Anda di halaman 1dari 73

SKRIPSI

STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK


MINIHIDRO (PLTM) DI SUNGAI LAE PINANG DAN SUNGAI
SUMONGGO KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
Sub konsentrasi Teknik Energi Listrik Oleh :

GERICO PUTRA
NIM : 130402085

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Kebutuhan masyarakat akan energi listrik dapat terpenuhi dengan sumber


energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai sumber tenaga pembangkit listrik
karena terdapat banyak potensinya di Indonesia, di antaranya potensi Sungai Lae
Pinang dan Sungai Sumonggo di Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM). Dalam menerapkan teknologi
pengolahan minihidro, diperlukan pengkajian untuk menentukan kelayakan
dibangunnya sebuah PLTM berdasarkan potensi sungai yang tersedia.

Sungai Lae Pinang yang memiliki debit air 18,41 m3/s dan ketinggian
jatuh air 82 meter. Dari analisa potensi sungainya disimpulkan bahwa turbin yang
digunakan adalah 2 unit turbin Francis dengan daya yang dihasilkan sebesar 5,72
MW per unit. Generator yang akan terpasang adalah sebanyak 2 unit generator
sinkron dengan output 3 phasa 8000 KVA, frekuensi 50 Hz. Sementara Sungai
Sumonggo dengan debit air 11,35 m3/s dan ketinggian jatuh air 15 meter, dari
analisa potensi sungainya disimpulkan bahwa turbin yang dipakai adalah turbin
Francis dengan daya yang dihasilkan sebesar 1,28 MW. Generator yang akan
terpasang adalah 1 unit generator sinkron dengan output 3 phasa 1500 KVA,
frekuensi 50 Hz dimana kedua generator akan dikoneksikan ke Gardu Induk PLN
Doloksanggul.

Dari hasil analisa ekonominya, Sungai Lae Pinang memiliki net present
value (NPV) sebesar Rp 16.288.407.439, benefit cost ratio (BCR) 1,054 dan pay
back periode (PBP) selama 9,34 tahun. Sementara Sungai Sumonggo memiliki net
present value (NPV) Rp 1.641.184.299, benefit cost ratio (BCR) sebesar 1,049
dan pay back periode (PBP) selama 9,41 tahun. Kedua perencanaan pembangunan
PLTM di kedua sungai dinilai layak bangun karena memiliki nilai net present
value (NPV) > 0 dan benefit cost ratio (BCR) >1 dan dapat disimpulkan PLTM
Sungai Lae Pinang lebih layak untuk dibangun karena lebih menguntungkan dan
kapasitas energi listrik yang dihasilkan oleh PLTM Sungai Lae Pinang lebih
besar.

Kata kunci : PLTM, Sungai Lae Pinang, Sungai Sumonggo

i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan ramat-Nya skripsi ini dapat disusun dan dirampungkan. Skripsi ini
adalah bagian dari kurikulum yang harus saya selesaikan untuk memenuhi
persyaratan penyelesaian pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik
Elektro Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul:
“STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK MINIHIDRO
(PLTM) DI SUNGAI LAE PINANG DAN SUNGAI SUMONGGO
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN”
Skripsi ini saya persembahkan kepada keluarga tercinta, yaitu ayah saya
Julusarlius Manalu, ibu saya Dorotti Marbun dan kedua kakak saya Merryana
Christina Manalu dan Fransisca Yulwinner Manalu. Mereka adalah orang-orang
yang tetap memberi saya dukungan, semangat serta doa saat mengikuti
pendidikan di Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.
Mulai dari masa perkuliahan hingga penyelesaian Tugas Akhir ini, saya
juga mendapatkan dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, saya
sebagai penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
1. Bapak Drs. Hasdari Helmi Rangkuti, M.T., sebagai Dosen pembimbing
Tugas Akhir yang telah meluangkan waktu dan pikiran beliau untuk tetapp
memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan bantuan kepada saya
selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini. Semoga bapak selalu
sehat diberikan kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

2. Bapak Ir. Raja Harahap, M.T., selaku Dosen penguji skripsi saya yang
banyak memberikan saran, masukan dan perbaikan untuk skripsi ini .

3. Bapak Yulianta Siregar, S.T., M.T., Ph.D. Eng., sebagai Dosen penguji
skripsi yang banyak memberikan saran, masukan dan perbaikan untuk
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen Departemen Teknik Elektro USU yang telah tak
segan memberikanilmunya bagi saya selama masa perkuliahan.

ii
Universitas Sumatera Utara
5. Staf pegawai di Departemen Teknik Elektro FT USU yang telah
membantu saya dalam pengurusan administrasi.
6. Yang terkasih Cindy Octavia Tambunan, yang setia mendampingi,
memotivasi dan membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi.

7. Abangda Abe Dongan Tambunan dan Bang Arifin Zebua atas masukan
dan saran yang telah diberikan.

8. Seluruh teman teman Angkatan 2013 kawan seperjuangan di Departemen


Teknik Elektro.

9. Seluruh anggota Muntul Taker, kawan sepermainan di kala susah atau


senang di perantauan.

Saya menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang dapat membantu skripsi ini
lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2020


Penulis,

GERICO PUTRA
NIM: 130402085

iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
1.4. Batasan Masalah ....................................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6

2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro ...................................................... 6


2.2. Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro ......................................... 6
2.3. Potensi Energi Pada Air ............................................................................ 7
2.4. Analisis Potensi Energi Sungai ................................................................. 8
2.4.1. Analisis Potensi Debit ....................................................................... 9
2.4.2. Analisis Potensi Head ..................................................................... 15
2.4.3. Analisis Potensi Daya Listrik .......................................................... 17
2.5. Turbin Air ............................................................................................... 17
2.5.1. Turbin Impuls .................................................................................. 19
2.5.2. Turbin Reaksi .................................................................................. 22
2.6. Penentuan Jenis Turbin ........................................................................... 26
2.7. Generator................................................................................................. 28
2.8. Prediksi Debit Aliran Air ........................................................................ 29
2.8.1. Salt Gulp Method ............................................................................ 30
2.8.2. Fload Method .................................................................................. 30
2.9. Evaluasi Proyek ...................................................................................... 31
2.9.1. Depresiasi ........................................................................................ 32

iv
Universitas Sumatera Utara
2.9.2. Penyusutan Cashflow ...................................................................... 32
2.9.3. Net Present Value (NVP) ................................................................ 33
2.9.4. Pay Back Priode (PBP) ................................................................... 33
2.9.5. Benefit Cost Ratio (BCR) ................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 35

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 35


3.2. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 35
3.3. Variabel yang Diamati ............................................................................ 38
3.4. Diagram Alur Penelitian ......................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 40

4.1. Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo ............................................. 40


4.1.1. Sungai Lae Pinang........................................................................... 40
4.1.2. Sungai Sumonggo ........................................................................... 41
4.2. Potensi Bangunan.................................................................................... 42
4.2.1. Bendungan (Dam) ........................................................................... 42
4.2.2. Bak Pengendap (Sand Trap)............................................................ 42
4.2.3. Saluran Air (Waterway) .................................................................. 43
4.3. Pemilihan Turbin dan Perhitungan Daya Keluar Turbin ........................ 43
4.4. Perhitungan Daya Keluar Generator ....................................................... 44
 Sungai Lae Pinang .................................................................................. 44
 Sungai Sumonggo ................................................................................... 45
4.5. Evaluasi Proyek ...................................................................................... 46
4.5.1. Biaya Investasi Awal....................................................................... 46
4.5.2. Pendapatan PLTM ........................................................................... 48
4.5.3. Pengeluaran PLTM ......................................................................... 49
4.5.4. Biaya Depresiasi/ Penyusutan ......................................................... 50
4.5.5. Penyusunan Cashflow ..................................................................... 51
4.5.6. Net Present Value (NPV) ................................................................ 54
4.5.7. Pay Back Periode (PBP) ................................................................. 54
4.5.8. Benefit Cost Ratio (BCR) ................................................................ 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 56

v
Universitas Sumatera Utara
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 56
5.2. Saran ....................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 59

LAMPIRAN ......................................................................................................... 61

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Sungai Lae Pinang, Kecamatan Parlilitan .......................................... 2


Gambar 1. 2 Sungai Sumonggo, Kecamatan Tarabintang ...................................... 3
Gambar 2. 1 Skema Konversi Energi Pada Pembangkit Tenaga hidro................... 7
Gambar 2. 2 Alat ukur kecepatan air current meter flowatch ................................. 9
Gambar 2. 3 3 Luas Penampang (a) Sungai Lae Pinang yang dibagi 3 section dan
(b) Sungai Sumonggo yang dibagi 2 section......................................................... 10
Gambar 2. 4 Grafik Data Kecepatan Air, Luas Penampang dan Debit Sungai Lae
Pinang.................................................................................................................... 13
Gambar 2. 5 Grafik Data Kecepatan Air, Luas Penampang dan Debit Sungai
Sumonggo ............................................................................................................. 15
Gambar 2. 6 Data elevasi alur Sungai Lae Pinang, Sumber : Google Earth ......... 16
Gambar 2. 7 Data elevasi alur Sungai Sumonggo, Sumber : Google Earth.......... 16
Gambar 2. 8 Turbin Pelton .................................................................................... 20
Gambar 2. 9 Turbin Turgo .................................................................................... 21
Gambar 2. 10 Desain Turbin Cross-Flow ............................................................. 22
Gambar 2. 11 Skema Runner ................................................................................ 23
Gambar 2. 12 Nilai Hs dan Posisi Turbin terhadap Permukaan Air Bawah [3] ... 24
Gambar 2. 13 Skema Turbin Francis .................................................................... 25
Gambar 2. 14 Turbin jenis kaplan ......................................................................... 26
Gambar 2. 15 Grafik Daerah Cakupan Turbin dari nilai Q vs h menurut Layman’s
Handbook .............................................................................................................. 27
Gambar 2. 16 Grafik Daerah Cakupan Turbin dari nilai Q vs h menurut S.L.
Dixon, B.Eng., PH.D. ............................................................................................ 28
Gambar 2. 17 : Berbagai grafik kondiktivitas ( sumbu Y) - waktu (sumbu X) .... 30
Gambar 3. 1 Rencana PLTM Sungai Lae Pinang ................................................. 35
Gambar 3. 2 Rencana PLTM Sungai Sumonggo .................................................. 36
Gambar 3. 3 Contoh Skema PLTM yang akan dibangun ..................................... 37
Gambar 3. 4 Diagram Alur Penelitian................................................................... 39
Gambar 4. 1 Lokasi Sungai Lae Pinang ................................................................ 41
Gambar 4. 2 Lokasi Sungai Sumonggo................................................................. 42

