Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK TEGANGAN TINGGI

Oleh:
FEBRICO BETHRAN
NIM. 2107134655

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2023
PRAKATA

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan praktikum teknik tegangan tinggi, serta
dapat menyelesaikan laporan praktikum teknik tegangan tinggi. Penulisan Laporan
praktikum teknik tegangan tinggi ini dilakukan dalam rangka memenuhi mata
kuliah praktikum wajib sebagai salah satu syarat kelulusan program studi Teknik
Elektro S1.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung
penulis serta membantu moril dan materil.
2. Bang Abdullah Rizki, bang Faldiman Achmad Fahly, dan kak Desi
Wahyuni sebagai Asisten Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi yang
telah membimbing penulis dalam melaksanakan praktikum dan
penulisan laporan.
3. Teman-teman seperjuangan Teknik Elektro S1 Angkatan 2021,
Fakultas Teknik Universitas Riau.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk kemajuan sangat penulis
harapkan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 02 Oktober 2023

Febrico Bethran

ii
Teknik Tegangan Tinggi
Agnes Angelika, Febrico Bethran, Muhammad Dwifebryan Hyanda, Rendy
Prayoga, Qhalbi Binuri Hidayat
Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi
Program Studi S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Riau

ABSTRAK

Pengukuran tegangan tinggi AC bertujuan untuk mengetahui cara pembangkitan


dan pengukuran tegangan tinggi AC menggunakan trafo uji. Pengukuran tegangan
tinggi AC ini dipengaruhi oleh faktor koreksi udara dan rasio trafo, dimana
tegangan input dinaikkan sesuai rasio trafo dan dikali faktor koreksi udara.
Pengukuran tegangan Tinggi DC bertujuan untuk meneliti pembangkitan tegangan
tinggi DC dan pengukurannya menggunakan peralatan tegangan tinggi terco.
Dilakukan dua kali pengujian yaitu pengujian tanpa kapasitor perata dan
menggunakan kapasitor perata didapat hasil bahwa tegangan yang dihasilkan oleh
pembangkitan tegangan tinggi DC dengan kapasitor perata memiliki karakteristik
yang lebih stabil dibandingkan dengan yang tidak menggunakan kapasitor perata.
Ini disebabkan oleh fungsi kapasitor sebagai filter, sehingga riak tegangan yang
dihasilkan menjadi sangat kecil. Pada pengukuran kegagalan dielektrik udara hasil
tegangan tembus dipengaruhi luas penampang elektroda yang digunakan, setelah
dilakukan praktikum di dapat hasil tegangan tembus untuk elektroda jarum- jarum
lebih kecil dari elektroda bola-bola dan elektroda plat-plat. Pengujian efek polaritas
menggunakan elektroda jarum-plat untuk mengetahui pengaruh polaritas tegangan
terhadap tembus sela udara. Tegangan tembus lebih tinggi saat polaritas dalam
keadaan negatif dibandingkan dengan saat polaritas.

Kata kunci: Pengukuran, Pembangkitan, Tegangan Tinggi, AC, DC, Dielektrik


Udara, Polaritas, Elektroda, Tegangan Tembus

iii
Teknik Tegangan Tinggi
Agnes Angelika, Febrico Bethran, Muhammad Dwifebryan Hyanda, Rendy
Prayoga, Qhalbi Binuri Hidayat
Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi
Program Studi S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Riau

ABSTRACT

AC high voltage measurements aim to find out how to generate and measure AC
high voltage using a test transformer. This AC high voltage measurement is
influenced by the air and transformer correction factors, where the input voltage is
filled according to the transformer ratio and times the air correction factor. DC
high voltage measurements aim to research DC high voltage generation and its
measurement using terco high voltage equipment. Two tests were carried out,
namely testing without a leveling capacitor and using a leveling capacitor. The
results showed that the voltage produced by DC high voltage generation with a
leveling capacitor had more stable characteristics compared to that without using
a leveling capacitor. This is caused by the capacitor's function as a filter, so that
the resulting voltage ripples are very small. In measuring air dielectric failure, the
results of the breakdown voltage affect the cross-sectional area of the electrode
used. After carrying out the practicum, it was found that the breakdown voltage to
the needle electrode was smaller than the ball electrode and the plate electrode.
Polarity effect testing uses a needle-plate electrode to determine the effect of
voltage polarity on air gap penetration. The breakdown voltage is higher when the
polarity is negative (reverse bias) compared to when the polarity is positive
(forward bias).

Keywords: Measurement, Generation, High Voltage, AC, DC, Air Dielectric,


Polarity, Electrodes, Breakdown Voltage,

iv
DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ......................................................................... 3
1.4 Tujuan Praktikum ....................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5
2.1 Landasan Teori ........................................................................... 5
2.2 Teori Dasar ................................................................................. 6
2.2.1 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC ............ 6
2.2.2 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC ............ 8
2.2.3 Kegagalan Dielektrik Udara .................................................... 9
2.2.4 Pengujian Pengaruh Polaritas ................................................ 11
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ........................................................ 13
3.1 Umum ....................................................................................... 13
3.2 Waktu dan Tempat .................................................................... 14
3.3 Alat dan Bahan ......................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 32
4.1 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC.............. 32
4.2 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC.............. 33
4.3 Kegagalan Dielektrik Udara ..................................................... 36
4.4 Pengujian Pengaruh Polaritas ................................................... 39
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 43
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 43

v
5.2 Saran ......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
LAMPIRAN .............................................................................................................

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Rangkaian Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC .. 25


Gambar 3.2 Rangkaian Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Tanpa Kapasitor
Perata. .............................................................................................. 26
Gambar 3.3 Rangkaian Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Menggunakan
Kapasitor Perata ............................................................................... 27
Gambar 3.4 Rangkaian Kegagalan Dielektrik Udara .......................................... 28
Gambar 3.7 Rangkaian Pengujian Pengaruh Polaritas Positif -Negatif .............. 29
Gambar 3.8 Rangkaian Pengujian Pengaruh Polaritas Negatif - Positif ............ 30
Gambar 3.9 Diagram Alir Praktikum Teknik Tegangan Tinggi ......................... 31

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Teknik Tegangan Tinggi 15
Tabel 3.2 Alat dan Bahan Praktikum Percobaan I ............................................. 18
Tabel 3.3 Alat dan Bahan Praktikum Percobaan II ............................................. 20
Tabel 3.4 Alat dan Bahan Praktikum Percobaan III ............................................. 22
Tabel 3.5 Alat dan Bahan Praktikum Percobaan IV............................................. 24

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan mengenai tegangan tinggi telah mengalami perkembangan
yang pesat. Studi mengenai tegangan tinggi memiliki cakupan yang cukup luas
seperti pembangkitan tegangan tinggi, teknik isolasi, gejala tembus listrik fenomena
tegangan tinggi, medan listrik. Tegangan tinggi memiliki berbagai manfaat dan
aplikasi antara lain untuk sumber tenaga listrik untuk mensuplai kebutuhan listrik,
pengujian bahan isolasi, kebutuhan studi dan penelitian di Laboratorium, penyerap
elektrostatis, pembangkit plasma, dan lain - lain. Untuk menghasilkan tegangan
tinggi dapat menggunakan peralatan pembangkit tegangan tinggi bolak-balik,
peralatan pembangkit tegangan tinggi searah dan peralatan pembangkit tegangan
tinggi impuls. Akan tetapi, peralatan pembangkit tegangan tinggi yang ada sekarang
ini masih dalam sistem yang besar, susah dalam pengoperasiannya, dan memakan
biaya yang mahal. Selain itu pembangkit tegangan tinggi AC yang ada umumnya
memiliki frekuensi rendah. Untuk itu dibutuhkan sebuah alat pembangkit tegangan
tinggi AC frekuensi tinggi yang memiliki dimersi tidak terlalu besar, mudah
dioperasikan, dan tidak memakan biaya yang mahal. Salah satu cara untuk membuat
pembangkit tegangan tinggi AC frekuensi tinggi dengan dimensi cukup kecil
sehingga tidak memakan banyak tempat, mudah dalam pembuatan dan
pengoperasiannya, serta biaya yang dibutuhkan cukup murah adalah memanfaatkan
teknologi kumparan tesla dengan teknologi semikonduktor berupa inverter jenis
push – pull (Muhajid Wildan, 2011).
Tegangan tinggi tidak hanya digunakan untuk keperluan transmisi, tetapi
juga dapat digunakan untuk membuat karya seni modern. Umumnya tegangan
tinggi dihasilkan dengan menggunakan generator tegangan tinggi konvensional
berukuran besar. Oleh karena itu diperlukan rangkaian yang lebih sederhana untuk
menghasilkan tegangan tinggi tersebut, salah satunya menggunakan trafo flyback.
Konverter flyback adalah konverter arus searah ke arus searah dengan isolasi antara

