Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI KELAYAKAN INSTALASI LISTRIK DI MTS DDI KULO

FEASIBILITY STUDY OF ELECTRICAL INSTALLATIONS IN


MTS DDI KULO

ASRIYANTO
1624042027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT

tuhan seru sekalian alam berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

mengerjakan proposal penelitian yang berjudul “Studi kelayakan instalasi listrik

di MTS DDI KULO”. Salam dan sholawat penulis senantiasa curahkan kepada

Nabi Muhammad SAW sang revolusioner sejati yang menghantarkan peradaban

ummat manusia dari bukit kehinaan menuju lembah kedamaian sehingga hari

kemarin, hari ini dan hari esok dapat merasakan nikmatnya ber-Islam.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada kedua

orang tua penulis, Ayahanda tercinta alm. heruddin dan Ibunda tersayang salasia

atas segala doa, motivasi, nasihat dan pengorbanan serta tak kenal lelah, yang

telah mendidik, membimbing dengan penuh ketulusan hati dan kasih sayang

untuk keberhasilan penulis.

Melalui kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ayahanda Prof. Dr. H. Syahrul, M.Pd. selaku

pembimbing I dan Ayahanda Udin Sidik Sidin, S.Pd., M.T. selaku pembimbing II

yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi serta arahan-arahan agar

penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik.

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis memberikan penghormatan

serta penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Husain Syam, M.TP., IPU., ASEAN., Eng Rektor

Universitas Negeri Makassar.

i
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Yahya, M.Kes., M.Eng., IPU.,

ASEAN.,Eng Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

3. Bapak Dr. M. Yusuf Mappeasse, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

4. Bapak Edi Suhardi Rahman, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan

Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

5. Bapak H. Haripuddin, S.T., M.T., Ketua Program Studi Pendidikan Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

6. Bapak Dr. H. Alimuddin Sa’ban Miru, M.Pd. selaku penguji I.

7. Bapak Drs. Massikki, M.Pd. selaku penguji II.

8. Seluruh Dosen dan Staf administrasi dalam lingkup FT-UNM pada umumnya

dan JPTE FT-UNM pada khususnya yang telah mendidik penulis selama

proses perkuliahan.

Akhirnya dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis berharap

kepada Allah SWT semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis dan pembaca pada umumnya.

Makassar, Februari 2023

Asriyanto

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………...……..….……………….i

KATA PENGANTAR ……………………………………….……..…………....ii

DAFTAR ISI……………………………………………………...………...…....iv

DAFTAR TABEL ………………………………………………..…………......vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………......1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………....5

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………….6

D. Manfaat Penelitian …………………………………………………….......6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjuan Pustaka……………………………………………………………8

B. Penelitian Yang Relevan …………………………………………………27

C. Kerangka Pikir…………………………………………………………...30

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian…………………………………………………………...19

B. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………....19

C. Subjek dan Objek Penelitian……………………………………………..19

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data…………………………….....21

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………33

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Alat Ukur Yang Digunakan Dalam Penelitian......................................27

Tabel 3. 2 Format Pengukuran Instalasi sekolah...................................................27

Tabel 3. 3 Pengelompokkan Pengujian Instalasi...................................................32

Tabel 3. 4 Kategori Kelayakan..............................................................................32

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Cara mengukur tahanan isolasi.........................................................20

Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Pikir.......................................................................22

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini tenaga listrik sangat penting dalam kehidupan sehari-hari baik bagi

masyarakat perkotaan mau pun pedesaan dalam kehidupan rumah tangga yang

sudah terjangkau jaringan listrik. instalasi penerangan ini tidak hanya untuk

penerangan lampu saja, tetapi juga untuk keperluan peralatan listrik rumah tangga

seperti, radio, televisi, setrika listrik, kulkas, mesin cuci, dan lainnya.

Menurut Saefudin (2020), pada dasarnya bahwa seharusnya listrik tidak

menimbulkan kebakaran, asalkan semuanya dalam keadaan standar. Jika terjadi

kebakaran, dapat di pastikan ada kondisi yang tidak standar, baik pada instalasi

listrik itu sendiri, maupun karena kondisi disekeliling instalasi listrik tersebut.

Kenyataannya, perkembangan kebutuhan beban listrik terkadang tidak

diimbangi dengan pembaharuan maupun perawatan berkala instalasi listrik, yang

merupakan penyalur tenaga listrik sehingga kadang terdapat pemasangan instalasi

listrik yang tidak memenuhi standar seperti:

1. Peralatan/material instalasi listrik nonstandar

2. Pemasangan instalasi listrik yang kurang baik

3. Tahanan isolasi penghantar mengalami penyusutan sehingga dapat

menyebabkan kebakaran dan lain-lain. Unsur instalasi listrik terlalu tua,

sehingga instalasi terkelupas, sakelar/ kotak kontak aus, sambungan kabel

rusak dan lain-lain.

1
Dari kondisi di atas, Sehingga tujuan utama dilaksanakan persyaratan yang

mengikat mengenai pemasangan instalasi listrik adalah agar terselenggaranya

instalasi yang benar-benar laik. Sehingga aman bagi manusia beserta isinya, juga

instalasi sendiri. Peraturan-peraturan ini tertuang dalam Persyaratan Umum

Instalasi Listrik (PUIL) tahun 2011, dan peraturan dari sumber lainnya.

Perlengkapan listrik yang memenuhi persyaratan adalah yang memenuhi

persyaratan standar perlengkapan tersebut, sedangkan untuk perlengkapan listrik

yang SNI (Standar Nasional Indonesia), dinyatakan wajib, adalah perlengkapan

listrik yang sudah lulus pengujian sesuai SNI terkait dan mendapatkan sertifikat

produk dari lembaga Sertifikasi Produk yang sudah terakreditasi oleh Komite

Akreditasi Nasional (KAN), serta diberi label SNI pada produknya.

Instalasi listrik yang terpasang harus diverifikasi oleh KONSUIL (Komite

Nasional Keselamatan untuk Instalasi Listrik) atau PPILN (Perkumpulan

Pemeriksa Instalasi Listrik Nasional), yang saat ini telah mendapatkan izin dan

pengesahan dari instansi/lembaga yang berwenang, yaitu Direktorat Jendral

Ketenaga Listrikan, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. Setelah

dinyatakan memenuhi syarat maka instalasi listrik dinyatakan layak operasi dan

akan diterbitkan Sertifikat Layak Operasi, sehingga instalasi listrik laik

dioperasikan.

