Anda di halaman 1dari 86

TUGAS AKHIR

PENGUJIAN METAL CLAD SWITCHGEAR 24 KV DI


PT JAPAN AE POWER SYSTEMS INDONESIA

Diajukan Guna Melengkapi Sebagai syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana

Strata 1 (S1) Teknik Industri

DISUSUN OLEH :

NAMA : BUDI SUWARDI


NIM : 0140211 – 016
JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2009
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Budi Suwardi

N.I.M : 0140211-016

Jurusan : Teknik Elektro

Fakultas : Teknik Industri

Judul Skripsi : Pengujian Metal Clad Switchgear 24 kV di PT Japan

AE Power Systems Indonesia

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini

merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari

penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain,

maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi

berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercu Buana.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Penulis,

Materai Rp.6000

( Budi Suwardi )

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGUJIAN METAL CLAD SWITCHGEAR 24 KV DI


PT JAPAN AE POWER SYSTEMS INDONESIA

Disusun Oleh :

Nama : Budi Suwardi


NIM : 0140211-016
Program Studi : Teknik Elektro

Menyetujui,

Pembimbing Koordinator TA

( Ir. Badaruddin, MT) (Ir. Yudhi Gunardi, MT)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Elektro

(Ir. Yudhi Gunardi, MT)

iii
ABSTRAKSI

Seperti kita ketahui bahwa listrik dari pembangkit tenaga listrik tidak dapat langsung
digunakan pada rumah-rumah, gedung atau sebuah perusahaan. Nilai dari tegangan dan arus
yang berasal dari pembangkit tenaga listrik besar. Listrik dari pembangkit tenaga listrik
terlebih dulu didistribusikan ke substation atau kita sebut gardu induk. Dari substation listrik
kemudian disalurkan kepada pengguna. Jadi substation adalah tempat dimana terdapat alat
yang dapat melakukan pendistribusian listrik yang berasal dari pembangkit tenaga listrik
kepada pengguna. Pendistribusian dilakukan melalui jalur transmisi yang disebut sistem
jaringan tegangan tinggi.

Tujuan dari penelitian ini adalah Pengujian bagian dari substasion yang dapat
mendistribusikan tenaga listrik, peralatan tersebut adalah Metal Clad Switchgear 24 kV yang
akan diuji dari awal pembuatan higga pengiriman agar dapat mengetahui desain dan
penggunaan komponen-komponen elektrikal dan mechanical serta fungsi- fungsi
karekteristiknya. Pengujian ini juga dimaksudkan agar setelah terpasang pada substation
dapat digunakan dengan baik dan benar oleh pelanggan dalam pengoperasian, perawatan dan
menjaga kestabilan pengoperasian Metal Clad Switchgear 24 kV, guna mencegah terjadinya
kesalahan yang berakibat fatal bagi operator dan peralatan yang digunakan dalam sistem
pengoperasiannya.

Untuk menjamin Metal Clad Switchgear 24 kV dapat dihandalkan, maka sangatlah


penting dilakukan pengujian/penelitian terhadap produk tersebut, agar terhidar dari
gangguan-gangguan yang nantinya terjadi pada Metal Clad Switchgear 24 kV itu sendiri.
Ada beberapa bagian yang menjadi perhatian dalam pengujian antara lain: konduktor,
vacuum circuit breaker, trafo arus, trafo tegangan dan sakelar pentanahan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian antara perhitungan dan hasil
perhitungan itu sendiri semuanya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam hal ini
memakai standar pabrik PT Japan AE Power Systems Indonesia, standar internasioanal, IEC
(International electrotechnical Commission) dan BS (British Standard Institution).

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahi rahmanir rahim,


Alhamdulillah segala puji bagi Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya, setelah melewati proses yang sangat panjang dan segala rintangan yang cukup

besar, skripsi dengan judul PENGUJIAN METAL CLAD SWITCHDEAR 24 KV DI PT

JAPAN AE POWER SYSTEMS INDONESIA, akhirnya dapat terselesaikan. Dengan

keterbatasannya, penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini, bahwa sebesar

apapun telah berusaha untuk menyajikan dengan sebaik-baiknya, akan tetap tidak terhindar

dari kesalahan dan masih banyak kekurangan baik mengenai isi maupun cara penyajiannya.

Banyak kendala dan kesulitan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini,

namun berkat dukungan dari berbagai pihak, segalanya dapat teratasi dengan baik.

Untuk itu dengan segenap hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan, terutama penulis tujukan kepada:

1. Bapak Ir. Badaruddin, MT, selaku dosen pembimbing penulis yang begitu besar

memberikan semangat, masukan-masukan, perhatian dan kesabarannya dalam

mengarahkan dan membimbing penulis.

2. Bapak Ir. Yudhi Gunardi, MT, selaku Ketua Jurusan dan Koordinator Tugas Akhir

Teknik Elektro.

3. Seluruh karyawan PT. Japan AE Power Systems Indonesia, terutama pihak-pihak yang

membantu hingga terselesaikannya skripsi ini serta rekan-rekan sejawat …… terima

kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam memberikan data dan informasi untuk

membantu penelitian penulis. Terima kasih atas semuanya.

4. Kedua orang tuaku, terima kasih atas pengertiannya, doanya, dukungannya yang tak

terhingga, penulis takkan pernah melupakan segala pengorbanan, kasih sayang yang tulus

v
dan air mata………. Semua itu takkan pernah terbalaskan. Semoga penulis selalu bisa

membahagiakan ayah dan ibu………

5. Bapak (alm) Ahmad Zubaedi beserta ibu dan (alm) Eko Widyatmoko, terima kasih atas

dukungan dan kebaikan yang diberikan….. Terima kasih atas semua.

6. Sahabat-sahabatku: Tarto, Abot, pak Azhari dan yang lain, terima kasih sudah menjadi

teman yang paling mengerti.

7. Bapak Sonjaya, terimakasih atas bimbingannya pak…. Semoga semuanya di balas oleh

Allah SWT... Salam buat keluarga dan orang-orang Cilegon…

8. Teman-teman di angkatan 1 PKSM Elektro Mercu Buana.

9. Yang teristimewa khusus penulis tujukan untuk Istri tercinta, yang selalu mendoakan,

menemani dalam segala hal dan mencurahkan banyak waktu, fikiran, perhatian dan kasih

sayang yang tak terhingga, yang juga memberikan dukungan baik moril maupun

materiil….. terima kasih ya….. terima kasih telah mencintaiku.

10. Yang tersayang buah hati penulis Danish Abrisam P. Ramadahandi,… Semoga menjadi

anak yang berbakti pada ayah bunda…

Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuannya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, harapan penulis semoga hasil karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, September 2009

Penulis,

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

ABSTRAKSI ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………..1

1.2 Pokok Permasalahan ………………………………………………. 3

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 3

1.4 Ruang Lingkup Masalah …..……………………………………… 4

1.5 Metodelogi Penulisan ……………………………………………. 5

1.6 Sistematika Penulisan …………………………………………….. 6

BAB 2 DASAR TEORI ……………….............................................................. 7

2.1 Sekilas Tentang Switchgear ............................................................ 7

2.2 Beberapa Jenis Switchgear ............................................................. 8

2.3 Penjelasn Umum Jenis dan Fungsi Komponen .............................. 9

2.4 Sakelar Tegangan Tinggi (Disconnecting Switch) …………….… 12

2.4.1 Sakear Pemisah ………………………………………...... 13

vii
2.4.2 Sakelar Beban ………………………………………..... 14

2.4.3 Sakelar Daya ………………………………………….. 15

2.5 Sakelar Pentanahan (Earthing Switch) ……………………....... 16

2.6 Bushing …………………........................................................... 17

2.7 Vacuum Circuit Breaker (VCB) .................................................. 19

2.7.1 Sifat-sifat Mekanis …………........................................... 19

2.7.2 Media Vacuum ................................................................. 20

2.7.3 Konstruksi Vacuum Circuit Breaker ................................ 21

2.7.4 Ruang Vacuum …………………………………………. 22

2.7.5 Mekanisme Operasi …………………………………….. 23

2.7.6 Kontak-kontak ………………………………………….. 24

2.7.7 Prinsip Kerja Vacuum Circuit Breaker ………………… 25

BAB 3 KARAKTERISTIK KOMPONEN-KOMPONEN

METAL CLAD SWITCHGEAR 24 KV ................................................. 27

3.1 Konduktor (busbar) ........................................................................... 27

3.1.1 Arus Nominal ....................................................................... 27

3.1.2 Pencegahan Kelembapan Pada Metal Clad Switchgear ...... 28

3.1.3 Material dan Bentuk Konduktor ………............................. 30

3.1.4 Isolasi/Penyekatan ………………………………………. 33

3.1.5 Kondisi Lingkungan Pemasangan Metal Clad Switchgear.. 34

viii
3.2 Jenis Vacuum Circuit Breaker PT Japan AE Power Systems

Indonesia ....................................................................................... 35

3.2.1 Pengoperasian Tombol Manual …........................................ 36

3.2.2 Pengoperasian Elektro Magnetis ……………………......... 37

3.3 Trafo Arus ………………………………………………................. 38

3.3.1 Fungsi Trafo Arus …………................................................ 40

3.3.2 Konstruksi Trafo Arus ……………...................................... 40

3.3.3 Prinsip Kerja Trafo Arus …………………............................. 40

3.3.4 Standar Arus Primer dan Arus Sekunder ............................. 41

3.3.5 Kesalahan Arus (current error) …………………….………. 41

3.3.6 Kelas Ketelitian Trafo Arus …............................................... 42

3.3.7 Hubungan Terbuka Sisi Sekunder ………………................. 43

3.4 Trafo Tegangan …………………………………………................. 44

3.4.1 Konstruksi Trafo Tegangan ….............................................. 45

3.4.2 Spesifikasi Trafo Tegangan ................................................ 45

3.4.3 Kesalahan Tegangan ……………………………………. 46

3.4.4 Kelas Ketelitian Trafo Tegangan ……………………….. 47

BAB 4 ANALISA PEGUJIAN METAL CLAD SWITCHGEAR ……………. 48

4.1 Visual dan Konstruksi ....................................................................... 50

4.1.1 Lapisan Pelindung (pengecatan) …………………………. 50

4.1.2 Tingkat Kelembapan (pemanasan) ………………………. 51

4.1.3 Koordinasi Penyekatan …………………………………. 53

ix
4.2 Pengujian Vacuum Circuit Breaker ............................................... 53

4.2.1 Pengukuran Tahanan Coil Close dan Trip ………………… 53

4.2.2 Timing Test ………………………………………………. 54

4.3 Pengujian Sambungan Kabel …………………………………… 56

4.4 Pengujian Interlok ……………………………………………… 57

4.5 Pengujian Tahanan Konduktor …………………………………. 58

4.6 Pengujian Polaritas Trafo Arus dan Trafo Tegangan ………….. 61

4.7 Pengujian Rasio Trafo Arus ……….…………………………... 62

4.8 Pengujian Rasio Trafo Tegangan ……………………………… 64

4.9 Pengujian Megger dan Tegangan Tinggi Kabel dan Konduktor .. 65

4.9.1 Pengujian Megger Kabel ………………………………. 65

4.9.2 Pengujian Megger Konduktor …………………………. 66

4.9.3 Pengujian Tegangan Tinggi Kabel Kontrol ……………. 67

4.9.4 Pengujian Tegangan Tinggi Konduktor ……………….. 67

4.10 Pemerikasan Akhir …………………………………………….. 68

4.10.1 Pengechekan Visual …………………………………… 68

4.10.2 Pengechekan Konstruksi ………………………………. 68

4.10.3 Pengechekan Transportasi ……………………………… 69

BAB 5 PENUTUP ……………………………………………………………. 70

5.1 KESIMPULAN …………………………………………......…. 70

5.2 SARAN ………………………………………………………... 71

Daftar Pustaka

Lampiran

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Layout Metal Clad Switchgear ..........................................................11

Gambar 2.2 Skema Vacuum Circuit Breaker ………………………………….. 21

Gambar 2.3 Konstruksi Vacuum Circuit Breaker …………………................. 23

Gambar 3.1 Bentuk dan Ukuran Konduktor Metal Clad Switchgear 24 kV....... 32

Gambar 3.2a Bentuk Tampak Depan Vacuum Circuit Breaker ……………....... 35

Gambar 3.2b Bentuk Tampak Depan Vacuum Circuit Breaker …………….......36

Gambar 4.1 Grafik PengujianTiming Test Close dan Trip ................................. 55

Gambar 4.2 Layout Metal Clad Switchgear 24 kV ….……............................... 57

Gambar 4.3 Pengukuran Hambatan Metal Clad Switchgear …............................61