1
2

input dan output. Komponen utama trafo flyback adalah trafo step-up dan
komponen switching. Pada penelitian ini dibuat trap window dengan menggunakan
trafo flyback untuk menghasilkan tegangan tinggi. Jenis konverter flip-flop dan
komponen switchingnya adalah konverter flyback monitor CRT (Cathode Ray
Tube) dan MOSFET IRFP460. Tegangan keluaran generasi MOSFET dari
transformator flyback dimasukkan ke dalam ruang elektroda antarmuka bola (
Saragi Y. S., 2020).
Partial discharge adalah gejala yang terjadi pada isolasi tegangan tinggi yang
mengawali terjadinya kerusakan pada bahan isolasi. Kerusakan itu adalah break
down atau tembus listik pada bahan isolasi. Partial discharge di dalam bahan isolasi
terjadi disebabkan adanya rongga udara atau cavity yang mempunyai kekuatan
dielektrik yang berbeda dengan isolasi. Pada tulisan ini bahan isolasi yang terdiri
dari kertas berbahan komposit dan non-komposit diberikan tekanan mekanik yang
bertujuan menekan cavity dalam bahan dielektrik untuk melihat perubahan
inception voltage partial discharge pada setiap kenaikan tekanan yang diberikan
kepada bahan isolasi yang diuji. Bahan yang diuji pada penelitian ini adalah jenis
kertas Letroid dengan ketebalan 0,2 mm dan 0,5 mm. Setiap perubahan tekanan
memiliki nilai inception voltage yang berbeda-beda dan menjadi karakteristik
baru bagi bahan dielektrik yang diuji (Siagian Parlin, 2020).
Finial atau penangkap petir berupa konduktor batang tegak merupakan finial
yang memiliki konstruksi berupa sisi ujung finialnya secara umum berbentuk metal
yang runcing sebagai pengumpul muatan listrik statis. Parameter utama yang
menentukan baik buruknya kinerja finial Franklin tersebut dilihat dari level
tegangan tembus (setelah korona) yang terjadi. Level tegangan tembus dipengaruhi
oleh distribusi medan listrik, sedangkan distribusi medan listrik sendiri dipengaruhi
oleh bentuk geometris elektroda. Pada finial Franklin, faktor keruncingan sangat
menentukan distribusi medan listrik yang terjadi. Faktor keruncingan yang
dimaksud adalah sudut keruncingan dan diameter finial. Pengujian tegangan korona
dan tembus tersebut menggunakan tegangan tinggi searah polaritas negatif dengan
mengatur jarak sela elektroda. Selanjutnya dilakukan penggambaran distribusi
medan listrik dan perhitungan efisiensi medan listrik setiap objek uji secara
3

eksperimen menggunakan metode kertas konduktif dengan sumber DC tegangan


tendah. (Dachlan H. S., 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penulisan laporan percobaan ini yaitu :
1. Bagaimana cara pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi AC
menggunakan transformator uji dan sela bola standar ?
2. Bagaimana cara pembangkitan tegangan tinggi DC menggunakan
kapasitor pengukur ?
3. Bagaimana cara mengamati kegagalan dielektrik udara menggunakan sela
bola standar ?
4. Apa pengaruh polaritas tegangan terhadap tembus sela udara ?

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penulisan laporan percobaan ini yaitu :
1. Pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi AC menggunakan
transformator uji dan sela bola standar.
2. Pembangkitan tegangan tinggi DC menggunakan kapasitor pengukur.
3. Pengujian kegagalan dielektrik udara menggunakan sela bola standar.
4. Pengaruh polaritas tegangan terhadap tembus sela udara mengunakan
elektroda jarum-plat.

1.4 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan masalah pada penulisan laporan percobaan ini yaitu :
1. Mengetahui cara pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi AC
menggunakan transformator uji dan sela bola standar .
2. Mengetahui cara pembangkitan tegangan tinggi DC menggunakan
kapasitor pengukur.
3. Mengamati kegagalan dielektrik udara menggunakan sela bola standar.
4. Mengamati pengaruh polaritas tegangan terhadap tembus sela udara.
4

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan percobaan ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan hal yang berhubungan dengan latar belakang,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan praktikum, sistematika
penulisan praktikum.

BAB II DASAR TEORI


Bab ini merupakan bab yang berisikan landasan teori pendukung
yang berhubungan dengan percobaan yang dilaksanakan,

BAB III METODEOLOGI PERCOBAAN


Bab ini berisikan metode-metode yang dingunakan dalam
percobaan. Bab ini juga berisikan waktu, tempat, alat dan bahan
percobaan serta prosedur, diagram alir dan rangkaian dari percobaan
yang dilakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini menjelaskan mengenai hasil uji dan analisa percobaan yang
berdasarakan pengukuran yang dilakukan.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan oleh Mochammad Facta, dkk
(2014) yang berjudul Perancangan Pembangkitan Tegangan Tinggi Ac Frekuensi
Tinggi Menggunakan Kumparan Tesla Dengan Rangkaian Resonansi Seri, dapat
diketahui bahwa Trafo tesla adalah satu alat yang bisa mengubah nilai tegangan
suatu nilai kenilai yang biasanya lebih besar (step up). Tegangan dan frekuensi kerja
yang digunakan oleh trafo tesla tergolong tinggi. Pada awal perkembangannya,
kumparan tesla menggunakan sela bola untuk membangkitkan pulsa tersebut.
Dengan seiring perkembangan zaman, maka untuk membangkitkan pulsa yang
mempunyai orde ratusan kilo hertz digunakanlah peralatan pensaklaran
semikonduktor berupa mosfet.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Abdul Syakur dkk (2018) yang
berjudul Perancangan Pembangkit Tegangan Tinggi DC Dengan Metode
Cockcroft-Walton Tipe Fullwave, dapat disimpulkan bahwa Pembangkitkan
tegangan tinggi DC menggunakan peralatan yang ada sekarang ini masih dalam
sistem yang besar, sulit dalam pengoperasian, membutuhkan biaya yang besar,
dan tidak praktis. Penelitian ini merancang dan menganalisis pembangkit
tegangan tinggi yang dapat mengatasi masalah-masalah tersebut, melalui
perancangan pengali tegangan (voltage multiplier) menggunakan metode
Cockcroft-Walton tipe fullwave. Variabel yang dianalisis adalah tegangan tinggi
DC yang dibangkitkan, tegangan jatuh, dan tegangan riak pada masing–masing
pengujian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai frekuensi masukan dan
jumlah tingkatan mempengaruhi nilai tegangan yang dapat dibangkitkan oleh
rangkaian Cockcroft-Walton. Semakin tinggi nilai frekuensi masukan dan jumlah
tingkatan pada rangkaian Cockcroft-Walton maka tegangan keluaran yang
dihasilkan akan semakin tinggi.
Menurut Penelitian yang dilakukan Hamzah Berahim dkk (2009) yang

5
6

berjudul Analisis Pengaruh Keadaan Suhu Terhadap Tegangan Tembus AC dan DC


Pada Minyak Transformator, diketahui bahwa Tegangan tembus (breakdown)
merupakan suatu peristiwa apabila medan magnet dinaikkan (tegangan terus-
menerus dinaikkan), atom-atom akan terionisasi dan sampai batas kemampuan
isolator tersebut menahan tegangan maka isolator tersebut akan berubah menjadi
konduktor. Saat kritis ini disebut breakdown. Kegagalan isolasi khususnya minyak
transformator akan sangat mempengaruhi kesinambungan penyaluran listrik dalam
jaringan kerja di PLN. Agar tidak terjadi kegagalan minyak tranformator pada saat
sedang bekerja maka perlu diketahui terlebih dahulu kemampuan kerja dari minyak
transformator. Pengujian terhadap tegangan tembus diperlukan untuk mengetahui
titik kritis dari isolasi minyak transformator.
Menurut Penelitian yang dilakukan Prihatnolo S.T., dkk (2011) yang berjudul
Pengukuran Tegangan Tembus Dielektrik Udara Pada Berbagai Sela Dan Bentuk
Elektroda Dengan Variasi Temperatur Sekitar, dapat diketahui bahwa Perbedaan
polaritas tegangan yang diterapkan juga mempengaruhi karakteristik tegangan
tembus yang terjadi. Dimana tegangan tembus pada polaritas negatif-positif
nilainya cenderung lebih besar dibandingkan dengan tegangan tembus pada
polaritas positif-negatif. Untuk hasil pengukuran pada polaritas yang berbeda maka
akan didapatkan karakteristik penurunan tegangan tembus udara, yang mana pada
elektroda yang lebih kasar, kecil dan runcing dengan polaritas positif akan lebih
mudah melepaskan elektron akibat pergerakan elektron hanya memerlukan sedikit
energi untuk membantu elektron mengalami proses ionisasi.

2.2 Teori Dasar


2.2.1 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC
Salah satu cara untuk membangkitkan tegangan tinggi dengan peralatan
yang cukup portabel, mudah dalam penggunaannya, dan biaya yang cukup murah
adalah dengan menggunakan Kumparan Tesla menggunakan piranti
semikonduktor. Kumparan tesla merupakan alat yang mampu menghasilkan
tegangan tinggi mulai dari ribuan volt sampai jutaan volt. Tegangan tinggi yang
dihasilkan oleh kumparan tesla adalah tegangan tinggi bolak-balik dengan frekuensi
7

berkisar antara puluhan kilohertz sampai dengan orde mHz. Pada awal
perkembangannya, kumparan tesla menggunakan spark gap untuk membangkitkan
pulsa dan dengan prinsip kopling magnetic antara kumparan primer dengan
sekunder. Pada perkembangan selanjutnya kumparan tesla lebih banyak
dikembangkan dengan teknologi semikonduktor untuk menggantikan fungsi spark
gap. Pembangkit tegangan tinggi dengan kumparan tesla yang dibuat menggunakan
inverter frekuensi tinggi jenis push – pull dengan prinsip kopling langsung
(Mujahid W., 2011).
Tegangan tinggi AC dapat diperoleh menggunakan suatu trafo satu fasa
dengan perbandingan belitan yang jauh lebih besar daripada trafo daya yang biasa
disebut trafo uji. Belitan sekunder trafo membangkitkan tegangan tinggi dalam orde
ratusan kilovolt, pada saat belitan primer trafo dihubungkan ke sumber tegangan
rendah AC, 220VAC/50 Hz (Sonong, 2011).
Perkembangan sistem tenaga listrik yang pesat membutuhkan transmisi
tegangan tinggi. Lingkup studi tegangan tinggi sangat luas, antara lain meliputi
fenomena tegangan tinggi, seperti perhitungan medan listrik, gejala tembus listrik
dielektrik, dan lain-lain. Pembangkitan tegangan tinggi terbagi menjadi
pembangkitan tegangan tinggi bolak-balik, pembangkitan tegangan tinggi searah,
dan pembangkitan tegangan tinggi impuls. Pembangkit tegangan tinggi khususnya
tegangan tinggi frekuensi tinggi dapat dibuat dengan teknik sederhana dan dengan
biaya yang cukup murah yaitu dengan menggunakan kumparan tesla (Habibi,
2011).
Tegangan tinggi bolak – balik diperlukan antara lain untuk pengujian rugi–
rugi dielektrik, pengujian korona, pengujian kekuatan dielektrik, dan pengujian
ketahanan peralatan tehadap tegangan tinggi bolak – balik. Tegangan tinggi bolak
– balik diperoleh dari suatu trafo satu fasa yang biasa disebut trafo uji dengan
perbandingan belitan yang jauh lebih besar daripada trafo daya (Prasetya, 2012).
Pengukuran tegangan tinggi bolak-balik tidak seperti pengukuran tegangan
rendah. Ada beberapa metode pengukuran tegangan tinggi yaitu Pengukuran
tegangan tinggi dengan mengukur tegangan puncak memakai sela bola, pengukuran
tegangan puncak dengan kapasitor ukur, pengukuran dengan trafo tegangan dan lain
8

