Anda di halaman 1dari 110

RANCANG BANGUN CYCLOCONVERTER 1,5 kW UNTUK

PENGENDALIAN KECEPATAN PUTARAN MOTOR INDUKSI


SATU PHASA 500 1000 RPM PADA MESIN PENGUPAS PINANG

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Sarjana


Terapan Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
pada Politeknik Negeri Lhokseumawe

Oleh :

HENDRA ZULIAN PERMANA

NIM : 1620301032

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI REKAYASA


INSTRUMENTASI DAN KONTROL

JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2020
K EM E NT E RIA N PE ND ID IK A N DAN K E BUDAY AA N
P O L I T E K N I K N EG E R I L H O KS E U M A W E
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
Jalan Banda Aceh-Medan Km. 280,3 Buketrata, Lhokseumawe, 24301 PO.BOX 90
Telepon: (0645) 42670, 42785 Fax: 42785
Laman: www.pnl.ac.id

LEMBARAN PENGESAHAN

Tugas Akhir yang berjudul Rancang Bangun Cycloconverter 1,5 kW Untuk

Pengendalian Kecepatan Putaran Motor Induksi Satu Phasa 500 1000 RPM

Pada Mesin Pengupas Pinang . disusun oleh Hendra Zulian Permana, NIM

1620301032, Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknologi Rekayasa

Instrumentasi dan Kontrol. Dinyatakan telah memenuhi syarat sebagai Tugas

Akhir untuk menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan Politeknik Negeri

Lhokseumawe.

Buketrata, 10 Agustus 2020


Penulis

Hendra Zulian Permana


NIM. 1620301032

Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Azhar, M.Eng. Aidi Finawan, S.ST., M. Eng


NIP. 19650501 199412 1 001 NIP. 19740619 200012 1 003

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro Ketua Program Studi TRIK

M. Basyir, S.ST., MT. Ir. Muhaimin, MT.


NIP. 19741006 200021 1 001 NIP.19651231 199403 1 015
K EM E NT E RIA N PE ND ID IK A N DAN K E BUDAY AA N
P O L I T E K N I K N EG E R I L H O KS E U M A W E
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
Jalan Banda Aceh-Medan Km. 280,3 Buketrata, Lhokseumawe, 24301 PO.BOX 90
Telepon: (0645) 42670, 42785 Fax: 42785
Laman: www.pnl.ac.id

LEMBARAN URAIAN TUGAS AKHIR

NAMA : HENDRA ZULIAN PERMANA

NIM : 1620301032

JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI REKAYASA INSTRUMENTASI


DAN KONTROL

URAIAN

JUDUL : RANCANG BANGUN CYCLOCONVERTER 1,5 kW


UNTUK PENGENDALIAN KECEPATAN PUTARAN
MOTOR INDUKSI SATU PHASA 500 1000 RPM
PADA MESIN PENGUPAS PINANG

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

BAB III : METODE PENELITIAN

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V : PENUTUP

Diberikan Tanggal : 10 Agustus 2020

Diselesaikan Tanggal : 05 Agustus 2020

Buketrata, 10 Agustus 2020

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro Pembimbing I

M. Basyir, S.ST., MT. Ir. Azhar, M.Eng.


NIP. 19741006 200021 1 001 NIP. 19650501 199412 1 001
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,

Pemelihara seluruh alam raya, yang atas limpahan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir yang

berjudul Rancang Bangun Cycloconverter 1,5 kW Untuk Pengendalian

Kecepatan Putaran Motor Induksi Satu Phasa 500-1000 RPM Pada Mesin

Peng Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan Jurusan Teknik Elektro pada

Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Terselesaikannya Tugas Akhir ini tentunya tak lepas dari dorongan

dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengungkapkan rasa terima

kasih dan apresiasi kepada Bapak Ir. Azhar, M.Eng., selaku pembimbing pertama

yang telah banyak membantu dan memberi masukan dan saran dalam

penyelesaian tugas akhir ini, kepada Bapak Aidi Finawan, SST, M. Eng., selaku

pembimbing kedua yang telah banyak membantu saya dalam pengujian dan

pembuatan laporan tugas akhir, kepada Bapak M. Basyir, S.ST., MT., selaku

Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe, dan juga kepada

Bapak Ir. Muhaimin, MT., selaku Ketua Program Studi Teknologi Rekayasa

Instrumentasi dan Kontrol Politeknik Negeri Lhokseumawe, kepada Bapak dan

Ibu Dosen serta para Staff Karyawan Jurusan Teknik Elektro yang telah banyak

membantu selama masa perkuliahan berlangsung serta memberikan ilmu

i
pengetahuan serta fasilitas yang berkenaan dengan selesainya tugas akhir ini,

kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik moral

maupun dukungan moril hingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dan

kepada semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan tugas akhir ini

seperti teman-teman selama menjalankan peendidikan Sarjana Terapan Teknologi

Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol Politeknik Negeri Lhokseumawe dan masih

banyak lagi yang tidak saya ucapkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang

telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini dengan melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya. Semoga karya penelitian tugas akhir ini dapat memberikan manfaat

dan kebaikan bagi banyak pihak demi kemaslahatan bersama serta bernilai ibadah

dihadapan Allah SWT. Aamiin.

Buketrata, 10 Agustus 2020


Penulis

Hendra Zulian Permana


NIM. 1620301032

ii
ABSTRAK

Pengupas pinang dengan menggunakan mesin jauh lebih mudah dan cepat
dibandingkan pengupas pinang secara manual. Keberadaan Mesin pengupas
dapat dikembangkan menjadi suatu mesin pengendalian kecepatan, sehinggga
diperlukan sistem kendali pada motor induksi. Dalam skala kecil, motor induksi
yang digunakan adalah motor induksi satu phasa. Dan salah satu alat pengendali
kecepatan ialah cycloconverter. Cycloconverter merupakan rangkaian elektronika
daya yang mengubah masukan AC menjadi keluaran AC dengan nilai frekuensi
yang lebih rendah dari nilai frekuensi masukan. Pada penelitian ini dilakukan
simulasi MathLab dan perancangan rangkaian elektronika daya cycloconverter
satu phasa menggunakan komponen SCR, Optocoupler MOC3020, dan
mikrokontroler Arduino Mega untuk membangkitkan sinyal picu pada SCR
dengan mengatur pulsa penyalaannya dengan metode PWM. Hasil yang diperoleh
pada pengujian cycloconverter dengan beban motor induksi 350 W dan 550W
ialah semakin tinggi kecepatan putaran motor maka semakin tinggi frekuensi yang
dibutuhkan yaitu 25 Hz dengan setpoint RPM 1900 pada keypad. Sedangkan hasil
pengujian untuk pengupasan pinang berdasarkan RPM motor didapatkan efisiensi
tertinggi terdapat pada RPM ( ) dengan hasil yang terkupas sebanyak biji
dan yang tidak terkupas sebanyak biji, dari 50 biji pinang yang dimasukkan
selama 10 menit.

Kata Kunci : Motor induksi satu phasa, Cycloconverter, SCR, Optocoupler


MOC3020, PWM, Biji pinang.

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBARAN JUDUL

LEMBARAN PENGESAHAN

LEMBARAN URAIAN TUGAS AKHIR

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

1.6 Metode Penelitian ..................................................................................... 4

1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7

2.1 Kajian Literatur Terkait Topik Penelitian ................................................. 7

2.2 Cycloconverter .......................................................................................... 9

2.3 Silicon Controlled Rectifier (SCR) ......................................................... 12

2.4 Pulse Width Modulation (PWM) ............................................................ 13

2.5 Zero Crossing Detector........................................................................... 15

iv
2.6 Modul AC Light Dimmer ........................................................................ 16

2.7 Mikrokontroler Arduino Mega 2560 ...................................................... 18

2.8 Keypad .................................................................................................... 20

2.9 Din Rail AC Multi Function Meter D52-2047 ....................................... 21

2.10 Liquid Crystal Display (LCD) ................................................................ 21

2.11 Rotary Encoder ....................................................................................... 22

2.12 Motor Induksi.......................................................................................... 24

2.12.1 Pengaturan Kecepatan Putaran Motor Induksi ................................ 25

2.12.2 Prinsip Kerja .................................................................................... 27

2.16 Frekuensi Dan Periode ............................................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32

3.1 Tahap Proses Perancangan Alat .............................................................. 32

3.2 Diagram Blok Sistem .............................................................................. 33

3.3 Diagram Blok Pengendalian ................................................................... 35

3.4 Perancangan Perangkat Keras (Hardware) ............................................. 37

3.4.1 Pemilihan Motor dan Spesifikasi Motor .......................................... 37

3.4.2 Rangkaian Power Supply ................................................................. 38

3.4.3 Rangkaian Arduino Mega ................................................................ 39

3.4.4 Rangkaian Liquid Crystal Display ................................................... 40

3.4.5 Rangkaian Keypad ........................................................................... 41

3.4.6 Rangkaian Zero Crossing Detector ................................................. 41

3.4.7 Rangkaian Driver Motor .................................................................. 44

3.4.8 Rangkaian Keseluruhan .................................................................. 47

3.5 Perancangan Perangkat Lunak (Software) .............................................. 47

3.5.1 Simulasi Rangkaian Cycloconverter ................................................ 47

v
3.6 Perancangan dan Pembuatan Modul ....................................................... 49

3.7 Prinsip Kerja Rangkaian Sistem ............................................................. 50

3.8 Flowchart Sistem .................................................................................... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 52

4.1 Tujuan Pengujian .................................................................................... 52

4.2 Implementasi Mikrokontroler Arduino ................................................... 52

4.3 Implementasi LCD 20x4 ......................................................................... 54

4.4 Implementasi Interface Keypad 4x4 ....................................................... 55

4.5 Implementasi Modul Zero Crossing Detector ........................................ 56

4.6 Implementasi Rangkaian Driver Motor .................................................. 56

4.7 Hasil Pengujian Oscilloscope ................................................................. 58

4.7.1 Pengujian Zero crossing detector .................................................... 58

4.7.2 Pengujian Switching ......................................................................... 59

4.8 Hasil Pengujian Keseluruhan Alat .......................................................... 62

4.8.1 Hasil Pengujian Driver SCR ............................................................ 63

4.8.2 Hasil Pengujian Cycloconverter ...................................................... 64

4.8.3 Hasil Pengujian Pengupasan Pinang Berdasarkan RPM Motor ...... 67

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 69

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 69

5.2 Saran ....................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72

LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 (a) Rangkaian Cycloconverter Satu Phasa
(b) Output Cycloconverter dengan Frekuensi 16,6 Hz .................... 11

Gambar 2.2 Gambar Fisik Silicon Controlled Rectifier (SCR) ........................... 13

Gambar 2.3 PWM dengan Duty Cycle yang Berbeda beda .............................. 14

Gambar 2.4 Rangkaian Zero Crossing Detector ................................................. 15

Gambar 2.5 Modul AC Light Dimmer ................................................................ 17

Gambar 2.6 Mikrokontroler Arduino Mega 2560 ............................................... 18

Gambar 2.7 Keypad 4x4 ...................................................................................... 20

Gambar 2.8 DIN Rail AC Multi Function Meter ................................................ 21

Gambar 2.9 LCD Character Display 20x4 dengan modul I2C ........................... 22

Gambar 2.10 Rotary Encoder .............................................................................. 23

Gambar 2.11 Konfigurasi Motor Induksi Satu Phasa .......................................... 27

Gambar 2.12 Gelombang dengen frekuensi 50 Hz.............................................. 30

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................... 32

Gambar 3.2 Diagram Blok Sistem Keseluruhan ................................................. 34

Gambar 3.3 Diagram Blok Pengendalian ............................................................ 35

Gambar 3.4 Rangkaian Power Supply 5 Volt DC ............................................... 39

Gambar 3.5 Rangkaian Arduino Mega 2560 ....................................................... 40

Gambar 3.6 Rangkaian LCD ............................................................................... 40

Gambar 3.7 Rangkaian Keypad ........................................................................... 41

Gambar 3.8 Rangkaian Simulasi Zero Crossing Detector .................................. 42

vii
Gambar 3.9 Output Simulasi Rangkaian Zero Crossing Detector ...................... 42

Gambar 3.10 Skematik Rangkaian Zero Crossing Detector ............................... 43

Gambar 3.11 Rangkaian Pemicuan SCR ............................................................. 45

Gambar 3.12 Konfigurasi SCR TYN-625 ........................................................... 46

Gambar 3.13 Rangkaian Keseluruhan ................................................................. 47

Gambar 3.14 Pemodelan Rangkaian Simulasi Cycloconverter Beban Motor


Induksi Satu Phasa ........................................................................ 48

Gambar 3.15 Perancangan Elektronik ................................................................. 49

Gambar 3.16 Desain Mekanik Keseluruhan ........................................................ 49

Gambar 3.17 Flowchart Sistem Perancangan ..................................................... 51

Gambar 4.1 Implementasi Mikrokontroler Arduino Mega ................................. 53

Gambar 4.2 Implementasi LCD 20x4 ................................................................. 54

Gambar 4.3 Implementasi Keypad 4x4 ............................................................... 55

Gambar 4.4 Implementasi Modul Zero Crossing Detector ................................. 56

Gambar 4.5 Implementasi Perancangan Driver Motor ....................................... 57

Gambar 4.6 Gelombang Sinyal Output Zero Crossing Detector ........................ 58

Gambar 4.7 Bentuk Gelombang Keluaran Rangkaian Mikrokontroler


Untuk Sinyal Kendali Thyristor Daya SCR T1 Dan T4 .................. 60

Gambar 4.8 Bentuk Gelombang Keluaran Simulasi Rangkaian


Cycloconverter Untuk Sinyal Kendali Thristor Daya
SCR T1 Dan T4 Berdasarkan Frekuensi Keluaran 16,6Hz. ............ 62

Gambar 4.9 Hubungan Kecepatan Putaran Motor Dengan Nilai Tegangan,


Arus Dan Daya. ............................................................................... 66

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Spesifikasi AC Light Dimmer Module ................................................. 17

Tabel 2.2 Spesifikasi Arduino Mega .................................................................... 19

Tabel 3.1 Spesifikasi Motor AC 1 Phasa.............................................................. 38

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Penekanan Tombol Karakter Keypad ........................ 55

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Test Pin MOC-3020 ................................................ 63

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Cycloconverter Pada Beban Motor Bor


Dengan Daya 350 W. ........................................................................... 64

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Cycloconverter Pada Beban Motor Bor


Dengan Daya 550 W. ........................................................................... 64

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Pengupasan Pinang .................................................... 67

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Program Arduino IDE

Lampiran 2.1 Tampak Keseluruhan

Lampiran 2.2 Tampak Depan

Lampiran 2.3 Tampak Samping Kanan

Lampiran 2.4 Tampak Samping Kiri

Lampiran 2.5 Name plate pada motor AC 1 Phasa

Lampiran 2.6 Modul Eksternal Converter AC to AC

Lampiran 3.1 Pengujian Alat Menggunakan Motor Bor

Lampiran 3.2 Komponen Dalam Panel Box

Lampiran 3.3 Hasil Data Pengukuran Melalui Settpoint RPM.

