Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRATIKUM

PENGUKURAN LISTRIK & INSTRUMENTASI


Semester genap tahun akademi 2021/2022

DOSEN PENGAJAR ;
ISKA YANUARTANTI, S.T.,M.T

Oleh:
Nama : NAJIMUDIN

NPM : 21310830010

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKRTO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM KADIRI
KEDIRI
2022
LAPORAN PRATIKUM
RANGKAIAN LISTRIK
Semester genap tahun akademi 2021/2022

DOSEN PENGAJAR ;
ISKA YANUARTI, S.T.,M.T

Patner kerja:

1. NANDA ELSA FERDIANSYAH NPM:21310730036


2. RIKI FEBRI HANSYAH NPM:21310730038
3. OKA RULI PRASTYO NPM:21310730052
4. AHMAD TEGAR RAMADHAN NPM:21310730055
5. MUHAMMAD MUHDORI NPM:21310730056
6. NAJIMUDIN NPM:21310730057

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Atas limpahan rahmat, Hidayat,


Dan anugerah-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini dengan lancar, Benar dan selesai tepat waktu . Tujuan
Penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi nilai tugas Semester II Mata
Kuliah Praktikum Pengukuran listrik & instrumentasi, Selain itu laporan
praktikum ini dapat menjadi referensi bagi kita semua berkenaan .
Penyusun ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Iska
Yanuartanti, S.T., M.T. Selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pengukuran listrik
& instrumentasi atas bimbingannya, Tak lupa juga pada teman-teman mahasiswa
kelas A Semester 2 Prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam
Kadiri, Karena senantiasa menghibur dan membangkitkan semangat penyusun
dalam menyelesaikan makalah ini .
Penyusun berharap laporan praktikum ini bisa menambah
pengetahuan dan dapat menjelaskan kepada kita semua tentang materi
Pengukuran listrik & instrumentasi. Akhir kata, Tak ada gading yang tak retak,
Penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini masih memiliki banyak
kekurangan, Oleh karenanya penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya .

Kediri, 08 Juni 2022

III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................III
DAFTAR ISI.........................................................................................................IV
PERCOBAAN I.......................................................................................................1
INSTRUMENTASI LABORATORIUM................................................................1
I. PERSIAPAN.................................................................................................1
A. MULTIMETER.........................................................................................1
B. OSILOSKOP.............................................................................................2
II. ALAT DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN....................................8
III. PERCOBAAN..............................................................................................8
A. MENGUMPULKAN/ MENCARI SPESIFIKASI TEKNIK 1.................8
B. MENGUKUR ARUS SEARAH...............................................................9
C. MENGUKUR TEGANGAN SEARAH..................................................11
D. MENGUKUR TEGANGAN BOLAK-BALIK......................................12
E. MENGUKUR RESISTANSI..................................................................14
F. MENGUMPULKAN/ MENCARI SPESIFIKASI TEKNIK 2...............15
G. KALIBRASI............................................................................................16
H. MENGUKUR TEGANGAN...................................................................17
I. MENGUKUR BEDA FASA...................................................................18
J. MENGUKUR FREKUENSI...................................................................19
K. MENGUKUR FAKTOR PENGUATAN................................................20
PERCOBAAN II....................................................................................................21
PENGUKURAN TAHANAN DALAM AMPEREMETER.................................21
DAN CARA MEMPERBESAR BATAS PENGUKURAN AMPEREMETER...21
I. DASAR TEORI..........................................................................................21
II. PERALATAN PRAKTIKUM....................................................................22
III. PROSEDUR PERCOBAAN......................................................................22
A. PENGUKURAN TAHANAN DALAM AMPEREMETER..................22
B. MEMPERBESAR BATAS PENGUKURAN AMPEREMETER..........24
PERCOBAAN III..................................................................................................26
PENGGUNAAN RLC METER DALAM PENGUKURAN................................26
I. DASAR TEORI..........................................................................................26