sebagainya. Pengukuran tegangan puncak dengan sela bola dapat dipakai sebagai
standar pengujian dan pengukuran tegangan tinggi, karena pada suatu keadaan
tertentu dan diameter bola tertentu serta tekanan tertentu akan mempunyai tegangan
tembus tertentu pula. Jika tegangan yang diterapkan melampaui tegangan puncak
maka dalam beberapa waktu dalam mikrodetik sela bola akan tembus. Selama
selang waktu tersebut harga puncak tegangan bolak-balik frekuensi dianggam
konstan. Tegangan tembus pada udara bebas terjadi pada harga puncak. Pada
kondisi temperature dan tekanan atmosfir yang berbeda harus dikoreksi dengan
menggunakan rumus tegangan tembus setempat yang dikoreksi sama dengan
tegangan tembus standar dikalikan dengan kerapatan udara. Dimana kerapatan
udara ini tergantung dengan temperatur dan tekanan atmosfir (Wahyono, 2011).

2.2.2 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC


Pengujian tahanan isolasi kabel berbasis injek tegangan tinggi DC untuk
mengetahui kelayakan dari sebuah isolasi pada kabel. Pada penelitian ini
dibuat rancang bangun pembangkitan tegangan tinggi DC sebagai peralatan injek
tegangan pada kabel. Dalam penyalurkan energi listrik diperlukan media
konduktor penghantar listrik yaitu kabel. Isolasi adalah satu sarana penting
dalam sistem tenaga listrik yang berguna untuk memisahkan kawat penghantar
listrik sehingga tidak terjadi lompatan listrik. Kegagalan yang terjadi ketika
peralatan sedang berjalan dapat menimbulkan terjadinya kerusakan peralatan
listrik sehingga kontinuitas daya yang tersalurkan tidak bekerja dengan
maksimal. Maka dari itu peran isolasi harus mampu untuk menahan tegangan
tembus dari tegangan tinggi yang mengenainya (Maulana A., 2021).
Pembangkit tegangan tinggi DC umumnya banyak digunakan dalam
fisika terapan seperti instrumen dalam bidang nuklir (akselerator, mikroskop
elektron), peralatan elektromedik (x-ray), peralatan industri (presipitat dan
penyaringan gas buang di pembangkit listrik, industri semen, pengecatan
elektrostatik dan pelapisan serbuk) atau eletronika komunikasi (televisi).
Kebutuhan bentuk tegangan, tingkat tegangan dan besar arus serta kestabilan
dari pembangkit tegangan tinggi tersebut akan berbeda satu aplikasi dengan
9

lainnya. Salah satu prinsip untuk membangkitkan tegangan tinggi menggunakan


n-tingkat sirkuit bertingkat satu fasa Cockcroft-Walton atau Greinacher
(Nurmayady dkk, 2012).
Sebelum adanya diode penyearah tegangan tinggi, maka orang menggunakan
generator searah. Sekarang telah ditemukan diode tegangan tinggi sehingga orang
dengan mudah untuk menggunakan dan memperoleh tegangan tinggi searah.
Pembangkitan tegangan tinggi searah di laboraturium umumnya menggunakan
diode semikonduktor yang terpasang seri pada kutup tabung hampa. Untuk
membangkitkan tegangan tinggi searah ada beberapa metode yaitu rangkaian
penyearah setengah gelombang dengan kapasitor perata maupun tanpa kapasitor
perata, rangkaian villard, rangkaian pelipat ganda greinacher (Wahyono, 2011).
Pembangkitan tegangan arus searah (DC) ditujukan untuk mengetahui
fenomena tegangan tinggi seperti gejala tembus listrik pada bahan isolasi. Oleh
sebab itu, rancangan dan pembuatan rangkaian ini ditujukan sebagai alat uji bahan
isolasi tegangan tinggi, khususnya tegangan tinggi DC. Tegangan tinggi DC secara
bertahap akan membuat sistem isolasi mengalami degradasi. Sedangkan tujuan
khusus rancangan ini adalah suatu miniatur prototipe pembangkit tegangan tinggi
arus searah dengan memanfaatkan tegangan searah hasil modifikasi rangkaian
pengali Cockroft-Walton. Pembangkit tegangan tinggi searah merupakan salah satu
sarana yang sangat penting, khususnya untuk skala laboratorium, untuk keperluan
berbagai penelitian dan pengujian terhadap fenomena bahan isolasi listrik tegangan
tinggi, baik isolasi yang bersifat padat, cair maupun gas. Adapun inovasi yang
ditargetkan adalah penggunaan metoda pembangkit tegangan impuls dengan
memanfaatkan tegangan tinggi searah dengan modifikasi rangkaian pengali
Cockroft-Walton (Waluyo dkk, 2014).

2.2.3 Kegagalan Dielektrik Udara


Rute Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV, 50 Hz di
pulau Jawa merupakan sistem transmissi kelistrikan yang membentang dari sisi
Barat pulau Jawa hingga ke sisi Timur pulau Jawa. Di bawah jaringan (di
permukaan tanah) SUTET terpapar medan elektromagnetik yaitu paparan medan
10

magnet dan paparan medan listrik yang menembus medium dielektrik udara.
Kekuatan dielektrik udara ini dibatasi olehgradien tegangan atau intensitas
medan listrik sebesar 32 kV/mm. Kondisi kekuatan dielektrik udara ini harus
dijaga jangan sampai terjadi tembus (breakdown) pada medium udara. Konduktor
phasa SUTET mempunyai jarak celah udara dengan permukaan tanah (bumi)
yang harus dijaga jangan sampai celah ini menjadi mengecil yang dikarenakan oleh
kehadiran objek-objek tertentu yang berada di bawah SUTET (Utama B. dkk,
2020).
Bahan isolasi gas terutama udara merupakan bahan isolasi yang banyak
digunakan pada peralatan tegangan tinggi karena udara pada keadaan normal
merupakan isolator yang sempurna dan juga paling banyak digunakan karena
murah, mudah dan sederhana. Menurut standart VDE bentuk elektroda yang
digunakan dalam pengujian tegangan tembus gas adalah elektroda bola-bola. Untuk
mengetahui pengaruh bentuk elektroda terhadap besarnya tegangan tembus pada
isolasi udara perlu dilakukan pengujian pada bentuk elektroda yang lain. Bentuk
elektroda yang dapat digunakan adalah elektroda bola-bidang dan jarum bidang.
Namun pada kenyataannya, udara yang sesungguhnya tidak hanya terdiri dari
molekul-molekul netral saja tetapi ada sebagian kecil didalamnya berupa ion-ion
dan elektron-elektron bebas, yang akan mengakibatkan udara dan gas mengalirkan
arus walaupun dalam kapasitas yang terbatas atau kecil. Jika gas dipanasi sampai
suhu yang cukup tinggi, maka banyak atom netral akan memperoleh energi yang
diperlukan untuk mengionisasikan atom- atom yang mereka bentur. Selain
temperatur, jarak sela antar penghantar yang bertegangan juga akan menentukan
laju pergerakan elektron dalam dielektrik udara. Peningkatan temperatur akan
mempengaruhi pertambahan energi yang dapat mempercepat pergerakan elektron-
elektron di udara sehingga berakibat pada penurunan kekuatan dielektrik udara
dalam fungsinya sebagai bahan isolasi. Dan jarak sela yang semakin lebar akan
menghambat laju pergerakan elektron sehingga diperlukan energi yang lebih besar
untuk proses ionisasi (Prihatnolo, 2011).
Masalah yang sering terjadi dalam penyaluran energi listrik adalah kegagalan
isolasi, khususnya isolasi cair dan udara. Isolasi diperlukan untuk memisahkan dua
11

atau lebih penghantar listrik yang bertegangan sehingga penghantar penghantar


tersebut tidak terjadi lompatan listrik. Apabila pada bahan dielektrik diberikan
medan listrik yang melebihi kemampuannya maka isolasi akan mengalami
peristiwa tegangan tembus dan kerusakan peralatan listrik sehingga kontinuitas
kerja sistem terganggu. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu adanya tegangan
lebih dan pemanasan termal karena adanya energi panas yang ditimbulkan oleh
penghantar listrik. Apabila pemanasan ini berlangsung terus menerus isolasi akan
mengalami pemburukan dan juga dapat menyebabkan kegagalan isolasi yang dapat
menyebabkan terjadinya tegangan tembus, hal ini dikarenakan isolasi sudah tidak
mampu lagi untuk menahan tegangan tinggi yang melaluinya (Harinata M.D. dkk,
2019).