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro ....................................... 7


Tabel 2. 2 Data Kecepatan Air Sungai Lae Pinang, Parlilitan ............................. 10
Tabel 2. 3 Data Kecepatan Air Sungai Sumonggo, Tarabintang .......................... 10
Tabel 2. 4 Data Sungai Lae Pinang ....................................................................... 13
Tabel 2. 5 Data Sungai Sumonggo ........................................................................ 14
Tabel 2. 6 Klasifikasi Head ................................................................................... 18
Tabel 2. 7 Pengelompokan Turbin Berdasarkan Head.......................................... 18
Tabel 2. 8 Faktor Koreksi Fload method .............................................................. 31
Tabel 4. 1 Data Nilai Investasi Perencanaan PLTM Sungai Lae Pinang ....... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4. 2 Data Nilai Investasi Perencanaan PLTM Sungai Sumonggo........ Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4. 3 Data Pengeluaran Perencanaan PLTM Sungai Lae Pinang .......... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4. 4 Data Pengeluaran Perencanaan PLTM Sungai Sumonggo ........... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4. 5 Proforma Cashflow Sungai Lae Pinang ............................................... 52
Tabel 4. 6 Proforma Cashflow Sungai Sumonggo ................................................ 53

viii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat terhadap energi listrik makin meningkat


dikarenakan bertambahnya penduduk, baik untuk mendukung kegiatan rumah
tangga atau juga sebagai sumber tenaga di bidang industri. Maka kemudian
diperlukan pemenuhan penambahan kebutuhan energi listrik tersebut dengan
penambahan jumlah energi listrik yang bisa diaplikasikan dengan penambahan
jumlah pembangkit listrik. Namun penambahan jumlah pembangkit listrik ini
juga harus diperhatikan ketersediaan sumber energi penghasil listriknya, yang
mana pada kenyataan di lapangan, sumber energi yang umum digunakan adalah
sumber energi fosil. Seperti kita ketahui, penggunaan bahan energi fosil sangat
banyak kerugiannya terhadap lingkungan dan suatu saat akan habis.

Maka dari itu penggunaan sumber daya lain yang lebih efisien dan ramah
lingkungan diperlukan. Sumber daya Energi Baru dan Terbarukan (EBT)
merupakan sumber daya yang bisa memenuhi kriteria di atas. Sumber daya EBT
sendiri banyak macamnya, seperti air, angin, cahaya matahari, gas alam serta
panas bumi. Potensi sumber daya EBT ini cukup banyak terdapat di Indonesia,
termasuk dari sumber daya air. Didukung dengan kontur dataran yang menaungi
sungai-sungai di Indonesia dengan perbedaan ketinggiannya menjadikan sumber
daya air ini sangat cocok untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga
Minihidro (PLTM).

Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) merupakan pembangkit


yang memiliki sumber daya air dengan hasil pembangkitan tenaga listriknya
berkisar antara 1 megawatt sampai dengan 10 megawatt. PLTM bekerja dengan
cara memanfaatkan debit air dengan ketinggian yang optimal untuk memutar
turbin. Kemudian berikutnya akan memutar generator untuk membangkitkan
energi listrik. Semakin besar jumlah debit air dan ketinggian titik jatuh air, maka
energi listrik yang bisa dihasilkan akan makin besar pula. Salah satu contoh
PLTM yang sudah beroperasi dan menampung beban adalah PLTM Parmonangan

1
Universitas Sumatera Utara
I yang berkapasitas 2 x 4,5 MW yang sudah energized ke gardu PLN Humbang
Hasundutan.

Skripsi ini membahas perencanaan pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga


Minihidro (PLTM) di Sungai Lae Pinang Kecamatan Parlilitan (Gambar 1.1)
terletak pada lintang 2°19'41.08"U dan garis bujur 98° 25'13.93"T dan Sungai
Sumonggo Kecamatan Parlilitan (Gambar 1.2) terletak pada lintang 2°15'57.34"U
dan garis bujur 98° 24'47.93"T.

Gambar 1. 1 Sungai Lae Pinang, Kecamatan Parlilitan

2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. 2 Sungai Sumonggo, Kecamatan Tarabintang

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari skripsi ini adalah:

1. Berapa besar debit air sungai?

2. Bagaimana potensi air di Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo untuk
membangkitkan energi listrik ?

3. Apakah layak dibangunannya PLTM di Sungai Lae Pinang ataupun


Sungai Sumonggo ditinjau dari analisa ekonomi?

4. Perencanaan pembangunan PLTM mana yang lebih layak dibangun antara


Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo?

3
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penulisan

Adappun tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui potensi energi listrik yang dapat dihasilkan dari


perencanaan pembangunan PLTM di Sungai Lae Pinang dan Sungai
Sumonggo Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Untuk mengetahui nilai investasi yang dibutuhkan untuk merealisasikan PLTM


di Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo serta keuntungan yang bisa
didapat.

3. Mengkaji kelayakan pembangkit listrik tenaga minihidro di Sungai Lae Pinang


dan Sungai Sumonggo Kabupaten Humbang Hasundutan

1.4. Batasan Masalah

1. Membahas potensi air Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo yang dapat
dibangkitkan menjadi energi listrik, seperti debit air, head, dan kecepatan air.

2. Membahas tentang analisa ekonomi teknik.

3. Tidak membahas pembagian beban.

4. Tidak membahas struktur sipil bangunan.

5. Tidak membahas perekonomian warga setempat.

6. Tidak membahas kultur dan budaya setempat.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Menginformasikan besar potensi air Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo
untuk menghasilkan energi listrik terbarukan.

2. Untuk membangkitkan potensi energi terbarukan yang dapat memenuhi


kebutuhan listrik di Kabupaten Humbang Hasundutan.

4
Universitas Sumatera Utara
3. Mentukan kelayakan di bangunnya suatu pemangkit listrik tenaga minihidro
Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo

4. Sebagai kajian bagi PLN dalam membantu program pemerintah yang


mencanangkan penambahan pembangkitan energi listrik sebesar 35000 MW
terutama dari sektor pembangkitan dari energi baru dan terbarukan.

5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro

Penggunaan air banyak dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi


untuk membangkitkan energi listrik. Air yang merupakan energi baru dan
terbarukan dinilai cukup murah dan mudah didapatkan, karena menyimpan energi
potensial di saat jatuhnya air serta energi kinetik di saat air sedang mengalir.
Energi air sangat banyak dimanfaatkan sebagai energi kinetik yang bertujuan
untuk menghasilkan energi listrik, misalnya dalam menggerakkan kincir air atau
turbin yang berada di sungai ataupun air terjun.

PLTM tergolong dalam pembangkit listrik skala kecil. Menurut kapasitas


daya yang dihasilkan pembangkit listrik skala kecil dapat dibagi menjadi dua;
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) jika kapasitas energi listrik
pembangkitnya dibawah 200 kW (kilowatt), dan Pembangkit Listrik Tenaga
Minihidro (PLTM) jika kapasitas energi listrik pembangkitnya antara 200 kW - 5
MW (megawatt). Kapasitas daya pembangkit Minihidro yang cukup besar dapat
dimanfaatkan seccara luas, contohnya seperti penyediaan tenaga listrik untuk
beberapa kecamatan, kota/kabupaten atau juga untuk industri.

Tersedianya debit air dan nilau ketinggian jatuh air (head) yang
mencukupi adalah syarat utama suatu PLTM, dimana air dialirkan ke turbin dan
akan mendorong sudu pada turbin, sehingga energi dari air akan memutar poros
turbin. Putaran turbin ini nantinya akan memutar poros pada generator sehingga
akhirnya menghasilkan energi listrik.

2.2. Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro

Berdasarkan daya yang dapat dihasilkannya, pembangkit listrik air dapat


diklasifikaskan sebagai berikut.

6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. 1 Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Air berdasarkan daya yang
dihasilkan
NO. Jenis Daya / Kapasitas
1. PLTA Pico < 500 W
2. PLTA Mikro 0,5 – 100kW
3. PLTA Mini 100-1000 kW
4. PLTA Kecil 1-10 MW
5. PLTA Skala Penuh > 10 MW
Sumber : Silitonga, Arridina Susan dan Husin Ibrahim. 2020. Buku Ajar Energi
Baru Dan Terbarukan. Sleman: Deepublish. [2]

2.3. Potensi Energi Pada Air

Potensi energi pada air dapat dikonversikan menjadi energi mekanik yang
dapat memutar turbin dengan debit dan titik jatuh air untuk menggerakkan
generator yang menghasilkan tenaga elektrik (listrik), seperti Gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Skema Konversi Energi Pada Pembangkit Tenaga hidro


Dari gambar diatas dapat dilihat tenaga potensial aliran air dengan
perbedaan ketinggian air sebesar H ( ) dan kapasitas debit Q ( ), sehingga
daya listrik ( ) dapat di hitung dengan persamaan [19] :

(2.1)

Dimana: = daya listrik (W)

= debit air (m3/s)

7
Universitas Sumatera Utara
= massa jenis air (1000 kg/m3)

= efisiensi turbin (80-90%)

= gravitasi (9,8 m/s2)

= tinggi jatuh air / head (m)

Data nilai head dari sungai diambil melalui Google Earth, dimana terlebih
dahulu kita menggambarkan alur sungai tersebut, kemudian melihat perbedaan
ketinggian dari hulu ke hilir alur sungai yang diinginkan.

Untuk mencari debit arus (Q), penggunaan alat ukur arus (currentmeter)
merupakan metode yang umum dipakai dikarenakan penggunaannya yang mudah
dan faktor kesalahan pengamatannya kecil. Faktor koreksi diabaikan bila
memakai currentmeter, maka nilai debit air dapat dicari dengan persamaan:

(2.2)

Dimana : = debit air ( )

= kecepatan aliran air ( )

= luas penampang sungai ( )

Dalam mencari debit air maka di butuhkan luas penampang. Maka


luas penampang dapat dicari menggunakan persamaan :

(2.3)

Dimana : = luas penampang sungai ( )

= lebar sungai (meter)

= kedalaman rata-rata sungai (meter)

2.4. Analisis Potensi Energi Sungai

Untuk pelaksanaan pengukuran, hal penting yang harus diperhatikan


pertama kali adalah pemilihan lokasi, karena akurasi hasil pengukuran akan

8
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh kesesuaian lokasi. Berikut adalah kriteria lokasi yang ideal
dalam melakukan pengukuran [8]:
 ketiadaan pusaran air
 struktur sungai yang rata tanpa ada penghalang
 aliran air sungainya terpusat dan tidak melebar saat ketinggian
permukaan airnya naik
 untuk sungai besar, pengukuran dilakukan dari jembatan yang kuat

Telah dilakukan survei sungai dengan melakukan pengukuran untuk


mendapatkan data kecepatan sungai serta luas penampang kedua sungai yang
telah dilaksanakan pada 21-22 Februari 2019 saat musim kemarau yang di mana
akan terdapat beberapa klasifikasi seperti berikut.

