Dosen Pembimbing
Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST., M.Sc,
Feby Agung Pamuji, ST., MT.
Advisor
Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST., M.Sc,
Feby Agung Pamuji, ST., MT.
ABSTRAK
Telah banyak dilakukan studi mengenai fenomena inrush
current. Inrush current merupakan fenomena yang terjadi pada saat
transformator pertama kali diberikan sumber tegangan. Inrush current
dapat dianalisa menggunakan kurva magnetisasi pada inti transformator.
Pada studi ini, dilakukan simulasi menggunakan perangkat lunak untuk
mengetahui pengaruh cara pemotongan inti transformator terhadap
kurva magnetisasi. Sedangkan perhitungan matematis dilakukan untuk
mendapatkan nilai puncak dari inrush current.
i
Halaman ini sengaja dikosongkan
ii
CUTTING EFFECT OF TRANSFORMER-CORE ON
MAGNETIZATION CURVE AND INRUSH CURRENT
ABSTRACT
Inrush current phenomenon has been studied in many study.
Inrush current is a phenomenon when voltage source applied in
transformer for first time. Inrush current can be analyzed with
magnetization curve in transformer-core. In this study, a software had
been used to simulate how cutting effect of transformer-core against
magnetization curve. While mathematics calculation has been did to get
peak value of inrush current.
iii
Halaman ini sengaja dikosongkan
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat
serta kita semua selaku umatnya. Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir “Pengaruh Cara Pemotongan Inti
Transformator Terhadap Kurva Magnetisasi dan Inrush Current”
ini tepat waktu.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
menyelesaikan pendidikan sarjana pada Bidang Studi Teknik Sistem
Tenaga, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Pelaksanaan dan penyelesaian
Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak I Made Yulistya Negara dan Bapak Feby Agung Pamuji, atas
segala pengetahuannya dan waktunya dalam membimbing penulis
sampai terselesaikannya Tugas Akhir ini.
2. Kedua Orang tua penulis yang selalu memberikan nasehat,
semangat, dan doa kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini bisa
terselesaikan tepat pada waktunya.
3. Keluarga Besar yang selalu memberikan semangat dan hiburan
kepada penulis selama mengerjakan Tugas Akhir.
4. Pak Daniar Fahmi, Mas Yonny, dan Shandy Baskoro yang mau
membantu dan memberikan solusi dalam proses pengerjaan Tugas
Akhir.
5. Seluruh Dosen, dan Staff Karyawan Jurusan Teknik Elektro-FTI,
ITS yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
6. Afif, Reza, Raymond, Rosit, Adhika, Ario, Nico, Arvid, Kuntha,
Faisal, Farchani, Nadir, Isa, Adri, Amin, Randi, Azmi, Mas Evan
dan Mas Ganang sebagai teman yang selalu mendukung penulis
dalam penyelesaian Tugas Akhir.
7. Teman–teman Angkatan 2010 yang membantu penulis dalam
mengerjakan Tugas Akhir.
8. Teman-teman Laboratorium Tegangan Tinggi yang mengingatkan
dan mendukung penulis agar penulis bisa wisuda ke-111.
9. Keluarga Besar Departemen Lingkar Kampus yang selalu
mengingatkan dan mendukung agar penulis bisa wisuda ke-111.
v
10. Teman-teman celoteh anak yang selalu memberikan semangat dan
hiburan kepada penulis selama mengerjakan tugas akhir.