2.2.4 Pengujian Pengaruh Polaritas


Setiap bahan isolasi mempunyai batas kemampuan untuk memikul kuat
medan elektrik. Jika kuat medan elektrik yang dipikul bahan isolasi melebihi batas
tersebut dan kuat medan elektrik tersebut berlangsung cukup lama, bahan isolasi
akan menghantar arus tinggi dari anoda ke katoda atau bahan isolasi gagal
melaksanakan fungsinya sebagai isolator. Dalam hal ini bahan isolasi disebut
tembus listrik (electrical breakdown). Kuat medan elektrik tinggi yang dapat di
pikul suatu bahan isolasi tanpa mengakibatkan bahan isolasi tersebut mengalami
tembus listrik disebut kekuatan dielektrik (Negara I.M.Y., 2013).
Untuk menyelidiki pengaruh polaritas dapat dipakai elektroda yang tak
seragam. Percobaan dilakukan dengan polaritas positif dan negatif dengan celah
yang di variasikan. Nilai tegangan tembus pada saat polaritas positif lebih rendah
dibanding pada menggunakan polaritas negatif. Bila elektroda yang runcing yang
bermuatan negatif maka elektron akan bergerak kearah plat. Ion-ion yang tertinggal
menyebabkan adanya medan yang tinggi. Pada daerah ujung elektroda tersebut, sisa
daerah medan menunjukkan adanya perbedaan tegangan yang kecil, Hal ini
mendorong tumbuhnya kanal pelepasan muatan kearah plat. Bila muatan pada
ujung elektroda yang runcing adalah positif, maka elektron bergerak menuju
elektroda tersebut dan sisa ion menyebabkan pengurangan kekuatan medan listrik
12

dekat dengan ujung elektroda runcing, karena kekuatan medan listrik dekat dengan
ujung elektroda runcing. Karena kekuatan medan arahnya menuju elektroda pelat,
kekuatan medan kemudian naik, ini merangsang bertambahnya kanal pelepasan
muatan (Anderson M. dkk, 2017).
Dalam pengujian untuk melihat pengaruh polaritas, ada dua variasi urutan
elektroda.
1) Elektroda jarum-plat polaritas positif. Dimana luruhan pada jarum positif-
Plat terbentuk akibat dari adanya elektron mula yang berada di depan
jarum sehingga membentuk muatan ruang positif pada medan. Jika muatan
ruang positif ini cukup besar, maka kuat medan akan menurun dan
peluahan akan terhenti. Proses ini akan kembali terjadi pada saat medan
elektrostatik kembali terbentuk dan ion akan bergerak menuju elektroda.
2) Elektroda jarum-plat polaritas negatif. Dimana pada mekanisme korona
negatif, variasi ketidakhomogenan suatu medan diperoleh dengan cara
memvariasikan jari-jari elektroda jarum. Dalam hal ini elektron mula akan
terbentuk tepat di depan jarum melamui proses emisi elektroda jarum.
Pengaruh elektroda jarum adalah terkikisnya ujung ujung dari elektroda
jarum sehingga imbas dari adanya peluahan yang terjadi secara konstan
(Michael et al, 2017).
13

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Umum
Praktikum teknik tegangan tinggi adalah serangkaian kegiatan praktis yang
dilakukan dalam lingkungan yang dikontrol dan aman untuk mengajar atau melatih
individu dalam bidang teknik tegangan tinggi. Teknik tegangan tinggi berkaitan
dengan penanganan, pengujian, dan pengendalian peralatan listrik yang beroperasi
pada tegangan tinggi. Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat
mencapai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pada Praktikum ini dilakukan beberapa jenis percobaan yaitu Percobaan
Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC, Pembangkitan dan
Pengukuran Tegangan Tinggi DC, Kegagalan Dielektrik Udara, dan Pengaruh
Polaritas pada Pengujian Kegagalan Dielektrik Udara Tersebut. Perlu diketahui
bahwa seluruh tegangan yang digunakan pada seluruh percobaan ini adalah
tegangan tinggi. Oleh karena itu kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hal
yang sangat penting untuk dilakukan sebelum melakukan praktikum. Praktikum ini
dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Universitas Riau.
Pada percobaan pertama yaitu Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan
Tinggi AC, bertujuan untuk menguji rugi-rugi dielektrik, pengujian korona,
pengujian kekuatan dielektrik, dan pengujian ketahanan peralatan terhadap
tegangan tinggi AC. Ini juga berfungsi untuk memberikan pemahaman kepada para
praktikan mengenai cara pembangkitan tegangan tinggi tegangan bolak balik
menggunakan transformator uji dan juga praktikan mampu melakukan pengukuran
tegangan tinggi AC menggunakan metode sela bola standart. Sebelum
melaksanakan praktikum, para praktikan melakukan responsi bersama para asisten
laboratorium secara lisan. Setelah melakukan responsi secara lisan, praktikan
melakukan pengujian percobaan pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi
AC yang didampingi oleh para asisten laboratorium. Ditutup dengan memberikan
kesimpulan mengenai pengujian yang telah dilakukan.

13
14

Percobaan kedua adalah Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi


DC, yang bertujuan untuk meneliti pembangkitan tegangan tinggi DC dan
pengukurannnya menggunakan peralatan tegangan tinggi terco. Prosedur
percobaan Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC sama seperti
prosedur yang sudah dilakukan sebelumnya. Hal yang membedakan percobaan
pertama dan kedua adalah penggunaan Dioda sebagai penyearah yang mengubah
tegangan AC menjadi tegangan DC. Adapun dioda yang digunakan sama dengan
dioda pada rangkaian penyearah elektronika biasa namun dengan komponen yang
telah didesain untuk dapat menahan tegangan tinggi. Tidak lupa ditutup juga
dengan memberikan kesimpulan mengenai pengujian yang telah dilakukan.
Percobaan ketiga yang berjudul Kegagalan Dielektrik Udara memiliki tujuan
untuk mengetahui karakteristik dan pengaruh elektroda-elektroda terhadap
tegangan tembus. Adapun jenis elektroda yang diuji adalah elektroda bola, plat, dan
jarum. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui tegangan tembus pada tiap-tiap
elektroda sehingga diketahui karakteristik masing-masing elektroda untuk
disesuaikan nantinya dengan kebutuhan pada sistem transmisi. Prosedur percobaan
masih tetap sama seperti sebelumnya, tetapi ditambah dengan mengganti jenis
elektroda yang digunakan saat melakukan percobaan secara bergantian. Ditutup
dengan memberikan kesimpulan mengenai pengujian yang telah dilakukan.
Percobaan terakhir Pengujian Efek Polaritas Tegangan Terhadap Breakdown
Dieleketrik Udara. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
polaritas tegangan yang diberikan pada elektroda terhadap tegangan tembusnya.
Setelah dilakukan seluruh percobaan maka praktikan akan mendapatkan data hasil
percobaan sehingga dapat diketahui karakteristik dari seluruh percobaan dimana
hasil yang didapat berbeda-beda.

3.2 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2023 sampai dengan
selesai. Tempat pelaksanaan praktikum dilakukan di Laboratorium Teknik
Tegangan Tinggi Universitas Riau. Berikut rincian waktu dan tempat pelaksanaan
Praktikum Teknik Tegangan Tinggi.
15

Tabel 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Teknik Tegangan Tinggi
Waktu Tempat
No Nama Percobaan
Praktikum Praktikum

Kamis Laboratorium
Pembangkitan dan Pengukuran
1. 31-08-2023 Teknik Tegangan
Tegangan Tinggi AC
08.00-10.00 Tinggi

Kamis Laboratorium
Pembangkitan dan Pengukuran
2. 07-09-2023 Teknik Tegangan
Tegangan Tinggi DC
08.00-10.00 Tinggi

Kamis Laboratorium
3. Kegagalan Dielektrik Udara 14-09-2023 Teknik Tegangan
08.00-10.00 Tinggi

Kamis Laboratorium
4. Pengujian Pengaruh Polaritas 21-09-2023 Teknik Tegangan
08.00-10.00 Tinggi

3.3 Alat dan Bahan


Percobaan yang dilakukan masing-masing bahan memiliki spesifikasi yang
berbeda-beda dan begitu juga fungsi dari bahan tegangan tinggi tersebut, adanya
sepesifikasi pada bahan tegangan tinggi adalah untuk mengetahui fungsi, tata letak
pemakaian dan batas batas kerja bahan tegangan tinggi tersebut. Spesifikasi ini
biasanya terletak pada bagian tubuh transformator atau yang sering disebut sebagai
Name Plate.
Berikut merupakan alat dan bahan yang digunakan selama Praktikum Teknik
Tegangan Tinggi:
16

1. Control Desk
Meja Kontrol atau Control Desk merupakan meja panel kontrol untuk
meletakkan perangkat kontrol sistem pada ruang kendali.
2. Test Transformer (Trafo Uji)
Trafo yang dipakai untuk membangkitkan tegangan tinggi sering disebut
trafo uji. Trafo Uji dengan belitan kopling untuk sambungan kaskade untuk
menghasilkan tegangan AC tinggi. Trafo terdiri dari tiga belitan dengan
cangkang insulasi dan elektroda pelindung aluminium bebas korona atas dan
bawah.
3. Measuring Spark Gap
Measuring Spark Gap adalah alat ukur standar tegangan flashover dengan
menggunakan berbagai susunan elektroda. Ini terdiri dari pengaturan
pendukung seperti peralatan yang dioperasikan dari jarak jauh dan tangan,
untuk memudahkan pengaturan celah.
4. Earthing Switch
Sakelar pembumian yang dioperasikan secara elektrik, untuk pembumian
pengaman otomatis dari kit konstruksi tegangan tinggi saat tidak diberi
energi.
5. Connecting Cup
Connecting cup merupakan elemen konduktif yang berguna untuk
menghubungkan komponen satu dengan yang lain. Empat elemen dapat
dimasukkan dalam posisi horizontal dan dua elemen dalam posisi vertikal.
6. Floor Padestal
Floor pedestal berfungsi sebagai elemen konduktif yang mendukung satu
komponen dapat tegak lurus, juga dapat untuk memasang hingga empat
batang pengatur jarak secara horizontal dan menopang satu komponen secara
vertikal.
7. Connecting Rod
Connecting rod elemen konduktif yang berfungsi sebagai penghubung
komponen satu dengan yang lain.
17

