dengan titik netral yang dibumikan dapat dilihat seperti
pada gambar 3.1:

Ia Zs Ia
a +

Zm
Zm
Ib Ib Zn
Zs
b +

Va Zm In
Ic Zs Ic
c +
Vb Vc
n - - -

Gambar 3.1. Impedansi beban tak seimbang.

15
dimana,

Tegangan fasa-netral

Va = Zs Ia + Zm Ib + Zm Ic + Zn In

V b = Z m I a + Zs I b + Zm I c + Zn I n (3.8)

Vc = Zm Ia + Zm Ib + Zs Ic + Zn In

Dari hukum arus Kirchoff’s, didapat:

In Ia Ib Ic 3.9

Dengan mengsubsitusikan persamaan (3.9) ke persamaan (3.8), maka dalam


bentuk matriks didapat:

Va Ia
Vb = Ib 3.10
Vc Ic

Sehingga dapat dituliskan dalam bentuk matriks:

Vabc Zabc Iabc 3.11

dimana,

Zs Zn Zm Zn Zm Zn
Zabc Zm Zn Zs Zn Zm Zn 3.12
Zm Zn Zm Zn Zs Zn

Dengan mengubah bentuk Vabc dan Iabc ke bentuk komponen simetris, maka:

A Va012 Zabc AIa012

Kemudian dengan mengalikan persamaan (3.13) dengan A-1, maka:

Va012 A‐1 Zabc Ia012

Z012 Ia012

dimana,

Z012 A‐1 Zabc A

Melalui substitusi Zabc, A, dan A-1, maka:

1 1 1 1 Zs Zn Zm Zn Zm Zn 1 1 1
Z012 1 a a2 Zm Zn Zs Zn Zm Zn 1 a2 a 3.13
3
1 a2 a Zm Zn Zm Zn Zs Zn 1 a a2

16
Setelah melakukan perkalian matriks ini akan diperoleh:

Zs 3Zn 0 0
Z012 0 Zs ‐Zm 0 3.14
0 0 Zs ‐Zm

Bila Zm = 0 maka:

Zs 3Zn 0 0
Z012 0 Zs 0 3.15
0 0 Zs

Matriks impedansi urutan adalah matriks diagonal, sehingga untuk beban


seimbang atau simetris semua besaran urutan bebas satu sama lain yang berarti setiap
arus fasa menimbulkan tegangan dropnya sendiri-sendiri pada fasa yang
bersangkutan. Dengan demikian analisis fasa tiga dapat dilakukan dengan
menggunakan komponen fasa tunggal saja. Peralatan sistem tenaga yaitu transmisi,
transformer dan mesin dengan beban harus dianalisis untuk mengetahui impedansi
yang akan dialiri arus urutan positif, urutan negatif dan urutan nol.

3.2.2 Impedansi Urutan Transmisi

Transmisi adalah rangkaian pasif sehingga urutan fasa tidak mempengaruhi


impedansi, karena tegangan dan arus mengalami geometri penghantar yang sama,
terlepas dari urutan sehingga impedansi urutan positif dianggap sama dengan
impedansi urutan negatif atau Z1 = Z2. Pengaruh tanah dan shielding diabaikan dalam
pehitungan parameter jaringan. Arus urutan nol fasa tunggal mengalir melalui fasa a,
b dan c yang mengalir melalui kawat netral yang ditanahkan. Tanah atau sebarang
kawat shielding efektif sebagai jalanya arus balik arus urutan nol. Jadi impedansi
urutan nol Z0 adalah dipengaruhi oleh lintasan balik melalui tanah. Hal ini berlainan
dengan impedansi urutan positif dan negatif atau Z1 dan Z2.