Gambar 4.4 Pengujian Polaritas Trafo Arus …………………........................... 62

Gambar 4.5 Pengujian Polaritas Trafo Tegangan ……....................................... 62

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar IEC Metal Clad Switchgear PT Japan AE Power Systems

Indonesia …...................................................................................... 9

Tabel 2.2 Kekuatan Bahan Mentah Kaca dan Keramik …………………….. 20

Tabel 3.1 Grafik Perhitungan Daya Pemanas Ruangan Panel ………………. 29

Tabel 3.2 Data Pemanas Berdasarkan Daya dan Tegangan ………………….. 30

Tabel 3.3 Jarak Antar Phasa Menurut JAEPS Standar ………………………. 33

Tabel 3.4 Batasan Kesalahan Arus Untuk Pengukuran Trafo Arus

(dari 0.1 sampai 1) ……………………..………………………… 42

Tabel 3.5 Batasan Kesalahan Trafo Arus Bersifat Melindungi Berdasarkan Standar

Standar IEC 60044-1 ……..………………………………………. 43

Tabel 3.6 Batasan Kesalahan Trafo Arus Bersifat Melindungi Berdasarkan

Standar BS 3938 ….………………………………………………. 43

Tabel 3.7 Batasan Kesalahan Tegangan Untuk Pengukuran Trafo Tegangan

(dari 0.1 sampai 3.0) ……..………………………………………. 47

Tabel 3.8 Batasan Kesalahan Trafo Tegangan Bersifat Melindungi ……….. 47

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan dan Pengukuran Tahanan Coil Close dan Trip .. 54

Tabel 4.2 Hasil Timing Test Vacuum Circuit Breaker ………………………. 56

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan dan Pengukuran Metal Clad Switchgear ……… 60

xii
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan dan Presentasi Kesalahan Trafo Arus dengan

Perbandingan Presentasi Kesalahan Standar BS 3938 dan

IEC 60044-1-2003 ……………………………………………….. 63

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rasio dan Presentasi Kesalahan Trafo Tegangan

Dengan Perbandingan presentasi Kesalahan Standar

IEC 60044-2-2003 …………………………………………………. 65

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seperti kita ketahui bahwa listrik dari pembangkit tenaga listrik tidak dapat

langsung digunakan pada rumah-rumah, gedung atau sebuah perusahaan. Nilai dari

tegangan dan arus yang berasal dari pembangkit tenaga listrik besar. Listrik dari

pembangkit tenaga listrik terlebih dulu didistribusikan ke substation atau kita sebut

gardu induk. Dari substation listrik kemudian disalurkan kepada pengguna. Jadi

substation adalah tempat dimana terdapat alat yang dapat melakukan pendistribusian

listrik yang berasal dari pembangkit tenaga listrik kepada pengguna. Pendistribusian

dilakukan melalui jalur transmisi yang disebut sistem jaringan tegangan tinggi.

Berdasarkan lokasinya substation dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

substation instalasi pemasangan dalam dan substation instalasi pemasangan luar.

Suatu substation dapat berada di wilayah kota atau dapat pula di wilayah

terpencil. Jika pada wilayah perkotaan listrik dari substation dibagi-bagi ke wilayah-

wilayah tertentu ke area yang lebih kecil.

Substation yang digunakan pada suatu negara berbeda-beda, pada pembahasan

ini ditunjukkan penggunaan Switchgear jenis Metal Clad Switchgear (MCS) beserta

karakteristik dalam penggunaannya. Apabila saluran transmisi menyalurkan tenaga

listrik bertegangan tinggi ke pusat-pusat beban dalam jumlah besar, maka saluran

1
2

distribusi berfungsi membagikan tenaga listrik kepada pihak pemakai melalui saluran

tegangan rendah.

Generator sinkron di pusat pembangkit biasanya menghasilkan tenaga listrik

dengan tegangan antara 6-20 kV yang kemudian, dengan bantuan transformator

tegangan tersebut diturunkan menjadi 150-500V. Pada saluran tegangan tinggi (STT)

menyalurkan tenaga listrik menuju pusat penerima; di sini tegangan diturunkan

menjadi tegangan subtransmisi 70 kV. Pada gardu induk (GI), tenaga listrik yang

diterima kemudian dilepaskan menuju trafo distribusi (TD) dalam bentuk tegangan

menengah 20 kV. Melalui trafo distribusi yang tersebar di berbagai pusat beban,

tegangan distribusi primer ini diturunkan menjadi tegangan rendah 220/380/480 V

yang akhirnya diterima oleh pihak pemakai.

Terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem tegangan menengah 24 kV

pada saluran distribusi sangatlah banyak, diantaranya loncatan bunga api listrik (flash

over) antar phase dan ground, penyimpangan relai akibat tidak berfungsi secara

maksimal dari trafo arus dan trafo tegangan, dan tidak bekerjanya vacuum circuit

breaker (VCB) secara optimal. Beberapa gangguan tersebut merupakan sebagian dari

sistem yang ada pada Metal Clad Switchgear yang apabila nantinya sudah beroperasi

dan melayani energi kelistrikan ke konsumen.

Untuk menghindari beberapa gangguan yang nantinya terjadi pada Metal Clad

Switchgear 24 kV pada saat sudah terpasang dan beroperasi, maka sangatlah perlu

dilakukan pengujian terhadap Metal Clad Switchgear 24 kV.


3

1.2. Pokok Permasalahan

Dalam memproduksi Metal Clad Switchgear, PT Japan AE Power System

Indonesia menginginkan produksinya semakin baik dan handal agar tidak sampai

terjadi masalah yang timbul pada pendistribusiannya dan keluhan pelanggan setelah

Metal Clad Switchgear tersebut sudah terpasang.

Pendistribusian energi listrik sangatlah penting, oleh sebab itulah pelanggan

sangatlah ingin membeli suatu produk yang handal dan kompak dalam

pendistribusian, semua ini agar pemakai puas dalam menikmati energi listrik tanpa

ada gangguan sama sekali, khususnya dari Metal Clad Switchgear itu sendiri.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji Metal Clad Switchgear 24 kV

dari awal higga akhir agar dapat mengetahui desain dan penggunaan komponen-

komponen elektrikal dan mechanical serta fungsi- fungsi karekteristiknya. Pengujian

ini juga dimaksudkan agar setelah terpasang pada substation dapat digunakan dengan

baik dan benar oleh pelanggan dalam pengoperasian, perawatan dan menjaga

kestabilan pengoperasian Metal Clad Switchgear 24 kV, guna mencegah terjadinya

kesalahan yang berakibat fatal bagi operator dan peralatan yang digunakan dalam

sistem pengoperasiannya.
4

1.4. Ruang lingkup masalah

Untuk menjamin Metal Clad Switchgear 24 kV dapat dihandalkan, maka

sangatlah penting dilakukan pengujian/penelitian terhadap produk tersebut, agar

terhidar dari gangguan-gangguan yang nantinya terjadi pada Metal Clad Switchgear

24 kV itu sendiri. Untuk pengujian ini penyusun akan melakukan pengujian di lokasi

pabrik PT Japan AE Power System Indonesia tempat dimana penyusun bekerja.

Ada beberapa bagian yang perlu diperhatikan dalam pengujian Metal Clad

Switcgear 24 kV ini, diantaranya :

1. Konduktor

2. Vacuum Circuit Breaker (VCB)

3. Trafo Arus

4. Trafo Tegangan

5. Sakelar Pentanahan (Earthing Switch)

Pembahasan skripsi ini hanya meakukan pengujian terhadap bagian-bagian dari

Metal Clad Switchgear 24 kV dengan menggunakan peralatan yang ada di PT Japan

AE Power Systems Indonesia. Semua peralatan yang ada harus sudah mempunyai

sertifikat standar kalibrasi.

Dalam memproduksi Metal Clad Switchgear ini juga harus sesuai dengan

standar internasional dalam hal ini mengacu pada standar internasional yaitu IEC

(International electrotechnical Commission), BS (British Standard Insitution), dan

standard pabrik dari PT Japan AE Power Systems Indonesia.


5

1.5. Metodelogi Penulisan

Dalam penyelesaian skripsi ini, penyusun menempuh langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari teori-teori yang terdapat dalam

literature khususnya pembahasan tentang Metal Clad Switchgear tegangan

menengah dan literature yang mempunyai korelasi dengan topik yang akan

dibahas.

b. Pemilihan komponen

Pemilihan komponen pendukung pengujian yang akan dilakukan setelah

studi pustaka guna mengaktualkan teori yang didapat dengan melakukan

pengujian terhadap Metal Clad Switchgear.

c. Pengujian / penelitian

Langkah ini dilakukan untuk mengamati hasil atau data yang bisa di ambil

dan diolah serta menganalisa apakah sudah sesuai dengan teori yang ada

serta sesuai dengan standar yang ditetapkan setelah melakukan pengujian /

penelitian.

d. Penarikan kesimpulan

Dilakukan untuk menyimpulkan data yang diperoleh dari hasil pengujian

dan diharapkan dapat bermanfaat untuk bidang tenaga listrik.


6

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini dibagi atas 5 bab, sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Membahas tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan,

tujuan penulisan, ruang lingkup masalah, metodelogi penulisan

dan sistematika penulisan.

BAB II : Dasar Teori

Membahas tentang prinsip kerja dari Metal Clad Switchgear dan

bagian-bagiannya.

BAB III : Karakteristik komponen-komponen Metal Clad Switchgear 24 kV

Membahas komponen-komponen dari metal Clad Switchgear 24

kV baik yang bekerja secara elektikal maupun mechanical seperti :

konduktor, vacuum circuit breaker (VCB), trafo arus, trafo

tegangan, dan sakelar pentanahan.

BAB IV : Pengujian Pada Metal Clad Switchgear 24 kV

Membahas tentang pengujian bagian-bagian dari Metal Clad

Switchgear 24 kV di PT Japan AE Power Systems Indonesia.

BAB V : Penutup

Berisi tentang kesimpulan dan saran


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sekilas Tentang Switchgear

Pada sistem distribusi konvensional outdoor/isolasi udara (dengan tegangan

di atas 36 kV) sebuah substation mepunyai berbagai peralatan seperti Circuit Breaker,

trafo arus, isolator (pemisah), trafo tegangan, dan lain lain yang terpasang dengan

isolasi udara bebas. Semua peralatan tersebut memerlukan jarak aman yang cukup

besar antara phasa dan antara phasa dengan ground agar tidak terjadi hubung singkat

yang dapat membahayakan suatu sistem distribusi.

Untuk tegangan rendah di bawah 1000V dan tegangan menengah di bawah 36

kV memerlukan jarak aman antar phasa dan phase ke ground yang relatif kecil.

Karena itu semua komponen seperti konduktor, Circuit Breker, sekering, trafo arus,

isolator, trafo tegangan, alat ukur, peralatan kelistrikan, rele dan lain-lain dapat di

buat dalam satu unit yang disebut Metal Clad Switchgear.

Circuit Breaker dalam suatu switchgear dengan tegangan di bawah 1000V

merupakan suatu system yang berada di dalam ruangan dan digunakan sebagai beban

terakhir. Tidak seperi Circuit Breaker tegangan tinggi , circuit breaker teganagan

rendah dapat beroperasi berulang kali dengan faktor daya yang arusnya relatif rendah.

Oleh sebab itulah didesain dengan spesifikasi dari switchgear dan Circuit Breaker

dengan voltase yang kecil dibuat berbeda dengan switchgear tegangan tinggi.

7
8

2.2 Beberapa Jenis dari Switchgear

Switchgear dalam ruangan biasanya dapat digunakan untuk tegangan rendah,

menengah dan tinggi. Ini semua tergantung dari kebutuhan, suatu unit switchgear

dapat kita temukan pengaplikasikannya di beberapa tempat diantaranya : kawasan

industri, pabrik-pabrik, power station, substation, dan gardu induk. Ada beberapa

jenis switchgear yang biasa digunakan di dalam suatu power plan dan distribusi sub

station antara lain :

1. Jenis panel listrik (stationery cubicle type), dimana semua komponen sudah

terpasang lengkap dengan posisi yang sudah ditentukan di dalam.

2. Switchgear dengan draw out type, dimana circuit breaker yang sudah

terpasang dapat dikeluarkan dengan cara menarik keluar apabila terjadi

perawatan.

3. Switchgear dengan isolasi gas SF6, dimana switchgear ini mempunyai

tangki yang terisi gas SF6 sebagai isolasi tegangan listrik.

4. Explotion-proof switchgear yang didesain khusus untuk ditempatkan khusus

di tempat yang mempunyai resiko yang cukup tinggi.