Lampiran 3.4 Name Plate Pada Motor Bor 350 W

Lampiran 3.5 Name Plate Pada Motor Bor 550 W

Lampiran 4.1 Tampilan Osiloskop Gelombang Keluaran Rangkaian


Mikrokontroler Untuk Sinyal Kendali Thyristor Daya
SCR T1 Dan T4 Berdasarkan Frekuensi Keluaran 50 Hz.

Lampiran 4.2 Tampilan Osiloskop Gelombang Keluaran Rangkaian


Mikrokontroler Untuk Sinyal Kendali Thyristor Daya
SCR T1 Dan T4 Berdasarkan Frekuensi Keluaran 25 Hz.

Lampiran 4.3 Tampilan Osiloskop Gelombang Keluaran Rangkaian


Mikrokontroler Untuk Sinyal Kendali Thyristor Daya
SCR T1 Dan T4 Berdasarkan Frekuensi Keluaran 12 Hz.

Lampiran 5.1 Bentuk Gelombang Keluaran Simulasi Rangkaian


Cycloconverter Untuk Sinyal Kendali Thyristor Daya
SCR T1 Dan T4 Berdasarkan Frekuensi Keluaran 25 Hz.

Lampiran 5.2 Bentuk Gelombang Keluaran Simulasi Rangkaian


Cycloconverter Untuk Sinyal Kendali Thyristor Daya
SCR T1 Dan T4 Berdasarkan Frekuensi Keluaran 12 Hz.

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengupas pinang dengan menggunakan mesin jauh lebih mudah dan cepat

dibandingkan pengupas pinang secara manual. Mesin pengupas pinang memiliki

bagian utama seperti motor penggerak (Motor AC), mata pisau, dan kontroler.

Pada proses pengupasan pinang, buah pinang kering dimasukkan dalam hopper

yang terdapat pada bagian atas mesin. Kemudian pinang dijatuhkan mengarah ke

mata pisau yang berputar pada poros. Mata pisau berfungsi sebagai pengupas, dan

poros mata pisau ini digerakkan oleh motor penggerak listrik.

Pengupasan buah pinang kering menggunakan pisau atau parang

membutuhkan waktu yang lumayan lama mencapai 15 menit dalam proses

pengupasan, pada pengujian ini dilakukan 1 kg pinang 88 buah yang sudah kering.

Sedangkan pengupasan kulit buah pinang kering menggunakan mesin cuma

membutuhkan waktu 2 menit. Dalam hal ini maka pengupasan buah pinang kering

lebih efektif menggunakan mesin. (Alfian, dkk., 2018)

Salah satu mesin pengupas kulit pinang yang ada saat ini adalah yang

dirancang oleh Hakim, dkk. (2016) dengan menggunakan pisau pengupas dan

screw feeding sebagai ruang pengupas dan hantarannya. Dari hasil pengujian

didapatkan pengupasan optimal pada kecepatan putaran pisau pengupas 800 RPM

dan 37 RPM pada screw feeding.

1
2

Banyak model mesin pengupas pinang umumnya tidak dilengkapi dengan

sistem elektronik mengatur kecepatan dan waktu putaran mesin, (Darmein, dkk.,

2019). Keberadaan mesin pengupas ini dapat dikembangkan menjadi suatu mesin

pengendalian kecepatan yang dapat menerapkan sistem otomasi dalam proses

pengupasannya, antara pisau pengupas dengan kecepatan putaran motor induksi.

Hal ini dapat mempengaruhi hasil pengupasan pinang yang terkupas dan tidak

terkupas atau pecah.

Untuk itu diperlukan suatu peralatan pengendalian kecepatan motor induksi

sebagai salah satu metode untuk mengatur putaran motor induksi. Dalam

penggunaannya motor induksi sering dibutuhkan untuk beroperasi pada kecepatan

yang bervariasi, namun motor induksi ini mempunyai kelemahan, salah satunya

adalah sulit untuk dikendalikan putarannya.

Pada dasarnya motor induksi dioperasikan pada kecepatan yang konstan,

jika beban berubah maka kecepatan motor juga akan berubah. Karena itu untuk

mempertahankan agar kecepatan tetap konstan dibutuhkan suatu pengendali

kecepatan yang dapat diatur. Oleh karena itu, pengendalian kecepatan motor

induksi ini dapat dilakukan dengan mengubah frekuensi masukan motor

menggunakan Cycloconverter. Yaitu mengubah masukan AC menjadi keluaran

AC dengan nilai frekuensi yang lebih rendah dari nilai frekuensi masukan.

Cycloconverter bertujuan untuk mengendalikan kecepatan putaran motor induksi

dengan cara mereduksi frekuensi masukan motor induksi.

Maka pada penelitian ini akan dirancang sebuah alat cycloconverter

pengatur kecepatan putaran motor induksi satu phasa yang dikendalikan dengan
3

mikrokontroler Arduino yang difungsikan sebagai Pulse Wave Modulator

(PWM), untuk menghasilkan frekuensi yang diatur dengan kecepatan

500-1000 RPM.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang cycloconverter sebagai perubahan frekuensi

keluaran untuk mengendalikan kecepatan putaran motor induksi

500-1000 RPM.

2. Bagaimana merealisasikan pengendalian kecepatan motor induksi untuk

pengupas pinang secara otomatis menggunakan mikrokontroler.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada diatas, dibuat pembatasan masalah

dengan tujuan untuk menghindari berkembangnya permasalahan secara luas,

maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :

1. Motor induksi yang digunakan motor AC satu phasa dengan daya

maksimal 550W.

2. Tidak membahas Harmonisasi.

3. Penelitian ini hanya membahas mengenai cycloconverter satu phasa

untuk pengendalian kecepatan motor induksi satu phasa.

4. Pengujian Pengupasan Pinang hanya untuk mengetahui efisiensi biji

pinang yang terkupas berdasarkan RPM motor.


4

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan masalah yang ada maka tujuan penelitian dalam

perancangan alat ini adalah untuk menghasilkan suatu rancangan cycloconverter

sebagai perubahan frekuensi yang mampu mengendalikan kecepatan putaran

motor AC 1 phasa 500-1000 RPM, dengan daya 1,5 kW. Hasil ini diharapkan

menjadi suatu pengembangan sistem pengendalian kecepatan mesin pengupas

pinang secara otomatis.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu mesin yang mampu

bekerja untuk meningkatkan efesiensi kerja para petani pinang, dengan

dikendalikan kecepatan motor yang dapat mempengaruhi hasil pengupasan

pinang. Hasil ini diharapkan menjadi suatu pengembangan sistem pengendalian

kecepatan mesin pengupas pinang secara otomatis dengan cara mereduksi

frekuensi masukan motor menggunakan rangkaian cycloconverter.

1.6 Metode Penelitian

Dalam menerapkan dan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan,

maka dalam penelitian tugas akhir ini ada beberapa metode yang penulis gunakan

antara lain :

1. Studi Literature

Yaitu memperoleh keterangan melalui buku-buku referensi yang

berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan tugas akhir ini.


5

Buku-buku yang digunakan penulis dapat dilihat pada halaman daftar

pustaka.

2. Metode Perancangan

Membuat modul perancangan pada mesin biji pinang kering secara

otomatis berbasis mikrokontroller yaitu merancang kerangka pengontrol

dengan menggunakan cycloconverter pengendalian kecepatan putaran

motor induksi satu phasa.

3. Metode Eksperimen

Yaitu melakukan pengujian modul yang telah dibuat oleh penulis sampai

dengan pengambilan data yang dilakukan untuk mengetahui dan

memperbaiki apabila terdapat suatu kesalahan.

4. Metode Analisis

Yaitu melakukan analisa mengenai sistem yang telah dirancang setelah

melakukan pengujian, analisis yang akan dilakukan pada sistem

instrumentasi yang dirancang dari awal hingga akhir.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini terdiri dari 5 bab, masing-masing bab menjelaskan

tentang hal yang terkandung didalamnya dan saling berkaitan antara satu dengan

yang lainnya. Bab-bab yang terkandung didalam tugas akhir ini antara lain adalah

sebagai berikut :
6

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas tentang : Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan Masalah, Batasan Masalah, Manfaat Penulisan, Metode

Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini membahas tentang : Tinjauan Pustaka, Motor AC

1 Phasa, Arduino Mega 2560, Sensor kecepatan, Modul Dimmer PWM,

SCR, Keypad, Din Rail Multi Function Meter.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini membahas tentang : Deskripsi Umum, Diagram Blok

Sistem, Diagram Blok Pengendalian, Perancangan Hardware,

Perancangan Software, Prinsip Kerja Rangkaian Sistem, Flowchart

Sistem, dan Pembuatan Program.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini membahas tentang : Pengujian dan analisa yang meliputi

pengujian sensor, pengujian hardware, dan pengujian software.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini membahas tentang : Simpulan dan saran pada alat

instrumentasi sistem pengupas biji pinang kering secara otomatis

dengan menggunakan cycloconverter pengendalian kecepatan motor

induksi satu phasa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Literatur Terkait Topik Penelitian

Banyak penelitian sebelumnya yang dilakukan mengenai pengendalian

kecepatan putaran motor induksi dengan cycloconverter. Sehingga dalam upaya

pengembangan penelitian ini, dilakukan tinjauan pustaka sebagai salah satu

penerapan metode penelitian, menghindari pembuatan ulang, mengindentifikasi

metode yang pernah dilakukan, meneruskan penelitian sebelumnya dan

mengetahui spesialisasi dan area penelitian orang lain di bidang ini. Beberapa

tinjauan pustaka tersebut adalah sebagai berikut :

a. Erlanda, dkk. (2018). yaitu membuat rancangan cycloconverter satu fasa

dengan empat TRIAC sebagai rangkaian pensaklarnya. Rangkaian

cycloconverter adalah salah satu metode sederhana untuk mengubah

frekuensi catu daya untuk motor satu fasa. Frekuensi output yang dihasilkan

bernilai 25 Hz, 16.7 Hz, dan 12.5 Hz dengan frekuensi input

50 Hz. Hasil pengujian cycloconverter saat diberi beban motor induksi satu

fasa didapat kecepatan dan torsi turun mengikuti penurunan frekuensi dari

50 Hz sampai 12.5 Hz. Pengaturan kecepatan motor induksi satu fasa

menggunakan variabel frekuensi sering terjadinya eror karena rangkaian

cycloconverter yang menggunakan 4 TRIAC sering terjadi hubung singkat

saat pemicuan disebabkan ketertinggalan arus terhadap tegangan .

b. Dubey dan Ramjee Prasad Gupta (2014). Besar

tegangan output dari Cycloconverter dapat dikontrol menjadi konstan

7
8

dengan menggunakan kontrol Cycloconverter itu sendiri yang tidak

memerlukan sirkuit kontrol eksternal. Metode paling efisien untuk

melakukan ini adalah dengan kontrol Pulse Width Modulation (PWM) yang

digunakan dalam cycloconverter. Kinerja yang dinamis pada cycloconverter

telah dibandingkan dengan thyristor dan Saklar IGBT. Hasil analisisnya

bahwa IGBT bekerja sebagai saklar yang lebih baik dari pada t

c. Arifin (2014). Telah merancang dan membuat alat cycloconverter satu fasa

dengan empat TRIAC sebagai rangkaian pensaklar dan dapat digunakan

untuk beban resistif. Cycloconverter ketika diberi

beban motor induksi satu fasa diperoleh kecepatan putar motor induksi

591,7 RPM saat frekuensi keluaran 25 Hz, 371,7 RPM saat frekuensi

keluaran 16,7 Hz, dan 238,4 RPM saat frekuensi keluaran 12,5 Hz

d. Purnomo, dkk. (2014)

berkapasitas 125 watt yang dikopel secara mekanik dengan motor induksi

satu fasa 100 watt yang difungsikan sebagai beban. Pengujian dilakukan

terhadap motor induksi yang dicatu oleh konverter AC AC dalam kondisi

tanpa beban maupun berbeban. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

dalam kondisi tanpa beban, motor induksi dengan catu daya konverter AC

AC mampu menghasilkan variasi kecepatan antara 24,2 2991 RPM

sedangkan. Dalam kondisi berbeban, motor induksi dengan catu daya

konverter AC AC menghasilkan variasi kecepatan antara 2895 2973

RPM .
9

e. Sinaga, dkk. (2017) Proses pembangkitan PWM dapat dilakukan dengan

cara membangkitkan gelombang segitiga dan gelombang sinus secara

diskret dengan metode look up table, kemudian dilakukan perbandingan

untuk masing-masing nilai amplitude gelombang sinus dan segitiga, Dari

hasil analisa diketahui pengaruh mylar pada rangkaian pembangkit pulsa

menunjukkan bahwa semakin besar nilai mylar yang digunakan maka

frekuensi yang dihasilkan akan semakin kecil, dengan menggunakan

kapasitor CT 220 nf dan resistor RT yang terdiri dari resistor 4K7 dihubung

seri dengan potensiometer 100 K didapatkan frekuensi berkisar 55 Hz

2.2 Cycloconverter

Cycloconverter merupakan rangkaian elektronika daya yang mengubah

masukan AC menjadi keluaran AC dengan nilai frekuensi yang lebih rendah dari

nilai frekuensi pada masukan. Cycloconverter banyak dimanfaatkan oleh industri

dan pabrik yang menggunakan motor induksi.

Cycloconverter digunakan sebagai kendali untuk motor induksi dengan

kecepatan yang rendah dan daya yang besar. Operasi dari cycloconverter akan

menyebabkan munculnya arus dan tegangan harmonik pada sistem. Bentuk

gelombang arus yang ditarik oleh cycloconverter dari sumber sangat kompleks,

karena sifatnya lagging terhadap tegangan sumber dan mengandung komponen-

komponen harmonik. Harmonik yang dihasilkan oleh cycloconverter dapat

dirumuskan dalam Persamaan 2.1.


10

Suku pertama merupakan harmonik karakteristik dan suku kedua merupakan

harmonik non-karakteristik.

.................................................. (2.1)

Dengan k dan n adalah bilangan bulat, q adalah banyak pulsa, dan adalah

frekuensi output cycloconverter.

Menurut Sontakke dan Ranjan (2017). Cycloconverter adalah peralatan

yang digunakan pada industri skala besar untuk mengatur kecepatan motor.