Kemudian pelanggan dapat diberikan sambungan listrik oleh PT. PLN

(persero). Berdasarkan peraturan menteri energi dan sumber daya mineral nomor;

5 tahun 2014 tentang tata cara akreditasi dan sertifikat ketenaga listrikan, sertifikat

2
layak operasi untuk konsumen voltase rendah berlaku paling lama diatas 10

(sepuluh) tahun. Hal ini berarti di atas sepuluh tahun instalasi konsumen voltase

rendah harus diverifikasi ulang untuk mendapatkan sertifikat laik operasi yang

baru Sayogo, (2021).

MTS DDI Kulo adalah salah satu satuan pendidikan dengan jenjang MTS

di Kulo, Kec. Kulo, Kab. Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Dalam

menjalankan kegiatannya, MTS DDI Kulo berada dibawah naungan kementerian

agama. MTS DDI KULO berada di Jl. Pangeran diponegoro no. 20 kulo, kulo,

kec. Kulo, kab. Sidenreng rappang, Sulawesi selatan. MTS DDI KULO berdiri

pada tahun 2010.

Sejak berdirinya ada beberapa perubahan/pergantian pada instalasinya

seperti pembaharuan pada KWH meter dan pergantian titik instalasi dalam hal ini

kotak kontak satu set dan sakelar satu set dari keseluruhan lima ruang kelas,

pergantian instalasi pada ruang kelas VII sebanyak dua titik, kelas VIII sebanyak

tiga titik, kelas IX sebanyak tiga titik, dan kantor terdapat empat titik pada tahun

2021, hingga kini tidak ada lagi gangguan setelah perbaikan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan melaksanakan

penelitian terhadap kelayakan instalasi dengan judul studi kelayakan instalasi

listrik di MTS DDI KULO.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas yang telah dikemukakan dan

dengan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini maka

3
rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat kelaikan instalasi di sekolah MTS DDI KULO yang

telah dipakai lebih dari 10 tahun?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tingkat kelaikan tersebut tidak

sesuai dengan PUIL 2011?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat kelaikan instalasi listrik di sekolah MTS DDI KULO

yang telah dipakai lebih dari 10 tahun

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelaikan instalasi

listrik di sekolah MTS DDI KULO yang berumur diatas 10 tahun sesuai

dengan PUIL 2011.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, Berdasarkan tujuan penelitian yang sudah dikemukakan

sebelumnya, maka diharapkan dapat memberikan konstribusi positif dalam upaya

peningkatan mutu kelistrikan dalam hal kelayakan instalasi listrik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, Berdasarkan tujuan penelitian yang sudah dikemukakan

sebelumnya, maka diharapkan dapat memberikan konstribusi positif dalam upaya

peningkatan mutu kelistrikan dalam hal kelayakan instalasi listrik.

4
a. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini sebagai bahan pembelajaran untuk menambah

ilmu pengetahuan serta pengalaman, khususnya dalam bidang kelistrikan tentang

kelayakan instalasi listrik di sekolah.

b. Bagi Mahasiswa

Manfaat penelitian ini bagi pembaca yaitu dapat menambah referensi

dan wawasan untuk pembuatan tugas-tugas atau hal-hal lain yang berhubungan

dengan bidang kelistrikan tentang kelayakan instalasi listrik di sekolah.

c. Bagi Masyarakat

Manfaat penelitian ini bagi masyarakat yaitu untuk memberi

pengetahuan dan pemahaman baru tentang bidang kelistrikan tentang kelayakan

instalasi listrik di sekolah yang sesuai dengan aturan Peraturan Umum Instalasi

Listrik 2011, khususnya di MTS DDI KULO.

d. Bagi MTS DDI KULO

Sebagai bahan masukan atau referensi bagi pihak sekolah tentang

kelayakan instalasi listrik

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Evaluasi

Kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang berarti penilaian

atau penafsiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan

kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan

menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk

memperoleh kesimpulan. Teknis pelaksanaan evaluasi meliputi penetapan objek

yang akan dievaluasi, menentukan instrumen yang cocok dengan apa yang akan di

evaluasi, melakukan pengukuran terhadap objek evaluasi, mengumpulkan data

hasil pengukuran data mengolah data yang didapatkan dari hasil pengukuran.

Berdasarkan data pengukuran dapat dijadikan sebagai rekomendasi yang dapat

dijadikan sebagai dasar dalam menentukan keputusan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia jilid 3 terbitan 2007 evaluasi

diartikan penilaian, memberikan penilaian sedangkan dalam pengertian teknik

6
berarti peninjauan kembali terhadap hal-hal yang telah direncanakan. Secara

umum, evaluasi instalasi listrik adalah memberikan penilaian atau peninjauan

kembali terhadap perangkat peralatan tehnik beserta perlengkapannya yang

dipasang baik dari segi pembangkitan , distribusi, pelayanan maupun pemakaian

tenaga listrik.

2. Kelayakan

Kelayakan berasal dari kata dasar layak memperoleh konflik ke-an. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia juli 3 (2007), layak berarti patut atau pantas.

Kelayakan yang dimaksudkan disini adalah patut atau pantas sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Listrik 2011.

Adapun kriteria kelayakan yang akan dievaluasi. Dalam penelitian ini yaitu:

pengamanan, saklar, kotak kontak, penghantar, dan fitting.

Kelayakan instalasi listrik memiliki beberapa persyaratan yaitu

perancangan, pemeriksaan, pemasangan dan pengujian madawangi, as: D.; (2020)

yang akan dijelaskan di bawah ini:

a. Perancangan Instalasi Listrik

Rancangan instalasi listrik ialah berkas gambar rancangan dan uraian

teknik, yang digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan pemasangan suatu

instalasi listrik. Rancangan instalasi listrik harus dibuat dengan jelas, serta mudah

dibaca dan dipahami oleh para teknisi listrik. Untuk itu harus diikuti ketentuan

dan standart yang berlaku.Rancangan instalasi listrik terdiri dari: gambar situasi,

7
gambar instalasi, diagram garis tunggal, gambar rinci, tabel dan bahan instalasi,

uraian teknis dan perkiraan biaya.

b. Pemasangan Instalasi Listrik

Pemasangan instalasi listrik harus memenuhi ketentuan peraturan,

sehingga instalasi tersebut aman untuk digunakan sesuai dengan maksud dan

tujuan penggunaanya, mudah dioperasikan dan dipelihara. Pemasangan instalasi

listrik harus memenuhi syarat yaitu:

1) Pemasangan instalasi listrik harus mengacu dan memenuhi ketentuan PUIL.

