Anda di halaman 1dari 10

Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000 (to be inserted by publisher)

EQUILIBRIUM JOURNAL OF
CHEMICAL ENGINEERING
Homepage:https://jurnal.uns.ac.id/
equilibrium

PENGARUH KONSENTRASI KOH dan JENIS PENGENDAP PADA


EKSTRAKSI KARAGINAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII
DENGAN METODE SONIKASI
Amirullah, Andika Satria Yudha, Andi Rasti Rianti S
a
Program Studi D4-Teknologi Rekayasa Kimia Berkelanjutan, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar,
Indonesia 90245
*
Corresponding author: athoamirullah@gmail.com
DOI
Article History
Received: DD-MM-YYYY, Accepted: DD-MM-YYYY, Published: DD-MM-YYYY

Kata kunci: ABSTRAK. Indonesia memiliki pontensi untuk pengembangan industry berbasis rumput
laut. Salah satu jenis rumput laut yang berpotensi untuk dikembgangkan adalah Eucheuma
Eucheuma Cottonii Cottonii dalam produksi karagenan. Untuk mendukung upaya tersebut dilakukan penelitian
Ekstraksi pengaruh konsentrasi KOH dan jenis larutan pengendap (Isoprophyl alcohol; Ethanol; KCl
Ultrasonik, 3%) pada ekstraksi karaginan rumput laut Eucheuma Cottonii dengan metode Ultrasonic
Konsentarsi KOH, Extraction. Ekstraksi ultrasonic ialah metode ekstraksi dengan waktu yang relative lebih
larutan pengendap, efisien dengan kapasitas lebih banyak, metode ini suatu teknik ekstraksi yang menggunakan
%yield, mutu gelombang ultrasonik untuk mempercepat proses ekstraksi karagenan dari rumput laut.
karagenan. Proses ekstraksi dengan rasio rumput dan pelarut 1:40 yang berlangsung pada suhu tetap 70-
80 °C dan waktu tetap 30 menit dengan frekuensi 40 kHz. Tepung karagenan di peroleh dari
hasil ekstraksi rumput laut dengan pelarut KOH (3%; 5%; 7%; 10%). Tujuan dari
penelitian ini ialah; 1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi KOH dan jenis larutan
pengendap terhadap % yield kargenan yang dihasilkan; 2. Mengetahui kualitas karagenan
dengan uji parameter kadar air,viskositas,kadar abu,kadar abu tak larut asam dan kekuatan
gel serta FTIR. Berdasarkan standar kualitas FCC, ECC dan FAO serta standar karagenan
komersial. Hasil %yield yang diperoleh dari pengaruh konsentrasi KOH dan pengendap
terhadap %yield ragenan menunjukkan konsentrasi KOH tak memberikan pengaruh yang
signifikan namun pkaerbedaan larutan pengendap memberi pengaruh terhadap yield dan
tertinggi 72% diperoleh pada KOH 3% dengan pengendap KCL3%. kemudian dari uji
parameter yang dilakukan dihasilkan kadar air tertinggi 13%, kadar abu tertinggi 73%,
kadar abu tak larut asam tertinggi 12%, viskositas tertinggi 890 cP, kekuatan gel tertinggi
9,35g g/cm². uji hasil FTIR menunjukkan bahwa karaginan hasil ekstraksi rumput laut
Eucheuma cottonii pada penelitian ini merupakan jenis kappa-karaginan

Keywords: ABSTRACT. Indonesia has the potential to develop seaweed-based industries. One type of
seaweed that has the potential to be developed is Eucheuma Cottonii in the production of
Eucheuma Cottonii carrageenan. To support this effort, research was conducted on the effect of KOH concentration and
Ultrasonic type of precipitating solution (Isoprophyl alcohol; Ethanol; KCl 3%) on the extraction of
extraction, KOH carrageenan from Eucheuma Cottonii seaweed using ultrasonic extraction method. Ultrasonic
concentration, extraction is a relatively more time-efficient extraction method with more capacity, this method is
precipitating an extraction technique that uses ultrasonic waves to accelerate the extraction process of
solution, %yield, carrageenan from seaweed. The extraction process with a grass and solvent ratio of 1:40 takes place
carrageenan at a fixed temperature of 70-80°C and a fixed time of 30 minutes with a frequency of 40 kHz.
quality. Carrageenan flour is obtained from the extraction of seaweed with KOH solvent (3%; 5%; 7%;
10%). To determine the effect of KOH concentration and type of precipitating solution on the %
yield of carrageenan produced; 2. To determine the quality of carrageenan by testing the parameters
of water content, viscosity, ash content, acid insoluble ash content and gel strength and FTIR. Based
on FCC, ECC and FAO quality standards and commercial carrageenan standards. The %yield
results obtained from the effect of KOH concentration and precipitant on %yield carrageenan
showed that the concentration of KOH did not have a significant effect but the difference in
precipitating solution gave an influence on the yield and the highest 72% was obtained at 3% KOH
with precipitating KCL3%. then from the parameter test carried out, the highest water content was
13%, the highest ash content was 73%, the highest acid insoluble ash content was 12%, the highest
viscosity was 890 cP, the highest gel strength was 9.35g g/cm². FTIR test results showed that the
carrageenan extracted from Eucheuma cottonii seaweed in this study was a type of kappa-
carrageenan.

Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-3430 (position footer from bottom 1,5 cm)
Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

1. PENDAHULUAN
Salah satu jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan dan dikembangkan di Indonesia yaitu rumput laut
jenis Eucheuma cottoni. Rumput laut ini, merupakan jenis rumput laut yang dapat digunakan dan diolah menjadi
bahan baku keperluan industri seperti industri pangan dan industri lainnya. Selain itu rumput laut ini dapat
menghasilkan karaginan. Karagenan adalah sekelompok polisakarida galaktosa yang diekstrak dari rumput laut.
Indonesia merupakan salah satu perairan segitiga terumbu karang yang menjadi habitat enam spesies rumput laut
potensial termasuk Gracillaria, Gellidium, Eucheuma, Hypnea, Sargassum, dan Turbinaria. Produksi rumput laut
Indonesia pada tahun 2015 mencapai 10,8 juta ton, lebih dari tiga kali lipat dari 3,5 juta ton yang diproduksi
pada tahun 2010 (United Nations Commudity Trade Statistics Database, 2017). Karaginan adalah salah satu jenis
hidrokoloid yang diekstrak dari rumput laut ganggang merah (Rhodophyceae). Spesies Rhodophyceae yang
menjadi sumber karaginan adalah Eucheuma cotonii yang memproduksi kappa karaginan (Istini, S., dan
Zatnika,A.,, 1991). Sebagian besar karaginan mengandung Natrium, Magnesium, dan Ester sulfat dari galaktosa
dan polimer 3,6-Anhydro galaktosa. Karaginan banyak digunakan pada persediaan makanan,farmasi, dan
kosmetik sebagai bahan pembuatan gel,pengental dan penstabil (Asnawi, 2008)
Menurut (Winarno, 1996), karaginan terdiri dari tiga fraksi yaitu kappa, iota dan lambda karaginan. Kappa-
karaginan tersusun dari α(1,3)-D-galaktosa-4-sulfat dan β(1,4)-3,6-anhidro-D-galaktosa. Kappa- karaginan juga
mengandung D-galaktosa-6-sulfat ester dan 3,6-anhidro-D-galaktosa-2-sulfat ester. Adanya gugusan 6-sulfat,
dapat menurunkan daya gelasi dari kappa-karaginan, tetapi dengan pemberian alkali mampu menyebabkan
terjadinya transeliminasi gugusan 6-sulfat, yang menghasilkan 3,6-anhidro-D-galaktosa. Dengan demikian
derajat derajat keseragaman molekul meningkat dan daya gelasinya juga bertambah (Winarno, 1996). Struktur
molekul berbagai karaginan ditunjukkan pada gambar berikut:

Gamabr 1. Struktur Molekul Karaginan (Jiao, 2011)


Teknik ekstraksi konvensional yang digunakan selama ini (maserasi, soxhelt, dan hidrodistilasi) pada
umumnya berdasarkan pada pemilihan dan penggunaan sejumlah besar volume pelarut yang tepat disertai
dengan pemanfaatan panas dan/atau pengadukan untuk memperbaiki kelarutan komponen sehingga dapat
meningkatkan laju perpindahan massanya. Teknik tersebut membutuhkan banyak waktu dan beresiko terjadinya
degradasi thermal terhadap sebagian atau sejumlah besar konstitiuen nabati yang terkandung didalamnya serta
pemanfaatan sejumlah volume pelarut berdampak pada penambahan biaya produksi (Hastami murdiningsih,
Barlian Hasan, 2017). Beberapa dekade terakhir diperkenalkan bebrapa teknik ekstraksi untuk meminilkan
keterbatasan tersebut diantaranya ekstraksi ultrasonic dan gelombang mikro. Pourhossein et al (2009) dalam
(Hastami murdiningsih, Barlian Hasan, 2017) berpendapat bahwa ekstraksi ultrasonik termasuk salah satu
alternative dari preparasi sampel padat, karena dapat mempermudah dan mempercepat beberapa Langkah
preparasi, seperti pelarutan fusi dan leaching. Hal ini karena dari efek gelombang ultrasonic yang membentuk
local high temperature dan Gerakan mekanik antar muka zat padat dan zat cair sehingga akan mempercepat laju
perpindahan massa.
(Meiyasa, dkk, 2018) menyebutkan bahwa proses ekstraksi rumput laut Eucheuma cottonii yang
menghasilkan serbuk karaginan dilakukan dengan menggunakan pelarut basa atau air panas. Hal ini dikarenakan,
dalam suasana basa dapat ditambahkan KOH, NaOH, Ca(OH)2. Penambahan pelarut basa berfungsi untuk
ekstraksi polisakarida yang lebih sempurna dan mempercepat proses eliminasi monomer 6-sulfat menjadi 3,6-
anhidro-D-galaktosa. beberapa penelitian mengenai proses ekstraksi rumput laut, Eucheuma cottonii menjadi
serbuk karaginan dengan menggunakan pelarut alkali telah banyak dilakukan. (Junaidi et al, 2018) dalam
penelitiannya pengaruh konsentrasi KOH dan waktu alkalisasi serta umur panen Kappaphycus alvarezii
terhadap karakteristik mutu karaginan menunjukkan bahwa variasi konsentrasi KOH memebrikan pengaruh
nyata terhadap mutu karaginan.