11. Adik-adik angkatan 2011, 2012, dan 2013 yang menemani waktu
luang saya ketika berada di kantin.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK .............................................................................................. i
ABSTRACT .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
vii
4.2 Perbandingan Kurva Magnetisasi Antar Bentuk Inti
Transformator ....................................................................................... 18
4.3 Pengaruh Cara Pemotongan Inti Transformator Terhadap Nilai
Puncak pada Inrush Current ................................................................. 35
viii
TABLE OF CONTENT
Page
TITLE
STATEMENT SHEET
APPROVAL SHEET
ABSTRAK ................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................ iii
FOREWORD .......................................................................................... v
TABLE OF CONTENT ......................................................................... vii
LIST OF FIGURE ................................................................................. ix
LIST OF TABLE .................................................................................... xi
BAB 2 TRANSFORMATOR..................................................................... 3
2.1 Definition of Transformer ......................................................... 3
2.2 Construction of Transformer .................................................... 3
2.3 Ideal Transformer ..................................................................... 4
2.4 Unideal Transformer ................................................................ 5
2.5 Three Phase Transformer ......................................................... 5
vii
4.2 Comparison magnetization curve inter transformer-core ..... 18
4.3 Cutting Effect of Transformer-core Against Inrush Current .. 35
BIBLIOGRAPHY .................................................................................. 53
BIOGRAPHY AUTHOR ........................................................................ 55
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
Halaman ini sengaja dikosongkan
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Bab 2
Transformator
Inti Transformator
Sekunder
Belitan
Belitan
Primer
3
Inti Transformator
Belitan Primer
Belitan
Sekunder
Gambar 2.2 Transformator tipe shell [10]
4
Dari rumus di atas dapat kita simpulkan bahwa:
a) Apabila N1 > N2, maka transformator tersebut menjadi step-
down transformer.
b) Apabila N1 < N2, maka transformator tersebut menjadi step-
up transformer.
Arus eksitasi pada transformator adalah
𝑰𝟐
𝑰∅ = 𝑰𝟏 − 𝑰𝒑 = 𝑰𝟏 − (2.4)
𝑎
5
Halaman ini sengaja dikosongkan
6
BAB 3
Permodelan Transformator Menggunakan
Finite-Element Method
7
3.1.1 Inti Transformer Dengan Cara Potong A
D D
E
C
B
E
E E
8
Gambar 3.2 Komponen-Komponen Inti Transformator
Dengan Cara Potong A
9
Tabel 3.3 Ukuran Inti Transformator Dengan Cara Potong B
Slitter 1 Slitter 2
Bentuk E Bentuk I Bentuk E Bentuk I
A 110 cm 110 cm 80 cm 80 cm
B 616 cm 616 cm 586 cm 586 cm
C 143 cm - 173 cm -
D 435 cm - 405 cm -
Gambar 3.4 Tampak Depan Dari Inti Transformator Dengan Cara Potong A
10
Gambar 3.5 Tampak Atas Dari Inti Transformator Dengan Cara Potong A
11
Gambar 3.7 Mesh yang disusun oleh tetrahedron [13].
𝑚𝑚𝑓 = 𝑁𝐼 = ∮𝑐 𝑯. 𝒅𝑳 (3.1)
12
Fluks pada bahan magnet adalah
∅ = ∫𝑠 𝑩. 𝒅𝑺 (3.4)
13
Halaman ini sengaja dikosongkan
14
Bab 4
Simulasi dan Analisa
15
Gambar 4.2 Distribusi Kerapatan Fluks Magnet Pada Fasa 60.
16
Jika dilihat pada Gambar 4.1, distribusi kerapatan fluks magnet
dengan nilai terbesar, terlihat mengalir dari bagian leg kiri menuju ke
bagian yoke atas. Kemudian menuju ke center.
Jika dilihat pada Gambar 4.2, distribusi kerapatan fluks magnet
dengan nilai terbesar, terlihat mengalir dari bagian leg kanan menuju
bagian yoke bawah. Kemudian mengalir menuju ke center.
Jika dilihat pada Gambar 4.3, distribusi kerapatan fluks magnet
dengan nilai terbesar, terlihat mengalir dari bagian center menuju ke
bagian yoke atas. Kemudian mengalir menuju ke bagian leg kanan.
Pada Fasa 180, distribusi kerapatan fluks magnet dengan nilai
terbesar mengalir dari bagian leg kiri menuju ke bagian yoke bawah.
Kemudian mengalir menuju ke bagian center.
Pada Fasa 240, distribusi kerapatan fluks magnet dengan nilai
terbesar mengalir dari bagian leg kanan menuju ke bagian yoke atas.
Kemudian mengalir menuju ke bagian yoke atas.
Pada Fasa 300, distribusi kerapatan fluks magnet dengan nilai
terbesar mengalir dari bagian center menuju ke bagian yoke bawah.
Kemudian mengalir menuju ke bagian leg kanan.