5. Metal Clad Switchgear adalah suatu peralatan kelistrikan yang mempunyai

beberapa komponen yang di desain terpisah tetapi masih dalam satu panel

listrik yang kemudian terhubung dengan ground. Komponen tersebut

meliputi peralatan kelistrikan seperti konduktor, trafo arus, trafo tegangan,

dan lain lain pemisah antar peralatan tersebut adalah berbentuk frame yang

kemudian di groundkan.
9

2.3 Penjelasan Umum Jenis dan Fungsi Komponen

Pada dasarnya komponen yang digunakan sebagian besar adalah komponen

lisrtik yang sangat standard dalam dunia teknologi industri Switchgear, namun yang

perlu diperhatikan adalah fungsi komponen tersebut baik dalam penggunaannya dan

karekteristiknya, ini dikarenakan dengan banyaknya jenis dan kapasitas tegangan

yang digunakan untuk berbagai jenis Switchgear yang tersebar di dunia teknologi

industri Switchgear.

Pada pembahasan ini penulis akan lebih memfokuskan komponen yang

digunakan dalam perakitan Metal Clad Switchgear 24 kV, baik jenis, karekteristik

komponen , dan kapasitas tegangan yang digunakan. Untuk itulah dalam proses

pengujiannya beberapa komponen yang ada harus sesuai dengan standard IEC, BS

dan standard dari pabrik. Adapun komponen yang termasuk dalam standar IEC dan

BS dapat dilihat pada table 2.1.

Tabel 2.1 Standard IEC Metal Clad Switchgear PT Japan AE Power System

Indonesia

Nama Komponen Standard IEC

Metal Clad Switchgear IEC 62271-200

Vacuum Circuit Breaker (VCB) IEC 60056

Trafo Arus IEC 60044-1 / BS 3938

Trafo Tegangan IEC 60044-2

Sakelar Pentanahan IEC 60129


10

Dengan adanya standar-standar tersebut maka akan tejadi penyeragaman dalam

perakitan Switchgear. Komponen-kompnen tersebut sangat berpengaruh besar

terhadap kualitas dan fungsi dari Metal Clad Switchgear, adapun komponen-

komponen dasar yang dipergunakan dalam perakitan Switchgear, khususnya untuk

kapasitas tegangan 24 kV tersebut akan dijelaskan secara umum baik secara fungsi

maupun karakteristiknya.

Metal Clad Switchgear merupakan suatu hasil perakitan dari peralatan yang

mencakup komponen elektrikal. Perlu diketahui bahwa dalam perakitan Metal Clad

Switchgear menggunakan media rivet dan baut dalam proses pemasangannya ini

dikarenakan dinding-dinding terbuat dari lapisan-lapisan besi yang sangat kuat, untuk

ketebalan lapisan dinding-dindingnya berkisar antara 1.2 mm sampai dengan 3,2 mm.

Adapun ini bertujan untuk membuat tempat komponen-komponen elektrikal tersebut

diletakan. Metal Clad Switchgear 24 kV terdiri dari berbagai macam komponen-

komponen elektrikal yang digunakan dalam perakitan sangat diperhitungkan baik dari

segi keamanan dan batas toleransi pada komponen tersebut.

Pada dasarnya perakitan Metal Clad Switchgear 24 kV diaplikasikan agar

penggunaannya dapat memberikan pelayanan supplai tenaga sesuai yang diharapkan

tanpa adanya resiko yang dapat menyebabkan kecelakaan baik pada pengguna dan

komponen yang akan dioperasikan. Walaupun telah dirakit sesuai dengan standard

yang telah ditentukan baik dari segi keamanan, bukan berarti dalam penggunaannya

seorang operator dapat mengoperasikan tanpa memperhatikan tingkat keamanan yang

dapat merugikan bagi dirinya sendiri dari sengatan listrik yang dihasilkan oleh
11

komponen tersebut. Tidak hanya melingkupi pembuatan logam pada dinding-dinding

Metal Clad Switchgear, apabila sistim pentanahannya sangat bagus maka ini tidak

hanya memberikan rasa keamanan yang sangat besar tetapi juga dapat melindungi

tiap-tiap kompnen yang terdapat dalam Metal Clad Switchgear tersebut. Pada gambar

2.1 berikut ini adalah lay out dari Metal Clad Switchgear 24 kV yang di buat di PT

Japan AE Power Systems Indonesia.

6
3 2

Gambar 2.1 Layout Metal Clad Switchgear 24 kV

Keterangan :

1. Konduktor

2. Trafo Arus
12

3. Trafo Tegangan

4. Sakelar Pentanahan

5. Bagian Tegangan Rendah

6. Vacuum Circuit Breaker

2.4 Sakelar Tegangan Tinggi (Disconnecting Switch)

Syarat-syarat untuk aparatur tegangan tinggi lebih berat dari pada yang

berlaku untuk sakelar-sakelar tegangan rendah. Sakelar-sakelar tegangan tinggi harus

dapat memutuskan daya-daya lebih besar, tetapi tidak hanya dalam keadaan normal,

tetapi juga kalau terjadi hubungan singkat. Tergantung pada syarat-syarat yang harus

dipenuhi, dapat dibedakan jenis-jenis berikut ini :

1. Sakelar-sakelar pemisah: Sakelar-sakelar jenis ini hanya dapat digunakan

dalam keadan tanpa beban, atau hanya untuk memutuskan arus yang sangat

kecil saja.

2. Sakelar-sakelar beban: Sakelar-sakelar jenis ini dapat memutuskan arus-

arus nominal, tetapi tidak dapat memutuskan arus hubung singkat yang

berarti.

3. Sakelar-sakelar daya: Sakelar-sakelar jenis ini dapat memutuskan arus-arus

hubung singkat yang mungkin timbul.


13

2.4.1 Sakelar Pemisah

Sakelar pemisah digunakan untuk membebaskan bagian-bagian suatu instalasi

dari tegangan , atau untuk menukar hubungan. Ini harus dilakukan dalam keadaan

tanpa arus. Sakelar-sakelar ini memiliki kontak-kontak berpegas. Pisau pisau sakelar

dijepit antara kontak-kontak itu. Konstruksi kontak-kontak itu harus sedemikian

hingga tidak mungkin membuka karena pengaruh-pengaruh gaya-gaya yang timbul

kalau terjadi hubung singkat, sakelar pemisahnya dikunci. Kunci in biasanya dibuat

sedemikian hingga sakelar pemisahnya baru dapat dibuka kalau sakelar dayanya

sudah terbuka.

Untuk melayani pisau-pisau sakelar, digunakan tongkat sakelar. Pelat dasar

sakelar pemisah dibuat dari besi cor dan harus ditanahkan. Arus-arus bocor lewat

permukaan isolator harus dapat disalurkan ke tanah. Sakelar-sakelar pemisah

umumnya tidak memiliki pemutusan sesaat. Sakelar-sakelar ini digunakan untuk :

1. Menghubungkan dan memutuskan trafo tegangan.

2. Menghubungkan dan memutuskan trafo daya kecil dalam keadan tanpa

beban.

3. Menghubungkan dan memutuskan kabel yang tidak terlalu panjang dalam

keadan tanpa beban.

4. Membebaskan bagian-bagian suatu instalasi dari tegangan untuk keperluan

perbaikan dan pemeliharaan.

5. Menukar hubungan sistem rel dan sebagainya dalam keadaan tanpa arus.
14

Untuk tegangan di atas 60 kV, semua bagian sakelar yang bertegangan harus

dibuat bulat. Bagian-bagian yang tidak bulat ditutup dengan kap logam berbentuk

bulat. Tindakan ini perlu untuk mengurangi rugi korona. Efek korona ini timbul

karena terjadi ionisasi dari udara sekitar bagian-bagian instalasi yang bertegangan

tinggi. Makin runcing bentuk bagian itu, makin besar efek koronanya.

2.4.2 Sakelar Beban

Sakelar beban digunakan untuk menghubungkan transformator-transformator

distribusi dalam setasiun transformator. Arus yang dapat diputuskan sakelar-sakelar

ini adalah arus nominalnya. Walaupun demikian, sakelar-sakelar beban harus tahan

arus hubung singkat yang mungkin timbul dalam jaringan.

Jenis sakelar beban yang banyak digunakan ialah sakelar magnefik. Sakelar ini

terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang tetap dan yang lepas. Dalam bagian yang

tetap terdapat dua kontak dan sebuah magnet permananen. Masing-masing kontak

berada di dalam suatu kamar pemadam. Sakelarnya dihubungkan dan diputuskan

dengan memasukan atau melepas sebuah jembatan hubung. Jembatan ini terdiri dari

suatu penghantar dengan tutup. Di tengah-tengahnya terdapat suatu pelat tempel.

Pelat ini menempel pada magnet permanent dari bagian sakelar yang tetap, dan

menahan sakelarnya dalam keadaan dihubungkan.

Untuk memutuskan hubungan sakelar, tutup jembatan hubungannya harus

ditarik. Tarikan ini meregangkan pegas-pegas didalam tutup jembatan hubung. Kalau

gaya tarik pegas-pegas ini melebihi gaya tarik antara magnet permanen dan pelat
15

tempel, hubungan sakelarnya akan di putus, dan tutup dengan jembatan hubungannya

dapat dilepas. Arusnya diputus di dua tempat dengan pemutusan sesaat, jadi

kecepatan pemutusannya tidak tergantung pada orang yang melayani sakelar.

Sakelar ini sebuah sakelar kutub satu, karena itu setiap fasa memiliki sakelar-

sakelarnya masing-masing.

2.4.3 Sakelar Daya

Sakelar daya dapat memutuskan arus yang sangat besar (sampai 100 kA,

bahkan lebih). Sakelar-sakelar ini mampu memutuskan arus hubung singkat. Arus

hubung singkat atau daya hubung singkat maksimum yang diperbolehkan, tercantum

pada pelat keterangan masing-masing sakelar. Kalau terjadi hubung singkat, atau

arusnya melebihi batas, sakelar akan putus secara otomatis oleh sebuah rele. Karena

besarnya arus yang diputuskan, diperlukan tindakan-tindakan untuk memadamkan

busur api yang akan timbul antara kontak-kontak sakelar.

Konstruksi sebuah sakelar daya ikut ditentukan oleh tegangan dan daya yang

harus dapat diputuskan. Masing-masing pabrik memiliki konstruksinya sendiri-

sendiri. Sakelar-sakelar elektroda konsentrik (Conel), yaitu elektroda-elektroda atau

hantaran konsentris. Sakelar daya ini dari jenis sakelar miskin minyak untuk tegangan

menengah (10-12 kV). Sakelar Conel terdiri dari dua bagian, yaitu bagia yang tetap

dan bagian yang dapat digerakan. Bagian yang terakhir ini dapat digerakan ke luar

pada arah horisontal, kalau sakelarnya sedang tidak dihubugkan, kedua bagian

tersebut dihubungkan dengan kontak-kontak pemisah.


16

Dalam bagian yang dapat digerakan terdapat sakelar-sakelar daya dari trafo

arusnya dan instrument yang termasuk pada alat-alat ini. Dalam bagian yang tetap

terdapat sistem rel dan kontak ujung kabel. Konstruksi demikian memudahkan

pekerjaan untuk inspeksi dan merevisi, kalau terjadi kerusakan, sakelarnya dapat

diganti dengan cepat.

2.5 Sakelar Pentanahan (Earthing Switch)

Sakelar ini diperlukan untuk mentanahkan bagian konduktor yang masih

mengandung arus listrik agar tidak mengandung arus listrik sebelum melakukan

perawatan pada Metal Clad Switchgear. Selain itu juga berfungsi menghilangkan arus

yang tersisa pada trafo arus. Sakelar pentanahan ini menghubungkan antara

konduktor dengan tanah. Sakelar pentanahan biasanya dipergunakan pada saat

melakukan pemeliharaan dan perawatan terhadap peralatan listrik atau rangkaian

tenaga. Suplai tegangan dalam keadaan normal harus dimatikan terlebih dahulu dan

sisa pada tegangan dibuang ke bumi melalui sakelar pentanahan, ini bertujuan agar

tidak terjadi kecelakaan terhadap peralatan listrik.

Dengan demikian proses pemeliharaan dan perawatan peralatan listrik dapat

dilakukan tanpa menyebabkan ke khawatiran terhadap seorang yang akan melakukan

proses pemeliharaan dan perawatan terhadap bahaya yang akan timbul. Adapun

sakelar pentanahan yang dianjurkan dalam penggunaannya harus memiliki syarat-

syarat sebagai berikut :

1. Memiliki kemampuan membatasi gangguan.


17

2. Memiliki waktu yang sangat singkat dalam kemampuan pemutusan arus.

3. Memiliki sistem pengunci bagian dalam antara hubungan dengan peralatan.

4. Memiliki sistem penguncian sakelar dalam kondisi tertutup, sebelum proses

pemeliharaan dan perawatan.

