Disusun Oleh :
TUGAS AKHIR
LEMBAR PERNYATAAN
Menyatakan bahwa tugas akhir ini hasil karya sendiri dan bukan publikasi yang
(Achmad Fauzie)
LEMBAR PERSEMBAHAN
Jakarta
2008
ABSTRAK
Dengan pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang berada jauh dari pusat beban,
maka akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik.
Kerugian tersebut disebabkan oleh saluran yang cukup panjang. Sehingga dalam
penyaluran daya listrik melalui transmisi akan mengalami tegangan jatuh (voltage
drop) sepanjang saluran yang dilalui.
Ada beberapa cara untuk memperbaiki jatuh tegangan, dan salah satunya
adalah menggunakan metode sadapan berbeban (on load tap changer) yang terdapat
pada transformator daya. Kenaikan dan penurunan tegangan dapat dilakukan dengan
menambah atau mengurangi jumlah tap yang terdapat pada transformator daya.
Dari analisa terhadap GITET Kembangan diperoleh bahwa dengan
menaikkan tegangan pada gardu induk melalui perubahan tap pada transformator
daya dapat meningkatkan atau menurunkan tegangan pada ujung pelayanan hingga
ke batas-batas toleransinya.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Pengaturan
tegangan trafo IBT 500 / 150 kV dengan menggunakan sadapan berbeban (OLTC)
pada GITET Kembangan”, sesuai pada waktunya.
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi syarat guna
mencapai gelar keserjanaan strata satu (S1) pada Jurusan Teknik Elektro, Program
Studi Teknik Tenaga Listrik, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Dalam pelaksanaan pembuatan tugas akhir ini, banyak halangan dan
rintangan yang harus dilalui, namun hal itu tak terasa memeberatkan karena banyak
bimbingan dan bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak, untuk itu penulis
ucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan tersebut antara lain kepada:
1. Bapak, DR.Hamzah Hilal sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dan pemikirannya agar tugas akhir ini dapat lebih baik.
2. Bapak, Ir. Budi Yanto Husodo, MSc. Selaku kaprodi jurusan teknik elektro,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu buana.
3. Bapak, Ir. Yudhi Gunardi, MT. Selaku koordinator tugas akhir Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana.
4. Seluruh Staff dosen pengajar Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Mercu Buana.
5. Bapak, Wijiyanta, selaku suvervisor GI/GITET Kembangan, seluruh staff dan
operator PT. PLN (Persero) UPT Jakarta Barat GITET Kembangan.
6. Kedua orang tuaku dan kedua adik ku tersayang yang tidak henti-hentinya
memberikan do’a, dukungan, dan semangat untuk segera menyelesaikan tugas
akhir ini.
7. Calon istriku tercinta mencintaiku dan tersayang menyayangiku, Effy
Theresnawati. “ Ini Maharnya sudah aku penuhi sayang, asamu cinta terakhirku “
jadi juga niey awal 2009 amien 1418 x.
8. Kedua orang tua dan keluarga effy yang selalu mendukung untuk segera
menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Pandi Achmad beserta keluarga, yang telah memberikan ide dan membantu
dalam tugas akhirku ini.
10. Teman–teman satu perjuangan, Control Line di UPT Jakarta Barat, akhirnya gaji
kita naik juga.
11. Teman-teman ATB yang selalu memberikan ku semangat, om Rahman dan teh
Utin, Bayu idung, Panzoel bolot,ST, Dicky doyok, Ateng, bang Medhi,ST, Gigon
(lo pasti bisa), bang Chemer,ST, Andi kuping, Kampleng (gering), Tutung, Adit
Cireng, P’unk, Chongor, Orton, Doni, zbeng, RF online, AthifaZahra, dan
seluruh temen-temen ATB yang nggak bisa disebutkan satu-persatu terima kasih
untuk doanya dan motifasinya “ love you all ”.
12. Getex, Nangor, Sulis, Kong Haji Eldin.ST, Kustian, Firman baik, Fitriana,
Firman jahat, Jendral Fitri Haryadi, Bocah gondrong Wage, Gatot, Iwan Bak’s,
Go Far, Orang ganteng Toto, Iyos, Abruce, Renold, Ocha, Jawe, Heri bapa, Seno,
dan Teman-teman seperjuanganku di teknik Elektro lainnya khususnya angkatan
2002 yang tidak bisa disebutkan semuanya ” love you all ”
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan,
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan laporan tugas akhir ini. Semoga penulisan laporan tugas akhir ini
berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Achmad Fauzie
( 01402 – 001 )
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Sistem ketenagalistrikan saat ini memegang peranan penting dalam membangun di
setiap negara. Perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dengan dibangunnya
pembangkit-pembangkit listrik dan gardu-gardu induk oleh PT PLN (Persero),
dibangunnya pembangkit dan gardu induk tersebut untuk mengatasi ketersediaan
sistem ketenagalistrikan disetiap daerah di Indonesia.
Dengan adanya fakta akan kebutuhan listrik yang meningkat dan tendensi ke
arah industrialisasi di Pulau Jawa yang ada pada saat ini berkembang pesat,
dibutuhkan suatu sistem transmisi dan distribusi yang baik dengan keandalan yang
sangat tinggi agar kelancaran produksi dari industri tersebut dapat berjalan dengan
baik.