17
kanan menuju ke bagian yoke atas. Kemudian mengalir menuju ke bagian
center.
Distribusi Intensitas Medan Magnet Pada Fasa 300. Distribusi
intensitas medan magnet dengan nilai terbesar, mengalir dari bagian
center menuju ke bagian yoke bawah. Kemudian mengalir menuju ke
bagian leg kiri dan bagian leg kanan.
18
2
B (V.s/m )
-3
20x10
10
H (A/m)
-20
Inti transformator dengan cara potong A
Inti transformator dengan cara potong B
19
H. Sehingga pada titik B (-253; 217.5; 37.5), inti transformator dengan
cara potong B lebih baik dikarenakan fluks totalnya lebih banyak.
Kurva magnetisasi pada titik C (-308; 272.5; 37.5) dapat dilihat
pada gambar 4.7. Pada inti transformator dengan cara potong A
didapatkan nilai Bmin = -0.0009 (V.s/m2); Bmax = 0.0009 (V.s/m2); Hmin =
-2 A/m; Hmax = 2 A/m. Sedangkan pada inti transformator dengan cara
potong B didapatkan nilai Bmin = -0.27 (T/m2); Bmax = 0.27 (T/m2); Hmin =
-312.77 A/m; Hmax = 312.77 A/m. Pada inti transformator dengan cara
potong A dan B, setelah mencapai Bmax turun hingga mencapai nilai Bmin.
Nilai Bmax = Bmin, tetapi berlawanan arah. Nilai Bmax pada inti
transformator dengan cara potong A lebih kecil dibandingkan inti
transformator dengan cara potong B. Hal yang sama terjadi dengan nilai
H. Sehingga pada titik C (-308; 272.5; 37.5), inti transfomator dengan
cara potong B lebih baik dikarenakan fluks totalnya lebih banyak.
2
B (V.s/m )
0.5
H (A/m)
-500 500
-0.5
20
2
B (V.s/m )
0.2
0.1
H (A/m)
-0.1
-0.2
Inti transformator dengan cara potong A
Inti transformator dengan cara potong B
0.6
0.4
0.2
H (A/m)
-0.4
-0.6
Inti transformator dengan cara potong A
-0.8 Inti transformator dengan cara potong B
21
D (0.0; 162.5; 37.5), inti transformator dengan cara potong A lebih baik
dikarenakan fluks totalnya lebih banyak.
Kurva magnetisasi pada titik E (40; 162.5; 37.5) dapat dilihat
pada gambar 4.9. Pada inti transformator dengan cara potong A
didapatkan nilai Bmin = -0.2875 (T/m2); Bmax = 0.2785 (V.s/m2); Hmin = -
1074 A/m; Hmax = 1074 A/m. Sedangkan pada inti transformator dengan
cara potong B didapatkan nilai Bmin = -0.0044 (V.s/m2); Bmax = 0.0044
(V.s/m2); Hmin = -10.95 A/m; Hmax = 10.95 A/m. Pada inti transformator
dengan cara potong A dan B, setelah mencapai Bmax turun hingga
mencapai nilai Bmin. Nilai Bmax = Bmin, tetapi berlawanan arah. Nilai Bmax
pada inti transformator dengan cara potong A lebih besar dibandingkan
nilai Bmax pada inti transformator dengan cara potong B. Hal yang sama
terjadi dengan nilai H. Sehingga pada titik E (40; 162.5; 37.5), inti
transfomator dengan cara potong A lebih baik dikarenakan fluks totalnya
lebih banyak.
