Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro
Fakultas Teknik dan Perencanaan Universitas Ekasakti Padang
DISUSUN OLEH :
TAUFIK ISMAIL
1810003421065
Penulis
ii
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah........................................................................ 2
1.6 Metodologi Penelitan ............................................................... 3
1.7 Sistematika Penulisan .............................................................. 3
iv
2.6.3 Thyristor Kondisi On ..................................................... 34
2.6.4 Thyristor Kondisi Off ..................................................... 36
2.7 Rectifier atau Penyearah ....................................................... 37
2.7.1 Teori Dasar Rectifier ...................................................... 37
2.7.2 Penyearah Satu Fasa Setengah Gelombang ................... 37
2.7.3 Penyearah Satu Fasa Gelombang Penuh ........................ 39
2.8 Transformator ........................................................................ 40
2.8.1 Pengertian Transformator ............................................... 40
2.8.2 Prinsip Kerja Transformator Step Up dan Step Down ... 41
2.9 Triode for Alternating Current (TRIAC) ............................... 44
2.9.1 Teori dasar TRIAC ......................................................... 44
2.9.2 Cara Kerja TRIAC ......................................................... 48
2.9.3 Aplikasi TRIAC ............................................................. 48
2.9.4 Rangkaian Switching TRIAC ......................................... 49
v
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 63
5.2 Saran ........................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 2.30 Trafo step down ...................................................................... 43
Gambar 2.31 TRIAC .................................................................................... 44
Gambar 2.32 Struktur dan simbol triac ........................................................ 44
Gambar 2.33 Gelombang triac ..................................................................... 45
Gambar 2.34 Switching triac........................................................................ 49
Gambar 3.1 Rangkaian ESP ......................................................................... 54
Gambar 4.1 Gelombang perhitungan sudut penyalaan TRIAC ................... 62
viii
DAFTAR TABEL
rectifier................................................................................ 56
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran udara merupakan salah satu pencemaran yang dikategorikan
sebagai pencemaran yang sangat berbahaya dan memberikan dampak yang cukup
besar. Hal ini dikarenakan partikel polutan dari pencemaran ini berukuran sangat
kecil sehingga tidak disadari oleh masyarakat. Berdasarkan wujud fisiknya,
pencemar-pencemar yang terdapat di udara tidak hanya berupa gas atau uap,
melainkan dapat juga benda-benda padat sebagai partikel, yaitu berupa debu,asap
dan bau.
Bertambahnya perindustrian yang muncul saat ini menyebabkan tuntutan
akan kebutuhan listrik meningkat. Pada saat ini di indonesia pembangkit listrik
yang paling banyak digunakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Hal ini dikarenakan di indonesia masih banyak terdapat tambang batubara,
minyak bumi dan gas bumi. Namun, yang lebih banyak digunakan adalah
batubara, karena jumlahnya masih cukup banyak dibanding dengan minyak bumi
dan gas bumi.
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap dan selanjutnya berubah bentuk akibat proses
fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun, sehingga batubara
termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Sehubungan dengan itu maka
kelestarian lingkungan sekitarnya harus tetap diperhatikan, karena PLTU dengan
bahan bakar batubara dapat menjadi sumber polusi udara apabila sisa pembakaran
batubara tidak ditangani dengan baik. Abu sisa pembakaran batubara ini
merupakan partikel kecil yang besarnya sebagian besar sekitar 10 |im(2).
Abu hasil pembakaran terbagi menjadi 2 yaitu fly ash dan bottom ash, fly
ash sendiri adalah abu sisa pembakaran pada boiler yang terbawa oleh gas panas
sedangkan bottom ash adalah abu yang jatuh dan tidak terbawa oleh aliran gas
panas.
1
Abu hasil pembakaran batubara biasanya dilepas kan begitu saja ke atmosfer
tanpa lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian yang sangat serius
terhadap pengendalian abu hasil pembakaran batubara ini.
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan alat untuk mengurangi atau
mengkontrol abu terbang. Alat yang paling efektif untuk digunakan adalah
electrostatic precipitator ( ESP).
Berdasarkan latar belakang di atas maka akan dilakukan observasi dengan
judul Analisa Kinerja Electrostatic Precipitator (ESP) Berdasarkan Besarnya
Tegangan Aktual Yang Bekerja Pada PLTU Ombilin 2X100 MW.
2
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu :
1. Terhadap PLTU mempunyai ESP sesuai dengan andal ( analisa dampak
lingkungan).
2. Masyarakat seitar PLTU tidak mengalami pencemaran udara.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menerangkan mengenai latar belakang masalah dari penulisan
proposal penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, batasan
masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
3
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
Berisi mengenai perhitungan efisiensi dari electrostatic precipitator dan
pengaruh besar tegangan yang diberikan terhadap kinerja nya serta hal yang dapat
mengakibatkan perubahan nilai tegangan kerja.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
Gambar 2.1 Proses Konversi Energi Pada PLTU
6
2.2.2 Bagian utama pada PLTU
A. Boiler
Boiler adalah sebuah bejana tertutup dimana panas pembakaran
dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau
steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan
panas ke suatu proses. Boiler berfungsi untuk merubah energi panas
dari bahan bakar menjadi energi panas pada uap, terdiri dari tiga bagian
utama yaitu economizer untuk memanaskan air menuju titik
perpindahan phasa,evaporator untuk merubah phasa air menjadi uap
dan superheater untuk memanaskan lanjut uap tersebut sampai suhu
tertentu.