Sistem penyaluran tenaga listrik yang besar dengan menginterkoneksikan
beberapa pusat pembangkit serta dengan sekian banyaknya pusat beban, akan
menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah bagaimana mengatur
tegangan agar tetap terjaga pada batasan-batasan standar yang telah disepakati hingga
ke konsumen yang letaknya paling jauh dari pusat pembangkit.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam mengatasi permasalahan
pengaturan tegangan suatu sistem tenaga listrik diantaranya:
a. Pengaturan VAR Generator.
b. Operasi Switching Shunt Capasitor.
c. Operasi Switching Shunt Reactor.
d. Operasi SVC (Static VAR Compensator).
e. Pembangkitan VAR dari SUTET.
f. Pengaturan Tap Changer Transformator.
Tegangan pada titik pelayanan tidak mungkin konstan, hal ini disebabkan
adanya variasi beban yang terjadi. Apabila beban naik maka tegangan pelayanan
akan turun, sebaliknya apabila beban turun maka mengakibatkan tegangan naik.
Dengan adanya variasi beban yang terjadi pada sistem, maka trafo harus di
fasilitasi sadapan (tap changer) sebagai pengatur tegangan pada semua tingkatan
sistem tegangan.
Tugas akhir ini akan membahas mengenai penggunaan sadapan dengan
berbeban (On Load Tap Changer) sebagai pengatur tegangan pada transformator
gardu induk transmisi 500/ 150 kV.
1.2. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk membahas penggunaan sadapan
beban (On Load Tap Changer) sebagai pengatur tegangan pada transformator gardu
induk transmisi 500/ 150 kV.
BAB II
ELEMEN PENYALURAN TENAGA
LISTRIK
2.1 PENDAHULUAN
Pengoperasian sistem tenaga listrik pada umumnya memiliki tujuan untuk menjaga
agar sistem tetap dalam kondisi normal dimana hal – hal berikut di bawah ini harus
dipenuhi oleh perusahaan pemasok tenaga listrik yaitu:
a. Keandalan, frekuensi dan waktu pemutusan karena gangguan harus diusahakan
sekecil mungkin dan sesingkat mungkin.
b. Kualitas / mutu, tenaga listrik yaitu tegangan dan frekuensi yang dipasok pada
konsumen harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
c. Ekonomi, dimana biaya produksi harus optimal, dengan tetap mempertahankan
keandalan dan mutu tenaga listrik.
Keandalan dan kualitas di satu pihak dan ekonomi di pihak lain saling
bertentangan, tetapi dalam kondisi operasi normal hubungan ketiga faktor tersebut
harus dapat dipenuhi pada titik yang dapat diterima sesuai dengan karakteristik
sistem. Dalam hal ini tidak ada titik yang optimal yang pernah dicapai, hal ini sangat
tergantung pada komposisi pembangkitan, keadaan jaringan dan kebijakan
perusahaan listrik yang bersangkutan.
150kV
(1.10)
Gambar 2.2. Skema Pusat Listrik yang dihubungkan melalui Saluran Transmisi ke
Gardu Induk[6]
Transmisi adalah bagian yang menyalurkan energi listrik dari pusat listrik ke
pusat beban yang diterima oleh gardu induk, disingkat (GI) seperti pada gambar 2.2
Bagian transmisi ini pun dibagi atas dua bagian, yaitu bagian transmisi primer dan
transmisi sekunder. Pembagian itu dilakukan dengan proses transformasi di dalam
trafo tenaga atau sering disebut trafo daya pada gardu induk.
Transmisi sekunderlah yang dihubungkan pada jaringan distribusi primer
atau disebut juga tegangan menengah, yaitu jaringan yang menghubungkan gardu
induk dengan gardu distribusi yang biasanya menggunakan tegangan distribusi 20
kV.
Di dalam penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit sampai dengan
pelanggan pengguna tenaga listrik, komponen yang utama dalam penyaluran tersebut
adalah:
a. Saluran transmisi
b. Transformator
c. Saluran distribusi.
Dalam bab ini akan dikemukakan dua komponen saja yaitu saluran transmisi
dan transformator.
2.3. SALURAN TRANSMISI
2.3.1. Umum
Saluran transmisi membawa tenaga listrik dari pusat-pusat pembangkitan kepusat-
pusat beban melalui saaluran tenaga listrik tegangan tinggi 150 kV, atau melalui
saluran ekstra tinggi 500 kV. Trafo penurunan akan merendahkan tegangan ini
menjadi tegangan transmisi 150 kV, yang kemudian di gardu induk (GI) diturunkan
lagi menjadi tegangan distribusi primer 20 kV. Pada gardu induk distribusi yang
tersebar di pusat-puast beban, tegangan diubah menjadi tegangan rendah 220/380 kV
seperti pada gambar (2.1).
Peningkatan tegangan pada saluran transmisi mempunyai nilai ekonomis
yang sanghat penting, mengingat keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
a. Untuk penyaluran daya yang sama, arus yang dialirkan menjadi berkurang, ini
berarti penggunaan bahan tembaga pada kawat penghantar akan
berkurang
dengan bertambah tingginya tegangan transmisi.
b. Luas penampang konduktor yang digunakan berkurang, karena itu struktur
penyangga konduktor menjadi lebih kecil.
c. Oleh karena arus yang mengalir di saluran transmisi menjadi lebih kecil, maka
jatuh tegangan juga menjadi lebih kecil.