2) Material dan peralatan instalasi listrik, harus memenuhi standart yang berlaku

SNI, LMK, SPLN, dll.

3) Instalasi listrik baru maupun penambahan dan rehabilitasi, harus dikerjakan

oleh instalatir yang professioanal, yang memiliki teknik tenaga ahli yang

bersertifikat keahlian/kompetensi (ketentuan UU 15/1985, UU 18/1999,

Peraturan/ketentuan PLN). Berdasarkan hal tersebut pemasangan instalasi

listrik harus dari tenaga yang ahli dibidang instalasi listrik dan instansi

berwenang. Tenaga ahli/ instalatir di indonesia ini sering disebut Biro Teknik

Listrik (BTL).

c. Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Listrik

Hasil pemeriksaa dan pengujian instalasi harus dinyatakan secara tertulis

oleh pemeriksa dan penguji yang di tugaskan. Instalasi listrik harus diperiksa dan

diuji secara periodik sesuai ketentuan/standart yang berlaku. Meskipun instalasi

listrik dinilai baik oleh instansi yang berwenang, pelaksanaan instalasi listrik tetap

8
terikat oleh ketentuan tersebut atas instalasi yang dipasangnya. Dalam keputusan

Menteri No.1109K/30/MEM/2005, menetapkan, memutuskan: Ke-Satu:

menetapkan Komite Nasional Keselamatan untuk Instalasi Listrik (KONSUIL)

yang dideklarasikan pada tanggal 25 Maret 2003 di Jakarta sebagai lembaga

pemeriksa instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan rendah. Ke-

Dua: KONSUIL bertugas melaksanakan pemeriksaan dan menerbitkan sertifikat

layak operasi instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan rendah.

Proses Pemeriksaan Instalasi Listrik sampai Terbitnya SLO/TLO

Pertama, setelah calon/pelanggan membayar biaya penyambungan, PLN

segera memasang KWh meter dengan MCB posisi “off” disegel dengan stiker

warna merah yang bertuliskan “menyambung listrik ke KWh meter PLN harus

sudah ada SLO sertifikat Laik Operasi” apabila tidak ada SLO berarti melanggar

UU No 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan pasal 44 ayat 4 dan pasal 54 ayat

1 tentang sanksi setiap orang yang mengoprasikan tenaga listrik tanpa sertifikat

laik operasi dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda

paling banyak Rp. 500.000.000,00- lima ratus juta rupiah. Sangat disayangkan

pelanggan yang rumahnya telah terpasang KWh meter tidak memperhatikan lagi

apakah instalasi listrik dirumahnya sudah ber- SLO atau belum karena

menyambung listrik dengan cara merobek stiker yang terbuat dari kertas plastik

sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapapun.

Hal ini menjadi pekerjaan rumah untuk mensosialisasikan Undang-undang

No 30 terutama mengenai keselamatan ketenagalistrikan kepada masyarakat

9
dengan harapan tercipta kesadaran masyarakat secara bertahap dengan sukarela

datang ke kantor konsuil mengajukan permohonan pemeriksaan instalasi listrik

sebelum dialiri listrik PLN. Biaya pemeriksaan instalasi ditentukan berdasarkan

persetujuan surat Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 27 November

2006 nomor 406745600.42006.

Kedua, instalasi listrik di rumah pelanggan dikerjakan oleh tenaga teknik

kontraktor instalatir listrik yang seharusnya “bersertifikat kompetensi pemasangan

kontruksi” dari lembaga sertifikasi yang terakreditasi. Setelah instalasi dipasang

oleh instalatir, konsumen akan diberikan gambar instalasi. Gambar ini nantinya

sebagai dasar pemeriksaan instalasi oleh petugas pemeriksa instalasi tegangan

rendah KONSUIL, apabila hasil pemeriksaan dan pengujian instalasi yang

dipasang telah sesuai dengan peraturan dan kesesuaian standar yang berlaku maka

KONSUIL menerbitkan SLO, kelengkapan ini yang dijadikan dasar untuk

dialirkannya dioperasikan listrik ke instalasi milik pelanggan dengan membuka

stiker merubah posisi MCB ke “On”.

Ketiga, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, pemeriksaan

instalasi dilakukan oleh lembaga independen diluar PLN sebagai pemeriksa

instalasi listrik tegangan rendah dalam hal ini Komite Nasional Keselamatan

Untuk Instalasi Listrik disingkat KONSUIL. Badan pelaksana KONSUIL

memeriksa instalasi listrik tegangan rendah sesuai Standar Nasional Indonesia

SNI, Persyaratan Umum Instalasi Listrik PUIL dan peraturan lainnya yang

berlaku sebagai acuan pemeriksaan terhadap material yang digunakan antara lain

10
pemasangan instalasi, penghantar kabel listrik, kotak kontak, tusuk kontak, saklar,

fitting, pengaman, konduktor pembumian grounding dan lain sebagainya yang

pada intinya instalasi listrik harus standar, berlabel Standar Nasional Indonesia

SNI.

Keempat, apabila instalasi listrik sudah memenuhi standar maka di

terbitkan SLO, apabila instalasi listrik tidak standar atau belum di pasang,

KONSUIL memberi tenggang waktu kepada instalatir BTL dalam jangka waktu 3

hari untuk memperbaiki dan memasang instalasi listrik apabila sudah standar akan

diterbitkan SLO dan apabila tidak standar maka akan diterbitkan TLO.

3. Instalasi listrik

Menurut Sugiharto (2019) “pada hakekatnya instalasi listrik bangunan

merupakan penyalur energi listrik, jadi berfungsi sebagai penghantar”.

Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2009

Tentang ketenaga listrikan dalam pasal 1 yaitu:

a. Ketenaga listrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan

pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.

b. Tenaga listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan,

ditransmisikan, dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, tetapi tidak

meliputi listrik yang dipakai untuk komunikasi, elektronika, atau isyarat.

c. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan tenaga listrik meliputi

11
pembangkitan, transmisi, distribusi, dan penjualan tenaga listrik kepada

konsumen.

d. Membangkitkan tenaga listrik adalah kegiatan memproduksi tenaga listrik.

e. Transmisi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari pembangkitan ke

sistem distribusi atau ke konsumen, atau penyaluran tenaga listrik antar

system.

f. Distribusi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari sistem transmisi

atau dari pembangkitan kekonsumen.

g. Konsumen adalah setiap orang atau badan yang membeli tenaga listrik dari

pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik.

h. Usaha penjualan tenaga listrik adalah kegiatan usaha penjualan tenaga listrik

kepada konsumen.

i. Rencana umum ketenaga listrikan adalah rencana pengembangan sistem

penyediaan tenaga listrik yang meliputi bidang pembangkitan, transmisi, dan

distribusi tenaga listrik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan listrik.

j. Izin usaha penyediaan tenaga listrik adalah izin untuk melakukan usaha

penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.

k. Izin operasi adalah izin untuk melakukan penyediaan tenaga listrik untuk

kepentingan sendiri.

l. Wilayah usaha adalah wilayah yang ditetapkan pemerintah sebagai tempat

badan usaha distribusi atau penjualan tenaga listrik melakukan usaha

penyediaan tenaga listrik.

12
m. Ganti rugi hak atas tanah adalah penggantian atas pelepasan atau penyerahan

hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, atau benda lain yang terdapat di

atas tanah tersebut.

n. Kompensasi adalah pemberian sejumlah uang kepada pemegang hak atas

tanah berikut bangunan, tanaman, atau benda lain yang terdapat di atas tanah

tersebut karena tanah tersebut digunakan secara tidak langsung untuk

pembangunan ketenaga listrikan tanpa dilakukan pelepasan atau penyerahan

hak atas tanah.

o. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun1945.

p. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.

q. Menteri adalah menteri yang membidangi urusan ketenaga listrikan.

r. Setiap orang adalah orang perorangan atau badan baik yang berbadan hukum

maupun yang bukan berbadan hukum.

4. Standarisasi

Dijelaskan bahwa standar adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai

patokan atau sebagai alat perbandingan yaitu sesuatu yang dianggap tetap nilainya

sehingga dapat dipakai sebagai urusan nilai. Sedangkan standarisasi diartikan

sebagai bentuk (ukuran, kualitas, dan sebagainya) dengan pedoman standar yang

13
ditetapkan.

Menurut dalam Tanjung, et al (2021) standarisasi adalah penetapan atau

penyesuaian bentuk, ukuran, dan kualitas sebagai pedoman untuk melakukan

pekerjaan. Standarisasi bertujuan untuk:

1. Menjamin mutu atau kualitas peralatan karena telah melalui proses pengujian

2. Mencapai keseragaman mengenai:

a) Ukuran

b) Bentuk

c) Mutu

d) Cara menggambar

e) Cara kerja

5. Prinsip Dasar Instalasi Listrik

Menurut Dongka (2020), prinsip-prinsip dasar instalasi listrik sebagai berikut:

a. Keamanan (safety)

Instalasi listrik harus menjamin keselamatan manusia atau operator, ternak,

bangunan, peralatan atau perlengkapan instalasi listrik, dan lingkungan dari

bahaya yang dapat timbul akibat penggunaan energi listrik.

b. Keandalan

1. Terjaminnya keberlang sungan suplai energi listrik ke pemakai.

2. Instalasi listrik bekerja pada nilai nominal tanpa menimbulkan kerusakan.

3. Ketepatan pengaman untuk menanggapi jika terjadi gangguan.

c. Ketercapaian

14
Pemasangan instalasi listrik harus mudah dijangkau oleh pemakai, seperti:

1. Saklar yang dipasang terlalu tinggi dari lantai misalnya 3 meter sehingga susah

untuk dijangkau.

2. Saklar yang letaknya tertutup lemari, sehingga susah untuk dijangkau.

d. Keindahan atau Kerapian

Instalasi listrik harus dipasang sehingga tampak rapi atau indah (tidak

mengganggu pemandangan).

e. Mutu terjamin

Peralatan dan perlengkapan instalasi listrik, harus sesuai standar memiliki

sertifikat standarisasi mutu, seperti SPLN, SNI, dan PUIL 2011.

f. Ekonomis

Instalasi listrik harus direncanakan sedemikian rupa sehingga harga

keseluruhan dari instalasi itu semurah mungkin, mudah pemasangan, dan

pemeliharaannya namun tetap mengikuti aturan dan standarisasi yang berlaku.

g. Mudah diperluas

Instalasi listrik sedapat mungkin direncanakan sedemikian rupa sehingga

perluasan instalasi misalnya karena pertambahan beban tidak sukar dilaksanakan

(tidak banyak perubahan atau pengganti peralatan yang telah ada).

6. Laik

Menurut Agus, M. (2020) Arti kata laik adalah memenuhi persyaratan

15
atau yang harus ada, patut, pantas, atau layak.

7. Komponen-Komponen Kelistrikan

a. Pengaman

Pengaman adalah suatu peralatan listrik yang sangat menentukan

kelangsungan penyaluran daya listrik ke konsumen, karena dapat mengamankan

suatu rangkaian listrik apabila terjadi suatu gangguan yang tidak diinginkan tanpa

merusak peralatan listrik tersebut. Pemilihan pengaman yang baik adalah apabila

dalam suatu instalasi listrik terjadi suatu gangguan, hanya tangan yang paling

dekat dengan gangguan itu yang akan berfungsi. Arus nominal dari pengaman

tidak boleh melebihi kemampuan hantar dari hantaran, maka dalam hal ini dapat

digunakan pengaman yang setingkat lebih kecil.

1. Pengaman dengan circuitbreaker

Pengaman circuit breaker yang biasa digunakan untuk pada instalasi rumah

tinggi adalah miniatur circuit breaker (MCB), yang dapat berfungsi sebagai

pengaman ganda . yaitu dapat memutuskan rangkaian apabila terjadi hubung

singkat dan dapat memutuskan rangkaian apabila terjadi beban lebih.

b. Pengaman Lebur

Pengaman lebur adalah salah satu pengaman yang digunakan pada penerangan

instalasi rumah. pengaman lebur atau sekring berfungsi untuk mengamankan

hantaran dan peralatan listrik terhadap beban lebih, hubung singkat antar fasa atau

antara fasa dan netral yang disebabkan oleh kerusakan isolasi atau hubung singkat

16
dengan badan atau peralatan listrik.

c. Sakelar

Sakelar adalah alat yang berfungsi untuk memutus dan menghubungkan

rangkaian listrik. Sakelar dapat dikelompokkan antara lain: sakelar tunggal,

sakelar seri, sakelar kutup dua, sakelar silang, dan sakelar tukar.

sakelar harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:

1. Harus dapat dilayani secara aman tanpa memerlukan alat bantu.

2. Jumlahnya harus sedemikian sehingga semua pekerjaan pelayanan,

pemeliharaan, dan perbaikan pada instalasi dapat dilakukan dengan aman.