8. Insulating Rod
Insulating rod adalah komponen isolasi yang berbentuk seperti batang
panjang.
9. EL sphere Electrode
Elektroda yang digunakan ada tiga jenis yaitu elektroda bola, elektroda
plat, dan elektroda jarum. Semua elektroda dilengkapi dengan wadah
pelindung khusus.
10. Earth Rod
Earth Rod berfungsi sebagai alat yang berfungsi untuk grounding
peralatan-peralatan tegangan tinggi yang digunakan.
11. Spacer Bar
Spacer bar berfungsi sebagai pengatur jarak atau pemisah beberapa
peralatan praktikum tegangan tinggi yang digunakan.
12. Load Capasitor
Kapasitor Beban dan kapasitor pembagi tegangan tinggi berfungsi untuk
pengukuran tegangan impuls.
13. Measuring Capasitor (Kapasitor Pengukur)
Kapasitor Pengukur adalah pembagi tegangan tinggi untuk pengukuran
tegangan AC.
14. Silicon recttifer
Silicon Recttifer atau dioda ini digunakan sebagai penyearah yang
mengubah tegangan tinggi AC menjadi tegangan tinggi DC. Dioda yang
dipakai dapat berupa dioda tabung hampa atau dioda semi konduktor.
15. Measuring Resistor

Measuring Resistor berfungsi sebagai pembagi tegangan dengan


meghubungkan resistor pengukur dengan voltmeter, sehingga tegangan
tinggi yang hendak diukur tidak terhubung langsung dengan voltmeter.
18

3.3.1 Percobaan I: Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC


Tabel 3.1 Alat dan Bahan Praktikum Percobaan I
No. Deskripsi Komponen Gambar Jumlah

Test Transformator HV
1 1
9105

Measuring Spark Gap HV


2 1
9133

3 Earth Rod HV 9114 1

4 Load Resistor 1

5 Insulating Rod 1

El Sphere Electrode HV
6 1
9133

7 Connecting Cup HV 9109 2


19

8 Floor Padestal HV 9110 1

9 Connecting Rod HV 9108 1

10 Earth Rod HV 9107 1

11 Control Desk HV 9203 1

12 Electrode HV 9138 1
20

3.3.2 Percobaan II: Pembangkitan Dan Pengukuran Tegangan DC


Tabel 3.2 Alat dan Bahan Praktikum Percobaan II

No. Deskripsi Komponen Gambar Jumlah

1 Test Transformator 1

2 Measuring Spark Gap 1

3 Earth Rod 1

4 Load Resistor 1

5 Insulating Rod 1

6 El Sphere Electrode 1

7 Connecting Cup 3

8 Floor Padestal HV 9110 3


21

9 Connecting Rod 1

10 Earth Rod HV 9107 1

11 Silicon Rectifier HV 9111 2

12 Measuring Capacitor 1

13 Impulse Capacitor 1

14 Control Desk HV 9203 1

15 Electrode HV 9138 1
22

3.3.3 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC Kegagalan


Dielektrik Udara
Tabel 3.3 Alat dan Bahan Praktikum Percobaan III

No. Deskripsi Komponen Gambar Jumlah

1 Test Transformator HV9105 1

2 Measuring Spark Gap HV 1

3 Earth Rod 1

4 Load Resistor 1

5 Insulating Rod 1

6 El Sphere Electrode 1

7 Connecting Cup 3

8 Floor Padestal HV 9110 3


23

9 Connecting Rod 1

10 Earth Rod HV 9107 1

11 Silicon Rectifier HV 9111 2

12 Measuring Capacitor 1

13 Impulse Capacitor 1

14 Control Desk HV 9203 1

15 Electrode HV 9138 1
24

3.3.4 Percobaan IV : Pengujian Efek Polaritas Tegangan Terhadap


Breakdown Dieletkrik Udara (Jarum – Plat)
Tabel 3.4 Alat dan Bahan Praktikum Percobaan IV

No. Deskripsi Komponen Gambar Jumlah

1 Trafo Uji HV 9105 1

2 Objek Uji HV 9133 1

3 Control Desk HV 9203 1

4 Connecting Cup HV 9109 3

5 Floor Padestal HV 9110 3

6 Connecting Rod 1

7 AC Peak Voltmeter HV 9150 1

8 Insulting Rod HV 9124 1

9 Earth Rod HV 9107 1

10 Earth Switch HV 9114 1


25

3.4 Prosedur dan Rangkaian Percobaan


3.4.1 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC
A. Prosedur Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC
1. Rangkaialah sesuai gambar 3.1.
2. Pastikan rangkaian telah tersusun dengan tepat.
3. Aturlah jarak antara elektroda bola-bola sebesar 1cm.
4. Aktifkan transformator uji.
5. Naikkan tegangan secara perlahan (menggunakan variabel tegangan)
hingga terjadi percikan/tembus sela bola. Pada saat bersamaan catat
tegangan sisi primer transformator kedalam table percobaan.
6. Untuk jarak sela bola yang sama lakukan percobaan ini sebanyak tiga
kali.
7. Hitunglah dan catatlah besar tegangan pada sela boal (tegangan yang
dibangkitkan) menggunakan kedua jenis metode pada table percobaan.
8. Matikan peralatan, pastikan switch ground telah berfungsi.
9. Kembalikan peralatan pada tempatnya.
10. Catat hasil percobaan pada Lembaran Pengamatan Data, evaluasi dan
kesimpulan.
B. Rangkaian Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC

Gambar 3.1 Rangkaian Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC


(Modul Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Riau 2023)
26

3.4.2 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC


A. Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Tanpa Kapasitor Perata
1. Mulai dengan menyusun rangkaian dari gambar 3.2.
2. Pastikan rangkaian tersusun dengan tepat.
3. Nyalakan mesin kontrol, lalu pastikan tegangan primer pada mesin
menunjukan nilai 0.
4. Naikkan tegangan primer sesuai dengan tabel percobaan.
5. Catat tegangan DC pada voltmeter untuk setiap data tegangan primer.
6. Matikan peralatan. Pastikan switch ground telah bekerja.
B. Rangkaian Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Tanpa Kapasitor Perata

Gambar 3.2 Rangkaian Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Tanpa Kapasitor Perata


(Modul Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Riau 2023)

C. Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Menggunakan Kapasitor Perata


1. Mulai dengan menyusun rangkaian dari gambar 3.3.
2. Pastikan rangakaian tersusun dengan tepat.
3. Nyalakan mesin kontrol, lalu pastikan tegangan primer pada mesin
menunjukkan nilai 0.
4. Naikkan tegangan primer sesuai dengan tabel percobaan.
5. Catat tegangan DC pada voltmeter untuk setiap data tegangan primer.
6. Matikan peralatan. Pastikan switch ground telah bekerja.
7. Catat hasil percobaan pada Lembaran Pengamatan Data, evaluasi dan
kesimpulan.
27

D. Rangkaian Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Menggunakan Kapasitor


Perata

Gambar 3.3 Rangkaian Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Menggunakan Kapasitor


Perata (Modul Praktikum Teknik Tegangan TinggiUniversitas Riau 2023)

3.4.3 Kegagalan Dielektrik Udara


A. Prosedur Kegagalan Dielektrik Udara
1. Susun rangkaian seperti gambar 3.4.
2. Gunakan jenis elektroda menurut tabel (bola, jarum, atau plat).
3. Nyalakan mesin kontrol dengan memutar kunci pada switch on dan
menekan tombol power.
4. Setting jarak elektroda dari mesin kontrol sesuai dengan tabel.
5. Setelah jarak disetting, nyalakan primary trafo, lalu nyalakan secondary
trafo.
6. Setelah trafo primary dan secondary menyala, atur besar tegangan
melalui switch tegangan (gunakan switch yang sebelah kanan). Anggota
kelompok harus mengamati besar tegangan sekaligus elektroda. Jika
terjadi lompatan listrik pada elektroda, catat besarnya tegangan dan
langsung mengurangi besar tegangan menggunakan switch sampai
besar tegangan 0.
7. Ulangi langkah 2 sampai 6 untuk jenis elektroda lainnya.
8. Selesai.
28

9. Matikan peralatan, pastikan switch ground telah berfungsi.


10. Catat hasil percobaan pada Lembaran Pengamatan Data, evaluasi dan
kesimpulan.
B. Rangkaian Kegagalan Dielektrik Udara

Gambar 3.4 Rangkaian Kegagalan Dielektrik Udara (Modul PraktikumTeknik Tegangan


Tinggi Universitas Riau 2023)

3.4.4 Pengujian Pengaruh Polaritas


A. Prosedur Pengujian Pengaruh Polaritas Positif-Negatif
1. Rangkailah sesuai gambar 3.5.
2. Pastikan rangkaian telah tersusun dengan tepat.
3. Aturlah jarak antara elektroda jarum-plat sebesar 1 cm.
4. Naikkan tegangan menggunakan variabel tegangan hingga terjadi
percikan/tembus listrik pada sela elektroda.
5. Catatlah tegangan tembus terukur pada elektroda pada tabel percobaan.
6. Setelah prosedur di atas selesai, ulangi langkah 4-8 untuk beberapa
jarak sela elektroda.
7. Catat hasil percobaan pada Lembaran Pengamatan Data, evaluasi dan
kesimpulan.
29

B. Rangkaian Pengujian Pengaruh Polaritas Positif-Negatif

Gambar 3.5 Rangkaian Pengujian Pengaruh Polaritas Positif -Negatif (Modul Praktikum
Teknik Tegangan Tinggi Universitas Riau 2023)

C. Prosedur Pengujian Pengaruh Polaritas Negatif-Positif


1. Rangkailah sesuai gambar 3.6.
2. Pastikan rangkaian telah tersusun dengan tepat.
3. Aturlah jarak antara elektroda jarum-plat sebesar 1 cm.
4. Naikkan tegangan menggunakan variabel tegangan hingga terjadi
percikan/tembus listrik pada sela elektroda.
5. Catatlah tegangan tembus terukur pada elektroda pada tabel percobaan.
6. Setelah prosedur di atas selesai, ulangi langkah 4-8 untuk beberapa
jarak sela elektroda.
7. Catat hasil percobaan pada Lembaran Pengamatan Data, evaluasi dan
kesimpulan.
30

D. Rangkaian Pengujian Pengaruh Polaritas Negatif-Positif

Gambar 3.6 Rangkaian Pengujian Pengaruh Polaritas Negatif-Positif (Modul Praktikum


Teknik Tegangan Tinggi Universitas Riau 2023)
1631

3.1 Diagram AlirAlir


3.5 Diagram Percobaan
Pengujian

Mulai

Studi Literatur:
1. Buku
2. Jurnal
3. Modul
Praktikum

Responsi

Rangkai Peralatan Sesuai Modul


Praktikum

Lakukan Pengujian

Terjadi tegangan Belum


tembus

Sudah

Catat Data Hasil Pengujian

Matikan kembali Peralatan

Analisa Data yang diperoleh

Selesai

Gambar 3.7 Diagram Alir Praktikum Teknik Tegangan Tinggi


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC


Percobaan Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi AC bertujuan
untuk memahami dan mengetahui bagaimana cara membangkitkan sebuah
tegangan tinggi AC. Tegangan tinggi AC dapat dihasilkan dengan memanfaatkan
trafo tegangan tinggi. Pengujian tegangan tinggi AC menggunakan trafo uji dengan
rasio belitannya 1 pada sisi primer berbanding 450 pada sisi sekunder (1: 450).
Tegangan pada sisi primer dibangkitkan menjadi 450 kali lebih besar pada sisi
sekundernya.
Pada pengukuran tegangan tinggi AC ini menggunakan metode sela bola
standar dengan cara memanfaatkan standar tegangan tembus sela bola yang sudah
diketahui IEC 60052 (suhu udara 30° C dan tekanan udara 760 mmHg). Pada
percobaan ini sela bola diukur pada jarak 1 cm dengan 3 kali pengujian.
Pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi ini dimaksudkan untuk mengadakan
pengujian-pengujian masalah yang kaitannya dengan tegangan tinggi seperti
menentukan kualitas bahan kelistrikan dalam hal keamanan, ketahanan, dan
efisiensi.
Berdasarkan data pengukuran yang didapat pada percobaan pembangkitan
dan pengukuran tegangan tinggi AC ini maka perhitungan nilai tegangan yang
didapat pada percobaan ini adalah :
Pengujian 1:
𝑉𝑖𝑛 = 52 Volt
𝑉𝑠 = 450 x 52
= 23,4 kV
0,386 𝑥 760
𝑉𝑜𝑢𝑡 = x 23,85
273+30

= 22,65 Kv

32
33

Pengujian 2:
𝑉𝑖𝑛 = 55 Volt
𝑉𝑠 = 450 x 54
= 24,75 kV
0,386 𝑥 760
𝑉𝑜𝑢𝑡 = x 24,75
273+30

= 23,96 kV

Pengujian 3:
𝑉𝑖𝑛 = 58 Volt
𝑉𝑠 = 450 x 58
= 26,1 kV
0,386 𝑥 760
𝑉𝑜𝑢𝑡 = x 26,1
273+30

= 25,27 kV

Maka dari hasil data dari nilai di atas ini di rata-rata:


52+55+58
𝑉𝑖𝑛 rata−rata = = 55 V
3
23,4+24,75+26,1
𝑉𝑠 rata−rata = = 24,75 kV
3
22,65 +23,96+25,27
𝑉𝑜𝑢𝑡 rata−rata = = 23,96 kV
3

Setelah melaksanakan percobaan pembangkitan dan pengukuran tegangan


tinggi AC ini maka kita dapat perbandingan antara pembangkitan tegangan tinggi
AC akan terus berbeda pada saat kita penambahan tegangan tembus pada setiap
pengujian. Kemudian, maka dapat kita lihat ketika dilihat plasmanya semakin
tinggi tegangan tembus semakit terang atau besar tembus listrik pada bola.

4.2 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC


Pada percobaan ini dilakukan pembangkitan tegangan tinggi DC dengan
memanfaatkan penggunaan diode sebagai penyearah yang mampu mengubah
tegangan AC menjadi tegangan DC. Pada Percobaan ini dilakukan dua buah
pengujian yaitu dengan kapasitor dan tanpa kapasitor. Kapasitor sebagai filter
34

digunakan untuk mengurangi riak pada keluaran DC yang akan memperhalus


tegangan DC yang dihasilkan.
4.2.1 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC Menggunakan
Kapasitor
Pengujian 1:
Vin = 60 Volt
Vout = 60 x 450 x √2
= 38,18 kV
2
VDC = 3,14 x 38,18

= 24,30 kV

Pengujian 2:
Vin = 61 Volt
Vout = 61 x 450 x √2
= 38,82 kV
2
VDC = 3,14 x 38,82

= 24,71 kV

Pengujian 3:
Vin = 62 Volt
Vout = 62 x 450 x √2
= 39,45 kV
2
VDC = 3,14 x 39,45

= 25,12 kV
Maka dari hasil dari nilai ini di rata-rata :
60+61+62
𝑉𝑖𝑛 rata−rata = = 61 V
3
38,18 +38,82 +39,45
𝑉𝑜𝑢𝑡 rata−rata = = 38,82 kV
3
24,31 +24,72+25,12
𝑉DC rata−rata = = 24,71 kV
3
35

4.2.2 Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC Tanpa Kapasitor


Pengujian 1:
Vin = 64 Volt
Vout = 64 x 450 x √2
= 40,73 kV
2
VDC = 3,14 x 40,73

= 25,93 kV

Pengujian 2:
Vin = 65 Volt
Vout = 65 x 450 x √2
= 42,37 kV
2
VDC = 3,14 x 42,37

= 26,34 kV

Pengujian 3:
Vin = 66 Volt
Vout = 66 x 450 x √2
= 42,002 kV
2
VDC = 3,14 x 42,002

= 26,74 kV
Maka dari hasil dari nilai ini di rata-rata :
64+65+66
𝑉𝑖𝑛 rata−rata = = 65 V
3
40,73 +41,37 +42,002
𝑉𝑜𝑢𝑡 rata−rata = = 41,37 kV
3
25,93 +26,34+26,74
𝑉DC rata−rata = = 26,34 kV
3

Setelah melaksanakan percobaan maka didapat perbandingan antara


pembangkitan tegangan tinggi DC menggunakan kapasitor penyearah dan tanpa
36

menggunakan kapasitor penyearah yaitu tegangan yang dihasilkan oleh


pembangkitan tegangan tinggi DC menggunakan kapasitor penyearah lebih halus
daripada tanpa menggunakan kapasitor penyearah dan juga suara yang dihasilkan
oleh pembangkitan tegangan tinggi DC menggunakan kapasitor penyearah lebih
halus daripada tanpa menggunakan kapasitor penyearah.
4.3 Kegagalan Dielektrik Udara
Pada sistem pembangkitan tenaga listrik, kegagalan isolasi adalah masalah
yang umumnya sering terjadi. Hal ini terjadi karena banyak faktor baik internal
seperti kerusakan atau kecacatan pada bahan dielektrik atau isolasi maupun faktor
eksternal seperti faktor alam, hewan, dan manusia. Pada percobaan ini digunakan
tiga pengujian dengan penggunaan jenis elektroda yang berbeda seperti bola-bola,
jarum-jarum, dan plat-plat. Adapun pengujian dengan menggunakan tiga jenis
elektroda ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik elektroda terhadap tegangan
tembus.
4.3.1 Kegagalan Dielektrik Udara Menggunakan Elektroda Bola
Pengujian 1:
Vin = 54 Volt
Vout = 54 x 450 x √2
= 34,37 kV
2
VDC = 3,14 x 34,37

= 21,88 kV

Pengujian 2:
Vin = 59 Volt
Vout = 59 x 450 x √2
= 37,55 kV
2
VDC = 3,14 x 37,55

= 23,91 kV
37

Pengujian 3:
Vin = 63 Volt
Vout = 63 x 450 x √2
= 40,09 kV
2
VDC = 3,14 x 40,09

= 25,52 kV

Maka dari hasil dari nilai ini di rata-rata :


54 +59+63
𝑉𝑖𝑛 rata−rata = = 58,7 V
3
34,37 +37,55 +40,09
𝑉𝑜𝑢𝑡 rata−rata = = 37,37 kV
3
21,88 +23,91+25,52
𝑉DC rata−rata = = 23,79 kV
3

4.3.2 Kegagalan Dielektrik Udara Menggunakan Elektroda Plat


Pengujian 1:
Vin = 41 Volt
Vout = 41 x 450 x √2
= 26,09 kV
2
VDC = 3,14 x 26,09

= 16,61 kV

Pengujian 2:
Vin = 42 Volt
Vout = 42 x 450 x √2
= 26,73 kV
2
VDC = 3,14 x 26,73

= 17,02 kV
38

Pengujian 3:
Vin = 45 Volt
Vout = 45 x 450 x √2
= 28,63 kV
2
VDC = 3,14 x 28,63

= 18,23 kV

Maka dari hasil dari nilai ini di rata-rata :


41 +42+45
𝑉𝑖𝑛 rata−rata = = 42,7 V
3
26,09 +26,73 +28,63
𝑉𝑜𝑢𝑡 rata−rata = = 27,17 kV
3
16,61 +17,02 +18,23
𝑉DC rata−rata = = 17,30 kV
3

4.3.3 Kegagalan Dielektrik Udara Menggunakan Elektroda Jarum


Pengujian 1:
Vin = 26 Volt
Vout = 26 x 450 x √2
= 16,55 kV
2
VDC = 3,14 x 16,55

= 10,54 kV

Pengujian 2:
Vin = 36 Volt
Vout = 36 x 450 x √2
= 22,91 kV
2
VDC = 3,14 x 22,91

= 14,58 kV
39

Pengujian 3:
Vin = 39 Volt
Vout = 39 x 450 x √2
= 24,82 kV
2
VDC = 3,14 x 24,82

= 15,80 kV

Maka dari hasil dari nilai ini di rata-rata :


26 +36+39
𝑉𝑖𝑛 rata−rata = = 33,7 V
3
16,55 +22,91 +24,82
𝑉𝑜𝑢𝑡 rata−rata = = 21,45 kV
3
10,54 +14,58 +15,80
𝑉DC rata−rata = = 13,66 kV
3

Setelah dilakukan pengujian kegagalan dielektrik dapat diketahui perbedaan


tegangan tembus pada tiap-tiap elektroda. Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui
bahwa tegangan tembus pada elektroda bola-bola lebih besar dari pada elektroda
plat-plat dan elektroda jarum-jarum memiliki tegangan tembus yang paling kecil .
Hal ini terjadi karena beberapa hal yaitu seperti luas penampang atau bentuk
daripada elektroda yang digunakan.
Jika di antara elektroda diterapkan suatu tegangan, maka akan timbul suatu
medan listrik yang mempunyai besar dan arah tertentu. Karena adanya medan listrik
tersebut, maka elektron – elektron bebas yang ada di udara akan mendapatkan
energi yang cukup kuat untuk menimbulkan proses ionisasi. Elektroda yang
memiliki bagian yang runcing cenderung memiliki medan listrik yang tinggi karena
distribusi medan listrik tidak tersebar merata sehingga konduktor yang runcing
cenderung mudah untuk terjadinya tegangan tembus.

4.4 Pengujian Pengaruh Polaritas


Pada percobaan ini bertujuan untuk menguji adakah pengaruh polaritas
tegangan terhadap tegangan tembus antar dua elektroda. Dari percobaan tersebut
telah diperoleh data pengukuran sesuai kuantitas percobaan yakni 2 kali percobaan
40

untuk rangkaian forward bias dan reverse bias atau menggunakan dua buah
elektroda yang diberikan polaritas positif-negatif dan polaritas negatif-positif. Hal
ini bertujuan untuk menguji apakah polaritas yang diberikan pada elektroda
mempengaruhi tegangan tembus.
4.4.1 Pengujian Pengaruh Polaritas Positif – Negatif (Forward Bias)
Pengujian 1:
Vin = 26 Volt
Vout = 26 x 450 x √2
= 16,54 Kv
2
VDC = 3,14 x 16,54

= 10,53 kV

Pengujian 2:
Vin = 27 Volt
Vout = 27 x 450 x √2
= 17,18 kV
2
VDC = 3,14 x 17,18

= 10,94 kV

Pengujian 3:
Vin = 28 Volt
Vout = 26 x 450 x √2
= 17,81 kV
2
VDC = 3,14 x 17,81

= 11,34 kV

Maka dari hasil dari nilai ini di rata-rata :


26 +27+28
𝑉𝑖𝑛 rata−rata = = 27 V
3
16,54+17,18 +17,81
𝑉𝑜𝑢𝑡 rata−rata = = 17,17 kV
3
41

10,53 +10,94 +11,34


𝑉DC rata−rata = = 10,93 kV
3

4.4.2 Pengujian Pengaruh Polaritas Negatif – Positif (Reverse Bias)


Pengujian 1:
Vin = 36 Volt
Vout = 36 x 450 x √2
= 22,91 Kv
2
VDC = 3,14 x 22,91

= 14,59 kV

Pengujian 2:
Vin = 37 Volt
Vout = 37 x 450 x √2
= 23,54 Kv
2
VDC = x 23,54
3,14

= 14,99 kV

Pengujian 3:
Vin = 38 Volt
Vout = 38 x 450 x √2
= 24,18 Kv
2
VDC = 3,14 x 24,18

= 15,40 kV

Maka dari hasil dari nilai ini di rata-rata :


36+37+38
𝑉 𝑖𝑛 rata−rata = = 37 V
3
22,91 +23,54 +24,18
𝑉𝑜𝑢𝑡 rata−rata = = 23,54 kV
3
14,59 +14,99 +15,40
𝑉DC rata−rata = 3
= 14,99 kV
42

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa saat polaritas negatif


(reverse bias) tegangan tembusnya lebih besar dari pada pada saat polaritas positif
(forward bias). Hal ini dikarenakan pada saat polaritas negatif elektroda jarum
bermuatan negatif dan elektroda plat bermuatan positif, pelepasan muatan dari
elektroda plat ke elektroda jarum lebih sulit karena luas penampang pada elektroda
plat lebih besar sehingga tegangan tembus yang dibutuhkan besar. Sedangkan, pada
polaritas positif elektroda jarum bermuatan positif dan elektroda plat bermuatan
negatif, pelepasan muatan dari elektroda jarum ke elektroda plat lebih mudah
karena luas penampang pada elektroda jarum lebih kecil sehingga tegangan yang
dibutuhkan untuk menembus dielektrik udara lebih kecil
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan seluruh percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada Pengujian Tegangan Tinggi AC, dapat diketahui bahwa pengukuran
dan pembangkitan tegangan tinggi AC dipengaruhi oleh rasio trafo uji
yang mana jika kita naikkan tegangan pada trafo sehingga terjadi percikan
pada bola dan terjadi tembus listrik. Jika tegangan yang diterapkan
melampaui kapasitas isolasi udara maka dalam beberapa waktu dalam
mikrodetik sela bola akan tembus. Gejala tembus listrik dapat terjadi
ketika tegangan yang diberikan sudah mencapai tegangan tembus.
2. Pada Pengujian Tegangan Tinggi DC, hampir sama dengan pengujian
sebelumnya namun yang membedakan adalah jenis tegangan yang di uji
yang mana adanya penambahan dioda sebagai penyearah sehingga
diperoleh pada pengujian menggunakan dioda ini saat terjadinya tembus
listrik atau percikan listrik, plasma yang dihasilkan lebih halus bunyinya
dibandingkan dengan tanpa menggunakan kapasitor.
3. Pada pengujian kegagalan dielektrik udara menggunakan berbagai macam
elektroda seperti plat, jarum, bola, didapat kegagalan dielektrik yang cepat
pada saat pengujian menggunakan elektroda jarum dikarenakan ujung
media jarum sangat kecil dan runcing yang membuat kegagalan dielektrik
lebih cepat terjadi. Dan diperoleh bahwa elektroda bola memiliki tegangan
tembus yang lebih tinggi dibandingkan elektroda plat dan jarum. Hal ini
dipengaruhi oleh luas penampang dan bentuk elektroda.

43
44

4. Pada pengujian pengaruh polaritas dibagi menjadi 2 bagian yaitu positif


dan negatif. Perbandingan yang didapatkan yaitu pada elektroda jarum-
plat polaritas negatif-positif memiliki tegangan tembus yang lebih tinggi
dibandingkan dengan polaritas positif-negatif hal ini karena luas
penampang elektroda plat lebih lebar dibandingkan dengan luas
penampang elektroda jarum sehingga lebih mudah untuk melepas muatan-
muatannya. Hal ini berbanding terbalik jika diberikan polaritas negatif-
positif dimana elektroda plat lebih sulit untuk melepas muatan ke elektroda
jarum karena luas penampang elektroda jarum yang lebih kecil.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum teknik tegangan tinggi
yang telah dilaksanakan ini adalah sebaiknya selalu mengadakan pengecekan alat
secara berkala, agar mengetahui alat mana saja yang rusak dan tidak, sehingga tidak
menghambat pada saat dilakukannya pengujian tes percobaan. Pembaruan alat-alat
yang kabelnya sudah rusak, atau memperbaiki misalnya seperti Measuring Spark
Gap HV 9133 yang kabelnya telah longgar. Dan terakhir akan lebih bagus jika
diadakan fasilitas seperti AC dan kipas agar saat praktikum, asisten laboratorium
dan praktikan lebih nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, N. S. B., Syakur, A., & Nugroho, A. (2018). Perancangan Pembangkit


Tegangan Tinggi DC dengan Metode Cockcroft-Walton Tipe Fullwave.
Transient: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 7(2), 442–448.
Pravitasari, C. D. C., Syakur, A., & Setiyono, B. (2019). Perancangan Pengukuran
Tegangan Tinggi Pada Modul Pembangkit Tegangan Tinggi Impuls.
Transient, 7(4), 1002. https://doi.org/10.14710/transient.7.4.1002-1009
Prihatnolo, S. T., Syakur, A., & Facta, M. (2011). Pengukuran Tegangan Tembus
Dielektrik Udara pada Berbagai Sela dan Bentuk Elektroda dengan Variasi
Temperatur Sekitar. Jurnal Teknik Elektro Undip, 1–8.
Teknik, J., Politeknik, M., & Semarang, N. (2011). Simulasi pembangkitan dan
pengukuran tegangan tinggi dengan menggunakan sela bola. 69–74.
TERCO. (2009). High Voltage Modular Training Set HV 9000 HIGH VOLTAGE
MODULAR TRAINING SET. http://www.terco.se/wp-
content/uploads/2009/09/HV9000-Broschyr_20090513.pdf
Http://repository.unimus.ac.id/2869/3/BAB%202.pdf. (2001). BAB 2 Tinjauan
Pustaka 2.1. Isolator. 4–20, diakses pada 15 September 2022 pukul 21.30
WIB.