2.4.1. Analisis Potensi Debit

Pada survei yang telah dilakukan, hasil pengukurannya akan diperlihatkan


pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3. Data yang tertera diambil dan diukur per 2 meter
lebar sungai, dimana tiap bagian sungai akan dijumlahkan besar debitnya sehinga
didapatkan debit total tiap sungai. [8] Data kecepatan diambil dengan
menggunakan alat current meter flowatch seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Alat ukur kecepatan air current meter flowatch

9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 3 3 Luas Penampang (a) Sungai Lae Pinang yang dibagi 3 section dan
(b) Sungai Sumonggo yang dibagi 2 section.

Tabel 2. 2 Data Kecepatan Air Sungai Lae Pinang, Parlilitan


Section 1 Section 2 Section 3 Lebar
Leba Depth Velocit Leba Dept Velocit Leba Dept Velocit Sunga
r 1 y1 r h2 y2 r h3 y3 i
(m) (m) (m/s) (m) (m) (m/s) (m) (m) (m/s) (m)
0,71 0,67 0,74
2 4 0,63 2 4 0,75 2 5 0,69 6
0,7 0,81 0,68
*Jarak antara Depth pertama dan Depth berikutnya adalah 2 meter.

Tabel 2. 3 Data Kecepatan Air Sungai Sumonggo, Tarabintang


Section 1 Section 2
Lebar
Depth Velocity Depth Velocity Sungai
Lebar Lebar
1 1 2 2
(m) (m) (m/s) (m) (m) (m/s) (m)
0,72 0,67
2 4 0,73 2 4 0,73 4
0,69 0,72
*Jarak antara Depth pertama dan Depth berikutnya adalah 2 meter.

Perbedaan antara kecepatan di tiap section dapat berbeda dikarenakan


keadaan aliran air di dasar sungai yang memiliki bebatuan atau kontur yang
berbeda-beda kondisi kehalusan atau kekasaran salurannya. Chow [4]
mengatakan, kecepatan tertinggi dari aliran air umumnya akan ditemukan pada
aliran air yang dangkal, cepat dan luas atau dalam saluran air yang sangat halus.

10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 menggambarkan bahwa peningkatan kelengkungan kurva dari
distribusi kecepatan vertikal saluran sebuah sungai diakibatkan oleh saluran yang
kasar. Pada belokan aliran air, gaya sentrifugal dari aliran air mengakibatkan
peningkatan kecepatan air yang sangat besar di sisi terluar cembung belokannya.
Di lain hal, angin pada permukaan air hanya akan memberi sedikit efek untuk
nilai distribusi kecepatan, berbanding terbalik dengan persepsi umum.

Gambar 2. 4 Efek kekasaran terhadap distribusi kecepatan di saluran terbuka

Untuk mengetahui debit (Q) dari tiap sungai, sesuai dengan persamaan 2.2
maka kita menghitungnya dengan mencari luas penampang (A) per bagian
(section) sungai kemudian mengalikannya dengan kecepatan rata-rata (v) di tiap
bagiannya. Namun sebelumnya kita lebih dahulu mencari besar dari luas
penampang (A) sungai sesuai persamaan 2.3. Kemudian hasil debit tiap bagian
ditotalkan untuk mendapatkan nilai debit masing-masing sungai. [8]

 Sungai Lae Pinang

o Section 1

A1 = Depth 1 2 v1 = (0,71 + 0,63 + 0,70) / 3

=4 2 = 2,04 / 3

= 8 m2 = 0,68 m/s

11
Universitas Sumatera Utara
Q1 = A1 v1

=8 0,68

= 5,44 m3/s

o Section 2

A2 = Depth 2 2 v2 = (0,67 + 0,75 + 0,81) / 3

=4 2 = 2,23 / 3

= 8 m2 = 0,743 m/s

Q2 = A2 v2

=8 0,743

= 5,94 m3/s

o Section 3

A3 = Depth 3 2 v3 = (0,74 + 0,69 + 0,68) / 3

=5 2 = 2,11 / 3

= 10 m2 = 0,703 m/s

Q3 = A3 v3

= 10 0,703

= 7,03 m3/s

Qtotal = Q1 + Q2 +Q3

= 5,44 + 5,94 + 7,03

= 18,41 m3/s

12
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. 4 Data Sungai Lae Pinang
Luas Penampang Kecepatan Debit
Section 2
(m ) (m/s) (m3/s)
1 8 0,68 5,44
2 8 0,743 5,944
3 10 0,703 7,03
Debit total 18,414

Dari Tabel 2.4 bisa kita lihat penampang sungai dibagi menjadi 3 section
dengan tiap section memiliki lebar 2 meter, sehingga didapatkan nilai luas
penampang di section 3 lebih luas seperti pada Gambar 2.3(a) dan kemudian bisa
kita lihat pada grafik di Gambar 2.4. Kemudian untuk data kecepatan rata-ratanya
terbesar pada section 2 sebesar 0,743 m 2/s, namun untuk nilai debitnya tetap lebih
besar pada section 3 dengan nilai 7,03 m 3/s. Bisa kita lihat perbandingan antar
section untuk kecepatan rata-rata dan debitnya pada Gambar 2.4.

Grafik Data Sungai Lae Pinang


12
10
10
8 8
8 7,03
5,944
5,44
Nilai

2 0,68 0,743 0,703

0
0 1 2 3 4
Section

Luas Penampang (m2) Kecepatan (m/s) Debit (m3/s)

Gambar 2. 5 Grafik Data Kecepatan Air, Luas Penampang dan Debit Sungai Lae
Pinang

13
Universitas Sumatera Utara
 Sungai Sumonggo

o Section 1

A1 = Depth 1 2 v1 = (0,72 + 0,73 + 0,69) / 3

=4 2 = 2,14 / 3

= 8 m2 = 0,713 m/s

Q1 = A1 v1

=8 0,713

= 5,70 m3/s

o Section 2

A2 = Depth 2 2 v2 = (0,67 + 0,73 + 0,72) / 3

=4 2 = 2,12 / 3

= 8 m2 = 0,706 m/s

Q2 = A2 v2

=8 0,706

= 5,65 m3/s

Qtotal = Q1 + Q2

= 5,65 + 5,70

= 11,35 m3/s

Tabel 2. 5 Data Sungai Sumonggo


Luas Penampang Kecepatan Debit
Section
(m2) (m/s) (m3/s)
1 8 0,713 5,704
2 8 0,706 5,648
Debit total 11,352

14
Universitas Sumatera Utara
Sementara dari Tabel 2.5 bisa kita lihat penampang sungai dibagi menjadi
3 section dengan tiap section memiliki lebar 2 meter, dimana didapatkan luas
penampang di kedua section sama besar seperti pada Gambar 2.3(b) dan bisa kita
lihat pada grafik di Gambar 2.5. Kemudian untuk data kecepatan rata-ratanya
terbesar pada section 1 sebesar 0,713 m 2/s, sehingga untuk nilai debitnya menjadi
lebih besar pada section 1 dengan nilai 5,704 m 3/s. bisa kita lihat perbandingan
antar section untuk kecepatan rata-rata dan debitnya pada Gambar 2.5.

Grafik Data Sungai Sumonggo


9 8 8
8
7
5,704 5,648
6
5
Nilai

4
3
2
0,713 0,706
1
0
0 1 2 3
Section

Luas Penampang (m2) Kecepatan (m/s) Debit (m3/s)

Gambar 2. 6 Grafik Data Kecepatan Air, Luas Penampang dan Debit Sungai
Sumonggo

2.4.2. Analisis Potensi Head

Nilai head secara umum didapatkan dengan meperhatikan peta dari area
sungai, yang menunjukkan gambaran elevasi dan ketinggian dari area yang telah
di survey, namun penentuan nilai head perlu dilakukan dengan pengukuran secara
langsung.

Untuk data head dari kedua sungai didapat dari peta topografi melalui
Google Earth. Pertama-tama kita membuat alur dari kedua sungai dengan
membuat garis melalui tools Path pada Google Earth. Kemudian kita akan cari

15
Universitas Sumatera Utara
ketinggiannya dengan menunjukkan elevasi dari Path kedua alur sungai tersebut.
Kedua data elevasi sungai ada pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8.

Gambar 2. 7 Data elevasi alur Sungai Lae Pinang, Sumber : Google Earth

Gambar 2. 8 Data elevasi alur Sungai Sumonggo, Sumber : Google Earth

Dilihat dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 bisa kita tentukan bahwa
perbedaan ketinggian alur Sungai Lae Pinang adalah 82 m, dimana ketinggian
titik awal alur sungai Lae Pinang adalah 488 m dan ketinggian titik akhir alurnya

16
Universitas Sumatera Utara
setinggi 406 m. Sementara perbedaan ketinggian dari alur sungai Sumonggo
adalah 15 m dengan ketinggian titik awal alur sungai Sumonggo adalah 382 m
dan ketinggian titik akhir alurnya setinggi 367 m.

2.4.3. Analisis Potensi Daya Listrik

Dengan menggunakan Persamaan 2.1, maka kita akan mendapatkan


potensi daya yang bisa dihasilkan dari kedua sungai tersebut melalui data yang
sudah kita dapatkan dengan estimasi efisiensi turbin adalah 0,91.

 Potensi Daya Sungai Lae Pinang (P)

Q = 18,41 m3/s, = 1000 kg/m3, g = 9,8 m/s2, H = 82 m

= 1000

= 13.462.791,16 W

= 13,46 MW

 Potensi Daya Sungai Sumonggo (P)

Q = 11,35 m3/s, = 1000 kg/m3, , g = 9,8 m/s2, H = 15 m

= 1000

= 1.518.289,5 W

= 1,51 MW

2.5. Turbin Air

Turbin air merupakan mesin yang bertujuan untuk mengambil energi


kinetik dari arus air dengan cara berputar akibat aliran arus air yang
melaluinya[4]. Arus air itu akan masuk ke dalam turbin dan akan memutar sudu
pada turbin maka dihasilkanlah energi mekanik. Turbin tersebut terkopel pada

17
Universitas Sumatera Utara
generator dan akan memutar generator. Dalam pemilihan turbin pada pembangkit
listrik yang akan direncanakan ada beberapa faktor yang dapat dilihat dalam
pemilihan turbin agar sesuai dengan perhitungan yaitu:

1. Tinggi jatuh air (head) dan debit, merupakan faktor utama yang sangat
berpengaruh dalam penentuan jenis turbin yang sesuai dengan kondisi dan
alokasi perencanaan pembangunan pembangkit listrik.