7
B. Turbin Uap
8
2.2.3 Sistem Penanganan Abu Batu Bara
terdiri dari bottom ash yang terkumpul pada bottom ash hopper, dan fly ash
yang terbawa oleh gas buang yang selanjutnya ditangkap oleh electrostatic
precipitator dan terkumpulpada hopper electrostatic precipitator. Dengan adanya
electrostatic precipitator, diharapkan fly ash yang terbawa oleh gas buang sisa
hasil pembakaran dapat tertangkap secara maksimal sehingga gas buang yang
keluar melalui cerobong (stack) ke atmosfer menjadi bersih.
9
dapat mengurangi sampai dengan 99% abu yang dihasilkan dari proses
pembakaran pada ruang bakar PLTU.
Bahan pencemar (polutan) udara hasil pembakaran batubara merupakan
polutan primer, yaitu merupakan bahan kimia yang masuk secara langsung atau
tak langsung ke udara alamiah dengan tingkat konsentrasi yang membahayakan
kesehatan makhluk hidup, seperti SO2,NO,NO2,CO dan partikulat.
10
menggunakan listrik bertegangan tinggi untuk memisahkan debu yang terkandung
pada aliran gas buang dari pembakaran batubara pada furnance. Secara garis
besar, kinerja electrostatic precipitator ini yaitu memisahkan gas buang yang
mengandung berbagai macam gas dengan partikulat seperti fly ash. Debu-debu ini
dibuat bermuatan negatif agar bisa ditangkap oleh muatan negatif dari collecting
plate. Debu dapat bermuatan negatif karena melewati discharge electrode yang
diberi tegangan HV DC.
Sistem rapping yang telah diatur secara periodik akan memisahkan lapisan
debu yang telah terakumulasi, dari collecting plate maupun dari discharge
electrode. Lapisan debu akan rontok oleh hammer dari rapping system yang
bekerja, dan selanjutnya akan dikumpulkan oleh hopper sebagai tempat
penampungan sementara yang nantinya akan dilanjutkan ke ash handling sistem
PLTU.
11
Gambar 2.5 Prinsip kerja electrostatic precipitator
12
Perforated
Diffuser
Plates
Pelat pada gas distribution system ini harus dijaga dan bebas dari
penumpukan partikel yang berlebih. Penumpukan partikel ini dapat
menyebabkan kegagalan pendistribusian gas pada seluruh elemen sistem
electrostatic precipitator sehingga dapat menurunkan kineija dari
electrostatic precipitator, maka, gas distribution system ini diberlakukan
rapping oleh agar alat ini dapat bekerja dengan baik.
13
biasa disebut dengan tranformator rectifier.
Di dalam cerobong ada alat yang terdapat anoda dan katoda jadi
partikel abu lewat keatas di tangkap dengan anoda katoda, supaya
electroda ada magnet diberi sumber listrik DC dengan diberikan positif
negatif akan menjadi magnet ,ketika abu sudah memiliki ketebalan maka
magnet tidak bisa bekerja maka alat control akan bergetar dan jatuh
hingga bersih kembali tegangan akan di riset kembali.
14
Untuk mengatur control secara otomatis maka pada alat
Microprocessor control module yaitu sistem lengkap terkandung di
dalam sebuah chip yang berfungsi pengontrol rangkaian elektronik, pada
umumnya dapat menyimpan program di dalamnya.
15
besar. Ketika sparking ini terjadi, kekuatan medan listrik akan menurun
sementara. Sedangkan, oversparking akan mengurangi efisiensi dari
pengumpulan gas buang yang terjadi di dalam sistem electrostatic
precipitator. Namun, beberapa tingkat percobaan setting tegangan pada
electrostatic precipitator, dipastikan oleh sparking untuk memastikan
dan mengetahui kekuatan field ketika electrostatic precipitator
beroperasi.
C. Colleting Plate
D. Discharge electrode
16
Gambar 2.10 Proses Pengumpulan Partikel pada Electrostatic
Precipatitaor
E. Rapper
17
collecting plate tetap dalam keadaan bersih dan beroperasi dengan
normal. Tanpa rapping secara periodik, lapisan debu yang terlah
terperangkap akan menebal dengan cepat dan kincrja dari electrostatic
precipitator akan berkurang.
F. Hopper
18
disimpan sementara sebelum selanjutnya akan ditransfer ke tempat
pembuangan akhir. Debu-debu ini harus dipindahkan sesegera mungkin
agar tidak mengeras dan menumpuk sehingga menyebabkan
pemindahannya sulit. Hopper dirancang dengan kemiringan 50° sampai
70° untuk memungkinkan perpindahan debu yang mudah dari atas
hopper ke katup pembuangan.
Dampak emisi debu pada PLTU difokuskan kepada dua kategori yaitu
kesehatan manusia dan lingkungan dalam hal ini kualitas ekosistem.
a. Efek racun terhadap manusia
Zat beracun yang paling dominan baik dari proses bongkar muat melalui
Pelabuhan Tanjung Intan maupun melalui Dermaga PLTU yaitu Arsenik dan
Zinc. Untuk proses bongkar muat melalui Pelabuhan Tanjung Intan, efek racun
Arsenik sebesar 2,11.10-05 DALY dan Zinc sebesar 1,18.10-06 DALY.
