Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGUKURAN DAYA

PRODI S1 TE - FT

Skor Nilai:

NAMA-NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

KELOMPOK 5
Meikel Eduardo Girsang (5203230006)
Agnes M R Situmeang (5203230010)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji & Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
karunia-Nya Makalah ini dapat saya selesai dengan baik. Dan saya berterima kasih kepada
pihak yang terkait atas kerjasamanya dalam melaksanakan Penyusunan Makalah ini.
Makalah ini merupakan tugas yang mengharuskan mahasiswa dalam mempelajari dan
megerti dengan apa yang dimaksud dengan pengukuran daya listrik .
Adapun Makalah ini mengenai mata kuliah ”PENGUKURAN DAYA LISTRIK “ ini
telah saya susun semaksimal mungkin dengan melakuka diskusi dengan rekan kelompok saya,
Saya sangat berharap Makalah ini dapat berguna bagi si pembacanya untuk menambah wawasan.
Demikianlah Makalah ini Saya sajikan, semoga Makalah ini dapat dipahami dan
berguna bagi siapapun yang membacanya. Serta saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari
pembaca,teman-teman serta Dosen Pengampu demi perbaikan Makalah ini di waktu yang akan
datang Terimakasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1


1.2 Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.3 Tujuan Makalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.4 Manfaat Makalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

BAB II LANDASAN TOEORI

2.1 Pengukuran Daya Sistem Tiga Fasa. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2


2.2 Faktor Daya Dan Alat Ukur Faktor. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.3 Pengaruh cos phi terhadap pengukuran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.4 Daya Semu. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
3.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Daya listrik atau dalam bahasa inggris disebut denganElectrical Poweradalah Jumlahenergi yang
diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuitrangkaian. Sumber Energi sepertitegangan listrik
akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban yang terhubung denganyaakan menyerap daya
listrik tersebut, dengan kata lain ,daya listik adalah tingkat konsumsienergi dalam sebuah sirkuit
atau rangkaian listrik. Dengan kata lain, Daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam
sebuah sirkuit atau rangkaian listrik. Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas),
Lampu pijar menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi cahaya
sedangkan Heater mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas.Semakin tinggi nilai
Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya. Pengukuran daya tiga fase dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Pengukuran Daya Tiga Fasa dengan Satu Wattmeter
2. Pengukuran Daya Tiga Fasa dengan Dua Wattmeter
3. Penyambungan Wattmeter secara Tak Langsung

faktor daya adalah cosinus sudut fasa antara tegangan dan arus, dan pengukuran faktor daya
biasanya menyangkut penentuan sudut fasa ini. Pada dasarnya instrumen ini bekerja berdasarkan
prinsip elektrodinamometer, dimana elemen yang berputar terdiri dari dua kumparan yang
dipasang pada poros yang sama tetapi tegak lurus satu sama lain. Kumparan putar berputar di
dalam medan maknetik yang dihasilkan oleh kumparan medan yang membawa arus jalan-jalan

1.2. RUMUSAN MASALAH


1.Penjelasan pengukuran daya 3 fasa
2.Pengertian Alat ukur factor daya?
3.Apa Pengaruh cos phi terhadap pengukuran?
4.Penjelasam Pengukuran daya semu

1.3. TUJUAN
1.Mengetahui apa apa saja yang dimaksud dengan pengukuran daya
2.Megetahui bagaimana pengukuran factor daya
3.Mengetahui pengaruh cos phi terhadap pengukuran
4.Mengetahui tentang pengukuran daya semu
5.Melengkapi tugas pengukuran daya listrik

1.4. MANFAAT MAKALAH


Kita dapat mengatur dan mengukur daya listrik yang kita gunakan

1
BAB II
LANDASAN TEORI

1.1. Pengukuran Daya Sistem Tiga Fasa


Sejauh ini kita baru membahas sistem pengukuran arus, tegangan dan daya pada sistem satu
fasa. Berikut ini akan dibahas pengukuran daya pada sistem jala-jala tiga fasa. Pada sistem
distribusi daya tiga fasa maka dikenal sistem tiga fasa dengan beban seimbang dan sist em
distribusi daya dengan beban tak seimbang. Jenis beban ini akan menentukan cara
melakukan pengukuran daya pada sistem tiga fasa.

1.1.1. Pengukuran Daya Tiga Fasa dengan Satu Wattmeter


Pengukuran daya tiga fasa dengan satu wattmeter hanya dapat diterapkan bila beban tiga
fasa dalam keadaan seimbang (simetris). Beban tiga fasa dikatakan seimbang bila arus yang
mengalir pada setiap fasanya sama, dengan demikian daya yang dipikul oleh setiap fasanya
sama. Sehingga daya totalnya adalah tiga kali daya masing-masing fasa. Misalkan wattmeter
pada gambar 7.8 menunjukkan nilai 1500 watt (1,5 kW) maka daya tiga fasanya adalah 3 x
1,5 kW = 4,5 kW.

Pengukuran Daya Tiga Fasa dengan Tiga Wattmeter

2
Pengukuran daya tiga fasa dengan tiga wattmeter hanya diterapkan bila beban tiga fasa
dalam keadaan tak seimbang (asimetris). Beban tiga fasa dikatakan tak seimbang bila arus
yang mengalir pada setiap fasanya tidak sama, dengan demikian daya yang dipikul oleh
setiap fasanya juga tidak sama. Sehingga daya totalnya adalah penjumlahan daya masing-
masing fasa.
Misalkan wattmeter pertama pada gambar 5.40 menunjukkan nilai 1500 watt (1,5 kW),
wattmeter kedua menunukkan nilai 2 kW dan wattmeter ketiga menunjukkan nilai 1,2 kW,
maka daya tiga fasanya adalah 3,7 kW.

1.1.2. Pengukuran Daya Tiga Fasa dengan Dua Wattmeter

Pengukuran daya tiga fasa dengan dua wattmeter hanya diterapkan bila beban tiga fasa
dalam keadaan tak seimbang (asimetris). Tetapi karena alasan ekonomis maka pengukuran
daya tiga fasa tak simetris dapat dilakukan dengan mengunakan dua wattmeter. Pada cara
dua wattmeter ini saluran netral tidak digunakan. Selanjutnya nilai daya aktif tiga fasanya
didapat dengan menjumlahkan penunjukkan kedua wattmeter tersebut.
Kelebihan lain cara pengukuran daya tiga fasa dengan dua wattmeter adalah, dengan
penunjukkan kedua wattmeter tersebut dapat digunakan juga untuk menentukan daya semu
dan daya reaktif serta sudut geseran fasanya sekaligus, yaitu sebagai berikut:
Misalkan wattmeter pertama pada gambar 7.10 menunjukkan nilai 2,5 kW, wattmeter kedua
menunjukkan nilai 2 kW, maka daya aktif tiga fasa P = 2,8 kW + 1,7 kW = 4,5 kW.
daya reaktif tiga fasa

Daya semu tiga fasa

1.1.3. Penyambungan Wattmeter secara Tak Langsung


Sampai sejauh ini yang kita lakukan adalah penyambungan meter baik ampermeter,
voltmeter dan wattmeter secara langsung. Penyambungan meter secara langsung hanya
dapat diterapkan pada beban rendah. Bagi beban tinggi di mana arus fasanya besar dan
mungkin juga tegangan fasanya, maka dilakukan cara lain yaitu penyambungan meter secara
tidak langsung.

3
Penyambungan secar tidak langsung dilakukan dengan memanfaatkan trafo ukur yang
terdiri dari trafo arus dan trafo tegangan seperti diperlihatkan dalam gambar 7.11.

Trafo ukur merupakan piranti pembantu yang sangat vital dalam pengukuran secara tidak
langsung.Dalam prakteknya trafo ukur telah distandarisasi, yaitu nilai sekunder untuk trafo
arus adalah 5 amper dan nilai sekunder untuk trafo tegangan adalah 100 volt.Sedangkan
untuk nilai primernya tersedia dalam banyak harga untuk memenuhi berbagai kebutuhan
jaringan distribusi tenaga listrik.
Dalam pengukuran secara tidak langsung, perlu memahami benar polaritas dari tarfo ukur
yang digunakan.Kesalahan dalam menentukan polaritas dapat menyebabkan kegagalan
dalam menentukan nilai pengukurannya.Oleh karena perhatikan benar-benar polaritas trafo
arus dan trafo tegangannya.

1.2. Faktor Daya Dan Alat Ukur Faktor


Menurut definisi, faktor daya adalah cosinus sudut fasa antara tegangan dan arus, dan
pengukuran faktor daya biasanya menyangkut penentuan sudut fasa ini. Pada dasarnya instrumen
ini bekerja berdasarkan prinsip elektrodinamometer, dimana elemen yang berputar terdiri dari
dua kumparan yang dipasang pada poros yang sama tetapi tegak lurus satu sama lain. Kumparan
putar berputar di dalam medan maknetik yang dihasilkan oleh kumparan medan yang membawa
arus jalan-jalan. Ini ditunjukkan dalam kerja alat ukur faktor daya.

4
1.2.1. Konstruksi Alat Ukur Faktor Daya
Alat ukur faktor daya kumparan bersilang (crossed-coil power faktor meter) seperti terlihat pada
gambar alat ukur faktor daya. Instrumen ini mempunyai sebuah coil diam, yang terdiri dari F1
dan F2. Dengan dihubungkan seri dengan line supply maka akan dialiri arus. Jelaslah bahwa
medan yang merata akan dihasilkan oleh F1 dan F2, yang sebanding dengan arus line. Pada
medan ini diletakkan moving coil C1 dan C2 yang dipasang pada tangkai atau spindle yang
sama. Kedua moving coil ini adalah coil tegangan C1 yang mempunyai tahanan seri R,
sedangkan coil C2 mempunyai induktansi L. Harga R dan L seperti halnya lilitan C1 dan C2,
diatur sedemikian hingga ampereturn pada C1 dan C2 sama besar. Arus I1 sefasa dengan
tegangan supply V, sedangkan I2 lagging (tertinggal) 90° (atau mendekati 90°) dibelakang V.
Gambar Rangkaian Alat Ukur Faktor Daya Satu Fasa

Gambar Rangkaian Alat Ukur Faktor Daya Satu Fasa

Prinsip Kerja Alat Ukur Faktor Daya Dianggap bahwa power-faktor (p.f) sama dengan satu,
yaitu I (arus) sefasa dengan V (tegangan). Kemudian I1 sefasa dengan I sedangkan I2 lagging
90° terhadap I. Akibatnya timbul sebuah kopel yang bekerja pada C1, menimbulkan gaya gerak
mengarah bidang tegak lurus terhadap sumbu magnit kumparan F1 dan F2. Secara bersamaan
dengan posisi penunjuk pada p.f sama dengan 1. Sedangkan pada C2 tidak ada kopel. Sekarang
anggap bahwa p.f = 0, yaitu I lagging 90° terhadap V. Dalam hal ini I2 dibuat sefasa dengan I
sedangkan I1 berbeda fasa 90° dengan I. Akibatnya, tidak ada kopel pada C1 tetapi akan timbul
kopel pada C2 sehingga bidangnya tegak lurus terhadap sumbu megnetis F1 dan F2.
5
Pada harga p.f pertengahan, simpangan penunjuk akan bersesuaian dengan simpangan sudut p.f,
yaitu F, atau cos F. Jika instrumen ini dikalibrasi langsung menunjukkan besarnya p.f. Pada
beban seimbang 3 fasa, instrumen ini dimodifikasi sedemikian agar C1 dan C2 bersudut 120°
satu sama lain, bukannya 90° seperti pada supply fasa tunggal. Seperti terlihat pada gambar
rangkaian alat ukur faktor daya tiga fasa dibawah, C1 dan C2 dihubungkan seri terhadap fasa
ketiga (sehingga mengalirkan arus line). Karena tidak diperlukan fasa bercelah diantara arus-arus
pada C1 dan C2, I1 dan I2 tidak ditentukan oleh circuit fasa bercelah (fasa splitting), akibatnya
instrumen ini tidak akan berpengaruh oleh perubahan frekuensi maupun bentuk gelombang arus.
Gambar Rangkaian Alat Ukur Faktor Daya Tiga Fasa

Alat ukur faktor daya dengan daun terpolarisasi (polarized vane power-faktor meter) ditunjukkan
dalam sketsa konstruksi gambar 4- 29.Instrumen ini terutama digunakan dalam sistem daya tiga
fasa sebab prinsip kerjanya bergantung pada pemakaian tegangan tiga fasa.
Gambar Alat Ukur Faktor Daya Tipe Daun Terpolarisasi

Kumparan luar adalah kumparan potensial yang dihubungkan ke antaran-antaran sistem tiga fasa.
Penyambungan tegangan tiga fasa ke kumparan potensial menyebabkan bertindak seperti stator
motor induksi tiga fasa sewaktu membangkitkan fluksi magnit berputar. Kumparan ditengah atau
kumparan arus dihubungkan seri dengan salah satu antaran fasa, dan ini mempolariser daun-daun
besi.
6
Daun-daun terpolarisasi bergerak di dalam medan magnit berputar dan mengambil suatu posisi
dimana medan putar pada suatu saat mempunyai fluksi polarisasi paling besar (maksimal). Posisi
ini merupakan indikasi sudut fasa dan berarti indikasi faktor daya. Instrumen ini dapat digunakan
dalam sistem satu fasa dengan syarat bahwa rangkaian pemisah fasa (serupa dengan yang
digunakan dalam motor satu fasa) ditambahkan untuk membangkitkan medan magnit putar yang
diperlukan.

Gambar Konstruksi Faktor Daya (Cos π Meter)

Seperti ditunjukkan pada gambar diatas, alat ukur Cos π meter bagian-bagian eksternalnya
dijelaskan sebagai berikut :
1. Jarum penunjuk
2. Kaca : difungsikan untuk mengeliminir kesalahan parallax dalam pembacaan.
3. Skala : bagian kanan pada beban induktif, faktor dayanya ketinggalan (lag).
4. Skala : bagian kiri pada beban kapasitif, faktor dayanya mendahului (lead).
5. Tabel range tegangan dan arus, tabel ini digunakan untuk memilih tegangan pada
selektor.
6. Terminal arus, salah satu terminal diberi tanda (±) untuk menunjukkan bahwa terminal
ini dihubungkan dengan terminal common tegangan, dan terminal arus yang lain
mengindikasikan ukuran arus terukur.
7. Terminal arus, untuk memilih batas ukur sesuai dengan besaran yang diukur.
8. Selektor tegangan.
9. Terminal tegangan : digunakan untuk menyambungkan tegangan. Terminal common
tegangan diberi tanda (±), dan terminal tegangan yang lain mengindikasikan ukuran
tegangan dipilih.
10. Terminal untuk menghubungkan kawat penghantar.

7
1.3. Pengaruh cos phi terhadap pengukuran

Mengapa Perlu Menerapkan PFC? Karena PFC bisa menghemat uang, yaitu :
• Mengurangi tagihan listrik

• Mengurangi losses I2R pada konduktor
• Mengurangi pembebanan pada trafo
• Meningkatkan tegangan yang ngedrop (memulihkan drop tegangan).

Kebanyakan beban adalah bersifat induktif, dan pasti membutuhkan medan magnet untuk bisa
bekerja. Contoh : motor, trafo, lampu florescent. Medan magnet pasti dibutuhkan, tapi dengan ini
saja tanpa adanya daya aktif, maka peralatan juga tidak mungkin bisa bekerja. Oleh karena itu
pembangkit harus menyuplai daya untuk menghasilkan medan magnet dan daya untuk
memproduksi kerja. Daya untuk menghasilkan medan magnet dinamakan daya reaktif (Q) dan
daya untuk memproduksi kerja disebut daya aktif (P). Keduanya sama-sama harus dibayar.

Cos phi adalah rasio antara KW dan KVA, digambarkan oleh beban listrik dimana KW
adalah daya beban riil dan KVA adalah daya beban semu. Cos phi digunakan untuk mengukur
seberapa efektif arus dikonversi menjadi kerja output dan sebagai indikator yang baik terhadap
effisiensi sistem supply akibat efek arus beban.

Apa Pengaruh PF baik dan PF buruk? Suatu beban dengan pf 1 menghasilkan kondisi paling
effisien dari supply beban. Dan suatu beban dengan pf <1 akan menghasilkan losses yang lebih
besar dalam sistem supply sehingga sistem menjadi tidak effisien. Pf yang rendah dihasilkan oleh
perbedaan phase yang signifikan antara tegangan dan arus pada terminal beban atau ini bisa pula
disebabkan oleh kandungan harmonisa yang tinggi atau berupa bentuk gelombang arus yang
terdistorsi.

Apa Penyebab PF Buruk ? Cos pi yang buruk disebabkan oleh beban induktif antara lain:
motor induksi, trafo daya, lampu ballast, las, furnace induksi. Sedangkan bentuk gelombang arus
yang terdistorsi seringkali dihasilkan oleh beban-beban seperti rectifier, variable speed drive,
switched mode power supply, discharge lighting dan beban elektronic lainnya.

8
Berikut merupakan grafik karakteristik dari Faktor Daya terhadap Arus

1.3.1. Kaitan PF dan Effisiensi


Sebagaimana PF yang ngedrop maka sistem menjadi tidak efisien.Penurunan pf dari 1.0 menjadi
0.9 membutuhkan arus ekstra sebesar 15% dari arus beban yang semestinya.Pada pf 0.7
kebutuhan arus ekstra diluar nilai arus beban yang seharusnya sebesar 43%.Dan pada pf 0.5
kebutuhan arus ekstra sebesar 100%. Dengan kata lain pada pf 0.5 maka arus beban menjadi 2
kali lipat dibanding nilai semestinya. Untuk mengurangi konsumsi daya reaktif, maka perlu
dilakukan peningkatan PF. Jika suatu motor AC memiliki effisiensi 100% artinya motor AC
tersebut hanya mengkonsumsi daya aktif saja, dan hal itu tidak mungkin. Effisiensi terbaik dari
dari motor adalah sebesar antara 75% sampai 80%, tidak lebih dari itu karena motor memang
bekerja pada pf rendah. Ini artinya effisiensi energi maupun effisiensi biaya cukup rendah, sebab
tanpa usaha penambahan kapasitor bank akan menyebabkan pihak PLN mengenakan denda
akibat PF yg rendah.

1.4. Daya Semu

Daya semu atau daya total (S), ataupun juga dikenal dalam Bahasa Inggris Apparent Power,
adalah hasil perkalian antara tegangan efektif (root-mean-square) dengan arus efektif (root-
mean-square).
S = VRMS x IRMS
Tegangan RMS (VRMS) adalah nilai tegangan listrik AC yang akan menghasilkan daya yang sama
dengan daya listrik DC ekuivalen pada suatu beban resistif yang sama. Pengertian tersebut juga
berlaku pada arus RMS. 220 volt tegangan listrik rumah kita adalah tegangan RMS (tegangan
efektif). Secara sederhana, 220 volt tersebut adalah 0,707 bagian dari tegangan maksimum
sinusoidal AC. Berikut adalah rumus sederhana perhitungan tegangan RMS:

Demikian pula dengan rumus perhitungan arus RMS:

Dimana Vmax dan Imax adalah nilai tegangan maupun arus listrik pada titik tertinggi di grafik
gelombang sinusoidal listrik AC.
9
Nilai Tegangan RMS pada Grafik Sinusoidal Tegangan Listrik AC

Pada kondisi beban resistif dimana tidak terjadi pergeseran grafik sinusoidal arus maupun
tegangan, keseluruhan daya total akan tersalurkan ke beban listrik sebagai daya nyata. Dapat
dikatakan jika beban listrik bersifat resistif, maka nilai daya semu (S) adalah sama dengan daya
nyata (P). Lain halnya jika beban jaringan bersifat induktif ataupun kapasitif (beban reaktif),
nilai dari daya nyata akan menjadi sebesar cos Ø dari daya total.
P = S cos Ø
P = VRMS IRMS cos Ø
Ø adalah besar sudut pergeseran nilai arus maupun tegangan pada grafik sinusoidal listrik
AC. Øbernilai positif jika grafik arus tertinggal tegangan (beban induktif), dan akan bernilai
negatif jika arus mendahului tegangan (beban kapasitif).
Pada kondisi beban reaktif, sebagian daya nyata juga terkonversi sebagai daya reaktif untuk
mengkompensasi adanya beban reaktif tersebut.Nilai dari dari daya reaktif (Q) adalah sebesar sin
Ødari daya total.
Q = S sin Ø
Q = VRMS IRMS sin Ø
Hubungan antara daya nyata, daya reaktif dan daya semu dapat diilustrasikan ke dalam sebuah
segitiga siku-siku dengan sisi miring sebagai daya semu, salah satu sisi siku sebagai daya nyata,
dan sisi siku lainnya sebagai daya reaktif.

Segitiga DayaSesuai dengan hubungan segitiga di atas maka hubungan antara daya nyata, daya
reaktif dan daya semu dapat diekspresikan ke dalam sebuah persamaan pitagoras.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Pengukuran daya tiga fase dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, pengukuran daya tiga
fasa dengan satu wattmeter, pengukuran daya tiga fasa dengan dua wattmeter,
penyambungan wattmeter secara tak langsung.
Alat ukur faktor daya kumparan bersilang (crossed-coil power faktor meter) seperti terlihat
pada gambar alat ukur faktor daya. Instrumen ini mempunyai sebuah coil diam, yang terdiri dari
F1 dan F2. Dengan dihubungkan seri dengan line supply maka akan dialiri arus. Jelaslah bahwa
medan yang merata akan dihasilkan oleh F1 dan F2, yang sebanding dengan arus line.
Cos phi adalah rasio antara KW dan KVA, digambarkan oleh beban listrik dimana KW
adalah daya beban riil dan KVA adalah daya beban semu. Cos phi digunakan untuk mengukur
seberapa efektif arus dikonversi menjadi kerja output dan sebagai indikator yang baik terhadap
effisiensi sistem supply akibat efek arus beban.
Daya semu atau daya total (S), ataupun juga dikenal dalam Bahasa Inggris Apparent Power,
adalah hasil perkalian antara tegangan efektif (root-mean-square) dengan arus efektif (root-
mean-square).

3.2 Saran
Dengan adanya pembelajaran mengenai daya listrik ini, hendaknya kita mampu
untuk lebih inovatif serta kreatif, demi perkembangan ilmu pengetahuan yang lebih maju
ke depannya. Dan kami berharap agar pembca juga mencari buku referenai referensi
lainnya tentang daya listrik untuk melengkapi kekurangan makalh kami. Karena kmi
sadar makalh kami masih jauh dari kta sempurna dan kami juga mengharapkan kritikan
saudara yang membangun untuk memajukan pembuatan makalah kami di hari hari
berikutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bukusekolah.net/2018/08/pengukuran-daya-sistem-tiga-fasa.html
http://elektronika-dasar.web.id/faktor-daya-dan-alat-ukur-faktor-
daya/#:~:text=Alat%20ukur%20faktor%20daya%20dengan,pada%20pemakaian%20tegangan%2
0tiga%20fasa.
https://noviamalinda.blogspot.com/2011/10/alat-ukur-faktor-daya.html
https://duniaberbagiilmuuntuksemua.blogspot.com/2017/07/mengenal-cosphi-faktor-daya-pada-
sistem-kelistrikan.html
https://abi-blog.com/pengertian-daya-reaktif-daya-semu-dan-daya-nyata/

iii

Anda mungkin juga menyukai