5. Sistem pengoperasian dapat dilakukan secara manual pada kondisi normal.

Dalam pengoperasian sakelar pentanahan sangat dibutuhkan ini dapat dilihat

dalam Akta Pabrik Kelistrikan (1908 dan 1944) bahaya didefinisikan sebagai bahaya

terhadap kesehatan atau terhadap kehidupan atau penyebab sengatan listrik,

kebakaran atau luka lainnya pada manusia pekerja atau dari adanya kebakaran pada

pembangkitan , pengalihan tegangan (transformasi), distribusi, atau pemakaian energi

listrik. Dapat dilihat dan dipastikan bahwa semua peraturan keselamatan kelistrikan

dirancang untuk mencegah segala bentuk dan jenis bahaya-bahaya yang akan

menimbulkan terjadinya korban jiwa.

2.6 Bushing

Telah bertahun-tahun tingkat besarnya kebocoran pada bushing tegangan

tinggi telah ditentukan. Telah dibuat perbedaan-perbedaan antara bermacam bentuk

dan konstruksi. Dalam menentukan bahwa elemen-elemen rangkaian pengujian harus

dipilih sedemikian rupa sehingga harga tingkat kebocoran minimum bila mengukur

besarnya kebocoran yang nyata. Tingkat kebocoran harus diukur pada tegangan yang

telah ditentukan sebelum melakukan pengukuran, tegangan penguji dinaikkan

menjadi batas maksimal dan dipertahankan tetap untuk waktu selama satu menit.
18

Pengukuran pertama. Dengan bentuk model fisik sistem skala penuh, kelihatan bahwa

tidak ada kebocoran yang dapat diukur yang dapat diperoleh dengan tekanan 3

kV/mm dan lebih rendah.

Dengan banyaknya bushing padat secara luas pada tegangan-tegangan

distribusi, tidak kelihatan ada kesukaran untuk mendapatkan tingkat yang rendah bila

dipakai proses yang benar dan hati-hati dalam desain isolasi udara. Tingkat pengujian

kebocoran yang biasa adalah 7,5 kV tetapi pendektesian sampai dengan lebih kurang

15,5 kV tidak ada gangguan. Setiap tingkat tegangan dipertahankan minimum satu

menit dan kebocoran dapat diatasi meskipun pada 19 kV tetapi angka ini cenderung

naik, tingkat standar isolasi bantalan semacam ini adalah 28 kV (rms). Bushing yang

hanya mengandung bahan tidak organis jarang mengalami kerusakan karena

kebocoran, meskipun penyelidikan mengenai akibat-akibat kebocoran dan

pemasangan porselin tidak lengkap. Bushing semacam ini dapat mengganggu bila

dipasang pada peralatan lain yang akan diuji kebocorannya, meskipun kebocoran

tersebut tidak berbahaya terhadap bushing itu sendiri, mereka dapat menutupi yang

sedang diukur pada alat yang sedang diuji. Perubahan pada bentuk beban logam

kadang-kadang dapat meberikan perbaikan yang dibutuhkan bila udara dalam bushing

tidak bocor.
19

2.7 Vacuum Circuit Breaker (VCB)

Vacuum Circuit Breaker (circuit breaker dengan ruang hampa) mempunyai

ruang hampa udara yang bertekanan sangat rendah mempunyai dua sifat utama, yaitu:

1. Kekuatan isolasi yang tinggi

2. Ketika jaringan listrik terbuka oleh pemisah (disconnecting switch)

kontak-kontak dalam ruang hampa udara, pemutusan arus terjadi pada

arus nol pertama dengan kekuatan dielektrik yang melintasi kontak dengan

nilai ribuan kali lebih tinggi daripada kekuatan yang didapat dari circuit

breaker lama.

2.7.1 Sifat-sifat Mekanis

Umur VCB salah satunya ditentukan oleh kerusakan tabung

vacuum yang disebabkan oleh kebocoran mendadak di ruang vacuum.

Sebab-sebab kebocoran secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Kerusakan pada pembungkus isolasi (insulating envelope) yang

terbuat dari bahan kaca, kaca Kristal atau keramik dan logam pelapis yang

mengisolasi antara bagian yang bergerak dengan yang diam di bawah

kondisi normal.

2. Kebocoran pada sekat kembang kempis yang terbuat dari stainless

steel yang menutup ruang vacuum karena gerakan bolak-balik (membuka

dan menutup) dari kontak


20

3. Kebocoran ruang kedap vacuum pada komponen-komponen yang

pengerjaan/pembuatannya secara las atau patri.

Tabel 2.2 Kekuatan Bahan Mentah Kaca dan Keramik

Kaca Keramik

Ketahanan Tarik (kg/cm2) 500 600 1400 1600

Ketahanan Tekan (kg/cm2) 5000 6000 14000 16000

Ketahanan Tekuk (kg/cm2) 850 700 3000 3500

2.7.2 Media Vacuum

Setiap media mempunyai tekanan di bawah 760 mmHg atau di bawah

1 atm adalah termasuk media vacuum (hampa udara). Toricelli adalah orang

pertama yang berhasil yang menghampakan ruangan dengan menggunakan

barrometer mercury. Tekanan diukur 1 torr = 1 mmHg.

Sekarang ini telah dapat dihasilkan tekanan serendah 10-7 torr. Tekanan

serendah itu mengakibatkan tidak terdapat electron-elektron bebas, sehingga

kekuatan dielektriknya tetap tinggi.

Pada saat kontak membuka, busur api bisa terjadi karena jarak kedua

kontaknya dekat. Busur api ini merupakan busur api uap logam. Ketika nol

arus tercapai pada setengah siklus pertama partikel-partikel uap logam dengan

sangat cepat terkondensasi pada kontal-kontak dan dinding-dinding tabung.


21

Kekuatan dilektriknya media vacuum naik dengan segera sehingga busur api

tidak bisa menyala kembali.

2.7.3 Konstruksi Vacuum Circuit Breaker

Konstruksi VCB sangat sederhana dan hampir sama dengan konstruksi

air blast circuit breaker dan oil circuit breaker. Perbedaannya hanya terletak

pada ruang pemadaman busur api. Ruang pemadaman busur api ini hampa

udara (vacuum). Didalamnya terdapat dua buah kontak CB (kontak gerak dan

kontak tetap). Kontak gerak terhubung fleksibel dengan terminal CB. Gambar

2.2 memperlihatkan skema dari konstruksi VCB.

Gambar 2.2 Skema Vacuum Circuit Breaker


22

Keterangan

1. Kontak tetap.

2. Pelindung akhir.

3. Elektroda.

4. Plat penyokong.

5. Plat penyokong.

6. Binkai insulator.

7. Batang sekat kembang kempis.

8. Kontak gerak.

2.7.4 Ruang Vacuum

Ruang hampa udara terbuat dari bahan sintesis seperti urethane foam

dan dilindungi (ditutup) oleh fiber glass dan kemudian masih diperkuat oleh

tabung plastik atau tabung kaca atau tabung porcelain. Didalam ruang vacuum

yang tertutup rapat ini terdapat logam pelindung (metal shield), logam sekat

kembang kempis (metal bellows) dan kedua buah kontak CB. Sekat kembang

kempis digunakan untuk menggerakan kontak gerak sejauh 5-10 mm,

tergantung jenis dan kegunaan CB. Logam sekat kembang kempis ini

umumnya terbuat dari stainless steel, bentuknya sangat penting karena nyala

sakelar tergantung pada kemampuan sekat kembang kempis untuk mengulang

operasi dengan baik.


23

Salah satu ujung kontak tetap yang terpasang di luar ruang vacuum

dihubungkan dengan system jaringan listrik. Sedangkan ujung kontak gerak

yang juga dipasang di luar ruang vacuum dihubungkan dengan batang

mekanisme operasi.

2.7.5 Mekanisme Operasi

Ujung bagian bawah dari kontak gerak dipasang pada per atau

solenoid mekanisme yang beroperasi sehingga logam sekat kembang kempis

di dalam ruang vacuum bergerak turun naik selama operasi membuka dan

menutupnya kontak-kontak. Tetapi harus ada tekanan yang cukup sehingga

hubungan diantara kedua kontak berjalan dan terjadi pengotoran.

Gambar 2.3 Konstruksi Vacuum Circuit Breaker


24

Keterangan :

1. Tangki kontak tetap.

2. Bantalan pelindung percikan.

3. Kontak tetap.

4. Pelindung percikan.

5. Lapisan percikan.

6. Ujung kontak gerak.

7. Bantalan kontak gerak.

8. Sekat kembang kempis.

9. Pelindung percikan sekat kembang kempis.

10. Kontak gerak.

11. Body kaca-keramik.

2.7.6 Kontak-kontak

Kontak-kontak Vacuum Circuit Breaker terdiri dari kontak tetap dan

kontak bergerak yang ditempatkan di dalam ruang hampa udara. Ruang

hampa udara ini mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi dan media

pemadaman busur api yang baik.

Dengan memilih bahan kontak yang tepat tingkat kerusakan

permukaan kontak bisa lebih diperkecil. Logam-logam yang dijual secara

komersial tidak cocok digunakan pada Vacuum Circuit Breaker (VCB) karena

mengandung gas. Dengan logam murni juga tidak cocok dipakai pada
25

Vacuum Circuit Breaker karena logam murni dengan titik leleh yang tinggi

dan tekanan uap yang rendah merupakan konduktor yang jelek pada

temperature yang tinggi. Berbagai macam bahan logam telah dicoba

dikombinasikan untuk mendapatkan bahan kontak yang baik.

2.7.7 Prinsip Kerja Vacuum Circuit Breaker

Busur api terjadi bila kontak-kontak pada circuit breaker yang dialiri

arus listrik membuka. Pada Vacuum Circuit Breaker bsur api ini merupakan

busur api uap logam, yang terjadi karena berlanjutnya aliran arus pada media

vacuum yang dihasilkan dari penguapan bahan kontak. Elektron-elektron dan

pembawa muatan ion logan yang menyusun plasma ini terpencar dengan

sangat cepat di dalam ruang vacuum. Ketika mendekati nol arus jumlah

partikel yang bermuatan juga turun. Dan setelah nol arus tercapai aliran arus

dalam plasma akan terputus. Bersama dengan itu busur api padam dan uap

logam yang sangat konduktif tersebut terkondensasi dalam beberapa

mikrodetik pada permukaan kontak dan dinding-dinding bagian dalam dari

Vacuum Circuit Breaker. Hal ini dengan cepat memulihkan kekuatan

dielektrik celah kontak.

Pada pemutusan arus yang lebih kecil (dibawah 6 kA) busur apinya

lebih mudah dipadamkan karena bentuk busur apinya menyebar. Sedangkan

pada arus yang besar, busur api cenderung memusat pada satu titik. Untuk

menaggulanginya kontak-kontak dibuat sedemikian rupa sehingga busur api


26

tersebar diseluruh permukaan kontak. Oleh karena itu media vacuum bahan

dan bentuk kontak juga besar peranannya untuk memdamkan busur api.
BAB III

KARAKTERISTIK KOMPONEN-KOMPONEN METAL

CLAD SWITCHGEAR 24 KV

3.1 Konduktor (Busbar)

Telah kita ketahui bahwa suatu konduktor merupakan suatu bagian yang

sangat penting pada metal clad switchgear, karena suatu konduktor sangatlah

menentukan didalam rancangan yang berhubungan dengan ukuran (dimensi),

untuk itulah bebrapa didalam menentukannya harus mengikuti rancangan yang

telah ditentukan antara lain :

1. Arus Nominal.

2. Pencegahan Kelembapan dalam Panel Metal Clad Switchgear

3. Material dan Bentuk Konduktor

4. Isolasi

5. Kondisi Lingkungan dalam pemasangan Metal Clad Switchgear.

3.1.1 Arus Nominal

Arus nominal biasanya disesuaikan dengan spesifikasi yang akan

diterapkan\ pada pembuatan metal clad switchgear berdasarkan standar

internasional atau dapat juga di putuskan sesuai dengan kapasitas beban yang akan

dihubungkan.

Seperti yang telah dirumuskan dalam standar internasional (IEC), arus

nominal adalah arus yang dilewati konduktor dengan suatu batasan kenaikan suhu.

27
28

Secara umum, arus nominal yang berlaku pada suatu metal clad switchgear

adalah: 630, 1250, 1600, 2000, 2500 dan 3150A.

3.1.2 Pencegahan Kelembapan Pada Metal Clad Switchgear

Dalam pemasangan suatu panel metal clad switchgear biasanya dipasang

pada dalam ruangan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan pemasangan

dilakukan diluar ruangan. Dikarenakan ukuran suatu panel metal clad switchgear

yang terbatas dengan peralatan yang cukup banyak, maka menurut standar pabrik

PT Japan AE Power Systems Indonesia kondisi ruangan yang ada dalam panel

harus di atas 25OC dengan kelembapan kurang dari 85%. Dengan kondisi alam

yang berubah-ubah karena terjadinya perubahan musim akan mempengaruhi

kondisi panel yang mengakibatkan keadaan dalam suatu panel menjadi tidak

maksimal seperti terjadinya karat, munculnya air dan dapat memperpendek usia

]panel.