Akan tetapi, dengan bertambah tingginya tegangan transmisi, berarti jarak bebas
antara kawat penghantar harus lebih lebar, panjang gandengan isolator harus lebih
besar, yang berarti meningkatnya biaya menara dan konstruksi penopang. Dilihat
dari jenisnya, dikenal dua macam saluran transmisi yaitu:
a. Saluran udara (overhead line), yang menyalurkan tenaga listrik melalui kawat-
kawat yang digantungkan pada tiang-tiang transmisi dengan perantara isolator.
b. Saluran bawah tanah (underground cable), yang menyalurkan tenaga listrik
melalui kabel bawah tanah.
Meskipun saluran bawah tanah lebih aman dan sesuai dengan persyaratan,
namun biaya pembangunannya jauh lebih mahal dibandingkan dengan saluran udara,
disamping bila terjadi ganguan hubungan singkat dan lain sebagainya, perbaikanya
juga lebih sukar dilakukan. Energi listrik arus bolak-balik dapat disalurkan dengan
beberapa cara seperti dapat dilihat pada gambar 2.3.
.
Gambar. 2.3a Fasa tunggal, dua kawat Gambar. 2.3b Fasa tiga, tiga kawat
2.3.2.1. Tahanan
Tahanan dari penghantar-penghantar yang sering digunakan dalam penyaluran
tenaga listrik begitu juga pada saluran transmisi. Nilai tahanan pun berubah sesuai
dengan suhu menurut rumus di bawah ini[6]:
Rt Rt 0 1 t t (2.1)
dimana: 0
Rt = tahanan pada suhu t 0C
Rt0 = tahanan pada suhu t0 0C
= koeffisien suhu massa konstan
Penghantar-penghantar dengan garis tengah (diameter) yang besar
mempunyai harga tahanan bolak-balik efektif yang lebih besar karena efek kulit;
meskipun demikian pengaruh ini tidak besar dan dapat diabaikan.
2.3.2.2. Iduktansi
Induktansi fasa tiga pada umumnya berlainan untuk masing-masing kawat. Namun,
karena perbedaannya kecil, nilai induktansi dari penghantar yang ditransposisikan
yang diambil, bila ketidak-seimbangan tidak besar.
Untuk susunan kawat seperti tertera pada gambar 2.4 (reaktansi induktif
urutan positif) dari saluran yang ditransposisikan dinyatakan oleh W. A. Lewis
sebagai[6]:
X 0.004657 f log S
/ mile (2.2)
L 10
GMR
dimana:
f = frekuensi
S = geometric mean distance = 3Dab Dbc Dca
r
GMR = geometric mean radius = .
K
r = jari-jari kawat
K = konstanta
Oleh karena itu maka induktansinya dapat dihitung:
L l 0.4605log
(mH/km) (2.3)
r
10
S
dimana:
l = induktansi karena fluks magnet dalam kawat
= 0.05 untuk kawat dengan penampang bulat 1
Demikian juga induktansi urutan negatif sama dengan induktansi urutan
positif.
Oleh karena arus melalui tanah, maka induktansi saluran transmisi yang
memakai tanah sebagai penghantar kembali (return circuit) lebih besar dari yang
diperkirakan bila tanah mempunyai konduktansi tak terhingga. Oleh sebab itu pula
induktansi berubah dengan jalan yang dilalui dan frekuensinya.
Untuk saluran transmisi fasa tunggal dengan saluran kembali seperti pada
gambar 2.5. nilai induktansi urutan nol dengan arus yang mengalir secara konsentris
pada kedalaman H dinyatakan oleh:
h
L01 0.1 (mH/km) (2.4)
0.4605log10 H
dimana: r
h H 2He (2.5)
He = kedalam relatip
= 300 m untuk lapisan (stratum) batu.
= 600 m untuk daerah pegunungan.
Untuk saluran transmisi fasa tiga dengan satu rangkaian atau fasa tiga dengan
dua rangkaian, induktansi urutan nolnya adalah:
Bila harga sebenarnya tidak dapat diukur, maka nilai-nilai berikut dapat
digunakan:
L03 = 4,5 mH/km
L06 = 7,5 mH/km
2.3.2.3. Kapasitansi
Bila saluran seimbang (balanced) maka harga pendekatan untuk kapasitansi (seperti
pada induktansi) dapat digunakan. Untuk penghantar dengan jari-jari r, maka
kapasitansi urutan positif atau negatif dinyatakan oleh:
0,02413
Cn D (2.9)
log10
r
Z = R + jX (2.11)
ES = Er + IR cos r + IX sin r (2.12)
Ir cosr
Es Er I
ER = ( R cos + X sin ) (2.13)
=
ER Er r
dimana:
Z = impedansi saluran
R = tahanan saluran
X = induktansi saluran
Es = tegangan pangkal pengiriman
Er = tegangan ujung penerimaan
Ir = arus pada ujung penerimaan
Cos r = factor daya pada ujung peneriman
ES AE r BI r (2.18)
I S CER DIr (2.19)
A cosh yz (2.24)
B z /y sinh yz (2.25)
C y / z sinh yz (2.26)
D cosh yz (2.27)
2.4. TRANSFORMATOR
2.4.1. Umum
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi
listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator
digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika.
Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan
yang sesuai, dan ekonomis untuk setiap-setiap keperluanya misalnya kebutuhan akan
tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh.
Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokkan
menjadi:
a. Transformator daya.
b. Transformator distribusi.
c. Transformator pengukuran: yang terdiri atas transformator arus dan transformator
tegangan.
Kerja transformator yang berdasarkan induksi-elektromagnet, menghendaki
adanya gandengan magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Gandengan magnet
ini berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama.
Berdasarkan pada cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua macam
transformator, yaitu tipe inti dan tipe cangkang.
900 900
1 = - N1 d (2.30)
dt
d (maks sinwt
1 = - N1
) = - N1 w maks cos wt (2.31)
dt
(tertinggal 900 dari )
Harga efektifnya[5]:
Sehingga,
E1 N1
E2 = N2 (2.36)
E1 V1 N = a (2.37)
=
E2 V =
1
N
2
dimana: 2
a = perbandingan transformasi
Dalam hal ini tegangan induksi E1 mempunyai kebesaran yang sama tetapi
berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.
Gambar 2.11a Arus pemagnetan pada trafo Gambar 2.11b Diagram fasornya
2.4.4. Transformator Berbeban
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL , maka I2 mengalir pada
kumparan sekunder seperti yang terlihat pada gambar 2.12, di mana I2 = V2 /ZL
dengan 2 = faktor kerja beban.
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2I2 yang
cenderung menentang fluks ( bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan I .
M
)
Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumpuran primer harus mengalir
arus I’2, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga
keseluruhan arus yang mengalir pada kumpuran primer menjadi[5]:
I1 = I0 + I’2 (2.38)
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan
oleh arus pemagnetan IM saja, berlaku hubungan:
N 1I M N 1I1 N 2I 2 (2.40)
N 1I N 1 (I I '2 ) N 2 I (2.41)
M M 2
hingga:
N 1I '2 N 2I 2
(2.42)
Karena nilai IM dianggap kecil maka I’2 = I1
Jadi,
I1 N2N
N 1I1 N 2I atau (2.43)
I2 1
2
2.4.5. Rangkaian Ekivalen
Dalam pembahasan terdahulu telah diabaikan adanya tahanan dan fluks bocor.
Analisis selanjutnya akan memperhitungkan kedua hal tersebut. Tidak seluruh ( )
yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM merupakan fluks bersama ( M), sebagian
darinya hanya mencakup kumparan primer ( 1) atau kumpuran sekunder saja ( 2).
Dalam model rangkaian (rangkaian ekivalen) yang dipakai untuk
menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor 1 dan 2 ditunjukkan
sebagai reaktansi X1 dan X2. Sedang rugi tahanan ditunjukkan dengan R1 dan R2.
Dengan demikian model rangkaian dan vektor diagramnya dapat ditulis seperti pada
gambar 2.13a dan 2.13b.
hingga:
E1 aI2 ZL I2 R2 I2 X 2 (2.47)
Karena:
maka:
Rugi ‘arus eddy’ yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai:
Pe = Ke f2B2maks (2.56)
Jadi, rugi besi (rugi inti) adalah:
PI = Ph + Pe (2.57)
c. Efisiensi, dinyatakan sebagai:
daya _ _ rugi
keluar daya daya _ keluar 1 (2.58)
daya _ keluar _ daya _
_ masuk
rugi
masuk
dimana:
Jadi, I
R2ek P2 (2.62)
2
I
P I R2
2ek (2.63)
i 2
PCU
Persamaan di atas mengartikan bahwa untuk beban tertentu, efisiensi
maksimum terjadi ketika rugi tembaga = rugi inti.
Perubahan efisiensi terhadap faktor kerja (cos ) beban dapat dinyatakan
sebagai:
1 _ rugi
(2.64)
V2 I 2 cos _
1 rugi
_ rugi /V2 I 2 (2.65)
cos _ rugi /V2 I
2
X / cos 1 X / cos
1
(2.67)
Hubungan antara efisiensi dengan beban pada cos yang berbeda-beda
tergantung pada faktor dayanya.
2.4.8. Transformator Dalam Rangkaian Fasa Tiga
Tiga transformator berfasa tunggal dapat dihubungkan untuk membentuk susunan
(bank) fasa tiga dengan salah satu cara seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.19.
Di keempat bagian gambar ini kumpuran disebelah kiri adalah yang primer yang di
sebelah kanan adalah yang sekunder, dan setiap kumpuran primer dalam satu
transformator dijodohkan dengan kumparan sekunder yang digambarkan paralel
dengannya. Juga diperlihatkan tegangan dan arus yang dihasilkan dari tegangan antar
saluran primer V yang diberikan dalam seimbang (balanced imprssed) serta arus
saluran I, bila perbandingkan lilitan primer dan sekunder N1 / N2 adalah a, dan
diasumsikan transformatornya ideal.
Disini perlu dicatat bahwa, untuk tegangan antar saluran (line-to-line) dan
kVA total yang tetap, beban kVA ukuran dari bank (susunan), tanpa memandang
hubungan apa yang digunakan. Tetapi tegangan dan arus ukuran dari masing-masing
transformator tergantung pada hubunganya.
