Anda di halaman 1dari 25

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DALAM PENGENDALIAN BAHAN KIMIA


BERBAHAYA
DI TEMPAT KERJA

Disajikan pada
GO-DK3N Webinar
Jakarta, 20 Agustus 2020

Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan
K3
I. Pendahuluan
• Peningkatan kegiatan industri yang
mengolah, menyimpan, mengedarkan,
mengangkut dan mempergunakan bahan-
bahan kimia berbahaya sejalan dengan
perkembangan pembangunan sehingga
berpotensi untuk menimbulkan bahaya besar
bagi industri, tenaga kerja, lingkungan.
• Sebagian besar bencana industri bersumber
dari instalasi potensi bahaya besar (major
hazard installation) yang antara lain terdapat
pada petrochemical works, chemical works,
oil refineries, LPG Storage, fertilizer works,
explosives manufacture, bulk use of chlorine,
pesticide factories, major storages of gas
and flammable liquids (diantaranya termasuk
obvitnas).
• Salah satu penyebab bencana industri
belum dilakukannya pengendalian
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
optimal.
• Belum terdapatnya peta potensi bahaya
pada wilayah-wilayah di Indonesia
Kecelakaan Besar
 Ledakan Cyclohexane - Flixborough (UK), 1974
 Kebocoran Chemical Dioxin TCDD - Seveso (IT), 1976
 Ledakan Propane Gas – Ortuella Spain 1980
 Ledakan LPG – Mexico City 1984
 Kebocoran Methyl Isocyanate – Bhopal India 1984
 Kebocoran Chlorine – USA 1986
 Ledakan Vinyl Chloride – Bulgaria 1986
 Kebakaran Ammonium Nitrate – France 1987
 Ledakan pabrik PA dan MA, Gresik 2004,
 Ledakan pabrik pupuk Texas, 2013
 Peledakan Ammonium Nitrat Beirut, 2020
 Peledakan pabrik bioetanol, Mojokerto, 2020
 dll
Ledakan sikloheksan, flixborough,
1974

Kebocoran Methyl
Isocyanate – Bhopal
India 1984
Latar Belakang
Ledakan Di West
Fertilizer Company,
Texas, 2013

Ledakan Amonium Nitrat, Beirut,


2020
Definisi & Ruang lingkup
II. Peraturan Perundangan dan Konvensi terkait K3
 Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
 Undang-Undang No 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 81 Mengenai
Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan;
 Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
 Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
 Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3;
 Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan;
 Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya;
 SE. Menakertrans No. SE. 140/Men/PPK-KK/II/2004 tentang Pemenuhan Kewajiban Syarat-
syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Kimia Dengan Potensi Bahaya Besar (Major
Hazard Installation);
 Kepdirjen PPK No. 84/PPK/X/2012 tentang Tata Cara Penyusunan Dokumen Pengendalian Potensi
Bahaya Besar dan Menengah;
 Konvensi ILO No. 174/1993 tentang Major Accident Prevention;
 Konvensi ILO no. 170/1990 tentang Safety in the Use of Chemicals at Work
III. Implementasi

Penetapan potensi bahaya


perusahaan (berdasarkan
Kepmenaker No. 187 Tahun 1999)

Penyusunan dokumen pengendalian pada Best practices perusahaan dalam


perusahaan potensi bahaya besar/menengah
pengendalian potensi bahaya
sesuai Kepdirjen PPK No. 84/PPK/X/2012
besar (major hazard control)

Peningkatan koordinasi K/L dalam


Peningkatan kualitas dan kuantitas
pencegahan kecelakaan industri yang
SDM dan Kelembagaan K3
disebabkan bahan kimia berbahaya
A. KEPMENAKER NO. 187/MEN/1999

Menyediakan:
• LDKB
• Label
PENGURUS yang: (Pasal 3a)
• Menggunakan
• Menyimpan
• Memakai
• Memproduksi
• Mengangkut bahan kimia
berbahaya, wajib melakukan
Menunjuk:
pengendalian Ahli K3 Kimia
Petugas K3 Kimia
(Pasal 3b)
Definisi
1. Nilai Ambang Kuantitas (NAK) adalah standar kuantitas bahan kimia berbahaya untuk
menetapkan potensi bahaya bahan kimia di tempat kerja (lampiran III dan Pasal 14
Kepmenaker No. 187/1999)

2. Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah dan
atau mengurangi risiko akibat penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja terhadap
tenaga kerja, alat-alat dan lingkungan

3. Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya adalah dokumen tertulis yang memuat informasi
teknis, manajemen dan operasional mencakup potensi bahaya dan risiko dan suatu instalasi
dan pengendaliannya serta prosedur keselamatan instalasi
Alur Proses Penetapan Perusahaan Potensi Bahaya Besar
IDENTIFIKASI DAN LAPORAN
• Nama Bahan
• Sifat Bahan
• Kuantitas Bahan
Formulir Laporan Seperti Lamp. II
Kepmenaker No.187/1999

Pemeriksaan oleh Dinas Tenaga Kerja


Kabupaten/ Kota/Propinsi
 Administratif
 Lapangan

Berita Acara Verifikasi


Dinas Tenaga Kerja menetapkan potensi bahaya
suatu perusahaan berdasarkan NAK
 Pasal 13
 Pasal 14

Potensi Bahaya Besar Potensi Bahaya Menengah


Psl. 15(1) Psl.15(2)
> NAK ≤NAK
Major Accident (Kecelakaan Besar)
• Pelepasan gas-gas beracun
• Pelepasan gas-gas mudah terbakar
• Kebocoran cairan mudah terbakar
• Peledakan bahan yg tdk stabil/bahan yg sgt reaktif
Lampiran II Kepmenaker 187/Men/1999

(Juknis Penetapan Potensi Bahaya Instalasi/Fasilitas di Perusahaan) 12


Pemenuhan Kewajiban
Penetapan Potensi Bahaya Besar
 Mempekerjakan Petugas K3 Kimia :
o Sistem Kerja Non Shift min. 2 orang
o Sistem Kerja Shift min. 5 orang 1. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Risiko
 Mempekerjakan Ahli K3 Kimia min. 1 orang 2. Kegiatan Tehnis, Rancang Bangun,
Konstruksi, Pemilihan Bahan Kimia,
Pengoperasian dan Pemeliharaan
 Membuat Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar
Instalasi
3. Kegiatan Pembinaan Tenaga Kerja
 Melaporkan Setiap Perubahan (bahan, kuantitas, proses dan 4. Rencana dan Prosedur Penanggulangan
modifikasi instalasi) Keadaan Darurat
5. Prosedur Kerja Aman
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Faktor Kimia min. 6 bulan
sekali

 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi min. 2 tahun


sekali

 Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja min. 1 tahun


sekal
Pemenuhan Kewajiban
Penetapan Potensi Bahaya Menengah
 Mempekerjakan Petugas K3 Kimia :
o Sistem Kerja Non Shift min. 1 orang
o Sistem Kerja Shift min. 3 orang 1. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Risiko
2. Kegiatan Tehnis, Rancang Bangun, Konstruksi,
 Membuat Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Pemilihan Bahan Kimia, Pengoperasian dan
Menengah Pemeliharaan Instalasi
3. Kegiatan Pembinaan Tenaga Kerja
4. Prosedur Kerja Aman
 Melaporkan Setiap Perubahan (bahan, kuantitas,
proses dan modifikasi instalasi)

 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Faktor Kimia


min. 1 tahun sekali

 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi min.


3 tahun sekali

 Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja min.


1 tahun sekali
B. KEPDIRJEN PPK NO. 84/DJPPK/2012

TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA BESAR


DAN MENENGAH
 memberikan petunjuk dalam menyusun Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya
Besar/Menengah.
 memberikan petunjuk mengenai tata cara mendapatkan persetujuan atas Dokumen
Pengendalian Potensi Bahaya Besar/Menengah
15
Elemen – elemen kunci pengendalian potensi bahaya besar