2
B (V.s/m )
0.8
0.6
0.4
0.2
H (A/m)
-0.4
-0.6
Inti transformator dengan cara potong A
-0.8 Inti transformator dengan cara potong B
22
2
B (V.s/m )
0.8
0.6
0.4
0.2
H (A/m)
-0.4
-0.6
Inti transformator dengan cara potong A
-0.8 Inti transformator dengan cara potong B
1.0
0.5
H (A/m)
-5000 5000
-0.5
-1.0
Inti transformator dengan cara potong A
-1.5 Inti transformator dengan cara potong B
23
Kurva magnetisasi pada titik G (55; -162.5; 37.5) dapat dilihat
pada gambar 4.11. Pada inti transformator dengan cara potong A
didapatkan nilai Bmin = -1.68 (V.s/m2); Bmax = 1.68 (V.s/m2); Hmin = -
9012.87 A/m; Hmax = 9012.87 A/m. Sedangkan pada inti transformator
dengan cara potong B didapatkan nilai Bmin = -1.4428 (V.s/m2); Bmax =
1.4428 (V.s/m2); Hmin = -2168.59 A/m; Hmax = 2168.59 A/m. Pada inti
transformator dengan cara potong A dan B, setelah mencapai Bmax turun
hingga mencapai nilai Bmin. Nilai Bmax = Bmin, tetapi berlawanan arah. Nilai
Bmax pada inti transformator dengan cara potong A lebih kecil
dibandingkan inti transformator dengan cara potong B. Hal yang sama
terjadi dengan nilai H. Sehingga pada titik G (55; -162.5; 37.5), inti
transfomator dengan cara potong B lebih baik dikarenakan fluks totalnya
lebih banyak.
Kurva magnetisasi pada titik H (-253; 162.5; 37.5) dapat dilihat
pada gambar 4.12. Pada inti transformator dengan cara potong A
didapatkan nilai Bmin = -0.326 (V.s/m2); Bmax = 0.326 (V.s/m2); Hmin = -
676 A/m; Hmax = 676 A/m. Sedangkan pada inti transformator dengan
cara potong B didapatkan nilai Bmin = -0.0288 (V.s/m2); Bmax = 0.0288
(V.s/m2); Hmin = -43.66 A/m; Hmax = 43.66 A/m. Pada inti transformator
dengan cara potong A dan B, setelah mencapai Bmax turun hingga
mencapai nilai Bmin. Nilai Bmax = Bmin, tetapi berlawanan arah. Nilai Bmax
pada inti transformator dengan cara potong A lebih besar dibandingkan
inti transformator dengan cara potong B. Hal yang sama terjadi dengan
nilai H. Sehingga pada titik H (-253; 162.5; 37.5), inti transfomator
dengan cara potong A lebih baik dikarenakan fluks totalnya lebih banyak.
2
B (V.s/m )
0.8
0.6
0.4
0.2
H (A/m)
-0.4
-0.6
Inti transformator dengan cara potong A
-0.8 Inti transformator dengan cara potong B
24
Kurva magnetisasi pada titik I (-308; 162.5; 37.5) dapat dilihat
pada gambar 4.13. Pada inti transformator dengan cara potong A
didapatkan nilai Bmin = -0.00164 (V.s/m2); Bmax = 0.00164 (V.s/m2); Hmin
= -2.134 A/m; Hmax = 2.134 A/m. Sedangkan pada inti transformator
dengan cara potong B didapatkan nilai Bmin = -0.0097 (V.s/m2); Bmax =
0.0097 (V.s/m2); Hmin = -17.4 A/m; Hmax = 17.4 A/m. Pada inti
transformator dengan cara potong A dan B, setelah mencapai Bmax turun
hingga mencapai nilai Bmin. Nilai Bmax = Bmin, tetapi berlawanan arah. Nilai
Bmax pada inti transformator dengan cara potong A lebih kecil
dibandingkan inti transformator dengan cara potong B. Hal yang sama
terjadi dengan nilai H. Sehingga pada titik I (-308; 162.5; 37.5), inti
transfomator dengan cara potong B lebih baik dikarenakan fluks totalnya
lebih banyak.