Hubungan biasa digunakan untuk menurunkan tegangan, dari
tegangan tinggi ke tegangan menengah atau rendah. Satu di antara alasannya adalah
karena dengan begitu, untuk membumikan pada sisi tegangan tinggi telah tersedia
saluran netral. Dapat dibuktikan bahwa ini merupakan suatu cara yang banyak hal
sangat diharapkan. Sebaliknya, hubungan biasa digunakan untuk menaikkan
tegangan tinggi.
Hubungan mempunyai keuntungan bahwa satu transformator dapat
dipindahkan untuk perbaikan atau perawatan sementara dua tertinggal terus berfungsi
sebagai bank fasa tiga dengan rating yang turun sampai 58 % dari bank yang asli, ini
dikenal sebagai hubungan delta-terbuka, atau hubungan V. Hubungan jarang
digunakan karena kesukaran dengan gejala arus peneralan.
I aI / 3 I aI / 3
V/a
V/ 3 V / 3.a V
I / 3.V
3 /
V a
aI
I aI I aI
V/ 3 V / 3.a
V V/a V V/a
I / 3 aI / 3
Gambar 2.19. Hubungan transformator fasa tiga, kumpuran-kumpuran transformator
dinyatakan oleh garis-garis tebal[1].
Dari vektor diagram yang dapat dilihat pada gambar 2.20b diketahui bahwa arus IA
(arus jala-jala) adalah 3 x IAB (arus fasa). Tegangan jala-jala dalam hubungan delta
sama dengan tegangan fasanya.
VA hubungan delta = VP I P
(2.72)
LL
= 3 VL (2.73)
3
= 3 VL LL (2.74)
2.4.8.2. Transformator fasa tiga hubungan bintang ( Y )
Arus transformator fasa tiga dengan kumpuran yang dihubungkan secara bintang yaitu:
IA, IB, dan IC, masing-masing berbeda fasa 1200.
B
VCA VCN
VAN (2.77)
VBC
A VAN VBN
IA
B IB VAB
IN
N
IC VCN
VCA
C
Dari gambar 2.21a dan 2.21b terlihat bahwa untuk transformator hubungan
bintang berlaku hubungan:
2.4.9. Ototransformator
Prinsip ototransformator dalam hal ini dikembangkan dengan rujukan khusus pada
transformator berkumpuran dua. Biasanya dapat juga digunakan pada transformator
yang lain daripada yang memunyai dua kumpuran terpisah. Aspek yang berhubungan
dengan ototransformator dan transformator rangkaian ganda akan ditinjau dalam hal
ini.
Ditinjau dari terminalnya, pada dasarnya efek transformasi yang sama pada
tegangan, arus dan impedansi dapat diperoleh dengan hubungan pada gambar 2.22,
seperti pada transformator normal dengan dua kumpuran terpisah seperti yang
diperlihatkan pada gambar 2.22b. Dalam gambar 2.22a kumpuran bc adalah milik
bersama bagian rangkaian primer dan sekunder. Transformator jenis ini disebut
ototransformator (autotransformer). Sebenarnya tidak lain dari trasformator normal
dihubungkan dengan cara khusus.
a
NH
b
c
NX
NH NX
3.1. UMUM
Tujuan utama dari kendali tegangan sistem ialah penggunaan setiap daya dan
tegangan menjadi ekonomis, yaitu tegangan yang digunakan sesuai dengan tegangan
yang didesain dari peralatan yang dipakai, sampai pada suatu batas nilai tertentu.
Kebanyakan hampir semua peralatan yang dipakai, dibuat untuk suatu nilai tegangan
tertentu, yaitu tegangan nominal dan nilai tegangan ini tercantum pada papan
pengenal. Secara ekonomis, tidaklah mungkin tegangan yang disalurkan untuk setiap
sistem jaringan listrik dibuat konstan sesuai dengan tegangan yang tertera pada papan
pengenal peralatan yang dipakai. Untunglah semua peralatan listrik mempunyai
toleransi tegangan yang juga sudah dicantumkan pada papan pengenal.
Seperti diketahui, tegangan suplai untuk setiap sistem jaringan tidaklah
mungkin sama, hal ini disebabkan karena adanya impedansi jaringan dari jaringan
yang memasok. Jadi jatuh tegangan selalu ada pada setiap bagian dari sistem tenaga,
mulai dari sumber sampai ke para pelanggan. Agar sistem jaringan pada titik
penerimaan tidak mengalami terlalu banyak penurunan tegangan, maka tegangan
pengirim atau penerima dinaikkan. Mengendalikan suatu tegangan dari satu sistem
ke sistem yang lain pada sistem tenaga listrik agar stabil tentunya dalam batasan
toleransi yang disepakati.
Pengaturan tegangan sistem, tidak lebih dari membuat tegangan yang
diterima oleh sistem jaringan listrik masih dalam batas-batas yang diizinkan, yaitu
dengan menggunakan peralatan pengatur tegangan dan menempatkan pada tempat
yang strategis dari sistem tersebut.
Sebagai perbandingan batas toleransi tegangan pelayanan (apabila pelanggan
tidak memiliki fasilitas pengatur tegangan) untuk beberapa negara adalah sebagai
berikut:
a. Inggris ±6%
b. Amerika ±5%
c. Perancis ± 10 %
d. Rusia ± 5 dan 6%
e. Indonesia + 10 % s/d -5 %
500 150
KV KV Sirkit
3 3
transmisi
(kV) (kV)
72,5 66
170 150
245 220
Tabel 3.2 Sistem arus bolak-balik bertegangan nominal di atas 245 kV (Tegangan
Ekstra Tinggi).