2. Daya (P) yang dapat dihasilkan, yang akan berkaitan dengan head dan
debit air sungai.

3. Kecepatan turbin berputar, yang mempengaruhi putaran dari generator


yang akan di pakai.

Dari ketinggihan titik jatuh air dapat di klasifikasikan head yang sesuai
untuk pemilihan turbin, seperti pada tabel 2.4 :

Tabel 2. 6 Klasifikasi Head


Klasifikasi Head
Head Rendah 2-30 meter
Head Sedang 30-100 meter
Head Tinggi > 100 meter
Sumber : Silitonga, Arridina Susan dan Husin Ibrahim. 2020. Buku Ajar Energi
Baru Dan Terbarukan. Sleman: Deepublish. [2]

Pada tabel 2.7 ditentukan pengelompokan turbin dan jenis yang sesuai
dengan ketinggihan titik jatuh air. Berikut ini tabel pengelompokan nya.

Tabel 2. 7 Pengelompokan Turbin berdasarkan Head


Jenis Head Tinggi Head Sedang Head Rendah

Pelton Crows-flow
Turbin Impuls Cross - Flow
Turgo Multi – Jet Pelton

Propeller
Turbin Reaksi Francis
Kaplan

Sumber : Silitonga, Arridina Susan dan Husin Ibrahim. 2020. Buku Ajar Energi
Baru Dan Terbarukan. Sleman: Deepublish. [2]

18
Universitas Sumatera Utara
Turbin air dapat dibedakan menjadi dua jenis turbin berdasarkan prinsip
pengubahan energi potensial air menjadi energi mekanik, yaitu :

2.5.1. Turbin Impuls

Turbin impuls merupakan turbin air yang berkerja dengan menggunakan


nosel, yang memaksimalkan semua energi potensial air dengan kecepatan dan
tekanan yang tinggi untuk kemudian diubah menjadi energi kinetik. Air keluaran
nosel akan mendorong sudu turbin dengan kecepatan yang tinggi. Setelah itu, arah
dan kecepatan aliran air akan berubah sehingga terjadi perubahan momentum
(impuls) yang akhirnya membuat turbin berputar. Berikut jenis turbin implus
berdasarkan ketinggihan head.

2.5.1.1. Turbin Pelton

Prinsip kerja tubin pelton adalah dengan mengubah energi potensial


menjadi energi kinetik melalui nosel yang disemprot ke bucket untuk kemudian
diubah menjadi energi mekanik sebagai pemutar poros generator dan nantinya
akan menghasilkan energi listrik.Jumlah, ukuran pancaran dan kecepatan debit air
akan mempengaruhi kecepatan putar bucket akibat dorongan yang terjadi.

Turbin ini mempunyai titik jatuh air (head) ≥ 200 meter. Dan memiliki
efisiensi sekitar 80% sampai dengan 85%. Adapun keuntungan dan kerugian dari
turbin ini antara lain:

Keuntungan :

 Daya keluarannya besar

 Konstruksinya sederhana

 Maintenance mudah

 Teknologinya mudah diimplementasikan di tempat terisolir.

19
Universitas Sumatera Utara
Kelemahan :

 Jumlah investasi yang diperlukan besar.

Berikut ini gambar turbin Pelton :

Gambar 2. 9 Turbin Pelton

2.5.1.2. Turbin Turgo

Turbin turgo merupakan turbin air yang dirancang untuk head sekitar 30-
100 meter. Operasional turbin turgo mencapai efisiensi sekitar 87%. Turbin turgo
memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan diantara lain:

Kelebihan :

 Runner lebih murah daripada Turbin Pelton

 Housing kedap udara tidak diperlukan

 Mempunyai kecepatan tersendiri dan pada diameter turbin pelton yang


sama mampu menangani aliran air yang besar.

Kekurangan :

 Membutuhkan lebih banyak tempat

Berikut adalah gambar dari turbin Turgo :

20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 10 Turbin Turgo

2.5.1.3. Turbin Cross-Flow

Turbin Cross-Flow (turbin aliran silang) termasuk jenis turbin


athmosphere radial flow, yaitu turbin yang daerah kerjanya pada tekanan
atmosfer. Turbin ini tidak membutuhkan seal-seal kedap udara, sehingga mudah
dalam perakitannya. Titik jatuh air pada turbin ini berada pada 4 sampai 100
meter dan memiliki efesiensi antara 70% sampai dengan 84%.

Adapun kelebihan dan kekurangan turbin ini yaitu:

Kelebihan :

 Pemanfaatan air 2 kali membuat efektivitas dan efisiensinya meningkat.

Kekurangan :

 Perputaran turbin sangat lambat.

Berikut adalah gambar dari turbin Cross-flow :

21
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 11 Desain Turbin Cross-Flow

2.5.2. Turbin Reaksi

Turbin reaksi merupakan sebuah mesin berputar yang mengubah


keseluruhan energi air menjadi energi kinetik deengan profil yang khusus pada
sudunya. Sudu ini disebut guide vane dan merupakan sudu-sudu yang terletak
pada runner yang tetap diantara runner yang berputar. Runner yang berisi sudu-
sudu tetap diletakkan dan dipasangkan pada spiral casing.

Pertimbangan perancangan sudu pengarah (guild vane) adalah:

a) Dengan menjaga kecepatan relatif pada sisi inlet runner, air akan masuk ke
dalam runner tanpa shock, dimana arahnya tangensial terhadap sudut
sudu.

b) Dengan mengatur pembukaan sudu pengarah, air akan masuk sesuai


dengan kebutuhan debit dari turbin.

Sudu pengarah dapat diputar pada engselnya. Dengan regulating shaft


sudu pengarah dapat ditutup ataupun dibuka sehingga akan didapat kecepatan air
yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan.

22
Universitas Sumatera Utara
Pada turbin reaksi, air masuk runner melalui sisi keliling menuju pusat
runner. Turbin reaksi memiliki fixed guide vane (sudu pengarah tetap) yang
mengarahkan air menuju revolving runner pada sudut yang tepat, dan akan
berjalan dengan mengatur sudut sudu secara tangensial terhadap kecepatan relatif
air dan revolving runner. Melalui sudu-sudunya, air akan melewati sudu dan
memberikan sejumlah gaya pada revolving runner sehingga runner akan berputar.

Gambar 2. 12 Skema Runner

Ketika beban pada sudu berkurang, maka poros putaran turbin berputar
pada rpm yang lebih tinggi. Jumlah air yang mengalir melalui sudu akan
cenderung berkurang dikarenakan gaya sentrifugal yang naik karena rpmnya naik
dan mengakibatkan kecepatan air pada sisi masuk juga berkurang, maka akan
menurunkan daya yang dihasilkan oleh turbin. Keuntungan dari turbin reaksi jenis
aliran inward adalah saat turbin dapat otomatis mengatur beban yang sesuai
dengan keperluan turbin. Berikut jenis turbin reaksi sesuai tingkat titik jatuh
airnya.

2.5.2.1. Turbin Francis

Turbin Francis (dikembangkan oleh James B. Francis) merupakan jenis


turbin reaksi yang inputnya merupakan sumber air tekanan tinggi dan outputnya
merupakan air bertekanan rendah. Dengan melalui pengisihan air dari atas turbin
(schact) atau melalui aliran yang berbentuk spiral seperti rumah keong, air akan
masuk ke dalam turbin. Daya yang dihasilkan turbin diatur dengan mengubah
posisi bukaan sudu pengarah, baik menggunakan tangan atau dengan pengaturan
dari oil bertekanan (governor) sehingga, kapasitas air yang masuk ke dalam turbin

23
Universitas Sumatera Utara
bisa diperbesar ataupun diperkecil. Pada sisi luar turbin tekanannya kurang dari 1
atm (rendah) dengan kecepatan aliran air yang tinggi. Turbin ini beroprasi pada
titik jatuh air sekitar 40 sampai 200 meter dengan efisiensi sekitar 80% sampai
dengan 90%.

Turbin Francis dapat diatur dengan dua cara yaitu dengan poros vertikal
dan poros horizontal. Pengaturan poros vertikal membutuhkan ruang yang
minimum untuk instalasinya sehingga memungkinkan membuat powerhouse yang
lebih kecil. Tak hanya lebih ekonomis untuk ruang yang digunakan, tetapi dalam
banyak kasus, penggunaan poros vertikal adalah satu-satunya solusi praktis untuk
mesin besar, khususnya ketika keadaan geografis pembangkit membatasi ukuran
powerhouse.

Pengaturan posisi turbin juga harus menyesuaikan terhadap head dan beda
ketinggian buang air Hs (Head Suction) air atau yang biasa disebut tail race.
Peletakan turbin harus diatur sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kavitasi.
Kavitasi terjadi disaat adanya tekanan yang lebih kecil dari tekanan uap air,
sehingga dapat mengakibatkan sudu-sudu turbin menghasilkan lubang-lubang
kecil (mnjadi korosif) dan mengurangi efisiensi turbin akibat suara yang berisik
sehingga nantinya dapat merusak turbin. Untuk itu diperlukan adanya analisis
untuk mengetahui letak turbin terhadap tail race yang diharapkan nilainya positif,
sebab bila nilainya negatif maka akan menimbulkan terjadinya kavitasi[9].

Gambar 2. 13 Nilai Hs dan Posisi Turbin terhadap Permukaan Air Bawah [3]

Sementara posisi poros dari turbin Francis umumnya dirancang dengan


tipe poros horisontal untuk turbin dengan kapasitas kecil (<10 MW).

24
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara kondisi head, kecepatan dan kapasitas pembangkit
adalah runner dengan kecepatan rendah dan kapasitas yang kecil digunakan pada
head tinggi, sementara runner dengan kecepatan tinggi dan kapasitas yang besar
digunakan pada head rendah.

Adapun kelebihan dan kekurangan turbin Francis adalah:

Kelebihan :

 Variasi dalam kepala operasi dapat dengan mudah dikendalikan pada


turbin ini

Kekurangan ;

 Sulit dalam perawatan dan pembersihan.