IV
II. PERALATAN PRAKTIKUM...................................................................27
III. PROSEDUR PERCOBAAN.....................................................................28
PENUTUP..............................................................................................................29
KESIMPULAN..................................................................................................29
SARAN..............................................................................................................30
LAMPIRAN...........................................................................................................30

V
PERCOBAAN I
INSTRUMENTASI LABORATORIUM
.
I. PERSIAPAN
A. MULTIMETER.
BEBERAPA CATATAN TENTANG PENGGUNAAN MULTIMETER.
Perhatikan baik‐baik beberapa catatan tentang penggunaan
multimeter berikut ini. Kesalahan penggunaan multimeter dapat
menyebabkan fuse pada multimeter putus. Putusnya fuse dapat
mengakibatkan pemotongan nilai sebesar minimal 10.
1. Dalam keadaan tidak dipakai, selector sebaiknya pada kedudukan
AC volt pada harga skala cukup besar (misalnya 250 volt). Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pakai yang
membahayakan multimeter.
2. Sebelum mulai mengukur suatu besaran listrik memperhatikan
lebih dahulu besaran apakah yang hendak diukur dan kira‐kira
berapakah besaranya, kemudian pilih kedudukan selector dan skala
mana yang akan dipergunakan. Perhatikan pula polaritas (tanda +
dan ‐) bila perlu.
3. Jangan menyambungkan multimeter pada rangkaian, baru
kemudian memilih kedudukan selector dan skala yang akan
digunakan. Jika arus/tegangan melebihi batas maksimal
pengukuran multimeter, fuse dapat putus.
4. Pada waktu mulai melakukan pengukuran arus dan tegangan, bila
tidak dapat dipastikan besarnya arus/ tegangan tersebut, maka
mulailah dari batas ukur yang paling besar. Setelah itu selector
dapat dipindahkan ke batas ukur yang lebih rendah untuk
memperoleh ketelitian yang lebih baik.
5. Pada pengukuran tegangan dan arus, pembacaan meter akan paling
teliti bila penunjukan jarum terletak di daerah dekat skala penuh,
sedangkan pada pengukuran resistansi bila penunjukan jarum

1
terletak di daerah pertengahan skala.
6. Harus memperhatikan: pengukuran resistansi hanya boleh
dilakukan pada komponen atau rangkaian tidak mengandung
sumber tegangan.

B. OSILOSKOP
MENGUKUR TEGANGAN SEARAH DAN TEGANGAN
BOLAKBALIK.
1. Kesalahan yang mungkin timbul dalam pengukuran tegangan,
disebabkan oleh kalibrasi osiloskop, pengaruh impendansi input,
kabel penghubung serta gangguan parasitik.
2. Untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh impedansi
input, dapat digunakan probe yang sesuai (dengan
memperhitungkan maupun dengan kalibrasi dari osiloskop).
3. Besar tegangan sinyal dapat langsung dilihat dari gambar pada
layar dengan mengetahui nilai volt/div yang digunakan.
4. Osiloskop mempunyai impedansi input yang relative besar, jadi
dalam mengukur rangkaian dengan impedansi rendah, maka
impedansi input osiloskop dapat dianggap oleh circuit (impedansi
input osiloskop CRC 5401,1 M ohm parallel dengan 30 pF).

MENGUKUR BEDA FASA


Pengukuran beda fasa antar dua buah sinyal dapat dilakukan
dengan dua cara,yaitu:

1. DENGAN OSILOSKOP DUAL TRACE


a. Sinyal pertama dihubungkan pada kanal A, sedangkan sinyal
kedua dihubungkan pada kanal B dari osiloskop.
b. Pada layar osiloskop akan terlihat bentuk tegangan kedua sinyal

2
tersebut, dimana beda fasanya dapat langsung dibaca dengan cara φ =
Δt/T*360.

2. DENGAN METODA LISSAJOUS


a. Sinyal pertama dihubungkan pada kanal B, dan sinyal kedua
dihubungkan pada kanal A osiloskop.
b. Mengubah mode osiloskop menjadi mode x‐y.
c. Pada layar akan terlihat suatu lintasan berbentuk lingkaran, garis
lurus, atau ellips dimana dapat langsung ditentukan beda fasa
antara kedua sinyal tersebut dengan rumus.