Sedangkan untuk proses bongkar muat melalui Dermaga PLTU, efek racun
Arsenik sebesar 1,94.10-08 DALY dan Zinc sebesar 1,99.10-09 DALY. Arsenik
19
merupakan polutan yang muncul baik dari batubara, tanah, maupun dari bahan
bakar kendaraan.
20
e. Efek terhadap pencemaran daratan (terrestrial eco toxicity)
Zat yang paling dominan mencemari daratan dari jalur bongkar muat
batubara melalui Pelabuhan Tanjung Intan yaitu nickel, zinc dan copper.
Sedangkan melalui Dermaga PLTU didominasi oleh nickel dan copper. Jika
dilihat dari faktor kerusakannya, copper memang lebih tinggi dibandingkan
dengan dua zat yang lain, namun perbedaannya tidak begitu jauh sehingga jika
dikalikan dengan jumlah zat yang teremisi ke udara maka efek nickel tetap lebih
besar jika dibandingkan dengan zinc dan copper. Secara total, besarnya efek
kerusakan terhadap daratan dari proses bongkar muat melalui Pelabuhan Tanjung
Intan sebesar 123,513 PDF*m2*year dan melalui dermaga PLTU sebesar 1,19.10-
01 PDF*m2*year.
2.4 Dioda
Dioda adalah sebuah kata majemuk yang berarti dua elektroda, dimana di
berarti dua, dan oda berasal dari elektroda. Jadi, dioda adalah kristal yang
menggabung separuh semikonduktor type-n dan separuh semikonduktor type-p,
atau disebut pula pn junction. Sisi p (Anoda) mempunyai banyak hole (pembawa
mayoritas) dan sisin (Katoda) mempunyai banyak electron (pembawa mayoritas).
Pada saat Dioda tidak diberikan tegangan, terjadi difusi elektron ke segala
arah pada setiap tepi-tepi semikonduktor. Beberapa difusi melewati junction,
sehingga akan tercipta ion positif pada daerah n dan ion negatif pada daerah p.
21
Jika ion-ion ini bertambah banyak, maka daerah di sekitar junction akan terjadi
kekosongan dari elektron bebas dan hole. Daerah ini disebut dengan depletion
layer, atau lapisan pengosongan. Pada suatu saat, depletion layer akan berlaku
sebagai penghalang bagi elektron untuk berdifusi lanjut melalui junction.
Diperlukan tegangan tertentu agar elektron dapat menembus penghalang tersebut,
yang dikenal dengan istilah tegangan offset.
Dioda terbagi atas beberapa jenis antara lain :
1) Dioda germanium
2) Dioda silikon
3) Dioda selenium
4) Dioda zener
5) Dioda cahaya (LED)
Dioda termasuk komponen elektronika yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Beranjak dari penemuan dioda, para ahli menemukan juga
komponen turunan lainnya yang unik. Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu
hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Struktur dioda tidak lain adalah
sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P
dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya
akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.
22
Hampir semua peralatan elektronika memerlukan sumber arus searah.
Penyearah digunakan untuk mendapatkan arus searah dari suatu arus bolak-balik.
Arus atau tegangan tersebut harus benar-benar rata tidak boleh berdenyut-denyut
agar tidak menimbulkan gangguan bagi peralatan yang dicatu. Dioda sebagai
salah satu komponen aktif sangat popular digunakan dalam rangkaian elektronika,
karena bentuknya sederhana dan penggunaannya sangat luas. Ada beberapa
macam rangkaian dioda, diantaranya: penyearah setengah gelombang (half-wave
rectifier). penyearah gelombang penuh (full-wave rectifier), rangkaian pemotong
(clipper). rangkaian penjepit (clamper) maupun pengganda tegangan (voltage
multiplier).
2.5 Transistor
Selain bekerja sebagai penguat, transistor juga dapat bekerja sebagai saklar
transisitor memiliki tiga daerah yang dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut ini
23
Sedangkan transistor dalam keadaan cut off, maka:
a) Tidak ada arus yang mengalir dikolektor = 0Voh
b) Tegangan pada terminal kolektor emitter dengan Vee- yaitu V ce =V ce .
c) Tegangan pada beban dihubungkan seri pada kaki kolektor adalah nol.
Transistor adalah suatu monokristal semikonduktor dimana terjadi dua pertemuan
P-N, dari sini dapat dibuat dua rangkaian yaitu P - N - P dan N-P-N. Dalam
keadaan kerja normal, transistor harus diberi polaritas sebagai berikut:
1. Pertemuan Emitter-Basis diberi polaritas dari arah maju seperti yang
ditunjukkan pada gambar (a).
2. Pertemuan basis-kolektor diberi polaritas dalam arah mundur seperti
ditunjukan pada gambar (b).
24
menyebabkan tegangan kolektor emitter Vce=0 pada keadaan ideal. Dan pada
daerah cut off, nilai resistansi persambungan kolektor emitter secara ideal sama
dengan tak terhingga atau terminal kolektor dan emitter terbuka yang
menyebabkan tegangan Vce sama dengan tegangan sumber Vcc.
2.6 Thyristor
Sejak thyristor pertama, SCR, dikembangkan pada akhir tahun 1957 telah
berkembang cepat banyak komponen bahan semikonduktor daya yang lebih
canggih. Hingga tahun 1970, thyristor konvensional telah digunakan secara
ekslusif pada pengaturan daya terhadap aplikasi industri. Sejak tahun 1970,
banyak tipe komponen bahan semikonduktor daya telah dikembangkan dan
disediakan secara komersial. Komponen-komponen ini dapat dibagi menjadi lima
kategori, adalah berikut ini.