Berukut adalah gambar dari skema turbin Francis :

Gambar 2. 14 Skema Turbin Francis

2.5.2.2. Turbin kaplan

Turbin kaplan (dikembangkan oleh Viktor Kaplan pada 1913) adalah


turbin air tipe baling baling dengan empat sudu yang, yang menggabungkan sudu
dan runner secara otomatis untuk mencapai efisiensi debit air dan ketinggian jatuh
air.

Turbin kaplan dioperasikan pada head yang rendah yang tidak


memungkinkan penggunaan turbin Francis. Titik jatuh air pada turbin ini sekitar
10 sampai dengan 65 meter. Diameter pada runner turbin sekitar 2 sampai 11

25
Universitas Sumatera Utara
meter. Turbin berputar dengan laju konstan, yang bervariasi. Putaran pada turbin
sekitar 54,4 sampai 429 rpm. Turbin kaplan mempunyai efisiensi sekitar 80%
sampai dengan 90%. Adapun keuntungan dan kerugian pada turbin ini yaitu:

Keuntungan :

 Sudu-sudu Adjustable

 Head rendah

Kerugian :

 Poros turbin tegak, tak bisa melintang

 Kecepatan putar turbin 250-280 rpm

 Generator bekerja lebih.

Berikut ini adalah gambar dari turbin kaplan:

Gambar 2. 15 Turbin jenis kaplan

2.6. Penentuan Jenis Turbin

Penentuan jenis turbin dilakukan dengan mempertimbangkan besar debit


(Q) dan head (h) dari potensi sungai yang bisa kita lihat pada Gambar 2.11 dan
Gambar 2.12 yang merupakan grafik empiris yang menunjukkan daerah
penggunaan dan penentuan jenis turbin berdasarkan nilai debit versus head dari
masing-masing turbin.

26
Universitas Sumatera Utara
Pada Gambar 2.11 jenis-jenis turbin yang ada pada grafik adalah jenis-
jenis yang mayoritas dan lebih umum digunakan pada pembangkitan listrik
bertenaga air, sementara pada Gambar 2.12, jenis turbin yang ditampilkan lebih
banyak dan beraga jenisnya.

Gambar 2. 16 Grafik Daerah Cakupan Turbin dari nilai Q vs h menurut Layman’s


Handbook

27
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 17 Grafik Daerah Cakupan Turbin dari nilai Q vs h menurut S.L.
Dixon, B.Eng., PH.D.

2.7. Generator

Generator merupakan mesin bergerak yang mengubah energi kinetik


menjadi energi listrik. Generator merupakan bentuk kesatuan daripada turbin
untuk menghasilkan energi listrik. Turbin terhubung ke generator melalui bearing
yang dihubungkan pada salah satu shaft turbin sehingga pada saat turbin berputar
maka rotor yang terdapat pada generatorpun akan mengalami perputara dan akan
menginduksikan fluks pada stator dan akan menimbulkan energi listrik.

Generator turbin air dibagi dalam golongan poros datar (horizontal) dan
golongan poros tegak (vertical) bila berdasarkan arah porosnya. Untuk mesin-
mesin berdaya kecil atau mesin-mesin berputaran tinggi sesuai dengan
menggunakan golongan poros datar, sedangkan golongan poros tegak sesuai
untuk digunakan pada mesin-mesin berdaya besar atau mesin-mesin berputaran
rendah. Penggunaan golongan poros tegak sangat baik bagi generator turbin air,

28
Universitas Sumatera Utara
karena hanya memerlukan luas ruang yang kecil dibandingkan dengan golongan
poros datar.

Untuk menghitung besaran daya generator, dapat menggunakan rumus


sebagai berikut[17]:

(2.4)

Dimana: Pgenerator = daya yang dihasilkan generator (MW)

ηgenerator = efisiensi generator (0,8 sampai dengan 0,95)

Pturbin = daya turbin

Dalam pemilihan kapasitas daya yang terpasang pada generator biasanya


dapat ditentukan dengan mencari daya semu. Untuk mencari daya semu dapat
digunakan rumus sebagai berikut :

(2.5)

Dimana: Psemu = daya semu (VA)

Pgenerator = daya generator (W)

cosθ = faktor daya (0,8)

2.8. Prediksi Debit Aliran Air

Dalam penentuan dan memprediksi debit air sungai terdapat beberapa cara
yang cukup rumit. Dalam penelitian ini prediksi debit air dilakukan dengan
metode pengukuran langsung. Agar data sesuai dengan keadaan di lapangan
kegiatan pengukuran langsung akan banyak dilakukan di lokasi survei. Metode
pengukuran langsung dapat menggunakan metode salt gulp, metode float atau
pengukuran dengan alat currentmeter flowatch yang nantinya akan dipilih untuk
dilakukan pada pengukuran di lokasi.

29
Universitas Sumatera Utara
2.8.1. Salt Gulp Method

Salt gulp method akurasinya cukup baik untuk area sungai yang lebar
dengan bentuk tak beraturan serta cukup sederhana untuk dilakukan. Prosesnya
dilakukan dengan melarutkan garam ke dalam satu ember air, kemudian larutan
garam dibuang ke sungai, dimana pada jarak tertentu di bagian bawah sungai akan
diukur nilai konduktivitas airnya dengan konduktivitas meter. Larutan garam yang
dibuang pada aliran sungai akan melarut dan menyebar ke sungai. Bila saat aliran
air deras, konduktivitas meter akan menunjukkan nilai yang relatif rendah dan
begitupun sebaliknya. Berikut adalah gambar grafiknya[7].

Gambar 2. 18 : Berbagai grafik kondiktivitas (sumbuY) - waktu (sumbu X)

2.8.2. Fload Method

Fload method merupakan metode yang digunakan pada keadaan aliran air
sungai yang cenderung lurus, tidak beriak/bergelombang dan tidak memiliki
banyak halangan pada aliran airnya. Pengukurannya dilakukan dengan
menggunakan sebuah benda yang dapat mengapung pada aliran air dan dapat
terbawa arus air. Berikutnya diukur kecepatan rata-rata dari benda tersebut
sepanjang beberapa jauh jarak pengukuran, dan kemudian kecepatan aircdapat
dikoreksi dengan mengkalikannya dengan faktor koreksi tertentu sesuai kondisi
yang ada pada aliran arus sungai. Berikut adalah tabel faktor koreksi sesuai
kondisi sungai :

30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. 8 Faktor Koreksi Fload method
[Kondisi Sungai/saluran Faktor Koreksi

Sungai besar, lurus, lambat dan tidak banyak


0,75
halangan
Saluran bersemen, lurus, dan bentuknya
0,85
teratur
Saluran bersemen, dangkal, lurus dan berbentuk
0,8
teratur
Sungai kecil, lurus dan tidak banyak halangan
0,65

Sungai dangkal dan bergelombang


0,45

Sangat dangkal dan bergelombang


0,25

Sumber : Manual book on Micro-hydro Development [7]

Luas area dari arus air tersebut dihitung dengan mengukur lebar dan
kedalaman rata-rata sungai. Setelah didapat luas area sungainya, maka debit air
dihitung dengan persamaan berikut:

̅ ̅ (2.6)

Dimana: Q = debit air

̅ = kecepatan rata-rata air

= faktor koreksi

̅ = luas rata-rata penampang sungai

2.9. Evaluasi Proyek

Evaluasi ini diperlukan untuk melihat dan meninjau kelayakan


pembangunan Pembangkit Listrik Minihidro (PLTM) dengan berdasarkan biaya

31
Universitas Sumatera Utara
investasi, umur ekonomis, nilai masa kini dan priode pengembalian modal guna
memberikan rekomendasi dalam pembangunan PLTM.

Pada tahap ini akan dilakukan indentifikasi alternatif, masing-masing


alternatif memiliki karakteristik. Selanjutnya akan dilakukan perbandingan dan
pemilihan alternatif dengan menganalisis keekonomian yaitu Net Present Value
(NPV), Pay Back Periode (PBP), Break Event Point (BEP), dan Benefit Cost
Ration (BCR).

2.9.1. Depresiasi

Umur ekonomis pembangkit yang diperkirakan sekitar 10 tahun dan pada


akhir umur pembangkit tersebut masih ada nilai residu yang tersisa sekitar 10%
dari masa pemakaiannya.

Residu

Nilai residu = (10%) investasi awal

(2.7)

Dimana : Depresiasi = nilai pnyusutan (Rp/Tahun)

Investasi = nilai biaya awal Pembangunan (Rp)

t = umur/periode pemakaian (tahun)

2.9.2. Penyusutan Cashflow

Penyusutan cashflow menggunakan beberapa asumsi diantaranya :

 Tingkat inflasi (%)

 Tingkat suku bunga (%)

 Kenaikan tarif listrik per tahun (%)

 Umur ekonomis pembangkit (%)

 Pajak (%)

32
Universitas Sumatera Utara
Dan untuk mencari discount factor pada persamaan:

(2.8)

Dimana : i = discount factor

P = Tingkat suku bunga (%)

n = tahun ke-n

2.9.3. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara harga kas bersih
(Net Cash Flow) di masa mendatang dengan nilai investasi awal pada sebuah
tingkatan bunga tertentu[1][11]. NPV dapat dicari dengan menggunakan
persamaan berikut :

∑ ̅ ̅ (2.9)

Dimana : NVP = Net Present Value (Rp)

NB = Net Benefit = benefit – Cost

= Benefit yang didiskon.

= Cost yang didiskon

= Tahun ke- n

i = Disount factor(%)

2.9.4. Pay Back Priode (PBP)

Pay back Priode (PBP) adalah periode waktu untuk mendapatkan


sejumlah arus penerimaan (cash in flows) yang sama dengan jumlah investasi

33
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk present value [1][11]. PBP dapat dihitung menggunakan persamaan
:

∑ ̅ ∑ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
̅ (2.10)

Dimana : PBP = Pay Back Periode

= Tahun sebelum terjadinya PBP

= Investasi yang telah di diskon

= Benefit yang didiskon sebelum PBP

= Benefit pada PBP

2.9.5. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio (BCR) merupakan perbandingan antara benefit dengan


investasi yang direencanakan[1][6]. Suatu proyek dengan nilai BCR > 1 dikatakan
layak, begitupun sebaliknya [1][6][7][11]. BCR dapat dihitung dengan
mengunakan persamaan :



(2.11)

Dimana : BCR = Benefit Cost Ratio

= Periode proyek (tahun)

= Tahun ke-

= Keuntungan (benefit) pada tahun k (Rp)

= Biaya (cost) pada tahun k (Rp)

34
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilaksanakan di Kab upaten Humbang


Hasundutan, sungai pertama berada di bagian barat Kecamatan Parlilitan yaitu
Sungai Lae Pinang pada lintang 2°19'41.08"U dan garis bujur 98° 25'13.93"T
yang dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan sungai kedua berada di bagian timur
Kecamatan Tarabintang yaitu Sungai Sumonggo pada lintang 2°15'57.34"U dan
garis bujur 98° 24'47.93"T.

