Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ALAT PENGUKURAN DAYA (WATTMETER) SATU FASA DAN TIGA FASA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Instrumentasi dan Pengukuran Elektrik S1
Teknik Elektro

Dosen Pengampu : Muhammad Hablul Barri, S. T, M. T

Disusun oleh :

Muhammad Syechan Naufalimam (1102172222)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 3

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4

1.3. Tujuan ......................................................................................................................................... 4

BAB 2 ISI................................................................................................................................................ 5

2.1. Pengertian Wattmeter .................................................................................................................. 5

2.2. Jenis – Jenis Wattmeter ............................................................................................................... 5

2.3. Wattmeter Satu Fasa .................................................................................................................... 8

2.4. Wattmeter Tiga Fasa.................................................................................................................... 9

BAB 3 KESIMPULAN ......................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 13

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Alat Pengukuran Daya
(Wattmeter) Satu Fasa dan Tiga Fasa ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Instrumentasi dan Pengukuran Elektrik. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang alat ukur daya bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Hablul Barri, S.T. M.T,
selaku dosen mata kuliah Instrumentasi dan Pengukuran Elektrik yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Bandung, 23 Maret 2020

Penulis

3
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisi dalam bilangan sebagai
hasil untuk membandingan dengan suatu besaran baku yang diterima satuan. Dalam
pengukuran, diperlukan juga suatu instrumen yang dapat membantu keterampilan manusia
dalam menentukan suatu nilai dari besaran yang tidak diketahui. Dengan demikian,
instrumentasi sendiri berarti suatu alat yang digunakan untuk menentukan besaran dari suatu
kuantitas dan variabel.
Secara tidak langsung besaran listrik seperti arus, tegangan, dan lainnya tidak dapat
ditanggapi dengan panca indra. Untuk memungkinan pengukuran, maka besaran listrik ini
ditransformasikan melalui suatu fenomena fisis ke dalam besaran yang memungkinkan untuk
diamati oleh panca indra. Kegiatan yang dilakukan untuk merubah besaran listrik ke dalam
suatu fenomena fisis yang dapat diamati oleh panca indra dikenal dengan pengukuran besaran
listrik.
Listrik merupakan kebutuhan hidup yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan kita.
Listrik juga mempunyai ukuran sehingga dapat diketahui besar nilainya. Daya merupakan suatu
besaran kekuatan listrik dengan satuan internasional berupa Watt. Watt disini biasanya
digunakan untuk mengukur daya yang digunakan atau yang dipakai dari suatu beban listrik.
Tentunya daya yang ukur pada suatu rangkaian elektrik berhubungan dengan efisiensi dan
hemat energi.

1.2. Rumusan Masalah


Pada makalah ini dapat dirumuskan permasalahannya, yaitu :
1. Apa definisi dari wattmeter?
2. Apa fungsi dari wattmeter?
3. Apa besaran fisis yang digunakan dalam wattmeter?
4. Bagaimana metode yang digunakan dalam wattmeter?
5. Bagaimana prinsip kerja wattmeter?

1.3. Tujuan
Pada makalah ini bertujuan untuk menjelaskan informasi berkaitan dengan wattmeter
baik satu fasa dan tiga fasa.

4
BAB 2 ISI

2.1. Pengertian Wattmeter


Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaanya dalam satuan watt
dimana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter. Wattmeter pada dasarnya
merupakan penggabungan dari dua alat ukur yaitu Amperemeter dan Voltmeter yang berfungsi
untuk mengukur secara langsung daya yang terpakai pada suatu rangkaian listrik. Pada
Wattmeter terdiri dari kumparan arus (kumparan tetap) dan kumparan tegangan (kumparan
putar), sehingga pemasangannya juga sama yaitu kumparan arus dipasang seri dengan beban
dan kumparan tegangan dipasang paralel dengan sumber tegangan.

Wattmeter berfungsi sebagai alat yang mengukur daya listrik pada beban - beban yang
sedang beroperasi dalam suatu sistem kelistrikan dengan beberapa kondisi beban, seperti :
beban DC, beban AC satu phase serta beban AC tiga phase. Wattmeter biasanya digunakan
pada lab – lab fisika dimana alat ini digunakan sebagai alat peraga untuk mengetahui daya yang
dipakai dalam suatu rangkaian beban.

Wattmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur daya listrik secara
langsung . Wattmeter dapat digunakan untuk pengukuran pada arus searah maupun arus bolak
balik. Untuk arus searah, maka daya yang dipakai dalam beban tahanan R dinyatakan sebagai :

𝑃 = 𝑉. 𝐼 (1)
𝑃 = 𝐼2 . 𝑅 (2)
𝑉2 (3)
𝑃=
𝑅

Dengan 𝑉 adalah tegangan beban dan 𝐼 adalah arus beban. Pada arus bolak balik, daya
yang dipakai pada beban pada saat tegangan beban v dan arus beban i dinyatakan sebagai 𝑝 =
𝑣. 𝑖 dengan 𝑣 dan 𝑖 adalah tegangan dan arus sebagai fungsi waktu yang memenuhi persamaan
sinusoida. (Cooper, 1978)

2.2. Jenis – Jenis Wattmeter


Wattmeter dibagi menjadi 2, yaitu analog dan digital. Wattmeter analog ada 2 tipe, yaitu
elektrodinamometer dan induksi.

5
A. Wattmeter Analog
1. Wattmeter Elektrodinamometer

Wattmeter elektrodinamik atau elektrodinamometer, instrumen ini cukup familiar dalam


desain dan konstruksi elektrodinamometer tipe ampermeter dan voltmeter analog. Kedua
koilnya dihubungkan dengan sirkuit yang berbeda dalam pengukuran power. Koil yang tetap
atau field coil dihubungkan secaraseri dengan rangkaian, koil bergerak dihubungkan paralel
dengan tegangan dan membawa arus yang proporsional dengan tegangan. Sebuah tahanan non-
induktif dihubungkan secara seri dengan koil bergerak supaya dapat membatasi arus menuju
nilai yang kecil. Karena koil bergerak membawa arus proposional dengan tegangan maka
disebut pressure coil atau voltage coil dari wattmeter. (Zuhal, 1988)

Wattmeter elektrodinamik membutuhkan sejumlah daya untuk mempertahankan medan


magnetnya, tetapi ini biasanya begitu kecil dibandingkan daya beban sehingga dapat diabaikan.
Jenis-jenis error pada wattmeter :
 Error pada akibat hubungan berbeda.
 Error akibat induktansi kumparan tegangan.
 Error akibat kapasistansi pada rangkain kumparan tegangan.
 Error karena medan liar.
 Error karena arus Eddy.
6
2. Wattmeter Induksi

Prinsip kerja wattmeter induksi sama dengan prinsip kerja amperemeter dan voltmeter
induksi. Perbedaan antara wattmeter jenis induksi dan wattmeter dinamometer/wattmeter
elektrodinamik adalah wattmeter induksi hanya dapat dipakai dengan suplai listrik bolak balik
sedangkan wattmeter jenis dinamometer dapat dipakai baik dengan suplai listrik bolak balik
atau searah.
Kelebihan dan keterbatasan wattmeter induksi yaitu wattmeter induksi mempunyai skala
lebar, bebas pengaruh medan liar, serta mempunyai peredaman bagus. Selain itu, alat ukur ini
juga bebas dari error akibat frekuensi. Kelemahannya adalah timbulnya error yang kadang-
kadang serius yang diakibatkan oleh pengaruh suhu sebab suhu ini berpengaruh pada tahanan
lintasan arus eddy.
Pengukuran daya arus searah dapat dilakukan dengan alat ukur wattmeter. Didalam
instrumen ini terdapat dua macam kumparan yaitu kumparan arus dan kumparan tegangan.
Kopel yang dikalikan oleh kedua macam kumparan tersebut berbanding lurus dari hasil
perkalian arus dan tegangan.
B. Wattmeter Digital

Wattmeter elektronik digital modern/energy meter menghasilkan sampel tegangan dan


arus ribuan kali dalam sedetik. Nilai rata-rata tegangan instan yang dikalikan dengan arus
7
adalah true power (daya murni). Daya murni yang dibagi oleh volt-ampere (VA) nyata adalah
power factor. Rangkaian komputer menggunakan nilai sampel untuk menghitung tegangan
RMS, arus RMS, VA, power (watt), power factor, dan kilowatt-hours (kwh). Model yang
sederhana menampilkan informasi tersebut pada layar display LCD. Model yang lebih canggih
menyimpan informasi tersebut dalam beberapa waktu lamanya, serta dapat mengirimkannya ke
peralatan lapangan atau lokasi pusat.

2.3. Wattmeter Satu Fasa


Elektrodinamometer dipakai secara luas dalam pengukuran daya, wattmeter tipe
elektrodinamometer dapat dipakai untuk mengukur daya searah (DC) maupun daya bolak-balik
(AC) untuk setiap bentuk gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada gelombang
sinus saja. Wattmeter tipe elektrodinamometer terdiri dari satu pasang kumparan yaitu
kumparan tetap yang disebut kumparan arus dan kumparan berputar yang disebut dengan
kumparan tegangan, sedangkan alat penunjuknya akan berputar melalui suatu sudut, yang
berbanding lurus dengan hasil perkalian dari arus-arus yang melalui kumparan-kumparan
tersebut. Gambar dibawah ini menunjukkan susunan wattmeter satu fasa.