Misalnya konfigurasi penghantar fasa tiga menurut Carson sebagaimana


ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut:

17
D D

Dn
Tanah

Gambar 3.2. Konfigurasi penghantar fasa tiga menurut Carson

Kawat fasa dialiri oleh arus urutan nol Ia0, Ib0, dan Ic0 dan kembali melalui
tanah yang jaraknya Dn sama dari setiap konduktor. Penghantar netral dialiri oleh
arus yang berlawanan arah dengan arus fasa dan dengan demikian,

Ia0 Ib0 Ic0 In 0 3.16

Karena Ia0 = Ib0 = Ic0, maka:

In ‐3 Ia0 3.17

Menurut rumus, fluks melingkar suatu konduktor dalam satu kelompok


penghantar adalah:

n
‐7
1 1
λi 2x10 Ii ln Ij ln untuk j 1 3.18
r'i Dij
j 1

1
dimana r'i r1 e‐ 4 3.19

Fluks melingkar total fasa a adalah:

1 1 1 1
λa0 2x10‐7 Ia0 ln Ib0 ln Ic0 In 3.20
r' D D Dn

Subsitusi Ib0, Ic0, In dalam fungsi Ia0 akan diperoleh:

1 1 1 1
λa0 2x10‐7 Ia0 ln ln ‐3In 3.21
r' D D Dn

D3n
λa0 2x10‐7 Ia0 ln Wb/m 3.22
r'D2

18
Karena L0 = λa0 / Ia0 adalah induktansi urutan nol per fasa dalam mH/km,
maka:

D3n DD3n
L0 0.2 ln 0.2 ln 3.23
r'D2 r'D3

atau

D Dn
L0 0.2 ln 3 0.2 ln mH/km 3.24
r' D

Suku pertama dari persamaan ini adalah induktansi urutan positif, sehingga
reaktansi urutan nol dapat dinyatakan sebagai :

X0 X1 3X n 3.25

dimana:

Dn
Xn 2πf 0.2 ln mΩ/km 3.26
D

Impedansi urutan nol transmisi lebih besar dari pada tiga kali impedansi
urutan positif atau impedansi urutan negatifnya.

3.2.3 Impedansi Urutan Mesin Sinkron

Induktansi mesin serempak tergantung pada urutan fasa terhadap arah putaran rotor.
Impedansi urutan positif generator muncul dari arus urutan positif yang ditimbulkan
oleh tegangan urutan positif. Impedansi urutan positif terdiri atas berbagai besaran
yaitu Xd’’, Xd’, dan Xd yang digunakan pada studi gangguan fasa tiga seimbang.
Kalau arus urutan negatif ada dalam stator, maka fluks bersih pada celah udara
berputar melawan arah putaran rotor sehingga fluks bersih ini berputar dua kali
putaran sinkron terhadap rotor. Karena tegangan medan penguat behubungan dengan
variabel urutan positif, maka gulungan medan penguat tak mempengaruhi urutan
negatif, sehingga hanya gulungan peredam yang berpengaruh pada sumbu tegak
(quadratice axis).

Tidak ada perbedaan reaktansi subtransien dengan reaktansi transien pada


sumbu tegak lurus dan sumbu langsung (direct axis). Reaktansi urutan negatif sama
dengan reaktansi subtransien urutan positif.

19
X2 X d" 3.27

Impedansi urutan nol adalah impedansi yang mempunyai arus urutan nol
yang sama besar dan fasa yang sama. Bila mmf ruangan adalah sinusoidal maka
resultante fluks celah udara adalah nol sehingga tak ada reaktansi yang dibangkitkan
oleh reaksi jangkar (armature reaction).

Mesin mempunyai rekasi urutan nol yang sangat kecil mendekati reaktansi
bocor.

X0 X1 3.28

3.2.4 Impedansi Urutan Dari Transformator

Transformator tenaga mempunyai rugi-rugi inti dan arus magnetisasi sekitar 1% dari
nilai nominal sehingga cabang magnetisasi boleh diabaikan. Trafo diibaratkan
rangkaian seri yang besarnya ekivalen dengan impedansi kebocoran. Karena trafo
adalah peralatan statik maka kebocoran impedansi tidak berubah bila urutan fasa
berubah, sehingga impedansi urutan positif sama dengan impedansi urutan negatif
dan juga bila trafo mengalirkan arus urutan nol maka impedansi urutan nol sama
dengan impedansi bocor trafo, sehingga:

