Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

ALAT UKUR ARUS LISTRIK DC

(Ohmmeter dan Amperemeter)

DISUSUN OLEH:

NAMA : FRANSISKUS HOTTUA MALAU


NIM : 218120036
KELAS : TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang “Alat
Ukur Arus Listrik DC (Ohmmeter dan Amperemeter)” ini sebagai kewajiban
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengukuran Besaran Listrik sehingga selesai
dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Pengukuran Besaran Listrik atas pengarahannya dan bimbinganya dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman mahasiswa serta pihak-pihak yang berkontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian pembuatan makalah Alat
Ukur Arus Listrik DC (Ohmmeter dan Amperemeter) ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 14 April 2022

Fransiskus Hottua
Malau

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

2.1Arus Searah (Arus DC) ............................................................................. 3


2.2Amperemeter DC ...................................................................................... 4
2.3Voltmeter DC ............................................................................................ 12
2.4Efek Pembebanan ...................................................................................... 16
2.5Ohmmeter .................................................................................................. 23

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 28

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 28


3.2 Saran ........................................................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebesaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan sebagainya tidak dapat
secara langsung kita tanggapi dengan panca indera kita. Untuk memungkinkan
pengukuran maka kebesaran listrik ditransformasikan melalui suatu fenomena
fisis yang akan memungkinkan pengamatan melalui panca indera kita, misalnya
kebesaran listrik seperti arus ditransformasikan melalui suatu fenomena fisis ke
dalam kebesaran mekanis. Perubahan tersebut bisa merupakan suatu rotasi
melalui suatu sumbu yang tertentu. Besar sudut rotasi tersebut berhubungan
langsung dengan kebesaran arus listrik yang yang akan kita amati, sehingga
dengan demikian maka pengukuran dikembalikan menjadi pengukuran terhadap
suatu perputaran, dan besar sudut adalah menjadi ukuran kebesaran listrik yang
ingin diukur. Hal ini adalah lazim untuk suatu pengukuran arus dan alat ukur
demikian ini disebut pada umumnya sebagai “pengukur amper”. Kumpulan dari
peralatan listrik yang bekerja atas dasar prinsip-prinsip tersebut akan disebutkan
di sini sebagai alat ukur listrik.

Lebih dari satu setengah abad yang lalu, telah banyak diperoleh sumbangan
mengenai ilmu pengukuran besaran listrik. Selama periode tersebut, segala upaya
ditujukan kepada penyempurnaan instrument (alat ukur) jenis-jenis defleksi
dengan sebuah skala atau penunjuk yang dapat bergerak. Sudut defleksi dari
penunjuk merupakan suatu fungsi, dengan demikian dapat disamakan dengan
harga dari besaran listrik yang diukur.

Istilah alat ukur analog dibuat untuk ciri-ciri ukur jenis defleksi dan
membedakan dari sejumlah instrument yang berbeda. Sementara apabila harga
besaran yang diukur ditampilkan dalam desimal (digital), instrumen tersebut
disebut dengan alat ukur digital.
1
Ilmu dan teknologi sangat berkaitan erat dengan pengukuran sebagai hal
yang tidak dapat dipisahkan. Instrumen pengukuran modern adalah salah satu
buah hasil dari ilmu pengetahuan. Instrumentasi adalah cabang dari keteknikan
yang tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi semua cabang keteknikan
dan obat-obatan secara baik. Pengukuran yang tepat dari dimensi, temperatur,
tekanan, daya, tegangan, arus, impedansi, mermacam-macam sifat material, dan
sebagian besar variabel fisika lainnya adalah penting bagi keteknikan sebagai
ilmu pengetahuan. Pengukuran akurat sangat diperlukan untuk perancangan yang
ekonomis.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah mengenai:


1. Arus Searah (Arus DC)
2. Amperemeter DC
3. Voltmeter DC
4. Efek Pembebanan
5. Ohmmeter

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Mengetahui Arus Searah (Arus DC)
2. Mengetahui Amperemeter DC
3. Mengetahui Voltmeter DC
4. Mengetahui Efek Pembebanan
5. Mengetahui Ohmmeter

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Arus Searah ( Arus DC )

Arus listrik merupakan sebuah aliran listrik yang terjadi akibat jumlah
muatan listrik yang mengalir dari satu titik ke titik lain dalam suatu rangkaian
tiap satuan waktu. Penyebab dari terjadinya arus listrik ini adalah karena adanya
beda potensial atau tegangan pada media penghantar antara dua titik. Semakin
besar nilai tegangan antara kedua titik tersebut, maka akan semakin besar pula
nilai arus yang mengalir pada kedua titik tersebut. Satuan arus listrik dalam
internasional adalah A (ampere), yang mana dalam penulisan rumus arus listrik
ditulis dalam simbol I (current).

Pada umumnya, aliran arus listrik sendiri mengikuti arah aliran muatan
positif. Dengan kata lain, arus listrik mengalir dari muatan positif menuju muatan
negatif, atau bisa pula diartikan bahwa arus listrik mengalir dari potensial menuju
potensial rendah. Berdasarkan arah alirannya, arus listrik dibagi menjadi 2 (dua)
kategori, yakni arus searah (direct current/DC) dan arus bolak-balik (alternating
current/AC).

Direct Current (DC) atau arus listrik searah, merupakan arus listrik yang
mengalir dari kutub negatif ke positif, dan hanya terjadi dalam searah saja.
Aliran-aliran tersebut, akan menyebabkan adanya lubang dengan muatan positif
yang terlihat menuju ke kutub negatif. Mengutip laman Sumber Belajar
Kemendikbud, sumber tegangan arus listrik DC digolongkan menjadi tiga yaitu :

❖ Sumber arus listrik primer, seperti baterai (elemen Leclanche), elemen


volta, elemen Daniel, dan lain-lain, yang apabila telah tercapai
keseimbangan potensial tidak dapat diisi potensial kembali karena terjadi
perubahan atau kerusakan satu atau beberapa komponen di dalamnya.

3
❖ Sumber arus listrik sekunder, seperti accumulator (aki), elemen alkaline
(energizer), dan lain-lain, yang apabila telah tercapai keseimbangan
potensial dapat diisi potensial kembali dengan cara disetrum listrik.
❖ Sumber arus listrik mekanis, seperti generator, dinamo, dan stop kontak
dari PLN Dalam kehidupan sehari-hari, contoh pemanfaataan arus listrik
DC terlihat pada peralatan seperti komputer, laptop, televisi, Lampu LED
dan sebagainya.

Arus listrik DC juga dapat dikemas dalam bentuk Aki atau dapat disebut
elemen basah. Aki tersebut dapat digunakan pada kendaraan motor dan mobil
yang membutuhkan daya listrik besar, namun tegangannya kecil.

2.2. Amperemeter DC

a. Prinsip Amparemeter DC

Salah satu dari alat ukur yang mengukur arus dari sumber DC adalah
Ampermeter. Amperemeter DC ini memiliki dasar sistem kumparan putar, yang
pada umumnya diarahkan sebagai gerakan meter D’Arsonval atau gerakan meter
kumparan putar magnet permanen/PPMC (Permanen Magnet Moving Coil).

Gambar 1. Penggerak Meter D’Arsonval

4
b. Penggerak Meter D’Arsonval dalam Amparemeter DC

Selama gulungan kumparan putar yang ditunjukkan pada gambar 1


adalah kawat yang sangat halus, penggerak meter D’Arsonval dasar sangat
terbatas dalam penggunaan tanpa modifikasi. Salah satu modifikasi yang
diperlukan sekali adalah dengan menaikan batas ukur arus yang diukur
dengan penggerak meter dasar.

Hal ini dilakukan dengan menempatkan sebuah resistansi rendah


yang diparalel dengan resistansi penggerak Rm.

Resistansi rendah ini disebut dengan Shunt (Rsh) dan fungsinya


untuk memberikan sebuah cara pengganti pada arus total meter, I, di sekitar
meter penggerak.

Penurunan tegangan gerakan meter :

Vm = I m Rm

Karena resistansi shunt dihubungkan secara paralel dengan gerakan


meter, penurunan tegangan shunt adalah sama dengan penurunan
tegangan pada gerakan meter. Maka dapat diartikan:

Vsh = Vm
Arus melalui resistansi shunt adalah sama dengan arus total dikurangi
arus gerakan meter.

I sh = I − I m

Rangkaian amperemeter DC dengan penggerak meter d’arsonval dasar


ditunjukkan oleh Gambar 2.

5
Gambar 2.
Penggerak Meter D’Arsonval Pada Rangkaian Meter

Dalam banyak hal Ish lebih besar dari pada Im, yang mengalir pada
penggerak itu sendiri.

Resistansi shunt diperoleh dengan diketahui tegangan, dan arus yang


lewat pada shunt, dapat ditentukan besarnya resistansi shunt, yaitu:

Rsh =
Vsh I m Rm I m Rm
= = ()
I sh I sh I − Im (2 − 1)

Tujuan perancangan shunt adalah untuk memperoleh pengukuran


arus I yang besarnya n kali lebih besar dari Im.

Jumlah n disebut faktor kelipatan dan hubungan arus total dengan arus
meter adalah:

I = nIm (2 − 2)

Substitusi pers. (2-2) ke pers. (2-1) menghasilkan

= m ( )
Rm I m R
Rsh =
nI m − I m n − 1 (2 − 3)

6
➢ Contoh 1

Menghitung nilai resitansi shunt diperlukan untuk mengkonversi


gerakan meter 1 mA, dengan resistansi internal 100 , menjadi 0 A hingga
10 mA amperemeter.

Solusi :
Vm = I m Rm = 1mA 100  = 0,1V
Vsh = Vm = 0,1V
I sh = I − I m = 10 mA − 1mA = 9mA
Vsh 0,1V
Rsh = = = 11,11
I sh 9mA

➢ Contoh 2

Gerakan meter 100 A dengan resistensi internal 800  akan


digunakan dalam 0 hingga 100 mA amperemeter. Cari nilai resistansi
shunt yang diperlukan.

Solusi :

Faktor perkalian n adalah rasio 100 mA dengan 100 A atau

I 100 mA
=n= = 1000
Im 100 A

Oleh karena itu

800 
= 0,80( )
Rm
= Rsh =
n −1 1000 − 1

7
c. Perencanaan Resistansi Shunt

Keuntungan shunt Ayrton adalah menghilangkan kemungkinan dari


penggerak meter menjadi rangkaian tanpa beberapa resistor shunt.
Keuntungan lainnya, alat ini dapat digunakan dengan batas ukur
penggerak meter yang lebar.

Gambar 3.
Amperemeter dengan shunt meter
Harga resistansi masing-masing dari shunt dihitung dimulai dari
batas ukur yang paling sensitive kemudian menginjak ke batas ukur yang
lebih tinggi. Dari gambar 3 batas ukur yang paling sensitif adalah batas
ukur 1A.

Resistansi shunt adalah;

Rsh = Ra + Rb + Rc
Resistansi shunt dapat dihitung dengan pers 2.3

Rsh =
Rm
( )
n −1

8
Persamaan yang diperlukan untuk menghitung harga dari setiap shunt, R a,
Rb, Rc dapat diperoleh dari Gambar 4 berikut:

Gambar 4.
Menghitung harga resistansi shunt Ayrton
Selama resistansi Rb + Rc parallel dengan Rm + Ra, tegangan pada tiap
cabang harus sama dan dapat dituliskan sebagai:

V( Rb + Rc ) = V(Ra + Rm )
Dalam hubungannya dengan arus dan resistansi dapat kita tuliskan:

(Rb + Rc )(I − I m ) = I m (Ra + Rm )


atau

I (Rb + Rc ) − I m (Rb + Rc ) = I m (Rsh − (Rb + Rc ) + Rm )

Melalui perkalian Im pada ruas kanan diperoleh:

I (Rb + Rc ) − I m (Rb + Rc ) = I m Rsh − I m (Rb + Rc ) + I m Rm

Yang dapat kita tuliskan sebagai:

9
I m (Rsh + Rm )
Rb + Rc = ( )
I (2 − 4)

Menentukan Ra :

Ra = Rsh − (Rb + Rc )() (2 − 5)

Arus I adalah arus maksimum untuk batas ukur yang di pasang pada
amperemeter. Resistor Rc dapat ditentukan oleh :
I m (Rsh + Rm)
Rc = ( )
I (2 − 6)

Perbedaannya antara persamaan 2-4 dengan persamaan 2-6 hanya pada


besarnya arus I, yang tidak pernah sama. Sekarang resistor Rb dapat
dihitung sebagai berikut:

Rb = (Rb + Rc ) − Rc () (2 − 7 )

➢ Contoh 3

Menghitung nilai dari resistor shunt untuk rangkaian yang


ditampilkan pada Gambar 5.

Gambar 5.
Ayrton shunt circuit

10
Solusi:

Total hambatan shunt Rsh ditentukan dari


1k
= 10,1( )
Rm
Rsh = =
n − 1 100 − 1
Ketika meter diatur pada range 100 mA, resistor Rb dan Rc memberikan
hubungan shunt. Resistansi shunt total diperoleh dari persamaan:
I m (Rsh + Rm )
Rb + Rc =
I
100 A(10,1 + 1k )
Rb + Rc = = 1,01( )
100 mA

Resistor Rc yang memberi resistansi shunt pada range 1 A dapat diperoleh


dengan persamaan yang sama; namun, saat ini arus I akan menjadi 1 A.
I m (Rsh + Rm )
Rc =
I
100 A(10,1 + 1k )
Rc = = 0,101( )
1A

Resistor Rb dapat diperoleh dari persamaan 2-7 di mana;

Rb = (Rb + Rc ) − Rc
Rb = 1.01 − Rc = 1,01 − 0,101 = 0,909 

Resistor Ra idapat ditemukan dari


Ra = Rsh − (Rb + Rc )
Ra = 10,1 − (0,909  + 0,101 ) = 9,09

Periksa: Ra + Rb + Rc = 9,09 + 0,909 + 0,101 = 10,1 

11
2.3. Voltmeter DC

a. Penggunaan penggerak meter d’arsonval pada voltmeter DC


Penggerak meter D’Arsonval dasar dapat diubah ke voltmeter DC
dengan menghubungkan sebuah pengali (multiplier) Rs yang seri dengan
penggerak meter seperti yang ditunjukkan pada gambar;

Gambar 6.
Penggerak meter D’Arsonval yang digunakan pada Voltmeter DC

Tujuan dari multiplier adalah untuk memperluas jangkauan


tegangan dari meter dan untuk membatasi arus yang melewati penggerak
D”Arsonval pada saat arus penyimpangan skala maksimum.

Untuk mendapatkan harga resistor pengali, pertama-tama kita


tentukan sensitifitas dari penggerak meter.

Sensitifitas diperoleh dengan mengambil perbandingan terbalik dari


arus pengimpangan skala penuh, yang dituliskan sebagai S:

1
S=
I fs (2 − 8)

dimana :
Ifs = Arus maksimum
12
Satuan gabungan dari sensitifitas pada pesamaan di atas adalah ohm
per volt yang dapat dinyatakan sebagai berikut
1 1 
S= = =
ampere V V

Pengukuran tegangan dilakukan dengan menempatkan voltmeter
pada kedua ujung resistor yang di test. Hal ini pada dasarnya meletakkan
resistansi voltmeter total parallel dengan resistansi rangkaian; oleh karena
itu, diinginkan untuk membuat resistansi voltmeter jauh lebih tinggi dari
resistansi sirkuit.

Karena gerakan meter yang berbeda digunakan dalam voltmeter dan


karena nilai multiplier yang berbeda untuk setiap rentang, ini akan menjadi
kesulitan untuk mengekspresikan penilaian instrumen.

Informasi yang lebih berarti dapat disampaikan kepada pemakai


melalui nilai sensitifitas dari peralatan. Nilai ini, pada umumnya dicetak
pada bagian muka dari meter, menyatakan resistansi dari peralatan pada
batas ukur satu volt.

Untuk menentukan resistasi total yang ditunjukkan volt meter


terhadap suatu rangkaian, diperoleh melalui perkalian antara sensitifitas
dengan batas ukur.

Satuan sensitifitas menyatakan harga dari resistansi pengali untuk


batas ukur satu volt.

Menghitung harga dari pengali pada batas ukur lebih besar dari satu
volt adalah perkalian sederhana antara sensitifitas dengan batas ukur dan
dikurangi dengan internal dari penggerak meter, atau

Rs = S x Range – Resistansi Dalam (2 − 9)

13
Dengan menambahkan sebuah saklar putar kita dapat menggunakan
gerakan meter yang sama untuk beberapa batas ukur tegangan DC.

Resistansi pengali pada kelipatan batas ukur voltmeter DC dapat


ditentukan sebagai berikut:

1
S=
I fs

Harga dari resistor pengali sekarang dapat dihitung dengan :

Rs = S  Range− Rm

➢ Contoh 4
Menghitung sensitivitas dari gerakan meter 100 A yang akan
digunakan sebagai voltmeter dc.

Solusi: Sensitivitas dihitung sebagai:

1 1 k
S= = = 10
I fs 100 A V

➢ Contoh 5
Menghitung nilai resistansi multiplier pada range 50 V voltmeter DC
yang menggunakan gerakan meter 500 A dengan resistansi internal 1 k.

Gambar 7.
Rangkaian dasar voltmeter DC

14
Solusi:

Sensitivitas dari gerakan meter 500 μA pada Gambar 7 adalah


1 1 k
S= = =2
I fs 500 A V

Nilai dari Rs multiplier kini dihitung dengan mengalikan sensitivitas oleh


range dan dikurangi dengan resistansi internal dari gerakan meter.
Rs = S  range − Rm
k
Rs = 2  50V − 1k = 99k
V
➢ Contoh 6
Menghitung nilai resistensi multiplier untuk beberapa range DC
rangkaian voltmeter ditunjukkan pada Gambar 8

Gambar 8. Rangkaian voltmeter multiple-range

Solusi:

Sensitivitas dari gerakan meter dihitung sebagai

15
1 1 k
S= = = 20
I fs 50 A V
Nilai resistor multiplier sekarang dapat dihitung sebagai berikut:
3V _ range
Rs1 = S  Range − Rm
20 k
Rs1 =  3V − 1k = 59 k
V
10V _ range
Rs 2 = S  Range − Rm
20 k
Rs 2 =  10V − 1k = 199 k
V
30V _ range
Rs 3 = S  Range − Rm
20 k
Rs 3 =  30V − 1k = 599 k
V

2.4. Efek Pembebanan

a. Efek Pembebanan Voltmeter

Saat sebuah voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan pada


komponen rangkaian, voltmeter itu sendiri dalam hubungan parallel
dengan komponen rangkaian. Kombinasi parallel dari dua resistor menjadi
lebih kecil saat voltmeter dihubungkan.

Penurunan tegangan mungkin tidak berarti atau mungkin cukup


besar, tergantung dari sensitivitas dari voltmeter yang digunakan.

Efek ini disebut efek pembebanan voltmeter.

16
➢ Contoh 7

Dua buah voltmeter yang berbeda digunakan untuk mengukur


tegangan pada suatu resistor Rb seperti dalam rangkaian pada Gambar 9.

Gambar 9.
Rangkaian pembebanan pada voltmeter

Karakteristik kedua meter tersebut adalah sebagai berikut:


• Meter A : S = 1K/V, Rm = 0,2 K, Range = 10 V
• Meter B : S = 20K/V, Rm = 1,5 K, Range = 10 V

Tegangan jatuh pada resistor RB saat meter tidak dihubungkan dapat


diperoleh dengan menggunakan persamaan pembagian tegangan:
RB
VRB = E
RA + RB
5k
VRB = 30V  = 5V
25k + 5k
Pada Meter A, resistansi total yang ditunjukkan pada rangkaian adalah:

RTA = S  Range
RTA = 1k / V 10V = 10k

Kombinasi parallel dari RB dengan meter A adalah:

17
RB  RTA
Re1 =
RB + RTA
5k 10 k
Re1 = = 3,33k
5k + 10 k
Pada Meter B, resistansi total yang ditunjukkan pada rangkaian adalah:

RTB = S  Range
RTB = 20k / V 10V = 200 k
Kombinasi parallel dari RB dengan meter B adalah:

RB  RTB
Re 2 =
RB + RTB
5k  200 k
Re 2 = = 4,88k
5k + 200 k
Dengan demikian pembacaan yang diperoleh meter B, ditentukan dengan
menggunakan persamaan pembagian tegangan adalah:

Re 2
VRB = E 
Re 2 + RA
4,88k
VRB = 30V  = 4,9V
4,88k + 25k
5𝑉−3,53𝑣
Kesalahan Voltmeter A = × 100% = 29,4%
5𝑣

5𝑉−4,9𝑣
Kesalahan Voltmeter A = × 100% = 2%
5𝑣

18
b. Efek Pembebanan Amperemeter

Salah satu sumber kesalahan dalam pengukuran (yang sering


diabaikan) adalah kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan
amperemeter dalam suatu rangkaian untuk memperoleh pembacaan arus.

Semua amperemeter berisikan beberapa resistensi internal yang


kemungkinan range dari harga yang rendah untuk arus meter, mampu
mengukur dalam batas ukur ampere pada sebuah harga yang cukup besar
dari 1 kΩ atau lebih besar dari μ amperemeter.

Pemasangan sebuah amperemeter dalam suatu rangkaian selalu


menaikkan resistansi dari rangkaian, dengan demikian selalu menurunkan
arus yang mengalir pada rangkaian.

Kesalahan yang disebabkan oleh meter tergantung pada hubungan


antara harga resistansi yang sebenarnya dari rangkaian dan harga resistansi
dalam amperemeter.

Gambar 10, rangkaian seri terdapat aliran arus yang melewati R1. Ie
adalah arus saat amperemeter tidak terhubung ke rangkaian.

Gambar 10.
Harga arus yang diharapkan pada rangkaian seri

19
Menghubungkan rangkaian sebuah ammeter pada rangkaian untuk
mengukur arus seri seperti ditunjukkan pada Gambar 11

Gambar 11.
Rangkaian yang diseri dengan ammeter

Jumlah arus sekarang turun menjadi Im, dengan adanya penambahan


resistansi Rm.

Hubungan antara Ie dan Im dapat kita lakukan dengan menggunakan


teorema Thevenin.

Rangkaian pada Gambar 11 adalah berbentuk rangkaian persamaan


ekuivalen Thevenin dengan sebuah sumber tegangan tunggal yang diseri
dengan sebuah resistor.

Terminal output x dan y dihubung singkat, besar arus yang mengalir


adalah:

E
Ie =
R1 (2 − 10 )

Penempatan ammeter yang seri dengan R1 menyebabkan arus


berkurang ke suatu harga yang sama dengan:

20
E
Im =
R1 + Rm (2 − 11)

Pembagian persamaan (2-11) dengan pers. (2-10) menghasilkan


persamaan berikut:

Im R1
=
I e R1 + Rm (2 − 12 )

Persamaan (2-12) dapat untuk menentukan kesalahan yang terjadi


pada suatu rangkaian terhadap pembebanan ammeter jika diketahui harga
resistansi persamaan Ekuivalen Thevenin dan resistansi dari ammeter.

➢ Contoh 2.8

Sebuah meter arus yang memiliki resistansi internal 78  digunakan


untuk mengukur arus yang melalui resistor Rc pada Gambar 2-12.
Tentukan persen kesalahan membaca karena ammeter pembebanan.

Gambar 12.
Rangkaian seri-paralel

Solusi:

Meter arus akan terhubung ke rangkaian antara titik x dan y dalam skema
pada Gambar 13.

21
Gambar 13.
Rangkaian untuk menunjukkan amperemeter pembebanan

Melihat kembali ke dalam rangkaian dari terminal x dan y. Resistensi


setara Thevenin dinyatakan
Ra Rb
R1 = Rc +
Ra + Rb
R1 = 1k + 0,5k = 1,5k

Oleh karena itu rasio meter arus ke arus yang diharapkan adalah
Im R1 1,5k
= = = 0,95
I e R1 + Rm 1,5k + 78k

Pemecahan untuk menghasilkan Im

I m = 0,95 I e
Arus melalui meter adalah 95% dari arus yang diharapkan; Oleh karena
itu, arus meter ini telah menyebabkan kesalahan 5% karena efek
pembebanan. Kita dapat menulis sebuah pernyataan untuk persen
kesalahan karena pembebanan sebagai berikut;

Kesalahan _ Pembebanan=  I − m  100% = 5,0%


I
 Ie 

22
2.5. Ohmmeter

Penggerak meter D’Arsonval dasar yang dihubungkan dengan sebuah


baterai dan resistor akan membentuk suatu rangkaian ohmmeter sederhana seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 14.

Jika titik x dan y dihubungkan, kita memiliki sebuah rangkaian seri


sederhana dengan arus melalui penggerak meter yang berasal dari sumber
tegangan E. Amplitudo arus dibatasi oleh resistor Rz dan Rm.

Pada Gambar 14, dimana resistor Rz terdiri atas resistor tetap dan resistor
variable. Penghubungan titik x dan y setara dengan menghubung-singkatkan
kedua tes probe dari ohmmeter pada “zero” sebelum alat ukur digunakan.
Mengatur resistor variable Rz untuk memperoleh penyimpangan skala penuh
yang tepat dari penggerak meter. Amplitudo dari arus yang melewati penggerak
meter dapat ditentukan dengan menggunakan hukum Ohm berikut:

E
I fs =
Rz + Rm (2 − 13)

Gambar 14. Rangkaian dasar Ohmmeter


Penentuan harga dari suatu resistor yang tidak diketahui : Kita hubungkan
resistor yang tidak diketahui Rx, antara x dan y pada Gambar 14.

23
Arus rangkaian ditunjukkan sebagai:

E
I=
Rz + Rm + Rx

Dengan arus I lebih kecil dari arus penyimpangan skala penuh, I fs, yang
disebabkan oleh penambahan resistansi Rx.

Perbandingan terhadap resistansi rangkaian yang ditunjukkan sebagai


berikut:

I E (Rz + Rm + Rx ) Rz + Rm
= =
I fs E (Rz + Rm ) Rz + Rm + Rx

P menyatakan perbandingan antara arus I dengan arus penyimpangan skala


penuh Ifs, maka dapat dinyatakan:

I Rz + Rm
P= =
I fs Rz + Rm + Rx (2 − 14 )

Persamaan (2-14) sangat diperlukan saat pemberian skala pada permukaan


meter dari ohmmeter untuk menunjukkan harga dari resistor yang diukur.

➢ Contoh 9
Suatu penggerak meter dengan arus penyimpangan skala penuh I mA
digunakan sebagai rangkaian ohmmeter. Penggerak meter mempunyai resistansi
dalam Rm sebesar 100  dan baterai 3 V dipakai dalam rangkaian ohmmeter
tersebut.
Buatlah skala pada permukaan meter untuk pembacaan resistansi.

Solusi:

Harga Rx yang akan membatasi arus pada penyimpangan skala penuh, harus
dihitung:

24
E
Rz = − Rm
I fs
3V
Rz = − 100  = 2,9k
1mA
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 20% adalah:
Rz + Rm
Rx = − (Rz + Rm )
P
2,9k + 0,1k
Rx = − (2,9k + 0,1k )
0,2
3k
Rx = − 3k = 12 k
0,2

Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 40% adalah:


Rz + Rm
Rx = − (Rz + Rm )
P
3k
Rx = − 3k = 4,5k
0,4

Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 50% adalah:

Rz + Rm
Rx = − (Rz + Rm )
P
3k
Rx = − 3k = 3k
0,5

Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 75% adalah:

Rz + Rm
Rx = − (Rz + Rm )
P
3k
Rx = − 3k = 1k
0,75

25
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 100% adalah:

Rz + Rm
Rx = − (Rz + Rm )
P
3k
Rx = − 3k = 0k
1,0

Data di atas tersebut disusun dalam tabel

P (%) Rx (k) Rz + Rm (k)


20 12 3
40 4,5 3
50 3 3
75 1 3
100 0 3

➢ Contoh 10

Sebuah ohmmeter dirancang gerakan meter di sekitar 1 mA dan cell 1,5


V. Jika tegangan cell menjadi 1,3 V karena umur pemakai sudah lama, Hitung
kesalahan yang dihasilkan di kisaran range pada skala ohmmeter.

Solusi:

Total resistasi internal dari ohmmeter adalah

E 1,5V
Rin = = = 1,5k
I 1mA
Oleh karena itu, skala ohmmeter harus diberi harga 1,5 k di kisaran range .
Resistansi eksternal 1,5 k  akan menyebabkan penunjuk membelokkan ke skala

26
menengah. Ketika tegangan sell menjadi 1,3 V dan ohmmeter disesuaikan untuk
defleksi skala penuh dengan mengurangi Rz, resistansi internal total ohmmeter
sekarang:

E 1,5V
Rin = = = 1,5k
I 1mA
Jika resistor 1,3 k sekarang diukur dengan Ohmmeter, kita akan
mengharapkan kurang dari defleksi skala menengah; namun, penunjuk akan
membelokkan ke skala menengah, yang diberi tanda 1,5 k. Umur dari sell telah
menyebabkan pembacaan yang salah. Kesalah persen terkait dengan bacaan
tersebut adalah

1,5k − 1,3k
Persen kesalahan =  100 % = 13,3%
1,5k

27
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Amperemeter DC memiliki dasar sistem kumparan putar, yang pada
umumnya diarahkan sebagai gerakan meter D’Arsonval atau gerakan
meter kumparan putar magnet permanen/PPMC (Permanen Magnet
Moving Coil).
2. Penggerak meter D’Arsonval dasar dapat diubah ke voltmeter DC dengan
menghubungkan sebuah pengali (multiplier) Rs yang seri dengan
penggerak meter.
3. Efek pembebanan voltmeter adalah saat dimana sebuah voltmeter
digunakan untuk mengukur tegangan pada komponen rangkaian, voltmeter
itu sendiri dalam hubungan parallel dengan komponen rangkaian. Dimana
kombinasi parallel dari dua resistor menjadi lebih kecil saat voltmeter
dihubungkan.
4. Penggerak meter D’Arsonval dasar yang dihubungkan dengan sebuah
baterai dan resistor akan membentuk suatu rangkaian ohmmeter sederhana.
3.2. Saran

1. Penggunaan ohmmeter dan amperemeter dalam mengukur arus DC harus


diperhatikan cara pemasangan dan cara membaca yang tepat dari angka-
angka penting yang muncul sehingga terhindar dari berapa kesalahan-
kesalahan dan memperoleh keakuratan yang baik.
2. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah Alat Ukur Arus
Listrik DC (Ohmmeter dan Amperemeter) diatas masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Tentunya diharapkan dengan makalah ini akan
memberikan manfaat atau ilmu yang dapat diterapkan di dalam kehidupan
masyarakat.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://bagasap90.te.student.pens.ac.id/Pak%20Zainal%20%28Pengukuran%20L
istrik%29/Bab%20II.pptx

http://wuriyaningsih.blogspot.co.id/2014/05/pengenalan-alat-ukur-listrik.html

29

Anda mungkin juga menyukai