Anda di halaman 1dari 6

KOVALEN, 1(1):1-6, Desember 2015 ISSN: 2477-5398

KAJIAN METODE GRAVIMETRI DALAM ANALISIS KADAR KARAGINAN


RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii

[Study of Gravimetric Method for Analysis of Carrageenan Content from


Seaweeds Eucheuma cottonii]

Ernawati A.H Bana1, Mappiratu1*, Prismawiryanti1


1)
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Tadulako, Palu

Diterima 22 Mei 2015, Disetujui 5 September 2015

ABSTRACT

The study of analysis method on carrageenan content of seaweed Eucheuma cottonii has been
conducted. The aim of this study was to obtain the best concentration level of seaweed and
etanol/extracted seaweed ratio used as determining carrageenan contenen of seaweed Eucheuma
cottonii. The concentration level of seaweed extraction and etanol/extracted seaweed ratio
investigated were 30%, 40%, 50%, 60%, 70% and 1,5 : 1; 2,0 : 1; 2,5 : 1; 3,0 : 1; dan 3,5 :
1respectively. Carrageenan content of seaweed was determined by gravimetric method. The result
showed that concentration level of seaweed extraction of 50% and etanol/extracted ratio of 3,5 : 1
resulted highest carrageenan content of saeweed Eucheuma cottonii (51,752).

Keywords: Eucheuma cottonii, Carrageenan extraction, etanol ratio.

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang kajian metode gravimetri dalam analisis kadar karaginan rumput
laut Eucheuma cottonii. Peneltian ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat pemekatan dan rasio
etanol/ekstrak pekat yang paling baik digunakan dalam penetapan kadar karaginan rumput laut
Eucheuma cottonii. Penelitian dua faktor masing-masing faktor tingkat pemekatan dan faktor rasio
etanol/ekstrak pekat, yaitu 30%, 40%, 50%, 60%, 70% dan 1,5 : 1; 2,0 : 1; 2,5 : 1; 3,0 : 1; dan 3,5 : 1.
Kadar karaginan ditentukan menggunakan metode gravimetri, hasil yang diperoleh menunjukkan
tingkat pemekatan yang memberikan kadar karaginan tertinggi yaitu 50% dan rasio etanol/ekstrak
pekat yaitu 3,5 : 1 yang menghasilkan kadar karaginan tinggi (51,752).

Kata kunci: Eucheuma cottonii,Ekstraksi karaginan, Rasio etanol

*) Coresponding Author : mappiratu@yahoo.com

Ernawati A. H. Bana dkk. 1


KOVALEN, 1(1):1-6, Desember 2015 ISSN: 2477-5398

LATAR BELAKANG Kandungan karaginan rumput laut


Rumput laut termasuk salah satu Eucheuma cottonii dipengaruhi oleh
komoditi yang berperanan sebagai berbagai faktor antara lain metode
penyumbang utama produksi sektor budidaya (Max,2009), umur panen
perikanan budidaya. Pada tahun 2011 (Mappiratu dan Masahoro, 2010; Erpin
indonesia telah menjadi penghasil rumput dkk, 2013), jarak tanam (Abdan dkk, 2013)
laut terbesar didunia dengan produksi 5,12 dan lokasi budidaya (Mappiratu dan
juta ton, meningkat menjadi 6,44 juta ton Masahoro, 2010). Pada lokasi yang
pada tahun 2012 (KKP, 2013). Produksi berbeda, meskipun jaraknya tidak terlalu
tersebut didominasi oleh provinsi di koridor berjauhan, kandungan karaginan rumput
Sulawesi (Sulawesi Selatan, Sulawesi laut Eucheuma cottonii dapat berbeda
Tengah, Sulawesi Utara dan Gorontalo) (Mappiratu dan Masyahoro, 2010).
dengan total produksi 3,04 juta ton tahun Keadaan tersebut memberikan indikasi
2011 atau sekitar 59,48 % dari total pada jarak tanam yang sama, metode
produksi, dan 3,99 juta ton tahun 2012 yang sama dan umur panen yang sama,
atau 60,72 persen dari total produksi dapat menghasilkan rumput laut dengan
(KKP, 2013). Dengan mengacu pada kandungan karaginan yang berbeda atau
produksi, maka rumput laut termasuk mutu rumput laut dapat berbeda, jika
komoditi yang strategis untuk lokasi budidayanya berbeda. Untuk itu,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sangat penting dilakukan analisis
posisir Sulawesi pada umumnya, karaginan dari rumput laut yang lokasinya
khususnya Sulawesi Tengah sebagai berbeda.
penghasil rumput laut terbesar kedua di Selama ini, factor yang dijadikan
Indonesia. sebagai ukuran mutu rumput laut
Jenis rumput laut yang banyak Eucheuma cottonii adalah rendemen
dibudidayakan di koridor Sulawesi karaginan dari hasil ekstraksi (Distantina
termasuk Sulawesi Tengah adalah dkk., 2012). Rendemen pada dasarnya
Eucheuma cottonii. Rumput laut jenis belum akurat untuk dijadikan sebagai
tersebut berperanan sebagai penghasil ukuran mutu rumput laut, sebab belum
karaginan jenis kappa karaginan. mencerminkan kandungan karaginan yang
Kandungan karaginan rumput laut menjadi sebenarnnya. Oleh karena itu perlu ada
factor penentu mutu rumput laut metode analisis yang menggambarkan
Eucheuma cottonii (Bono et al., 2012; kandungan karaginan yang sebenarnya.
Distantina dkk., 2012), dalam arti makin Salah satu metode yang mungkin
tinggi kandungan karaginan makin tinggi dikembangkan dan perlu dikaji adalah
pula mutu rumput laut Eucheuma cottonii. metode gravimetri. Metode ini relative
sama dengan metode penetapan