MENGUKUR FREKUENSI
Pengukuran frekuensi suatu sinyal listrik dengan osiloskop dapat
dilakukan dengan beberapa cara, anatara lain:

1. CARA LANGSUNG
a. Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal B osiloskop.
b. Frekuensi sinyal langsung dapat ditentukan dari gambar,
dimana f = 1/T, untuk T = periode gelombang.

3
2. DENGAN OSILOSKOP DUAL TRACE
a. Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A. Generator
dengan frekuensi yang diketahui dihubungkan pada kanal B.
b. Membandingkan kedua gelombang tersebut dengan
menampilkannya secara bersamaan.
c. Frekuensi generator kemudian diubah sampai perioda sinyal
yang diukur sama dengan periode sinyal generator. Pada
keadaan ini, frekuensi generator sama dengan frekuensi sinyal
yang diukur.

3. METODA LISSAJOUS
a. Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A, sedangkan
generator dengan frekuensi yang diketahui (sebagai sinyal
rujukan) dihubungkan pada kanal B.
b. Mengubah mode osiloskop menjadi mode x‐y.
c. Frekuensi generator sinyal kemudian mengatur, sehingga pada
layar didapat suatu lintasan seperti ini.

d. Pada gambar di atas, perbandingan fx:fy adalah 1:2.


e. Cara ini hanya mudah dilakukan untuk perbandingan frekuensi
yang mudah dan bulat (1:2, 1:3, 3:4 dan seterusnya).

4
4. METODA CINCIN MODULASI
a. Menghubungkan generator sinyal sebagai input rangkaian
penggeser fasa.
b. Menyambungkan output rangkaian penggeser fasa ini ke input
kanal Bosiloskop.
c. Menghubungkan input kanal A dengan sinyal yang akan diukur
d. Mengubah mode kerja osiloskop menjadi mode x‐y.

e. Pada layar akan didapat lintasan berbentuk ellips atau lingkaran


dengan puncak‐puncak (lihat gambar). Bila jumlah puncak pada
gambar adalah n, maka fx = n * fy.

f. Metode ini biasa digunakan pada perbandingan frekuensi yang


besar, dimana metoda lissajous sukar digunakan.

5
MENGUKUR FAKTOR PENGUATAN
Ada dua cara pengukuran faktor penguatan yaitu:
1. CARA LANGSUNG
a. Menghubungkan keluaran generator sinyal pada input rangkaian
penguat. Input rangkaian penguat ini juga dihubungkan pada
channel 1 osiloskop.
b. Menghubungkan output rangkaian penguat pada channel 2
osiloskop.
c. Menggunakan mode x‐y.

d. Pada layar osiloskop akan didapat suatu garis lurus dengan sudut
α terhadap sumbu horizontal.
e. Besar faktor penguatan langsung dapat diketahui dari gambar,
dimana penguatan merupakan gradient kemiringan.

2. DENGAN OSILOSKOP DUAL TRACE


a. Generator sinyal dihubungkan pada input rangkaian penguat
yang akandiamati penguatannya, dan pada kanal A osiloskop.
b. Output rangkaian penguat dihubungkan pada kanal B osiloskop.
c. Pada layar akan didapat sinyal input dan output rangkaian
penguat.
d. Dengan mengukur tegangan sinyal input dan sinyal output

6
rangkaian penguat, maka faktor penguatan dapat ditentukan.

MENGAMATI KARAKTERISTIK KOMPONEN DUA


TERMINAL
1. Osiloskop dapat digunakan untuk mengamati karakteristik
tegangan terhadap arus dari suatu komponen dua terminal.
2. Suatu sumber tegangan bolak‐balik dihubungkan pada komponen
dua terminal ini.
3. Tegangan pada komponen dua terminal dihubungkan pada input X
osiloskop, sedangkan tegangan pada resistor R, yang sebanding
dengan besarnya arus yang melalui komponen dua terminal (I =
− VR/R), dihubungkan pada input Y osiloskop.