Dioda Daya
Thyristor
Power Bipolar Junction Transistor (BJT)
MOSFET Daya
Insulated-Gate Biporar Transistor (IGBT) dan static Induction
Transistor (SIT)
Thyristor mempunyai tiga buah terminal yaitu: anoda, katoda dan gate.
Ketika suatu arus kecil melewati teminal gate ke katoda, thyristor akan
tersambung. jika terminal tegangan anoda lebih tinggi dari katoda. Begitu katoda
berada pada model tersambung, rangkaian gate tidak lagi memegang kendali dan
thyristor akan tetap tersambung. Ketika thyristor berada pada mode tersambung,
tegangan jatuh majunya sangat kecil, berkisar pada 0.5 sampai dengan 2 Volt.
Thyristor yang tersambung dapat dimatikan dengan membuat tegangan anoda
sama atau lebih kecil dari tegangan katoda: Line-commutated thyristor dimatikan
melalui sifat sinusoidal dari tegangan masukan, dan forced-commutated thyristor
dimatikan dengan rangkaian khusus yang discbut commutated circuitry.
Natural atau line-commutated thyristor tersedia hingga rating 6000 Volt,
3500 A. Turn-offtime (waktu mati) dari highspeed reverseblocking thyristor telah
25
meningkat hingga mungkin mencapai 10 sampai dengan 20µ detik pada thyristor
1200 V, 2000 A. Turn offtime didefinisikan sebagai interval waktu antara saat
arus utama menjadi nol setelah proses pensaklaran eksternal dari rangkaian utama,
dan ketika thyristor mampu.menangani tegangan utama tertentu tanpa dihidupkan.
Thyristor merupakan salah satu tipe komponen semikonduktor yang paling
penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya.
Thyristor biasanya digunakan sebagai saklar, beroperasi antara keadaan non
konduksi ke konduksi. Pada banyak aplikasi, thyristor dapat diasumsikan sebagai
saklar ideal akan tetapi dalam thyristor memiliki batasan dan karakteristik
tertentu. Thyristor merupakan komponen semikonduktor 4 lapisan berstruktur
pnpn dengan tiga pn-junction. Komponen ini memiliki tiga terminal: anoda,
katoda dan gerbang.
26
sambungan J2 akan bocor. Hal ini dikenal dengan avalanche breakdown dan
tegangan VAK tersebut dikenal sebagai forward voltage VBо- Dan karena J, dan.
J3 sudah berada pada kondisi forward bias, maka akan terdapat lintasan pembawa
muatan bebas meelewati ketiga sambungan, yang akan menghasilkan arus anoda
yang besar. Thyristor pada kondisi ini disebut berada pada keadaan konduksi atau
keadaan hidup. Tegangan jatuh yang terjadi dikarenakan tegangan ohrnic antara
empat layer dan biasanya cukup kecil sekitar 1 volt. Pada keadaan on, arus anoda
dibatasi oleh resistansi atau impedansi luar R. Arus anoda harus lebih besar dari
suatu nilai yang disebut latching current 1, agar diperoleh cukup banyak aliran
pembawa rnuatan bebas yang melewati sambungan-sambungan, jika tidak
komponen akan kembali ke kondisi blocking ketika tegangan anoda ke katoda
berkurang. Latching current 1, adalah arus anoda minimum yang diperlukan agar
dapat membuat thyristor tetap pada kondisi hidup begitu suatu thyristor telah
dihidupkan dan sinyal gerbang dihilangkan.
Ketika berada pada kondisi on, thyristor akan bertindak seperti dioda yang
tidak dapat dikontrol. Komponen ini akan terus berada pada kondisi on karena
tidak adanya lapisan deplesi pada sambungan / karena pembawa-pembawa muatan
yang bergerak bebas. Akan tetapi jika arus maju anoda berada dibawah suatu
tingkatan yang disebut holding current / daerah deplesi akan terbentuk disekitar /
karena adanya pengurangan banyak pembawa muatan bebas dan thyristor akan
berada pada keadaan blocking. Holding current terjadi pada orde miliamper dan
lebih kecil dari latching current / Holding current l adalah arus anoda minimum
untuk mempertahankan thyristor pada kondisi on
Ketika tegangan katoda lebih positif dibandingkan dengan anoda,
sambungan hterfoward bias, akan tetapi sambungan dan / akan terreverse bias. Hal
ini seperti dioda-dioda yang terhubung secara seri dengan tegangan balik bagi
keduanya. Thyristor akan berada pada kondisi reverse blocking dan arus bocor
reverse dikenal sebagai reverse current 1, akan mengalir melalui komponen.