2 (position footer from bottom 1,5 cm) Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-
3430
Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

Presipitasi karaginan merupakan salah satu tahap dalam proses ekstraksi karaginan dimana pada tahap ini
terjadi pengambilan serat-serat karaginan dari rumput laut dengan menggunkan pelarut (Prilia afisrah, 2021).
Etanol dapat digunakan sebagai pengendap polisakarida karena memiliki kemampuan melarutakan polisakarida
relatif kecil meskipun kemampuan ethanol untuk melarutkan zat-zat yang lain cukup besar. (Kusumawati, 2008)
selain itu larutan yang dapat digunakan dalam ekstrasi karaginan yaitu Isoprophyl alkohol (IPA) karena lebih
mudah didapatkan dan cenderung lebih murah. Hasil penelitian (Distantina, 2009) telah menggunakan
pengendap alkohol dengan perbandingan filtrat : Isoprphyl alkohol (IPA) 1:1,5 dan menghasilkan rendemen
13,6% dan dengan 1:2 menghasilkan rendemen 21,6%. (Manuhara, 2016) melakukan penelitian menggunakan
KCl untuk ekstraksi karaginan dari Kappaphycus alvarezii asal karimun jawa, dan menyimpulkan penggunaan
larutan KCl 2.5% memberikan hasil karaginan yang terbaik. (Ali, 2014) melakukan optimasi proses ektstraksi
karaginan dari rumput laut K. Striatum menggunakan pelarut KCl dan Ethanol. (Distantina, 2009) menyebutkan
semkain tinggi konsentrasi KCl dalam proses ekstraksi akan semakin besar rendemen proses produksi, tetapi
akan menurunkan kekuatan gel
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
bagaimana pengaruh konsentrasi pelarut alkali (KOH) dengan jenis larutan pengendap terhadap hasil ekstrak
rumput laut Eucheuma cottonii yang berasal dari kec. Sandrobone, Kab. Takalar. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi KOH dan jenis pelarut terhadap %yield karaginan dan uji standarisasi mutu
karaginan berdasarkan mutu standarisasi karagenan komersial, Food Agriculture Organization (FAO), Food
Chemicals Codex (FCC), European Economic Community (EEC).

2. BAHAN DAN METODE


2.1 Bahan
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut Eucheuma cottonii yang diperoleh
dari kecamatan Sandrobone, kabupaten takalar, Sulawesi selatan. Larutan kaporit 0,5%, larutan KOH
pH 9, larutan KCl 3%, Ethanol, Isoprophyl alcohol (IPA), kertas pH. HCl 10%
2.2 Alat
Kain nilon 150 mesh, alat ekstraktor ultrasonik, oven pengering suhu 60ºC, neraca analitik, cawan
porselin,Hot plate, tanur, alat ukur (TAXT2i Taxture Analyzer), alat FTIR, Viskometer Brookfield.

2.3 Metode
2.3.1 Pembuatan karagina murni
Pada penelitian kali ini dalam proses pembuatan karaginan dapat dilihat pada gambar 2 .

Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan karaginan


Rumput laut disortir dari zat pengotor yang terikut, kemudian dicuci menggunakan air tawar
hinggabersih. Rumput laut yang telah ersih kenudian direndam dengan larutan kaporit 0.5% selama 1
jam hingga rumput laut berwarna putih dan bilas hingga bersih dengan air bersih. Rumput laut yang
telah dibilas kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari 5 hari, kemudian rumput laut kering

Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-3430 (position footer from bottom 1,5 cm)
Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

dipotomg-potong dengan ukuran 1-2 cm selanjutnya direndam pada larutan KOH pH 9 selama 12jam
kemudian dilakukan proses ekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara Anggadireja (2006),
Hastami dan Barlian (2017) yaitu ekstraksi dengan gelombang ultrasonik dengan nama alat power sonic
445, dimana rasio berat rumput laut dengan pelarut yang divariasikan (3%,5%,7%,10%) adalah 1:40,
pH 9, frekuensi 40kHz. Namun pada suhu tetap 30 menit, dan suhu tetap 70-75ºC. Hasil ekstraksi
kemudian disaring menggunakan kain nilon 150 mesh, lalu filtrat pada penelitian ini ditambahkan
larutan pengendap yang divariasikan (Isoprophyl alkohol, KCl 3%, dan ethanol) dengan rasio filtrate
dan larytan pengendap 1:2. Serat-serat karaginan yang terbentuk kemudian diendapkan, endapan yang
diperoleh dikeringkan pada suhu 60 ºC selama 10 jam. Hasil pengeringan kemudian dihaluskan hingga
ukuran 200 mesh.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Evaluasi terhadap pengaruh perlakuan variasi konsentarsi KOH dan jenis larutan pengendap terhadap
produksi karaginan murni, yang didasarkan pada: %yield, kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asam,
viskositas, kekuatan gel dan karakteristik gugus fungsi karaginan dengan uji FTIR.
3.1 %yield karaginan
Hasil analisis terhadap %yield proses karaginan murni, ditunjukkan pada Gambar 3, untuk bahan baku
Eucheuma Cottonii

70
60 KCl 3%
50
ethanol
40
%yield

30
isoprophyl
20 alkohol
10
0
2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% 11%
%KOH
Gambar 3. Pengaruh %yield terhadap variasi konsentrasi KOH dan jenis larutan pengendap

% yield adalah pembagi antara berat karaginan yang dihasilkan dengan rumput laut kering x100, pada
penelitian ini pelarut yang digunakan adalah KOH dengan konsentrasi divariasikan 3%, 5%, 7%, dan 10% dan
larutan pengendap divariasikan yaitu Isopropyle alcohol, KCL 3% dan Etanol. Kedua variable ini dapat dilihat
persentasenya terhadap yield pada gambar 3. menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi KOH terhadap yield
tidak terlalu signifikan pembentukannya semakin kecil konsentrasi maka yield akan semakin besar hal ini sesuai
dengan penelitian yang di lakukan oleh (Distantina S. R., 2012). Kecepatan pelarut karaginan ke dalam volume
di tinjau dari kemiringan kurva, volume dengan konsentrasi 3% menghasilkan yield yang lebih besar dibanding
konsentrasi KOH yang lain. Pada gambar juga menunjukan bahwa jenis pengendap yang menghasilkan yield
paling besar adalah larutan KCL 3% pada konsentrasi KOH 3% yang memperoleh yield 72%.

3.2 Kadar Air Terhadap Karaginan Murni


Kadar air pada karaginan merupakan komponen yang penting karena air dapat memicu adanya aktifitas
mikrobiologi yang dapat mempengaruhi lama penyimpanan karaginan. Pengujian kadar air dimaksud untuk
mengetahui seberapa besar kandungan air dalam karaginan, menurut FAO, EEC dan FCC standar mutu air
karaginan maksimal 12% (Maghfiroh, 2016). Adapun hasil Analisis kadar air dapat dilihat pada gambar 4

4 (position footer from bottom 1,5 cm) Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-
3430
Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

14%
12%
10%
%kadar air
8%
Isoprophyl
6% alkohol
4% KCl 3%
2% ethanol
0%
2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% 11%
%KOH

Gambar 4. Pengaruh kadar air terhadap variasi konsentrasi KOH dan larutan pengendap
Berdasarkan gambar 4 dapat dikatakan bahwa persentase kadar air pada penelitian kali ini berkisar antara
5%-13% yang dipengaruhi oleh konsentrasi pelarut KOH 3%,5%,7%,10%, dan jenis larutan pengendap
Isoprophyl Alkohol, KCl 3% ,dan ethanol. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi pelarut KOH maka semakin tinggi pula nilai kadar air yang dihasilkan. Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian (Anwar Fauzi, 2013) bahwa penurunan kadar air alginat diakibatkan adanya suasana basa dari larutan
KOH yang menghambat terjadinya suatu peningkatan air dalam molekul alginat.
Tingginya kadar air diduga karena proses pengeringan yang berbeda,sehingga hasil yang diperoleh bebrbeda
(Wulandari, 2019). Namun dalam penelitian ini rata-rata hasil kadar air yang diperoleh telah memenuhi standar
FAO,FCC,dan ECC. Hasil analisis pada gambar 4.2 juga menyatakan bahwa larutan pengendap berpengaruh
terhadap kadar air karaginan dimana karaginan hasil ekstraksi dengan pengendap ethanol seluruhnya memenuhi
standar mutu kadar air menurut FAO,FCC,dan ECC. Tetapi menurut standarisasi karaginan komersial (<15%)
seluruh hasil pada penelitian ini yang dipengaruhi oleh konsentrasi KOH dan larutan pengendap telah memenuhi
standar mutu kadar air karaginan.

3.3 Kadar abu terhadap karaginan murni


Analisis kadar abu dilakukan untuk mengetahui secara umum kandungan mineral yang terdapat dalam
karaginan. Pengukuran kadar abu menggunakan metode pengabuan cara kering, yaitu pengabuan dengan
menggunakan panas yang tinggi. Hasil ujinkadar abu pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5.