Z0 Z1 Z2 ZF 3.29

Untuk trafo Y-∆ dan ∆-Y tegangan fasa urutan positif pada sisi tegangan
tinggi mendahului tegangan fasa pada sisi tegangan rendah sebesar 30°. Tegangan
urutan negatif tiap fasa bergeser sebesar -30°. Rangkaian ekivalen untuk impedansi
urutan nol tergantung pada sambungan gulungan trafo dan tergantung pada ada atau
tidaknya pentanahan titik netral. Konfigurasi pentanahan netral dengan rangkaian
ekivalen impedansi urutan nol untuk berbagai rangkaian adalah sebagai berikut
(dalam hal ini reluktansi inti diabaikan sehingga arus primer ada bila arus sekunder
ada).

a. Sambungan trafo Y-Y dengan kedua netral ditanahkan. Arus urutan nol adalah
sama dengan jumlah arus fasa. Arus urutan nol bisa mengalir baik di primer
maupun di sekunder sehingga impedansi urutan nol sama dengan impedansi
bocor trafo. Rangkaian ekivalennya dapat dilihat pada gambar 3.3.a.

20
b. Sambungan Y-Y, hanya primer yang ditanahkan. Karena sambungan sekunder
tidak ditanahkan netralnya maka jumlah arus fasa adalah nol. Sehingga arus
urutan pada primer adalah nol dengan perkataan lain rangkaian terbuka, seperti
pada gambar 3.3.b.
c. Transformator Y-∆ dengan netral Y ditanahkan. Arus urutan nol primer ada
karena adanya arus sirkulasi urutan nol pada sekunder ∆. Tetapi tidak ada arus
yang meninggalkan sambungan segitiga sehingga ada isolasi antara arus urutan
nol primer pada hubungan Y dengan arus urutan nol sekunder pada hubungan ∆,
seperti pada gambar 3.3.c.
d. Trafo sambungan Y- ∆ dengan netral diisolasi. Karena netral diisolasi maka
impedansi urutan nol tak dapat mengalir dan rangkaian ekivalen kelihatan seperti
rangkaian terbuka (impedansi tak terhingga), seperti pada gambar 3.3.d.
e. Trafo sambungan ∆- ∆. Arus urutan nol berputar pada sambungan ∆, tapi tidak
keluar dari ∆, seperti pada gambar 3.3.e.

Impedansi netral memegang peranan pada rangkaian ekivalen. Bila netral


dibumikan melalui impedansi Zn maka rangkaian ekivalen impedansi netral adalah
3Zn karena In = 3 I0 pada lintasan arus urutan nol.

21
Rangkaian ekivalen
Simbol Rangkaian hubungan Trafo
urutan nol

Ia0 Ia0
p s Z0
p s
n n
Ia0
Ia0
3Ia0 3Ia0
Ia0 Ia0 N0
(a)

p s Z0
p s
n

N0
(b)

Ia0 s
p Z0
p s
n

Ia0 3Ia0
Ia0 N0
(c)

p s
Z0
p s
n

(d) N0

p s Z0
p s

N0
(e)

Z0
p s

p s n n

N0

(f)

Gambar 3.3. Jaringan urutan nol fasa tiga dari transformator dua lilitan

3.2.5 Jaringan Urutan Nol

Catatan penting bahwa sistem urutan nol adalah bukan sistem fasa tiga tetapi sistem
fasa tunggal. Karena arus urutan nol dan tegangan adalah sama besarnya dan pada
setiap titik fasa dalam semua sistem fasa. Bagaimanapun juga, arus urutan impedansi
hanya didapat pada rangkaian jika rangkaian tersebut dapat dilalui arus. Adapun, jika
rangkaian tersebut tidak dapat dilalui arus impedansi urutan nol dalam rangkaian,

22
maka urutan impedansi tersebut terbatas. Dalam penggambaran jaringan urutan nol,
keterabatasan impedansi ditunjukan dengan cara rangkaian terbuka.