3.2. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan peninjauan lokasi, untuk


menghitung debit air sungai, mengukur head (titik jatuh air) sebagai energi yang
akan menggerakkan turbin pada Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro, biaya
investasi untuk membangun PLTM, analisa ekonomi kedua perencanaan dan
ditutup dengan penyajian hasil akhir serta kesimpulan.

Gambar 3. 1 Rencana PLTM Sungai Lae Pinang

35
Universitas Sumatera Utara
Adapun pada perencanaan PLTM Sungai Lae Pinang seperti Gambar 3.1
di atas akan dibuat dengan jarak antara bendungan dengan headtank sejauh 1000
meter, di mana akan terdapat water intake, sandtrap, spilway, waterway, dan
saluran penenang sebelum menuju ke headtank. Kemudian dari headtank ke
power house akan berjarak sejauh 560 meter dengan perbedaan elevasi 82 meter.

Gambar 3. 2 Rencana PLTM Sungai Sumonggo

Sementara pada perencanaan PLTM Sungai Sumonggo seperti Gambar


3.2 di atas akan dibuat dengan jarak antara bendungan dengan headtank sejauh
320 meter, di mana akan terdapat water intake, sandtrap, spilway, waterway, dan
saluran penenang sebelum menuju ke headtank. Kemudian dari headtank ke
power house akan berjarak sejauh 400 meter dengan perbedaan elevasi 15 meter.
Adapun kedua perencanaan PLTM akan dibuat dengan skema yang bisa
digambarkan mendekati Gambar 3.3.

36
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. 3 Contoh Skema PLTM yang akan dibangun

Komponen pada skema PLTM terdiri dari:


 Bendungan yang berfungsi untuk menaikkan muka air sungai dan
menambah tinggi terjun sehingga air dapat dialirkan menuju intake water.
 Sand Trap yang digunakan untuk menyisakan pasir yang ada pada aliran
pada air dimana sangat penting untuk melindungi komponen-komponen
berikutnya dari dampak pasir.
 Saluran Pembawa (Headrace) untuk tetap menjaga perbedaan ketinggian
air yang disalurkan dengan mengikuti kontur sisi bukit.
 Saluran Pelimpah yang berfungsi untuk mengalirkan debit air sungai
berlebih yang melewati kapasitas saluran pembawa.
 Bak penenang (Headtank) berfungsi untuk tmpat mengatur keluaran air
dari saluran pembawa, memisahkan kotoran dalam air, seperti pasir dan
kayu-kayuan sehingga air yang masuk ke pipa pesat sesuai dengan yang
diinginkan.
 Pipa Pesat (Penstock) merupakan pipa saluran menuju turbin yang
memiliki elevasi.
 Rumah Pembangkit (Powerhouse) merupakan bangunan tempat peletakan
turbin, generator, dan mesin-mesin lain yang dioperasikan oleh operator.
 Turbin dan Generator merupakan alat untuk mengubah energi potensial
menjadi energi mekanik untuk menghasilkan listrik.

37
Universitas Sumatera Utara
 Saluran Pembuangan (tail race) merupakan aliran keluaran air hasil
pemutaran turbin yang akan kembali masuk ke aliran sungai awal.
 Jaringan Transmisi berfungsi sebagai pengalir energi listrik menuju gardu
induk terdekat maupun langsung dialirkan ke beban.

3.3. Variabel yang Diamati

Berikut variabel yang diamati dalam penelitian ini, yang meliputi :

 Debit dan head pada air

 Daya listrik yang dibangkitkan PLTM dan hasil penjualannya

 Analisa ekonomi

 Perbandingan analisa ekonomi yang lebih menguntungkan

38
Universitas Sumatera Utara
3.4. Diagram Alur Penelitian

Berikut ini adalah diagram alur penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Gambar 3. 4 Diagram Alur Penelitian

39
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo

Sungai Lae Pinang dan Sungai Sumonggo merupakan dua sungai yang
letaknya tidak terlalu jauh, namun memiliki karakteristik sungai yang berbeda.
Berikut disajikan keterangan dari kedua sungai tersebut.

4.1.1. Sungai Lae Pinang

Sungai Lae Pinang merupakan sungai yang terletak di Desa Sionom


Hudon Selatan, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hasundutan. Letak
sungainya yang berada di antara bukit-bukit dan hutan alami serta beberapa lahan
kebun masyarakat sekitar membuat Sungai Lae Pinang memiliki perbedaan
ketinggian cukup besar. Secara fisik Sungai Lae Pinang memiliki tepian yang
berbatu-batu yang disertai dengan aliran airnya cukup deras. Air pada sungai
nampak keruh tetapi tetap bersih dari sampah yang terbawa dari hulu, karena
sungai tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk.

Dari segi perekonomian, kebanyakan penduduk yang terdapat di Desa


Sionom Hudon Selatan dan sekitar merupakan penduduk berekonomi menengah
kebawah. Ini diakibatkan karena kebanyakan penghasilan mereka didapat dari
bekerja sebagai petani dan tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Kebanyakan dari
pemuda mereka pergi merantau untuk mencari pekerjaan di kota-kota besar.

Akses transportasi dari Medan menuju lokasi Sungai Lae Pinang sekitar 7
jam perjalanan menggunakan transportasi darat dengan jarak 228 km. Lokasi
dapat dilihat pada Gambar 4.1.

40
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. 1 Lokasi Sungai Lae Pinang

4.1.2. Sungai Sumonggo

Sungai Sumonggo merupakan sungai yang terletak di Desa Sitanduk,


Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan. Letak Sungai
Sumonggo berada di sekitar lahan perkebunan masyarakat dan tidak jauh dari
jalan, serta Sungai Sumonggo terkesan landai. Secara fisik beberapa titik Sungai
Sumonggo memiliki tepian yang berbatu-batu namun sebagiannya lagi merupakan
sungai berpasir. Air pada sungai nampak keruh namun masih terdapat beberapa
sampah organik pembuangan limbah perkebunan penduduk.

Dari segi perekonomian, kebanyakan penduduk yang terdapat di Desa


Sitanduk dan sekitar merupakan penduduk berekonomi menengah kebawah tak
jauh berbeda dengan Desa Sionom Hudon Selatan, Parlilitan.

Akses transportasi dari Medan menuju lokasi Sungai Lae Pinang sekitar
7,5 jam perjalanan menggunakan transportasi darat dengan jarak 250 km. Lokasi
dapat dilihat pada Gambar 4.2.

41
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. 2 Lokasi Sungai Sumonggo

4.2. Potensi Bangunan

4.2.1. Bendungan (Dam)

Bendungan (dam) merupakan kontruksi bangunan yang berungsi untuk


menahan air. Bendungan sangat penting dalam mengontrol debit air yang besar
agar tidak merusak turbin. Pada lokasi yang telah disurvei, bendungan juga sangat
mempengaruhi dalam penambahan ketinggian titik jatuh air (head) agar lebih
efisiensi untuk menghasilkan listrik serta menetralisir rugi-rugi head. Disamping
itu dengan membangun bendungan kita dapat menghasilkan debit air yang sangat
efektif dan terkontrol, dimana saat curah hujan tinggi dan mengakibatkan debit
air makin besar, air yang berlebih bisa dialihkan ke aluran sungai awal.

4.2.2. Bak Pengendap (Sand Trap)

Bak Pengendap (Sand Trap) merupakan salah satu kontruksi yang rancang
untuk menyaring keluaran air dari bendungan (dam) yang banyak membawa
partikel-partikel seperti pasir dan lumpur. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya ketidakstabilan putaran pada turbin akibat partikel tersebut dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada turbin.

42
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Saluran Air (Waterway)

Saluran air (Waterway) merupakan kontruksi sebagai pendukung untuk


mengalirkan air di sisi perbukitan dengan tujuan untuk menjaga elevasi atau
ketinggian dari air yang disalurkan.

4.3. Pemilihan Turbin dan Perhitungan Daya Keluar Turbin

 Sungai Lae Pinang

Berdasarkan data head dan debit Sungai Lae Pinang, dapat dilakukan
pemilihan dengan berpatokan pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 serta Gambar 2.11 dan
Gambar 2.12, head dari sungai Lae Pinang yang sebesar 80 meter termasuk ke
kategori head sedang maka turbin yang akan digunakan adalah turbin Francis
dengan efisiensi turbin 80% sampai 90% yang merupakan efisiensi turbin yang
baik serta penggunaanya sudah banyak digunakan di Indonesia. Maka kemudian
efisiensi turbin yang kita gunakan adalah 85%. Sedangkan posisi poros turbin
Francis dengan kapasitas kecil (<10 MW) biasanya dirancang dengan tipe poros
horizontal[9].

Besar daya keluaran turbin dapat dicari dengan memakai efisiensi turbin
sebagai berikut.

Untuk mengefisiensikan kerja turbin pada saat terjadinya debit air


minimum pada PLTM maka turbin yang beroprasi dibagi menjadi 2 unit yang
masing-masing turbin mengoperasikan sebesar 5,72 MW.

 Sungai Sumonggo

Berdasarkan data head dan debit Sungai Sumonggo, dapat dilakukan


pemilihan dengan berpatokan pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 serta Gambar 2.11 dan

43
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.12, head dari Sungai Sumonggo yang sebesar 15 meter termasuk ke
kategori head rendah dan turbin yang akan digunakan adalah turbin Francis
dengan efisiensi turbin 80% sampai 90%. Maka kemudian efisiensi turbin yang
kita gunakan adalah 85%. Sedangkan posisi poros turbin Francis dengan kapasitas
kecil (<10 MW) umumnya dirancang dengan tipe poros horizontal[9].

Untuk mengetahui daya keluar dapat dicari dengan memakai efisiensi


turbin sebagai berikut.

4.4. Perhitungan Daya Keluar Generator

 Sungai Lae Pinang

Perhitungan daya yang keluar pada generator adalah sebagai berikut;

Efisiensi generator diasumsikan besarnya 85% sehingga;

Maka daya keluaran generator adalah 4,862 MW.