80%
70% isoprophyl
alkohol
60%
% kadar Abu

50% etanol
40%
30% KCl 3%

20%
10%
0%
2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% 11%
%KOH

Gambar.5 Pengaruh Konsentrasi KOH dan Larutan pengendap Terhadap Kadar Abu Karaginan

Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-3430 (position footer from bottom 1,5 cm)
Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

Pada gambar 5, dapat dikatan bahwa persentase kadar abunpada larutan Isoprohyl alkohol akan semakin
meningkat namun tidak secara signifikan, hal ini sejalan dengan bertambahnya konsentrasi dari pelarut alkali
berupa KOH 3%, 5%, 7%, 10% yang digunakan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan (Ega, 2016).
Dimana penggunaan pelarut alkali seperti KOH akan meningkatkan nilsi kadar abu yang diakibatkan oleh
(Suryaningrum TD, 1991)bertambahnya ion K⁺ yang berreaksi dengan karaginan.
(Ningsih, 2014) menambahkan bahwa pemakain pelarut alkali yang mengandung unsur Na atau K juga
dapat mempengaruhi kadar abu pada karaginan dimana unsur tersebut akan terikat ketika ekstraksi berlangsung.
Dari gambar 4.3 bahwa kurva dengan pengendap isoprophyl alkohol memiliki kadar abu terendah pada
konsentrasi KOH 3% sebesar 23% dan kadar abu tertinggi pada konsentrasi KOH 7% sebesar 28% hasil ini
memenuhi standar mutu kadar abu karaginan menurut FAO dan ECC (15-40%) serta FCC (35%)
Namun hasil kadar abu karagenan dengan larutan pengendap ethanol dan KCl 3% dengan variasi konsentrasi
KOH 3%,5%,7% dan 10%. Hasilnya jauh berbeda dan tidak sejalan dengan penelitian Ega dkk (2016),
(Ningsih, 2014), Suryaningrum et al. (1991) telah sebelumnya. Tinggi rendahnya kadar abu dipengaruhi adanya
garam mineral lain yang menempel pada rumput laut seperti natrium dan kalsium (Romenda, 2013). (Desy,
2015) menyatakan bahwa tingginya kadar abu karaginan karena Sebagian besar berasal dari garam dan mineral
lainnya yang terikat pada polimer rumput laut seperti K, Mg, Ca, Na, ammonium galaktosa serta kandungan
sulfatnya.

3.4 Kadar Abu tak Larut Asam Terhadap Karaginan Murni


Abu tidak larut asam adalah garam-garam klorida yang tidak larut asam yang sebagian adalah garam-garam
logam berat dan silika. Kadar abu tidak larut asam tinggi menunjukkan adanya kontaminasi residu mineral atau
logam yang tidak dapat larut dalam asam pada suatu produk, seperti silika (Si) yang ditemukan di alam sebagai
kuarsa, batu dan pasir (Samsuari, 2006) . (Basmal J, 2003) bahwa kadar abu tidak larutasam merupakan salah
satu kriteria dalam menentukan tingkat kebersihan dalam proses pengolahan .
14%

12%
iso-
10% pro-
phyl
%kadar abu

8% alkohol
6% Ethanol
4%
kcl 3%
2%

0%
2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% 11%
%KOH

Gambar 6. Pengaruh Konsentrasi KOH dan Larutan Pengendap Terhadap Kadar Abu Tak Larut Asam
Karaginan
Dapat kita lihat pada gambar 6, dapat di katakan bahwa persentase kadar abu tak larut asam pada
penelitian ini berkisar 0% - 12%. Kadar abu tak larut asam yang di peroleh sebagian besar tidak memenuhi
standar mutu FAO yaitu maksimal 1%, hanya ada dua sampel yang memenuhi standar baku mutu yaitu pada
larutan pengendap Etanol dengan konsentrasi KOH 3%: 1% dan KOH 5%: 0%. Berdasarkan pada sajian kurva
pada penelitian kali ini bahwa pengaruh peningkatan konsentrasi pelarut alkali dan jenis larutan pengendap
memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil kadar abu tak larut asam.Tingginya kadar abu tak larut asam
pada karaginan yang di dapatkan menunjukkan bahwa kondisi perairan pengambilan sampel rumput laut
karaginan telah terkontaminasi oleh logam-logam berat (Fadli Zainudi, 2016). (Samsuari, 2006) mengemukakan
bahwa penjemuran bahan baku dan teknik penyaringan yang kurang sempurna, memungkinkan adanya “filter
aid”yang lolos ke dalam filtrat yang akan teranalisis sebagai kadar abu tidak larut asam

3.4 Viskositas Terhadap Karaginan Murni

6 (position footer from bottom 1,5 cm) Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-
3430
Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

Viskositas merupakan factor kualitas yang penting untuk zat cair dan semi cair (kental) atau produk
murni, dimana hal ini merupakan ukuran dan kontrol untuk mengetahui kualitas dari produk akhir dan tujuan
pengujian viskositas itu sendiri adalah untuk mengetahui tingkat kekentala karaginan hasil ekstraksi (Mahyati et
al., 2018). Berdasarkan data uji viskositas yang dipengaruhi oleh perberdaan konsentrasi pelarut alkali yaitu
KOH konsentrasi 3%,5%,7%, dan 10% serta perbedaan larutan pengendap dalam pembuatan karagian murni
1000
800
KEKUATAN GEL
600
400 isoprophyl
KCl 3%
200 ethanol
0
2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%
%KOH

Gambar 7. Pengaruh Konsentrasi KOH dan Larutan Pengendap Terhadap Viskositas Karaginan

Dapat dilihat pada gambar 7, bahwa viskositas yang diproleh dari masing-masing variasi hasilnya
berbamding terbalik dengan hasil kadar air. Menurut FAO standar mutu viskositas minimal 5 cP sehingga
karaginan yang dihasilkan pada penelitian ini telah memnuhi standar mutu FAO, karena rata-rata nilai viskositas
yang dihasilkan 6-890 (cP). Dimana nilai viskositas tertinggi berada pada konsentrasi KOH 3% dengan
pengendap KCL 3%, dengan nilai 890 cP dan viskositas terendah berada pada konsentrasi KOH 7% dengan
pengendap ethanol dan isoprophyl alcohol dengan nilai 6 cP. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa konsentrasi
KOH dan jenis pengendap berpengaruh nyata terhadap nilai viskositas menurut penelitian ( Wulan Wibisono Is
Tunggal dan Tri Yuni Hendrawati, 2015) bahwa semakin meningkatnya konsentrasi KOH yang digunakan akan
menyebabkan viskositas semakin menurun karena sifat hidrofilik polimer tersebut di kelilingi oleh molekul-
molekul air yang terimobilisasi sehingga menyebabkan larutan karaginan kental. Guiseley et. Al, dalam (Basmal,
2005) mengemukakan bahwa semakin kecil kandungan sulfat, maka nilai viskositasnya juga semakin kecil,tetapi
konsitensi gelnya semakin semakin meningkat. Hal ini karena danya garam-garam yang terlarut pada keraginan
akan menurunkan muatan bersih sepanjang rantai polimer. Penurunan muatan ini menyebabkan penurunan gaya
tolakan (repulsion) antar gugu-gugus sulfat, sehingga sifat hidrofilik polimer semakin lemah dan menyebabkan
viskositas menurun ( Wulan Wibisono Is Tunggal dan Tri Yuni Hendrawati, 2015).

3.5 Kekuatan Gel Karaginan Murni


Salah satu sifat penting karaginan adalah mampu mengubah cairan menjadi padatan atau mengubah bentuk solid
menjadi gel yang bersifat reversible. Kemampuan inilah yang menyebabkan tepung karaginan sangat luas
penggunaanya , baik dalam bidang pangan maupun non pangan (Wenno, 2009 dalam (Ega, 2016).

10
9
8
kekuatan gel

7 kcl 3%
6
ethanol
5
4 isoprophyl
3 alkohol
2
1
0
2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% 11%
%KOH
Gambar 8. Pengaruh Konsentrasi KOH dan Larutan Pengendap Terhadap Kekuatan Gel Karaginan

Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-3430 (position footer from bottom 1,5 cm)
Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

Dapat dilihat bahwa hasil peneleitian kali ini. Pada gambar 8, didapatkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi KOH diperoleh kekuatan gel yang semakin meningkat namun tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap larutan pengendapnya. Nilai rata-rata kekuatan gel karaginan dengan nilai terendah pada larutan
pengendap Etanol dengan konsentrasi KOH 7%: 1,26% dan nilai tertinggi dengan pelarut Isopropyle konsentrasi
KOH 10%: 7,36%. Namun berdasarkan kurva bahwa peningkatan kekuatan gel yang dipengaruhi oleh konsentrsi
pelarut terlihat jelas pada larutan pengendap KCL 3%.
Kekuatan gel dari karagennan sangant dipengaruhi oleh konsentrasi KOH,pH,suhu, dan waktu ekstraksi
tingginya kekuatan gel pada karagenan komersial disebabkan karena kandungan sulfatnya lebih rendah
dibandingkan karagenan Eucheuma Cottonii Wulandari 2009 dalam (Desiana Elvia & Hendrawati T.Y, 2015).
Rendahnya nilai kekuatan gel dalam penelitian ini mungkin dipengaruhi oleh waktu ekstraksi dan tingginya
kandungan sulfat moirano (1997) dalam (Basmal, 2005). semakin tinggi kandungan sulfat, kekuatan gel semakin
rendah tetapi viskositas semakin tinggi. Waktu ekstraksi berpengaruh terhadap kekuatan gel dan dihasilkan hasil
ini sesuai dengan peningkatan sulfat yang terjadi dimana waktu ekstraksi semakin cepat kandungan sulfat
semakin besar, akibatnya nilai kekuatan gel rendah (Faodliyah Nilna M., 2010); (Desiana Elvia & Hendrawati
T.Y, 2015). Menurut standarisai karagenan komersial syarat mutu nilai kekuatangel minimum 685,50 dyne/cm²
dan stndar mutu menurut FAO >500 (Maghfiroh, 2016). Maka kareginan yang dihasilkan dalam penelitian ini
tidak memenuhi standar mutu karaginan yang ada.