2
B (V.s/m )
10
H (A/m)
-15 -10 -5 5 10 15
-5
-3
-10x10
Inti transformator dengan cara potong A
Inti transformator dengan cara potong B
25
2
B (V.s/m ) 1.5
1.0
0.5
H (A/m)
-1.0
Inti transformator dengan cara potong A
-1.5 Inti transformator dengan cara potong B
26
2
B (V.s/m )
1.0
0.5
H (A/m)
-0.5
0.5
H (A/m)
-500 500
-0.5
27
2
B (V.s/m ) 1.0
0.5
H (A/m)
-0.5
28
2
B (V.s/m )
1.0
0.5
H (A/m)
-0.5
-1.0
Inti transformator dengan cara potong A
Inti transformator dengan cara potong B
1.0
0.5
H (A/m)
-1000 1000
-0.5
-1.0
Inti transformator dengan cara potong A
Inti transformator dengan cara potong B
29
Kurva magnetisasi pada titik P (150; 200; 37.5) dapat dilihat
pada gambar 4.20. Pada inti transformator dengan cara potong A
didapatkan nilai Bmin = -1.45 (V.s/m2); Bmax = 1.45 (V.s/m2); Hmin = -
2226.8 A/m; Hmax = 2226.8 A/m. Sedangkan pada inti transformator
dengan cara potong B didapatkan nilai Bmin = -1.43 (V.s/m2); Bmax = 1.43
(V.s/m2); Hmin = -2076.9 A/m; Hmax = 2076.9 A/m. Pada inti transformator
dengan cara potong A dan B, setelah mencapai Bmax turun hingga
mencapai nilai Bmin. Nilai Bmax = Bmin, tetapi berlawanan arah. Nilai Bmax
pada inti transformator dengan cara potong A lebih besar dibandingkan
inti transformator dengan cara potong B. Hal yang sama terjadi dengan
nilai H. Sehingga pada titik P (150; 200; 37.5), inti transfomator dengan
cara potong A lebih baik dikarenakan fluks totalnya lebih banyak.
2
B (V.s/m )
1.0
0.5
H (A/m)
-1.0
Inti transformator dengan cara potong A
Inti transformator dengan cara potong B
1.0
0.5
H (A/m)
-1.0
Inti transformator dengan cara potong A
-1.5 Inti transformator dengan cara potong B
30
2
B (V.s/m )
1.0
0.5
H (A/m)
-1.0
Inti transformator dengan cara potong A
Inti transformator dengan cara potong B
31
Kurva magnetisasi pada titik S (-150; -200; 37.5) dapat dilihat
pada gambar 4.23. Pada inti transformator dengan cara potong A
didapatkan nilai Bmin = -1.58 (V.s/m2); Bmax = 1.58 (V.s/m2); Hmin = -
3569.8 A/m; Hmax = 3569.8 A/m. Sedangkan pada inti transformator
dengan cara potong B didapatkan nilai Bmin = -1.6 (V.s/m2); Bmax = 1.6
(V.s/m2); Hmin = -3794 A/m; Hmax = 3794 A/m. Pada inti transformator
dengan cara potong A dan B, setelah mencapai Bmax turun hingga
mencapai nilai Bmin. Nilai Bmax = Bmin, tetapi berlawanan arah. Nilai Bmax
pada inti transformator dengan cara potong A lebih kecil dibandingkan
inti transformator dengan cara potong B. Hal yang sama terjadi dengan
nilai H. Sehingga pada titik S (-150; -200; 37.5), inti transfomator dengan
cara potong A lebih baik dikarenakan fluks totalnya lebih banyak.
2
B (V.s/m )
1.5
1.0
0.5
H (A/m)
-2000 2000
-0.5
-1.0
Inti transformator dengan cara potong A
-1.5 Inti transformator dengan cara potong B
0.6
0.4
0.2
H (A/m)
-0.4
-0.6
Inti transformator dengan cara potong A
-0.8 Inti transformator dengan cara potong B
32
Kurva magnetisasi pada titik T (-55; 162.5; 37.5) dapat dilihat
pada gambar 4.24. Pada inti transformator dengan cara potong A
didapatkan nilai Bmin = -0.136 (V.s/m2); Bmax = 0.136 (V.s/m2); Hmin = -
1005 A/m; Hmax = 1005 A/m. Sedangkan pada inti transformator dengan
cara potong B didapatkan nilai Bmin = -0.0435 (V.s/m2); Bmax = 0.0435
(V.s/m2); Hmin = -127.8 A/m; Hmax = 127.8 A/m. Pada inti transformator
dengan cara potong A dan B, setelah mencapai Bmax turun hingga
mencapai nilai Bmin. Nilai Bmax = Bmin, tetapi berlawanan arah. Nilai Bmax
pada inti transformator dengan cara potong A lebih besar dibandingkan
inti transformator dengan cara potong B. Hal yang sama terjadi dengan
nilai H. Sehingga pada titik T (-55; 162.5; 37.5), inti transfomator dengan
cara potong A lebih baik dikarenakan fluks totalnya lebih banyak.