Kapasitas daya generator yang terpasang pada sebuah pembangkit


memiliki nilai setidaknya >10-20% dari hasil perhitungan daya generatornya,
maka kapasitas daya generator terpasangnya adalah;

44
Universitas Sumatera Utara
Didapat besar daya yang terpasang adalah 2 5,834 MW. Dimana
kapasitas daya yang terpasang pada PLTM adalah:

Perhitungan ini digunakan untuk menentukan karakteristik generator


yang akan digunakan untuk membuat PLTM. Maka karakteristik generator
yang digunakan adalah generator sinkron AC dengan frekuensi 50 Hz dan daya
3 × 8000 kVA. Daya yang keluar dari PLTM tersebut akan dikoneksikan
dengan Gardu Induk PLN Doloksanggul.

 Sungai Sumonggo

Perhitungan daya yang keluar pada generator adalah sebagai berikut;

Efisiensi generator diasumsikan besarnya 85% sehingga;

Maka daya keluaran generator adalah 1,088 MW.

Kapasitas daya generator yang terpasang pada sebuah pembangkit


memiliki nilai setidaknya >10-20% dari hasil perhitungan daya generatornya,
maka kapasitas daya generator terpasangnya adalah;

Didapatkan besar daya yang terpasang adalah 1,305 MW. Dimana


kapasitas daya yang terpasang pada PLTM adalah:

45
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan ini digunakan untuk menentukan karakteristik generator
yang akan digunakan untuk membuat PLTM. Maka karakteristik generator
yang digunakan adalah generator sinkron AC dengan frekuensi 50 Hz dan daya
3 × 1500 kVA. Daya yang keluar dari PLTM tersebut akan dikoneksikan
dengan Gardu Induk PLN Doloksanggul.

4.5. Evaluasi Proyek

Evaluasi ini diperlukan untuk melihat dan meninjau kelayakan


pembangunan Pembangkit Listrik Minihidro (PLTM) dengan berdasarkan
biaya investasi, umur ekonomis, nilai masa kini dan priode pengembalian
modal guna memberikan rekomendasi dalam pembangunan PLTM .

Sebelum pelaksanaan suatu proyek terlebih dahulu dilakukan analisa


pada investasi perencanaan proyeknya , sehingga dapat diketahui kelayakan
proyek tersebut dari sisi ekonomis investasi. Adapun beberapa penilaian proyek
investasinya, yaitu:

4.5.1. Biaya Investasi Awal

Biaya investasi pada pembangkit diperoleh dari biaya investasi yang


terdapat pada tabel di bawah, dimana akan diperoleh dari harga
pertengahannya, sehingga nilai investasi pembangkitnya diperoleh dengan
menyesuaikan data tersebut dengan kapasitas daya terbangkitkan dari
perencanaan pembangkit tiap sungai. [20]

46
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. 1 Tabel Klasifikasi Listrik Tenaga Air beserta Biaya Investasi
Biaya Investasi
Jenis
No Kategori Keluaran Tipe (juta
Pembangkit
US$/MW)
< 100 Pemikul beban
1 Mikro Arus sungai 1,5 - 3,0
kW dasar
100 kW - Pemikul beban
2 Mini Arus sungai 1,5 - 3,0
1 MW dasar
Pemikul beban
3 Kecil < 10 MW Arus sungai dasar / 1,5 - 2,0
bergantian
Pemikul beban
10 - 100
4 Sedang Arus sungai dasar / 1,5 - 2,5
MW
bergantian
Bendungan
100 - 300 dan Beban dasar dan
5 Sedang 2,0 - 3,0
MW penampungan puncak
air
Bendungan
> 300 dan Beban dasar dan
6 Besar 2,0 - 3,0
MW penampungan puncak
air

Dari tabel di atas, maka untuk Sungai Lae Pinang dengan kapasitas 10
MW termasuk dalam kategori sedang, biaya investasi yang kita ambil adalah 2
juta US$/MW. Sementara untuk Sungai Sumonggo dengan kapasitas 1 MW
termasuk dalam kategori mini, biaya investasi yang kita ambil adalah 2,25 juta
US$/MW. Sesuai nilai Rupiah terhadap US$, dimana nilai rupiah berada pada
Rp 14.838,00 per 1 US$ pada tanggal 9 September 2020, maka nilai investasi
masing masing perencanaan PLTM adalah sebagai berikut.

 Sungai Lae Pinang

Nilai Investasi = 2.000.000 US$/MW × Rp 14.838 /US$ × 10 MW

= Rp 296.760.000.000

 Sungai Sumonggo

Nilai Investasi = 2.250.000 US$/MW × Rp 14.838 /US$ × 1 MW

= Rp 33.385.000.000

47
Universitas Sumatera Utara
4.5.2. Pendapatan PLTM

Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 tahun 2017 BAB IV


mengenai Pembelian Tenaga Listrik dari Tenaga Air [12], diperkirakan untuk
PLTM Sumatra Utara sebesar $ 0,0789 USD/kWh dengan nilai konversi ke
rupiah sebesar Rp. 1.113 /kWh.

Total energi yang dihasilkan dari PLTM berdasarkan hasil perhitungan


adalah sebagai berikut;

 Sungai Lae Pinang

Daya yang dapat dibangkitkan/ jam = 9,724 MWh

Daya yang dibangkitkan dalam 1 tahun = 84.890.520 kWh/tahun dengan


waktu operasi 8730 jam.

Daya yang dapat dijual ke PLN = 84.890.520 kWh/tahun

Maka Penerimaan /tahun = 84.890.520 × Rp 1.113/kWh

= Rp 94.483.148.760

= Rp 94.483.100.000

 Sungai Sumonggo

Daya yang dapat dibangkitkan/ jam = 1,088 MWh

Daya yang dibangkitkan dalam 1 tahun = 9.498.240 kWh/tahun dengan


waktu operasi 8730 jam.

Daya yang dapat dijual ke PLN = 9.498.240 kWh/tahun

Maka Penerimaan /tahun = 9.498.240 × Rp 1.113/kWh

= Rp 10.571.541.120

= Rp 10.571.500.000

48
Universitas Sumatera Utara
4.5.3. Pengeluaran PLTM

Biaya pengeluaran yang didapat diperoleh dengan mengacu pada biaya


operasi pembangkit rata-rata per kWh PLTA PLN 2018 pada tabel di bawah. [18].

Tabel 4. 2 Biaya Operasi Rata-rata per kWh Pembangkit PLN tahun 2018

Sehingga untuk nilai biaya pengeluaran diperoleh dengan menyesuaikan


data tabel di atas dengan kapasitas daya terbangkitkan dari perencanaan
pembangkit tiap sungai pada PLTM, sehingga dapat diasumsikan per tahunnya
adalah sebagai berikut.

 Sungai Lae Pinang

Daya yang dapat dibangkitkan/ jam = 9,724 MWh

Daya yang dibangkitkan dalam 1 tahun = 84.890.520 kWh/tahun dengan


waktu operasi 8730 jam.

Daya yang dapat dijual ke PLN = 84.890.520 kWh/tahun

Maka Biaya operasional /tahun = 84.890.520 × Rp 352,39/kWh

= Rp 29.914.570.343

 Sungai Sumonggo

Daya yang dapat dibangkitkan/ jam = 1,088 MWh

49
Universitas Sumatera Utara
Daya yang dibangkitkan dalam 1 tahun = 9.498.240 kWh/tahun dengan
waktu operasi 8730 jam.

Daya yang dapat dijual ke PLN = 9.498.240 kWh/tahun

Maka Biaya operasional /tahun = 9.498.240 × Rp 352,39/kWh

= Rp 3.347.084.793

4.5.4. Biaya Depresiasi/ Penyusutan

Umur ekonomis PLTM diasumsikan sekitar 10 tahun dan pada akhir umur
pembangkit tersebut masih terdapat nilai residu yang tersisa sekitar 10% dari
masa pemakaian.

 Sungai Lae Pinang

 Residu

Investasi awal = Rp 296.760.000.000

Nilai residu (10%) = Rp 29.676.000.000

 Depresiasi/penyusutan =

= Rp 26.708.400.000

Dibulatkan = Rp 26.709.000.000

 Sungai Sumonggo

 Residu

Investasi awal = Rp 33.385.000.000

Nilai residu (10%) = Rp 3.338.500.000

 Depresiasi/penyusutan =

50
Universitas Sumatera Utara
= Rp 3.004.650.000

Dibulatkan = Rp 3.005.000.000

4.5.5. Penyusunan Cashflow

Untuk menyusun cashflow digunakan beberapa dasar sebagai berikut :

 Tingkat inflasi[14] = 3%

 Tingkat suku bunga[15] = 6,25%

 Kenaikan tarif listrik per tahun[13] = 2%

 Umur ekonomis Pembangkit[6][7] = 10 tahun

 Pajak[16] = 25%

Perhitungan dan penyusunan cashflow dapat dilihat pada tabel 4.14 dan
tabel 4.15 berikut.

51
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. 3 Proforma Cashflow Sungai Lae Pinang
Tahun Penerimaan Pengeluaran i Bi Ci Pajak Arus kas Kas kumulatif

0 - 296.760.000.000 1 - 296.760.000.000 - - -

1 94.483.100.000 29.914.570.343 0,941176471 88.925.270.588 28.154.889.735 22.231.317.647 38.539.063.207 38.539.063.207

2 96.372.762.000 30.812.007.453 0,885813149 85.368.259.765 27.293.681.343 21.342.064.941 36.732.513.481 75.271.576.687

3 98.300.217.240 31.736.367.677 0,833706493 81.953.529.374 26.458.815.796 20.488.382.344 35.006.331.235 110.277.907.922

4 100.266.221.585 32.688.458.707 0,784664935 78.675.388.199 25.649.487.313 19.668.847.050 33.357.053.837 143.634.961.759

5 102.271.546.016 33.669.112.468 0,738508174 75.528.372.671 24.864.914.759 18.882.093.168 31.781.364.744 175.416.326.503

6 104.316.976.937 34.679.185.842 0,695066516 72.507.237.764 24.104.340.896 18.126.809.441 30.276.087.427 205.692.413.930

7 106.403.316.476 35.719.561.418 0,654180251 69.606.948.254 23.367.031.645 17.401.737.063 28.838.179.545 234.530.593.475

8 108.531.382.805 36.791.148.260 0,61569906 66.822.670.324 22.652.275.383 16.705.667.581 27.464.727.359 261.995.320.834

9 110.702.010.461 37.894.882.708 0,579481468 64.149.763.511 21.959.382.254 16.037.440.878 26.152.940.379 288.148.261.214