Pada gambar 3.4 menjelaskan bahwa jaringan urutan nol untuk hubungan Y
(wye) dan ∆(delta) beban fasa tiga.
Diagram hubungan beban Rangkaian eqivalen urutan nol

Z0 Ia0
Z0
n
Z0 Z0

N0
(a)

Ia0
Z0 Ia0
n
Z0
n
Z0 Z0
Ia0
3Ia0
Ia0 N0

(b)

Ia0
Z0 Ia0
n
Z0
n
Z0 Z0 3Zn
Zn Ia0
3Ia0
Ia0 N0

(c)

Z0 Ia0 = 0
n

Z0 Z0

Z0
N0

(d)

Gambar 3.4. Jaringan urutan nol untuk hubungan wye dan delta beban fasa tiga:
(a) hubungan beban wye tanpa pentanahan; (b) hubungan beban wye dengan
pentanahan; (c) hubungan beban wye dengan pentanahan menggunakan
impedansi; (d) hubungan beban delta

3.3 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT


3.3.1 Gangguan Fasa Tiga
Pada umumnya, gangguan fasa tiga merupakan gangguan yang seimbang
(symmetrical), tetapi juga bisa dianalisa dengan menggunakan komponen simetris.
gambar 3.5(a) memperlihatkan gambaran umum dari gangguan fasa tiga seimbang
pada gangguan di titik F dengan impedansi Zf dan Zg. Gambar 3.5(b)

23
memperlihatkan rangkaian ekivalen jaringan urutan, dengan Vf adalah tegangan
sebelum terjadi gangguan (Vf = 1,0 ∠0° p.u).
Arus urutan positif, negatif dan nol dapat digambarkan sebagai berikut:

Ia0 0 3.30

Ia2 0 3.31

1.0 0°
Ia1 3.32
Z1 Zf

Dengan mensubsitusikan persamaan (3.30), (3.31), (3.32) ke dalam


persamaan matriks, maka dapat ditulis:

Iaf 1 1 1 Ia0
Ibf 1 a2 a Ia1 3.33
Icf 1 a a2 Ia2

sehingga,

Iaf 1 1 1 0
Ibf 1 a2 a Ia1 3.34
Icf 1 a a2 0

Dari persamaan di atas diperoleh:

1.0 0°
Iaf Ia1 3.35
Z1 Zf

1.0 240°
Ibf a2 Ia1 3.36
Z1 Zf

1.0 120°
Icf a Ia1 3.37
Z1 Zf

Ketika jaringan urutan dihubung singkat dengan impedansi gangguannya,


maka:

Va0 0 3.38

Va1 Zf Ia1 3.39

Va2 0 3.40

Dengan mensubsitusikan persamaan (3.38), (3.39), (3.40) ke persamaan


matriks adalah sebagai berikut:

24
Vaf 1 1 1 Va0
Vbf 1 a2 a Va1 3.41
Vcf 1 a a2 Va2

maka,

Vaf 1 1 1 0
Vbf 1 a2 a Va1 3.42
Vcf 1 a a2 0

sehingga,

Vaf Va1 Zf Ia1 0° 3.43

Vbf a2 Va1 Zf Ia1 240° 3.44

Vcf a Va1 Zf Ia1 120° 3.45

Sehingga, tegangan fasa-fasa menjadi :

Vab Vaf ‐Vbf Va1 1‐a2 √3 Zf Ia1 30° 3.46

Vbc Vbf ‐Vcf Va1 a2 ‐a2 √3 Zf Ia1 ‐90° 3.47

Vca Vcf ‐Vaf Va1 a‐1 √3 Zf Ia1 150° 3.48

a
F

Zf + 3Zg Zf Zf
b

Ia0
Ia1

Ia2
c
If If If F0 F1 F2

Zf Zf Zf
+

Z1
+

Z2
+

Z3
Va0 Va1 Va2
-
- -
+
1.0∠0°
-
Zf If + If + If = 3Ia0 N0 N1 N2

(a) (b)
Gambar 3.5. Gangguan Fasa Tiga
(a) gambaran umum; (b) rangkaian ekivalen jaringan urutan

25
3.3.2 Gangguan Fasa Tunggal Ke Tanah (SLG Fault)

Pada umumnya, gangguan fasa tunggal ke tanah pada sistem transmisi terjadi ketika
satu penghantar fasanya terhubung singkat ke tanah baik secara langsung (solidly),
RF = 0 atau terhubung dengan kawat tanah. Gambar 3.6 (a) memperlihatkan
gambaran umum dari gangguan fasa tunggal ke tanah pada gangguan di titik F
dengan impedansi gangguan ZF. Gambar 3.6 (b) memperlihatkan rangkaian ekivalen
jaringan urutan.