300 275
525 500
Tabel 3.4
Jangkauan dan Langkah Sadapan
Tegangan Jangkauan Sadapan Jangkauan tegangan kerja Langkah
pengenal sadapan di sisi sadapan
(kV) (kV) (kV)
150/20 + 10,5% - 15% 150 165,75 ~ 150 ~ 127,5/20 1,5%
66/20 66 72,93 ~ 66 ~ 56,1/20
150/66 + 10,5% - 15% 150 165 ~ 150 ~ 127,5/66 1,5%
500 550 ~ 500 ~ 475/150 1,25%
500/150 + 10% - 5%
275 288,75 ~ 275 ~
275/150 + 5% - 12,5%
240,62/150
500/275 + 5% - 5% 500 525 ~ 500 ~ 475/275 1,25%
3.4.3. Sadapan Dengan Beban (On Load Tap Changer = OLTC) Pada
Transformator GI Transmisi
Untuk dapat mengendalikan tegangan suplai jaringan transmisi di sisi skunder, dan
menjaga tegangan sistem yang sampai pada GI memenuhi syarat, sekarang lebih
umum dan praktis, melengkapinya dengan suatu alat, seperti pengatur tegangan
berbeban pada sebagian besar GI transmisi (GITET)-nya. Alat itu adalah sadapan
dengan beban (OLTC) yang digunakan untuk mengendalikan/ mengatur tegangan
dari satu sistem ke sistem lain (contohnya, 500 kV ke 150 kV) pada transformator
500/150 kV. Transformator yang dilengkapi dengan peralatan pengubah sadapan
berbeban (OLTC), yaitu tegangan dapat diubah tanpa memutus sirkit. Sadapan (tap)
ini dapat mengubah ratio belitan-belitan dari trafo, tap dapat dibuat pada belitan di
sisi tegangan tinggi maupun pada sisi tegangan rendah. Pemilihan di antara kedua
sisi ini, di dasarkan pada tegangan perlilitan sedapat mungkin konstan menurut
standar Jerman, sadapan (tapping) dipasang pada belitan tegangan tinggi dari trafo
yang bersangkutan. Untuk trafo dengan tegangan sampai dengan 500 kV, daerah
pengaturan ± 1,25% dengan 14 posisi, sedangkan di atas 500 kV daerah pengaturan
±22%, dengan 27 posisi. Sadapan dengan beban pada transformator secara umum
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a. Tipe reaktor
b. Tipe resistor
Gambar 3.4a. Skema sederhana sadapan dengan beban tipe reaktor 9 titik sadapan
dengan transfer switch
Gambar 3.4b. Proses urutan switching (peralihan) dari tap, tipe reaktor.
Gambar 3.5. Proses perpindahan sadapan berbeban tipe resistor Single Compartment
3.4.3.2.2. Double - compartment
Untuk transformator dengan kapasitas yang besar, antara tap-selector dengan arcing
switch-nya ditempatkan secara terpisah. Sedangkan untuk kapasitas kecil, fungsi tap
selector dan arcing switch digabungkan dalam satu perintah pemutus sadapan busur
api (arcing tap switch). Pada gambar 3.6, diperlihatkan desain dasar dari sadapan
berbeban (OLTC) tipe resistor double compartment. Desain ini disebut dengan dua
ruang (double-campartment) dimana tap-selector dan diverter switch dipisah di
dalam ruang yang berbeda, tetapi operasi kedua alat tersebut secara langsung
dikendalikan oleh unit motor yang sama.
Pada gambar 3.7 terlihat bahwa posisi sadapan berada di tap 4, dimana
sedang dalam proses perpindahan dari tap 4 ke tap 5. M1 pertama-tama terbuka lebih
dulu sehingga arus beban akan melewati A1 dengan resistor R1 terhubung seri.
Kemudian A2 menutup sehingga kedua resistor R1 dan R2 terhubung seri antara tap 4
dan 5. Selanjutnya A1 membuka sehingga arus beban beralih ke tap 5 dengan melalui
resistor R2. Terakhir, M2 menutup dan mengambil alih arus beban dari A2. Lamanya
waktu perpindahan sadapan dari tap yang satu kepada tap berikutnya berkisar antar
40 hingga 80 ms.
Gambar 3.7.
Urutan peralihan (switching) dari tap selector dan arcing switch, tipe resistor double-
compartment
dimana:
Vk = nilai mutlak tegangan ujung kirim
Vt = nilai mutlak tegangan ujung terima.
Jadi
V pada persamaan 3.1 merupakan perbedaan secara ilmu hitung antara
tegangan pengirim dan tegangan penerima. Sebagai dasar dalam menghitung V ,
dimisalkan suatu sirkuit fasa tunggal dua kawat, dimana tahanan dan reaktansinya
masing-masing dinyatakan dengan R dan XL dan pada ujung saluran terdapat suatu
beban seperti gambar 3.8.(a)
V
IR cos t
t
IXL sin t
V
k
t
sebab itu BC tegak lurus terhadap OD. Jatuh tegangan IZ adalah penjumlahan
phasor jatuh-tegangan tahanan dan jatuh-tegangan induktif yang pada gambar 3.9.
dinyatakan oleh AC.