27
Gambar 2.19 Rangkaian thyristor
28
Gambar 2.20 Sebuah penahan transistor
1. Regenerasi
Karena susunan hubungan yang khas seperti yang terlihat pada gambar 2.20,
maka kita memperoleh umpan balik positif, yang disebut regenerasi. Perubahan
arus yang terjadi pada sembarang titik di dalam simpul itu akan diperkuat dan
dikembalikan ke titik awal dengan fasa yang sama. Misalnya bila arus basis Q₂
naik, maka arus kolektor Q₂ juga akan naik. Kenaikan arus kolektor ini
mengakibatkan kenaikan pada arus basis yang melalui Q₁. Akibatnya arus
kolektor Q₁ juga akan naik dan arus basis Q₂ menjadi semakin besar. Kenaikan
arus yang berkesinambungan ini akan terus berlangsung sampai kedua transistor
menjadi jenuh. Dalam hal ini, penahan bertindak sebagai sebuah switch yang
tertutup. Dan begitu juga dengan keadaan sebaliknya maka penahan akan
bertindak sebagai sebuah switch yang terbuka.
29
Gambar 2.21 (a) Penahanan yang tertutup (b) Penahanan tertutup
2. Pemicuan (triggering)
Salah satu cara untuk menutup sebuah penahan adalah dengan cara
pemicuan (triggering), yaitu dengan menerapkan prategangan maju pada salah
satu basisnya. Pada gambar memperlihatkan sebuah pemicu yang mengenai basis
dari transistor Q₂. Misalkan penahan masih terbuka, maka tegangan sebesar
tegangan catu pada penahan terbuka dan titik operasinya terletak pada tepi bawah
dari garis beban.
Pada saat A, pemicu sekilas member prategangan maju pada basis Q₂. Arus
kolektor Q₂ dengan segera mengalir dan menimbulkan arus basis melintasi Q₁
Akibatnya, arus kolektor Q₁, juga muncul sekarang, kolektor Q₁ telah dapat
memberikan arus pada basis Q₂, maka pulsa pemicu tidak lagi dibutuhkan. Bila
proses regenerasi telah dimulai, proses itu akan berlangsung terus dengan
sendirinya serta menggerakkan kedua transistor sampai mengalami kejenuhan.
Arus masukan minimum yang diperlukan untuk memulai proses switching
regeneratif ini disebut arus pemicu. Pada saat jenuh, kedua transistor secara ideal
akan tampak seperti terhubungsingkat, dan penahan menjadi tertutup. Idealnya
pada saat sedang tertutup penahan akan mempunyai tegangan nol, dan titik
operasi berada pada tepi atas dari garis beban.
30
3. Penyalaan
Cara yang lain untuk menutup sebuah penahan adalah dengan cara
penyalaan. Cara ini menggunakan tegangan catu yang cukup besar untuk
mendadalkan salah satu dioda kolektornya. Bila keadaan dadal telah terjadi, maka
arus akan mengalir melalui salah satu kolektor dan menjalankan basis dari
transistor yang lain. Pengaruhnya sama seperti bila basis menerima sebuah
pemicu. Walaupun penyalaan dimulai pada saat salah satu dioda kolektor dadal,
peristiwanya berakhir dengan kedua transistorya berada pada keadaan jemih.
Itulah sebabnya digunakan istilah penyalaan.
31
arus atau tegangan picu yang diperlukan untuk menghidupkan SCR yaitu berkisar
antara 2 sampai 4 Volt atau dengan arus 10 sampai 50 mA. Dengan satu kali
terpicu, maka SCR akan berfungsi sebagai penghantar dan akan tetap sebagai
terhubung apabila
Tegangan anoda tidak jatuh ke nol.
Tegangan anoda tidak berubah menjadi polaritas.
Katoda tidak tertukar polaritas.
Kuat arus tidak menuju harga minimum.
32
c) Tegangan tinggi
Jika tegangan foward anoda ke katoda lebih besar dari tegangan maju
breakdown , arus bocor yang dihasilkan cukup untuk membuat
thvristor on. Cara ini merusak dan harus dihindari.
d) dv dt
Jika kecepatan peningkatan tegangan anoda-katoda cukup tinggi, arus
pengisian kapasitor sambungan mungkin cukup untuk membuat thyristor
on Nilai arus pengisian yang tinggi dapat merusak thyristor, dan
komponen dv harus diproteksi melawan dv/dt yang tinggi. Manufaktur
pembuat thyristor akan menentukan berapa besar dv/dt yang dapat
ditangani oleh suatu thyristor.
e) Arus gerbang
Jika suatu thyristor diberi tegangan bias foward, injeksi arus gerbang
dengan menerapkan tegangan gerbang posif antara terminal gerbang dan
katoda akan dapat membuat thyristor on. Ketika arus gerbang di
tingkatkan, tegangan foward blocking akan menurun seperti pada gambar
2.22.
33
Gambar 2.22 memperlihatkan bentuk gelombang arus anoda, yang diikuti
dengan penerapan sinyal gerbang. Ada waktu tunda vang dikenal sebagai turn-on
time ton antara penerapan sinval gerbang dan konduksi sebuah thyristor. ton
didefinisikan sebagai intenal waktu antara 10% nilai arus gerbang keadaan tunak
(0.1 Ig) dan 90% dari arus on-state thyristor keadaan tunak (0, 9 It) .ton adalah
jumlah waktu tunda td dan tr. td didefinisikan sebagai interval waktu antara 10%
arus gerbang (0.1 Ig) dan 10% arus keadaan on thyristor (0.1 It). tr adalah waktu
yang diperlukan agar arus anoda meningkat dari 10% arus keadaan on thyristor
(0.1 It) ke 90% arus keadaan on thyristor (0.9 It)
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika merancang rangkaian kendali
gerbang adalah:
1) Sinyal gerbang harus dihilangkan setelah thyristor dihidupkan. Suatu
sinyal penggerbangan kontinu akan meningkatkan daya yang terbuang
disambungan gerbang.