Untuk itulah dibuat pencegahan agar tidak terjadinya kelembapan, apabila

musim panas datang maka pencegahan dilakukan dengan membuatkan beberapa

lubang angin (ventilator) dalam panel agar terjadi sirkulasi udara yang dapat

mendinginkan ruangan dalam panel dari bawah hingga atas panel.

Ketika keadaan alam dengan kondisi dingin maka perlu di tambahkan

sebuah pemanas (heater) didalam panel yang berfungsi untuk menjaga kestabilan

kelembapan ruangan panel, pada tabel 3.1 memperlihatkan grafik yang

menunjukan bagaimana cara mendapatkan daya (W) dari alat pemanas yang tepat
29

untuk kondisi bukan kondensasi (menjaga suhu dalam panel diatas 25OC dengan

kelembapan kurang dari 85% ).

Tabel 3.1 Grafik Perhitungan Daya Pemanas Ruangan Panel

Outdoor Indoor

Dari grafik diatas ditunjukan bahwa ada arus yang untuk kondisi dalam

dan luar ruangan, dalam hal menentukan daya sebuah pemanas maka di butuhkan

persamaan :
30

Dimana :

P : Daya (W)

V : Tegangan (V)

I : Arus (A)

Adapun tabel 3.2 menunjukan data pemanas dengan daya dan tegangan

yang dapat dipakai pada metal clad switchgear berdasarkan standar pabrik.

Tabel 3.2 Data Pemanas Berdasarkan Daya dan Tegangan

No Daya (W) Tegangan (V)

1 25 / 30 120 / 130

2 50 / 61 100 / 110

3 50 / 61 200 / 220

4 50 / 59 230 / 250

5 100 / 121 100 / 110

6 100 / 118 120 / 130

3.1.3 Material dan Bentuk Konduktor

Material dari konduktor dalam sirkuit utama dari bagian MCS sebagian

besar terbuat dari tembaga atau aluminum. Apabila bahan yang dipilih terbuat dari

aluminum, daya konduktifitas dari aluminium 60% dari tembaga tetapi biaya yang

dikeluarkan lebih murah dibanding tembaga. Kebanyakan pada setiap konduktor

dilapisi oleh perak (silver plating), nikel, timah dan lain sebagainya. Pelapisan

perak pada aluminium sedikit lebih sulit dikarenakan pelapisan langsung pada
31

aluminium tidak dapat langsung menempel pada sisi aluminium tetapi pada

tembaga cukup sekali saja dalam pelapisan perak sudah dapat langsung

menempel. Ada banyak macam-macam bentuk dari konduktor. Bentuk segi-empat

adalah paling populer dan mudah dalam pemasangnannya.

Dengan adanya lapisan tersebut akan mempengaruhi nilai hambatan dari

suatu konduktor tersebut, nilai hambatan itu sendiri sangatlah penting karena

dapat mempengaruhi nilai arus yang akan mengalir nantinya setelah pemasangan.

Adapun rumus yang dipakai dalam mencari suatu hambatan suatu konduktor

adalah:

Dimana :

R : Tahanan Konduktor (µΩ)

ρ : Hambat Jenis dari Konduktor (µΩcm)

Tembaga : 1.83 µΩ cm

Aluminium : 2.90 µΩ cm

l : Panjang Konduktor (cm)

A : Luas Penampang Konduktor (cm2)

Pada gambar 3.1 dibawah ini merupakan konduktor tiap phasa yang

dipasang pada metal clad switchgear, pada masing-masing phasa mempunyai

ukuran yang berbeda-beda dikarenakan isolasi yang digunakan pada bus bar

adalah isolasi udara.


32

t cm

7.5 cm

21.5 cm

l cm

Phase l (cm) t (cm)

A 20.9 1.2

B 38.4 1.2

C 55.9 1.2

Gambar 3.1 Bentuk dan Ukuran Konduktor Metal Clad Switchgear 24 kV

Dalam hal jarak aman udara (air clearance) bentuk yang umum digunakan

untuk suatu busbar adalah dengan membuat bentuk bulat pada konduktor atau

membentuk konduktor dengan model pipa. Jenis pipa akan lebih baik untuk arus

yang besar dikarenakan efek bentuk yang bulat. Sedangkan untuk model

konduktor segi-empat agar dapat dipakai agar tidak terjadinya flash over antar

phasa maka bagian dari konduktor tersebut harus dilapisi/isolasi dengan FBC

(Fluorized Bed Coating) dengan ketebalan yang telah ditentukan.


33

3.1.4 Isolasi / Penyekatan

Pada dasarnya Metal Clad Switchgear adalah jenis switchgear dengan

isolasi udara. Oleh karena itu, jarak antar phasa sangatlah diperhitungkan didalam

pembuatannya agar dapat menyalurkan dielektrik dengan baik dan menentukan

juga dari ukuran suatu panel MCS. Jarak antar phasa untuk beberapa tegangan

menengah dapat dilihat pada table dibawah ini sesuai dengan JAEPS standard.

Tabel 3.3 Jarak Antar Phasa Menurut JAEPS Standard

Tegangan Jarak Isolasi Udara (mm)


Tingkatan
Impuls Antar Phasa Antar Phasa dan Pentanahan
Isolasi (kV)
(kV) Standar Minimum Standar Minimum

3 45 60 50 65 55

6 60 90 70 100 90

10 75 120 100 130 120

20 125 240 200 260 230

30 170 330 300 370 340

Ukuran jarak yang ada pada tabel diatas merupakan jarak aman antar

konduktor per phase dan jarak antara phasa dengan pentanahan (body). Sebagai

tambahan untuk isolasi udara dapat diberikan lapisan pada konduktor seperti FBC

(epoxy). Isolasi tambahan ini untuk mencegah kontak langsung dari obyek yang

tidak diinginkan. oleh karena itu isolasi harus mempunyai kekuatan dielektrik

normal antar phasa yang akan dialiri voltase dalam waktu 1 menit dengan
34

ketebalan isolasi yang melapisinya. Dari penjelasan diatas isolasi udara itu adalah

pencegahan terjadinya lompatan bunga api listrik (flash over) antar phasa

(konduktor ke konduktor).

Dapat kita mengerti sesungguhnya isolasi udara hanyalah untuk

kenyamanan atau keamanan dari suatu produk dan memberikan jaminan dengan

kualitas produk yang telah dibuat.

3.1.5 Kondisi Lingkungan Pemasangan Metal Clad Switchgear

Dalam standard internasional menyebutkan bahwa kondisi baku yang di

ijinkan untuk pemasangan suatu metal enclosure dapat kita perhatikan

diantaranya:

- Suhu udara lingkungan dari - 5oC (-25oC untuk kondisi diluar) sampai 40oC.

- Kelembaban maksimum adalah 85%.

- Ketinggian maksimum adalah 1000 m, dengan kondisi udara yang tidak

berpolusi.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa kelembaban yang tinggi dapat

membuat buruk suatu isolasi rangkaian listrik dimana dapat menyebabkan

lompatan bunga api listrk dan suhu yang tinggi dapat membuat kenaikan suhu

maksimal yang di perbolehkan dan membuat suatu metal enclosure tidak dapat

dipakai dalam jangka waktu yang lama. Ketika suatu peralatan elektrik di pasang

pada ketinggian lebih dari 1000 m, kekuatan dielektriknya akan menjadi lemah

karena kepadatan udara menjadi lebih kecil. Dalam kondisi kelembaban yang
35

tinggi, tindakan yang dilakukan untuk menguranginya dapat memasang alat

pemanas didalam suatu metal clad switchgear.

3.2 Jenis Vacuum Circuit Breaker PT Japan AE Power Systems Indonesia

Jenis Vacuum Circuit Breaker yang dipakai pada PT Japan AE Power

Systems Indonesia adalah jenis draw out, dimana circuit breaker dapat di pasang

dengan cara mendorong dan di keluarkan dengan cara menarik Vacuum Circuit

Breaker. Berikut ini gambar dari vacuum circuit breaker yang ada di PT Japan AE

Power Systems Indonesia

Tombol
Manual
Close

Counter
Tombol
Manual
Trip
Indikator
Close dan
Indikator
Trip
Charging

Plug
kabel
Penggenggam
untuk masuk
dan keluar panel

Gagang manual
untuk charging

Gambar 3.2a Bentuk Tampak Depan Vacuum Circuit Breaker


36

Kontak
Phasa A; Pelindung
B; C ruang
hampa
Ruang udara
hampa
udara

Batang
penggerak

Pembatas

Gambar 3.2b Bentuk Tampak Belakang Vacuum Circuit Breaker

Dalam pengoperasian suatu VCB hanya ada 2 pengoperasian yaitu

pengoperasian close dan pengoperasian trip. Adapun cara dari kedua

pengoperasian tersebut dapat kita lihat berikut ini :

3.2.1 Pengoperasian Tombol Manual

Pengoperasian tombol manual ini dilakukan dengan cara

menekan tombol yang telah ada yaitu warna hijau (I) untuk

pengoperasian close dan tombol merah (O) untuk pengoperasian trip.

Dalam pengoperasiannya kodisi vacuum circuit breaker tersebut

harus dalam kondisi charged yaitu penekanan terhadap spring (per)

yang ada di dalam mechanism dari vacuum circuit breaker tersebut,

ini juga merupakan tenaga yang dibutuhkan dalam


37

pengoperasiannya. Ada 2 cara untuk menjadikan vacuum circuit

breaker tersebut dalam kondisi charged yaitu :

1. Dengan gagang manual

Yaitu dengan cara menaikan dan menurunkan tuas

dengan tangan seperti cara kita memompa hingga

beberapa kali sampai indikator charged sempurna.

2. Dengan motor

Yaitu dengan memberikan tegangan 220VAC dengan

menghubungkan plug kabel, setelah dihubungkan maka

motor tersebut akan bergerak hingga membuat VCB

tersebut charged.

3.2.2 Pengoperasian Elektro Magnetis

Pengoperasian elektromagnetis merupakan pengoperasian

yang dilakukan menggunakan kelistrikan dengan memberikan

tegangan sesaat pada suatu coil (solenoid), coil tersebut untuk

pengoperasian close dan trip yang dioperasikan dengan

menghubungkan vacuum circuit breaker pada tegangan tersebut

dengan cara menghubungkan plug kabel dan diberi tegangan 30

VDC. Coil close dan coil trip mempunyai nilai tahanan yang dapat

diukur dengan menggunakan weatstone bridge, setelah didapat nilai

tahanan terebut maka tahanan tersebut kemudian di konversikan

pada suhu 40OC, hal ini dilakukan karena adanya perbedaan suhu

apabila nantinya panel tersebut dipasang di tempat yang mempunyai


38

suhu yang berbeda-beda. Berikut ini persamaan konversi 40OC untuk

nilai tahanan dari coil close dan trip

Dimana :

R40 : Tahanan pada suhu 40OC (Ω)

t : Suhu pada saat pengukuran tahanan (OC)

Rt : Nilai tahanan yang terukur (Ω)

3.3 Trafo Arus

Rele yang bersifat melindungi dalam suatu system tegangan AC akan

dihubungkan pada sirkuit sekunder dari transformator arus dan trafo potensial.

Dalam perencanaan dan penggunaan dari masing-masing trafo ini berbeda dari

apa yang dikenal dalam suatu trafo daya. Pada trafo arus, arus-primer tidak

dikendalikan oleh sirkuit sekunder. Karenanya arus-primer adalah suatu faktor

yang dominan dalam pengoperasian trafo arus. Trafor arus dapat digolongkan

dalam dua kelompok:

1. Trafo arus yang bersifat melindungi rele, coil trip, kawat pengukuran,

dan lain-lain

2. Pengukuran trafo arus dengan menggunakan ampermeter, wattmeter,

dan lain-lain

Pada umumnya, kesalahan dalam ratio suatu trafo arus sangatlah penting

untuk melindungi, di samping kesalahan sudut phase.


39

Sifat dari suatu trafo arus dan trafo tegangan dalam suatu waktu rele

proteksi yang terbaru dapat mengurangi atau menurunkan sampai dengan mili

detik dalam bekerja untuk melindungi suatu instrumen. Untuk mencegah

kejenuhan dari inti suatu trafo arus selama sub-transient arus, kabel yang besar

dan sela udara harus diketahui terlebih dahulu oleh suatu trafo arus agar dapat

cepat di tanggulangi apabila terjadi suatu gangguan dari masalah tersebut.