Pada analisa gangguan fasa tunggal ke tanah dimisalkan terjadi pada fasa a,
dengan Vf adalah tegangan sebelum terjadi gangguan (Vf = 1,0 ∠0º p.u), dimana:

1.0 0°
Ia0 Ia1 Ia2 3.49
Z0 Z1 Z2 3Zf

Iaf 1 1 1 Ia0
Ibf 1 a2 a Ia1 3.50
Icf 1 a a2 Ia2

Arus gangguan untuk fasa a adalah:

Iaf Ia0 Ia1 Ia2 3.51

atau

Iaf 3Ia0 3Ia1 3Ia2 3.52

Dari gambar 3.6 (a)

Vaf Zf Iaf 3.53

Dengan mensubsitusikan persamaan (3.52) ke persamaan (3.53), tegangan


pada fasa a adalah sebagai berikut:

Vaf 3Zf Ia1 3.54

Pada gambar 3.6 (b) memperlihatkan rangkaian jaringan urutan di seri,


sehingga:

Vaf Va0 Va1 Va2 3.55

Va0 Va1 Va2 3Zf Ia1 3.56

26
Tegangan urutan nol, positif dan negatif bisa didapat dari persamaan:

Va0 0 Z0 0 0 Ia0
Va1 1.0 0° ‐ 0 Z1 0 Ia1 3.57
Va2 0 0 0 Z2 Ia2

Gangguan fasa tunggal ke tanah pada fasa b dan c tegangan dihubungkan


untuk mengetahui komponen tegangan fasa a, dari persamaan matriks dapat ditulis:

Vaf 1 1 1 Va0
Vbf 1 a2 a Va1 3.58
Vcf 1 a a2 Va2

adalah

Vbf Va0 a2 Va1 aVa2 3.59

dan

Vcf Va0 a Va1 a2 Va2 3.60

Ia
0
a
F F0

+
Z0 Va0
b

-
N0
c
Ia
1

Iaf Ibf = 0 Icf = 0


F1
+

Vaf Zf Z1
+

- Va1 3 Zf
-

1 . 0 ∠
+
0 °

-
N1
Ia
2

F2
Z2
+

Va2
-

N2

(a) (b)

Gambar 3.6. Gangguan fasa tunggal ke tanah


(a) gambar umum; (b) rangkaian ekivalen jaringan urutan

27
BAB IV
PERHITUNGAN GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
4.1 STUDI KASUS

Jaringan tegangan menengah pada sistem kelistrikan di Indonesia kebanyakan


menggunakan saluran udara yang tidak terlepas dari berbagai macam gangguan,
kecuali untuk daerah Jakarta Raya dan Tangerang kebanyakan adalah dengan
menggunakan saluran kabel. Dalam pembahasan sub-sub bab berikutnya, pada bab 4
ini gangguan hubung singkat (short circuit) pada salah satu penyulang pada GI
Kembangan, Jakarta-Barat yaitu pada penyulang Ji’ih akan dianalisis.

Selain menganalisa besarnya tegangan akibat gangguan hubung singkat di


gardu distribusi BC.60 besarnya tegangan pada tiap rel TM yang dekat dengan gardu
distribusi BC.60 juga akan dianalisis.