Jika dilihat berdasarkan data di atas, nilai B dan H terbesar pada
inti transformator dengan cara potong A berada di titik G (55; -162.5; 0).
Sedangkan nilai B dan H terkecil berada di titik C (-308; 272.5; 37.5).
Sedangkan pada inti transformator dengan cara potong B, nilai
B dan H terbesar pada berada di titik G (55; -162.5; 0). Sedangkan nilai
B dan H terkecil berada di titik I (-308; 162.5; 37.5).
2
B (V.s/m )
1.5
1.0
0.5
H (A/m)
-5000 5000
-0.5
-1.0
G (55; -162.5; 37.5)
-1.5 Q (-150; 200; 37.5)
33
Tabel 4.1 Perbandingan nilai kerapatan fluks magnet.
Nilai kerapatan fluks magnet (V.s/m2)
Titik yang diamati Cara Cara Cara potong
potong A potong B Ideal
A (-198; 162.5; 37.5) 0.029 0.01123 0.03
B (-253; 217.5; 37.5) 0.85 0.97 0.8
C (-308; 272.5; 37.5) 0.0009 0.27 0.00022
D (0.0; 162.5; 37.5) 0.322 0.00824 0.232
E (40; 162.5; 37.5) 0.2785 0.0044 0.5
F (4.233; 141.3; 37.5) 0.1326 0.0458 0.126
G (55; -162.5; 37.5) 1.68 1.4428 0.04
H (-253; 162.5; 37.5) 0.326 0.0288 0.333
I (-308; 162.5; 37.5) 0.00164 0.00968 0.0016
J (198; 162.5; 37.5) 1.498 0.08 0.042
K (253; 217.5; 37.5) 0.816 1.06 0.77
L (-253; -217.5; 37.5) 0.863 0.96 0.833
M (253; -217.5; 37.5) 0.9 1.028 0.8
N (0; 217.5; 37.5) 1.33 0.98 1.29
O (0; -217.5; 37.5) 1.3 1.388 1.28
P (150; 200; 37.5) 1.45 1.43 1.448
Q (-150; 200; 37.5) 1.58 1.56 1.58
R (150; -200; 37.5) 1.45 1.43 1.449
S (-150; -200; 37.5) 1.58 1.6 1.568
T (-55; 162.5; 37.5) 0.136 0.04356 0.48
2
B (V.s/m )
1.5
1.0
0.5
H (A/m)
-1.0
G (55; -162.5; 37.5)
-1.5 Q (-150; 200; 37.5)
34
4.3 Pengaruh Cara Pemotongan Inti Transformator
dengan Nilai Puncak Pada Inrush Current
Pada titik A (-198; 162.5; 37.5) dengan factor daya sebesar 1.
Pada inti transformator dengan menggunakan cara potong A, didapatkan
nilai BN sebesar 0.0101 (V.s/m2). Nilai BS sebesar 0.029 (V.s/m2). Nilai
BR sebesar 0.035 (V.s/m2). Sehingga sesuai dengan persamaan (3.5):
√2 𝑉𝑚 2. 𝐵𝑁 + 𝐵𝑅 − 𝐵𝑆
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = ( )
√(𝜔. 𝐿)2 + 𝑅2 𝐵𝑁
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = 0.34 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = 0.138 A
35
(√2 𝑥 2624.32)√2 2 (0.00239) + (0.000375) − (0.85)
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = ( )
39762.4 0.00239
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −46.66 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −52.4 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = 0.215 A
36
(√2 𝑥 2624.32)√2 2 (0.00233) + (0.0097) − (0.27)
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = ( )
39762.4 0.00233
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −14.48 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −6.45 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = 0.268 A
37
(√2 𝑥 2624.32)√2 2 (0.00814) + (0.00065) − (0.2785)
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = ( )
39762.4 0.00814
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −4.24 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = 0.235 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −3.65 A
38
0.00211 (V.s/m2). Nilai BR sebesar 0.0458 (V.s/m2). Sehingga sesuai
dengan persamaan (3.5):
(√2 𝑥 2624.32)√2 2 (0.00419) + (0.00458) − (0.00211)
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = ( )
39762.4 0.00419
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −1.11 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −21.6 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −19.16 A
39
(V.s/m2). Nilai BS sebesar 0.326 (V.s/m2). Nilai BR sebesar 0.002
(V.s/m2). Sehingga sesuai dengan persamaan (3.5):
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −6.6 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −0.3 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = 0.215 A
40