Konverter jenis ini digunakan untuk mengatur frekuensi pada pengendali

frekuensi variabel dengan rating dari beberapa megawatt sampai dengan puluhan

megawatt. Pengendalian yang dilakukan cycloconverter didapat dengan mengatur

pulsa penyalaannya dengan bantuan PWM. Hal ini dapat dilakukan dengan

Cycloconverter menggunakan devais semikonduktor dengan pengendalian

berbasis pulsa, seperti PWM untuk mengendalikannya. Cycloconverter ini

mempunyai kelebihan lebih sederhana dalam aplikasinya untuk mengontrol,

namun lebih membutuhkan banyak komponen semikonduktor. Konverter jenis ini

akan menjadi fokus dari penelitian ini.

Cycloconverter adalah jenis pengontrol daya dimana tegangan dan frekuensi

listrik AC dari masukannya diubah langsung mengikuti frekuensi beban tanpa

melewati sebuah komponen atau perubahan ke tegangan DC. Cycloconverter juga

mempunyai kemampuan mengatur secara langsung kedua parameter yaitu

tegangan dan frekuensi keluarannya.


11

Menurut Sindura dan Kartheek (2013).

cycloconverter adalah 1/3 dari frekuensi masukannya. Selain itu juga, distorsi

harmonik kerap muncul, namun semakin kecil jika frekuensi keluarannya lebih

cycloconverter

satu phasa dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) Rangkaian Cycloconverter Satu Phasa


(b) Output Cycloconverter dengan Frekuensi 16,6 Hz
(sumber : Gowda, dkk. 2016)

Pada Gambar 2.1, terlihat bahwa cycloconverter sederhana satu phasa

digunakan untuk menyuplai daya ke beban AC. Rangkaian di atas menggunakan

4 buah SCR tipe-P dan 4 buah SCR tipe-N. Sinyal hasil dari modulasi pensaklaran

diatas akan menghasilkan sinyal positif oleh SCR tipe-P dan sinyal negatif oleh

SCR tipe-N.

Konverter SCR-P bekerja untuk membentuk tegangan keluaran pada saat

periode positif-nya, sedangkan konverter SCR-N bekerja setelahnya untuk

membentuk tegangan keluaran pada periode negatif arus keluaran. Jika digunakan

sudut penyalaan berdasarkan sudut, maka tipe-P dianggap adalah , maka sudut

penyalaan untuk tipe-N adalah dengan besar sudut penyalaan yaitu - .


12

Jika ada sebuah cycloconverter satu phasa dengan frekuensi 50 Hz, dengan

2 buah bagian pensaklaran negatif dan positif, maka cycloconverter akan bekerja

seperti ini : jika frekuensi akan diturunkan menjadi setengah dari frekuensi awal,

maka saat siklus positif gelombang pertama, konverter bagian positif akan

dihidupkan, dan kemudian ketika siklus negatif, maka konverter bagian positif

akan tetap hidup, namun bagian negatif akan mati. Lalu, saat siklus positif

berikutnya, bagian konverter positif akan mati, namun bagian konverter negatif

akan dihidupkan, dan kemudian ketika siklus negatif kembali, maka bagian positif

akan mati, dan bagian negatif akan tetap hidup.

Pada akhirnya, gelombang akan mempunyai frekuensi setengah dari

frekuensi awal. Hidup dan matinya bagian konverter dikendalikan oleh rangkaian

pensaklaran. Rangkaian pensaklaran pada cycloconverter ada yang menggunakan

hanya rangkaian penyelaras untuk mengubah siklus negatif dan positif pada

cycloconverter untuk mengubah frekuensi keluaran, ataupun dengan

menggunakan topologi jembatan, untuk mendapatkan gelombang keluaran seperti

sinusoidal murni. Namun, teknik pensaklaran yang digunakan lebih sederhana

dengan menggunakan rangkaian penyelaras untuk mengubah frekuensi

cycloconverter.

2.3 Silicon Controlled Rectifier (SCR)

Silicon Controlled Rectifier (SCR) adalah komponen yang terbuat dari

bahan semikonduktor jenis silikon dan mempunyai fungsi sebagai pengendali

ataupun sebagai switch. SCR juga sering disebut thyristor.


13

Silicon Controlled Rectifier adalah perangkat elektronika yang dirancang

agar dapat mengendalikan daya arus bolak balik (AC) hingga 10 MW dengan

rating arus sebesar 2000 A pada tegangan 1800 V. Adapun daerah frekuensi kerja

SCR dapat mencapai 50 kHz. SCR dibuat dari bahan semikonduktor jenis silikon

dengan pertimbangan kemampuan temperatur dan daya tinggi. Gambar 2.2

memperlihatkan gambar fisik SCR.

Gambar 2.2 Gambar Fisik Silicon Controlled Rectifier (SCR)


(sumber : https://accurations.wordpress.com/2012/08/21/thyristor)

2.4 Pulse Width Modulation (PWM)

Pulse Width Modulation (PWM) adalah sebuah metode untuk pengaturan

kecepatan perputaran, dalam hal ini adalah motor AC untuk pengupas pinang.

PWM dapat dihasilkan oleh empat metode, sebagai berikut :

1. Metode analog

2. Metode digital

3. IC diskrit

4. Mikrokontroler

Pada penelitian ini, metode PWM dibangkitkan oleh mikrokontroler.

Metode PWM ini akan mengatur lebar atau sempitnya periode pulsa aktif yang
14

dikirimkan oleh mikrokontroler ke driver motor. PWM merupakan salah satu

cara untuk mengatur kecepatan motor AC dengan mengatur frekuensi keluaran

cycloconverter yang masuk ke dalam motor tersebut, tegangan yang diberikan

berupa gelombang segi empat dengan duty cycle tertentu. Duty cycle merupakan

perbandingan antara waktu pulsa tegangan aktif terhadap periodenya. Beberapa

contoh bentuk PWM untuk beberapa nilai duty cycle dapat dilihat pada

Gambar 2.3 berikut ini :

Gambar 2.3 PWM dengan Duty Cycle yang Berbeda beda


(sumber : https://www.arduino.cc/en/tutorial/PWM)

Pengaturan kecepatan motor dengan metode PWM ini dilakukan

dengan mengatur duty cycle yang di berikan. Duty cycle didapat dengan

Persamaan 2.2 yaitu :

...........................................(2.2)

Dimana,

= Panjang gelombang aktif

= Perioda gelombang
15

Pengaturan kecepatan motor dengan PWM harus memperhatikan frekuensi

dari PWM yang digunakan. Frekuensi ini berhubungan dengan respon frekuensi

dari motor listrik yang digunakan. Semakin rapat periode antar pulsa, maka

frekuensi yang dihasilkan akan semakin tinggi, ini berarti kecepatan akan

bertambah. Semakin lebar jarak antar pulsa, maka frekuensi semakin rendah ini

berarti kecepatan berkurang atau menurun.

2.5 Zero Crossing Detector

Zero crossing detector merupakan rangkaian elektronika daya yang

memiliki fungsi untuk mendeteksi titik persilangan nol disuatu sinyal AC baik

sinusoidal maupun sinyal AC lainnya. Rangkaian tersebut sering digunakan untuk

mengendalikan beban resistif, kapasitif maupun induktif pada tegangan AC dan

menggunakan eksekutor berupa TRIAC. Titik persilangan dengan nol tegangan

sumber untuk beban yang dikendalikan dengan komponen saklar berupa TRIAC

diperlukan untuk menentukan waktu mulai pemberian trigger atau sinyal kontrol

pada TRIAC tersebut.

. Rangkaian zero crossing detector pada Gambar 2.4 akan memberikan

output berupa pulsa sempit pada saat terjadi pesilangan nol pada tegangan AC

yang di deteksi.

Gambar 2.4 Rangkaian Zero Crossing Detector


(Sumber: https://www.semesin.com/project/2018/05/01/dimmer-pwm-arduino/)
16

Sinyal AC akan ditrigger ke rangkaian penstabil yaitu rangkaian TRIAC

untuk meredam Noise/sinyal tak beraturan, sehingga akan mendapatkan sinyal

lebih bersih dari sinyal sebelumnya. Rangkaian optocoupler memiliki fungsi

sebagai rangkaian pengaman jika terjadi error pada rangkaian filter dan penstabil,

sehingga pada tegangan yang menuju power supply akan menjadi lebih bersih dan

aman.

Metode ini berfungsi untuk menentukan frekuensi suatu gelombang

dengan cara mendeteksi banyaknya zero point pada suatu rentang waktu. Zero

crossing detector berfungsi untuk mendeteksi perpotongan gelombang sinus pada

tegangan AC dengan zero point tegangan AC tersebut, sehingga dapat

memberikan sinyal acuan saat dimulainya pemicuan sinyal PWM. Dengan

menggunakan rangkaian zero crossing detector ini, kita dapat mendeteksi zero

point sekaligus mengubah suatu sinyal sinusoidal (sine wave) menjadi sinyal

kotak (square wave). Perpotongan titik nol yang terdeteksi adalah pada saat

peralihan dari siklus positif menuju siklus negatif dan peralihan dari siklus negatif

menuju siklus positif. (Ekayana dan Rakasiwi, 2018).

2.6 Modul AC Light Dimmer

Modul AC light dimmer adalah dimmer buatan RobotDyn yang dapat

dikendalikan oleh mikrokontroler seperti Arduino, Raspberry Pi dan sebagainya.

Fitur pin zero crossing detector pada modul ini membuat mikrokontroler dapat

mengetahui saat yang tepat untuk mengirim sinyal PWM [16]. Spesifikasi dan

bentuk modul ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.5 di bawah ini:
17

Tabel 2.1 Spesifikasi AC Light Dimmer Module

Produsen RobotDyn
Tipe TRIAC Tri-Ad BTA16
Arus AC Maksimal Kontinyu max 2A, max 5A
Tegangan AC 110V / 220V
Frekuensi AC 50/60Hz
Zero-Cross detection (with zero/cross output via pin Z/C)
PWM controllable via pin PWM to give PSM output result
Pin Input TTL level 3,3V to 5V
Dimensi Modul 63mm x 30mm x 30mm
(Sumber : Marie, 2017)

Gambar 2.5 Modul AC Light Dimmer


(sumber : https://www.semesin.com/project/2018/05/01/dimmer-pwm-arduino/)

Modul AC light dimmer ini umumnya digunakan untuk mengatur kecerahan

cahaya yang dipancarkan oleh lampu pijar. Namun penggunaannya tidak terbatas

pada kontrol lampu pijar saja, akan tetapi dapat digunakan juga pada kontrol

pemanas, smarthome, dan lain-lain. Kontrol pemanas itulah yang akan diterapkan

pada canting elektrik, yang mana befungsi untuk mengontrol jumlah tegangan AC

yang akan diberikan ke pemanas tipe kabel pada tabung canting.


18

2.7 Mikrokontroler Arduino Mega 2560

Arduino adalah board berbasis mikrokontroler atau papan rangkaian

elektronik open source yang di dalamnya terdapat komponen utama yaitu sebuah

chip mikrokontroler dengan jenis AVR dari perusahaan Atmel. Mikrokontroler itu

sendiri adalah chip atau IC (integrated circuit) yang bisa diprogram menggunakan

computer. Tujuan menanamkan program pada mikrokontroler adalah agar

rangkaian elektronik dapat membaca input, memproses input tersebut dan

kemudian menghasilkan output sesuai yang diinginkan. Jadi mikrokontroler

bertugas sebagai otak yang mengendalikan proses input, dan output sebuah

rangkaian elektronik.

Pada Gambar 2.6 merupakan jenis Arduino Mega type 2560, Arduino Mega

2560 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis Arduino dengan

menggunakan chip ATmega2560. Board ini memiliki pin I/O yang cukup banyak,

sejumlah 54 buah digital I/O pin (15 pin diantaranya adalah PWM), 16 pin analog

input, 4 pin UART (serial port hardware). Arduino Mega 2560 dilengkapi dengan

sebuah oscillator 16 Mhz, sebuah port USB, power jack DC, ICSP header, dan

tombol reset. Board ini sudah sangat lengkap, sudah memiliki segala sesuatu yang

dibutuhkan untuk sebuah mikrokontroler.

Gambar 2.6 Mikrokontroler Arduino Mega 2560


(sumber : http://www.mantech.co.za/datasheets)
19

Dengan penggunaan yang cukup sederhana, tinggal menghubungkan power

dari USB ke PC atau melalui adaptor AC/DC ke jack DC. Arduino Mega dapat

diprogram dengan perangkat lunak Arduino IDE, yang berfungsi sebagai software

yang membantu memasukkan (upload) program ke chip ATmega2560 dengan

mudah. Adapun spesifikasi dari Arduino Mega 2560 dapat dilihat pada Tabel 2.2

berikut ini :

Tabel 2.2 Spesifikasi Arduino Mega

Chip mikrokontroller ATmega2560

Tegangan operasi 5V

Tegangan input (yang


7V - 12V
direkomendasikan, via jack DC)

Tegangan input (limit, via jack DC) 6V - 20V

54 buah, 6 diantaranya menyediakan


Digital I/O pin
PWM

Analog Input pin 16 buah

Arus DC per pin I/O 20 Ma

Arus DC pin 3.3V 50 mA

256 KB, 8 KB telah digunakan untuk


Memori Flash
bootloader

SRAM 8 KB

EEPROM 4 KB

Clock Speed 16 Mhz

Dimensi 101.5 mm x 53.4 mm

Berat 37 gr

(Sumber : ArduinoMega2560Datasheet.pdf)
20

2.8 Keypad

Keypad adalah bagian penting dari suatu perangkat elektronika yang

membutuhkan interaksi manusia. Keypad merupakan jenis perangkat input yang

berfungsi sebagai interface antara perangkat (mesin) elektronik dengan manusia

atau dikenal dengan istilah HMI (Human Machine Interface).

Masukan perangkat ini akan dibaca oleh mikrokontroler dengan

membedakan byte yang terdiri dari bit-bit yang beragam untuk jenis tombol-

tombol yang ada. (Supegina dan Munandar, 2014)

Tombol-tombol pada Keypad dilapisi dengan lempengan logam yang telah

diberikan kode Braille sesuai nomor pada Keypad 4x4 biasa. Sehingga tombol-

tombol pada Keypad dapat dikenali oleh penyandang memiliki tunanetra. Keypad

ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.7 Keypad 4x4


(sumber : https://www.amazon.com/Universial-Switch-Keypad-Keyboard-Arduino)

Data output dari keypad akan dikirim ke mikrokontroler untuk selanjutnya

diolah sebagai penanda judul dan baris


21

2.9 Din Rail AC Multi Function Meter D52-2047

Multi Function Meter adalah alat ukur yang terdiri dari gabungan beberapa

komponen alat ukur yang bisa mengukur besaran-besaran listrik secara

terintegrasi yang dijadikan satu kesatuan. Dapat dilihat pada Gambar 2.8 bentuk

fisik DIN Rail AC Multi Function Meter.