Arus sesaat didalam kumparan yang berputar (kumparan tegangan) adalah 𝐼𝑝 , besarnya
𝐼𝑝 = 𝑒⁄𝑅 dimana 𝑒 adalah tegangan sesaat pada jala-jala dan 𝑅𝑝 adalah tahanan total
𝑝

kumparan tegangan beserta tahanan serinya. Defleksi kumparan putar sebanding dengan
perkalian 𝐼𝑐 dan 𝐼𝑝 , defleksi rata-rata selama satu perioda dapat dituliskan :
8
𝑇
𝐾
𝜃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = ∫ 𝑖𝑐 𝑖𝑝 𝑑𝑡 (4)
𝑇
0

dimana:
𝜃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = defleksi sudut rata-rata kumparan
𝐾 = konstanta instrumen
𝑖𝑐 = arus sesaat dalam kumparan arus
𝑖𝑝 = Arus sesaat di dalam kumparan tegangan
Menurut definisi, daya rata-rata didalam suatu rangkaian adalah :
𝑇
1
𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = ∫ 𝑣. 𝑖 𝑑𝑡 (5)
𝑇
0

Elektrodinamometer yang dihubungkan dalam konfigurasi gambar diatas mempunyai


defleksi yang sebanding dengan daya rata-rata. Jika edan I adalah besaran sinus dengan bentuk
𝑒 = 𝐸𝑚 sin(𝜔𝑡) dan 𝑖 = 𝐼𝑚 sin(𝜔𝑡 + 𝜑) maka persamaan di atas berubah menjadi :
𝑇
𝐾
𝜃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = ∫ 𝑖𝑐 𝑖𝑝 𝑑𝑡 (6)
𝑇
0

Dimana 𝐸 dan 𝐼 menyatakan nilai - nilai rms tegangan dan arus menyatakan sudut fasa
antara tegangan dan arus. Wattmeter elektrodinamometer membutuhkan sejumlah daya untuk
mempertahankan medan magnetnya, tetapi ini biasanya sangat kecil dibandingkan daya beban
sehingga dapat diabaikan, Jika diperlukan pembacaan daya yang tepat, arus kumparan harus
sama dengan arus beban, dan kumparan potensial harus dihubungkan diantara terminal beban.
Kesulitan dalam menempatkan sambungan kumparan tegangan diatasi dengan wattmeter yang
terkompensasi. Kumparan arus terdiri dari dua kumparan, masing-masing mempunyai jumlah
lilitan yang sama. Salah satu kumparan menggunakan kawat lebih besar yang membawa arus
beban ditambah arus untuk kumparan tegangan. Kumparan lain menggunakan kawat kecil
(tipis) dan hanya membawa arus ke kumparan tegangan. Tetapi arus ini berlawanan dengan
arus didalam kumparan besar, menyebabkan fluks yang berlawanan dengan fluks utama. Berarti
efek 𝐼 dihilangkan dan wattmeter menunjukkan daya yang sesuai. (Purnama, ELEKTRONIKA
DASAR, 2020)

2.4. Wattmeter Tiga Fasa


Pengukuran daya dalam suatu sistem fasa banyak, memerlukan pemakaian dua atau lebih
wattmeter. Kemudian daya nyata total diperoleh dengan menjumlahkan pembacaan masing-
masing wattmeter secara aljabar. Teorema Blondel menyatakan bahwa daya nyata dapat diukur
dengan mengurangi satu elemen wattmeter dan sejumlah kawat-kawat dalam setiap fasa
9
banyak, dengan persyaratan bahwa satu kawat dapat dibuat common terhadap semua rangkaian
potensial. Gambar dibawah menunjukkan sambungan dua wattmeter untuk pengukuran
konsumsi daya oleh sebuah beban tiga fasa yang setimbang yang dihubungkan secara delta.
Kumparan arus wattmeter 1 dihubungkan dalam jaringan A, dan kumparan tegangan
dihubungkan antara (jala-jala, line) A dan C. Kumparan arus wattmeter 2 dihubungkan dalam
jaringan B , dan kumparan tegangannya antara jaringan B dan C.

Daya total yang dipakai oleh beban setimbang tiga fasa sama dengan penjumlahan aljabar
dari kedua pembacaan wattmeter. Diagram fasor menunjukkan tegangan tiga fasa 𝑉𝐴𝐶 , 𝑉𝐶𝐵 , 𝑉𝐵𝐴
dan arus tiga fasa 𝐼𝐴𝐶 , 𝐼𝐶𝐵 dan 𝐼𝐵𝐴 . Beban yang dihubungkan secara delta dan dihubungkan
secara induktif dan arus fasa ketinggalan dari tegangan fasa sebesar sudut 𝜃.

10
Kumparan arus wattmeter 1 membawa arus antara 𝐼𝐴’𝐴 yang merupakan penjumlahan
vektor dan arus-arus fasa 𝐼𝐴𝐶 dan 𝐼𝐴𝐵 . Kumparan potensial wattmeter 1 dihubungkan ke
tegangan antara 𝑉𝐴𝐶 . Dengan cara sama kumparan arus wattmeter 2 membawa arus antara 𝐼𝐵’𝐵
yang merupakan penjumlahan vektor dari arus-arus fasa 𝐼𝐵𝐴 dan 𝐼𝐴𝐶 , sedang tegangan pada
kumparan tegangannya adalah tegangan antara 𝑉𝐵𝐶 . Karena beban adalah setimbang, tegangan
fasa dan arus-arus fasa sama besarnya dan dituliskan :

𝑉𝐴𝐶 = 𝑉𝐵𝐶 = 𝑉 (7)


𝐼𝐶𝐵 = 𝐼𝐵𝐴 = 𝐼 (8)

Daya dinyatakan oleh arus dan tegangan masing-masing wattmeter adalah :

𝑃1 = 𝑉𝐴𝐶 . 𝐼𝐴’𝐴 cos(30𝑜 − 𝜑) = 𝑉. 𝐼 cos(30𝑜 − 𝜑) (9)

𝑃2 = 𝑉𝐵𝐶 . 𝐼𝐵’𝐵 cos(30𝑜 + 𝜑) = 𝑉. 𝐼 cos(30𝑜 + 𝜑) (10)


dan

𝑃1 + 𝑃2 = 𝑉. 𝐼 cos(30𝑜 − 𝜑) + 𝑉. 𝐼 cos(30𝑜 + 𝜑) (11)

𝑃1 + 𝑃2 = 𝑉. 𝐼 [cos(30𝑜 − 𝜑) + cos(30𝑜 + 𝜑)]

𝑃1 + 𝑃2 = 𝑉. 𝐼 [cos 30𝑜 𝑐𝑜𝑠 𝜑 + sin 30𝑜 sin 𝜑 + cos 30𝑜 𝑐𝑜𝑠 − sin 30𝑜 sin 𝜑]

𝑃1 + 𝑃2 = √3. 𝑉. 𝐼 cos 𝜑

Persamaan diatas merupakan besarnya daya total dalam sebuah rangkaian tiga fasa, dan
karena itu kedua wattmeter pada gambar secara tepat mengukur daya total tersebut. Dapat
ditunjukkan bahwa penjumlahan aljabar dari pembacaan kedua wattmeter akan memberikan
nilai daya yang benar untuk setiap kondisi yang tidak setimbang. Jika kawat netral dari system
tiga fasa juga tersedia seperti halnya pada beban yang tersambung dalam hubungan bintang 4
kawat, sesuai dengan Teorema Blondel, diperlukan tiga wattmeter untuk melakukan daya nyata
total. (Purnama, ELEKTRONIKA DASAR, 2020)

11
BAB 3 KESIMPULAN

Pada makalah ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Wattmeter adalah instrument atau alat pengukuran daya listrik khususnya daya listrik
nyata yang pembacaannya diberikan dalam satuan Watt.
2. Wattmeter berfungsi sebagai alat yang mengukur daya listrik pada beban - beban yang
sedang beroperasi dalam suatu sistem kelistrikan dengan beberapa kondisi beban, seperti
beban DC, beban AC satu fasa serta beban AC tiga fasa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, W. D. (1978). Electronic Instrumentation and Measurement Techniques. USA:


Prentice Hall.
Purnama, A. (2020, Februari 15). ELEKTRONIKA DASAR. Diambil kembali dari elektronika-
dasar.web.id: https://elektronika-dasar.web.id/wattmeter-1-satu-fasa/
Purnama, A. (2020, Februari 6). ELEKTRONIKA DASAR. Diambil kembali dari
https://elektronika-dasar.web.id/: https://elektronika-dasar.web.id/wattmeter-3-tiga-
fasa/
Zuhal. (1988). Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: PT. Gramedia.

13

Anda mungkin juga menyukai