2) Ketika thyristor dalam kondisi reverse bias, tidak boleh ada sinyal
gerbang. Jika ada sinyal gerbang, thyristor akan rusak karena
peningkatan arus bocor.
3) Lebar pulsa gerbang tg harus lebih lama dari waktu yang diperlukan
untuk arus anoda meningkat ke nilai arus holding Ih. Secara praktis, lebar
pulsa tg biasanya diambil lebih dari waktu turn-on ton dari thyristor.
34
menjadi on.Sampai pada suatu arus gate tertentu, ternyata akan sangat mudah
membuat SCR menjadi on. Bahkan dengan tegangan forward yang kecil
sekalipun. misalnya 1 volt atau lebih kecil lagi. Kurva tegangan dan arus dari
sebuah SCR dapat dilihat pada gambar 2.23.
Pada gambar di bawah terlihat bahwa tegangan breakover (Vbo). jika
tegangan forward SCR mencapai titik ini maka SCR akan menjadi kondisi on.
Lebih penting lagi adalah arus (Ig) yang dapat menyebabkan penurunan tegangan
breakover (Vbo) menjadi lebih kecil dan juga beberapa arus gate (Ig) dan
kolerasinya terhadap tegangan breakover. Pada data sheet SCR, arus trigger gate
ini sering disebut dengan notasi Igt (Gate Trigger Current). Pada gambar juga
ditunjukan arus holding (Ih) yang berfungsi untuk mempertahankan SCR tetap on.
Jadi agar SCR tetap on maka arus forward (If) dari anoda menuju katoda harus
berada di atas parameter ini.
35
2.6.4 Thyristor Kondisi Off
Thyristor yang berada dalam keadaan on dapat dimatikan dengan
mengurangi arus maju ke tingkat dibawah arus holding Ih. Ada beberapa variasi
teknik untuk membuat thyristor off. Pada semua teknik komutasi, arus anoda
dipertahankan di bawah arus holding cukup lama, sehingga semua kelebihan
pembawa muatan pada keempat layer dapat dikeluarkan.
Akibat dua sambungan pn, J1, dan J3, karakteristik turn-off akan mirip
dengan pada dioda, berkaitan dengan waktu pemulihan reverse dan arus
pemulihan reverse puncak dapat lebih besar daripada arus blocking baik
nominal. pada rangkaian konverter line-commutated yang tegangan masuknya
bersifat bolak balik, tegangan balik muncul pada thyristor seketika setalah arus
maju menuju ke nol. Tegangan balik ini akan menegakselerasi proses turn-off,
dengan membuang semua kelebihan muatan dari sambungan pn J1, dan J2.
Sambungan pn dala J2. akan memerlukan waktu yang dikenal sebagai
recombination time untuk mengkombinasi kelebihan pembawa muatan,
tegangan balik negatif akan dapat mengurangi waktu rekombinasi ini,
bergantung pada magnitude dari tegangan balik. Waktu turn-off adalah jumlah
dari reverse recovery time dan recombination time . Pada akhir masa turn-
off, lapisan delplesi terbentuk sepanjang sambungan J2 dan thyristor memperoleh
kembali kemampuan untuk tahanan terhadap tegangan forward. Dalam semua
teknik komutasi, tegangan balik diterapkan pada thyristor selama proses turn-off.
Waktu turn-off merupakan inteval waktu minimum ketika arus keadaan on
berkurang menjadi nol dan ketika thyristor dapat menahan tegangan forward tanpa
menjadi on. bergantung pada nilai puncak dari arus keadaan on dan tegangan
keadaan on sesaat. Reverse recovered charge adalah besar muatan yang harus
dicukupi lagi selama proses turn-off. Nilainya ditentukan dari daerah vang
dicakup oleh aliran arus pengisian balik. Nilai bergantung pada kecepalan
turun arus keadaan on dan nilai puncak arus keadaan on sebelum turn-off.
merupakan sebab dari kehilangan energi dalam komponen.
36
Gambar 2.24 Karakteristik turn off
37
D konduksi mengakibatkan timbulnya tegangan output pada beban dan selama
setengah putaran negatif pada tegangan input, dioda D dalam keadaan tidak aktif
dan tegangan output adalah nol.
(2.1)
(2.2)
38
(2.3)
Arus dioda ։
√ (2.4)
= (2.5)
(2.6)
√
(2.7)
Vdc (2.8)
39
Vm = √ Vac (2.9)
(2.11)
√
Arus output (rms) :
(2.15)
√
2.8 Transformator
40
Gambar 2.28 Rangkaian Transformator
Tegangan listrik yang dihasilkan oleh PLN pada umumnya dapat mencapai
puluhan hingga ratusan kilo Volt dan kemudian diturunkan menjadi 220V seperti
yang kita gunakan sekarang dengan menggunakan sebuah alat yang dinamakan
Transformator. Transformator disebut juga dengan Transformer.
Prinsip kerjanya tidak jauh berbeda antara trafo step up dan step down,
berikut ini adalah gambar grafis dari induksi magnet yang terjadi pada sebuah
trafo:
41
Gambar 2.29 Induksi magnet pada trafo
(2.17)
Dimana :
a = Perbandingan transformasi
Vp = Tegangan pada bagian primer dalam satuan Volt.