Gambar 2.8 DIN Rail AC Multi Function Meter


(sumber : https://id.aliexpress.com/i/32604887947.html)

2.10 Liquid Crystal Display (LCD)

Karakter LCD (Liquid Crystal Display) merupakan suatu perangkat

elektronika yang telah terkonfigurasi dengan kristal cair dalam gelas plastik atau

kaca sehingga mampu memberikan tampilan berupa titik, garis, simbol, huruf,

angka ataupun gambar.

LCD terbagi menjadi dua macam berdasarkan bentuk tampilannya, yaitu

Text-LCD dan Graphic-LCD. Text-LCD berupa huruf atau angka, sedangkan

bentuk tampilan pada Graphic-LCD berupa titik, garis dan gambar. (Fitriandi,

dkk., 2016)
22

Dalam LCD setiap karakter ditampilkan dalam matriks 5x8 pixel. LCD yang

berguna untuk menampilkan pembacaan sensor rotary encorder yang sudah

diolah di mikrokontroler Arduino dan kemudian ditampilkan ke LCD untuk

menjadi interface hasil pembacaan sensor. Dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 LCD Character Display 20x4 dengan modul I2C


(sumber : https://www.tdgulf.com/product/20x4-2004a-lcd-display-with-i2c)

LCD yang digunakan adalah LCD berukuran 20x4 karakter dengan

tambahan chip module I2C untuk mempermudah programmer nantinya dalam

mengakses LCD tersebut. Sebab dengan digunakannya modul I2C akan lebih

memperhemat penggunaan pin Arduino yang akan digunakan, contohnya saja

dengan menggunakan modul I2C maka hanya diperlukan 4 buah pin Arduino,

yaitu pin SCL, pin SDA, pin VCC dan pin GND.

2.11 Rotary Encoder

Rotary encoder adalah alat elektromekanik yang berfungsi membaca dan

memonitor gerakan atau posisi benda yang berputar. Pada rotary encoder

biasanya terdapat sensor optik yaitu optocoupler yang berfungsi membaca jumlah

pulsa yang dapat diartikan menjadi gerakan, posisi maupun arah yang kemudian
23

diolah menjadi informasi kode digital dan dikirimkan atau diteruskan ke

rangkaian kendali.

Rotary encoder tersusun dari suatu piringan tipis yang memiliki lubang-

lubang pada bagian lingkaran piringan. LED ditempatkan di salah satu sisi

piringan yang kemudian cahaya akan menuju ke piringan, disisi lainnya terdapat

photo-transistor sehingga photo-transitor ini dapat mendeteksi cahaya yang ada

dipancarkan oleh LED.

Piringan tipis kemudian dihubungkan dengan poros motor, atau perangkat

berputar lainnya yang ingin kita ketahui posisinya, sehingga ketika motor berputar

piringan juga akan ikut berputar. Apabila posisi piringan mengakibatkan cahaya

dari LED dapat mencapai photo-transistor melalui lubang-lubang yang ada, maka

photo-transistor akan mengalami saturasi dan akan menghasilkan suatu pulsa

gelombang persegi. Gambar 2.11 menunjukkan bagan skematik sederhana dari

rotary encoder. Semakin banyak deretan pulsa yang dihasilkan pada satu putaran

menentukan akurasi rotary encoder tersebut.

Gambar 2.10 Rotary Encoder


(sumber : Rotary Encoders Information, 2016)
24

2.12 Motor Induksi

Motor induksi (motor asinkron) adalah motor arus bolak-balik (AC) yang

sangat luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor

motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang

terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan

medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan arus stator. (Hidayat, dkk.,

2013)

Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan akan

menghasilkan medan putar dengan kecepatan sinkron. Kecepatan medan magnet

putar tergantung pada jumlah kutub stator dan frekuensi sumber daya. Kecepatan

itu disebut kecepatan sinkron, yang ditentukan dengan rumus pada Persamaan 2.3.

......................................................................... (2.3)

Dimana,

Ns = Kecepatan sinkron (RPM)

f = Frekuensi (Hz)

P = Jumlah kutub

Medan putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor

pada rotor, sehingga terinduksi arus dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun

akan ikut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan putaran relatif antara

stator dan rotor disebut slip. Tegangan induksi pada rotor tergantung pada

kecepatan relatif antara medan magnet stator dengan rotor.


25

Bertambahnya beban akan memperbesar kopel motor yang oleh karenanya

akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar

stator dengan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi, bila beban motor

bertambah maka putaran rotor cenderung menurun. (Hidayat, dkk., 2013)

Bila ditinjau dari sistem phasa untuk suplai tegangannya motor induksi

terdiri dari motor induksi 3 phasa dan motor induksi 1 phasa. Dan motor listrik

yang digunakan pada perancangan alat pengendalian kecepatan putaran motor

induksi ini yaitu menggunakan motor induksi 1 phasa.

2.12.1 Pengaturan Kecepatan Putaran Motor Induksi

Motor induksi pada umumnya berputar dengan kecepatan konstan,

mendekati kecepatan sinkronnya. Meskipun demikian pada penggunaan

tertentu dikehendaki juga adanya pengaturan putaran. Pengaturan motor

induksi memerlukan biaya agak tinggi. Namun, sekarang ini banyak

penggunaan thyristor dalam pengaturan motor induksi membawa beberapa

keuntungan, seperti pengaturan yang halus (kontinyu), kerugian yang kecil

dan pemeliharaan yang lebih sederhana. Biasanya pengaturan motor induksi

dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu mengubah jumlah kutub motor,

mengatur frekuensi Jala-jala, mengatur tegangan jala-jala dan mengatur

tahanan luar. (Hidayat, dkk., 2013)

1. Jumlah Kutub Motor

Pengaturan untuk mengubah jumlah putaran pada motor induksi

dengan mengatur jumlah kutub adalah berdasarkan pada persamaan

kecepatan putaran motor, yaitu pada persamaan (2.3), dimana kecepatan


26

putar motor dipengaruhi oleh banyaknya kutub. Berdasarkan persamaan

(2.3), maka untuk mempercepat putaran motor, kutub yang ada harus

diperkecil, misalnya dari 4 kutub menjadi 2 kutub. Begitupun sebaliknya,

untuk memperlambat putaran motor, yaitu memperbanyak kutub motor,

misalnya dari 2 kutub menjadi 4 kutub.

2. Mengubah frekuensi

Berdasarkan persamaan (2.3) pengaturan putaran motor dapat

dilakukan pula dengan mengubah frekuensi motor, dimana untuk menambah

kecepatan, frekuensi masukan harus diperbesar, karena kecepatan putar dan

frekuensi nilainya sebanding. Begitupun sebaliknya, untuk memperlambat

putaran motor, maka frekuensi masukannya dapat dikurangi menjadi

frekuensi yang diinginkan. Frekuensi dari gelombang sinusoidal yang

disuplai pada motor, akan menentukan kecepatan putar motor. Hal itu terjadi

karena fluks yang timbul pada motor akan lebih kecil dan lebih lambat, pada

jumlah kutub yang tetap. Pada penelitian kali ini, akan digunakan

pengubahan frekuensi untuk mengontrol putaran motor induksi 1 phasa.

Motor induksi berputar sebanding dengan frekuensi yang

diberikannya. Jika diberikan frekuensi lebih tinggi dengan jumlah kutub

pada stator yang tetap, maka motor induksi akan berputar lebih cepat.

Perubahan frekuensi untuk mengendalikan motor ini dipilih karena untuk

mengubah kutub magnet pada stator tidak mungkin dilakukan secara cepat

dan mudah.
27

3. Mengubah Tegangan

Mengatur tegangan untuk mengatur putaran motor induksi dapat

dilakukan dengan jalan mengubah besaran tegangan masukan pada terminal

motor induksi. Tegangan yang diubah besarannya pada motor induksi akan

mengakibatkan adanya penurunan torsi karena adanya perubahan GGL yang

timbul pada motor induksi. Kemudian, karena adanya penurunan GGL pada

motor tadi akan mengakibatkan kecepatan motor semakin rendah, karena

gaya yang diakibatkan pada stator motor induksi menjadi semakin rendah.

Namun, pengaturan tegangan kurang diminati karena mengakibatkan adanya

perubahan kecepatan yang kurang dapat dikendalikan secara akurat, dan

memiliki torsi yang rendah. Oleh karena itu, pengendalian kecepatan

putaran motor induksi lebih banyak dilakukan dengan mengubah besar nilai

frekuensi pada terminal masukan motor induksi.

2.12.2 Prinsip Kerja

Motor induksi satu phasa hanya memiliki satu phasa di kumparan

statornya, oleh karena itu medan magnet di motor induksi satu phasa tidak

berputar, melainkan hanya bergerak-gerak dalam arah yang berlawanan atau

dapat dikatakan pulses (Hidayat, dkk., 2013)

Gambar 2.11 Konfigurasi Motor Induksi Satu Phasa


28

Dikarenakan medan magnet pada stator tidak berputar maka rotor pun

tidak ikut berputar, sehingga tidak ada tegangan yang diinduksikan dan

tidak ada arus yang mengalir pada motor, torsi pun tidak akan dihasilkan

Apabila sumber tegangan dipasang pada kumparan stator, akan timbul garis-

garis fluks pada stator yang diinduksikan ke rotor. Fluks yang diinduksikan

dari kumparan stator akan memotong kumparan rotor, sehingga timbul

elektromagnetik GGL atau tegangan induksi.

Penghantar (kumparan) rotor merupakan rangkaian yang tertutup, arus

akan mengalir pada kumparan rotor. Penghantar rotor berupa kumparan-

kumparan yang dialiri arus ini berada dalam garis fluks yang berasal dari

kumparan stator, sehingga kumparan rotor akan mengalami gaya Lorenz

yang menimbulkan torsi untuk menggerakkan medan motor induksi stator.

Pada rangkaian stator terdapat lilitan kumparan stator yang ditempatkan

pada slot-slot dan jumlah kutub menentukan kecepatan berputarnya medan

stator yang jadi lalu diinduksikan ke rotornya. Makin besar jumlah kutub

akan mengakibatkan makin kecilnya kecepatan putar medan stator dan

sebaliknya.

Perbedaan antara kecepatan sinkron berdasarkan Persamaan 2.3

dengan kecepatan putar rotor pada motor induksi disebut dengan slip.

Slip dapat dinyatakan dengan Persamaan 2.4

......................................................................... (2.4)

Keterangan : s = slip

= Kecepatan putar rotor (RPM)


29

Slip dapat juga dalam bentuk persen dan dinyatakan dalam Persamaan 2.5.

.......................................................... (2.5)

Daya input motor penggerak dapat dilihat dalam persamaan 2.6.

...................................................... (2.6)

Daya output motor penggerak dapat dilihat dalam Persamaan 2.7.

............................................ (2.7)

Arus motor penggerak dapat dilihat dalam Persamaan 2.8.

........................................................................ (2.8)

Effiensi motor penggerak dapat dilihat dalam Persamaan 2.9.

.................................................... (2.9)

Torsi motor penggerak dapat dilihat dalam Persamaan 2.10

.................................................................. (2.10)

2.13 Frekuensi Dan Periode

Frekuensi adalah sebuah satuan yang dinyatakan untuk menggambarkan

seberapa banyaknya gelombang melakukan siklusnya adalam satuan waktu.

Frekuensi hanya dimiliki gelombang yang memiliki puncak positif dan negatif

yang periodik, seperti gelombang sinusoidal contohnya. Frekuensi terdapat pada

gelombang bunyi dan gelombang listrik.


30

Jika kita pernah mendengar sebuah bunyi mengeluarkan frekuensi sebesar

5 Hz, artinya bunyi tersebut mempunyai puncak gelombang positif dan negatif

sebanyak 5 kali dalam 1 detiknya. Pada listrik, hanya listrik AC saja yang

memiliki frekuensi. Frekuensi pada listrik AC di Indonesia adalah 50 Hz, yang

berarti ada 50 kali siklus gelombang positif dan negatif dalam 1 detiknya.

Frekuensi listrik di Indonesia terjadi karena adanya kerja putaran dari generator

(pembangkit listrik) yang mempunya frekuensi 50 Hz.

Periode adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah gelombang untuk

menyelesaikan sebuah siklus gelombang. Periode dan frekuensi berbanding

terbalik. Jika semakin besar frekuensi, maka periode sebuah gelombang memiliki

nilai yang semakin kecil. Berikut ini adalah contoh gelombang tegangan yang

mempunya frekuensi 50 Hz.

Gambar 2.12 Gelombang Dengan Frekuensi 50 Hz


(sumber : http://jorisvr.nl/images/grid-frequency/sine.png)

Oleh karena frekuensi dan periode berbanding terbalik, maka penentuan

frekuensipada Gambar 2.12 dapat ditentukan oleh persamaan seperti berikut ini.

)
31

Dari persamaan di atas, untuk mencari besarnya periode, dapat dicari

dengan persamaan kebalikannya, yaitu seperti berikut ini.

Jika sebuah tegangan mempunyai frekuensi sebesar 50 Hz, maka periodenya

jika menggunakan persamaan 2.12, adalah sebesar 0,02 detik. Jadi, frekuensi

50 Hz mempunyai periode sebuah gelombang penuh, yaitu positif dan negatif,

selama 0,02 detik.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tahap Proses Perancangan Alat

Penelitian ini didasarkan pada masalah yang bersifat aplikatif, yang dapat

dirumuskan menjadi 3 permasalahan utama, yaitu bagaimana merancang

rangkaian cycloconverter satu phasa sebagai perubahan frekuensi melalui

settpoint RPM untuk mengendalikan kecepatan putaran motor induksi 500-1000

RPM, bagaimana pengaturan penyulutan SCR pada rangkaian cycloconverter satu

phasa menggunakan mikrokontroler Arduino dan bagaimana hasil pengujian dari

rangkaian cycloconverter yang telah dirancang untuk pengupas pinang secara

otomatis. Untuk itu sistematis pelaksanaan penelitian ini akan mencakup studi

literatur untuk mempelajari teori penunjang yang dibutuhkan, perencanaan sistem,

perancangan hardware hingga perancangan bahasa program yang dibagi beberapa

bagian kemudian pembuatan alat, pengujian dan analisis, data hasil

penelitian,serta penarikan kesimpulan.