3. Dalam keadaan terbuka, bagian-bagian sakelar yang bergerak harus tidak

bertegangan.

4. Kemampuan sakelar sekurang-kurangnya harus sesuai dengan daya alat yang

dihubungkannya, tetapi tidak boleh kurang dari 5A.

d. Kotak Kontak

Kotak Kontak digunakan sebagai tempat untuk menghubungkan peralatan

atau alat pemakai listrik yang dapat dipindah-pindahkan dengan saluran yang

dipasang tetap atau tidak tetap. Kotak kontak harus terbuat dari bahan yang tidak

mudah terbakar dan tahan terhadap kelembapan, serta harus cukup kuat.

Syarat-syarat penetapan penempatan kotak kontak antara lain:

1. Secara umum kotak kontak sebaiknya dipasang tidak jauh dari sudut ruangan.

penempatan kotak kontak di depan pintu itupun kurang tepat, karena kabel

fleksibel yang dihubungkan dengan kotak kontak tersebut dapat mengganggu

17
orang yang masuk ruangan melalui pintu tersebut.

2. Kotak kontak sebaiknya jangan dipasang di dekat kaki dinding karena dapat

membahayakan anak-anak. Kotak kontak di dinding dipasang minimal 125

cm dari lantai dan apabila kurang dari 125 cm, maka diberi penutup

pengaman.

e. Fitting

Fitting adalah alat yang berfungsi sebagai tempat atau dudukan bola

lampu. Fitting dapat dikelompokkan menurut penempatannya yaitu:

1. Fitting plafon.

2. Fitting dinding

3. Fitting gantung.

Syarat-syarat dalam pemasangan dan penempatan fitting antara lain:

1) Fitting lampu yang memakai sakelar harus dirancang sedemikian rupa

sehingga tidak mungkin terjadi kontak antara penghantar masuk dan bagian

sakelar yang bergerak atau tidak bertegangan (PUIL2011)

2) Fitting lampu untuk penerangan luar dan dalam ruangan dengan air tetes harus

kedap tetesan atau dipasang dalam armature penerangan yang kedap tetesan

(PUIL,2011).

f. Penghantar Instalasi

Dalam pemasangan instalasi penerangan penghantar adalah seutas kawat,

baik yang telanjang maupun berisolasi sebagai kabel yang berfungsi

menghantarkan arus listrik. Penghantar terdiri dari dua jenis yaitu kabel dan

18
kawat. Kabel adalah penghantar yang dilapisi dengan bahan isolasi (penghantar

berisolasi) Kawat adalah penghantar tanpa dilapisi bahan isolasi (penghantar

telanjang) Mengenai penghantar yang akan digunakan dalam instalasi penerangan

rumah tinggal di antaranya kabel NYA dan kabel NYM. Persyaratan penghantar

instalasi antara lain:

1. Besar penampang penghantar

Menurut Dongka (2020), penghantar untuk pemasangan tetap harus dari

bahan tembaga dengan penampang sekurang- kurangnya 1,5 mm, atau dari bahan

lain dengan bahan yang dibutuhkan.

2. Identifikasi warna penghantar

Identifikasi warna penghantar bertujuan untuk mendapatkan kesatuan

pengertian mengenai penggunaan suatu warna atau warna loreng yang digunakan

untuk mengenal penghantar, guna keberagaman dan mempertinggi keamanan.

Mengenai penggunaan warna untuk identifikasi penghantar berlaku ketentuan-

ketentuan sebagai berikut:

a. Warna loreng hijau-kuning (majemuk) hanya boleh digunakan untuk

menandai penghantar pembumian.

b. Warna biru digunakan untuk menandai penghantar netral atau kabel tengah,

pada instalasi listrik dengan penghantar netral.

c. Warna-warna hitam, kuning dan merah digunakan untuk menandai penghantar

fase.

Pada instalasi fase-tiga, warna-warna yang harus digunakan untuk fase-

19
fasenya adalah:

Fase 1 (fase R) : merah Fase 2 (fase S) : kuning dan Fase 3 (fase T) : Hitam

Ketentuan-ketentuan di atas berlaku untuk semua instalasi pasangan tetap maupun

sementara, termasuk pada perlengkapan hubung bagi (PHB).

g. Tahanan Isolasi Penghantar

1. Pengertian tahanan isolasi

Tahanan isolasi adalah tahanan antara dua kabel saluran atau dua bagian

yang diisolir satu dengan yang lain. Nilai tahanan isolasi dari bagian dalam

ruangan yang kering harus mempunyai nilai sekurang-kurangnya 1000 ohm

persatu volt tegangan manual. Jika tegangan yang digunakan pada instalasi rumah

220 V, maka nilai tahanan yang diperlukan sebesar 1,0 M.

2. Syarat tahanan isolasi

Berdasarkan PUIL 2011, syarat pengujian tahanan isolasi adalah:

a.Resistensi isolasi dari bagian instalasi dalam ruangan yang kering harus

mempunyai nilai sekurang-kurangnya 1000 ohm per satu volt tegangan

nominal.

b. Bagian instalasi yang diukur adalah yang terletak di antara dua pengaman harus

lebih dan yang terletak sesudah pengaman arus yang terakhir.

3. Mengukur tahanan isolasi

Untuk mengukur besarnya nilai tahanan isolasi, peneliti menggunakan alat

Megger. Di bawah adalah gambar cara untuk mengukur tahanan isolasi pada

suatu instalasi penerangan rumah.

20
N
M

Gambar 2. 1 Cara mengukur tahanan isolasi

Tanda n adalah nol, f adalah fase, dan M = Alat ukur meger (500 Volt – 1000

Volt). Megger digunakan untuk mengukur besarnya tahanan isolasi. Pada megger

jarum pada layar harus ditempatkan pada posisi nol melalui pengaturannya.

Setelah jarum penunjuk berada dalam posisi yang benar, maka magger tetap siap

untuk digunakan. Pada megger ini memerlukan tegangan ukur yang lebih tinggi,

dan biasanya diperoleh dari generator tangan yang mana dapat menghasilkan

tegangan dari 500 volt sampai 1000 volt.