Secara sederhana transformator step down yang sederhana terdiri dari dua
bagian trafo yang utama, yaitu kumparan dan inti trafo. Inti trafo umumnya
terbuat dari bahan besi lunak atau ferrit dengan kualitas terbaik. Sementara
42
kumparan transformator terbuat dari tembaga yang dilapisi isolator untuk
menghindari hubungan singkat antar lilitan.
Kumparan pada trafo terdiri dari dua bagian yaitu, kumparan primer dan
kumparan sekunder. Kumparan primer terhubung langsung dengan sumber arus
listrik ac. Sementara kumparan sekunder terhubung ke perangkat atau rangkaian
elektronika.
Kedua kumparan transformator melilit pada inti yang sama sehingga terjadi
proses induksi bersama ketika kumparan primer dialiri arus listrik. Adanya proses
induksi bersama atau mutual induction inilah yang menyebabkan munculnya
tegangan listrik pada kumparan sekunder.
Dengan kata lain, tegangan yang dihasilkan oleh kumparan sekunder trafo
merupakan tegangan induksi akibat adanya aliran tegangan induksi akibat adanya
aliran tegangan pada kumparan primer. Kedua kumparan tersebut tidak terhubung
fisik secara langsung, namun berhubungan secara magnetis.
43
2.9 Triode for Alternating Current (TRIAC)
2.9.1 Teori dasar TRIAC
TRIAC, atau Triode for Alternating Current (Trioda untuk arus bolak-balik)
adalah sebuah komponen elektronik yang kira-kira ekivalen dengan dua SCR
yang disambungkan antiparalel dan kaki gerbangnya disambungkan bersama.
Nama resmi untuk TRIAC adalah Bidirectional Triode Thyristor.
44
Gambar 2.33 Gelombang TRIAC
∫ √
√
(2.18)
(2.19)
√
√
(2.20)
45
Tegangan rms adalah
* ∫ +
( ) (2.21)
( ) (2.22)
( ) (2.23)
√
* +
(2.24)
[ ]
* ( )+ (2.25)
untuk (2.26)
untuk (2.27)
(2.28)
46
Faktor daya adalah
(2.29)
* + (2.30)
Dimana ։
= Tegangan output (Volt)
= Arus SCR rata-rata (Ampere)
= Arus SCR rata-rata maksimum (Ampere)
= Tegangan rms (Volt)
= Arus rms (Ampere)
= Arus SCR rms (Ampere)
= Arus SCR rms rata-rata maksimum (Ampere)
= Arus SCR puncak (Ampere)
= Daya beban (Watt)
= Form factorarus SCR
= Faktor daya
= Sudut penyalaan
47
2.9.2 Cara Kerja TRIAC
Seperti yang sudah mimin sebutkan tadi diatas bahwa TRIAC mempunyai 4
lapias semikonduktor. TRIAC juga mempunyai 4 layer yang diberi nama dengan
NPNP ketika arahnya negatif dan PNPN ketika arahnya positif, TRIAC bertindak
seperti switch sirkuit terbuka ketika peragkat tiga-terminal yang ada pada TRIAC
memblokade atau memblokir arus dalam keadaan OFF, walau TRIAC ini bisa
memblokir arus, namun ia berbeda dengan Thyristor konvensional, ketika dipicu
oleh TRIAC bisa melewatkan arus dua arah. Pulsa gerbang tunggal merupakan
pemicu TRIAC untuk dapat melewatkan dua arus listrik yang berlawan arah.
Pemicuan yang terjadi pada TRIAC akan memunculkan 4
kemungkinan, diantaranya:
I-Mode
Gate Current Negative (-ve) dan MT2 Current Positive (+ve)
I+Mode
Gate Current Positive (+ve) dan MT2 Current Positive (+ve)
III-Mode
Gate Current Negative (-ve) dan MT2 Current Negative (-ve)
III-Mode
Gate Current Positive (+ve) dan MT2 Current Negative (-ve)
48
yang non-simetris dan juga gangguan elektromagnetik yang diciptakan oleh listrik
yang berdaya tinggi itu sendiri.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian yang dipilih adalah PT. PLN (Persero) PLTU Ombilin,
yang beralamatkan di Sijantang Koto, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,
Sumatera Barat 27443.
Keseluruhan proses penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 8 bulan, dimulai
dari bulan Juni 2022 hingga bulan Januari 2023. Kegiatannya meliputi persiapan,
pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporan penelitian. Sesuai
karakter penelitian kualitatif, waktu dan kegiatan penelitian bersifat fleksibel.
Rincian waktu adn jadwal penelitian diuraikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Rincian Waktu dan Jadwal Kegiatan Penelitian
Jadwal/Bulan
Kegiatan
No Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari
Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
1 Judul
Penelitian
Pengajuan
Proposal
Penelitian
2
dan
Bimbingan
Proposal
Seminar
3
Proposal
Pengumpulan
4
Data
Analisis
5
Data
Verifikasi
6
Data
Penyusunan
7 Laporan
Penelitian
Seminar
8
Hasil
9 Revisi
Ujian Skripsi
10
dan Revisi
50
3.3 Pengumpulan Data
Tahapan ini dilakukan untuk mengolah data yang sudah didapat dari hasil
pengumpulan data. Pengolahan data diolah secara manual. Data yang
diolahberupabesar tegangan kerja dari electrostatic precipitator dan besar efisiensi
electrostatic precipitator-nya berdasarkan perubahan tegangan. Hal ini bertujuan
untuk dapat menganalisa efisiensi pada setiap perubahan tegangan kerja
electrostatic precipitator PLTU Ombilin.