Studi Literatur

Perencanaan Sistem

Perancangan Hardware
(Skematik dan PCB)

Perancangan Perangkat
Lunak (Program Arduino IDE)

Pengujian dan
Analisis

Hasil Penelitian

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

32
33

Tahap persiapan diantaranya pencarian data dan bahan mengenai

cycloconverter serta data mengenai rangkaian untuk trigger SCR, maka dari itu

dilakukan browsing internet, membaca buku literatur dan diskusi. Tahapan/proses

perancangan cycloconverter telah dijelaskan, sesuai Gambar 3.1. Pada tahap

pertama, melakukan analisis situasi dengan mendefinisikan kebutuhan yang harus

dipenuhi oleh sebuah sistem untuk dirancang bangun. Sistem perencanaan tahap

berikutnya berdasarkan hasil dari langkah sebelumnya yang dilakukan.

Berdasarkan rangkaian yang didapatkan melalui studi literature juga

dilakukan simulasi, dalam tahap perencanaan sistem ini. Selanjutnya proses

penerjemahan perencanaan sistem ke dalam konsep rancangan alat baik perangkat

keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Tahap berikutnya adalah

implementasi hasil rancangan dalam bentuk pembuatan alat. Di dalam proses

pembuatan alat, dilakukan pengujian secara parsial.

3.2 Diagram Blok Sistem

Perancangan diagram blok sistem dalam penelitian tugas akhir ini

merupakan yang paling sederhana untuk menjelaskan cara kerja cycloconverter

sistem pengaturan kecepatan putaran motor induksi satu phasa menggunakan

mikrokontroler Arduino, dengan adanya perancangan diagram blok sistem dapat

mempermudah penulis dalam menganalisa cara kerja rangkaian, fungsi sensor dan

fungsi aktuator yang digunakan secara umum. Perancangan diagram blok sistem

berguna untuk mempermudah pembaca agar mengetahui tentang sistem yang

dirancang, berdasarkan gambar perencanaan rancangan diantaranya yaitu :


34

INPUT OUTPUT

Rangkaian Putaran
AC 220 V/50 Hz Motor
Cycloconverter
(Driver Motor) 1 Phasa

Multi Meter

Kec.
Mikrokontroler Sensor
Keypad .
Arduino Mega
LCD

Gambar 3.2 Diagram Blok Sistem Keseluruhan

Pada Gambar 3.2 perancangan diagram blok sistem keseluruhan dapat

dijelaskan secara singkat cara kerja dari cyclcoconverter sistem pengaturan

kecepatan putaran motor induksi satu phasa menggunakan mikrokontroler

Arduino, sehingga mengakibatkan tekendalinya kecepatan motor induksi tersebut.

Adapun cara kerja dari sistem tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut :

1. Suplay AC 220 V/50 Hz sebagai sumber listrik yang berfungsi untuk

menghidupkan mesin.

2. Keypad sebagai setpoint input berupa variabel resistor yang berfungsi

untuk menaikkan dan menurunkan kecepatan motor induksi dari

500-1000 RPM.
35

3. Mikrokontroler Arduino Mega berfungsi untuk menterjemahkan perintah

yang dimasukkan melalui keypad, mengolah seluruh data dan

membangkitkan PWM.

4. Rangkaian cycloconverter satu phasa yang terdiri dari 8 buah SCR,

berfungsi untuk menerjemahkan perintah yang dikeluarkan oleh sitem

mikrokontroler sebagai pengatur kecepatan putaran motor.

5. Motor AC 1 phasa sebagai motor penggerak utama menjalankan mesin,

dengan memutar piringan yang dihubungkan melalui poros pemutar.

6. Multi Function meter sebagai alat ukur untuk penampil arus, tegangan, dan

daya.

7. Sensor Rotary encorder berfungsi untuk pendeteksi kecepatan putaran

motor dan kemudian dikirim ke mikrokontroler.

8. LCD digunakan sebagai monitoring hasil keluaran data kecepatan putaran

motor berupa RPM, dan frekuensi.

3.3 Diagram Blok Pengendalian

Berdasarkan penjelasan diagram blok sistem keseluruhan diatas, dapat

dilihat blok diagram pengendalian pada Gambar 3.3 yang merupakan diagram

blok close loop.

Gambar 3.3 Diagram Blok Pengendalian


36

Sistem pada Gambar 3.3 diawali dengan mendeteksi phasa yang dilakukan

oleh rangkaian zero cross detector untuk menghasilkan titik persimpangan antara

gelombang tegangan bolak-balik (AC) dengan titik nol. rangkaian

zero cross detector yang dihasilkan sinyal keluaran akan diolah melalui

mikrokontroler Arduino. Rangkaian optocoupler berfungsi sebagai jembatan

pemisah antara rangkaian elektronika daya SCR tegangan 220 volt AC dengan

rangkaian kontrol 5 volt DC untuk menghindari kerusakan pada mikrokontroler

Arduino. Sinyal dari optocoupler ini diberikan dari mikrokontroler Arduino dan

diteruskan ke gate SCR. Mikrokontroler Arduino diprogram dengan bahasa C++

selanjutnya memberikan sinyal picu bagi SCR dengan bantuan rangkaian zero

cross detector. Tegangan keluaran cycloconverter akan diproses ke motor induksi

untuk dikendalikan kecepatan dari 500-1000 RPM. Demikian cara kerja dari

masing-masing blok rangkaian:

1. Set point adalah untuk menentukan nilai referensi atau variabel yang

dikehendaki suatu sistem.

2. Rangkaian zero crossing detector sebagai pendeteksi kapan sinyal

tegangan AC bernilai nol yang selanjutnya digunakan sebagai sinyal

masukan ke mikrokontroler.

3. Mikrokontroler Arduino Mega mengolah seluruh data menjadi waktu picu

SCR dan membangkitkan PWM.

4. Optocoupler untuk mengubah sinyal picu SCR dari mikrokontroler

Arduino menjadi sinyal picu bagi SCR sekaligus sebagai perangkat isolasi

antara rangkaian kontrol dengan rangkaian daya.


37

5. Komponen daya SCR untuk mengrontrol arus yang akan konduksi setelah

mendapatkan sinyal picu pada kaki gate, SCR ini dapat dipicu melalui

optocoupler yang terhubung ke port mikrokontroler.

6. Motor bekerja berdasarkan dari hasil tegangan keluaran yang di trigger

pada SCR sebagai rangkaian cycloconverter.

7. Sensor Kecepatan akan mendeteksi perubahan posisi sudut suatu poros

yang dikopel dengan suatu piringan tipis yang memiliki nilai perubahan

setiap celahnya, sehingga dapat mengukur kecepatan yang berbeda-beda

sesuai dengan keadaan motor.

3.4 Perancangan Perangkat Keras (Hardware)

Tahap perancangan perangkat keras (hardware) berdasarkan pada proses

persiapan diantaranya pencarian data dan bahan mengenai rangkaian

cycloconverter serta data mengenai rangkaian untuk trigger SCR, dilakukan

dengan cara studi literatur. Dalam perancangan perangkat keras (hardware) ini,

jenis mikrokontroler yang digunakan pada sistem ini adalah board berbasis

mikrokontroler pada ATmega 2560. Pada board ini memiliki 54 digital input /

output pin Mega (dimana 15 pin dapat digunakan sebagai output PWM).

3.4.1 Pemilihan Motor dan Spesifikasi Motor

Pemilihan motor berdasarkan kondisi motor yang terdapat di

Lab. Otomasi Industri Jurusan Teknik Elektro, dan motor yang digunakan

adalah jenis motor induksi satu phasa. Tabel 3.1 merupakan spesifikasi dari

motor AC 1 phasa yang digunakan untuk pengupasan pinang.


38

Tabel 3.1 Spesifikasi Motor AC 1 Phasa

Single-Phase Induction Motors


Berat 14 Kg
Merk SeaMarelli
Tipe MC90L-4
P 0,75 kW (1 HP)
V 220 Volt
f 50 Hz
I 6,87 A
C 200 µF
RPM 1450
Pole 4
Cos 0,73

3.4.2 Rangkaian Power Supply

Power Supply (Catu daya) merupakan hal terpenting dari semua

rangkaian. Kerena tanpa catu daya seluruh rangkaian tidak akan dapat

berjalan sebagaimana mestinya. Catu daya berfungsi untuk memberikan

suplay tegangan khususnya ke IC mikrokontroler Arduino Mega dan modul

rangkaian lainnya bekerja pada level tegangan 5 Volt DC.

Regulator DC tersebut menggunakan rangkaian wheatstone yang

terdiri dari empat buah diode sebagai penyearah, dan bekerja dalam metode

penyearah gelombang penuh dengan sistem jembatan. Transformator yang

digunakan CT (Center Tap), sedangkan diode yang digunakan adalah bridge

yang berfungsi sebagai penyearah gelombang penuh dari AC ke DC.

Transformator jenis CT dipilih karena dapat difungsikan juga untuk jenis


39

nol. Kapasitor elektrolit digunakan untuk menghilangkan ripple akibat

penyearah yang belum sempurna. Dengan adanya muatan dari elko maka

ripple bisa ditutupi. Tegangan keluaran penyearah belum bisa stabil pada

satu titik yang diinginkan, misalnya pada 5 Volt DC. Skema rangkaian

power supply diperlihatkan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Rangkaian Power Supply 5 Volt DC

3.4.3 Rangkaian Arduino Mega

Rangkaian Aduino Mega merupakan pengendali keseluruhan sistem

berdasarkan masukan sensor. Arduino Mega mengolah setiap masukan dari

sensor sesuai dengan algoritma pemograman sistem sehingga dapat

mengeluarkan output yang di inginkan seperti mengaktifkan driver motor

sebagai pengatur frekuensi untuk mengendalikan kecepatan putaran motor

induksi 500-1000 RPM. Adapun gambar Arduino Mega dapat dilihat pada

Gambar 3.5.
40

Gambar 3.5 Rangkaian Arduino Mega 2560

3.4.4 Rangkaian Liquid Crystal Display

Pada alat ini, display yang digunakan adalah LCD 20x4, LCD

berfungsi untuk menampilkan data dan informasi kepada user bagaimana

keluaran frekuensi dan putaran motor satu phasa terhadap variabel resistor

yang dikontrol dan bagaimana jika diberikan settpoint yang berbeda

terhadap putaran motor, rangkaian LCD dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Rangkaian LCD


41

3.4.5 Rangkaian Keypad

Keypad berfungsi sebagai interface antara perangkat (mesin)

elektronik dengan manusia atau dikenal dengan istilah HMI (Human

Machine Interface). Matrix keypad 4x4 ini merupakan keypad yang dapat

digunakan untuk berkomunikasi antara manusia dengan mikrokontroler

Arduino Mega 2560. Rangkaian keypad pada mikrokontroler dapat dilihat

pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Rangkaian Keypad

3.4.6 Rangkaian Zero Crossing Detector

Untuk menentukan waktu tunda dengan tepat agar mendapatkan hasil

pengaturan daya yang akurat, mikrokontroler Arduino harus berperan

mendeteksi saat titik nol (zero crossing) dari tegangan jala-jala listrik. Zero

Crossing merupakan rangkaian yang digunakan untuk mendeteksi

perpotongan gelombang sinus AC 220 volt saat melewati titik tegangan nol.

Seberangan titik nol yang dideteksi adalah peralihan dari positif menuju

negatif dan sebaliknya. Seberangan tersebut menjadikan acuan yang


42

digunakan untuk pemberian waktu tunda sebagai pemicuan gate oleh SCR.

Dengan hal ini diperoleh frekuensi sebesar 2 kali frekuensi dari gelombang

sumber sinusoidal. Rangkaian simulasi zero crossing detector yang

ditunjukkan seperti Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Rangkaian Simulasi Zero Crossing Detector

Gambar 3.9 Output Simulasi Rangkaian Zero Crossing Detector

Gambar 3.9 terlihat dua sinyal keluaran, pada bagian atas merupakan

sinyal masukan tegangan 220 volt 50 Hz, sedangkan pada bagian bawah

merupakan sinyal keluaran dari rangkaian zero crossing detector.


43

Gambar 3.10 Skematik Rangkaian Zero Crossing Detector

Fungsi dari optocoupler 4N25 adalah sebagai penjembatan antara

tegangan tinggi dan tegangan rendah, antara rangkaian zero crossing

detector dengan mikrokontroler Arduino Mega 2560. Ketika LED yang

terintegrasi dalam chip 4N25 telah diberi arus dan tegangan yang cukup,

photo-transistor akan berada dalam keadaan saturasi, maka Vc akan

mendekati 0 volt. Sedangkan apabila LED yang terintegrasi dalam chip

4N25 tidak diberi arus dan tegangan yang cukup, photo-transistor akan

berada dalam keadaan cut off, maka Vc akan mendekati 5 volt. Tegangan ini

nantinya akan dimasukkan ke input external interrupt mikrokrontroler

Arduino Mega 2560 pada pin 2 (digital PWM). Pengaturan sensitivitas

photo-tnansistor terhadap cahaya yang diberikan oleh LED dilakukan

dengan cara mengatur nilai tahanan. Pada perancangan ini nilai tahanan R12

ditentukan sebesar
44

3.4.7 Rangkaian Driver Motor

Untuk membantu memperkuat sinyal keluaran mikrokontroler agar

mampu memicu SCR maka dibutuhkan rangkaian driver SCR. Rangkaian

ini digunakan sebagai pemisah antara tegangan rangkaian kontrol yang

berupa tegangan rendah DC terhadap rangkaian daya yang berupa tegangan

tinggi AC. Rangkaian ini sendiri terdiri dari beberapa komponen yaitu SCR,

optocoupler, dioda dan resistor.

Peran optocoupler ini memiliki fungsi sebagai penguat keluaran arus

dari mikrokontroler. Jenis atau tipe optocoupler yang digunakan pada

perancangan alat ini adalah optocoupler MOC-3020 yang memiliki

tegangan input 3-5 Volt dan arus 60 mA, sedangkan tegangan output-nya

adalah 400 Volt dengan arus 1 Ampere sehingga dapat memicu gate pada

SCR. Setelah gate pada SCR mendapatkan arus pemicuan, maka gerbang

pada SCR akan mengalirkan arus beban.

1. Rangkaian Pemicuan SCR

Rangkaian utama cycloconverter ini terdiri dari dua rangkaian

konverter, yaitu rangkaian converter positive dan rangkaian converter

negative dengan komponen SCR tipe TYN-625. Beban terhubung diantara

dua rangkaian ini, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.11. Tiap bridge

memiliki 4 SCR. Grup SCR atas adalah positif dan grup SCR bawah adalah

negatif. Gate SCR ini dikendalikan penyalaannya oleh mikrokontroler

Arduino Mega 2560, sebelum penyalaannya gate SCR masuk ke

mikrokontroler terdapat rangkaian isolasi.