1. Identifikasi & Pelaporan penyimpanan, penggunaan dan produksi


BKB ke dinas tenaga kerja setempat

2. Penetapan instalasi potensi bahaya besar oleh perusahaan dan


pegawai pengawas

3. Penyusunan dokumen pengendalian potensi bahaya besar

4. Pemeriksaan dan verifikasi oleh PJK3 dan pegawai pengawas

5. Pemaparan komprehensif dengan didepan pemangku kepentingan (al


: dinas ketenagakerjaan, dinas pemadam kebakaran, badan
penanggulangan bencana daerah, dinas perindustrian, kawasan
industri)
Pemenuhan Kewajiban Penetapan Potensi Bahaya
Kewajiban berdasarkan Psl. 16 :
a. Petugas K3 Kimia :
- Non shift : 2 org
- Shift : 5 org
b. Ahli K3 Kimia
c. DPPB Besar
d. Lapor perubahan
e. Riksa Uji faktor kimia 6 bln 1 x
f. Riksa Uji instalasi setiap 2 th 1 x
g. Pemeriksaan Kesehatan TK 1 th 1 x Petugas K3 Kimia &
Ahli K3 Kimia(Ps.22&23)
• Kursus
Dokumen Pengendalian • Surat Keputusan
Potensi Bahaya Besar Penunjukan
(DPBB Bsr) Psl. 19(1)

Verifikasi dan Pemaparan Komprehensif Perbaikan/


Revisi Persetujuan
(selama-lamanya 30 hari kerja)

Acuan Pelaksanaan K3 / Pengendalian


Bahan Kimia Berbahaya
• Perusahaan
• Pengawas Ketenagakerjaan
• Audit SMK3
Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya
www.thmemgallery.com
C. SE Menaker No 140 Tahun 2004

Latar belakang

 Bencana industri ( major accident) telah menimbulkan kerugian


yang tidak sedikit baik tenaga kerja, moril dan material.

 Guna mengantisipasi terulangnya kembali bencana industri


tersebut dipandang perlu mengambil langkah-langkah segera dan
sistimatis untuk mengendalikan potensi bahaya industri kimia
baik potensi bahaya berskala kecil, sedang maupun potensi
bahaya besar (major hazard installation ).
C. SE Menaker No 140 Tahun 2004

1. Melaksanakan secara utuh ketentuan dalam Kepmenaker No.


Kep. 186/Men/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran
di Tempat Kerja

2. Melaksanakan secara utuh ketentuan dalam Kepmenaker No.


Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja

3. Review sistem tanggap darurat (emergency response) bagi


perusahaan yang sudah memiliki sistem tersebut

4. Bagi perusahaan yang belum memiliki sistim tanggap darurat


( emergency response ) untuk segera membuat sistem
tersebut.
Hasil Safety Review (SE.140/2004)

No. Daerah Jmlh Perusahaan Temuan Penting


1. NAD (Kota Langsa) 1 perusahaan
2. SUMUT( Medan) 1 perusahaan • Ketidaksiapan offsite
emergency response
3. RIAU (Bengkalis) 3 perusahaan
4. JABAR(Purwakarta) 3 perusahaan
• Community Information
5. JABAR(Tasikmalaya) 1 perusahaan
6. JABAR(Cianjur) 1 perusahaan
7. JABAR(Bogor) 2 perusahaan • Rumah sakit
8. BANTEN(Cilegon) 12 perusahaan
9. D.I.Yogyakarta 12 perusahaan • Traffic
10. JATIM(Gresik) 3 perusahaan
11. JATIM(Probolinggo) 6 perusahaan • Fire Brigade
12. PAPUA B (Fak-Fak) Tdk ada
13. PAPUA(Jaya Wijaya) Tdk ada
14. PAPUA(Merauke) 2 perusahaan
IV. PENUTUP
 Salah satu upaya pencegahan bencana industri yaitu peningkatan
pengawasan melalui pelaksanaan peninjauan K3 pada potensi
bahaya di perusahaan
 Peninjauan K3 dilakukan melalui verifikasi Dokumen Pengendalian
Potensi Bahaya Instalasi/Fasilitas.
 Dokumen Pengendalian dapat digunakan sebagai Acuan
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya bagi perusahaan, Pengawas
Ketenagakerjaan, Auditor SMK3
 Wilayah akan memiliki peta (mapping) potensi bahaya perusahaan
terkait dalam penanggulangan bencana industri
 Peningkatan koordinasi dengan instansi/lembaga/badan terkait
dalam pencegahan bencana industri.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai