Disusun Oleh :
Nama : Arifin
NIM : 0140211-009
Program Studi : Teknik Elektro
Nama : Arifin
N.I.M : 0140211-009
Jurusan : Teknik Elektro
Fakultas : Teknologi Industri
Judul Skripsi : Evaluasi Koordinasi Proteksi Trafo
150-20KV di Gardu Induk Tangerang Baru
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas
Mercu Buana.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Penulis,
[ ]
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Nama : Arifin
NIM : 0140211-009
Program Studi : Teknik Elektro
Menyetujui,
Pembimbing Koordinator TA
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Elektro
Sistem distribusi tenaga listrik yang menggunakan kabel udara sering mengalami
gangguan. Gangguan yang sering terjadi adalah gangguan tak simetri yang dapat
berupa hubung singkat satu fasa ke tanah, antar fasa ataupun putusnya salah satu
atau dua fasa. Untuk mengetahui besarnya arus gangguan tak simetri tersebut
diperlukan teori khusus yang dinamakan teori komponen simetri.
Transformator yang merupakan peralatan utama dalam sebuah GI harus
mendapat pengamanan yang tepat. Penentuan setting rele yang tepat merupakan
suatu upaya melindungi peralatan, sistem serta kebutuhan konsumen dari
gangguan yang mungkin terjadi dalam sistem distribusi. Perhitungan arus
gangguan dan besarnya arus nominal transformator akan digunakan sebagai acuan
dalam penentuan setting rele pengaman (dalam hal ini OCR dan GFR pada sisi
sekunder )
Di dalam tulisan ini dibahas mengenahi gangguan-gangguan yang mungkin
terjadi serta besarnya arus gangguan dengan menganalisa menggunakan teori
komponen simetri dan cara penyetelan rele yang tepat dengan mempertimbangkan
besarnya arus gangguan dan besarnya arus nominal transformator.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat
Tangerang Baru.
Laporan Tugas Akhir ini penulis susun dan diajukan untuk melengkapi
bantuan dan dorongan baik moral maupun material. Untuk itu penulis
banyak kasih sayang, kesabaran serta doa yang terus menerus diberikan
c. Bapak Drs. Jaja Kustija, MSc selaku Sekretaris Program Studi Teknik
Elektro
d. Bapak Dr. Ir Hamzah Hilal, MSc selaku Dosen Pembimbing yang telah
v
e. Seluruh dosen dan staf Universitas Mercubuana yang telah memberikan
Pandapotan, Bpk Jayus dll) serta pihak lainnya yang telah membantu
Akhir kata, pepenulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi yang
membacanya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
vii
2.5 Difinisi dari Jaringan Urutan .......................................................... 18
3.2.2 Rele Arus Lebih Berarah (Direct Over Current Relay) ..........37
Tanah..........................................................................................47
BAB 5 PENUTUP . 60
Daftar Pustaka
Lampiran
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.8 Arus urutan pada gangguan satu fasa ke tanah .....................................
23
Gambar 2.9 Jaringan urutan pada gangguan satu fasa ke tanah ............................ 23
x
Gambar 3.8 Rangkaian pengawatan rele arus lebih gangguan fasa dan rele
Gambar 4.2 Single line diagram trafo dengan jaringan distribusinya ................ 53
Gambar 4.3 Prinsip koordinasi rele trafo dengan rele JTM ................................58
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perbandingan arus gangguan kondisi tanpa beban dengan kondisi
berbeban ................................................................................................56
aktual .....................................................................................................59
xii
LEMBAR
PERNYATAAN
LEMBAR
PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR
GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
DISTRIBUSI
TENAGA
LISTRIK
BAB 3
GARDU INDUK
TANGERANG
BAB 4
ANALISA
PERHITUNGAN
KOORDINASI
PROTEKSI G-I
TANGERANG
BAB 5
KESIMPULAN
DAN SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebelum membahas lebih lanjut tentang prinsip dasar proteksi tenaga listrik, maka
terlebih dahulu perlu diketahui tentang apa yang dimaksud dengan daya proteksi
Yang dimaksud dengan proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi
yang dilakukan kepada peralatan-peralatan listrik yang terpasang pada suatu sistem
abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain:
hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan
lain-lain. Selanjutnya perlu diketahui mengapa sistem proteksi itu diperlukan adalah
sebagai berikut
c. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
1
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari pelbagai tipe gangguan pada
suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi
secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang merasakan
tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari
jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang operator untuk mengawasi
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin
dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi
CB yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu.
b. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-
Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan
memutuskan
2
gangguan disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal yang harus dipertimbangkan
dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang aman. Jika arus kerja bertambah
melampaui batas aman yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak
memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan
berkelebihan pula.
Sistem proteksi merupakan salah satu dari beberapa sistem yang mendukung
c. Cara mengkoordinasi
proteksi adalah terjadinya kontinuitas penyaluran tenaga listrik yang diukur dengan
a. Keamanan peralatan
b. Keamanan Sistem
c. Keamanan Konsumen
3
Sehingga koordinasi pengaman harus merupakan kompromi dari ketiga hal
tersebut diatas. Dengan memperhatikan hal tersebut diatas, maka dalam koordinasi
sistem pengamanan trafo, keamanan trafo merupakan salah satu faktor yang sangat
diperhatikan.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui besarnya arus gangguan serta
menentukan setelan dan koordinasi rele proteksi yang sesuai sehingga keamanan
koordinasi sistem proteksi trafo, maka penulis hanya membatasi permasalahan pada :
Koordinasi perhitungan dan penyetelan rele pengaman trafo pada sisi penyulang 20
4
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa metode
a. Studi kepustakaan, untuk pengumpulan data dan informasi yang ditempuh dengan
cara membaca buku-buku referensi, internet, katalog dan buku panduan tentang
b. Diskusi, untuk pengumpulan data dan informasi dengan cara melakukan diskusi
dengan berbagai pihak yang menguasai materi sistem proteksi sebagai nara
sumber.
c. Studi lapangan, untuk pengumpulan data dan informasi dengan cara kunjungan
dan melihat secara langsung penerapan sistem proteksi pada PT. PLN Jaya Raya .
d. Analisis, data yang diperoleh dan di analisis sesuai teori-teori yang terkait.
Untuk mempermudah dalam memahami isi tugas akhir ini, maka penulis
menggunakan sistematika penulisan dengan lima bab. Bab dua memuat tentang teori-
teori dan struktur distribusi tenaga listrik, macam-macam gangguan, teori komponen
simetri dan perhitungan arus gangguan. Sedangkan bab tiga berisi tentang teori-teori
dasar yang berhubungan dengan gardu induk serta koordinasi rele proteksinya.
Bab empat memuat perhitungan arus gangguan serta cara penyetelan dan
5
Bab lima sebagai penutup dari tugas akhir ini, berisi suatu kesimpulan dari analisa
6
BAB II
Tenaga listrik dibangkitkan oleh pusat-pusat listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG,
PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah tegangannya
dinaikkan terlebih dahulu oleh trafo penaik tegangan (step up transformer). Setelah
disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik di Gardu Induk
(GI) dan diturunkan tegangannya menjadi tegangan menengah 20kV melalui trafo
disebut tegangan distribusi primer. Jaringan yang keluar dari gardu induk disebut
jaringan distribusi sedangkan jaringan antara pusat-pusat listrik dengan Gardu Induk
tenaga listrik diturunkan menjadi tegangan rendah 380/220 Volt melalui gardu-gardu
distribusi dan disalurkan melalui jaringan tegangan rendah (JTR) untuk selanjutnya
7
Jaringan Transmisi Jaringan Distribusi
150 kV 20 kV
Trafo
Pemutus
daya
Beberapa saluran distribusi berupa saluran udara dan ada pula yang berupa
saluran kabel tanah. Ditinjau dari segi ekonomi, saluran udara harganya lebih murah
bila dibandingkan dengan saluran kabel tanah, oleh karena pertimbangan dari segi
ekonomi tersebut, maka kebanyakan saluran transmisi PLN berupa saluran udara.
Kerugian dari saluran udara bila dibandingkan dengan saluran kabel tanah adalah
bahwa saluran udara mudah terkena gangguan, misalnya karena terkena sambaran
petir, kena pohon dan jenis gangguan alam yang lainnya. [6]
Saluran udara merupakan bagian terpenting dari sistem distribusi tenaga listrik
sekaligus merupakan bagian yang paling sering dan mudah terkena gangguan, karena
terbentang pada alam terbuka. Pada dasarnya jenis-jenis gangguan dapat digolongkan
menjadi :
dalam keadaan seimbang (Arus dan tegangan dalam keadaan seimbang dengan
8
b. Gangguan tak simetri dimana sistem sebelum gangguan besaran-besaran sistem
a. Gangguan Series yang dapat berupa satu atau dua saluran yang terbuka karena
terputus atau karena kerja sekering dan peralatan-peralatan lainnya yang tidak
b. Gangguan Shunt yang dapat berupa gangguan saluran tunggal atau ganda ke tanah
dengan mengandung impedansi atau pun langsung serta gangguan hubung singkat
antar saluran
Untuk dapat menganalisa besarnya arus gangguan pada berbagai macam jenis
gangguan tak simetri yang telah disebutkan diatas, diperlukan suatu teori khusus yaitu
fasa tiga tak seimbang dibahas oleh C.L. Fotescue pada suatu pertemuan Lembaga
Insinyur Listrik Amerika (American Institute of Electrical Engineers). Sejak saat itu
metode komponen simetri menjadi sangat penting dan merupakan pokok pada
pada sistem-sistem distribusi, yang dapat berupa hubung singkat, impedansi antar
9
saluran, impedansi satu atau dua saluran ke tanah atau penghantar terbuka, dipelajari
Hasil karya Fortescue membuktikan bahwa suatu sistem tak seimbang yang terdiri
fasor yang seimbang yang disebut komponen-komponen simetri fasor aslinya. n buah
Menurut teorima Fotescue, tiga fasor tak seimbang pada suatu sistem tiga fase
itu adalah :
a. Komponen-komponen urutan positif terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah antara yang satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 1200 dan
mempunyai urutan fasa yang sama besar seperti pada fasor-fasor aslinya.
b. Komponen-komponen urutan negatif terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah antara yang satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 1200 dan
c. Komponen-komponen urutan nol terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan
dengan pergeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.
10
Bila memecahkan suatu persoalan dengan komponen komponen simetri, untuk
menunjukkan ketiga fasa sistem itu sebagai a, b dan c sedemikian hingga urutan fasa
seimbang itu adalah abc, dan urutan fasa komponen-komponen negatifnya fasor-fasor
tak seimbang itu adalah abc. Jika fasor-fasor aslinya merupakan tegangan dapat
nol.
Va2
VC1 Va1
Vb2
Va0
Vb0
Vc0
Vb1 Vc2
Komponen- Komponen- Komponen-
komponen komponen komponen
urutan urutan urutan
positif negatif nol
Gambar 2.2
Komponen-komponen urutan positif pada Va, Vb, dan Vc adalah Va1, Vb1 dan Vc1.
Demikian pula komponen-komponen urutan negatifnya adalah Va2, Vb2 dan Vc2 dan
11
komponen-komponen urutan nolnya adalah Va0, Vb0 dan Vc0. Gambar 2.1
yang mewakili arus akan ditandai dengan I dengan subskrip-subskrip seperti untuk
sebagai
Sintesa sebuah himpunan tiga fasor tak seimbang dari tiga himpunan
12
Va0
Va Va2
Vc2 Va1
Vc1
Vc0
Vc
Vb Vb1
Vb0
Vb2
Gambar 2.3
komponen simetri ini dalam analisa sistem daya ini akan berangsur-angsur menjadi
jelas setelah kita terapkan metode ini untuk studi gangguan-gangguan tak simetri
pada sistem sistem yang simetri. Cukup dikatakan disini bahwa metode ini meliputi
Kemudian nilai-nilai arus dan tegangan pada berbagai titik dalam sistem dapat
didapat. Metoda ini sederhana dan menuntun ke arah ramalan yang tepat untuk sifat-
13
Seperti dilihat pada gambar 2.3 yaitu sintesa tiga fasor tak simetri dari tiga himpunan
fasor-fasor simetri. Sintesa itu dibuat sesuai dengan persamaan 2-1 sampai 2-3,
dikurangi dengan menyatakan setiap komponen Vb dan Vc sebagai hasil kali suatu
fungsi operator a dengan sebuah komponen Va. Dengan berpedoman pada gambar 2.2
Va 1 1 1 Va 0
V = 1 a 2 a V Vabc = AV012 (2-8)
b a1
Vc 1 a a 2 Va 2
14
1 1 1 1 1 1
A = 1 a 2 a C = A = 1/3 1 a a 2
-1
(2-9)
1 a a 2 1 a 2 a
dan dengan memperkalikan kedua sisi persamaan (2-8) dengan A-1 menghasilkan
Va 0 1 1 1 Va
1 a a 2 V
Va1 = 1/3 b V012 = CVabc (2-10)
Va 2 1 a 2 a Vc
yang menunjukkan bagaimana cara untuk menguraikan tiga fasor tak simetri ke
Persaman 2-11 menunjukkan bahwa tidak terdapat komponen urutan nol jika
jumlah fasor-fasor tak seimbang itu sama dengan nol. Karena jumlah fasor-fasor
tegangan antar saluran dalam suatu sistem fasa tiga selalu nol. Komponen-komponen
ketidak seimbangannya. Jumlah ketiga fasor tegangan saluran ke netral tidak perlu
fasor yang berhubungan dan dapat pula kita ditulis untuk arus-arusnya. Karena
15
beberapa persamaan sebelum ini sangat dasar, persamaan-persamaan itu dapat
I a 1 1 1 I 0
I = 1 a 2 a I , atau Iabc = AI012 (2-14)
b 1
I c 1 a a I 2
2
I 0 1 1 1 I a
I = 1/3 1 a a 2 I , atau I = CI (2-15)
1 b 012 abc
I 2 1 a a I c
2
Dalam suatu sistem fasa tiga jumlah arus-arus saluran sama dengan arus-arus In
Ia + Ib + Ic = In (2-16)
I n = 3 I ao (2-17)
Dalam ketiadaan suatu jalur melalui netral suatu sistem fasa tiga In sama
nol. Suatu beban dengan hubungan tidak memberikan jalur ke netral dan arus-arus
saluran yang mengalir dalam suatu beban yang dihubung dapat tidak mengandung
16
2.4 KOMPONEN URUTAN UNTUK IMPEDANSI JARINGAN TAK
SEIMBANG
Sesuai dengan sistem fasa tiga yang terlihat pada gambar 2.4, menunjukkan setiap
arus yang melewati impedans dari tiap-tiap fasa dan secara umum besarnya shelf
untuk besarnya tegangan fasa tiga tak seimbang. Dan dapat digunakan untuk
Ia Zaa
Ib Zbb Zab
Zac
Ic Zcc Zbc
m Vmn n
Persamaan drop tegangan antara titk m ke n (Vmn) seperti pada gambar 2.6 dapat
Vmn a Z aa Z ab Z ac Ia
Vmn = Vmn b = Z ba
Z bb Z bc I
b (2-19)
Vmn c Z ca Z cb Z cc Ic
17
Didalam beberapa permasalahan sistem yang tidak seimbang, dapat diselesaikan
tegangan atau arus dari kondisi tak seimbang dan memadukan urutan komponen
Sebuah jaringan urutan adalah perumpamaan dari sistem yang seimbang dimana
gangguan itu terhubung dan berisi impedansi tiap-tiap fasa seperti pada kondisi
dengan dua buah terminal (one-port), dimana terminal yang satu merupakan terminal
terminal tegangan nol yang diberi simbul N. Ini digunakan untuk melihat jaringan dari
terminal F dan N, sehingga akan dapat menentukan tegangan pada jaringan terbuka
dan arus hubung singkat serta impedansi penggantinya (untuk jaringan urutan).
Impedansi tersebut, sering disimbulkan dengan Z0, Z1 dan Z2 untuk urutan nol, positif
tegangan jaringan terbuka pada titik gangguan. Besarnya tegangan thevenin pada
urutan negatif dan urutan nol adalah nol karena dengan mendifinisikan hanya ada
tegangan urutan positif (urutan a-b-c) yang di bangkitkan oleh sistem fasa tiga.
gangguan (F), tegangan nol (N), dan tegangan thevenin serta impedansinya.
18
Hal tersebut dapat kita lihat pada gambar 2.5 :
Z1
+ Zo + + Z2
Vao Va1 + Va2
- - VF -
-
No N1 N2
. . .
Dari gambar 2.5 maka dapat dituliskan persamaan untuk besarnya tegangan
Va 0 0 Z 0 0 0 I a 0
Va1 = VF - 0 Z1 0 I a1 (2-20)
Va 2 0 0 0 Z 2 I a 2
Untuk dapat menganalisa gangguan yang terjadi dalam sistem distribusi, dapat
pada semua fasa. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.6.
terhubung seimbang, dan persamaan thevenin dalam hal ini dapat di ketahui.
Tegangan dalam hal ini didifinisikan sebagai beda tegangan antara titik gangguan
19
dengan ground pada terminal gangguan dan arus mengalir dari sistem ke titik
gangguan.
Titik gangguan
F
. a
. b
. c
+ + + Za Zb Zc
Va Vb Vc
- - -
Ia Ib Ic
Gangguan
Gambar 2.6 Rangkaian diagram pada titik gangguan
b. Menuliskan batasan kondisi mengenahi arus dan tegangan pada kondisi gangguan.
c. Mengubah arus dan tegangan dari kondisi a-b-c ke kondisi 0-1-2 menggunakan
transformasi A atau C
c dan d .
Langkah-langkah tersebut diatas bisa digunakan untuk tiap-tiap jenis gangguan yang
20
Untuk mengetahui penyetelan rele yang baik, harus diketahui besarnya arus yang
timbul pada beberapa jenis gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi. Dalam hal
ini perhitungan untuk kondisi trafo tanpa beban adalah sebagai berikut :
Gangguan satu fasa ke tanah merupakan gangguan yang paling sering terjadi.
Rangkaian diagram gangguan satu fasa ke tanah, dapat diilustrasikan pada gambar
F .
a
. b
. c
+ + + Zf
Va Vb Vc
- - -
Ia
Ib=0 Ic=0
Gambar 2.7 Rangkaian diagram gangguan satu fasa ke tanah
Ib = Ic = 0 dan Va = Zf . Ia
21
1 1 1 I a 1
2
I012 = 1/3 1 a a 0 = Ia/3 1
(2-21)
1 a 2 a 0 1
dengan besarnya arus semua urutan yang sama, maka Va = Zf . Ia = 3.Zf.Ia sehingga
Karena besarnya arus untuk tiap-tiap arus urutan sama, maka arus urutannya dapat
- + - Va1+
Va0 - Va2 +
Sedangkan bentuk hubungan tegangan urutan pada gangguan satu fasa ke tanah
3 Zf
Ia1
dengan sambungan tersebut diatas, maka dapat menghitung dan mengetahui arus
dengan persamaan :
22
Vf
Ia0 = Ia1 =Ia2 = (2-22)
Z 0 + Z1 + Z 2 + 3Z f
Rangkaian diagram gangguan fasa ke fasa, dapat dilihat pada gambar 2.10 dibawah
ini :
F .
a
. b
. c
+ + +
Va Vb Vc Ib Ic
- - - Ia=0
Zf
Ia = 0
Ib = - Ic
Vb - Vc = Zf . Ib
1 1 1 0 0
2
I012 = 1/3 1 a a I b = Ib/3 1
(2-23)
1 a 2 a I b 1
23
Dari persamaan 2-23, Ia0 = 0 dan Ia1 = - Ia2
Sehingga
Atau
Dari persamaan 2-23, besarnya Ia0 =0, maka arus urutan nol akan terbuka dan
Ia1 = - Ia2 , maka bentuk arus urutannya seperti gambar dibawah ini :
Zf
Va1
- V-a1
N0 N1 N2
Dari gambar diatas, maka dapat ditentukan besarnya arus yang mengalir :
24
Vf
Ia1 = (2-24)
Z1 + Z 2 + Z f
Rangkaian diagram gangguan fasa tiga, dapat dilihat pada gambar 2.13 dibawah ini :
F .
a
. b
. c
+ + + Zf Zf Zf
Va Vb Vc Ia Ib Ic
- - -
Ia + Ib + Ic Zg
25
atau
33)
sekarang dengan persamaan 3-29 dan 2-30, untuk menentukan Vb + Vc, maka
Pada gangguan jenis ini urutan arusnya tidak ada sedangkan untuk urutan
Zf +3Zg
Zf Zf
26
Pada gambar 2.14, apabila besarnya Zf tiap-tiap fasa sama, maka akan berlaku
Iao = Ia + Ib + Ic = 0 (3-35)
1 1 1 Ia 0
2
I012 = 1/3 1 a a I b = I a1
1 a 2 a I c 0
27
BAB III
tegangannya untuk didistribusikan dengan tegangan yang lebih rendah (dari 150kV
ke 20 kV). Dalam gardu induk ada beberapa bagian yang merupakan komponen
3.1 TRANSFORMATOR
Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
tenaga ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan untuk sistem
langsung di sisi netral 150 kV, dan transformator 70/20 kV ditanahkan dengan
tahanan di sisi netral 20 kV nya. Transformator yang telah diproduksi terlebih dahulu
3.1.1 Klasifikasi
a. Pasangan :
Pasangan dalam
Pasangan luar
28
b. Fungsi/pemakaian
Transformator mesin
Transformator Distribusi
Suatu transformator terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi masing-
masing:
Inti besi, berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh
tipis yang berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang
suatu kumparan. Kumparan tersebut diisolasi baik terhadap inti besi maupun
terhadap kumparan lain dengan isolasi padat seperti karton, pertinax dan
lain-lain.
29
kumparan tersebut timbul fluksi yang menginduksikan tegangan, bila pada
rangkaian sekunder ditutup (rangkaian beban) maka akan mengalir arus pada
kumparan ini. Jadi kumparan sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
shunt dan reactor shunt, namun demikian tidak semua trafo daya mempunyai
kumparan tertier.
isolasi.
o Penyalur panas yang baik, berat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel
o Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan.
30
o Sifat kimia yang stabil.
tangki trafo.
panas akibat rugi-rugi besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut
o Alamiah (natural)
o Tekanan/paksaan (forced).
31
tegangan jaringan/primer yang berubah-ubah. Tap changer dapat dilakukan
baik dalam keadaan berbeban (on-load) atau dalam keadaan tak berbeban
Alat pernapasan, karena pengaruh naik turunnya beban trafo maupun suhu
tersebut. Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak
udara diatas permukaan minyak keluar dari dalam tangki, sebaliknya bila
suhu minyak turun, minyak menyusut maka udara luar akan masuk ke dalam
tangki.
Kedua proses diatas disebut pernapasan trafo. Permukaan minyak trafo akan
tembus minyak trafo, maka untuk mencegah hal tersebut, pada ujung pipa
32
Terdapat empat macam cara pentanahan netral trafo, yaitu :
seperti terlihat pada gambar 3.1. Pada sistem ini arus gangguan fasa satu dapat
150 KV 20 KV
tahanan seperti terlihat pada gambar 3.2, pada sistem ini arus gangguan satu fasa
150 KV 20 KV
150 KV 20 KV
c. Pentanahan mengambang, titik pentanahan netral trafo tidak ditanahkan atau trafo
33
Gambar 3.3 Pentanahan mengambang
d. Pentanahan dengan peterson coil , titik netral trafo dihubungan ke tanah melalui
peterson coil seperti terlihat pada gambar 3.4. Bila terjadi gangguan satu fasa ke
6 KV 30 KV
Ada beberapa macam rele pengaman yang digunakan untuk mengamankan trafo dari
gangguan yang mungkin terjadi. Adapun jenis rele proteksi yang biasa digunakan
34
3.2.1 Rele Arus Lebih
Adalah rele yang bekerja berdasarkan arus lebih akibat adanya gangguan hubung
singkat dan memberikan perintah trip ke PMT sesuai dengan karakteristik waktunya.
CT
PMT
I R
R S T Trip Coil
Relay PMT
Arus
Lebih
Battery
+ -
a. Pada kondisi normal arus beban (Ib) mengalir pada jaringan dan oleh trafo arus,
besaran arus ini ditranformasikan ke besaran sekunder (IR). Arus IR mengalir pada
kumparan rele, tetapi karena arus ini masih kecil daripada harga yang ditetapkan
b. Bila terjadi gangguan hubung singkat, arus Ib akan naik dan menyebabkan arus IR
naik pula. Jika arus IR ini melebihi suatu harga yang telah ditetapkan diatas
(setting) maka rele akan bekerja dan memberikan perintah ke trip coil PMT untuk
Beberapa istilah pada rele arus lebih yang digunakan adalah sebagai berikut :
35
a. Ip = Arus kerja (arus pick-up) adalah arus minimum yang menyebabkan rele
bekerja (pick-up).
b. Id = Ir = Arus kembali (arus drop-off / Id, Arus reset / Ir) adalah arus
maksimum yang menyebabkan rele kembali tidak bekerja (drop- off, reset)
dengan arus kerja. Besaran ini menggambarkan kestabilan kerja rele terhadap kejutan
A. Ip (I setting)
.B Ir
I beban max
I r
Apabila pada suatu jaringan yang sedang berbeban penuh terjadi kejutan arus
seperti pada gambar, maka rele akan pick-up (titik A). Bila arus-kembali rele (Ir) lebih
besar dari arus beban penuh, maka rele akan reset (titik B).
Bila arus-kembali rele (Ir) lebih kecil dari pada arus beban penuh, maka rele akan
pick-up sehingga dapat mengakibatkan rele trip setelah waktu kerjanya tercapai.
Untuk menghindari peristiwa ini harus diusahakan agar Ir lebih besar dari pada arus
beban penuh. Semakin besar harga perbandingan Id/Ip adalah semakin baik.
36
Waktu tunda (time delay). Perioda waktu yang sengaja diberikan pada rele untuk
memperlambat trip ke PMT sejak rele itu pick up. Waktu tunda ini dimaksudkan
a. Rele arus lebih sesaat (instantaneous over current relay) adalah rele arus lebih yang
b. Rele arus lebih definite (definite-time over current relay) adalah rele arus lebih yang
c. Rele arus lebih inverse (inverse-time over current relay) adalah rele arus lebih yang
gangguan. [8]
Adalah rele arus lebih yang mempunyai elemen arah. Rele ini menggunakan dua
b. Arus, yaitu sebagai besaran kerja karena fasanya tergantung pada lokasi gangguan.
37
CT
F2 . F1
PT
elemen
arah
Trip ke PMT
D
elemen
I
kerja
+
Gambar 3.7 Rele arus lebih berarah
Rele arus lebih berarah mempunyai dua elemen seperti dapat dilihat pada gambar
3.7, yaitu :
a. Elemen arah (direct element, directional unit), berfungsi untuk menentukan arah
kerja rele.
Rele pada gambar 3.7, berfungsi untuk mendeteksi arus gangguan yang menuju
ke F1 dan bukan ke F2. Misalkan dalam kondisi normal, arus mengalir ke arah F1,
maka komponen arah bekerja menutup kontak D, sedangkan elemen kerja belum
Bila terjadi gangguan hubung singkat di F1, maka elemen kerja akan bekerja
38
Rele hubung tanah pada jaringan tegangan menengah pada dasarnya menggunakan
rele arus lebih seperti yang digunakan pada gangguan hubung singkat antar fasa, tetapi
IR
IS
IT
Ir Is It
R S T
Relay
Relay arus hubung tanah
arus Lebih
untuk gangguan
antar fasa
Gambar 3.8
Rangkaian pengawatan rele arus lebih gangguan fasa dan rele hubung tanah
Pada kondisi normal dengan beban seimbang IR, IS, IT adalah sama besar,
sehingga pada kawat netral tidak timbul arus dan rele hubung tanah tidak dialiri arus.
Bila terjadi ketidak seimbangan arus atau terjadi gangguan hubung singkat ke tanah,
maka akan timbul arus urutan nol pada kawat netral, sehingga rele hubung tanah
bekerja.
39
Keadaan beban lebih harus dibedakan dari keadaan arus lebih. Keadaan arus lebih
pada jaringan disebabkan oleh gangguan hubung singkat dan diamankan dengan rele
Sedangkan keadaan beban lebih, lebih ditekankan pada sifat-sifat thermis dari jaringan
akibat dilampauinya kemampuan arus kontinue (rated current) dan diamankan dengan
rele thermis.
Prinsip kerja rele thermis adalah dengan elemen bimetal yang sensitive terhadap
panas akibat arus dari rangkaian trafo arus yang menunjukkan adanya beban lebih.
Rele ini biasanya mempunyai 2 buah kontak, yaitu kontak alarm dan kontak trip.
Kontak alarm dimaksudkan memberikan peringatan dini kepada operator agar segera
pemadaman konsumen.
a. Element rele penutup balik, rele penutup balik umumnya mempunyai 2 elemen
utama yaitu :
Dead time element berfungsi untuk menentukan selang waktu dari saat PMT trip
sampai saat PMT diperintah masuk kembali, dan dead time element ini
Blocking time element berfungsi untuk memblok elemen Dead Time Delay
selama beberapa waktu seteleh bekerja memasukkan PMT, dan blocking time
40
dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada PMT guna memulihkan
b. Cara kerja rele penutup balik, recloser mulai bekerja saat mendapat tegangan positip
dari ground fault relay (GFR) yaitu ketika rele GFR bekerja memberikan perintah
trip ke PMT.
Elemen yang start adalah elemen DT (Dead Time Delay Element). Setelah
Elemen BT ini segera membuka rangkaian closing coil PMT sehingga PMT tidak
bisa reclose.
Setelah beberapa waktu sesuai settingnya elemen BT akan reset yang berarti DT
reclosing ke PMT satu kali dan baru dapat melakukan reclosing lagi seteleh
waktu blocking time berakhir. Bila terjadi gangguan pada periode blocking
time, PMT trip dan tidak bisa reclose lagi (lock-out). Bila gangguan terjadi lagi
Multi shot reclosing relay, Rele ini dapat memberikan perintah reclosing ke
PMT lebih dari satu kali. Dead time antar reclosing adalah berbeda-beda. [1]
41
3.3 SISTEM KOORDINASI PROTEKSI GARDU INDUK TANGERANG
BARU
Sistem proteksi merupakan salah satu dari beberapa sistem yang mendukung
proteksi adalah terjaminnya kontinuitas penyaluran tenaga listrik yang diukur dengan
Agar sistem proteksi dapat bekerja sesuai dengan fungsinya, maka dalam
berikut :
a. Keamanan peralatan
b. Keamanan sistem
c. Kebutuhan konsumen
harus diberikan secara proposional, agar secara sistem akan diperoleh indeks
frekuensi dan lama padam optimum. Pengamanan yang berlebihan terhadap peralatan
dan sistem dapat menyebabkan tingginya frekuensi padam, sedangkan perhatian yang
kerusakan peralatan atau luas padam yang ditimbulkan. Sebagai contoh bahwa
kerusakan permanen pada trafo akan menyebabkan pemadaman yang luas dan waktu
pemulihan yang lebih lama serta biaya perbaikan yang lebih tinggi.
42
Pengaman yang terpasang pada suatu GI harus dikoordinasikan untuk
sistem cascade (bertingkat). Sistem ini untuk mengalokasi atau meminimalisasi efek
Rele
Pola yang dipakai pada pengoperasian sistem 20 kV adalah radial dimana secara
langsung atau melalui tahanan pentanahan yang besarnya sesuai dengan tabel 3-1,
43
dengan panjang saluran baku sesuai SPLN 59: 1985, tentang keandalan pada sistem
Sesuai standard international IEC 354 tahun 1991, diijinkan membebani trafo
melebihi nilai pengenal seperti yang disebutkan pada papan nama (name plate).
Namun disadari bahwa pembebanan lebih tersebut akan mengurangi umur trafo dan
pengurangan umur tersebut tidak dapat ditetapkan secara akurat hanya dengan
Memperhatikan suhu sekitar rata-rata yang lebih tinggi dari nilai standard serta
factor umur, maka kemampuan trafo menjadi lebih rendah dari pengenal pada name
plate. Meskipun pembebanan lebih terhadap trafo tenaga menurut IEC diizinkan,
namun hendaknya hal tersebut sejauh mungkin dihindari dan bila terpaksa dilakukan
Dalam melakukan koordinasi pengaman trafo, pengaruh thermis mekanis dari arus
gangguan eksternal perlu diperhatikan. Untuk arus gangguan rendah yang mendekati
jumlah gangguan eksternal tersebut cukup tinggi. Pada arus gangguan yang
44
Menurut standart international IEC, ketahan trafo terhadap gangguan hubung
singkat eksternal adalah 2 detik (trafo baru). Walaupun ketahanan trafo terhadap
mempertimbangkan usia trafo, maka waktu kerja rele OCR disisi incoming untuk
menyebabkan penurunan umur sebagai akibat pengaruh thermis. Namun diatas batas
penurunan umur trafo secara progresif dan penurunan tersebut akan dipercepat lagi
arus gangguan eksternal dinyatakan bahwa mulai 50% sampai dengan 100% dari arus
Memperhatikan hal tersebut diatas maka rele momen dipenyulang untuk gangguan
fasa-fasa harus diaktifkan. Nilai 50% dari arus gangguan tertinggi yang mungkin
timbul dipakai sebagai batas atas dalam menentukan setelan arus untuk rele momen
Trafo arus untuk rele proteksi pada penyulang 20kV menggunakan kelas P (istilah
dalam IEC 185), yang ketelitiannya dijamin baik sampai dengan arus lebih tertentu,
sesuai dengan beban (burden) trafo arus yang tertera pada papan nama (name plate),
45
Spesifikasi tersebut yang menyatakan 10 atau 20 kali arus nominal CT akan
menjadi batas atas yang ditetapkan pada butir 3.3.4 , yang dipakai dalam memilih
Bila batas atas setelan rele momen tersebut tidak sesuai dengan batas seperti
ditetapkan pada butir 3.3.4, maka yang dipilih adalah yang terkecil.