45

Rangkaian isolasi yang dimaksud pada penelitian ini adal6ah

rangkaian pemisah antara rangkaian controlling (pengatur) dengan

rangkaian converter (pengubah) yang masih dalam satu sistem. Rangkaian

controlling dapat mengendalikan rangkaian converter tanpa terhubung

secara langsung, Karena terhubung secara langsung akan terjadi kerusakan

pada rangkaian controlling apabila terjadi arus balik dari beban. Oleh karena

itu diperlukan rangkaian isolasi yang dapat melindungi mikrokontroler dari

terjadinya arus balik. Dapat dilihat pada Gambar 3.11

Gambar 3.11 Rangkaian Pemicuan SCR

Dari Gambar 3.11 ini yaitu rangkaian konverter positif dan rangkaian

konverter negatif dapat dijelaskan proses pemicuan pada rangkaian

konverter gelombang penuh satu phasa. Rangkaian konverter positif ialah

SCR 1 dan SCR 2 serta SCR 3 dan SCR 4 yang masing masing dioperasikan

secara bersamaan.
46

Komponen SCR 1 dan SCR 3 bekerja pada setengah gelombang

positif komponen SCR 2 dan SCR

4 bekerja pada setengah gelombang negatif

juga pada rangkaian konverter negatif SCR 5 dan SCR 6 serta SCR 7 dan

SCR 8 masing-masing dioperasikan secara bersamaan. Komponen SCR 6

dan SCR 8 bekerja pada setengah gelombang positif berikutnya (0 sampai

komponen SCR 5 dan SCR 7 bekerja pada setengah

gelombang negatif kedua ).

2. Penentuan Komponen Elektronika Daya SCR

Dalam sistem ini menggunakan beberapa komponen utama untuk

pengaturan daya pada rangkaian cycloconverter, yaitu SCR TYN-625. SCR

TYN-625 produksi merupakan komponen

utama yang nantinya akan digunakan dalam rangkaian komutasi thyristor.

Dalam datasheet TYN-625, IRMS maksimum hingga 25A dan VPeak

maksimum 600V. Bentuk dan konfigurasi pin dari SCR TYN-625 ini dapat

dilihat pada Gambar 3.12.

PIN Keterangan
K Katoda

A Anoda

G Gate

Gambar 3.12 Konfigurasi SCR TYN-625


47

3.4.8 Rangkaian Keseluruhan

Perancangan perangkat keras (hardware) yang terdiri dari

perancangan rangkaian power supply, rangkaian keypad, rangkaian

mikrokontroler Arduino Mega 2560, rangkaian zero crossing detector,

rangkaian driver motor, dan rangkaian LCD. Adapun gambar rangkaian

keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13 Rangkaian Keseluruhan

3.5 Perancangan Perangkat Lunak (Software)

3.5.1 Simulasi Rangkaian Cycloconverter

Tahap pertama dalam proses perancangan perangkat lunak

cycloconverter ini, dilakukan pemodelan rangkaian elektronika daya

cycloconverter menggunakan program simulasi MathLab. Rangkaian dasar

ditunjukkan pada Gambar 3.14 yang mempunyai dua pulsa phasa konverter

kontrol. Satu grup positif dan satu grup yang lain negatif, yang disebut

dengan dual converter.


48

Gambar 3.14 Pemodelan Rangkaian Simulasi Cycloconverter


Beban Motor Induksi Satu Phasa

Pada rangkaian Gambar 3.14 digunakan komponen SCR 8 buah,

sumber AC, dan beban motor induksi satu phasa. Arus output tiap bagian

hanya mengalir melalui satu arah. Untuk menghasilkan arus AC pada beban,

kedua grup dihubungkan secara antiparalel. grup positif (P1, P2, P3 dan P4)

arus beban mengalir positif setengah siklus, bila Vin positif. Dan grup

negatif (N5, N6, N7, dan N8) arus beban mengalir negatif setengah siklus,

bila Vin negatif.

1. Penentuan Sudut Penyalaan ( )

Ketika cycloconverter dibebani oleh motor induksi maka arus akan

tertinggal terhadap tegangan (lagging). Yang menyebabkan terjadi hubung

singkat antara SCR 1 dengan SCR yang lainnya jika sudut penyalaannya

sama dengan 0. Oleh karena itu, diperlukan penentuan besar sudut

penyalaan dari sebuah SCR yang mana SCR tersebut merupakan saklar

elektronik yang digunakan pada rangkain cycloconverter. Besar sudut

penyalaan tergantung pada cos dari motor induksi yang digunakan.


49

Sesuai spesifikasi motor induksi satu phasa yang digunakan pada tugas

akhir ini cos sebesar 0.73, maka:

= 45

3.6 Perancangan dan Pembuatan Modul

Adapun gambar perancangan elektronik dapat dilihat seperti pada

Gambar 3.15

Gambar 3.15 Perancangan Elektronik


Untuk Desain Mekanik keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.16.

12 cm

40 cm

40 cm 70 cm

Gambar 3.16 Desain Mekanik Keseluruhan


50

3.7 Prinsip Kerja Rangkaian Sistem

Prinsip kerja rancang bangun cycloconverter pengendalian kecepatan

putaran motor induksi satu phasa berbasis mikrokontroler Arduino Mega 2560

adalah Tegangan suplai dari PLN 220V AC diturunkan dan dirubah menggunakan

adaptor power suplay untuk memberikan tegangan output menjadi 5V DC. 5V DC

diberikan kepada Vcc dari pengontrol mikrokontroler Arduino Mega 2560.

Pengontrol mikro telah diprogramkan dengan program Arduino IDE untuk

memberikan output ke isolasi optik dengan rangkaian zero crossing detector yang

bekerja untuk mendeteksi perpotongan gelombang sinus tegangan AC pada titik

nol (zero point) tegangan tersebut, sehingga dapat memberikan acuan untuk

memulai waktu pentrigger-an sebagai pemicu SCR.

Lalu input nilai setpoint sebagai kecepatan referensi pada keypad, sehingga

mikrokontroler Arduino Mega 2560 akan bekerja dan menjalankan perintah sesuai

dengan program yang telah dibuat. Motor berputar sesuai dengan kecepatan

referensi yang di inputkan, ketika setpoint dinaikan atau diturunkan dengan

kecepatan 500-1000 RPM, maka tiap step-nya akan memerintah mikrokontroler

untuk mengatur waktu tunda untuk pemicuan gate pada SCR, sehingga Bridge

positive dan Bridge negative pada SCR akan mengalirkan suplai tegangan hingga

terjadinya putaran pada motor induksi satu phasa.

Pada saat motor berputar untuk melakukan proses pengupasan pinang, maka

sensor kecepatan putaran bekerja mendeteksi hasil putaran piringan yang berupa

angka-angka biner (pada lubang piringan berarti 1 dan tanpa lubang berarti 0).

Hasil yang ditangkap sensor akan dikirim ke mikrokontroler untuk dirubah


51

menjadi bentuk digital yang kemudian akan ditampilkan oleh LCD berupa RPM

motor dan keluaran frekuensi. Dengan demikian dapat diamati apakah rangkaian

cyclovonverter dapat berjalan sesuai prinsip kerjanya untuk pengendalian

kecepatan putaran motor AC 1 phasa.

3.8 Flowchart Sistem

Berdasarkan dari prinsip kerja yang dilakukan pada modul tersebut maka

berikut adalah Flowchart sistem pada rancang bangun cycloconverter

pengendalian kecepatan motor induksi satu phasa untuk pengupas pinang yang

dapat dilihat pada Gambar 3.17.

Gambar 3.17 Flowchart Sistem Perancangan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tujuan Pengujian

Setelah melakukan pembuatan hardware dan software, maka penulis perlu

melakukan pengujian dan analisa terhadap alat yang telah dibuat, apakah alat

dapat bekerja sesuai dengan fungsi dan perencanaan pengujian yang sebelumnya

dilakukan secara terpisah kemudian dikomunikasikan dalam suatu sistem kontrol

yang telah dirancang. Tujuan dari pengujian ini ialah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui metode PWM dapat bekerja untuk menggerakan

motor induksi satu phasa.

b. Untuk mengetahui apakah driver motor dapat merespon perintah dari

setpoint awal.

c. Untuk mengetahui apakah sensor kecepatan dapat mendeteksi putaran

motor dan sesuai setpoint awal.

d. Untuk mengetahui bagaimana hasil keluaran oscilloscope pada gate

driver SCR dengan kontrol PWM.

4.2 Implementasi Mikrokontroler Arduino

Perancangan Mikrokontroler Arduino dilakukan dengan menentukan pin pin

yang akan digunakan untuk mengendalikan modul/komponen pengendali

cyclocoverter. Dalam penelitian ini digunakan 1 buah mikrokontroler yang

berfungsi untuk mengendalikan kecepatan sesuai settpoint inputan.

52
53

Gambar 4.1 Implementasi Mikrokontroler Arduino Mega


Mikrokontroler akan mengolah kecepatan disetiap inputan dengan

memanfaatkan program rutin layanan interupsi (interrupt Service Routine). Rutin

layanan interupsi eksternal (ISR) merupakan program arduino yang bekerja

dengan memanfaatkan interupsi. Pemicu program interrupt terbagi menjadi dua

yaitu interrupt internal dan eksternal. Pada penelitian ini memanfaatkan interupsi

eksternal berupa sinyal output dari rangkaian zero crossing detector. Ketika

program interrupt ini diaktifkan maka Arduino akan menghentikan sejenak

program yang sedang dijalankan dan selanjutnya menjalankan program interrupt

hingga selesai kemudian melanjutkan kembali program sebelumnya.

Untuk mengefisiensikan waktu delay pada program interupsi diperlukan

sebuah program yang berperan untuk dapat menghitung delay secara tepat. Oleh

karena itu digunakan program layanan interupsi pada pin 3. Ketika program

layanan interupsi ini diaktifkan, maka timer 1 akan menghitung waktu delay

(setperioda) yang diberikan untuk selanjutnya mengaktifkan PWM yang akan

mengendalikan gate driver SCR yaitu optocoupler MOC-3020.

Setiap Arduino memiliki jumlah pin yang berbedap-beda. Pada penelitian

ini yaitu menggunakan Arduino Mega 2560 yang memiliki 6 buah pin interrupt
54

(int.0- int.5) dan 6 buah pin timer (timer 0- timer 5). Pemilihan timer harus tepat

karena setiap timer memiliki fungsi spesifiknya masing masing. Adapun pin yang

digunakan pada program penelitian ini yaitu pin 2 dan pin 3 untuk layanan

interupsi.

Untuk membangkitkan sinyal Pulse Width Modulation (PWM) yaitu

dilakukan dengan cara menghitung nilai frekuensi gelombang dari pin yang akan

digunakan sebagai pemicu/ trigger rangkaian pengendali dengan persamaan yaitu:

= 255

4.3 Implementasi LCD 20x4

Implementasi LCD 20x4 ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan

apakah LCD bekerja menampilkan data yang sesuai dengan perintah yang telah

ditanamkan dalam program mikrokontroler Arduino Mega 2560. Sedangkan

indikator keberhasilan dari pengujian ini adalah tulisan yang di inginkan harus

ditampilkan pada display LCD dengan beberapa tampilan seperti judul dari

perancangan alat, tampilan perintah setting nilai input serta tampilan utama

pembacaan nilai kecepatan dan frekuensi. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan

seperti Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Implementasi LCD 20x4


55

4.4 Implementasi Interface Keypad 4x4

Adapun langkah selanjutnya adalah melakukan penekanan tombol keypad

ketika menginputkan data dan simak hasil nilai setting RPM yang ditampilan pada

LCD. Dari beberapa kali penekanan pada setiap tombol keypad seperti

Gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3 Implementasi Keypad 4x4

Hasil pengujian data yang di proses oleh mikrokontroler untuk ditampilkan

pada LCD, sesuai dengan tombol yang ditekan pada keypad. Hasil pengujian

dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Penekanan Tombol Karakter Keypad

Penekanan
No Tombol Fungsi Status
Keypad
1 0 s.d 9 Hasil keluaran angka 0 s.d 9 Aktif
2 * Untuk memasukkan nilai input RPM Aktif
3 # Untuk menjalankan hasil nilai inputan Aktif
4 A Untuk memberhentikan sistem alat Aktif
5 C Untuk membatalkan nilai setting RPM Aktif
6 D Untuk menghapus nilai setting awal RPM Aktif
56

4.5 Implementasi Modul Zero Crossing Detector

Rangkaian pada modul zero crossing detector digunakan untuk mendeteksi

gelombang sinus AC saat melewati titik tegangan nol. Persilangan/seberangan

titik nol yang terdeteksi yaitu berupa peralihan dari positif menuju negatif ataupun

sebaliknya. Persilangan tersebut akan menjadi titik acuan yang digunakan untuk

memberikan waktu tunda pemicuan dari SCR. Tegangan modul zero ini nantinya

dijadikan input ke mikrokontroler untuk diolah menjadi crossing keluaran sinyal

digital pada pin 2 (digital PWM). Modul zero crossing detector dapat dilihat pada

Gambar 4.4 dibawah ini.

Gambar 4.4 Implementasi Modul Zero Crossing Detector

4.6 Implementasi Rangkaian Driver Motor

Untuk mengendalikan atau mengontrol switching SCR diperlukan sebuah

gate driver. Gate driver ini berfungsi sebagai interface antara Mikrokontroler

Arduino dengan rangkaian saklar daya SCR. Gate driver ini juga berfungsi

sebagai pengaman yang mengisolasi antara Arduino dengan rangkaian saklar daya

yang bertegangan tinggi sehingga ketika terjadi kerusakan atau short circuit pada

rangkaian daya tidak akan berimbas atau menimbulkan kerusakan pada

mikrokontroler.
57

Pada rangkaian ini digunakan sebuah optocoupler MOC-3020, LED,

resistor 220 ohm, 470 ohm, diode dan SCR. Resistor 220 ohm digunakan untuk

membatasi arus yang masuk ke Optocoupler MOC-3020, MOC-3020 digunakan

untuk memisahkan rangkaian tegangan tinggi dengan rangkaian tegangan rendah.

Sedangkan Vcc dari mikrokontroler digunakan untuk menentukan besar tegangan

output dari driver. Untuk men-trigger SCR dibutuhkan sebuah arus (Igate) kurang

dari 40mA oleh karena itu dibutuhkan sebuah resistor (470 ohm dan diode

IN4007) untuk membatasi arus yang masuk ke SCR.

Rangkaian cycloconverter tersusun atas 8 SCR tiap phasanya yang tersusun

seperti Gambar 4.5. Pada penetilian tugas akhir ini digunakan SCR TYN625

dengan tegangan off-state maksimal 600 volt dan RMS on-state current sebesar

25 A. Pada modul gate driver ini dipasang LED disetiap phasanya untuk

mendeteksi adanya sinyal zero crossing yang diterima oleh optocoupler.