Keterangan: DUT = Device Under Test

4. Pada layar osiloskop akan didapat grafik, dimana sumbu Y


menyatakan besarnya arus yang melalui komponen dua terminal
dan sumbu X menyatakan besarnya tegangan pada komponen dua
terminal. Pada sumbu y, arus bernilai terbalik sehingga untuk
mendapatkan karakteristik tegangan terhadap arus komponen yang
baik, jangan lupa untuk menekan tombol invert.

7
II. ALAT DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN
1. Multimeter Analog (1 buah)
2. Multimeter Digital (1 buah)
3. Power Supply DC (1 buah)
4. Generator Sinyal (1 buah)
5. Osiloskop (1 buah)
6. Trainer elektronika dasar (1 buah)
7. Kit Osiloskop & Generator Sinyal (1 buah)
8. Kabel 4mm – 4mm (max 5 buah)
9. Kabel BNC – 4mm (2 buah)
10. Kabel BNC – BNC (1 buah)
11. Konektor T BNC (1 buah)

III. PERCOBAAN
A. MENGUMPULKAN/ MENCARI SPESIFIKASI TEKNIK 1
1. Mencatat pada lembar hasil percobaan spesifikasi‐teknik
multimeter yang akan dipergunakan.

8
B. MENGUKUR ARUS SEARAH
1. Menggunakan Trainer Elektronika Dasar. Membuat rangkaian seri
di bawah ini dengan Vs = 6 Volt dan R1 = R2 = 120 ohm.

2. Dengan harga-harga Vs dan R tersebut, menghitung I (tidak


menggunakan Amperemeter) dan mencantumkan hasil perhitungan
tersebut pada Tabel 2.
3. Sekarang mengukur arus searah I tersebut dengan multimeter
analog. (memperhatikan polaritas meter). Menyesuaikan batas ukur
dengan nilai arus terhitung.
4. Melakukan kembali pengukuran arus searah I tersebut
menggunakan multimeter digital.
5. Mengulangi pengukuran arus searah I (langkah 1 – 4) dengan
mengubah nilai resistor sebagai berikut:
a. R1 = R2 = 1,5 kΩ

b. R1 = R2 = 1,5 MΩ

9
Sebelum mengubah nilai R (dan menyambungkan amperemeter ke
rangkaian),pastikan batas ukur amperemeter terpilih dengan tepat.
6. Mencatat semua hasil perhitungan dan pengukuran arus I pada
BCL (Tabel 2)

10
C. MENGUKUR TEGANGAN SEARAH
1. Memperhatikan rangkaian berikut.

2. Membuat rangkaian tersebut dengan Vs = 6V dan R1 = R2 = 120 Ω.

3. Dengan harga‐harga Vs dan R tersebut, menghitung tegangan


Vab (tidak menggunakan Voltmeter), mencantumkan hasil

perhitungan tersebut pada Tabel 3.


4. Kemudian mengukur tegangan Vab dengan multimeter analog.

(memperhatikan polaritas meter). Sesuaikan batas ukur yang


dipilih dengan hasil perhitungan Vab. Batas ukur manakah yang
dipilih? Adakah pengaruh resistansi dalam meter terhadap hasil
pengukuran?
5. Melakukan kembali pengukuran tegangan Vab tersebut
menggunakan multimeter digital.
6. Mengulangi pengukuran tegangan Vab (langkah 1 – 4) dengan
mengubah nilai resistor sebagai berikut:
a. R1 = R2= 1,5 KΩ
b. R1 = R2= 1,5 MΩ
7. Mencatat semua hasil perhitungan dan pengukuran tegangan Vab
tersebut pada lembar hasil percobaan (tabel 3).

11
D. MENGUKUR TEGANGAN BOLAK-BALIK
1. Pada bagian ini akan digunakan generator sinyal untuk
menghasilkan tegangan bolak‐balik dengan frekuensi yang dapat
diubah‐ubah. Mencatat pada lembar hasil percobaan tipe dan
spesifikasi generator sinyal yang dipergunakan.
2. Mengatur frekuensi generator sinyal pada 50 Hz dan amplitude
generator sinyal sebesar 6 Volt rms (diukur dengan multimeter).
3. Membuat rangkaian berikut. Pada rangkaian ini digunakan G
(Generator Sinyal) sebagai sumber tegangan bolak‐balik.

4. Hambatan yang dipiilh adalah R1 = R2 = 120 Ohm.


Menggunakan kedua multimeter analog dan digital secara
parallel untuk mengukur tegangan Vab.
5. Mengukur tegangan Vab pada multimeter analog dan digital,
mencatat pada lembar hasil percobaan (Tabel 4).
6. Melakukan kembali pengukuran tegangan Vab dengan
mengubah frekuensi generator pada : 500 Hz, 5 KHz, 50 KHz,
500 KHz dan 5 Mhz. Pada bagian pengaturan frekuensi
generator ini, tidak perlu terlalu teliti (toleransi sekitar 5%).
Perhatikan bahwa tegangan generator harus tetap sebesar 6
Volt efektif!
7. Mengulangi pengukuran tegangan Vab (langkah 1 – 4) dengan
12
mengubah nilai resistor sebagai berikut:
a. R1 = R2= 1,5 KΩ
b. R1 = R2= 1,5 MΩ
8. Sebelum mengubah nilai R (dan menyambungkan voltmeter
ke rangkaian), memastikan batas ukur voltmeter analog terpilih
dengan tepat.
9. Mencatat semua hasil percobaan di atas pada Tabel 4, analisis
tabel tersebut pada laporan.

13
E. MENGUKUR RESISTANSI
1. Menggunakan Kit Multimeter. Menyalakan multimeter analog
pada fungsinya sebagai ohmmeter. Menghubung singkatkan
kedua probe multimeter dan mengatur dengan pengatur harga nol
sehingga Ohmmeter menunjuk nol. (Umumnya langkah ini harus
dilakukan setiap kali kita mengubah batas mengukur Ohmmeter).
2. Mengukur resistansi R1, R2, R3, R4 dan R5 pada Kit Multimeter
dengan menggunakan Ohmmeter. Menuliskan warna gelang
masing‐masing resistor! Menentukan nilai toleransinya. (Memilih
batas ukur yang memberikan pembacaan pada daerah pertengahan
skala bila skala ohmmeter tidak linier). Menulis hasil pengukuran
ini pada Tabel 11.
3. Melakukan kembali pengukuran kelima resistansi tersebut.
Dengan menggunakan multimeter digital.
4. Membandingkan hasil pengukuran dengan dua macam multimeter
tadi. Menulis hasil analisismu pada laporan.

14
F. MENGUMPULKAN/ MENCARI SPESIFIKASI TEKNIK 2
Mencatat pada lembar hasil percobaan spesifikasi‐teknik osiloskop
yang akan dipergunakan.

15
G. KALIBRASI
1. Menghubungkan output kalibrator dengan input X osiloskop.

2. M e n g u k u r tegangan serta periodenya untuk dua harga


“Volt/Div” dan “Time/Div”, catat ke dalam Tabel 5.
3. Melakukan percobaan ini untuk kanal 1 dan kanal 2.
4. Membandingkan hasil pengukuran dengan harga kalibrator
sebenarnya. Menuliskan analisis pada laporan.

16
H. MENGUKUR TEGANGAN
TEGANGAN SEARAH
1. Mengatur tegangan output dari power supply DC sebesar 2
Volt (mengukur dengan multimeter).
2. Kemudian mengukur besar tegangan ini dengan osiloskop.
3. Menuliskan hasil pengukuran pada Tabel 6.

TEGANGAN BOLAK‐BALIK
1. Mengatur generator sinyal pada frekuensi 1 KHz gelombang
sinus, dengan tegangan sebesar 2 Volt rms diukur dengan
multimeter.
2. Kemudian mengukur tegangan ini dengan osiloskop.
3. menuliskan hasil pengukuran pada Tabel 7.

17
I. MENGUKUR BEDA FASA
1. Menggunakan kit Osiloskop dan Generator Sinyal. Mengatur
generator sinyal pada frekuensi 1 KHz gelombang sinus, dengan
tegangan sebesar 2 Volt peak to peak.

2. Menghubungkan generator sinyal ini dengan input rangkaian


penggeser fasa pada kit praktikum (rangkaian RC).
3. Mengukur beda fasa antar sinyal input dan output rangkaian
penggeser fasa dengan menggunakan:
1) Osiloskop “Dual Trace”
2) Metoda Lissajous
4. Mengganti untuk beberapa kedudukan potensio R.
5. Menuliskan hasil pengukuran pada tabel 8, melakukan analisis
pada laporan.

18
J. MENGUKUR FREKUENSI
1. Menghubungkan kabel power supply AC (colokan listrik) dari
kit praktikum ke jala-jala.
2. Menggunakan keluaran dari osilator (pada kit Osiloskop dan
Generator Sinyal).
3. Mengukur frekuensi osilator f1, f2 dan f3 dengan menggunakan.
a. Cara langsung.
b. Cara lissajous.
4. Menuliskan hasil pengukuran pada tabel 9.

19
K. MENGUKUR FAKTOR PENGUATAN
1. Menggunakan bagian “Penguat” (pada kit Osiloskop dan
Generator Sinyal). Sebagai inputnya, menggunakan
gelombang sinus 10 KHz 2 Vpp dari Generator Fungsi.
2. Mengukur penguatan (Vo/VI) dari sinyal input ke output
menggunakan :
a. Cara Langsung.
b. Dengan osiloskop dual-trace.
3. Menuliskan hasil pengukuran pada Buku Catatan
Laboratorium (Tabel 10).

20
PERCOBAAN II
PENGUKURAN TAHANAN DALAM AMPEREMETER
DAN CARA MEMPERBESAR BATAS PENGUKURAN AMPEREMETER

I. DASAR TEORI
AVOmeter sering digunakan untuk mengukur arus tanpa membuka
rangkaian yang telah terpasang. Untuk itu perlu diketahui besarnya
tahanan dalam pada AVOmeter tersebut. Pengukuran tahanan dalam
diperlukan untuk memperkecil kesalahan dari pembacaan alat ukur.
Disamping itu, Avometer memiliki keterbatasan pengukuran
suatu arus listrik. Untuk memperbesar batas pengukuran, perlu
ditambahkan resistor shunt (Rsh) yang dipasang secara paralel dengan
Amperemeter.

Rumus R Shunt sebagai berikut:

21
Dimana :
Vsh = Tengangan pada R Shunt.
Ish = Arus pada R Shunt
Rsh = R Shunt
Vt = Tegangan total / tegangan diukur
It = Arus total / arus yang diukur
VM = Tegangan yang melewati mA-meter
IM = Arus yang melewati mA-meter
RM = Resistansi dalam mA-meter

II. PERALATAN PRAKTIKUM


A. Multimeter Analog 1 unit
B. Multimeter Digital 2 unit
C. Panel Percobaan Pengukuran Tahanan Dalam Amperemeter
D. Panel Percobaan Memperbesar batas Pengukuran.

III. PROSEDUR PERCOBAAN


A. PENGUKURAN TAHANAN DALAM AMPEREMETER

1. Menyiapkan rangkaian seperti pada gambar diatas.


2. Mengatur tegangan power supply (E) sebesar 2 Volt.

22
3. Mengatur R1 pada posisi maksimum.
4. Menempatkan skala amperemeter pada 2,5 mA.
5. Menghubungkan R2 paralel dengan amperemeter.
6. Mengatur R2 sehingga amperemeter menunjukkan 1,25 mA.
7. Mengukur nilai tahanan R1 dan memasukkan nilai tahanannya
dalam tabel.
8. Melepaskan R2 dari rangkaian, mengukur nilai tahanan R2
dan memasukkan nilai tahanannya dalam tabel.
9. Mengulangi prosedur diatas dengan mengganti tegangan power
supply sebesar 4 volt.

PERINGATAN !!!
Perhatikan polaritas amperemeter dalam melakukan pengukuran
arus listrik

23
B. MEMPERBESAR BATAS PENGUKURAN AMPEREMETER

1. Menyiapkan rangkaian seperti pada gambar diatas (R2 dalam


posisi tidak terhubung).
2. Memasang amperemeter pada skala 25 mA.
3. Mengatur tegangan power supply (E) pada posisi minimum (0
volt) dan menghubungkan pada rangkaian.
4. Mengatur tegangan power supply (E) sampai menunjukan
amperemeter sebesar 12mA.
5. Melepas R2, kemudian m e n g u k u r besarnya tegangan power
supply dan masukkan dalam tabel (rangkaian tanpa R2).
6. Menghubungkan lagi R2 paralel dengan amperemeter dan
mengatur R2 sehingga menunjukkan amperemeter menjadi ½
dari penunjukkan sebelumnya (6 mA).
7. Melepas lagi R2 dari rangkaian, ukur nilai tahanan R2 dan
memasukkan nilai tahanannya dalam tabel.
8. Memasang kembali R2 pada rangkaian, atur tegangan power
supply sampai amperemeter menunjukkan harga 12 mA.
9. Mengukur besarnya tegangan power supply dan memasukkan

24
dalam tabel (rangkaian dengan R2).

25
10. Melepas R2, membaca penunjukkan amperemeter dan
memasukkan pada tabel.
11. Mengulangi prosedur diatas untuk menunjukkan amperemeter
sebesar 10 mA.

26
PERCOBAAN III
PENGGUNAAN RLC METER DALAM PENGUKURAN

I. DASAR TEORI
RLC meter adalah alat ukur elektronika untuk mengukur nilai
resistansi (R), induktansi (L) dan kapasitansi (C) dari suatu komponen.
Penggunaannya tergolong tidak sulit karena sekarang sudah ada RLC
meter yang berbentuk digital sehingga memudahkan pemakai dalam
menggunakannya.

Gambar Alat Ukur RLC meter

Induktansi adalah salah satu sifat utama yang RLC meter akan
menguji. Induktansi adalah perubahan pada aliran arus melalui rangkaian
dan beberapa perangkat seperti resistor mencegah perubahan itu. Ini
disebut gaya gerak listrik. Karena arus listrik menghasilkan medan magnet
yang mengurangi tingkat perubahan pada saat ini, RLC akan mengukur
rasio fluks magnet.
Sebuah RLC juga akan mengukur kemampuan objek untuk terus
memegang muatan listrik. Ini dikenal sebagai capacitance. Meter
dapat menguji jumlah biaya yang disimpanpada suatu titik tertentu yang
dikenal sebagai potensi listrik. Biasanya diukur dalam volt,ini
27
menunjukkan muatan

28
statis yang tepat dalam bidang listrik objek.
Ketika mengukur resistansi listrik yang ketat, RLC meter akan
membantu mengidentifikasi oposisi yang tepat dari saat ini. Sebuah
komponen yang berisi lebar seragam akan memiliki daya tahan sebanding
dengan panjangnya. Hal ini membantu dalam menentukan desain yang
benar dari elemen yang terlibat dengan sirkuit.
Komponen yang sedang diperkenalkan untuk RLC meter ini
dikenal sebagai perangkat yang diuji (DUT). DUT pengujian dilakukan di
berbagai industri untuk memastikan bahwa produk listrik berfungsi
dengan benar. Sebagai contoh, jika suatu sistem video game lepas dari
jalur perakitan, RLC yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan
terakhir dari sistem. Listrik akan diberikan ke perangkat dan meter tes
produk untuk memastikan kelayakan fungsinya
Menguji RLC meter penuh dapat dilakukan dengan sangat cepat
tergantung pada perangkat yang diuji. Pada dasarnya, setelah sumber
tegangan AC diberikan, tegangan dan arus keduanya diukur. Sementara ini
bukan pilihan, sangat mudah untuk pengujian item yang dirakit secara
lengkap, bekerja sangat baik pada komponen individu.
RLC meter tersedia dalam macam format, baik analog dan digital.
Penguji analog biayanya lebih efektif dan dapat dibangun dengan
menggunakan komponen dasar jika diperlukan. Penguji digital
bagaimanapun memberikan pembacaan lebih akurat dan tersedia dalam
ukuran yang lebih kecil dan berat.