Ernawati A. H. Bana dkk. 2


KOVALEN, 1(1):1-6, Desember 2015 ISSN: 2477-5398

rendemen, perbedaannya pada metode digunakan adalah etanol 95 %. Peralatan


gravimetrik pengeringan dilakukan hingga yang digunakan mencakup : Neraca
bebas air (dilakukan dengan oven suhu analitik, Oven analitik, water bath, cawan
o
100 C), sedangkan metode rendemen petri, desikator, batang pengaduk, gelas
tidak dilakukan pengeringan hingga bebas ukur dan alat-alat gelas lain yang umum
air (pada umumnya dilakukan dengan digunakan di dalam Laboratorium Kimia.
sinar matahari).
Rancangan Penelitian
Ekstraksi karaginan sebagai dasar
dalam analisis/penentuan rendemen dan Penelitian ini dirancang
analisis gravimetri dipengaruhi oleh menggunakan Rancangan Acak Lengkap
berbagai faktor antara lain, jumlah (RAL) Pola Faktorial, yang terdiri atas dua
penggunaan air sebagai pengekstrak, faktor, tingkat pemekatan dan rasio
waktu ekstraksi, tingkat pemekatan, dan etanol/pekatan. Masing-masing faktor
rasio etanol pengendap terhadap volume terdiri atas 5 taraf dengan dua kali
ekstrak. Waktu ekstraksi, volume ulangan, sehingga terdapat 50 satuan
pengekstrak dan rasio etanol/ekstrak percobaan. Parameter yang diamati kadar
telah dikaji oleh berbagai peneliti karaginan menggunakan metode
(Mappiratu, 2009; Distantina dkk., 2012), volumetric.
sedangkan tingkat pemekatan ekstrak
Prosedur Penelitian
belum dikaji. Tingkat ini diduga
berinteraksi dengan bahan pengendap, Rumput laut kering yang diperoleh
yaitu rasio etanol/ekstrak pekat. dari desa Lalombi Kec. Banawa Kab.
Berdasarkan hal itu, penelitian ini Donggala, diambil sebanyak 3 Kg,
bertujuan untuk mendapatkan tingkat kemudian direndam dalam air selama 24
pemekatan dan rasio etanol/ekstrak pekat jam, diiris-iris dengan ukuran 3 4 cm,
yang paling baik digunakan dalam kemudian dikeringkan. Rumput laut kering
penetapan kadar karaginan rumput laut dalam bentuk chip ditentukan kadar
Eucheuma cottonii. karaginannya dengan cara : ditimbang
sebanyak 1 g, kemudian ditambahkan
METODE PENELITIAN
aquades sebanyak 55 ml. Campuran
Bahan dan Peralatan dipanaskan selama 3 jam pada suhu
Bahan dasar yang digunakan 100oC, disaring dengan kain saring. Filtrat
dalam penelitian ini adalah rumput laut yang dihasilkan dipekatkan sesuai dengan
Eucheuma cottonii yang diperoleh dari perlakuan (tingkat pemekatan 30%, 40%,
desa Lalombi, Kec. Banawa Kab. 50%, 60%, dan 70%), ekstrak pekat
Donggala. Bahan pembantu sekaligus didinginkan kemudian dicampur dengan
sebagai bahan pengendap yang etanol 95% dengan rasio sesuai perlakuan

Ernawati A. H. Bana dkk. 3


KOVALEN, 1(1):1-6, Desember 2015 ISSN: 2477-5398

(1,5 : 1 ; 2,0 : 1 ; 2,5 : 1 ; 3,0 : 1 : dan 3,5 : pekat 1,5 : 1 (v/v). Hasil analisis ragam
1 atas dasar v/v), diaduk dan dibiarkan menunjukkan tidak terdapat interaksi
selama 2 jam. Endapan yang terbentuk antara tingkat pemekatan dengan rasio
disaring, kemudian dikeringkan dalam etanol/ekstrak pekat. Akan tetapi tingkat
o
oven dengan suhu 100 C hingga beratnya pemekatan berpengaruh nyata terhadap
tetap. Kadar karaginan dihitung kadar karaginan, demikian pula rasio
menggunakan persamaan : etanol/ekstrak pekat berpengaruh nyata
terhadap kadar karaginan. Rasio
( ) etanol/ekstrak pekat 3 : 1 (v/v) pada
tingkat pemekatan 50 % tidak berbeda
dengan rasio etanol/ekstrak pekat 3,5 : 1,
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang berarti untuk analisis kadar
Ekstraksi karaginan sebagai dasar
karaginan secara gravimetric, tingkat
dalam penetapan kadar karaginan cara
pemekatan yang baik digunakan adalah
gravimetri dipengaruhi oleh berbagai factor
tingkat pemekatan 50 %, sedangkan rasio
antara lain factor suhu ekstraksi, volume
etanol/ekstrak pekat yang baik digunakan
pengekstrak, rasio pengendap terhadap
adalah rasio 3,0 : 1 (v/v).
ekstrak (rasio etanol/ekstrak) dan tingkat
kepekatan ekstrak. Selain tingkat Tabel 1. Hasil pengukuran kadar
karaginan rumput laut pada
kepekatan ekstrak, factor lain telah dikaji
berbagai tingkat pemekatan dan
oleh berbagai peneliti (Mappiratu, 2009; rasio etanol/ekstrak pekat.
Luthfy,1988), akan tetapi terdapat praduga
Kadar karaginan (%) pada Rasio
tingkat pemekatan berinteraksi dengan Tingkat Etanol / Ekstrak
Pemeka
pengendap etanol, yakni rasio tan (%) 1,5 : 2,0 : 2,5 : 3,0 : 3,5 :
1 1 1 1 1
etanol/ekstrak pekat. Atas dasar itu, maka
dilakukan kajian tingkat pemekatan dan 30 39,59 44,63 44,75 45,70 46,17

rasio etanol/ekstrak pekat yang baik 40 40,60 44,33 46,89 47,54 48,19
digunakan dalam penetapan kadar
karaginan secara gravimetri. 50 45,64 45,94 48,73 51,10 51,75

Hasil yang diperoleh (Tabel 1) 60 30,62 32,17 32,35 36,20 37,63


menunjukkan kadar karaginan tertinggi
(51,75 %) ditemukan pada penggunaan 70 17,57 20,42 21,90 25,70 31,51

tingkat pemekatan 50 % dan pada rasio


Pada Tabel 1 memperlihatkan
etanol/ekstrak pekat 3,5 : 1 (v/v), dan
peningkatan rasio etanol/ekstrak pekat
kadar karaginan terendah (17,57 %)
meningkatkan kadar karaginan yang
terdapat pada penggunaan tingkat
dihasilkan untuk semua tingkat
kepekatan 70 % dan rasio etanol/ekstrak

Ernawati A. H. Bana dkk. 4


KOVALEN, 1(1):1-6, Desember 2015 ISSN: 2477-5398

pemekatan. Hal tersebut teramati dengan diatas dari itu landai. Pada peningkatan
baik pada kurva hubungan antara kadar tingkat kepekatan 40 % ketajaman garis
karaginan terhadap rasio etanol/ekstrak hingga 2,5 : 1, sedangkan pada
pekat (Gambar 1). Rendahnya kadar penggunaan kepekatan 50 % ketajaman
karaginan pada penggunaan rasio garis hingga 3,0 : 1. Pada penggunaan
etanol/ekstrak pekat atau penggunaan kepekatan di atas 50 %, ketajaman garis
etanol yang rendah diduga disebabkan kurva hingga 3,5 : 1 (v/v). Keadaan
karena proses pengendapannya belum tersebut memberikan indikasi rasio
sempurna. Hal tersebut teramati dari etanol/ekstrak pekat untuk tingkat
endapan yang bentuknya halus pada kepekatan 30%, 40% dan 50% masing-
penggunaan etanol yang rendah, dan masing 2:1, 2,5 : 1 dan 3:1, ada
endapan semakin kasar pada peningkatan pergeseran rasio etanol/ekstrak pekat
jumlah etanol yang digunakan atau rasio pada peningkatan kepekatan dari 30%
etanol/ekstrak pekat. Selain tidak hingga 50 %.
sempurna, endapan yang halus sangat Pada Tabel 1 memperlihatkan hasil
mungkin lolos ketika dilakukan yang berlawanan dengan penggunaan
penyaringan pada proses pemisahan rasio etanol/ekstrak Pekat. Peningkatan
endapan. pemekatan ekstrak di atas 50 %
cenderung menurunkan kadar karaginan
60
yang dihasilkan untuk semua rasio
50
Kadar karaginan (%)

etanol/ekstrak pekat. Hal tersebut teramati


40
dengan baik pada kurva hubungan antara
30
kadar karaginan terhadap tingkat
20
pemekatan (Gambar 2). Penurunan kadar
10
karaginan pada peningkatan kepekatan di
0
1,5:1 2,0:1 2,5:1 3,0:1 3,5:1 atas 50 % diduga disebabkan oleh adanya
Rasio etanol/ekstrak pekat kehilangan karaginan pada proses
30% 40% 50% pemekatan. Ketika dilakukan proses
60% 70%
pemekatan memperlihatkan adanya

Gambar 1. Kurva Hasil Pengukuran Kadar percikan-percikan setelah pemekatan di


Karaginan Pada Berbagai atas 50 %, dan setelah pemekatan selesai
Rasio Etanol/Ekstrak Pekat
terdapat lembaran-lembaran berukuran
Pada Gambar 1 memperlihatkan kecil sampai sedang yang menyerupai
pola perubahan kadar karaginan setelah kertas disekitar alat pemanas dan
prose pemekatan diatas 50 %. Pemekatan dipinggiran gelas kimia yang digunakan
30 % garis kurva tajam antara rasio untuk pemekatan. Lembaran-lembaran
etanol/ekstrak pekat 1,5 : 1 dengan 2,0 : 1, tersebut diyakini adalah karaginan.

Ernawati A. H. Bana dkk. 5


KOVALEN, 1(1):1-6, Desember 2015 ISSN: 2477-5398

carrageenan (SRC) produced from


60
seaweed (Kappaphycus alvarezii). J.
Kadar karaginan (%)

50 King Saud University-Enginering


40 Sciences.

30 Distantina, S., Rochmadi., Wiratni dan M.


Fahrurrozi. 2012. Mekanisme proses
20
tahap ekstraksi karaginan dari
10 Euchema cottonii menggunakan
0 pelarut alkali. Agritech. 33 (4) : 397
30% 40% 50% 60% 70% 402.
Tingkat pemekatan Erpin, Abdul R, dan Ruslaini. 2013.
1,5:1 2,0:1 2,5:1 Pengaruh Umur Panen dan Bobot
3,0:1 3,5:1 Bibit Terhadap Pertumbuhan dan
Kandungan Karaginan Rumput Laut
Gambar 2. Kurva Hasil Pengukuran (Eucheuma spinosum)
Kadar Karaginan Pada Menggunakan Metode Long Line.
Berbagai tingkat pemekatan Kendari: Fakultas Perikanan dan
ekstrak Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo,
KESIMPULAN Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Berdasarkan hasil penelitian maka tingkat 2013. 15 besar penghasil produksi
rumput laut perikanan budidaya 2008
pemekatan ekstrak karaginan yang baik 2012.
digunakan untuk analisis kadar karaginan
Luthfy S. 1988. Mempelajari ekstraksi
rumput laut Eucheuma cottonii secara karaginan dengan metode semi
gravimetric adalah tingkat pemekatan 50 refined dari Eucheuma cottonii
[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi
%, sedangkan rasio etanol/ekstrak pekat Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
yang baik digunakan adalah pada rasio 3 : hlm 60.

1 (v/v). Pada kondisi tersebut dihasilkan Max, R.W. 2009. Karakteristik Fisiko-Kimia
Karaginan Dari Eucheuma Cottonii
kadar karaginan 51,10 %.
Pada Berbagai Bagian Thalus, Berat
Bibit dan Umur Panen. Bogor:
DAFTAR PUSTAKA Program Studi Teknologi Hasil
Perairan, Institut Pertanian Bogor.
Abdan, Abdul R, dan Ruslaini. 2013.
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Mappiratu. 2009. Kajian Teknologi
Pertumbuhan dan Kandungan Pengolahan Karaginan Dari Rumput
Karagenan Rumput Laut (Eucheuma Laut Eucheuma Cottonii Skala
spinosum) Menggunakan Metode Rumah Tangga. Jurnal Media
Long Line. Kendari: Fakultas Litbang Sulteng. 2(1): 01 06.
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Haluoleo. Mappiratu, Masahoro. 2010. Kajian
Budidaya dan Pengolahan Rumput
Bono. A., S.M. Anisuzzaman dan O.W. Laut diperairan Teluk Palu. Palu.
Ding. 2012. Effect of process
conditions on the gel viscosity and
gel strength of semi-refined

Ernawati A. H. Bana dkk. 6

Anda mungkin juga menyukai