Implementasi dari rangkaian driver motor dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Implementasi Perancangan Driver Motor


58

4.7 Hasil Pengujian Oscilloscope

4.7.1 Pengujian Zero crossing detector

Pengujian zero crossing detector dilakukan dengan melihat

gelombang sinyal output keluaran yang dihasilkan dari Optocoupler 4N25

yang ada pada modul Dimmer. Sinyal output dari optocoupler ini

selanjutnya memasuki pin 2 yang ada pada Arduino Mega 2560. Dari sinyal

zero crossing detector inilah dijadikan titik acuan oleh gate driver motor

untuk melakukan delay duty sesuai duty cycle yang diberikan.

Gelombang sinus yang merupakan masukkan dari tegangan jala-jala

PLN memiliki frekuensi 50 Hertz dimana setiap satu gelombang sinus

mengalami titik persimpangan zero cross sebanyak dua kali yaitu setiap

perioda setengah gelombang (half wave). Sehingga jumlah sinyal output

zero crossing detector yang dihasilkan yaitu 100 gelombang per 1 detik

(100 Hertz). Adapun Hasil pengujian sinyal zero crossing detector dapat

dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini.

Gambar 4.6 Gelombang Sinyal Output Zero Crossing Detector


59

Dari Gambar 4.6 diatas dapat terlihat bahwa hasil sinyal keluaran zero

crossing detector berada tepat pada titik 0 persimpangan antara siklus

positif dan siklus negatif. Dapat dilihat pula ketika persimpangan terjadi

dari siklus positif menuju siklus negatif ataupun sebaliknya amplitudo

gelombang sinyal zero crossing detector yang dihasilkan tetap stabil

sehingga sinyal zero crossing yang akan masuk ke mikrokontroler tidak

akan memberikan dampak kerusakan pada mikrokontroler. Hal tersebut

dibuktikan dari hasil pemotongan gelombang output driver motor yang

sesuai dengan titik acuan zero crossing detector.

Dari hasil pengujian rangkaian zero crossing detector yang diperoleh

menggunakan Oscilloscope dapat dilihat keluaran gelombang dari

optocoupler 4N25 yang ada pada modul Dimmer. Terlihat bahwa

gelombang sinusoidal dari tegangan jala-jala PLN dengan frekuensi 50 Hz

akan dipicu oleh optocoupler 4N25 yang menjadikan sumber picuan dari

tegangan DC 5V menjadi bergelombang sesuai dengan persilangan sudut

phasa pada sumber tegangan 220V.

4.7.2 Pengujian Switching

Pada penelitian ini terdiri dari dua rangkaian konverter yaitu

rangkaian converter bridge positive dan rangkaian converter bridge negative

dengan menggunakan 8 buah SCR tipe TYN-625. Sinyal switching

digunakan untuk menetukan SCR mana saja yang menyala sehingga

menghasilkan frekuensi output yang di inginkan.


60

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui bentuk gelombang

keluaran sinyal PWM yang dihasilkan oleh rangkaian mikrokontroler dari

masing-masing pasangan penggerak thyristor daya SCR T1 (g1) dan T3

(g3) pada pin 11 dan pin 9, serta pasangan penggerak thyristor daya SCR T2

(g2) dan T4 (g4) pada pin 10 dan pin 8, berdasarkan frekuensi keluaran yang

berbeda melalui nilai settpoint RPM dari keypad. Yang mana pada nantinya

sinyal PWM ini akan digunakan sebagai sinyal kendali rangkaian

cycloconverter satu phasa, yang sebelumnya sinyal PWM tersebut dikuatkan

terlebih dahulu melalui rangkaian gate driver SCR. Selain itu juga untuk

mengetahui besar nilai frekuensi dan perioda keluaran yang dihasilkan oleh

rangkaian mikrokontroler melalui nilai masukan RPM dari keypad. Bentuk

gelombang keluaran yang ditampilkan menggunakan osiloskop digital

melalui keluaran konverter bridge positif pada T1 dan T4. Seperti pada

Gambar 4.7 ditunjukkan hasil bentuk gelombang keluaran dari rangkaian

mikrokontroler berdasarkan frekuensi keluaran LCD melalui nilai masukan

RPM dari keypad.

Gambar 4.7 Bentuk Gelombang Keluaran Rangkaian Mikrokontroler


Untuk Sinyal Kendali Thyristor Daya SCR T1 Dan T4
61

Dari hasil pengamatan bentuk gelombang keluaran sinyal PWM pada

Gambar 4.7 dapat diketahui besarnya frekuensi keluaran yang dihasilkan,

yaitu :

Volt/div : 5 volt Time/div : 20 ms Probe : 1x

Sedangkan besar frekuensi keluaran LCD yang dihasilkan melalui

nilai masukan RPM dari keypad sebesar 16 Hz, jadi dapat dikatakan bahwa

frekuensi keluaran yang dihasilkan telah sesuai. Berdasarkan hasil

pengamatan secara keseluruhan dari pengujian rangkaian mikrokontroler

bahwa sinyal PWM yang dihasilkan sesuai dengan simulasi switching

rangkaian cycloconverter, salah satunya dengan frekuensi keluaran LCD

16 Hz. dimana sinyal kendali untuk masing-masing penggerak thyristor

daya SCR T1, T3 dan T2, T4 adalah saling berkebalikan. Hal ini

dikarenakan untuk mencegah terjadinya penyalaan thyristor daya SCR

secara bersamaan yang dapat mengakibatkan hubung singkat (short circuit)

pada rangkaian. Berikut adalah hasil gelombang keluaran simulasi

rangkaian cycloconverter yang ditunjukkan pada Gambar 4.8.


62

Gambar 4.8 Bentuk Gelombang Keluaran Simulasi Rangkaian


Cycloconverter Untuk Sinyal Kendali Thristor Daya
SCR T1 Dan T4 Berdasarkan Frekuensi Keluaran 16,6Hz.

4.8 Hasil Pengujian Keseluruhan Alat

Untuk mengetahui keberhasilan dari rancangan rangkaian cycloconverter

pengendalian kecepatan motor induksi 1 phasa maka perlu dilakukan pengujian

secara keseluruhan. Pengujian keseluruhan dilakukan dengan melihat keberhasilan

cycloconverter mengendalikan motor induksi 1 phasa sesuai dengan instruksi

yang telah diberikan. Instruksi yang diberikan yaitu berupa instruksi pengaturan

nilai kecepatan, mekanisme pengujian beban yaitu :

1. Pengujian cycloconverter menggunakan motor Bor dengan daya 350 W dan

550 W.

2. Pengujian pengupasan pinang berdasarkan RPM motor menggunakan

motor AC dengan daya 0,75 kW.


63

Pengujian dilakukan dengan tujuan mengetahui kecepatan yang dihasilkan

dari setiap perubahan frekuensi output, tegangan serta arus yang dihasilkan untuk

selanjutnya dicari besarnya daya yang dibutuhkan beban motor.

4.8.1 Hasil Pengujian Driver SCR

Pada pengujian rangkaian driver SCR ini akan menerima sinyal dari

rangkaian osilator dan berfungsi menyulut gate SCR pada cycloconverter.

Mikrokontroler membangkitkan PWM yang digunakan untuk men-drive

komponen switching. Gelombang PWM yang dibangkitkan mikrokontroler

sebelum terhubung dengan gate komponen switching dilewatkan terlebih

dahulu ke rangkaian optocoupler, rangkaian yang digunakan pada driver

SCR adalah jenis MOC-3020. Berdasarkan hasil titik point pengukuran

yang didapat sebagai berikut pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Test Pin MOC-3020

Test Pin 1 Test Pin2


Kondisi Beban
(VDC) (VAC)
SCR Aktif 4,8 Bervariasi Aktif
SCR Tidak Aktif 0 0 Tidak Aktif

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa apabila diberi tegangan masukan,

maka diode di dalam optocoupler MOC-3020 akan memancarkan cahaya

membuat photodiac aktif. Karena photodiac aktif maka arus mengalir

menuju kaki gate SCR, sehingga mengaktifkan SCR. Dan arus yang

mengalir cukup besar untuk menjalankan beban. Beban motor yang

membutuhkan sumber tegangan AC akan aktif.


64

4.8.2 Hasil Pengujian Cycloconverter

Pada pengujian cycloconverter ini untuk mengatur kecepatan jalannya

motor induksi satu phasa 0,75 kW pada mesin pengupas biji pinang kering

secara otomatis, adapun contoh pengujiannya dengan menggunakan beban

lain sesuai nilai settpoint kecepatan yang di inginkan, sebagai contoh dapat

diamati pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Cycloconverter Pada Beban Motor Bor


Dengan Daya 350 W.

Motor AC 1 phasa 350 W


Set Point
No
(RPM) (Hz) (V) (A) (Watt) (RPM)
1 500 12,0 73,0 0.50 22,1 0,609 509
2 800 14,0 87,5 0,55 38,3 0,731 824
3 1000 16,0 99,8 0,58 49,8 0,785 1033
4 1400 19,0 119,9 0,69 70,8 0,846 1427
5 1600 21,0 129,6 0,73 82,1 0,887 1625
6 1900 25,0 151,3 0,75 103,7 0,909 1895

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Cycloconverter Pada Beban Motor Bor


Dengan Daya 550 W.

Motor AC 1 phasa 550 W


Set Point
No
(RPM) (Hz) (V) (A) (Watt) (RPM)
1 500 12,0 84,4 0.85 38,7 0,543 517
2 800 14,0 97,1 0,90 58,1 0,667 839
3 1000 16,0 107,6 0,96 75,7 0,733 1046
4 1400 19,0 129,4 1,04 111,6 0,831 1409
5 1600 21,0 143,6 1,09 135,4 0,865 1612
6 1900 25,0 168,7 1,14 169,8 0,884 1903

Pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 menunjukkan hasil pengujian

pengendalian kecepatan motor induksi satu phasa menggunakan

cycloconverter. Pada pengujian pertama nilai settpoint kecepatan referensi


65

motor induksi satu phasa sebesar 500 RPM. Dapat dilihat bahwa kerja dari

sensor akan menjaga kecepatannya disekitar nilai settpoint, sesuai

perubahan frekuensi output yang direduksi dari frekuensi input dengan

menggunakan rangkaian cycloconverter. Jika dibandingkan dengan hasil

pengujian nilai kecepatan settpoint, maka terdapat perbedaan pembacaan

sensor kecepatan motor induksi sebesar 9 RPM dan 17 RPM. Perubahan

kecepatan akan mempengaruhi nilai pengukuran yang dihasilkan. Salah

satunya dari kedua pengujian ini terlihat bahwa semakin besar kecepatan

putaran motor, maka semakin besar nilai frekuensi output, dengan kata lain

kecepatan putaran motor berbanding lurus dengan frekuensi, dan begitu

sebaliknya dengan tegangan, arus, dan daya. Seperti ditunjukkan pada

Gambar 4.9 sebagai berikut.

(a)
66

(b)

(c)
Gambar 4.9 Hubungan Kecepatan Putaran Motor Dengan Nilai Tegangan,
Arus Dan Daya.

Pada pengujian ini mampu mengendalikan kecepatan pada beban

motor dengan daya maksimal 550W, hal ini disebabkan karena rangkaian

cycloconverter yang telah dirancang belum mampu dioperasikan pada beban

rating motor induksi yang lebih besar.


67

4.8.3 Hasil Pengujian Pengupasan Pinang Berdasarkan RPM Motor

Pengujian pengupasan pinang berdasarkan RPM motor ini dilakukan

dengan tujuan untuk memastikan apakah pinang terkupas dengan sempurna

sesuai dengan kita inginkan. Pengujian ini dilakukan dengan mengendalikan

kecepatan motor induksi sesuai perubahan frekuensi dengan jumlah pinang

(50) biji dalam sekali pengujian menggunakan modul tambahan eksternal

sebagai pengendali. Hasil pengujian yang diperoleh dapat dilihat pada

Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Pengupasan Pinang

Set Motor AC 750 W


No Point Vo Io Po Nr
(Hz) (V) (A) (Watt) (RPM)
1 25

2 30

3 35

5 40

6 45

7 50

Berdasarkan dari hasil Tabel 4.5 bahwa pengujian pengupasan pinang

pada RPM ( ) mendapatkan hasil dengan kondisi pinang yang terkupas

( ) dan tidak terkupas ( ). Pengupasan pinang pada RPM ( )

mendapatkan hasil dengan kondisi pinang yang terkupas ( ) dan tidak

terkupas ( ). Pengupasan pinang pada RPM ( ) mendapatkan hasil

dengan kondisi pinang yang terkupas ( ). dan tidak terkupas ( ).


68

Pengupasan pinang pada RPM ( ) mendapatkan hasil dengan kondisi

pinang yang terkupas ( ) dan tidak terkupas ( ). Pengupasan pinang pada

RPM ( ) mendapatkan hasil dengan kondisi pinang yang terkupas ( ).

dan tidak terkupas ( ). Pengujian ini dilakukan dengan estimasi waktu

selama 10 menit setiap perubahan nilai frekuensi.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari beberapa tahapan perancangan, pembuatan dan pengujian

menggunakan cycloconverter pengendalian kecepatan motor induksi satu phasa

pada mesin pengupas pinang secara otomatis ini dapat diambil beberapa

kesimpulan antara lain:

1. Kontrol kecepatan Motor AC 1 phasa dapat dilakukan dengan

menggunakan cycloconverter yang mengubah frekuensi masukan

dengan menerapkan sistim pensaklaran (switching) untuk menghasilkan

frekuensi keluaran yang berbeda.

2. Pengendalian yang dilakukan cycloconverter dengan mengatur pulsa

penyalaannya dengan bantuan PWM. Sinyal kendali untuk masing-

masing penggerak yaitu thyristor daya SCR T1, T3 dan SCR T2, T4

adalah saling berkebalikan. Hal ini dikarenakan untuk mencegah

terjadinya penyalaan thyristor daya SCR secara bersamaan yang dapat

mengakibatkan hubung singkat (short circuit) pada rangkaian.

3. Berdasarkan hasil pengujian dan pengamatan dari simulasi yang telah

dilakukan pengaruh perubahan nilai perioda terhadap switching thyristor

daya SCR dari rangkaian cycloconverter satu phasa adalah semakin

besar nilai perioda yang diberikan untuk melakukan pensaklaran

(switching) thyristor daya SCR, maka semakin lambat proses

69
70

pensaklaran (switching), dan nilai frekuensi keluaran yang dihasilkan

oleh cycloconverter semakin kecil, begitu untuk sebaliknya.

4. Hasil pengujian cycloconverter pada beban motor induksi satu phasa

apabila semakin besar nilai kenaikan kecepatan maka semakin besar

nilai frekuensi output yang terukur, serta berbanding lurus dengan nilai

tegangan, arus dan daya.