Sedangkan pada inti transformator dengan menggunakan cara
potong B, didapatkan nilai BN sebesar 0.00419 (V.s/m2). Nilai BS sebesar
0.00968 (V.s/m2). Nilai BR sebesar 0.000175 (V.s/m2). Sehingga sesuai
dengan persamaan (3.5):
(√2 𝑥 2624.32)√2 2 (0.00419) + (0.000175) − (0.00968)
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = ( )
39762.4 0.00419
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −0.035 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −4.49 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = 0.046 A
41
Pada titik K (253; 217.5; 37.5). Pada inti transformator dengan
menggunakan cara potong A, didapatkan nilai BN sebesar 0.00239
(V.s/m2). Nilai BS sebesar 0.816 (V.s/m2). Nilai BR sebesar 0.0138
(V.s/m2). Sehingga sesuai dengan persamaan (3.5):
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −1.7 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −2.48 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −2.34 A
42
Maka didapatkan nilai │ipeak│ = 2.34 A.
Sedangkan pada inti transformator dengan menggunakan cara
potong B, didapatkan nilai BN sebesar 0.00233 (V.s/m2). Nilai BS sebesar
0.96 (V.s/m2). Nilai BR sebesar 0.04 (V.s/m2). Sehingga sesuai dengan
persamaan (3.5):
(√2 𝑥 2624.32)√2 2 (0.00233) + (0.04) − (0.96)
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = ( )
39762.4 0.00233
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −2.49 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −48.69 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −57.28 A
43
Maka didapatkan nilai │ipeak│ = 57.28 A.
Pada titik N (0; 217.5; 37.5). Pada inti transformator dengan
menggunakan cara potong A, didapatkan nilai BN sebesar 0.00239
(V.s/m2). Nilai BS sebesar 1.33 (V.s/m2). Nilai BR sebesar 0.00732
(V.s/m2). Sehingga sesuai dengan persamaan (3.5):
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −72.78 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −55.21 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −71.3 A
44
Maka didapatkan nilai │ipeak│ = 71.3 A.
Sedangkan pada inti transformator dengan menggunakan cara
potong B, didapatkan nilai BN sebesar 0.00233 (V.s/m2). Nilai BS sebesar
1.38 (V.s/m2). Nilai BR sebesar 0.00257 (V.s/m2). Sehingga sesuai dengan
persamaan (3.5):
(√2 𝑥 2624.32)√2 2 (0.00233) + (0.00257) − (1.38)
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = ( )
39762.4 0.00233
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −77.77 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −42.87 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −43.4 A
45
Maka didapatkan nilai │ipeak│ = 43.4 A.
Pada titik Q (-150; 200; 37.5). Pada inti transformator dengan
menggunakan cara potong A, didapatkan nilai BN sebesar 0.00431
(V.s/m2). Nilai BS sebesar 1.58 (V.s/m2). Nilai BR sebesar 0.05355
(V.s/m2). Sehingga sesuai dengan persamaan (3.5):
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −46.4 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −47.3 A
46
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −42.868 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −43.4 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −1439 A
47
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −48.48 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −1.79 A
𝑖𝑝𝑒𝑎𝑘 = −0.4 A
48
(0; 217.5; 37.5) sebesar 72.78 A. Pada inti transformator dengan cara
potong B didapatkan ipeak pada titik O (0; -217.5; 37.5) sebesar 72.77 A.
Sesuai dengan persamaan (2.4), maka arus eksitasi pada inti transformator
adalah:
𝑰𝟐
𝑰∅ = (𝑰𝟏 − 𝑰𝒑 )𝐴 = (𝑰𝟏 − )A
𝑎
𝑰𝟐
𝑰∅ = (𝑰𝟏 − )A
𝑎
144.34
𝑰∅ = (2.89 − )A
95.26
𝑰∅ = (2.89 − 1.515) A
𝑰∅ = 1.375 A
Jika dibandingkan dengan nilai puncak dari inrush current, maka nilai
arus eksitasi jauh lebih rendah pada beberapa titik pengamatan.