Dalam suatu standard internasional IEC 60044-1 yang membahas trafo

arus telah diatur dalam semua hal seperti persyaratan, spesifikasi, pengujian,

aplikasi, terminologi dan definisi dan lain lain.

Ukuran utama dalam pemilihan suatu trafo arus adalah hampir tanpa

alternatif dari arus beban maksimum. dengan kata lain, arus sekunder

transformator arus pada beban maksimum harusnya tidak melebihi arus standar

yang telah ditetapkan dalam suatu rele, ini merupakan tahapan yang digunakan

dari rele di mana arus beban mengalir langsung menuju rele. Bahkan secara tidak

langsung ukuran yang digunakan pada rele pentanahan tidak dapat menerima arus

beban yang secara umum dihubungkan pada trafo arus pada rele tiap-tiap phase.

Dari perbandingan di atas dasar arus beban untuk rele tiap phase, dari

perbandingan ini kemudian digunakan pada rele pentanahan.

Dari perbandingan suau trafo arus dapat di pilih sekitar 5 ampere pada sisi

sekunder untuk arus beban maksimum. beberapa rele sanggup memberikan arus

sekunder sampai dengan 10 ampere dan perbandingan tersebut dapat dipilih.

Dimana hubungan segitiga dapat dipilih untuk trafo arus, dan faktor √3 tidak bisa

dilewatkan.
40

3.3.1 Fungsi Trafo Arus

Trafo arus (CT) adalah piranti dalam suatu metal clad switchgear

berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk membuat perbandingan antara sisi

primer dan sisi sekunder yang dapat diukur dengan beberapa jenis instrument

seperti rele dan dapat juga berfungsi sebagai alat yang bersifat melindungi.

3.3.2 Konstruksi Trafo Arus

Pada dasarnya trafor arus dibuat dari beberapa bagian diantaranya lilitan

primer, inti, lilitan sekunder, isolasi antar lilitan dan terminal.

Dari konstruksi, tersebut trafo arus dapat digolongkan menjadi beberapa jenis

diantaranya :

- Tipe Bushing.

- Tipe langsung/palung.

- Tipe lilitan.

- Tipe bar.

3.3.3 Prinsip Kerja Trafo Arus

Pada terminal yang tersambung pada sisis sekunder suatu trafo arus telah

mempunyai beban, jika menggunakan arus-primer, akan terus menerus

menghasilkan arus sekunder yang sama dengan arus primer yang dibagi oleh

gulungan kawat. Adapun perbandingan rasio dapat di lihat dibawah ini :


41

Dimana :

Kn : Rasio Trafo Arus (A)

Ip : Arus Primer (A)

Is : Arus Sekunder (A)

Dari rumusan diatas ada beberapa perbedaan dikarenakan energi yang

diberikan dari sisi primer tidaklah murni 100% untuk sisi sekundernya dalam

kaitan dengan eksitasi arus dari inti. Yang dimaksud adalah untuk mengetahui

kesalahan pada arus yang nantinya akan terjadi.

3.3.4 Standar Arus Primer dan Arus Sekunder

Untuk membuat standar beban maksimum, pada standard internasional

telah ditetapkan sutu nilai yang akan digunakan untuk sutu sisi primer dan sisi

sekunder. Oleh karena itu kita harus memutuskan nilai-nilai yang sesuai dengan

peraturan internasional dan untuk sutu nilai sekunder dapat kita pakai sebesar 5

ampere untuk pengoperasian secara lokal atau 1 ampere untuk pengoperasian

secara remote.

3.3.5 Kesalahan Arus (Current Error)

Kesalahan arus dapat dinyatakan dengan rumus:

Dalam pengukuran kesalahan arus ini PT JAEPSI tidak menghitung secara

rinci dikarenakan sudah mendapat laporan dari pembuat (vendor) trafo arus.
42

3.3.6 Kelas Ketelitian Trafo Arus

Untuk ketelitian kelas dalam trafo arus dipengaruhi oleh kombinasi dari

pergeseran fasa dan kesalahan arus pada frekuensi normal. Dalam IEC standard,

ditetapkan kelas yng ditentukan untuk trafo arus yang berfungsi sebagai alat

pengukuran yang harus mempunyai area ketelitian diatas dari arus normalnya

antara lain 0.1-0.2-0.5-1. Semua itu dapat kita lihat pada table 3.4 dibawah ini

sesuai dengan standard IEC 60044-1-2003.

Tabel 3.4 Batasan Kesalahan Arus Untuk Pengukuran Trafo Arus (Dari

0.1 sampai 1)

± Persentasi Kesalahan Arus (Rasio) Pada

Kelas Ketelitian Persen Dari Arus Normal

5 20 100 120

0.1 0.4 0.2 0.1 0.1

0.2 0.75 0.35 0.2 0.2

0.5 1.5 0.75 0.5 0.5

1 3.0 1.5 1.0 1.0

Untuk trafo arus yang bersifat melindungi, kelas ketelitian dirancang oleh

presentasi dari gabungan kesalahan yang diizinkan paling tinggi dari nilai arus-

primer, untuk itula dalam hal ini batasan ketelitian untuk kelas ketelitian terkait,

harus diikuti oleh label " P" berarti protection (perlindungan) Menurut IEC

standard batasan dari suatu ketelitiannya adalah 5, 10, 15, 20 dan 30. Adapun

ketelitian kelas untuk trafo arus yang bersifat melindungi adalah 5P dan 10P.
43

Sesuai dengan standard IEC 60044-1-2003. Sedangkan pada BS 3938 standar

hanya memakai trafo arus yang bersifat melindungi saja.

Tabel 3.5 Batasan Kesalahan Trafo Arus Bersifat Melindungi Berdasarkan

Standar IEC 60044-1

Kelas Ketelitian Kesalahan Arus Pada Arus Primer (%)

5P ±1

10P ±3

Tabel 3.6 Batasan Kesalahan Trafo Arus Bersifat Melindungi Berdasarkan

Standar BS 3938

Kelas Ketelitian Kesalahan Arus Pada Arus Primer (%)

S ±3

T ±5

X ± 0.25

3.3.7 Hubungan Terbuka Sisi Sekunder

Hal yang penting dalam pengoperasian CT adalah timbulnya tegangan

yang terjadi apabila hubungan pada sisi sekunder terbuka (open circuit),

dimisalkan tegangan yang akan muncul apabila terjadinya hubungan terbuka pada
44

sisi sekunder dengan trafo arus 15VA, arus 5A, maka tegangan yang keluar adalah

15 / 5= 3V

Tetapi bagaimanapun juga , apabila terjadi suatu kesalahan jika pada sisi

sekunder terjadi hubungan terbuka maka akan muncul suatu tegangan yang sangat

tinggi hingga dapat mencapai sampai dengan kilovolt.

Dengan hubungan terbuka pada sisi sekunder yang bisa menghasilkan arus

0 (nol) pada sisi sekunder dapat mengurangi e.m.f (electro motif force) atau gaya

gerak listrik, meningkatkan flux (Φ) secara terus menerus dan kejenuhan suatu

inti (saturated), peningkatan gaya gerak listrik pada sisi sekunder terjadi dengan

naiknya flux, yang terpenting dalam kita mendapatkan panas pada inti, tegangan

akan diinduksi oleh elektro magnet pada sisi sekunder. Nilai puncak dari tegangan

pada sis sekunder yang terbuka adalah merupakan hasil dari beberapa kali r.m.s

karena inti yang jenuh dan bentuk gelombang dari tegangan yang diabaikan. Ini

dapat menyebabkan bahaya kepada seseorang yang bekerja pada sisi sekunder

suatu trafo arus. oleh karena itu, ketika arus-primer sedang mengalir, sekunder

tidak boleh terputus (terbuka). dalam perlindungan pada wilayah bus bar maka

dapat digunakan suatu resistor yang non-liniar yang dihubungkan dengan sisi

sekunder agar dapat membatasi tegangan puncak.

3.4 Trafo Tegangan

Trafo tegangan dalam suatu switchgear biasanya digunakan untuk

pengukuran dan perlindungan. Oleh sebab itu sesuai dengan fungsinya, trafo

tegangan mempunyai bebrapa jenis yaitu jenis pengukuran atau jenis


45

perlindungan, dengan kondisi satu fase atupun tiga fase. Trafo arus sangat

diperlukan dalam suatu switchgear adalah untuk tegangan langsung dsan

perlindungan jarak. yang terpenting dari trafo tegangan adalah dengan

dihubungkan langsung ke rangkaian tenaga antara phase dan ground yang

tergantung pada tegangan normal dan pengaplikasikannya. voltampere yang

mengukur nilai dari trafo tegangan biasanya lebih kecil dibandingkan dengan trafo

tenaga.

3.4.1 Konstruksi Trafo Tegangan

ada dua jenis trafo tegangan:

1. Trafo potensial elektromagnetik, di mana lilitan primer dan

sekunder adalah belitan pada inti yang magnetis seperti pada

trafo pada umumnya.

2. Trafo potensial kapasitor, di mana tegangan primer

menggunakan series kapasitor. Salah satu hubungan dari

tegangan menggunakan kapasitor yang diambil dari suatu trafo

tegangan. yang sedangkan sisi sekundernya dapat digunakan

sebagai pengukuran dan perlindungan.

3.4.2 Spesifikasi Trafo Tegangan

berikut ini beberapa aspek yang diperhatikan dalam memilih suatu trafo

tegangan :

- tegangan primer
46

- tegangan sekunder

- beban normal

- frequensi

- jumlah phase

- ketelitian kelas pada trafo tegangan

- tingkatan isolasi (meliputi pengetesan tegangan tingi untuk AC dan DC)

Adapun prinsip kerja dari trafo tegangan dalam menentukan suatu rasio adalah

Dimana :

Kn : Rasio Trafo Tegangan (V)

Vp : Tegangan Primer (V)

Vs : Tegangan Sekunder (V)

3.4.3 Kesalahan Tegangan

kesalahan perbandingan persentase tegangan dapat dirumuskan dengan :

Sama halnya dengan trafo arus dalam pengukuran kesalahan perbandingan

tegangan suatu trafo teganganpun sudah dapat laporan tertulis dari pembuatnya.

PT. JAEPSI hanya mengukur perbandingan rasio saja.


47

3.4.4 Kelas Ketelitian Trafo Tegangan

Sama halnya dengan trafo arus, trafo tegangan juga mempunyai ketelitian

kelas untuk masing-masing kegunaannya. Adapun kegunaan dari ketelitian kelas

tersebut juga dibagi menjadi dua yaitu, untuk kelas pengukuran dan kelas

perlindungan . Berikut ini tabel untuk keduanya baik untuk pengukuran maupun

perlindungan menurut standard internasional IEC60044-2

Tabel 3.7 Batasan Kesalahan Tegangan Pengukuran Trafo Tegangan (dari

0.1 sampai 3.0)

Kelas Persentasi Kesalahan Tegangan ±

0.1 0.1

0.2 0.2

0.5 0.5

1.0 1.0

3.0 3.0

Tabel 3.8 Batasan Kesalahan Trafo Tegangan Bersifat Melindungi

Kelas Persentasi Kesalahan Tegangan + atau −

3P 3.0

6P 6.0
48
BAB IV
ANALISA PENGUJIAN METAL CLAD SWITCHGEAR 24 KV

Setiap Metal Clad Switchgear yang diproduksi oleh PT JAEPSI

khususnya, harus melalui pengujian yang telah ditentukan. Pada pengujian yang

dilakukan pada PT JAEPSI harus mengikuti prosedur standar IEC (International

Electrotechnical Commission), BS (British Standard Institution) dan standar

pabrik. Semua ini dilakukan untuk memberikan suatu hasil produksi yang

berkualitas terhadap pelanggan. Untuk memastikan kepuasan pelanggan maka

semua dokumen hasil pengujian aktual akan selalu dilampirkan pada saat

pengiriman barang.

Dalam hal ini penulis akan melakukan pengujian pada Metal Clad

Switchgear 24 kV dengan pelanggan Rotary Switchgear & Testing PTE, Ltd

Singapura, yang mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

• Data Metal Clad Switchgear

Nomor Manufacturing : 110411-1

Tipe : Feeder

Tegangan Nominal : 24000 V

Arus Nominal : 1250 A

Frekuensi : 50 Hz

Arus Hubung Singkat : 25000 A 3 s

• Data Trafo Arus

Nomor Manufacturing : D0018- 1~3

Rasio Trafo Arus : 500/5 ; 500/5 ; 300/5

48
49

Beban : 15 VA

Ketelitian : 0.15X140R0.15 ; 5P20 ; 5P20

Arus Hubung Singkat : 25000 A 3 s

• Data Trafo Tegangan

Nomor Manufacturing : 07 / 03941- 3~5

Rasio Trafo Tegangan : 22000V / √3 / 110v / √3

Beban : 100 VA

Kelas :1

• Data Vacuum Circuit Breaker

Nomor Manufacturing : 200R45-01

Tipe : CVG-20L-25Y Form FA

Tegangan Nominal : 24000 V

Arus Nominal : 1250 A

Frekuensi : 50 / 60 Hz

Arus Hubung Singkat : 25000 A 3 s

Nilai Tahanan VCB φA : 25 µΩ

φB : 25 µΩ

φC : 26 µΩ

Semua spesifikasi diatas juga ada pada plat nama yang ada di depan panel

dan depan vacuum circuit breaker serta pada badan dari trafo arus dan tegangan.