5. Hasil pengujian pada pengupasan pinang berdasarkan RPM motor

didapatkan bahwa efisiensi tertinggi pengupasan terdapat pada

kecepatan RPM dengan frekuensi Hz, hasil pinang yang terkupas

sebanyak buah dan yang tidak terkupas sebanyak buah.

5.2 Saran

Dengan terdapat kekurangan pada perancangan sistem kontrol instrumentasi

ini, maka dengan ini saran peneliti bagi untuk pengembangan lebih lanjut

mengenai pengendalian kecepatan putaran motor induksi dengan sistem ini agar

mencapai sesuatu yang lebih baik, yaitu:

1. Merancang cycloconverter pengendalian kecepatan motor induksi satu

phasa dengan kemampuan daya yang besar untuk dapat mengendalikan

beban rating motor yang lebih besar sebagai motor penggerak.

2. Merancang pembangkit sinyal PWM yang dapat menghasilkan

tegangan keluaran cycloconverter berbentuk sinusoidal, yang dapat

mengurangi kandungan harmonisa. Karena dengan adanya kandungan

harmonisa pada tegangan keluaran dapat menyebabkan mengurangi

faktor daya, memperpendek usia motor, tegangan keluaran yang terjadi


71

tidak stabil dan jika dihubungkan dengan motor AC sebagai beban,

akan menimbulkan resonansi mekanika yang menyebabkan suara riuh

dan putaran motor yang tersendat-sendat. Atau dengan cara memasang

filter pada keluaran cycloconverter.

3. Merancang cycloconverter pengendalian kecepatan motor induksi satu

phasa dengan menambahkan beberapa metode pengaturan.


DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Mesin Sains Terapan 01(02): 34 38.

i Industri Institut Teknologi


Sepuluh Nopember.

International
Conference on Science and Innovated Engineering (I-COSINE), IOP
Publishing, 1 5.

Journal Progress In Science and Engineering


Research Journal (PISER) 02(03): 85 91.

Cycloconverter Sebagai Pengatur Putaran Motor Induksi 1 Fasa Berbasis


Jurnal Mahasiswa Teknik Elektro Universitas
Brawijaya 06(01). http://elektro.studentjournal.ub.ac.id.

Bangun Alat Monitoring Arus Dan Tegangan Berbasis Mikrokontroler


Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro
(Electrician) 10(2): 87 98.
Gowda, Y Prudvi Sai Krishna, Guttula Hema, Seepana Durga Prasad, and

International Research
Journal of Engineering and Technology (IRJET) 03(09): 1142 46.
http://www.irjet.net.

Kecepatan Putar Screw Feeding Dengan Kecepatan Putar Pisau Pengupas


Terhadap Kualitas Hasil Pengup
JOM FTEKNIK 03(01): 1 5.

Kecepatan Putaran Motor Induksi 1 Phasa Berbasis Mikrokontroler


Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Pakuan Bogor: 1 10.

72
73

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Satu Fasa Menggunakan Variac Dan


Konverter AC Transient
03(04): 595 602.
Sinaga, Yustinus Andrianus, Ahmad Saudi Samosir, and Abdul Haris. 2017.

Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro (Electrician)


11(02): 81 91.
Sindura, B S A I
International Journal of Engineering Trends and
Technology (IJETT) 04(04): 776 80. http://www.ijettjournal.org.
r Drive Using

International Journal of Scientific Research in Scienceand Technology


(IJSRST) 03(01): 261 489. http://www.ijsrst.com.
angun Miniatur Mesin
Jurnal Teknologi
Elektro, Universitas Mercu Buana 05(03): 121 29.
Lampiran 1 :

Program Arduino IDE

Program_Cycloconverter_MegaMini
Control_Motor_Cyclo_Mega2560
Lampiran 2 :

Dokumentasi Alat

Lampiran 2.1 Tampak Keseluruhan.

Lampiran 2.2 Tampak Depan.


Lampiran 2.3 Tampak Samping Kanan.

Lampiran 2.4 Tampak Samping Kiri.


Lampiran 2.5 Name Plate Pada Motor AC 1 Phasa.

Lampiran 2.6 Modul Eksternal Converter AC to AC.


Lampiran 3 :

PENGUJIAN ALAT

Lampiran 3.1 Pengujian Alat Menggunakan Motor Bor.

Lampiran 3.2 Komponen Dalam Panel Box.


Lampiran 3.3 Hasil Data Pengukuran Melalui Settpoint RPM.

Lampiran 3.4 Name Plate Pada Motor Bor 350 W.


Lampiran 3.5 Name Plate Pada Motor Bor 550 W.
Lampiran 4 :

PENGUJIAN OSCILLOSCOPE

Lampiran 4.1 Tampilan Osiloskop Gelombang Keluaran Rangkaian


Mikrokontroler Untuk Sinyal Kendali Thyristor Daya
SCR T1 Dan T4 Berdasarkan Frekuensi Keluaran 50 Hz.

Lampiran 4.2 Tampilan Osiloskop Gelombang Keluaran Rangkaian


Mikrokontroler Untuk Sinyal Kendali Thyristor Daya
SCR T1 Dan T4 Berdasarkan Frekuensi Keluaran 25 Hz.
Lampiran 4.3 Tampilan Osiloskop Gelombang Keluaran Rangkaian
Mikrokontroler Untuk Sinyal Kendali Thyristor Daya
SCR T1 Dan T4 Berdasarkan Frekuensi Keluaran 12 Hz.
Lampiran 5 :

TAMPILAN SIMULASI CYCLOCONVERTER

Lampiran 5.1 Bentuk Gelombang Keluaran Simulasi Rangkaian


Cycloconverter Untuk Sinyal Kendali Thyristor Daya
SCR T1 Dan T4 Berdasarkan Frekuensi Keluaran 25 Hz.

Lampiran 5.2 Bentuk Gelombang Keluaran Simulasi Rangkaian


Cycloconverter Untuk Sinyal Kendali Thyristor Daya
SCR T1 Dan T4 Berdasarkan Frekuensi Keluaran 12 Hz.
SOES025 – OCTOBER 1986 – REVISED OCTOBER 1995

250 V Phototriac Driver Output MOC3020 – MOC3023 . . . PACKAGE


(TOP VIEW)
Gallium-Arsenide-Diode Infrared Source and
Optically-Coupled Silicon Traic Driver ANODE 1 6 MAIN TERM
(Bilateral Switch)
CATHODE 2 5 TRIAC SUB†
UL Recognized . . . File Number E65085 NC 3 4 MAIN TERM
High Isolation . . . 7500 V Peak
Output Driver Designed for 220 V ac † Do not connect this terminal
Standard 6-Terminal Plastic DIP NC – No internal connection

Directly Interchangeable with


Motorola MOC3020, MOC3021, MOC3022,
and MOC3023 logic diagram
Direct Replacements for:
– TRW Optron OPI3020, OPI3021,
1 6
OPI3022, and OPI3023;
– General Instrument MCP3020,
MCP3021, and MCP3022; 2 4
– General Electric GE3020,
GE3021, GE3022, and GE3023

absolute maximum ratings at 25 C free-air temperature (unless otherwise noted)†


Input-to-output peak voltage, 5 s maximum duration, 60 Hz (see Note 1) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7.5 kV
Input diode reverse voltage . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 V
Input diode forward current, continuous . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50 mA
Output repetitive peak off-state voltage . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 400 V
Output on-state current, total rms value (50-60 Hz, full sine wave): TA = 25 C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100 mA
TA = 70 C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50 mA
Output driver nonrepetitive peak on-state current (tw = 10 ms, duty cycle = 10%, see Figure 7) . . . . . . 1.2 A
Continuous power dissipation at (or below) 25 C free-air temperature:
Infrared-emitting diode (see Note 2) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100 mW
Phototriac (see Note 3) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 300 mW
Total device (see Note 4) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 330 mW
Operating junction temperature range, TJ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . –40 C to 100 C
Storage temperature range, Tstg . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . – 40 C to 150 C
Lead temperature 1,6 (1/16 inch) from case for 10 seconds . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 260 C
† Stresses beyond those listed under “absolute maximum ratings” may cause permanent damage to the device. These are stress ratings only, and
functional operation of the device at these or any other conditions beyond those indicated under “recommended operating conditions” is not
implied. Exposure to absolute-maximum-rated conditions for extended periods may affect device reliability.
NOTES: 1. Input-to-output peak voltage is the internal device dielectric breakdown rating.
2. Derate linearly to 100 C free-air temperature at the rate of 1.33 mW/ C.
3. Derate linearly to 100 C free-air temperature at the rate of 4 mW/ C.
4. Derate linearly to 100 C free-air temperature at the rate of 4.4 mW/ C.

Copyright 1995, Texas Instruments Incorporated

POST OFFICE BOX 655303 DALLAS, TEXAS 75265 7–1


SOES025 – OCTOBER 1986 – REVISED OCTOBER 1995

electrical characteristics at 25 C free-air temperature (unless otherwise noted)


PARAMETER TEST CONDITIONS MIN TYP MAX UNIT
IR Static reverse current VR = 3 V 0.05 100 A
VF Static forward voltage IF = 10 mA 1.2 1.5 V
I(DRM) Repetitive off-state current, either direction V(DRM) = 400 V, See Note 5 10 100 nA
dv/dt Critical rate of rise of off-state voltage See Figure 1 100 V/ s
dv/dt(c) Critical rate of rise of commutating voltage IO = 15 mA, See Figure 1 0.15 V/ s
MOC3020 15 30
Input trigger current, MOC3021 8 15
IFT Output supply voltage = 3 V mA
either direction MOC3022 5 10
MOC3023 3 5
VTM Peak on-state voltage, either direction ITM = 100 mA 1.4 3 V
IH Holding current, either direction 100 A
NOTE 5: Test voltage must be applied at a rate no higher than 12 V/ s.

PARAMETER MEASUREMENT INFORMATION


VCC

1 6

VI = 30 V rms

RL
2 4

10 k
Input 2N3904
(see Note A)

NOTE A. The critical rate of rise of off-state voltage, dv/dt, is measured with the input at 0 V. The frequency of Vin is increased until the
phototriac turns on. This frequency is then used to calculate the dv/dt according to the formula:

dv dt 2 2 fV
in
The critical rate of rise of commutating voltage, dv/dt(c), is measured by applying occasional 5-V pulses to the input and increasing
the frequency of Vin until the phototriac stays on (latches) after the input pulse has ceased. With no further input pulses, the
frequency of Vin is then gradually decreased until the phototriac turns off. The frequency at which turn-off occurs may then be used
to calculate the dv/dt(c) according to the formula shown above.

Figure 1. Critical Rate of Rise Test Circuit

7–2 POST OFFICE BOX 655303 DALLAS, TEXAS 75265


® TN25 and TYNx25 Series

STANDARD 25A SCRs

MAIN FEATURES: A

Symbol Value Unit


G
IT(RMS) 25 A
K

VDRM/VRRM 600 to 1000 V


A
A
IGT 40 mA

K A
G
K
A
G
DESCRIPTION
The TYN / TN25 SCR Series is suitable for D2PAK TO-220AB
(TN25-G) (TYN)
general purpose applications.
Using clip assembly technology, they provide a
superior performance in surge current capabilities.

ABSOLUTE RATINGS (limiting values)

Symbol Parameter Value Unit

IT(RMS) RMS on-state current (180° conduction angle) Tc = 100°C 25 A


T(AV) Average on-state current (180° conduction angle) Tc = 100°C 16 A
ITSM Non repetitive surge peak on-state tp = 8.3 ms 314
current Tj = 25°C A
tp = 10 ms 300

I ²t I²t Value for fusing tp = 10 ms Tj = 25°C 450 A2S


Critical rate of rise of on-state current
dI/dt IG = 2 x IGT , tr 100 ns F = 60 Hz Tj = 125°C 50 A/µs

IGM Peak gate current tp = 20 µs Tj = 125°C 4 A

PG(AV) Average gate power dissipation Tj = 125°C 1 W

Tstg Storage junction temperature range - 40 to + 150


°C
Tj Operating junction temperature range - 40 to + 125

VRGM Maximum peak reverse gate voltage 5 V

April 2002 - Ed: 4A 1/7


TN25 and TYNx25 Series
ELECTRICAL CHARACTERISTICS (Tj = 25°C, unless otherwise specified)
Symbol Test Conditions Value Unit
IGT MIN. 4
mA
VD = 12 V RL = 33 MAX. 40
VGT MAX. 1.3 V
VGD VD = VDRM RL = 3.3 k Tj = 125°C MIN. 0.2 V
IH IT = 500 mA Gate open MAX. 50 mA
IL IG = 1.2 I GT MAX. 90 mA
dV/dt VD = 67 % VDRM Gate open Tj = 125°C MIN. 1000 V/µs
VTM ITM = 50 A tp = 380 µs Tj = 25°C MAX. 1.6 V
Vt0 Threshold voltage Tj = 125°C MAX. 0.77 V
Rd Dynamic resistance Tj = 125°C MAX. 14 m
IDRM Tj = 25°C MAX. 5 µA
VDRM = VRRM
IRRM Tj = 125°C 4 mA

THERMAL RESISTANCES
Symbol Parameter Value Unit
Rth(j-c) Junction to case (DC) 1.0 °C/W
Rth(j-a) Junction to ambient (DC) TO-220AB 60 °C/W
² ² 45
S = 1 cm D PAK

S = Copper surface under tab

PRODUCT SELECTOR

Voltage (xxx)
Part Number Sensitivity Package
600 V 800 V 1000 V
TN2540-xxxG X X X 40 mA D²PAK
TYNx25 X X X 40 mA TO-220AB

2/7
BIODATA PENULIS

I. Identitas Pribadi
Nama : Hendra Zulian Permana
TTL : Medan, 10 April 1998
NIM : 1620301032
Jurusan : Teknik Elektro
Program Studi : Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kenari No.125 Komp. BTN Panggoi Indah
Email : hendra_zln@yahoo.com
CP (WA) : 0852-3405-0268

II. Orang Tua


Nama Ayah : Lamsuhardi Arief
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Nama Ibu : Syamsiar
Pekerjaan Ibu : Guru
Alamat : Jl. Kenari No.125 Komp. BTN Panggoi Indah

III. Riwayat Pendidikan


2004-2010 : SD Negeri 1 Lhokseumawe
2010-2013 : SMP Negeri 1 Lhokseumawe
2013-2016 : SMA Negeri 1 Lhokseumawe
2016-2020 : Politeknik Negeri Lhokseumawe

Judul Tugas Akhir : RANCANG BANGUN CYCLOCONVERTER 1,5 kW


UNTUK PENGENDALIAN KECEPATAN PUTARAN
MOTOR INDUKSI SATU PHASA 500-1000 RPM
PADA MESIN PENGUPAS PINANG

Anda mungkin juga menyukai