Penyulang yang akan dianalisa adalah penyulang Ji’ih pada GI Kembangan,


Jakarta-Barat seperti dapat dilihat pada gambar 4.1 dengan data sebagai berikut:

a. Spesifikasi Transformer Pada GI Kembangan:

Daya pengenal = 60 MVA

Tegangan primer = 150 kV

Tegangan sekunder = 20 kV

Keterangan vektor = YNyno

Pentanahan = 12 Ω

Rn = 4,13

Z(%) = 12

R(%) = 0,37

X(%) = 11,98

b. Spesifikasi BC 60

Daya = 2 x 630 kVA

Tegangan primer (Tp) = 20 kV

Tegangan sekunder (Ts) = 400 V

28
Keterangan vektor = DynS

Z(%) = 4

R(%) = 1,2

X(%) = 3,82

29
Gambar 4.1. Single line diagram penyulang ji’ih pada Gardu Induk PLN Kembangan

30
4.2 TEGANGAN PADA TITIK GANGGUAN

Untuk menghitung tegangan gangguan hubung singkat pada jaringan tegangan


menengah yang disebabkan oleh gangguan yang terjadi di lokasi pada saluran
tegangan menengah (TM) tersebut diperlukan beberapa parameter, antara lain
impedansi transformator TT/TM, sistem pentanahan pada sisi TM dan impedansi
saluran dari GI ke titik lokasi gangguan. Semua parameter tersebut diubah ke dalam
satuan standar yaitu satuan per-unit.

4.2.1 Perhitungan Per-Unit

Dalam perhitungan per-unit dipilih dasar daya (Sbase) dan dasar tegangan (Vbase) pada
sisi sekunder transformer yaitu:

Sbase = 60 MVA

Vbase = 20 kV

a. Impedansi transformer dalam per-unit adalah:


11.98 60
XT = × = 0.120 pu
100 60
ZT = jXTpu = j0.120 pu
b. Sistem pentanahan dalam per-unit adalah:
20
Zbase = = 6.67 Ω
60

maka :

Rn 4.13
Rn = = = 0.62 pu
Zbase 6.67

4.2.2 Perhitungan Besarnya Tegangan Akibat Gangguan Fasa Tunggal Ke


Tanah Pada Gardu BC 60

Pada gangguan fasa tunggal ke tanah (single line to ground fault) diasumsikan nilai
impedansi gangguan ZF = 0 dan gangguan terjadi pada fasa a. Representasi rangkaian
dengan gangguan fasa tunggal beserta rangkaian ekivalen urutan yang dapat dilihat
pada gambar 4.2.

31
Gambar 4.2
Gangguan fasa tunggal ke tanah dan rangkaian ekivalen gangguan

Langkah perhitungan gangguan fasa tunggal ke tanah adalah sebagai berikut:


a. Akibat gangguan fasa tunggal ke tanah pada BC.60
Dari hasil perhitungan seperti yang dapat dilihat pada lampiran B diperoleh:
• Impedansi urutan positif = impendasi urutan negatif
Z1 = Z2 = 0,025 83,29°
= 0,003 + j0,025
• Impedansi urutan nol
Z0 = 0,032 88,76°
= 0,0007 + j0,032
b. Arus urutan
Ia 1 1 1 Iao
Ib 1 a2 a Ia1
Ic 1 a a2 Ia2
1.0 0°
Ia0 Ia1 Ia2
Z0 Z1 Z2 3Zn

1 0°
=
0.003+j0.025 + 0.0007+j0.032 + 0.003+j0.025

1 0°
=
0.007+j0.082

1 0°
=
0.082 85.12°

= 12.20 -85.12°

= 1.038 – j12.16

32
c. Arus gangguan hubung singkat pada fasa a
Ia = 3Ia1 = 3 12.20 -85.12°

= 36.6 -85.12°

d. Besarnya arus pada fasa a, I dengan:


Sbase BC.60 = 630 kVA
Vbase = 20 kV
630 kVA
Ibase =
20 kV

= 31.5 A

Ia = 36.6 -85.12° × 31.5 A

= 1152.9 -85.12° A
= 1.1529 -85.12° kA

e. Tegangan Urutan

Va0 0 Z0 0 0 Iao
Va1 1 0° 0 Z1 0 Ia1
Va2 0 0 0 Z2 Ia2

0 0,032 88,76° 0 0 12.20 -85.12°


= 1 0° - 0 0,025 83,29° 0 12.20 -85.12°
0 0 0 0,025 83,29° 12.20 -85.12°

0 0,390 3,64°
1 0° 0,305 -1,83°
0 0,305 -1,83°

0 0,389+j0,025
1 0° 0,305-j0,010
0 0,305-j0,010
-0,389 –j0,025
0,695+j0,010
-0,305+j0,010
0,390 -176,32°
0,695 0,82°
0,305 178,12°