45
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

LEMBAR KONTROL PERBAIKAN LAPORAN

A. Nama Dosen : Dr. Fri Murdiya, S.T., M.T


B. Nama Asisten : 1. Abdullah Rizki
2. Desi Wahyuni
3. Faldiman Achmad Fadhly
C. Nama Mahasiswa : 1. Febrico Bethran
2. Agnes Angelika
3. Muhammad Dwifebryan Hyanda
4. Qholbi Binuri Hidayat
5. Rendy Prayoga
D. Kelompok : 04
E. Tempat Praktikum : Laboratorium Tegangan Tinggi

Tanggal
BAB Saran Perbaikan Paraf Asisten
Bimbingan

II

III

IV

Abstrak
Daftar Isi
Tabel
Gambar
Lampiran
Daftar Pustaka
LAMPIRAN 2

LEMBAR PENGAMBILAN DATA

A. Nama Percobaan : Pembangkitan danPengukuran Tegangan Tinggi


Bolak-Balik (AC)

B. Nama Asisten : 1. Abdullah Rizki


2. Desi Wahyuni
3. Faldiman Achmad Fahly

C. Tempat Praktikum : Lab. Tegangan Tinggi

D. Tanggal Praktikum : 31 Agustus 2023

E. Nama Praktikan :

No. Nama Praktikan Tanda Tangan

1 Febrico Bethran

2 Agnes Angelika

3 Muhammad Dwifebryan Hyanda

4 Qholbi Binuri Hidayat

5 Rendy Prayoga
F. Pengambilan Data
Tabel 1 Hasil Pengambilan Data Menggunakan Sela Bola Standar

Tegangan Input Vout Tegangan Yang


Jarak
Vin Rasio Transformator Dibangkitkan
(1 CM)
(Volt) (kV) (kV)
Percobaan 1 53 23,4 22,65
Percobaan 2 55 24,75 23,96
Percobaan 3 58 26,1 25,27
V 55 24,75 23,96

Mengetahui
Asisten Praktikum

( Abdullah Rizki )
LEMBAR PENGAMBILAN DATA

A. Nama Percobaan : Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi


DC

B. Nama Asisten : 1. Abdullah Rizki


2. Desi Wahyuni
3. Faldiman Achmad Fahly

C. Tempat Praktikum : Lab. Tegangan Tinggi

D. Tanggal Praktikum : 7 September 2023

E. Nama Praktikan :

No. Nama Praktikan Tanda Tangan

1 Febrico Bethran

2 Agnes Angelika

3 Muhammad Dwifebryan Hyanda

4 Qholbi Binuri Hidayat

5 Rendy Prayoga
G. Pengambilan Data
Tabel 2 Hasil Pengambilan Data Menggunakan Sela Bola Standar Tanpa
Kapasitor

Tegangan Input Vout Tegangan Yang


Jarak
Vin Rasio Transformator Dibangkitkan
(1 CM)
(Volt) (kV) (kV)
Percobaan 1 60 38,18 24,30
Percobaan 2 61 38,82 24,71
Percobaan 3 62 39,46 25,12
V 61 38.82 24,71

Mengetahui
Asisten Praktikum

( Abdullah Rizki )
H. Pengambilan Data
Tabel 3 Hasil Pengambilan Data Menggunakan Sela Bola Standar Dengan
Kapasitor Perata

Tegangan Input Vout Tegangan Yang


Jarak
Vin Rasio Transformator Dibangkitkan
(1 CM)
(Volt) (kV) (kV)
Percobaan 1 64 40,73 25,93
Percobaan 2 65 41,37 26,34
Percobaan 3 66 42,002 26,74
V 65 41.37 26,34

Mengetahui
Asisten Praktikum

( Abdullah Rizki )
I. Pengambilan Data
Tabel 4 Hasil Pengambilan Data Menggunakan Elektroda Sela Bola Standar

Tegangan Input Vout Tegangan Yang


Jarak
Vin Rasio Transformator Dibangkitkan
(1 CM)
(Volt) (kV) (kV)
Percobaan 1 54 34,37 21,88
Percobaan 2 59 37,55 23,91
Percobaan 3 63 40,09 25,52
V 58,7 37,37 23,79

Mengetahui
Asisten Praktikum

( Abdullah Rizki )
LEMBAR PENGAMBILAN DATA

A. Nama Percobaan : Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi


DC Kegagalan Dielektrik Udara

B. Nama Asisten : 1. Abdullah Rizki


2. Desi Wahyuni
3. Faldiman Achmad Fahly

C. Tempat Praktikum : Lab. Tegangan Tinggi

D. Tanggal Praktikum : 14 September 2023

E. Nama Praktikan :

No. Nama Praktikan Tanda Tangan

1 Febrico Bethran

2 Agnes Angelika

3 Muhammad Dwifebryan Hyanda

4 Qholbi Binuri Hidayat

5 Rendy Prayoga
J. Pengambilan Data
Tabel 4 Hasil Pengambilan Data Menggunakan Elektroda Sela Bola Standar

Tegangan Input Vout Tegangan Yang


Jarak
Vin Rasio Transformator Dibangkitkan
(1 CM)
(Volt) (kV) (kV)
Percobaan 1 54 34,37 21,88
Percobaan 2 59 37,55 23,91
Percobaan 3 63 40,09 25,52
V 58,7 37,37 23,79

Mengetahui
Asisten Praktikum

( Abdullah Rizki )
K. Pengambilan Data
Tabel 5 Hasil Pengambilan Data Elektroda Menggunakan Plat

Tegangan Input Vout Tegangan Yang


Jarak
Vin Rasio Transformator Dibangkitkan
(1 CM)
(Volt) (kV) (kV)
Percobaan 1 41 26,09 16,61
Percobaan 2 42 26,73 17,02
Percobaan 3 45 28,63 18,23
V 42,7 27,17 17,30

Mengetahui
Asisten Praktikum

( Abdullah Rizki )
L. Pengambilan Data
Tabel 6 Hasil Pengambilan Data Menggunakan Elektroda Jarum

Tegangan Input Vout Tegangan Yang


Jarak
Vin Rasio Transformator Dibangkitkan
(1 CM)
(Volt) (kV) (kV)
Percobaan 1 26 16,55 10,54
Percobaan 2 36 22,91 14,58
Percobaan 3 39 24,82 15,80
V 33,7 21,45 13,66

Mengetahui
Asisten Praktikum

( Abdullah Rizki )
LEMBAR PENGAMBILAN DATA

A. Nama Percobaan : Pengujian Efek Polaritas Teagangan Terhadap


Breakdown Dielektrik Udara

B. Nama Asisten : 1. Abdullah Rizki


2. Desi Wahyuni
3. Faldiman Achmad Fahly

C. Tempat Praktikum : Lab. Tegangan Tinggi

D. Tanggal Praktikum : 21 September 2023

E. Nama Praktikan :

No. Nama Praktikan Tanda Tangan

1 Febrico Bethran

2 Agnes Angelika

3 Muhammad Dwifebryan Hyanda

4 Qholbi Binuri Hidayat

5 Rendy Prayoga
M. Pengambilan Data
Tabel 7. Hasil Pengambilan Data Pengujian Pengaruh Polaritas Jarum Positif
(Forward Bias)
Jarak Vin Vm V DC
(1 CM) (Volt) (Kv) (Kv)
Percobaan 1 26 16,54 10,53
Percobaan 2 27 17,18 10,94
Percobaan 3 28 17,81 11,34
Ṽ 27 17,17 10,93

Mengetahui,
Asisten Praktikum

( Abdullah Rizki )
N. Pengambilan Data
Tabel 8. Hasil Pengambilan Data Pengujian Pengaruh Polaritas Jarum Negatif
(Reverse Bias)
Tegangan Vout Rasio
Jarak V DC
Input Vin Transformator
(1 CM) (Kv)
(Volt) (Kv)
Percobaan 1 36 22,91 14,59
Percobaan 2 37 23,54 14,99
Percobaan 3 38 24,18 15,40
Ṽ 37 23,54 14,99

Mengetahui,
Asisten Praktikum

( Abdullah Riki )
LAMPIRAN 3

Gambar 1 Rangkaian Pengukuran Tegangan Tingggi AC Metode Sela Bola


Standar

Gambar 2 Rangkaian Pengukuran Tegangan Tingggi DC tanpa Kapasitor Perata


Gambar 3 Rangkaian Pengukuran Tegangan Tingggi DC dengan Kapasitor
Perata

Gambar 4 Rangkaian Pengukuran Kegagalan Dielektrik Udara menggunakan


Elektroda Bola-bola
Gambar 5 Rangkaian Pengukuran Kegagalan Dielektrik Udara menggunakan
Elektroda Jarum-jarum

Gambar 6 Rangkaian Pengukuran Kegagalan Dielektrik Udara menggunakan


Elektroda Plat-plat
Gambar 7 Rangkaian Pengujian Polaritas Jarum Positif

Gambar 8 Rangkaian Pengujian Polaritas Jarum Negatif

Anda mungkin juga menyukai