Tegangan ujung pengirim Vk diatur sedemikian rupa agar tegangan-ujung
penerima Vt dijaga konstan. Tegangan ujung pengirim Vk dinyatakan oleh OC. Arus
I = OD tertinggal sebesar sudut k terhadap Vk . Oleh sebab itu k merupakan
faktor daya beban yang diukur pada tegangan ujung pengirim. Pada gambar 3.9,
adalah beda fasa antara kedua ujung saluran.
Besaran dari Vk dapat dicari dari segitiga OGC, dimana:
OC2 = OG2 + GC2
= (OF + FG)2 + (GB + BC)2
Karena OC = Vk maka,
Vk2 = ( Vt cos φt + IR )2 + ( Vt sin φt + IXL )2
Jadi tegangan pengirim adalah:
Vk = { ( Vt cos φt + IR )2 + ( Vt sin φt + IXL )2 } ½ (3.2)
Untuk saluran jarak pendek tegangan pada ujung kirim juga dapat dihitung
dengan perhitungan yang lain dengan memperhatikan gambar di bawah ini:
Keterangan gambar: Vk= tegangan pada ujung kirim, Vt= tegangan pada ujung
terima, Ik= arus pada ujung kirim, It= arus pada ujung terima, Z= impedansi
saluran= R + jx
dimana:
Vk = Tegangan pada ujung kirim
Vt = Tegangan pada ujung terima
Ik = Arus pada ujung kirim
It = Arus pada ujung terima
Z = Impedansi saluran = R + jX
Jika Ik = It , maka:
PR
I =
3.VR .cos , (3.5)
dimana:
I = Arus pada sistem
PR = Daya yang disuplai
VR = Tegangan pada
sistem Cos = Faktor daya
V
Vt Vk x100 (3.7)
Vt Vk
Vt biasanya diambil dari tegangan sistem yang bersangkutan, maka dalam hal
ini Vf yang merupakan tegangan fasa sistem. Jadi persamaan (3.7) biasa ditulis
dalam bentuk:
V
%
Vt Vk x100% (3.8)
Vf Vf
Menurut persamaan (3.6) V
Vk Vt IR cos φt + IXL sin φt
V
IRcost IXL sint
% V % x100% (3.9)
Vf
Vf
Di mana Vf adalah tegangan fasa nominal atau tegangan mengenal dari sistem
yang bersangkutan.
PengaturanTegangan(%)
N Penurunan / kenaikanTeganganPerTap(%) (3.10)
BAB IV
ANALISA PENGGUNAAN SADAPAN BERBEBAN
SEBAGAI PENGATURAN TEGANGAN PADA
TRANSFORMATOR IBT 500 / 150 KV DI GITET
KEMBANGAN
4.1. UMUM
Pada umumnya lokasi sumber energi primer konvensional tidak selalu dekat dengan
pusat beban, sehingga pusat pembangkit listrik dibangun pada lokasi yang terpisah
jauh dari pusat beban maka penyaluran daya dilakukan melalui instalasi penyaluran
yaitu berupa saluran transmisi dan gardu induk, keduanya saling terkait satu sama
lain yang tidak dapat dipisahkan.
Perkembangan selanjutnya, beberapa sistem tenaga listrik (sebagai contoh:
Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali) diinterkoneksikan membentuk satu
grup operasional. Peranan instalasi penyaluran semakin penting, konfigurasi
jaringan semakin kompleks dan peralatan semakin banyak, baik dari segi jumlah
maupun ragamnya. Untuk itu peran suatu gardu induk sangatlah penting karena di
samping sebagai pembagi saluran dari dan ke gardu induk lain, perannya sebagai
pendistribusian daya listrik ke konsumen-konsumen sekitar gardu induk tersebut baik
konsumen umum maupun konsumen khusus tegangan tinggi.
Khusus subsistem Jakarta, merupakan gabungan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap dan Pembangkit Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muarakarang, PLTU Suralaya,
PLTGU Priok, dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Gunung Salak
yang dioperasikan paralel dengan Sistem Jawa Bali melalui lima Gardu Induk
Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) yang berada di Jakarta dan sekitarnya, yakni
GITET Kembangan, GITET Gandul, GITET Cibinong, GITET Bekasi, dan GITET
Cawang.
Sistem Jawa Bali menggunakan sistem penyaluran 500 kV, 150 kV, dan 20
kV. Sistem penyaluran 500 kV sangat berperan terhadap kapasitas pasokan pada
interbus Transformator (IBT) 500 / 150 kV yang merupakan penghubung/ penyalur
ke subsistem 150 kV. Trafo IBT berjumlah 32 buah terpasang di 18 GITET (Sistem
Jawa Bali) sedangkan gardu induk (GI) yang dipasok dari subsistem Jakarta terdiri
atas 81 GI dengan total beban terpasang 10.089 MVA.
Vt ( L
L) 500000
= t (L-N) = = 288,67 kV
3 3
Dikarenakan jatuh tegangan di luar batas yang telah ditentukan oleh SPLN
yaitu dengan batas terbesar tegangan minimum sebesar 5 % dari tegangan
nominal 500 kV yaitu 475 kV sehingga tegangan pada ujung terima harus
dilakukan penyadapan. Begitu juga sebaliknya bila tegangan ujung terima
naik hingga 17,5 % dari tegangan nominalnya yaitu 587500 V, maka
tegangan ujung terima harus dilakukan proses penyadapan.