3.6 Hasil FTIR


Analisa FTIR digunakan untuk mengetahui keberadaan gugus-gugus fungsi molekul yang terdapat
dalam suatu sampel,dimana kesamaan gugus-gugus fungsi yang terdapat antara standar dan sampel menyatakan
sampel yang dianalisa identik dengan standar. Berikut ini merupakan spektrum FTIR standar dan sampel yang
dihasilkan, dimana kedua spektrum di bawah dibandingkan antar gugus-gugus fungsinya

Gambar 9. Analisa FTIR, terhadap sampel dengan %yield tertinggi


Pada gambar 9. Menunjukkan vibrasi renggangan gugus fungsi ester sulfat pada Panjang gelombang
1259,56/cm.Hal ini sesuai dengan (Mahardika, 2018) regangan ester sulfat berada pada range 1210-1260/cm.
Panjang gelombang 927,79/cm menunjukkan gugus 3,6-anhydrogalactose. Hal ini sesuai dengan (Pereira, 2009)
range puncak 3,6-anhydrogalactose berada 925-935/cm. vibrasi regangan D-galaktosa-4-sulfat berada Panjang
gelombang 846.78/cm. Hal ini sesuai (Gomez-Ordonez, 2011) bahwa Panjang regangan gelombang galaktosa-4-
sulfat berada pada range 840-850/cm. kemudian adanya vibrasi regangan gugus OH yang berada pada range
3448,84/cm hal ini menunjukkan terdapat bilangan hydrogen, adanya kesamaan gugus OH pada range 3200-

8 (position footer from bottom 1,5 cm) Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-
3430
Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

3500/cm menujukkan bhawa sampel yang dihasilkan pada penelitian ini memenuhi standar karaginan sesuai
hasil peneliatian (Nursiana Suci Wulandar, 2019) adalah karaginan jenis Kappa.

4. KESIMPULAN
Pengaruh konsentrasi KOH terhadap yield tidak terlalu signifikan pembentukannya semakin kecil konsentrasi
maka yield akan semakin besar hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh (Distantina 2012).
Kecepatan pelarut karaginan ke dalam volume di tinjau dari kemiringan kurva, volume dengan konsentrasi 3%
menghasilkan yield yang lebih besar dibanding konsentrasi KOH yang lain. Berdasarkan hasil Analisa produk
menunjukkan bahwa tepung karaginan yang diperoleh hampir semua memenuhi standar karginan
komersial,EEC,FCC, dan FAO