33
f. Tegangan gangguan hubung singkat pada fasa
Va 1 1 1 Va0
Vb 1 a2 a Va1
Vc 1 a a2 Va2
1 1 1 0,390 -176,32°
1 a2 a 0,695 0,82°
1 a a2 0,305 178,12°

dimana,

a = 1 120° = -0,5 + j0,867

a2 = 1 -120° = -0,5 – j0,867

maka,

Va 0,390 -176,32° + 0,695 0,82° + (0,305 178,12°)


Vb 0,390 -176,32° + 0,695 -119,18° + (0,305 298,12°)
Vc 0,390 -176,32° + 0,695 120,82° + 0,305 58,12°

-0,389-j0,025 + 0,695+j0,010 +(-0,305+j0,010)


-0,389-j0,025 + -0,34-j0,607 +(0,144-j0,269)
-0,389-j0,025 + -0,356+j0,597 +(0,161+j0,259)

0,001-j0,005
= -0,585-j0,901
-0,458+j0,467

0,005 -78,69°
= 1,074 -122,99°
0,654 134,44°

g. Besarnya tegangan pada fasa a, b, c, Vbase 20 kV


Va (0,005 -78,69°) 20 kV
0,10 -74,69° kV 0,026 – j0,096

Vb (1,074 -122,99°) 20 kV

21,48 -122,99° kV - 11,7 – j18,02

Vc (0,654 134,44°) 20 kV

13,08 134,44° kV - 9,16+ j9,34

34
h. Tegangan line to line pada saat gangguan
Vab Va Vb
(0,026 – j0,096) – (- 11,7 – j18,02)
11,73 + j17,92
21,42 56,79° pu
Vbc Vb Vc
(- 11,7 – j18,02) – (- 9,16+ j9,34)
-2,54 – j27,36
27,48 -95,30° pu
Vca Vc Va
(- 9,16+ j9,34) – (0,026 – j0,096)
- 9,19 + j9,44
13,17 134,23° pu

4.3 TEGANGAN AKIBAT GANGGUAN FASA TIGA PADA GARDU BC.60

Pada gangguan fasa tiga:

Gambar 4.3. Gangguan fasa tiga ke tanah dan rangkaian ekivalen gangguan

35
a. Akibat gangguan fasa tiga pada BC.60
Z1 0,003 + j0,025 0,025 83,29°
b. Arus urutan
Ia0 Ia2 0
1 0° 1 0°
Ia1
Z1 Zground 0,003 j0,025
1 0°
=
0,025 83,29°
= 40,00 -83,29°
= 4,674 – j39,73
c. Arus gangguan hubung singkat pada fasa
Ia 1 1 10
Ib = 1 a2 a
40,00 -83,29°
Ic 1 a a2
0
40,00 -83,29°
= 40,00 -203,29°
40,00 36,71°
d. Besar arus pada fasa 3, Ibase 3000 kA
Ia = (40,00 -83,29°) × 31,5 A
= 1260 -83,29° A
Ib = (40,00 -203,29°) × 31,5 A
= 1260 -203,29° A
Ic = (40,00 36,71°) × 31,5 A
= 1260 36,71° A
e. Tegangan urutan
Va0 0 Z0 0 0 Ia0
Va1 1 ‐ 0 Z1 0 Ia1
Va2 0 0 0 Z2 Ia2
0 0,032 88,76° 0 0 0
= 1 - 0 0,025 83,29° 0 40,00 -83,29°
0 0 0 0,025 83,29° 0
0 0
1 1 0
0 0
0
0
0

36
f. Tegangan gangguan hubung singkat pada fasa
Va 0
Vb 0
Vc 0
g. Besar tegangan pada fasa a, b, c, Vbase 20 kV
Va 0
Vb 0
Vc 0
h. Tegangan line to line pada saat gangguan
Vab 0
Vbc 0
Vca 0

4.4 ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DENGAN SIMULASI


PROGRAM ETAP

Adapun tujuan dari pada menganalisa arus gangguan hubung singkat fasa tiga
dengan menggunakan program ETAP yakni sebagai perbandingan antara
perhitungan manual dengan menggunakan simulasi program ETAP. Dari hasil
analisa diperoleh beberapa data gambar dan hasil laporan analisa sebagai mana dapat
dilihat pada lembar lampiran A berikutnya.