493954,9 500000
= 500000 x 100 %
6045,1
= 500000 x 100%
= - 0,012 x 100%
= - 1,2 %
f. Jumlah langkah penaikan yang diperlukan untuk tegangan pada beban maksimal
sebesar 475000 V adalah:
475000 500000
= 500000 x100%
453000
= 500000 x100%
= - 5%
587500 500000
= 500000 x100%
87500
= x100%
500000
= 17,5%
17,5%
Jumlah langkah sadapan adalah 14 langkah
1,25%
5.1 KESIMPULAN
Secara umum diketahui, bahwa jatuh tegangan pada suatu sistem tenaga listrik,
khusus sistem transmisi tegangan ekstra tinggi (500/150 kV) yang mensuplai sistem
tegangan tinggi (TT) dan juga sistem tegangan menengah (TM), banyak di sebabkan
oleh kenaikkan beban yang dipakai oleh konsumen seperti: industri, perkantoran, dan
perumahan pada jam-jam tertentu.
Tidak konstannya tegangan terjadi dikarenakan beberapa sebab antara lain:
a. Jatuh tegangan yang berubah-ubah, sebagai akibat beban yang berubah-ubah.
Bila beban naik maka tegangan turun begitu pula sebaliknya bila beban turun
maka tegangan naik
b. Karena pembangkitan yang berubah-ubah. Bila suatu pusat pembangkit
beroperasi maka gardu induk dekat pusat pembangkitan tersebut tegangannya
akan naik.
Dengan penggunaan sadapan berbeban (OLTC) pada Gardu IndukTransmisi
(500/150 kV) sebagai pengaturan tegangan yang mensuplai tegangan pada sisi
sekundernya cukup efektif dalam penanggulangi variasi tegangan yang terjadi.
Penggunaan sadapan berbeban (OLTC) dalam pengaturan tegangan tanpa memutus
sirkitnya dan tidak menimbulkan gangguan pada sistem saat penyadapan.
Ada dua tipe sadapan berbeban yang umum digunakan yaitu :
a. Tipe resistor
b. Tipe reaktor
Keduanya memiliki kelebihan, tetapi tipe resistor memilki kelebihan yang
lebih cepat dalam memadamkan busur api.
Untuk transformator dengan kapasitas yang besar seperti trafo pada GI
transmisi menggunakan OLTC tipe resistor double-compartment karena lebih aman
dalam pemutus busur api pada saat proses penyadapan.
Bekerjanya OLTC dipengaruhi oleh besarnya jatuh tegangan, dimana jatuh
tegangan tersebut minimum sebesar 5 % dari tegangan nominal 500 kV yaitu 475 kV
sehingga tegangan pada ujung terima harus dilakukan penyadapan. Begitu juga
sebaliknya bila tegangan ujung terima naik hingga melebihi 10 % dari tegangan
nominalnya yaitu 550000 V maka tegangan ujung terima harus dilakukan proses
penyadapan.
Besarnya tegangan untuk satu kali proses penyadapan adalah sebesar 1,25%
dari tegangan nominal 500 kV. Sehingga tegangan yang dinaikan/diturunkan dalam
satu kali proses penyadapan adalah sebesar 6250 V.
Dari hasil analisis, pada saat terjadi beban maksimal tegangan pada sisi
primer mengalami penurunan sebesar 475 kV atau sebesar 5% dari tegangan yang
direkomendasikan. Untuk itu harus diadakan proses penyadapan dari hasil
perhitungan untuk menaikan tegangan 475 kV menjadi 500 kV dibutuhkan 4
langkah proses penyadapan.
Pada saat keadaan beban normal atau pada tegangan sisi primernya sebesar
493954,9 V dibutuhkan 1 langkah proses penyadapan. Untuk keadaan beban
minimum tegangan sisi primernya mengalami peningkatan sebesar 587500 V maka
dari hasil perhitungan dibutuhkan 14 langkah penurunan tegangan. Sehingga
besarnya tegangan setelah proses penyadapan sesuai dengan batasan-batasan yang
tertuang pada SPLN 1: 1995
5.2 SARAN
Jatuh tegangan suatu sistem tenaga listrik memang tidak dapat dihindari, namun
dapat di minimalkan dan diantisipasi. Untuk menjaga kontinuitas dan mutu tegangan
listrik yang disalurkan sesuai dengan SPLN dan juga untuk menjaga peralatan dari
kerusakan, maka jatuh tegangan harus benar-benar diawasi dan proses penyadapan
harus segera dilakukan pada saat tegangan di luar batasan-batasan toleransi, sehingga
sistem dapat menyalurkan dan mentransmisikan tegangan yang optimal dan juga
menyediakan suatu jaringan transmisi yang memiliki mutu yang tinggi dan aliran
daya yang seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
[2] Arismunandar, A dan Kuwahara, ” Saluran Transmisi jilid II” Penerbit PT.
Pradya Paramita, Jakarta,1981.
[7] Marsudi, D,” Operasi Sistem Tenaga Listrik ” Penerbit Graha Ilmu ,
Yogyakarta,2006.
[9] Zuhal, “Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya” Penerbit Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta ,2000.