10 112.916.050.670 39.031.729.189 0,545394323 61.583.772.970 21.287.683.503 15.395.943.243 24.900.146.225 313.048.407.439

52
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. 4 Proforma Cashflow Sungai Sumonggo
Tahun Penerimaan Pengeluaran I Bi Ci Pajak Arus kas Kas kumulatif

0 - 33.385.000.000 1 - 33.385.000.000 - - -

1 10.571.500.000 3.347.084.793 0,941176471 9.949.647.059 3.150.197.452 2.487.411.765 4.312.037.842 4.312.037.842

2 10.782.930.000 3.447.497.337 0,885813149 9.551.661.176 3.053.838.471 2.387.915.294 4.109.907.411 8.421.945.253

3 10.998.588.600 3.550.922.257 0,833706493 9.169.594.729 2.960.426.942 2.292.398.682 3.916.769.105 12.338.714.358

4 11.218.560.372 3.657.449.925 0,784664935 8.802.810.940 2.869.872.706 2.200.702.735 3.732.235.499 16.070.949.858

5 11.442.931.579 3.767.173.422 0,738508174 8.450.698.503 2.782.088.364 2.112.674.626 3.555.935.513 19.626.885.371

6 11.671.790.211 3.880.188.625 0,695066516 8.112.670.563 2.696.989.191 2.028.167.641 3.387.513.731 23.014.399.102

7 11.905.226.015 3.996.594.284 0,654180251 7.788.163.740 2.614.493.051 1.947.040.935 3.226.629.754 26.241.028.856

8 12.143.330.536 4.116.492.112 0,61569906 7.476.637.190 2.534.520.322 1.869.159.298 3.072.957.571 29.313.986.427

9 12.386.197.146 4.239.986.876 0,579481468 7.177.571.703 2.456.993.818 1.794.392.926 2.926.184.959 32.240.171.386

10 12.633.921.089 4.367.186.482 0,545394323 6.890.468.835 2.381.838.713 1.722.617.209 2.786.012.913 35.026.184.299

53
Universitas Sumatera Utara
4.5.6. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah nilai selisih harga sekarang dari benefit
dengan harga dari investasi awal pada tingkat bunga tertentu.

 Sungai Lae Pinang

NPV =∑ ̅ ̅

= Rp 313.048.407.439 – Rp296.760.000.000

= Rp 16.288.407.439

 Sungai Sumonggo

NPV =∑ ̅ ̅

= Rp 35.026.184.299 – Rp 33.385.000.000

= Rp 1.641.084.299

4.5.7. Pay Back Periode (PBP)

Pay back periode merupakan jangka waktu terjadinya arus penerimaan


(cash in flows)

 Sungai Lae Pinang

∑ ̅ ∑ ̅̅̅̅̅̅̅̅
̅

= 9,34 tahun = 9 tahun 4 bulan

54
Universitas Sumatera Utara
 Sungai Sumonggo
∑ ̅ ∑ ̅̅̅̅̅̅̅̅
̅

= 9,41 tahun = 9 tahun 5 bulan

4.5.8. Benefit Cost Ratio (BCR)

 Sungai Lae Pinang


= 1,054

Dari hasil perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) didapat BCR > 1. Maka
dari sisi evaluasi proyek dikatakan layak dibangun.

 Sungai Sumonggo


= 1,049

Dari hasil perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) didapat BCR > 1. Maka
dari sisi evaluasi proyek dikatakan layak dibangun.

55
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan penelitian yang sudah


dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Debit air sungai yang didapat dari kedua sungai adalah sebesar 18,41 m3/s
untuk Sungai Lae Pinang dan 11,35 m3/s untuk Sungai Sumonggo.
Kemudian potensi daya listrik yang dapat dibangkitkan dari debit air
Sungai Lae Pinang yang keluar dari generator mencapai 9,72 MWh
sementara untuk potensi daya listrik yang dapat dibangkitkan dari debit air
Sungai Sumonggo yang keluar dari generator mencapai 1,08 MWh.

2. Nilai investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan PLTM Sungai Lae


Pinang yaitu sebesar Rp 296.760.000.000 dan untuk nilai investasi yang
dibutuhkan untuk pembangunan PLTM Sungai Sumonggo adalah sebesar
Rp 33.385.000.000.

3. Ditinjau secara teknis, ketersediaan air pada kedua sungai dinilai mampu
memenuhi kebutuhan energi pada kedua perencanaan PLTM karena
pengukuran kecepatan air untuk data debit didapatkan saat musim kemarau
dengan kapasitas air minimum pada sungainya. Sementara ketersediaaan
peralatan mekanikal dan elektrikal untuk kedua perencanaan PLTM di
kedua sungai bisa dipenuhi di pasaran karena pemilihan penggunaan
perangkat yang akan digunakan sudah umum penggunaannya di Indonesia.
Ditinjau dari analisa ekonominya, perencanaan pembangunan PLTM di
Sungai Lae Pinang maupun Sungai Sumonggo dinilai LAYAK untuk
dibangun dikarenakan keduanya memiliki nilai NPV > 0 dan nilai BCR >
1, dengan rincian sebagai berikut:

56
Universitas Sumatera Utara
 Sungai Lae Pinang:

- Net Present Value (NPV) = Rp 16.288.407.439

- Pay Back Periode (PBP) = 9,34 tahun (9 tahun 4


bulan)

- Benefit Cost Ratio (BCR) = 1,054

 Sungai Sumonggo

- Net Present Value (NPV) = Rp 1.641.184.299

- Pay Back Periode (PBP) = 9,41 tahun (9 tahun 5


bulan)

- Benefit Cost Ratio (BCR) = 1,049

Sehingga dari analisa ekonominya, dapat disimpulkan bahwa perencanaan


pembangunan PLTM di Sungai Lae Pinang lebih layak untuk direalisasikan
karena selain memiliki jumlah potensi daya listrik yang lebih besar, perencanaan
PLTM Sungai Lae Pinang juga menghasilkan benefit yang lebih besar serta arus
penerimaan yang lebih cepat dibandingkan perencanaan PLTM Sungai Sumonggo
walaupun perbedaan ekonomisnya cukup sedikit.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut;

1. Untuk penelitian berikutnya perlu diadakan dengan metode yang lain


untuk penelitian lebih lanjut yang menentukan laju dan debit aliran air
dari sungai yang akan dibangun PLTM dalam keadaan air sedang
melimpah maupun saat kemarau.

2. Dalam penelitian berikutnya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut


tentang spesifikasi bendungan dan penstock sebagai pengaturan debit air
yang masuk ke dalam turbin.

57
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti diharapkan mengukur dan
menganalis tekanan air pada penstok serta menentukan spesifikasi penstok
sehingga bisa menentukan spesifikasi turbin yang sesuai.

58
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

[1] Wijaya, Wisnu, dkk. ”Analisa Perencanaan Pembangkit Listrik


Minihidro di Sungai Lowongan Kecamatan Kedungbanten Kabupaten
Bayumas”. Universitas Diponegoro. Semarang. 2012.
[2] Silitonga, Arridina Susan dan Husin Ibrahim. 2020. Buku Ajar Energi
Baru Dan Terbarukan. Sleman: Deepublish.O.F. Patty. 1995. Tenaga Air
Edisi Pertama. Jakarta. Erlangga.
[3] Dietzel, Fritz. 1993. Turbin, Pompa dan Kompresor. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
[4] Chow, Ven Te. (2009). Open-Channel Hydraulics. The Blackburn Press.
[5] M,M Dandekar, K,N Sharman. Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Universitas Indonesia. 1991.
[6] Sulvian, Robet Lee. 1977. Power Sistem Planning, McGraw Hill. New
York.
[7] Rahmayanti, Mutia Isti. 2017. ”Studi Perencanaan Pembangkit Listrik
Minihidro (PLTM) di Sungai Citarum Hulu Kabupaten Bandung
Barat”. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya Malang.
[8] Centre For Rudal Technology. Manual Book On Micro-Hydro
development. Tripureshowe, Khathmandu Nepal. 2005.
[9] Rahayu, S. dkk, 2009. Monitoring Air Di Daerah Aliran Sungai. World
Agroforestry Center ICRAF Asia Tenggara. Bogor.
[10] Asrori dan Eko Yudianto. 2018. ”Perencanaan Turbin Air Kapasitas 2 ×
1 MW di PLTM Cianten 1 Kabupaten Bogor”. Jurnal. Malang:
Politeknik Negeri Malang.
[11] Arifin, Moh. Zaenal. 2017. “Analisa Unjuk Kerja dan Tingkat Kavitasi
pada Turbin Francis di PT PJB Unit PLTA Sutami”. Skripsi. Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh November.
[12] DeGarmus, E.Paul, dkk. 2001. Ekonomi Teknik jilid 2. Jakarta:
Prenhallindo.
[13] Nasution, Syahrir Hakim. 2018. Evaluasi proyek dan Studi Kelayakan.
Medan. USU Pres.

59
Universitas Sumatera Utara
[14] Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Replubik Indonesia
2017. Kajian Penyediaan dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT dan
Listrik. Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi dan Sumber Daya
Mineral.
[15] Bank Indonesia. 2019. Inflasi.
https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx. Diakses 5
Januari 2020.
[16] Bank Indonesia. 2020. Suku Bunga Penjaminan.
https://www.bi.go.id/id/moneter/suku-bunga-
penjaminan/Contents/Default.aspx. Diakses 5 Januari 2020.
[17] IMIDAP, Pedoman Studi Kelayakan PLTMH, cetakan kedua, Direktoral
Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi Departement Energi dan Sumber
Daya Mineral , 2009.
[18] PT PLN Persero. 2019. Statistik PLN 2018. Padang. Sekretariat
Perusahaan PT PLN (Persero).
[19] O.F. Patty. 1995. Tenaga Air Edisi Pertama. Jakarta. Erlangga.
[20] Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Buku Pedoman Energi Bersih untuk
Lembaga Jasa Keuangan. Jakarta. Departemen Penelitian dan Pengaturan
Perbankan Otoritas Jasa Keuangan.

60
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN

Lokasi Sungai Lae Pinang

Lokasi Sungai Sumonggo

Universitas Sumatera Utara


Pengumpulan Data Kecepatan Aliran Air di Sungai Lae Pinang

Universitas Sumatera Utara


Pengumpulan Data Kecepatan Aliran Air di Sungai Sumonggo

Universitas Sumatera Utara


Tingkat Suku Bunga periode 9 Juni 2010 s/d 9 Juni 2011

Target Inflasi dan Aktua Inflasi per tanggal 31 Juli 2018

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai