DISUSUN OLEH:
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang “Alat
Ukur Arus Listrik DC (Ohmmeter dan Amperemeter)” ini sebagai kewajiban
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengukuran Besaran Listrik sehingga selesai
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Pengukuran Besaran Listrik atas pengarahannya dan bimbinganya dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman mahasiswa serta pihak-pihak yang berkontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian pembuatan makalah Alat
Ukur Arus Listrik DC (Ohmmeter dan Amperemeter) ini.
Fransiskus Hottua
Malau
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kebesaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan sebagainya tidak dapat
secara langsung kita tanggapi dengan panca indera kita. Untuk memungkinkan
pengukuran maka kebesaran listrik ditransformasikan melalui suatu fenomena
fisis yang akan memungkinkan pengamatan melalui panca indera kita, misalnya
kebesaran listrik seperti arus ditransformasikan melalui suatu fenomena fisis ke
dalam kebesaran mekanis. Perubahan tersebut bisa merupakan suatu rotasi
melalui suatu sumbu yang tertentu. Besar sudut rotasi tersebut berhubungan
langsung dengan kebesaran arus listrik yang yang akan kita amati, sehingga
dengan demikian maka pengukuran dikembalikan menjadi pengukuran terhadap
suatu perputaran, dan besar sudut adalah menjadi ukuran kebesaran listrik yang
ingin diukur. Hal ini adalah lazim untuk suatu pengukuran arus dan alat ukur
demikian ini disebut pada umumnya sebagai “pengukur amper”. Kumpulan dari
peralatan listrik yang bekerja atas dasar prinsip-prinsip tersebut akan disebutkan
di sini sebagai alat ukur listrik.
Lebih dari satu setengah abad yang lalu, telah banyak diperoleh sumbangan
mengenai ilmu pengukuran besaran listrik. Selama periode tersebut, segala upaya
ditujukan kepada penyempurnaan instrument (alat ukur) jenis-jenis defleksi
dengan sebuah skala atau penunjuk yang dapat bergerak. Sudut defleksi dari
penunjuk merupakan suatu fungsi, dengan demikian dapat disamakan dengan
harga dari besaran listrik yang diukur.
Istilah alat ukur analog dibuat untuk ciri-ciri ukur jenis defleksi dan
membedakan dari sejumlah instrument yang berbeda. Sementara apabila harga
besaran yang diukur ditampilkan dalam desimal (digital), instrumen tersebut
disebut dengan alat ukur digital.
1
Ilmu dan teknologi sangat berkaitan erat dengan pengukuran sebagai hal
yang tidak dapat dipisahkan. Instrumen pengukuran modern adalah salah satu
buah hasil dari ilmu pengetahuan. Instrumentasi adalah cabang dari keteknikan
yang tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi semua cabang keteknikan
dan obat-obatan secara baik. Pengukuran yang tepat dari dimensi, temperatur,
tekanan, daya, tegangan, arus, impedansi, mermacam-macam sifat material, dan
sebagian besar variabel fisika lainnya adalah penting bagi keteknikan sebagai
ilmu pengetahuan. Pengukuran akurat sangat diperlukan untuk perancangan yang
ekonomis.
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Arus listrik merupakan sebuah aliran listrik yang terjadi akibat jumlah
muatan listrik yang mengalir dari satu titik ke titik lain dalam suatu rangkaian
tiap satuan waktu. Penyebab dari terjadinya arus listrik ini adalah karena adanya
beda potensial atau tegangan pada media penghantar antara dua titik. Semakin
besar nilai tegangan antara kedua titik tersebut, maka akan semakin besar pula
nilai arus yang mengalir pada kedua titik tersebut. Satuan arus listrik dalam
internasional adalah A (ampere), yang mana dalam penulisan rumus arus listrik
ditulis dalam simbol I (current).
Pada umumnya, aliran arus listrik sendiri mengikuti arah aliran muatan
positif. Dengan kata lain, arus listrik mengalir dari muatan positif menuju muatan
negatif, atau bisa pula diartikan bahwa arus listrik mengalir dari potensial menuju
potensial rendah. Berdasarkan arah alirannya, arus listrik dibagi menjadi 2 (dua)
kategori, yakni arus searah (direct current/DC) dan arus bolak-balik (alternating
current/AC).
Direct Current (DC) atau arus listrik searah, merupakan arus listrik yang
mengalir dari kutub negatif ke positif, dan hanya terjadi dalam searah saja.
Aliran-aliran tersebut, akan menyebabkan adanya lubang dengan muatan positif
yang terlihat menuju ke kutub negatif. Mengutip laman Sumber Belajar
Kemendikbud, sumber tegangan arus listrik DC digolongkan menjadi tiga yaitu :
3
❖ Sumber arus listrik sekunder, seperti accumulator (aki), elemen alkaline
(energizer), dan lain-lain, yang apabila telah tercapai keseimbangan
potensial dapat diisi potensial kembali dengan cara disetrum listrik.
❖ Sumber arus listrik mekanis, seperti generator, dinamo, dan stop kontak
dari PLN Dalam kehidupan sehari-hari, contoh pemanfaataan arus listrik
DC terlihat pada peralatan seperti komputer, laptop, televisi, Lampu LED
dan sebagainya.
Arus listrik DC juga dapat dikemas dalam bentuk Aki atau dapat disebut
elemen basah. Aki tersebut dapat digunakan pada kendaraan motor dan mobil
yang membutuhkan daya listrik besar, namun tegangannya kecil.
2.2. Amperemeter DC
a. Prinsip Amparemeter DC
Salah satu dari alat ukur yang mengukur arus dari sumber DC adalah
Ampermeter. Amperemeter DC ini memiliki dasar sistem kumparan putar, yang
pada umumnya diarahkan sebagai gerakan meter D’Arsonval atau gerakan meter
kumparan putar magnet permanen/PPMC (Permanen Magnet Moving Coil).
4
b. Penggerak Meter D’Arsonval dalam Amparemeter DC
Vm = I m Rm
Vsh = Vm
Arus melalui resistansi shunt adalah sama dengan arus total dikurangi
arus gerakan meter.
I sh = I − I m
5
Gambar 2.
Penggerak Meter D’Arsonval Pada Rangkaian Meter
Dalam banyak hal Ish lebih besar dari pada Im, yang mengalir pada
penggerak itu sendiri.
Rsh =
Vsh I m Rm I m Rm
= = ()
I sh I sh I − Im (2 − 1)
Jumlah n disebut faktor kelipatan dan hubungan arus total dengan arus
meter adalah:
I = nIm (2 − 2)
= m ( )
Rm I m R
Rsh =
nI m − I m n − 1 (2 − 3)
6
➢ Contoh 1
Solusi :
Vm = I m Rm = 1mA 100 = 0,1V
Vsh = Vm = 0,1V
I sh = I − I m = 10 mA − 1mA = 9mA
Vsh 0,1V
Rsh = = = 11,11
I sh 9mA
➢ Contoh 2
Solusi :
I 100 mA
=n= = 1000
Im 100 A
800
= 0,80( )
Rm
= Rsh =
n −1 1000 − 1
7
c. Perencanaan Resistansi Shunt
Gambar 3.
Amperemeter dengan shunt meter
Harga resistansi masing-masing dari shunt dihitung dimulai dari
batas ukur yang paling sensitive kemudian menginjak ke batas ukur yang
lebih tinggi. Dari gambar 3 batas ukur yang paling sensitif adalah batas
ukur 1A.
Rsh = Ra + Rb + Rc
Resistansi shunt dapat dihitung dengan pers 2.3
Rsh =
Rm
( )
n −1
8
Persamaan yang diperlukan untuk menghitung harga dari setiap shunt, R a,
Rb, Rc dapat diperoleh dari Gambar 4 berikut:
Gambar 4.
Menghitung harga resistansi shunt Ayrton
Selama resistansi Rb + Rc parallel dengan Rm + Ra, tegangan pada tiap
cabang harus sama dan dapat dituliskan sebagai:
V( Rb + Rc ) = V(Ra + Rm )
Dalam hubungannya dengan arus dan resistansi dapat kita tuliskan:
9
I m (Rsh + Rm )
Rb + Rc = ( )
I (2 − 4)
Menentukan Ra :
Arus I adalah arus maksimum untuk batas ukur yang di pasang pada
amperemeter. Resistor Rc dapat ditentukan oleh :
I m (Rsh + Rm)
Rc = ( )
I (2 − 6)
Rb = (Rb + Rc ) − Rc () (2 − 7 )
➢ Contoh 3
Gambar 5.
Ayrton shunt circuit
10
Solusi:
Rb = (Rb + Rc ) − Rc
Rb = 1.01 − Rc = 1,01 − 0,101 = 0,909
11
2.3. Voltmeter DC
Gambar 6.
Penggerak meter D’Arsonval yang digunakan pada Voltmeter DC
1
S=
I fs (2 − 8)
dimana :
Ifs = Arus maksimum
12
Satuan gabungan dari sensitifitas pada pesamaan di atas adalah ohm
per volt yang dapat dinyatakan sebagai berikut
1 1
S= = =
ampere V V
Pengukuran tegangan dilakukan dengan menempatkan voltmeter
pada kedua ujung resistor yang di test. Hal ini pada dasarnya meletakkan
resistansi voltmeter total parallel dengan resistansi rangkaian; oleh karena
itu, diinginkan untuk membuat resistansi voltmeter jauh lebih tinggi dari
resistansi sirkuit.
Menghitung harga dari pengali pada batas ukur lebih besar dari satu
volt adalah perkalian sederhana antara sensitifitas dengan batas ukur dan
dikurangi dengan internal dari penggerak meter, atau
13
Dengan menambahkan sebuah saklar putar kita dapat menggunakan
gerakan meter yang sama untuk beberapa batas ukur tegangan DC.
1
S=
I fs
Rs = S Range− Rm
➢ Contoh 4
Menghitung sensitivitas dari gerakan meter 100 A yang akan
digunakan sebagai voltmeter dc.
1 1 k
S= = = 10
I fs 100 A V
➢ Contoh 5
Menghitung nilai resistansi multiplier pada range 50 V voltmeter DC
yang menggunakan gerakan meter 500 A dengan resistansi internal 1 k.
Gambar 7.
Rangkaian dasar voltmeter DC
14
Solusi:
Solusi:
15
1 1 k
S= = = 20
I fs 50 A V
Nilai resistor multiplier sekarang dapat dihitung sebagai berikut:
3V _ range
Rs1 = S Range − Rm
20 k
Rs1 = 3V − 1k = 59 k
V
10V _ range
Rs 2 = S Range − Rm
20 k
Rs 2 = 10V − 1k = 199 k
V
30V _ range
Rs 3 = S Range − Rm
20 k
Rs 3 = 30V − 1k = 599 k
V
16
➢ Contoh 7
Gambar 9.
Rangkaian pembebanan pada voltmeter
RTA = S Range
RTA = 1k / V 10V = 10k
17
RB RTA
Re1 =
RB + RTA
5k 10 k
Re1 = = 3,33k
5k + 10 k
Pada Meter B, resistansi total yang ditunjukkan pada rangkaian adalah:
RTB = S Range
RTB = 20k / V 10V = 200 k
Kombinasi parallel dari RB dengan meter B adalah:
RB RTB
Re 2 =
RB + RTB
5k 200 k
Re 2 = = 4,88k
5k + 200 k
Dengan demikian pembacaan yang diperoleh meter B, ditentukan dengan
menggunakan persamaan pembagian tegangan adalah:
Re 2
VRB = E
Re 2 + RA
4,88k
VRB = 30V = 4,9V
4,88k + 25k
5𝑉−3,53𝑣
Kesalahan Voltmeter A = × 100% = 29,4%
5𝑣
5𝑉−4,9𝑣
Kesalahan Voltmeter A = × 100% = 2%
5𝑣
18
b. Efek Pembebanan Amperemeter
Gambar 10, rangkaian seri terdapat aliran arus yang melewati R1. Ie
adalah arus saat amperemeter tidak terhubung ke rangkaian.
Gambar 10.
Harga arus yang diharapkan pada rangkaian seri
19
Menghubungkan rangkaian sebuah ammeter pada rangkaian untuk
mengukur arus seri seperti ditunjukkan pada Gambar 11
Gambar 11.
Rangkaian yang diseri dengan ammeter
E
Ie =
R1 (2 − 10 )
20
E
Im =
R1 + Rm (2 − 11)
Im R1
=
I e R1 + Rm (2 − 12 )
➢ Contoh 2.8
Gambar 12.
Rangkaian seri-paralel
Solusi:
Meter arus akan terhubung ke rangkaian antara titik x dan y dalam skema
pada Gambar 13.
21
Gambar 13.
Rangkaian untuk menunjukkan amperemeter pembebanan
Oleh karena itu rasio meter arus ke arus yang diharapkan adalah
Im R1 1,5k
= = = 0,95
I e R1 + Rm 1,5k + 78k
I m = 0,95 I e
Arus melalui meter adalah 95% dari arus yang diharapkan; Oleh karena
itu, arus meter ini telah menyebabkan kesalahan 5% karena efek
pembebanan. Kita dapat menulis sebuah pernyataan untuk persen
kesalahan karena pembebanan sebagai berikut;
22
2.5. Ohmmeter
Pada Gambar 14, dimana resistor Rz terdiri atas resistor tetap dan resistor
variable. Penghubungan titik x dan y setara dengan menghubung-singkatkan
kedua tes probe dari ohmmeter pada “zero” sebelum alat ukur digunakan.
Mengatur resistor variable Rz untuk memperoleh penyimpangan skala penuh
yang tepat dari penggerak meter. Amplitudo dari arus yang melewati penggerak
meter dapat ditentukan dengan menggunakan hukum Ohm berikut:
E
I fs =
Rz + Rm (2 − 13)
23
Arus rangkaian ditunjukkan sebagai:
E
I=
Rz + Rm + Rx
Dengan arus I lebih kecil dari arus penyimpangan skala penuh, I fs, yang
disebabkan oleh penambahan resistansi Rx.
I E (Rz + Rm + Rx ) Rz + Rm
= =
I fs E (Rz + Rm ) Rz + Rm + Rx
I Rz + Rm
P= =
I fs Rz + Rm + Rx (2 − 14 )
➢ Contoh 9
Suatu penggerak meter dengan arus penyimpangan skala penuh I mA
digunakan sebagai rangkaian ohmmeter. Penggerak meter mempunyai resistansi
dalam Rm sebesar 100 dan baterai 3 V dipakai dalam rangkaian ohmmeter
tersebut.
Buatlah skala pada permukaan meter untuk pembacaan resistansi.
Solusi:
Harga Rx yang akan membatasi arus pada penyimpangan skala penuh, harus
dihitung:
24
E
Rz = − Rm
I fs
3V
Rz = − 100 = 2,9k
1mA
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 20% adalah:
Rz + Rm
Rx = − (Rz + Rm )
P
2,9k + 0,1k
Rx = − (2,9k + 0,1k )
0,2
3k
Rx = − 3k = 12 k
0,2
Rz + Rm
Rx = − (Rz + Rm )
P
3k
Rx = − 3k = 3k
0,5
Rz + Rm
Rx = − (Rz + Rm )
P
3k
Rx = − 3k = 1k
0,75
25
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 100% adalah:
Rz + Rm
Rx = − (Rz + Rm )
P
3k
Rx = − 3k = 0k
1,0
➢ Contoh 10
Solusi:
E 1,5V
Rin = = = 1,5k
I 1mA
Oleh karena itu, skala ohmmeter harus diberi harga 1,5 k di kisaran range .
Resistansi eksternal 1,5 k akan menyebabkan penunjuk membelokkan ke skala
26
menengah. Ketika tegangan sell menjadi 1,3 V dan ohmmeter disesuaikan untuk
defleksi skala penuh dengan mengurangi Rz, resistansi internal total ohmmeter
sekarang:
E 1,5V
Rin = = = 1,5k
I 1mA
Jika resistor 1,3 k sekarang diukur dengan Ohmmeter, kita akan
mengharapkan kurang dari defleksi skala menengah; namun, penunjuk akan
membelokkan ke skala menengah, yang diberi tanda 1,5 k. Umur dari sell telah
menyebabkan pembacaan yang salah. Kesalah persen terkait dengan bacaan
tersebut adalah
1,5k − 1,3k
Persen kesalahan = 100 % = 13,3%
1,5k
27
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Amperemeter DC memiliki dasar sistem kumparan putar, yang pada
umumnya diarahkan sebagai gerakan meter D’Arsonval atau gerakan
meter kumparan putar magnet permanen/PPMC (Permanen Magnet
Moving Coil).
2. Penggerak meter D’Arsonval dasar dapat diubah ke voltmeter DC dengan
menghubungkan sebuah pengali (multiplier) Rs yang seri dengan
penggerak meter.
3. Efek pembebanan voltmeter adalah saat dimana sebuah voltmeter
digunakan untuk mengukur tegangan pada komponen rangkaian, voltmeter
itu sendiri dalam hubungan parallel dengan komponen rangkaian. Dimana
kombinasi parallel dari dua resistor menjadi lebih kecil saat voltmeter
dihubungkan.
4. Penggerak meter D’Arsonval dasar yang dihubungkan dengan sebuah
baterai dan resistor akan membentuk suatu rangkaian ohmmeter sederhana.
3.2. Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
http://bagasap90.te.student.pens.ac.id/Pak%20Zainal%20%28Pengukuran%20L
istrik%29/Bab%20II.pptx
http://wuriyaningsih.blogspot.co.id/2014/05/pengenalan-alat-ukur-listrik.html
29