4. Kemampuan Hantar Arus (KHA)

Kemampuan penghantar untuk mengalirkan nilai arus listrik terus-

menerus pada kondisi tertentu tanpa menimbulkan suhu tetap yang melebihi harga

tertentu. pada umumnya KHA dari penghantar yang digunakan dalam setiap

sirkuit cabang tidak boleh diturunkan di bawah nilai pengenal gawai proteksi

(PUIL 2011,4.6.3.1). Penghantar harus mempunyai kemampuan hantar harus yang

sekurang-kurangnya sama dengan arus yang akan mengalir melaluinya, ialah

ditentukan sesuai dengan arus kebutuhan maksimum yang dihitung menurut

perhitungan beban atau jumlah titik beban dalam sebuah rangkaian akhir.

21
Adapun cara perhitungan KHA pada penghantar arus bolak- balik satu fase

dalam rumus sebagai berikut:

I = P / (Vcospi)

I = Arus yang mengalir pada kawat (ampere)

P = Daya yang terpasang (watt)

VLN = Tegangan line to netral (V)

Cos = Faktor kerja beban.

Luas penampang penghantar sirkuit yang digunakan terkait pada kebutuhan

maksimum sirkuit dan ditentukan oleh KHA penghantar keadaan sekeliling seperti

suhu, isolasi internal dan susut tegangan yang diperkenalkan ialah 5%.

B. Kerangka Pikir

Kelayakan suatu instalasi listrik rumah berkaitan dengan standar peraturan

dan usia pemakaiannya. Hal ini karena listrik sangat penting artinya bagi

kehidupan sehari-hari, Hal ini karena listrik peralatan rumah dapat difungsikan

sebagai mana mestinya. Oleh karena itu, suatu rumah harus mendapatkan suplai

listrik yang dirancang sedemikian rupa dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan

yang tercantum dalam PUIL 2011. Dari berbagai peralatan dan perlengkapan

instalasi tersebut diantaranya adalah penghantar instalasi, pengaman instalasi,

sakelar, kotak kontak, dan fitting.

Instalasi listrik rumah adalah susunan perlengkapan listrik yang berkaitan

satu dengan yang lainnya, serta memiliki ciri terkoordinasi, dan bertujuan untuk

memberikan penerangan dan sumber tenaga listrik untuk keperluan peralatan-

22
peralatan listrik rumah. Standarisasi adalah penetapan atau penyesuaian bentuk,

ukuran, dan kualitas sebagai pedoman untuk melakukan pekerjaan. Standarisasi

bertujuan untuk:

a. Menjamin mutu atau kualitas peralatan karena telah melalui proses pengujian

b. Mencapai keseragaman mengenai ukuran, bentuk, mutu, cara menggambar

dan cara kerja.

Instalasi Gedung Sekolah MTS DDI Kulo

Usia atau Lama Pemakaian

PenampangPenghantar
Tahanan Isolasi
TahananPembumian
Pengaman
Penempatan

Laik atau Tidak Laik

Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Pikir

23
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif adalah metode penelitian yang

berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi

objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti

sebagai instrumen kunci pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kuantitatif, dan hasil penelitian

kuantitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian deskriptif

kuantitatif bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan, menerangkan,

menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti

dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau

suatu kejadian. Dalam penelitian kuantitatif manusia merupakan instrumen

penelitian dan hasil penulisannya berupa fakta-fakta atau pernyataan yang sesuai

dengan keadaan sebenarnya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

24
Penelitian ini akan dilaksanakan pada sekolah MTS DDI KULO, terletak

di Desa kulo, Kecamatan Kulo, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Pelaksanaan

penelitian ini direncanakan pada bulan Maret 2023 sampai dengan April 2023.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian Secara garis besar yang menjadi subjek penelitian ini

adalah instalasi sekolah MTS DDI KULO yang sudah berumur lebih dari 10

tahun.

2. Objek Penelitian

Penentuan objek penelitian meliputi: penentuan populasi, sampel dan teknik

pengambilan sampel.

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

instalasi listrik penerangan di sekolah dengan daya 900VA, dengan umur instalasi

listrik lebih dari 10 tahun di MTS DDI KULO. Adapun kelas yang ada disana

yaitu lima kelas dari 202 siswa.

b. Sampel

25
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti (Suharsimi

A,2014: 173). Sampel pada penelitian ini adalah sejumlah instalasi penerangan

listrik sekolah dengan suplai daya maksimal 900 VA dengan umur instalasi

sekolah lebih dari 10 tahun di MTS DDI KULO.

Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik sampel bertujuan atau purposive sampel. Sampel bertujuan

dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random

atau daerah tetapi didaasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya

dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu,

tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

Walaupun cara seperti ini di perbolehkan, yaitu penelitian ini bisa

menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat- syarat yang

harus dipenuhi yakni:

1) Penelitian sampel harus didasarkan atas ciri-ciri

2) Sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi

3) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang

paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (keysubjectis)

4) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi

pendahuluan.

Dari pertimbangan di atas maka dalam penelitian ini akan berfokus ke

salah satu sekolah swasta di Kulo, Kec. Kulo, kab, Sidenreng Rappang, Sulawesi

Selatan. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total sampling. Teknik ini

26
digunakan dengan alasan jumlah populasi kurang dari 100.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi metode observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

a) Observasi

Dalam penelitian ini, untuk mengungkap tahanan isolasi, tahanan

pembumian, luas penampang penghantar, dan kondisi pengaman isolasi. Dalam

pengambilan data ini, peneliti mengadakan pengamatan terhadap objek penelitian

sesuai dengan data yang diperlukan pada instalasi sekolah di atas usia 10 tahun.

b) Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi sekolah yang ingin

diteliti

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yang dari asal dokumen, yang artinya barang- barang

tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-

benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen

rapat, catatan harian, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh

data jumlah pelanggan listrik sekolah yang berdaya maksimal 900 VA dan telah

terpasang lebih dari 10 tahun.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka instrumen penelitian ini

27
menggunakan pedoman pengamatan, variasi ceklist (checklist).

a) Pedoman Pengamatan

Pedoman yang dipilih menggunakan pedoman sebagai instrument

pengamatan. Pedoman observasi berisi daftar jenis kegiatan yang mungkin

timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi (pengamat) tinggal

memberikan tanda atau tally pada kolom tempat peristiwa muncul. Itulah

sebabnya maka cara bekerja seperti ini disebut sistem tanda (sign system).