Pentanahan netral sistem yang diterapkan di sistem Jawa-Bali seperti pada tabel 3-1.
Pola pengaman gangguan tanah disesuaikan dengan pola pentanahan netral sistem
menetapkan waktu kerja rele gangguan tanah yang terpasang NGR. Ketahanan NGR
terhadap arus kontinyu (continuous rating) dipakai juga sebagi salah satu batas dalam
46
menentukan setelan maksimum untuk rele gangguan tanah penyulang dengan faktor
pelindung listrik penghantar kabel 20 kV untuk sistem dengan NGR tahanan rendah,
(12 Ohm) harus tahan terhadap arus bocor ke tanah sebesar 1000 A selama 1 detik
Dengan pertimbangan tersebut maka batas waktu 1 (satu) detik untuk gangguan
sebesar 1000 Ampere cukup aman dipakai sebagai patokan dalam menetapkan waktu
PERHITUNGAN
47
Beberapa data yang perlu di ketahui untuk menghitung besarnya arus gangguan
antara lain :
Isc 3 kV
MVA =
1000
Dimana : Isc adalah besarnya short circuit level dalam Ampere (A)
kV 2
Zsc = j (Pada sisi primer dalam Ohm)
MVA
Atau (3.2)
kV ( sekunder ) 2
Zsc = xZsc (Pada sisi sekunder dalam Ohm)
kV ( primer )2
Daya
Arus nominal primer = = (Ampere)
3 xTeganganprimer
Daya
Arus nominal sekunder = = (Ampere)
3 xTegangansekunder
c. Arus ganguan pada suatu titik kondisi tanpa beban dalam single line
3E
I-tanah = = (Ampere)
( Z1 + Z 2 + Z 0 + 3.Z N )
48
E 3
I- = = (Ampere)
Z1 + Z 2
E
I3 = = (Ampere)
Z1
d. Arus ganguan pada suatu titik kondisi berbeban dalam single line diagram
3E TH
I-tanah = = (Ampere)
( Z1 + Z 2 + Z 0 + 3.Z N )
ETH 3
I- = = (Ampere)
Z1 + Z 2
E TH
I3 = = (Ampere)
Z1
a. Rele arus lebih definite untuk gangguan fasa, setting arus dengan
1.1xIn
Iset1 = = (Ampere)
Id / Ip
Dimana :
>0,7 )
49
Ihs2 = Arus hubung singkat 2 fasa di tempat terminal sekunder pada
pembangkitan minimum.
b. Rele arus lebih inverse untuk gangguan fasa, setting arus dengan kelambatan
waktu . (3.6)
Dimana :
50
BAB IV
Untuk memperoleh koordinasi yang baik serta mengetahui penyetelen rele yang
sesuai, pertama-tama perlu mengetahui besarnya arus yang mungkin timbul saat
terjadi gangguan baik untuk kondisi berbeban atau pun kondisi tanpa beban.
Untuk menentukan setting rele arus gangguan, perlu mengetahui besarnya arus
gangguan yang mungkin terjadi pada sistem. Single line diagram trafo di GI
Ssc
BUS 6.52
0
150
MVA = 60 MVA
KV = 150/20
KV
Xt = 13 06 %
ZS
BUS
v
20 +
E
-
51
Data-data yang perlu diketahui untuk menghitung besarnya arus gangguan antara
lain:
a. Short circuit level adalah besarnya arus hubung singkat jaringan dalam kondisi
tanpa beban (dalam hal ini pada bus bar 150 kV). Data ini dapat diperoleh dari
PLN P3B (terlampir), pada gardu induk Tangerang besarnya short circuit level
adalah Isc = 25.095 Ampere sehingga MVA dapat dihitung dengan menggunakan
kV 2 150 2
Zsc = j =j = j3,45 (nilai pada sisi primer 150 kV)
MVA 6.520
atau besarnya impedamsi sumber (Zsc) dihitung dari nilai sisi sekunder yaitu :
2
kV(sekunder )2 Zsc = 20 xj3,45 = j0,016
Zsc =
kV(primer)2 150 2
b. Impedansi trafo diketahui dari name plate trafo akan dapat diketahui besarnya
Daya : 60 MVA
Tegangan : 150/20 kV
52
20 2
Impedansi (ZT) : 13,036% x = j0,869 Ohm
60
60.000
Arus nominal primer = = 231 Ampere (menggunakan CT : 300/5 A)
3x150
60.000
Arus nominal sekunder = = 1.732 Ampere(menggunakan CT:2000/5 A)
3x 20
c. Beban terpasang dan impedansi jaringan distribusi diketahui dari data PLN
cabang Tangerang, besarnya daya yang terpasang pada trafo adalah 54 MVA dan
positif dan negatifnya adalah (0.076+j0.1)Ohm/Km dan urutan nol nya adalah
(0.990+J0.630) Ohm/Km.
Secara umum, gambar single line diagram trafo dengan jaringan distribusinya adalah
sebagai berikut :
Beban
F
ZT ZD
.