II. PERALATAN PRAKTIKUM


A. RLC Meter.
B. Resistor 4 buah.
C. Induktor (L) 4 Buah.
D. Capasitor (C) 4 Buah.
E. Kabel-kabel penghubung.
29
III.PROSEDUR PERCOBAAN
A. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan.
B. menyiapkan komponen-komponen yang akan diukur.
C. Melakukan penghitungan/pembacaan secara manual komponen-
komponen tersebut (sesuai yang tertera pada badan komponen).
D. Kemudian mengukur komponen-komponen tersebut dengan
menggunakan RLC Meter.
E. Mencatat hasil pengukuran tersebut pada tabel hasil percobaan.
F. Membandingkan hasil perhitungan secara manual dengan
pengukuran menggunakan RLC Meter.

30
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Pada percobaan pertama untuk mengukur tegangan dan arus pada suatu
rangkaian searah dan bolak balik menggunakan multimeter analog dan
digital,yang menghasilkan nilai arus dan tegangan berbeda berdasarkan
nilai resistor yang digunakan,semakin besar nilai resistor yang digunakan
maka semakin kecil arus dan tegangan yang mengalir di rangkaian searaah
maupun bolak -balik yang dibaca menggunakan multimeter analog dan
digital. Dan nilai tahanan dari resistor yang di ukur menggunakan
multimeter analog dan digital memiliki selisih yang tidak jauh dari
perhitungan manual dengan melihat warna cincin. Sedangkan yang
menggunakan generator sinyal dan osiloskop hasil pengukuran secara
searah dan bolak-balik berbeda dan untuk mengetahui besar beda fasa dan
bentuk gelombang dual trace dan gelombang lissajous yang di hasilkan,
sekaligus dalam pengukuran frekuensi secar langsung maupun perhitungan
frekuenai yang dihasilkan sama.

2. Pada percobaan ke 2 nilai tahanan saat di rangkai secara paralel


menghasilkan nilai berbeda dari R1 dan R2 yang diberi tegangan yang
berbeda pula. Dan saat pada memperbesar batas pengkuran memberikan
hasil bahwa disaat sebelum di pasang R2 tegangan yang dihasilkan lebih
besar, sedangkan saat di pasang R2 menjadi lebih kecil.

3. Pada percobaan ke 3 pada mengukur kepasitor,resistor dan induktor secara


manual dan menggunakan RLC meter memberikan selisih yang tidak
terlalu jauh. Dan menghitung resistor secara seri menggunakan rumus
RS
=R1+R2+R3+R4. Sedangkan paralel 1/RP =1/R1+1/R2+1/R3+1/R4 dan

31
perhitungan kapasitor kebalikannya resistor.

32
SARAN

1. Penambahan alat praktikum agar praktikum berjalan dengan cepat dan


efisien.

2. Dalam praktikum selanjutnya, diharapkan agar menguasai materi dan


konsep praktikum sebelum memasuki ruangan lab, Untuk Asisten lab
sekiranya memeriksa keadaan alat sebelum digunakan untuk memudahkan
jalannya praktikum, serta teliti dan cermat menggunakan alat dan
memahami cara kerja alat. Untuk laboratium, sebaiknya alat dan modul
praktikum di perbarui sehingga dapat menyesuaikan dengan teknologi
sekatrang.

33
LAMPIRAN

34
35

Anda mungkin juga menyukai