b) Ceklist (checklist)
Instrumen ini yaitu instrumen dengan daftar variabel yang akan

dikumpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda atau tally

setiap pemunculan gejala yang di maksud. Dalam penelitian ini instrumen yang

digunakan dikembangkan dalam bentuk alat ukur dan tabel format hasil

penelitian. Adapun alat ukur dan format yang digunakan dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. 1 Alat Ukur Yang Digunakan Dalam Penelitian


NO NAMA ALAT UKUR MODEL DAN MEREK
Model MG 1000
Megger
1 Merk SANWA, Japan
Model Kew 4105 A
Earth meter
2 Merk Kyoritso Digital Earth Tester
Tricle Brand
Mistar ingsut
3 Merk China
VPR Measuring Tape autolok
Meteran
4 7,5 m/25ft

28
Tabel 3. 2 Format Pengukuran Instalasi sekolah
Resistansi
No Penempata
(MὨ) Nilai Luas Kondisi
n
f/n f/g N/g Pembumian Penampang Pengaman
Peralatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9

3. Prosedur Penelitian

Langkah penelitian untuk pengambilan data dilakukan beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap Persiapan

Tujuan dari tahap persiapan penelitian adalah untuk mengkondisikan objek

penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Langkah-langkah yang

dilakukan dalam tahap persiapan, yaitu mempersiapkan alat untuk penelitian,

semua alat yang akan digunakan harus dipersiapkan terlebih dahulu.

b. Mengkondisikan Objek Penelitian

Objek penelitian ini yang dimaksud adalah instalasi listrik sosial/sekolah

yang telah digunakan lebih dari 10 tahun. Adapun langkah mengkondisikan objek

penelitian ini meliputi:

1) Melepas semua peralatan rumah tangga listrik yang terpasang paralel

29
terhadap saluran lisrik seperti televisi, pompa air, lampu dan lain-lain.

2) Memutuskan saklar pemutus daya instalasi, dalam hal ini MCB (magnetic

circuit breaker) sebagai pengaman utama instalasi.

3) Melepas pengaman lebur (sekring) pada kotak perlengkapan hubung bagi,

kemudian melepas sambungan-sanbungan pada rangkaiyan perlengkapan

hubung bagi, sebagai tempat dilakukannya pengukuran instalasi.

c. Mengkondisikan Alat Ukur

Alat ukur sebagai alat pengambil data harus memiliki validitas yang baik.

Untuk mendapatkan validitas yang baik alat ukur harus memenuhi persyaratan

laboratorium.

Dalam hal ini peneliti hanya memilih alat ukur yang dianggap baik dan laik

untuk digunakan. Adapun cara menstandarkan alat ukur yaitu:

1. Meger

Meger digunakan untuk mengukur tahan isolasi. Pada mengger jarum pada

layar harus di tempatkan pada posisi nol melalui pengaturannya. Setelah jarum

penunjuk berada pada posisi yang benar, maka magger siap untuk digunakan.

2. Earth Meter

Earth meter berfungsi untuk mengukur tahanan pembumian. Sebelum

menggunakan earth meter harus di normalkan terlebih dahulu, dengan

menempatkan jarum penunjuk pada posisi nol melalui pengaturannya. Tentukan

skala pembaca yang akan digunakan, setelah itu earth meter siap untuk

digunakan.

30
3. Mistar Ingsut

Mistar ingsut adalah alat ukur presisi yang dapat di pakai untuk mengukur

ukuran luar, dalam, dan tinggi benda. Mistar ingsut dapat mengukur tebal benda

0,1 sampai 0,05 mm, dalam ukuran inci 1/128”. Pada mistar ingsut terdapat dua

macam ukuran yaitu, ukuran inci dibagian atas dan metrik dibagian bawah.

4. Meteran

Meteran berfungsi untuk mengukur ketinggian suatu benda. Pengukuran

pada penelitian ini dikhususkan pada ketinggian penempatan peralatan instalasi

listrik.

4. Tahap Pengambilan Data

Tujuan dari tahap ini untuk memperoleh data penelitian yang meliputi

Risolasi, pembumian, luas penampang penghantar, penempatan peralatan dan

pengaman instalasi ditinjau dari segi fisiknya. Dalam pengambilan data

dilaksanakan empat macam pengukuran.

Adapun pengukuran tersebut dilakukan untuk memperoleh data:

a. Data Risolasi menggunakan alat ukur yang telah ditentukan sebelumnya.

Mengukur Risolasi terdiri dari tiga kali pengukuran yang meliputi mengukur

hambatan antara kawat fasa dan netral, kawat fasa dengan tanah, dan kawat

netral dengan tanah. Pada setiap tahap pengukuran setelah rangkaiyan

dihubungkan dengan alat ukur, maka pengukuran dapat segera dilakukan

dengan menekan tombol start-stop. Hasil pengukuran dapat dibaca pada jarum

penunjuk sesuai dengan skala yang diinginkan. Setelah selesai tekan tombol

31
stop-start untuk menghentikan pengukuran.

b. Data pembumian menggunakan alat ukur yang telah ditentukan sebelumnya.

Mengukur tahanan pembumian menggunakan earth meter. Dalam pengukuran

ini yang harus diperhatikan adalah jarak antara dua elektroda bantu, yaitu

diantara 5 m-10 m. Setelah semua saluran elektroda bantu dan saluran

elektroda tanah dihubungkan pada terminal alat ukur maka pengukuran dapat

segera dilakukan. Hasil dari pengukuran dapat dibaca pada jarum penunjuk

sesuai dengan skala yang ditentukan. Setelah selesai, tekan tombol stop- start

untuk menghentikan pengukuran.

c. Mengukur luas penampang penghantar instalasi menggunakan mistar ingsut.

Adapun caranya adalah dengan mengukur diameter penampang kabelnya. Dari

hasil pengukuran penampang kabel, dapat diketahui jari-jari penampang kabel

dan kemudian dapat dihitung luas penampang kabelnya.

d. Mengukur ketinggian penempatan peralatan dan pemasangannya. Pengukuran

ketinggian peralatan menggunakan meteran terdapat dua kali pengukuran

yakni pengukuran pada saklar, dan KKB.

e. Untuk mengetahui kondisi pengaman, maka cukup dengan mengamati dari

kondisi fisik dan pemasangannya.

5. Tahap Akhir

Setelah pengambilan data selesai, alat ukur yang telah digunakan dilepas dan

dicek. Selanjutnya instalasi dipasang kembali sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Setelah instalasi terpasang dilakukan pengujian dan dicek dengan baik.

32
D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis deskriptif presentase. Untuk mengetahui kelayakan instalasi listrik sosial/

sekolah ditentukan kreteria penilaiyan dengan standart PUIL 2011. Kemudian

dipresentasikan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kelaikan pemakaiyan

instalasi listrik sekolah setelah lebih 10 tahun di Kulo, Kec Kulo kab, Sidenreng

Rappang (Sainal et al, 2021).

%=n/Nx1000%

Keterangan:

% = Tingkat presentase kelayakan instalasi listrik rumah panggung

n = Jumlah instalasi listrik rumah panggung yang laik pakai

N = Jumlah instalasi listrik yang di teliti

Rumus untuk menghitung tahanan pembumian:

Rp = 50/I A Ohm

Keterangan: IA = kxIN

Rp = Resistansi pembumian perlengkapan dan instalasi listrik dalam Ohm.

IA = Nilai arus yang menyebabkan bekerjanya gawai pengaman arus lebih dalm

waktu maksimum 5 detik, dalam ampere.

IN = Nilai arus nominal gawai Pengaman arus lebih, dalam ampere.

k = Suatu faktor yang dilainya bergantung pada karakteristik gawai pengaman

arus lebih. Untuk pengaman lebur, nilai k berkisar antara2,5 dan 5, sedangkan

33
untuk gawai pengaman lainnya antara 1,25 dan 3,5 jadi nilai k tergantung pada

jenis gawai pengaman dan spesifik pabrik pembuatnya.

50 = Batas tegangan sentuh yang diizinkan, dalam volt.

Tabel 3. 3 Pengelompokkan Pengujian Instalasi


No Kriteria
Tahanan isolasi penghantar bernilai>0,25 MὨ
1
Nilai tahanan pertanahan<5Ὠ
2
Luas penampang penghantar 2,5 mm² untuk saluran utama dan 1,5 mm²
3 pada saluran menuju fitting dan peralatan lain

Kondisi pengaman MCB berfungsi dengan baik


4
Pemasangan ketinggian, yaitu untuk saklar >1,5 m dan untuk kotak
5 kontak>1,25m
Sumber: Aris Hidayat, 2015

No Interval Nilai (%) Kategori Kelayakan

1 100% Laik

2 <100% Tidak Laik

Tabel 3. 4 Kategori Kelay

DAFTAR PUSTAKA

AGUS, M. (2020). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGETAHUAN


PENGEMUDI, PENGALAMAN PENGEMUDI DAN LAIK JALAN
KENDARAAN TERHADAP KESELAMATAN PENUMPANG
ANGKUTAN BATIK SOLO TRANS KOTA SURAKARTA. KARYA
TULIS.

34
Aji, E. P. (2005). Studi Kelayakan Instalasi Penerangan Rumah Di Atas Umur 10
Tahun Di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.
Semarang. Univeristas Negeri Semarang. (online), vol. 5 nomor 1. (diakses
5 April 2018).
Alfazumi, N. F., Yandi, W., & Sunanda, W. (2020, December). Uji Kelayakan
Instalasi Listrik di Universitas Bangka Belitung Berdasarkan PUIL 2011
(Studi di Gedung Fakultas Teknik). In Seminar Nasional Teknologi
Informasi Komunikasi dan Industri (p. 297).
Ali, M. H. (2013). Studi Kelayakan Instalasi Penerangan Rumah Di atas Umur
15 Tahun Terhadap PUIL 2000 Di Desa Pancur Kecamatan Pancur
KabupatenR embang. Jurnal Teknik Elektro. (online), vol. 5 nomor 1.
(diakses 5 April 2018).
Dongka, R. H. (2020). EVALUASI SISTEM INSTALASI LISTRIK PADA
KANTOR DPRD KOTA PALOPO. Electro Luceat, 6(2), 205-212.
Dwi Feriyanto, A., Afrida, Y., Zainuri, S., & Aji, W. P. PERANCANGAN DAN
PEMANFAATAN SAKELAR ELEKTRONIK (ELECTRONIC SWITCH).
Elektronika Kelistrikan (2008, 31 Juli). Prinsip-Prinsip Dasarr Instalasi Listrik.
Diakses pada tanggal 19 November 2022, dari http://elektronika-
kelistrikan.blogspot.com
ESDM, Departemen. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor: 0045 Tahun 2005 Tentang Instalasi Ketenagalistrikan. Jakarta:
Dep. ESDM., 2006.
Harten, V. & Setiawan. (1986). Instalasi arus kuat I. Bandung: Bina Cipta.
Hidayat, A., Harlanu, M., & Sunardiyo, S. (2015). Kelayakan Instalasi
Listrik
Hendrawan, A. (2020). Berdesain: Teori dan Praktik Desain. Booksmango Inc..
Pane, Z. (2014). Teknik instalasi listrik. Diktat Kuliah. Departemen Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Saefudin, T. H., Rosihan, R. I., & Wiryawanti, V. E. (2020). Sosialisasi K3
tentang Bahaya Kelistrikan dan Kebakaran pada Desa Kedung Pengawas,
Babelan Bekasi. Jurnal Sains Teknologi Dalam Pemberdayaan Masyarakat,
1(1), 45-50.
SAYOGO, A. P. (2021). Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 Sebagai
Instrumen Hukum Untuk Menderegulasikan Produk Hukum Daerah (Studi
Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah)

35
Sugiharto, A. (2019). Pentanahan untuk Perlindungan Peralatan dan Bangunan
Gedung. Swara Patra: Majalah Ilmiah PPSDM Migas, 9(2), 34-41.
Suharsimi, A. (2014). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Zainul, R.
(2018). Desain Geometri Sel PV. Padang: Berkah Prima.
Tanjung, A., Hamzah, H., & Setiawan, D. (2021). Penerapan Persyaratan Umum
Instalasi Listrik Dan Standarisasi Kelistrikan Di Kelurahan Maharani
Kecamatan Rumbai. FLEKSIBEL: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1),
32-38.
UUD. 2009, 23 September. UUD Tentang Ketenagalistrikan. Februari 2, 2023.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38767/uu-no-30-tahun-2009
Zainal, M. I., Pongky, P., & Yoga, Y. (2021). ANALISIS KELAYAKAN
INSTALASI LISTRIK PADA GEDUNG PT. HONDA SEMOGA JAYA
PRIMA. IDENTIFIKASI, 7(1), 436-449.

36

Anda mungkin juga menyukai