49
Tabel 4.2 Perbandingan nilai puncak pada inrush current.
Nilai puncak pada inrush current
Titik yang diamati Cara Cara Cara potong
potong A potong B Ideal
A (-198; 162.5; 37.5) 0.34 A 0.138 A 0.22 A
B (-253; 217.5; 37.5) 46.66 A 52.4 A 23.25 A
C (-308; 272.5; 37.5) 0.215 A 14.48 A 0.25 A
D (0.0; 162.5; 37.5) 6.45 A 0.268 A 4.54 A
E (40; 162.5; 37.5) 4.24 A 0.235 A 7.6 A
F (4.233; 141.3; 37.5) 3.65 A 1.11 A 1.359 A
G (55; -162.5; 37.5) 21.6 A 19.16 A 0.46 A
H (-253; 162.5; 37.5) 6.6 A 0.3 A 6.34 A
I (-308; 162.5; 37.5) 0.215 A 0.035 A 0.229 A
J (198; 162.5; 37.5) 4.49 A 0.046 A 0.04 A
K (253; 217.5; 37.5) 1.7 A 2.48 A 22.87 A
L (-253; -217.5; 37.5) 2.34 A 2.49 A 24.1 A
M (253; -217.5; 37.5) 48.69 A 57.28 A 23.71 A
N (0; 217.5; 37.5) 72.78 A 55.21 A 38.97 A
O (0; -217.5; 37.5) 71.3 A 77.77 A 38.71 A
P (150; 200; 37.5) 42.87 A 43.4 A 29.48 A
Q (-150; 200; 37.5) 46.4 A 47.3 A 32.03 A
R (150; -200; 37.5) 42.868 A 43.4 A 29.47 A
S (-150; -200; 37.5) 46.4 A 48.48 A 31.66 A
T (-55; 162.5; 37.5) 1.79 A 0.4 A 6.6 A
50
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari studi tentang
pengaruh cara pemotongan inti transformator terhadap kurva magnetisasi
dan inrush current adalah sebagai berikut:
1. Pada transformator, fluks magnet dibangkitkan oleh
magnetomotiveforce. Magnetomotiveforce bergerak pada inti
transformator. Cara pemotongan inti transformator yang
berbeda, menyebabkan perbedaan bentuk lintasan gerak dari
magnetomotiveforce. Sehingga cara pemotongan inti
transformator yang berbeda, akan menghasilkan bentuk kurva
magnetisasi dan nilai inrush current yang tidak sama.
2. Pada inti transformator dengan cara potong A dan B, terjadi
fenomena menarik pada kurva magnetisasi. Kurva magnetisasi
di titik-titik yang diamati mempunyai nilai Bmax dan Bmin yang
sama. Nilai Bmax dan Hmax pada inti transformator dengan cara
potong A lebih besar dibandingkan inti transformator dengan
cara potong B. Akan tetapi nilai puncak dari inrush current pada
inti transformator dengan cara potong A lebih kecil jika
dibandingkan dengan inti transformator dengan cara potong B.
3. Pada inti transformator dengan cara potong A, besarnya nilai
puncak dari inrush current yang terbesar adalah 72.78 A. Pada
inti transformator dengan cara potong B, besarnya nilai puncak
dari inrush current yang terbesar adalah 77.77 A. Nilai-nilai
tersebut sangat tinggi jika dibandingkan dengan nilai arus
eksitasi sebesar 1.375 A.
51
Halaman ini sengaja dikosongkan
52
Daftar Pustaka
53
[13] Stanley Humphries, Jr., “Finite-element Methods for
Electromagnetics,” New Mexico, January 2010.
[14] M. Khelil, and M. Elleuch, “Modelling of the Air-Gaps of
Overlapped Joints in Tree-Phase Transformer Iron core for using by
FEM,” 6th International Multi-Conference on Systems, Signal and
Devices ©2009.
54
RIWAYAT HIDUP
55
Halaman ini sengaja dikosongkan
56