37
BAB V

PENUTUP
5.1 KESIMPULAN

Gangguan hubung singkat pada suatu sistem tenaga listrik tidak dapat diprediksi
kapan akan terjadi tetapi dapat ditangani ketika gangguan tersebut terjadi. Dari hasil
laporan tugas akhir ini penulis dapat menyimpulkan tentang sebab gangguan secara
umum serta hasil analisa gangguan hubung singkat fasa tunggal ke tanah maupun
gangguan fasa tiga, yakni antara lain :

a. Gangguan pada sistem dapat terjadi disebabkan oleh tiga hal yaitu :

• Gangguan karena kesalahan manusia misalnya kelalaian pada saat mengubah


jaringan sistem, lupa membuka pembumian setelah perbaikan, kurang
pemeliharaan, dan sebagainya.

• Gangguan dari dalam misalnya gangguan-gangguan yang berasal dari sistem


atau gangguan dari peralatan itu sendiri misalnya faktor usia alat yang sudah
tua, arus lebih, tegangan lebih, dan lain-lain sehingga merusak isolasi
peralatan.

• Gangguan dari luar yaitu gangguan yang berasal dari alam diantaranya cuaca,
gempa bumi, petir dan banjir, pohon atau ranting, gangguan karena binatang
diantaranya gigitan tikus pada kabel, kelelawar, burung, ular dan sebagainya.

b. Besarnya arus dan tegangan akibat gangguan fasa tunggal ke tanah pada gardu
BC 60 :
• Besarnya Arus pada Phasa a, I adalah
Ia = 1.1529 -85.12° kA
• Besarnya Tegangan pada Phasa a, b, c Vbase 20 kV
Va 0,10 -74,69° kV

Vb 21,48 -122,99° kV

Vc 13,08 134,44° kV

38
c. Besarnya arus dan tegangan akibat gangguan fasa tiga pada gardu BC 60:
• Besar Arus pada Phasa 3, Ibase 3000 kA
Ia = 1.260 -83,29° kA
Ib = 1.260 -203,29° kA
Ic = 1.260 36,71° kA
• Besarnya Tegangan pada Phasa a, b, c Vbase 20 kV
Va 0
Vb 0
Vc 0

Dari hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat fasa tiga pada gardu
BC.60 dengan menggunakan perhitungan manual didapat Ia = 1.260 kA sedangkan
dengan menggunakan simulasi ETAP didapat Ia = 1.341 kA seperti yang dapat dilihat
pada lampiran A.

5.2 SARAN

Beberapa saran dapat ditulis antara lain:

a. Cara meminimalisir gangguan:


• Harus adanya sistem proteksi yang memadai dan handal sebagai pemutus
utama apabila terjadi gangguan.
• Sistem monitoring jarak jauh sebagai pemonitor apabila terjadi suatu
gangguan.
• Perlu adanya pergantian peralatan untuk instalasi listrik secara berkala
dalam jangka waktu yang telah ditentukan bila dianggap perlu.

b. Penulis juga ingin menyampaikan beberapa saran kepada pihak pengelola agar
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kinerjanya dalam
meningkatkan kualitas pelayanan listrik kepada konsumen dengan meminimalisir
secepatnya apabila terjadi gangguan pada suatu sistem.

39
DAFTAR PUSTAKA

[1] Gonen, T, “Modern Power System Analysis”, Mc Graw Hill, New York, 1987.

[2] Saadat, H, “Power System Analysis”, Mc Graw Hill International Edition,

Electrical Enginering Series, 1999.

[3] Stevenson, W.D., “Elements of Power System Analysis”, Mc Graw Hill, New

York, 1982.

[4] Marsudi, Djiteng, “Operasi Sistem Tenaga Listrik”, Jakarta, 1990.

Anda mungkin juga menyukai