51
Mulai
Pengumpulan Data :
- Spesifikasi ESP
- Parameter primer sekunder keluaran trafo rectifier
- Tegangan dan arus aktual pada ESP
Analisa
Kesimpulan
Saran
52
3.6 Rangkaian ESP
* + (3.1)
(3.2)
dimana (3.3)
= 0,707 . √ .
(3.4)
√
53
Langkah-langkah penyelesaian penelitian
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data yang akan dianalisa dari PT. (Persero) PLN Ombilin ini adalah data
dari bekerja nya alat penangkap abu yaitu electrostatic precipitator (ESP), yang
berlokasi di Sijantang Koto, Kecamatan Talawi, kota Sawahlunto, Sumatera Barat
27443.
Dalam penelitian ini diambil data pada tegangan trafo rectifier dan
parameter dari tegangan primer dan sekunder yaitu tegangan keluar nya KV DC
dari trafo rectifier.
Tabel 4.1 Data tegangan input transformer rectifier
RECTIFIER TRANSFORMER-RECTIFIER
TYPE-FULL WAVE BRIDGE STEIN IND. #: J667-07-
60 Kv DC AVG.(FULL LOAD) CLASS - ONAN| MINERAL OIL
1200 MILLIAMPS DC AVG. 1 PH | 50 Hz | 8,5 % IMP.
TRANSFORMER MASS
MAX. AMBIENT։ 40⁰C | RISE: 55⁰C
kVA : 120.0 CORE AND COIL : 1335 LBS.
L.V : 380 V. TANK AND SWITCH : 880 LBS.
H.V : 71400 V. FLUID : 115 U.S GALS. 825 LBS.
L.V WDG. CURR: 315,7 A. TOTAL : 3040 LBS.
H.V WDG CURR : 1.68 A. DATE OF MANUFACTURE : JAN,2008
Adapun data yang di hasilkan dari parameter oleh PT. (Persero) PLN
Ombilin yaitu tengangan keluarnya dari transformer rectifier.
55
4.2 Perhitungan Kinerja ESP
Daya output , Po =
= 44.000 . 0,056
= 2.464 Watt
= 44.000 V
0,0396 A.
√
Dimana
Maka
56
Pada TRIAC diatur sudut penyalaan ( ) dimana dan
* ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
Maka pada TRIAC sudut penyalaan ( ) 110⁰ tidak maksimal karena tegangan
hasil dari trafo adalah 233,2 V.
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
Maka pada TRIAC diatur sudut penyalaan ( ) 11 , bekerja pada sudut penyalaan
karena hasil hitungan sangat mendekati dengan tegangan hasil dari trafo 233,2 V
57
Perhitungan TRIAC dengan sudut penyalaan ( ) 123⁰
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
Maka pada TRIAC sudut penyalaan ( ) 123⁰ tidak bekerja karena tegangan hasil
hitungan dari trafo sangat jauh sehingga tidak maksimal.
Daya Output , Po =
= 55.000 . 0,0344
= 1.892 Watt
= 55.000 V
0,0243 A.
√
58
Dimana
Maka
* ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
Maka pada TRIAC sudut penyalaan ( ) 70⁰ tidak maksimal karena tegangan hasil
dari trafo adalah 291,5 V.
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
59
TRIAC diatur sudut penyalaan ( ) maka , 7
Maka pada TRIAC diatur sudut penyalaan ( ) maka 7 , bekerja pada sudut
penyalaan karena hasil hitungan sangat mendekati dengan tegangan hasil dari
trafo 291,5 V
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
Maka pada TRIAC sudut penyalaan ( ) 80⁰ tidak bekerja karena tegangan hasil
hitungan dari trafo sangat jauh sehingga tidak maksimal.
4.3 Analisa
Berdasarkan data yang diperoleh, dimana tegangan output )
1. = 44 Kv dc
= 0,056 A dc
2. = 55 kV dc
= 0,344 A dc
60
Sudut penyalaan ( dapat diatur dari 0 - 18 , atau 0 – .
Ketika sudut ( = , maka tegangan primer trafo ) = 0V , ) = 0V
dan ) = 0 V.
61
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
Afrian, N., & Ervianto, E. (2015). Analisa Kinerja Electrostatic Precipitator (Esp)
Berdasarkan Besarnya Tegangan De Yang Digunakan Terhadap Pulp and
Paper, 2(2), 1-12.
Jenned, M. L., & Dewi, K. (2017). Analisis Dispersi Polutan Dari Multiple
Sources Operasional Pltu Batubara X Sebagai Media Perhitungan Valuasi
Ekonomi. Jumal Tehnik Lingkungan, 23(2), 53-63.
M. F. Ramadhan (2018) Analisis Nilai Excess air Terhadap Efisiensi Boiler pada
PLTU Batubara Unit Pembangkitan Pelabuhan Ratu 3 x 350 MW, Jakarta:
STTPLN Jakarta
63
LAMPIRAN
64
Gambar 2 Parameter primer sekunder KV DC keluaran trafo rectifier
65
Gambar 3 Cerobong asap
66
Gambar 4 Alat Electrostatic Precipitator (ESP)
67