F
ZSC
+ ZL
E
-
53
a. Perhitungan arus gangguan pada titik F kondisi tanpa beban (10 KM dari G-
sebagai berikut :
3E
I-tanah =
( Z1 + Z 2 + Z 0 + 3.Z N )
3x 20.000x 0.577
=
(0,76 + j1,885 + 0,76 + j1,885 + 9,90 + j7,233 + 36)
34.641
= = 712 -130 Ampere
48,6813
E 3 20.000x 0.557 x 3
I- = =
Z1 + Z 2 0,76 + j1,885 + 0,76 + j1,885
20.000
= = 4.914 68 0 Ampere
4,0768
20.000
E 3 11.547
I3 = = = = 5.674 68 0 Ampere
Z1 0,76 + j1,885 2,0368
54
( Z SC + Z T + Z D ) xZ L 15.0468
ZTH = (ZSC + ZT +ZD)//ZL = = = 1.7955 0
Z SC + Z T + Z D + Z L 8.3768
( Z SC 0 + Z T 0 + Z D 0 ) xZ L 0
Z0 = (ZSC0 + ZT0 +ZD0)//ZL0 =
Z SC 0 + Z T 0 + Z D 0 + Z L 0
90.7236
= = 4.84130
18.7523
ZL 7,40
ETH = x11.547 = x11.547 = 10.209 68 0
Z SC + ZT + ZD + ZL 8.3768
3E TH
I-tanah =
( Z1 + Z 2 + Z 0 + 3.Z N )
3x10.209
=
(1,03 + j1,47 + 1,03 + j1,47 + 4,7 + j1,09 + 36)
30.627
= = 714 -130 Ampere
435,4
E TH 3 10.209x 3
I- = =
Z1 + Z 2 1,03 + j1,47 + 1,03 + j1,47
7.683
= = 4.939 55 0 Ampere
3,5855
E TH 10.209
I3 = = = 5.703 55 0 Ampere
Z1 1,7955
Perbandingan arus gangguan pada kondisi tanpa beban dengan kondisi berbeban
Tabel 4-1
55
Perbandingan arus gangguan kondisi tanpa beban dengan kondisi berbeban
Pada tabel 4.1 dapat diilustrasikan bahwa arus gangguan kondisi tanpa beban lebih
kecil jika dibandingkan dengan arus gangguan kondisi berbeban, oleh karena itu
penyetelan rele menggunakan hasil perhitungan arus gangguan pada kondisi tanpa
beban.
4.2.1 Rele Arus Lebih Definite untuk Gangguan Fasa (Phasa Over Current
Relay)
1.1xIn 1.1x1.732
Iset1 = = = 2.117 Ampere
Id / Ip 0,9
56
Iset = Iset2 bila Iset2 < Iset1
Dimana :
Id/Ip = Perbandingan arus kembali dengan arus kerja rele ( harus >0,7 )
pembangkitan minimum.
c. Setting waktu, dimana pada trafo TT/TM setting waktunya harus dikoordinasikan
dengan rele jaringan tegangan menengah. Setting waktu rele trafo adalah lebih
lambat antara 0,5 1,0 detik daripada rele di jaringan tegangan menengah.
4.2.2 Rele Arus Lebih Inverse Untuk Gangguan Fasa (Phasa Over Current
Relay)
a. Setting arus dengan kelambatan waktu sesuai persamaan 3.6 setting rele proteksi
Dimana In adalah arus nominal trafo daya atau trafo arus (dipilih harga terendah)
dalam hal ini arus nominal trafo daya lebih rendah dari pada arus arus nominal
trafo arus.
57
c. Pemilihan kurva karakteristik waktu, yang mana karakteristik waktu rele trafo
dipilih sedemikian hingga pada arus hubung singkat fasa tiga maksimum, kurva
rele trafo berada antara 0,5 1,0 detik diatas kurva rele JTM.
t
a
arus
I hs
a. Setting arus, untuk penentuan setting rele hubung tanah harus memperhatikan
besarnya arus hubung singkat satu fasa, arus ketidak seimbangan beban dan arus
Namun demikian untuk menghindari kerja rele yang tidak semestinya, setting
rele hubung tanah tidak boleh kurang dari 0,1 x In trafo arus.
Setting rele hubung tanah dapat ditetapkan antara 0,1 ~ 0,2 x In trafo arus, sesuai
58
Iset = 0,1 x 2000 = 200 Ampere ( Is = 0.5 A)
b. Setting arus untuk elemen instantaneous, dikarenakan arus hubung singkat satu
fasa dibatasi oleh resistor pentanahan sebesar 1000 A untuk trafo tenaga 30MVA
atau 1800 A untuk trafo tenaga 60 MVA, sedangkan arus ketahanan kabel adalah
c. Setting waktu, dimana waktu kerja rele ini tidak perlu dikoordinasikan dengan rele
lain, sehingga waktu kerjanya dapat distel sesingkat mungkin, tetapi untuk
menghindari kesalahan pembacaan alat ukur, maka ditetapkan setting waktu 0,4 ~
0,5 detik.
Tabel 4-2
59
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari uraian dalam pembahasan tugas akhir ini dapat diambil kesimpulan bahwa :
berbeban lebih kecil dibandingkan dengan arus gangguan tanpa beban, maka
beban.
gangguan yang paling rendah, sehingga rele akan tetap bekerja jika timbul
PMT, berfungsi untuk melindungi trafo terhadap arus gangguan dari jaringan
distribusi.
NGR sebesar 1.000A untuk trafo 30MVA dapat terpenuhi karena berdasarkan
hasil perhitungan , besarnya arus hubung singkat satu fasa ke tanah adalah
714A.
60
berlebihan terhadap kebutuhan konsumen dapat membahayakan peralatan dan
sistem.
f. Sistem proteksi merupakan salah satu dari beberapa sistem yang mendukung
5.2 SARAN
Dengan adanya evaluasi perhitungan koordinasi proteksi trafo gardu induk ini
terjadi di trafo gardu induk sehingga kinerja yang dihasilkan bias efektif dan efisien.
Evaluasi ini dapat juga di kembangkan untuk melakukan analisa di trafo gardu induk
yang lain.
61
DAFTAR PUSTAKA
[1] Supervisi Relay Proteksi Transmisi dan Gardu Induk, Jasa Pendidikan dan
[5] Paul M Anderson, Analysis of Faulted Power System, The Iowa State
University, 1973