Adapun pengujian sebelum Metal Clad Switchgear tersebut di kirim sesuai

dengan lembar kerja yang sudah ada di PT Japan AE Power Systems Indonesia

adalah :
50

1. Pengujian Visual dan Konstruksi.

2. Pengujian Vacuum Circuit Breaker.

3. Pengujian Sambungan Kabel.

4. Pengujian Interlock.

5. Pengujian Tahanan Konduktor.

6. Pengujian Polaritas Trafo Arus dan Trafo Tegangan.

7. Pengujian Rasio Trafo Arus.

8. Pengujian Rasio Trafo Tegangan.

9. Pengujian Megger dan Tegangan Tinggi Untuk Kabel Kontrol dan

Konduktor (main circuit).

10. Pemeriksaan Setelah Pengujian.

4.1 Visual dan Konstruksi

4.1.1 Lapisan Pelindung (Pengecatan)

Setelah proses pembuatan bagian lapisan dinding panel Metal Clad

Switchgear, dan pengelasan telah dilakukan secara normal maka akan diteruskan

pada bagian pengecatan atau pelapisan yang befungsi untuk mencegah terjadinya

proses karat pada bagian lapisan dinding panel. Pada proses pengecatan ada dua

cara yang dapat dilakukan yaitu :

1. Menggunakan lapisan bubuk cat yang dilapisi pada bagian-bagian

material, untuk proses ini suhu yang dibutuhkan untuk proses

pengeringan berkisar 180OC. Hasil akhir yang akan didapatkan pada

proses ini terbilang bagus dan hasilnya akan rata dan halus, tetapi
51

kekurangannya adalah sangat sulit untuk mendapatkan hasil atau warna

yang sama pada pengecatan yang kedua.

2. Menggunakan cat basah menggunakan cat dengan disemprotkan pada

bagian material, setelah proses ini suhu yang dibutuhkan untuk proses

pengeringan berkisar antara 120OC. Hasil yang didapatkan sedikit

kurang bagus dibandingkan dengan lapisan bubuk, tetapi kelebihannya

adalah dapat dengan mudah menghasilkan hasil dan warna yang sama ini

dikarenakan semua campuran cat berada dalam satu wadah yang sama.

Identifikasi warna yang dipergunakan haruslah sesuai dengan permintaan

pelanggan dalam hal ini adalah warna abu-abu (munsel), yang perlu diperhatikan

pada masalah warna pengecatan adalah apabila pelanggan ingin memesan dengan

warna yang berbeda maka sebelum melakukan proses pengecatan harus

menunggu persetujuan dari pelanggan.

4.1.2 Tingkat Kelembapan (Pemanasan)

Pada suatu Metal Clad Switchgear yang mempunyai beberapa konduktor,

tingkat kelembapan yang mengakibatkan kenaikan suhu panas pada suatu panel

sangatlah penting karena akan mempengaruhi kinerja suatu panel dengan merusak

peralatan-peralatan pendukungnya, oleh sebab itu sangatlah perlu perhitungan

sebelum pembuatan suatu Metal Clad Switchgear.

Dalam tabel 3.1 dapat ditentukan daya pemanas yang akan dipakai dalam

suatu panel metal clad switchgear, dengan alat pengatur suhu (thermostat) maka

pemanas akan bekerja sesuai dengan kondisi suhu yang ada disekitar panel, suhu
52

yang diinginkan untuk suatu panel adalah 25OC, H1/H0 0.2 m dengan

pemasangan didalam gedung maka daya pemanas yang dibutuhkan adalah sebesar

280 W dengan arus sebesar 12 A, maka tegangan yang diperlukan sesuai dengan

persamaan 3.1 adalah :

Dimana

Dikarenakan pemakaian tegangan pada panel 230 VAC, maka perbandingan

tegangan sebesar:

Maka daya yang dibutuhkan pemanas sebesar :

Sesuai dengan tabel 3.2, pemanas yang mendekati 28.4 W dengan tegangan 230 V

adalah 50W. Dengan demikian arus yang mengalir setelah terpasang dapat

dihitung yaitu sebesar :


53

4.1.3 Kordinasi Penyekatan

Koordinasi penyekatan sangat berfungsi untuk menjamin bahwa

Switchgear tidak mengalami breakdown voltage atau loncatan bunga api listrik

(flash over) pada saat dioperasikan, hal initerjadi akibat terjadi adanya lonjakan

tegangan saat switching tegangan yang tidak stabil. Didalam IEC, tidak ditentukan

berapa jarak minimal yang diperlukan untuk tegangan tertentu, namun untuk

menjamin bahwa switchgear yang dioperasikan aman, akan tetapi dari standar

pabrik sudah ditentukan dengan menggunakan tabel 3.3, maka jarak aman antar

phasa sebesar 240 mm dan jarak phasa ke pentanahan (body) sebesar 260 mm.

4.2 Pengujian Vacuum Circuit Breaker

Circuit breaker yang digunakan adalah jenis feeder dengan nomor seri

200R45-01, adapun tegangan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan suatu VCB

di PT JAEPSI adalah 30VDC untuk solenoid close dan trip, serta 220VAC untuk

motor charging. Pengujian pada circuit breaker type Feeder ini meliputi :

4.2.1 Pengukuran Tahanan Coil Close dan Trip

Ketika pengujian pada vacuum circuit breaker dilakukan terlebih dahulu

diadakan pengukuran terhadap coil close dan coil trip, yang kemudian dikonversi

ke suhu 40OC dengan menggunakan persamaan 3.3 :

Untuk coil close didapat 2.448 Ω pada suhu 30OC maka :


54

Untuk coil trip didapat 2.418 Ω pada suhu 30OC maka :

Kemudian dimasukkan dalam tabel 4.1 dengan kriteria yang sudah

dikonversi ke 40OC.

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan dan Pengukuran Tahanan Coil Close dan Trip

Coil R300C R400C Kriteria Keterangan

Close 2.448 2.54 2.35 ~ 2.64 Baik

Trip 2.418 2.52 2.35 ~ 2.64 Baik

4.2.2 Timing Test

Timing test dilakukan pada circuit breaker untuk mengetahui waktu yang

dibutuhkan circuit breaker pada tegangan normal yaitu 30 VDC dalam

pengoperasian close atau trip pada konduktornya. Cara pengujiannya adalah

dengan mengoperasikan motor pada circuit breaker mechanism agar dapat

melakukan close dan trip, setelah itu dilakuan pengoperasian dengan memberikan

tegangan sesaat pada coil close dan trip dan setelah itu dapat diukur waktu tempuh

pada vacuum circuit breaker pada saat close dan trip, pengukuran waktunya dapat
55

dilihat dengan mengunakan grafik. Tidak ada perhitungan dalam pengukuran

timing test ini karena semua pengukuran sudah ada dalam bentuk grafik. Dengan

melihat gambar 4.1 dijelaskan oleh grafik waktu yang ditempuh dari ketiga

konduktor yang ada dalam vacuum circuit breaker pada posisi close dan trip.

Gambar 4.1 Grafik Pengujian Timing Test Close dan Trip

Kesimpulan dari gambar 4.1 diatas dapat dilihat dengan

menggunakan tabel 4.2 yang menyatakan hasil dari timing test close dan

trip.
56

Tabel 4.2 Hasil Timing Test Vacuum Circuit Breaker

Pengoperasian Pada Hasil Kriteria


Keterangan
Tegangan 30 VDC Pengukuran (s) (s)

Close 0.0477 ≤ 0.070 Baik

Perbedaan waktu Close 0.0002 < 0.003 Baik

Trip 0.0277 ≤ 0.040 Baik

Perbedaan waktu Trip 0.0001 < 0.003 Baik

Pengujian timing test dilakukan dengan menggunakan alat yang

dapat memberikan hasil dari proses close maupun trip pada VCB alat

tersebut adalah programa TM1600.

4.3 Pengujian Sambungan Kabel

Pada pengujian ini dilakukan sebelum suatu MCS dialiri tegangan baik AC

maupun DC, hal ini dilakukan agar pada saat memasukan tegangan tidak terjadi

hubung singkat antar kabel dan untuk menantisipasi kesalahan pemasangan kabel

pada blok terminal yang sudah di beri alamat seperti penomoran pada terminal

blok tersebut. Metode pengujiannya menggunakan buzzer, dengan menyesuaikan

gambar koneksi diagram garis tunggal, apabila sudah sesuai maka dengan

menggunakan pensil warna untuk menandakan bahwa pengujian telah dilakukan

dengan hasil baik. Setelah selesai dalam pengujian sambungan dengan

menggunakan buzzer maka selanjutnya adalah pemeriksaan letak dari komponen-

komponen pendukung seperti MCCB, fuse, lampu indicator, ukuran kabel, trafo
57

arus, trafo tegangan dan posisi dari sakelar pentanahan. Semuanya itu terdapat

dalam suatu dokumen yang harus diisi sesuai dengan aktual dari suatu MCS.

4.4 Pengujian Interlock

Pengoperasian pada rangkaian ini terjadi dengan cara mengunci rangkaian

kelistrikan antara komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak terjadi

kesalahan dalam sistem pengoperasiannya.

Berikut ini beberapa penjelasan berdasarkan gambar 4.1 berikut ini

mengenai sistem interlock yang terjadi pada suatu metal clad switchgear :

VCB

ES

Gambar 4.2 Layout Metal Clad Switchgear 24 kV

1. Vacuum circuit breaker dapat bekerja hanya pada posisi close dan trip

saja.

2. Vacuum circuit breaker dapat bekerja apabila sudah tersambung

dengan power supply.

3. Hubungan interlock antara vacuum circuit breaker dan sakelar

pentanahan (ES) yang terhubung ataupun tidak dengan rincian sebagai

berikut :
58

- Vacuum circuit breaker dapat di operasikan pada posisi

close apabila sakelar pentanahan dalam kondisi tidak

terhubung (terbuka).

- Vacuum circuit breaker dapat di operasikan open kapan

saja.

- Sakelar pentanahan (ES) tidak dapat di hubungkan ke

ground apabila kondisi vacuum circuit breaker pada

posisi close.

4.5 Pengujian Tahanan konduktor

Pada pengujian tahanan konduktor ini diberlakukan rumus pada persamaan

3.2. Adapun tiap phase mempunyai perbedaan nilai hambatan dikarenakan

konstruksi dari konduktor yang berbeda. Berikut ini perhitungan untuk tiap-tiap

phasa yang kemudian dijumlahkan dengan nilai hambatan vacuum circuit breaker

yang telah diketahui dari pembuatnya.

Sebelum pengukuran nilai total hambatan untuk masing-masing phase

terlebih dahulu dicari untuk panjang (l) dan luas penampang (A) dari konduktor

masing-masing phase sesuai dengan gambar 3.1 :

Phase A :
59

Phase B :

Phase C :

Nilai hambatan konduktor phase A :

Nilai hambatan konduktor phase B :


60

Nilai hambatan konduktor phase C :

Setelah hasil perhitungan diatas selesai maka dapat dilihat pada table 4.3

hasil dari pengukuran ketiga phase dengan mengacu pada kriteria diatas. Kriteria

yang ada kemudian ditambah dan dikurangi 10% dari nilai hanbatannya.

