Anda di halaman 1dari 17

TUGAS ALAT UKUR DAN PENGUKURAN

”WATTMETER”

Disusun Oleh:

1. Nunung wahyuni (062330320628)

2. Meisya Golda Meyen Nainggolan (062330320621)

3. Nalendra Duhita (062330320629)

4.Muhammad Faiz Nabil (062330320623)

Kelas :1Eb
Dosen Pengampu:Ir. Faisal Damsi, M.T.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.Puji syukur kami haturkan


kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Wattmeter”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah
ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Politeknik Negeri Sriwijaya, 16 November 2023

penulis

2
DAFTAR ISI

BAB 1 ........................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 4
1. Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Wattmeter......................................................................................................... 5
2.2 Jenis – jenis Wattmeter ...................................................................................................... 6
2.3 Prinsip kerja Wattmeter ..................................................................................................... 9
2.4 Komponen Wattmeter ........................................................................................................ 9
2.5 Penggunaan Wattmeter .................................................................................................... 10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 15
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 17

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi di bidang elektronika saat ini sudah sangat
pesat. Berbagai barang elektronika yang dahulu menggunakan sistem analog kini
hampir semua beralih ke sistem digital. Belakangan ini hanya Multimeter saja
yang sudah banyak menggunakan sistem digital. Alat ukur Wattmeter yang
sering digunakan sekarang masih menggunakan sistem analog yang agak
rumit dalam hal pembacaan nilai keluarannya, itu dikarenakan penampilnya
menggunakan jarum yang menunjuk pada skala tertentu.

Contoh dari penerapan Wattmeter pada suatu sistem adalah pada dunia
industri yaitu untuk memonitoring dan mengendalikan daya listrik dari jarak jauh
atau di dalam ruangan khusus kontrol. dari sisi ekonomi harga Wattmeter analog
juga masih sangat mahal. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mempelajari
alat ukur Wattmeter agar mengerti lebih mendetail tentang alat ukur ini.

1.1. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Wattmeter?
2. Apa saja jenis – jenis Wattmeter dan pengertiannya?
3. Bagaimana prinsip kerja dan komponen Wattmeter?
4. Bagaimana cara mengunakan Wattmeter?

1.2. Tujuan
1. Mengenal dan mengetahui penggunaan wattmeter serta fungsinya
2. Memahami cara kerja wattmeter
3. Memahami pengukuran daya menggunakan wattmeter

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wattmeter


Wattmeter adalah instrument atau alat pengukuran daya listrik khususnya
daya listrik nyata yang pembacaannya diberikan dalam satuan Watt. Wattmeter
berfungsi sebagai alat yang mengukur daya listrik pada beban - beban yang
sedang beroperasi dalam suatu sistem kelistrikan dengan beberapa kondisi beban,
seperti : beban DC, beban AC satu phase serta beban AC tiga phase. Wattmeter
biasanya digunakan pada lab – lab fisika dimana alat ini digunakan sebagai alat
peraga untuk mengetahui daya yang dipakai dalam suatu rangkaian beban.

B. Diagram rangkaian Wattmeter


Jika ditinjau dari fasanya, Wattmeter ada 2 yaitu : wattmeter satu fasa dan
wattmeter tiga fasa.

Gambar 1. Diagram RangkaianWattmeter satu fasa

Salah satu tipe wattmeter elektrodinamometer adalah tipe Portable Single Phase
wattmeter. Alat ukur ini dapat dirancang untuk mengukur DC dan AC (25 ~ 1000
Hz) dengan akurasi tinggi .

5
Gambar 2. Diagram Rangkaian Wattmeter 3 fasa

Gambar konfigurasi wattmeter diatas menunjukkan sambungan dua wattmeter


untuk pengukuran konsumsi daya oleh sebuah beban tiga fasa yang setimbang
yang dihubungkan secara delta. Daya total yang dipakai oleh beban setimbang
tiga fasa sama dengan penjumlahan aljabar dari kedua pembacaan wattmeter.

2.2 Jenis – jenis Wattmeter


Wattmeterdapatdibedakanmenjadi 2, yaitu Wattmeter Analog
danWattmeter Digital.Wattmeter Analog terdiri dari Wattmeter Elektrodinamika,
dan Wattmeter induksi.

A. Wattmeter Elektrodinamika
Instrumen ini cukup familiar dalam desain dan konstruksi elektrodinamometer
tipe ammeter dan voltmeter analog. Kedua koilnya dihubungkan dengan sirkuit
yang berbeda dalam pengukuran power. Koil yang tetap atau field coil
dihubungkan secara seri dengan rangkaian, koil bergerak dihubungkan paralel
dengan tegangan dan membawa arus yang proporsional dengan tegangan. Sebuah
tahanan non-induktif dihubungkan secara seri dengan koil bergerak supaya dapat
membatasi arus menuju nilai yang kecil. Karena koil bergerak membawa arus
proposional dengan tegangan maka disebut pressure coil atau voltage coil dari
wattmeter.

6
Gambar 3. Konstruksi wattmeter elektrodinamika

B. Wattmeter Induksi
Prinsip kerja wattmeter induksi sama dengan prinsip kerja amperemeter dan
voltmeter induksi. Perbedaan dengan wattmeter jenis dinamometer adalah
wattmeter induksi hanya dapat dipakai dengan suplai listrik bolak balik sedangkan
wattmeter jenis dinamometer dapat dipakai baik dengan suplai listrik bolak balik
atau searah.
Kelebihan dan keterbatasan wattmeter induksi yaitu wattmeter induksi
mempunyai skala lebar, bebas pengaruh medan liar, serta mempunyai peredaman
bagus. Selain itu, alat ukur ini juga bebas dari error akibat frekuensi.
Kelemahannya adalah timbulnya error yang kadang-kadang serius yang
diakibatkan oleh pengaruh suhu sebab suhu ini berpengaruh pada tahanan lintasan
arus eddy.
Pengukuran daya arus searah dapat dilakukan dengan alat ukur wattmeter.
Didalam instrumen ini terdapat dua macam kumparan yaitu kumparan arus dan
kumparan tegangan. Kopel yang dikalikan oleh kedua macam kumparan tersebut
berbanding lurus dari hasil perkalian arus dan tegangan.
Daya listrik dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok
sesuai dengan catu tenaga listriknya, yaitu daya listrik DC dan daya listrik AC.
Daya listrik DC dirumuskan sebagai:
P = V.I
Dimana :
P = daya (Watt)

7
V = tegangan (Volt)
I = arus (Ampere)
Daya listrik AC ada dua macam yaitu daya untuk satu phase dan daya untuk tiga
phase.
Pada sistem satu phase dirumuskan sebagai berikut

P = V.I. cos f
Dimana:
V = tegangan kerja (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Ampere)
cos f = faktor daya
Pada sistem tiga phase dirumuskan sebagai

P = 3 V.I cos f
V = tegangan phase netral (Volt)
I = arus yang mengalir ke beban (Ampere)
cos f = faktor daya

Gambar 4. Wattmeter Induksi

C.Wattmeter Digital
Wattmeter elektronik digital modern/energy meter menghasilkan sampel tegangan
dan arus ribuan kali dalam sedetik. Nilai rata-rata tegangan instan yang dikalikan
dengan arus adalah true power (daya murni). Daya murni yang dibagi oleh volt-
ampere (VA) nyata adalah power factor. Rangkaian komputer menggunakan nilai
sampel untuk menghitung tegangan RMS, arus RMS, VA, power (watt), power
factor, dan kilowatt-hours (kwh). Model yang sederhana menampilkan informasi

8
tersebut pada layar display LCD. Model yang lebih canggih menyimpan informasi
tersebut dalam beberapa waktu lamanya, serta dapat mengirimkannya ke peralatan
lapangan atau lokasi.

Gambar 5. Wattmeter Digital

2.3 Prinsip kerja Wattmeter


Prinsip kerja wattmeter induksi sama dengan prinsip kerja amperemeter dan
voltmeter induksi. Pengukuran daya arus searah dapat dilakukan dengan alat ukur
wattmeter. Didalam instrumen ini terdapat dua macam kumparan yaitu kumparan
arus dan kumparan tegangan. Kopel yang dikalikan oleh kedua macam kumparan
tersebut berbanding lurus dari hasil perkalian arus dan tegangan. Daya listrik
dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok sesuai dengan
catu tenaga listriknya, yaitu : daya listrik DC dan daya listrik AC.
Perbedaan dengan wattmeter jenis dinamometer adalah wattmeter induksi hanya
dapat dipakai dengan suplai listrik bolak balik sedangkan wattmeter jenis
dinamometer dapat dipakai baik dengan suplai listrik bolak balik atau searah.

2.4 Komponen Wattmeter


Gambar 6. Konstruksi Wattmeter

9
Keterangan :
I* = arus masuk.
I = arus keluar.
L1 = phase R (beban resistor)
L2 = phase S (power supply)
L3 = phase T
3~ = penggunaan wattmeter untuk sistem 3 phase.
1~ = penggunaan wattmeter untuk sistem 1 phase
A = skala arus.
V = skala tegangan
Wattmeter analog yang paling sederhana adalah wattmeter jenis elektrodinamis,
dimana terdiri dari sepasang kumparan tetap yang disebut kumparan arus dan
kumparan bergerak yang disebut kumparan potensial.
2.5 Penggunaan Wattmeter
Dalam pengukuran daya,ada 2 metode yaitu:
1. Metode Pengukuran Daya Secara Tidak Langsung
Ada dua jenis pengukuran daya menggunakan metode pengukuran tak
langsung, ditinjau dari letak kedua alat ukur, yaitu ampermeter dan voltmeter.
2. Metode Pengukuran Daya Secara Langsung
Pengukuran daya listrik secara langsung adalah dengan menggunakan
wattmeter. Namun disini,akan dibahas mengenai penggunaan
WattmeterWattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaannya
dalam satuan watt dimana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter.
Dalam pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk yang ada pada manual

10
book atau tabel yang tertera pada wattmeter. Demikian juga dalam hal
pembacaannya harus mengacu pada manual book yang ada.
3. Pengukuran daya satu fasa dengan menggunakan Wattmeter
Elektrodinamometer dipakai secara luas dalam pengukuran daya. dapat dipakai
untuk menunjukkan daya searah (DC) maupun daya bolak-balik (AC) untuk setiap
bentuk gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada gelombang sinus
saja. Elektrodinamometer yang digunakan sebagai voltmeter atau kumparan-
kumparan yang diam dihubungkan seri dengan tahanan pembatas arus dan
membawa arus kecil (IP). Arus sesaat didalam kumparan yang berputar adalah IP
= e/RP dimana e adalah tegangan sesaat pada jala-jala dan RP adalah tahanan
total, kumparan berputar beserta tahanan serinya.
Defleksi kumparan putar sebanding dengan perkalian IC dan IP dan untuk defleksi
rata-rata selama satu perioda dapat dituliskan :

rata-rata = K.IC IP dt

rata-rata = defleksi sudut rata-rata kumparan


K = konstanta instrumen
IC = arus seasaat dalam kumparan medan
IP = arus sesaat di dalam kumparan-kumparan potensial

Dengan menganggap sementara IC sama dengan arus beban I (secara aktual IC =


IP + I) dan menggunakan nilai IP = e/RP kita bisa dapatkan :

rata-rata = K.I.e/RP dt = K.1/T.eI dt (*)

Menurut definisi, daya rata-rata didalam suatu rangkaian adalah :

Prata-rata = eI dt
Jika φ dan I adalah besaran sinus dengan bentuk e = Em sin wt dan I = Im sin (wt
+ φ) maka persamaan (*) berubah menjadi :

11
rata-rata = K. EI cos φ

dimana E dan I menyatakan nilai-nilai rms tegangan dan arus φ menyatakan sudut
fasa antara tegangan dan arus .

4 Pengukuran daya tiga fasa dengan menggunakan wattmeter


Pengukuran daya dalam suatu sistem fasa banyak memerlukan pemakaian dua
atau lebih wattmeter. Kemudian daya nyata total diperoleh dengan menjumlahkan
pembacaan masing-masing wattmeter secara aljabar. Teorema Blondel
menyatakan bahwa daya nyata dapat diukur dengan mengurangi satu elemen
wattmeter dan sejumlah kawat - kawat dalam setiap fasa banyak, dengan
persyaratan bahwa satu kawat dapat dibuat common terhadap semua rangkaian
potensial. Sambungan dua wattmeter untuk pengukuran konsumsi daya oleh
sebuah beban tiga fasa yang setimbang dapat dihubungkan secara delta.
Kumparan arus wattmeter I dihubungkan dalam jaringan A, dan kumparan
tegangan dihubungkan antara (jala-jala line) A dan C. Kumparan arus wattmeter 2
dihubungkan dalam antaran B , dan kumparan tegangannya antara antaran B dan
C. Daya total yang dipakai oleh beban setimbang tiga fasa sama dengan
penjumlahan aljabar dari kedua pembacaan wattmeter.
Diagram fasor menunjukkan tegangan tiga fasa VAC, VCB,VBA dan arus tiga
fasa IAC, ICB dan IBA. Beban yang dihubungkan secara delta dan dihubungkan
secara induktif dan arus fasa ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut θ
Kumparan arus wattmeter I membawa arus antara IAA yang merupakan
penjumlahan vector dan arus-arus fasa IAC dan IAB. Kumparan potensial
wattmeter 1 dihubungkan ke tegangan antara VAC. Dengan cara sama kumparan
arus wattmeter 2 membawa arus antara IB’B yang merupakan penjumlahan vector
dari arus-arus fasa IBA dan IBC, sedang tegangan pada kumparan potensialnya
adalah tegangan antara VBC. Karena beban adalah setimbang, tegangan fasa dan
arus-arus fasa sama besarnya dan dituliskan :
VAC = VBC = V dan IAC = ICB =IBA = I

Daya dinyatakan oleh arus dan tegangan masing-masing wattmeter adalah:

12
W1 = VAC.IA’A Cos (30°-θ) = V.I Cos (30°- θ)
W2 = VBC.IB’B Cos (30°+θ) = V.I Cos (30°+θ)

W1+W2 = V.I Cos (30°-θ) + VI Cos (30°+θ)


= V.I Cos (30°Cos +Sin0° Sinθ + Cos30° Cosθ. Sin30° sinθ)
= 3 V.I Cosθ
Persamaan di atas merupakan pernyataan daya total dalam sebuah rangkaian tiga
fasa, dan karena itu kedua wattmeter pada gambar secara tepat mengukur daya
total tersebut. Dapat ditunjukkan bahwa penjumlahan aljabar dari pembacaan
kedua wattmeter akan memberikan nilai daya yang benar untuk setiap kondisi
yang tidak setimbang, factor daya atau bentuk gelombang. Jika kawat netral dari
system tiga fasa juga tersedia seperti halnya pada beban yang tersambung dalam
hubungan bintang 4 kawat, sesuai dengan teorema Blondel, diperlukan tiga
wattmeter untuk melakukan daya nyata total.
Daya reaktif yang disuplai ke sebuah rangkaian arus bolak-balik sebagai satuan
yang disebut VAR (Volt-Ampere-Reaktif), karena itu memberikan perbedaan
antara daya nyata dan daya oleh komponen reaktif. Merupakan dua fasor E dan I
yang menyatakan tegangan dan arus pada sudut fasa θ. Daya nyata adalah
perkalian komponen-komponen sefasa dari tegangan dan arus (E.I cos θ), sedang
daya reaktif adalah perkalian komponen-komponen reaktif yaitu E.I sin θ atau EI
cos (θ-90°). Jika tegangan bergeser sebesar 90° dari nilai sebenarnya, komponen
sefasa yang bergeser akan menjadi E cos (θ-90°) sehingga perkalian komponen-
komponen sefasa menjadi E.I cos (θ-90°), yang mana adalah daya reaktif.
Setiap wattmeter biasa bersama-dama dengan sebuah jaringan penggeser fasa
yang sesuai dapat digunakan untuk mengukur daya reaktif. Dalam sebuah
rangkaian satu fasa, pergeseran fasa 90° dapat dihasilkan oleh komponen R, L dan
C yang berimbang. Namun pemakaian umum dari pengukuran VAR ditemukan
dalam sistem tiga fasa dimana pergeseran fasa yang diinginkan dilakukan dengan
menggunakan dua autotransformator yang dihubungkan dalam konfigurasi delta
terbuka. Seperti biasanya kumparan-kumparan arus dari wattmeter dihubungkan

13
seri dengan jala-jala. Kumparan-kumparan potensial dihubungkan ke kedua
autotransformator dalam cara yangditunjukkan pada gambar.
Antara fasa B dihubungkan ke terminal bersama kedua common kedua
transformator dan fasa antara fasa A dan C dihubungkan ke percabangan (tap)
100% kedua transformator tersebut. Kedua transformator akan menghasilkan
115,4% tegangan antara pada gulungan total. Kumparan potensial wattmeter 1
dihubungkan dari percabangan (tap) 57,7% transformator 1 ke pencabangan
115,4% transformator 2 menghasilkan tegangan yang sama dengan teegangan
antara tetapi bergeser sebesar 90° ini ditunukan dalam diagram fasor kumparan
tegangan wattmeter 2 dihubungkan dengan cara yang serupa. Karena sekarang
kedua kumparan tegangan menerima gaya gerak listrik (ggl) yang sama dengan
tegangan antaran tetapi bergeser sejauh 90°. Kedua wattmeter akan membaca
daya reaktif yang dipakai oleh beban penjumlahan aljabar dan pembacaan kedua
wattmeter menyatakan daya reaktif total yang disalurkan ke beban. Dalam sebuah
paket instrumen tunggal, gabungan wttmeter dan transfomator penggeser fasa
disebut VAR meter.

14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaannya dalam


satuan watt dimana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter.
2. Wattmeter ada beberapa jenis antara lain wattmeter elektrodinamik, wattmeter
induksi, dan wattmeter elektrostatik.
3. Kesalahan pengukuran (error) pada wattmeter disebabkan oleh adanya asumsi
bahwa cos φ sama dengan 1. Selain itu kesalahan pembacaan yang terdapat pada
CT dan PT.
4. Kelebihan dan kekurangan Wattmeter Analog:
A. Kelebihan / keuntungan wattmeter analog, yaitu:
Ø Skalanya cukup panjang ( lebih dari 3000 )
Ø Tidak dipengaruhi oleh medan pengganggu dari luar
Ø Tidak dipengaruhi oleh error frekuensi karena dampingnya yang besar
B. Kekurangan / kerugian wattmeter analog, yaitu:
Ø Tingkat ketelitian rendah
Ø Hanya untuk besaran AC
Ø Kadang-kadang mengalami error suhu, yang diakibatkan oleh aliran eddy-
current pada tahanan yang efeknya sangat besar terhadap suhu tahanan.
Ø Pemakaian dayanya sangat besar, relatif tinggi dan mahal
Ø Selain hal - hal diatas, ada juga daerah kerja alat ukur induksi, yaitu:
A.Untuk arus mulai dari 10-1 sampai dengan 10-2 Ampere
B. Untuk tegangan mulai dari 1 sampai dengan 103 Volt
5.Kelebihan dan kekurangan wattmeter digital:
A. Kelebihan / keuntungan wattmeter digital:
Ø Dapat mengurangi error pengukuran karena kesalahan pembacaan (skala,
paralaks, kondisi mata ).
Ø mudah dioperasikan, praktis.

15
B. Kekurangan / kerugian wattmeter digital:
Ø perlu sumber eksternal yakni baterei untuk catu daya bagi komponen-
komponen di dalam rangkaian digitalnya.
Ø pembacaannya kurang spesifik karena menggunakan angka biner.

B. Saran
Wattmeter merupakan alat ukur listrik yang sering digunakan untuk mengukur
daya listrik maka dari itu kami menyarankan agar alat itu dirawat sebaik-baiknya,
jangan menggunakan alat itu dengan sembarangan, gunakanlah dengan benar dan
sesuai dengan fungsinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Erick, Yosua, Pengertian Wattmeter: Fungsi, Prinsip Kerja, Cara Menggunakan (


Online ) https://stellamariscollege.org/wattmeter/, diakses pada 16 November
2023

Ahmad, Amna, Mengukur Daya Menggunakan Wattmeter AC (Online)


https://eepower-com.translate.goog/technical-articles/measuring-power-using-ac-
wattmeters/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc, diakses pada
16 November 2023

Bagaskara, 19 Alat Ukur Listrik dengan Fungsi dan Cara Kerjanya ( Online)
https://mutucertification.com/alat-ukur-listrik-fungsi-cara-kerja/, diakses pada 16
November 2023

Taufiqullah, Konfigurasi Wattmeter,


https://www.tneutron.net/elektro/konfigurasi-wattmeter/#google_vignette, diakses
pada 16 November 2023

17

Anda mungkin juga menyukai