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan dan Pengukuran Tahanan Metal Clad

Switchgear

Phase Kriteria (µΩ) Hasil Pengukuran (µΩ) Keterangan

A 33.62 ± 10% 35.24 Baik

B 37.18 ± 10% 39.76 Baik

C 41.74 ± 10% 43.63 Baik


61

µΩ

Gambar 4.3 Pengukuran Hambatan Metal Clad Switchgear

4.6 Pengujian Polaritas Trafo Arus dan Trafo Tegangan

Pengujian polaritas adalah untuk mengetahui arah polaritas dari suatu trafo

arus dan trafo tegangan yang terpasang harus sesuai dengan gambar yang tersedia,

hal ini dimaksudkan agar nanti setelah terpasang dengan relay, suatu trafo arus

dan tegangan baik sebagai pengukuran maupun perlindugan tidak terjadi polaritas

yang terbalik, ini akan menganggu dalam pengukuran suatu relay. Alat yang

digunakan untuk polarits check bisa menggunakan battery dan DC Volt meter,

arah yang benar apabila trafo arus atau trafo tegngan tersebut benar adalah

bergerak arah jarum pada DC voltmeter ke kanan sesuai dengan polarity (+) dan

(-). Berikut ini pengujian polaritas untuk trafo arus dan trafo tegangan dengan

menggunakan batterai :
62

CT
P1 P2

S1 S2

V
DC

+ -

Gambar 4.4 Pengujian Polaritas Trafo Arus

A a

+ V
DC
-
N n

Gambar 4.5 Pengujian Polaritas Trafo Tegangan

4.7 Pengujian Rasio Trafo Arus

Sesuai dengan persamaan 3.3 dapat dihitung apakah benar trafo arus

yang pasang telah sesuai dengan permintaan dari pelanggan, adapun trafo yang

diinginkan adalah 500/5A dengan kelas X, 500/5A dengan kelas ketelitian 5P20

dan 300/5 A dengan kelas ketelitian 5P20. Ini berarti ada 3 rasio dalam satu trafo

arus maka perhitungannya adalah dengan memberi arus pada sisi primer sebesar

500A ; 500A dan 300 A, maka keluarlah arus dari sisi sekunder sebesar 5 A.
63

Lilitan pertama dan kedua :

Lilitan ketiga :

Dengan presentasi kesalahan perhitungan perbandingan rasio arus dengan


menggunakan rumus 3.5 adalah :

Dari hasil diatas dapat dilihat dari tabel 4.4 dengan melihat perbandingan

berdasarkan standar BS3938 dan IEC 60044-1-2003 (tabel 3.5 dan tabel 3.6).

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Rasio dan Presentasi Kesalahan Trafo Arus dengan
Perbandingan Presentasi Kesalahan Standar BS3938 dan IEC 60044-1-2003
Rasio Arus Primer Arus Sekunder Presentasi
Kelas Standar (%) Keterangan
(A) (A) (A) Kesalahan (%)

500/5 500 5 X 0 ± 0.25 Baik

500/5 500 5 5P20 0 ±1 Baik

300/5 300 5 5P20 0 ±1 Baik


64

4.8 Pengujian Rasio Trafo Tegangan

Dalam menetukan rasio suatu trafo tegangan maka diberlakukan

persamaan 3.6 yaitu :

Maka metode pengujian adalah dengan memberikan tegangan pada

kumparan primer kemudian melakukan pengukuran pada kumparan sekunder,

dalam pengukuran rasio trafo tegangan ini tidak menggunakan tegangan yang

sesungguhnya yaitu 24 kV akan tetapi menggunakan tegangan yang lebih kecil

untuk menghindari bahaya yang akan timbul apabila diberikan tegangan yang

sesungguhnya. Tegangan yang akan diukur adalah antara phase dan ground.

Untuk itulah maka diberikan tegangan sebesar 100 VAC pada sisi primer maka

dapat dihitung sebagai berikut :

Maka tegangan yang akan kita ukur adalah :

Dengan prosentasi kesalahan perbandingan rasio sesuai dengan

perhitungan diatas maka dengan mengacu pada persamaan 3.7 didapat :


65

Dari hasil diatas dapat dilihat dari tabel 4.5 dengan melihat perbandingan

berdasarkan standar IEC 60044-2-2003 (tabel 3.7).

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rasio dan Presentasi Kesalahan Trafo Tegangan

dengan Perbandingan Presentasi Kesalahan dari Standar IEC 60044-2-2003

Tegangan Tegangan Presentasi Standar


Rasio Kelas Keterangan
Primer (V) Sekunder (V) Kesalahan (%) (%)

2200/110 100 0.5 1 0 ±1 Baik

4.9 Pengujian Megger dan Tegangan Tinggi Kabel dan Konduktor

4.9.1 Pengujian Megger Kabel

Megger test merupakan pengetesan yang dilakukan pada bagian

kabel yang ada di dalam pemasangan MCS. Pengujian ini diperlukan

untuk mengetahui nilai dari tahanan isolasi yang dipasang. Pengujian ini

dilakukan apabila semua komponen-komponen yang berhubungan dengan

kabel seperti MCCB, rele, kontaktor dan lain sebagainya telah terpasang

secara keseluruhan. Megger itu sendiri mempunyai dua kabel yang salah

satu kabelnya dihubungkan pada beban sedang kabel yang lain

dihubungkan pada ground (pentanahan).


66

Pengujian ini dilakukan sebelum dan sesudah test tegangan tinggi.

Dalam pengetesan kontrol circuit ini digunakan alat yaitu Megger 500 V/

1000MΩ. Untuk metode pengujiannya menggunakan standard perusahaan,

yaitu dengan menghubungkan semua kabel dengan menggunakan kawat,

setelah semua kabel terhubung maka pengujian dilakukan dengan

menghubungkan kabel megger pada kabel yang sudah tersambung

keseluruhan sedang kabel yang lain dihubungkan pada ground. Adapun

kriteria yang ditetapkan adalah lebih besar dari 5 MΩ.

4.9.2 Pengujian Megger Konduktor

Pengujian ini dilakukan adalah untuk mengetahui tahanan pada

tiap-tiap konduktor dan konduktor terhadap ground, alat yang digunakan

adalah megger 1000V/2000 MΩ. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan antar phase dan hubungan antar phase ke ground, metodenya

adalah dengan menutup vacuum circuit breaker dan membuka posisi sakelar

pentanahan, setelah semua posisis sudah sesuai maka pengujian megger

dapat dilakukan yaitu dengan menginje ketiga phase ke ground dan antara

phase ke phase. Kriteria yang telah ditetapkan adalah lebih dari 2000 MΩ,

apabila pengujian megger ini sesuai dengan kriteria maka pengujian

tegangan tinggi dapat dilakukan. Pengujian megger ini dilakukan sebelum

dan sesudah dilakukan test tegangan tinggi pada main sirkuit.


67

4.9.3 Pengujian Tegangan Tinggi Kabel Kontrol

Pengujian ini dilakukan dengan maksud untuk memastikan tidak ada

kebocoran pada rangkaian kontrol dan kontak bantu (Auxillary), dan

dilakukan setelah pengujian megger. Dalam pengujian tegangan tinggi

untuk kabel control itu sendiri telah diatur dalam standar IEC 62271-200,

pada metode pengujiannya rangkaian kabel kontrol diinjeksikan pada

tegangan sebesar 2 kV, dengan frekuensi 50 Hz selama 60 detik. Pengujian

ini dimaksudkan adalah untuk mencegah apabila terjadi kebocoran pada

isolasi rangkaian kabel kontrol apabila sudah diberi sumber tegangan yang

mengakibatkan lompatan api listrik antar kabel maupun antara kabel dan

body. Setelah dilakukan test tegangan tinggi pada control sirkuit maka

pengujian megger dikukan kembali untuk mengetahui adanya perubahan

tahanan setelah dilakukan test tegangan tinggi, umumnya setelah pengujia

pada kabel ini nilai dari megger itu lebih kecil dari sebelumnya, akan

tetapi tetap harus lebih dari kriteria yaitu lebih dari 5 MΩ.

4.9.4 Pengujian Tegangan Tinggi Konduktor

Proses pengujian ini sama dengan yang dilakukan pada proses

pengujian control circuit, tetapi nominal pengujian lebih besar dan sangat

difokuskan pada bagian utama suatu Metal Clad Switchgear, untuk nominal

yang diberikan adalah sesuai dengan tabel 2.1 yaitu standar IEC 62271-200.
68

Dengan menggunakan standar diatas maka tegangan yang diberikan

untuk metal clad switchgear dengan tegangan nominal 24 kV adalah

sebesar 60 kV selama 60 detik.

4.10 Pemeriksaan Akhir

Dalam proses ini merupakan proses terakhir setelah semua pengujian

dilakukan dengan hasil yang baik dan benar sesuai dengan kertas kerja yang

disediakan. Pemeriksaan ini meliputi beberapa bagian yang termasuk juga

didalam lembar kerja diantaranya adalah :

4.10.1 Pengecekan Visual

1. Kebersihan dalam panel, hal ini dilakukan dengan maksud

mencegah tertinggalnya peralatan yang telah dupakai dalam

proses pengujian.

2. Melengkapi tutup pada terminal block.

3. Mencatat counter pada vacuum circuit breaker, hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui berapa kali pengoperasian VCB

yang telah dilakukan di PT JAEPSI.

4.10.2 Pengecekan Konstruksi

1. Pengencangan semua baut, maksudnya adalah mencegah

terjadinya kelonggaran pada baut yang dapat mengakibatkan

kerusakan panel yang telah jadi selama transportasi.


69

2. Memastikan posisi sakelar pentanahan dalam kondisi tertutup

dan VCB dalam posisi terbuka dan tidak dalam kondisi charging,

hal ini sangatlah penting mengingat dalam masa transportasi

sering terjadi goncangan yang dapat mengakibatkan beberapa

posisi dapat berubah apabila tidak sesuai dengan posisi yang

telah ditentukan.

3. Pintu harus dalam keadaan terkunci.

4.10.3 Pengecekan Transportasi

1. Pengecekan bagian-bagian dari panel, hal ini dilakukan agar

semua parts pendukung dari panel tidak ada yang tertinggal,

karena tidak semua parts terpasang pada panel.

2. Meletakan tandatangan apabila sudah dilakukan semua

pengechekan pada panel metal clad switchgear secara visual dan

konstruksi.

Untuk jenis transportasi yang digunakan adalah container (water

protected), demikian pula tinggi maksimal adalah 2200 mm. Pada

transportasi ini biasanya pada bagian Switchgear diberikan shock watch

meter pada beberapa bagian panel, hal ini dimaksudkan untuk kontrol

(indikasi) bahwa transportasi yang dilakukan tidak mengalami gangguan

(benturan) yang dapat menimbulkan kerusakan pada Switchgear tersebut,

sehingga dapat diterima oleh pemesan barang dalam kondisi yang baik.
70

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa yang dilakukan pada perakitan Metal Clad Switchgear 24

kV di PT. Japan AE Power Systems Indonesia, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengujian yang dilakukan harus sesuai dengan IEC (International Electrotechnical

Commission), BS (British Standard Institution) dan standar pabrik. Adapun

pengujiannya meliputi :

1. Pengujian Visual dan Konstruksi.

2. Pengujian Vacuum Circuit Breaker.

3. Pengujian Sambungan Kabel.

4. Pengujian Interlock.

5. Pengujian Tahanan Konduktor.

6. Pengujian Polaritas Trafo Arus dan Trafo Tegangan.

7. Pengujian Rasio Trafo Arus.

8. Pengujian Rasio Trafo Tegangan.

9. Pengujian Megger dan Tegangan Tinggi Untuk Kabel Kontrol dan

Konduktor (main circuit).

10. Pemeriksaan Setelah Pengujian.

70
71

Pengujian diatas melalui perhitungan dengan rumus dan juga dibuktikan

dengan melakukan pengujian langsung pada Metal Clad Switchgear 24 kV, kemudian

di sesuaikan dengan penetapan dari semua standar yang telah ditetapkan. Apabila

semua sudah sesuai maka Metal Clad Switchgear 24 kV dapat dinyatakan lulus uji

dan dapat di kirim ke pelanggan dalam kondisi yang handal, dan tidak terjadi lagi

keluhan ketika sudah terpasang.

Saran

Dikarenakan Metal Clad Switchgear 24 kV ini memiliki kapasitas sebagai

pengaman, dan pendistribusian maka harus diperhatikan lagi pada proses

pengoperasian harus benar-benar sesuai prosedur, apabila dalam proses

pengoperasian terjadi kesalahan ini dikhawatirkan dapat menyebabkan korban jiwa

terhadap pelaksana dilapangan dan kerugian materi terhadap konsumen.

71
DAFTAR PUSTAKA

[1] General Technical Guidance of Medium Voltage Switchgear, Hitachi Power Systems

Indonesia, Jakarta, 1998

[2] Merlin Gerin Technical Guide, Medium Voltage, Schneider Electric

[3] International electrotechnical Commission (IEC)Standard

[4] British Standards Institution (BS) 3938 Standard

[5] Inspection Report Metal Clad Switchgear, Japan AE Power Systems Indonesia

[6] Sunil S. Rao, Switchgear and Protection, 2-B, Nath Market, Nai Sarak Delhi - 110006

[7] Ir. Abdul Hadi dan AS Pabla, Sitem Distribusi Daya Listrik, Erlangga, Jakarta 1994

[8] P Van Harten dan Ir. E Setiawan, Instalasi Listrik Arus Kuat 2, Bina Cipta, Bandung 1995

Anda mungkin juga menyukai