PUSTAKA

Wulan Wibisono Is Tunggal dan Tri Yuni Hendrawati. (2015). PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA
EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN.
Ali, M. R. (2014). Optimization of Process Condition of Refined Carrageenan (RC) Produced from Seaweed
Kappaphycus striatum Using Response Surface Methodology (RSM) In Malaysia. In International
Symposium on Processing of Foods, Vegetables and Fruits. 154-159.
Anwar Fauzi, D. A. (2013). Pengaruh Konsentrasi KOH yang Berbeda Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut
Coklat Sargassum duplicatum J. G. Agardh. Journal Of Marine Research. Vol 2, Nomor 1. 7-14.
Asnawi. (2008). Pengaruh Kondisi Presipitasi Terhadap Rendemen Sifat Karaginan dari rumput laut Eucheuma
cottonii.
Basmal J, S. M. (2003). Pengaruh konsentrasi larutan potassium hidroksida terhadap mutu kappa-karaginan yang
diekstraksi dari Eucheuma cottonii. Penelitian Perikanan Indonesia. 9(5). 95-103.
Basmal, d. (2005). Pengaruh Konsentrasi Larutan Pottasium Hidroksida terhadap mutu Karaginan Kertas.
Penelitian Perikanan Indonesia 11(8), 1-9.
Comtrade, U. (2017). United Nations Commudity Trade Statistics Database. Retrieved from
https://comtrade.un.org/data/
Desiana Elvia & Hendrawati T.Y. (2015). Pembuatan Karagenan dari Eucheuma Cottonii dengan Ekstraksi
KOH menggunakan Variabel Waktu Ekstraksi. Retrieved from jurnal.ftumj.ac.id/Index.php/semn:
jurnal.ftumj.ac.id/Index.php/semn
Desy. (2015). Laju perubahan kadar air, kadar protein dan uji organoleptik ikan lele asin menggunakan alat
pengering cabinet (cabinet dryer) dengan suhu terkontrol. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. Vol 1
(2015). 12-21.
Distantina, S. R. (2012). Mekanisme Proses Tahap Ekstraksi Karaginan dari Eucheuma cottonii menggunakan
Pelarut Alkali. Agritech, 32,4, . 397-402.
Distantina, S. Y. (2009). Efek Bahan Kimia Pada Tahap Resipitasi Terhadap Rendemen dan Sifat Karagenan
Dari Rumput Laut Euceuma Cottoni.
Ega, L. C. (2016). Kajian Mutu Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Sifat Fisiko-Kimia
pada Tingkat Konsentrasi Kalium Hidroksida (KOH) yang Berbeda. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan,
5(2). 38-44.
Fadli Zainudi. (2016). KUALITAS KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii ASAL MAUMERE
DAN TEMBALANG PADA BUDIDAYA SISTEM LONGLINE.
Faodliyah Nilna M. (2010). Tinjauan Kualitas Karaginan Eucheuma cottonii pada Penggunaan Pelarut dan
Waktu Ekstraksi yang Berbeda pada Metode Ekstraksi. Prosiding Seminar Nasional Teknik KImia.
Surabaya.
Gomez-Ordonez, E. R. (2011). FTIR-ATR Spectroscopy as a Tool for Polysaccharide dentification in Edible
Brown and Red Seaweed. Food Hydrocolloids,, 1512-1520.
Hastami murdiningsih, Barlian Hasan. (2017). Carrageenan Extraction From Seaweed Eucheuma cottonii type
by Ultrasonic Waves.

Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-3430 (position footer from bottom 1,5 cm)
Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

Istini, S., dan Zatnika,A.,. (1991). Optimasi Proses Semi refine Carrageenan dari Rumout laut Eucheuma
Cottonii. Temu Karya Ilmiah Tek. Pasca Panen Rumput Laut, pp. Sub BPPL Slipi,jakarta.
Jiao, G. Y. (2011). Chemical structures and bioactivities of sulfated polysacarides from marine algae. marine
drugs, 196-223.
Junaidi et al. (2018). Pengaruh Konsentrasi KOH dan Waktu Alkalisasi serta Umur Panen Kappaphycus
Alvarezii Terhadap Mutu Karaginan Murni. Retrieved from Warta Industri Hasil Pertanian: https://
doi.org/10.32765/wartaihp.v35i1.3793
Kusumawati, A. d. (2008). In Pengambilan Polisakarida Acemannan Dari Aloe Vera Menggunakan Etanol
Sebagai Pengendap (pp. 2-5).
Maghfiroh, Y. (2016). Pengaruh Penggunaan Isopropanol dengan Konsentrasi yang Berbeda Terhadap Nilai
Rendemen Karaginan yang di Ekstraksi dari Rumput Laut Halymenia . 1-50.
Mahardika, A. S. (2018). Application of Imaging Raman pectroscopy to Study the Distribution of Kappa
Carrageenan in the Seaweed Kappaphycus alvarezii. Journal of Applied Phycology, 31(2, 1383-1390.
Mahyati et al. (2018). EKSTRAKSI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT KAPPAPHYCUS ALVAREZII
DENGAN METODE EKSTRAKSI GELOMBANG ULTRASONIK.
Manuhara, G. P. (2016). Extraction and characterization of refined K-carrageenan of red algae Kappaphycus
Alvarezii. 106-111.
Meiyasa, dkk. (2018). Peranan Kalium Hidroksida (KOH) terhadap Mutu Karaginan Eucheuma Cottonii di
Indonesia.
Ningsih, F. L. (2014). Jenis dan Konsentrasi Alkali dengan Presipitasi KCl yang Berbeda Terhadap Mutu
Karaginan dari Rumput Laut Kappaphycus alvareziiAsal Pulo Panjang Serang Banten. (Skripsi).
Universitas Ageng Tirtayasa. Serang. 70 halaman.
Nursiana Suci Wulandar, R. P. (2019). Analisis Parameter Fisika dan Kimia Karaginan Kappaphycus alvarezii
Doty 1985 (Florideophyceae : Solieriaceae) Dengan Variasi Ekstraksi dari Perairan Bluto.
Pereira, L. A.-C. (2009). Identification of Selected Seaweed Polysaccharides (Phycocolloids) by Vibrational
Spectroscopy (FTIR-ATR and FT-Raman), 1-7.
Prilia afisrah. (2021). Pengaruh Jenis Pelarut dan Pengendap Terhadap Rendemen Karaginan Dari Rumput
Laut (kappaphycus alvarezii).
Romenda, A. P. (2013). Pengaruh Perbedaan Jenis dan Konsentrasi Larutan Alkali Terhadap Kekuatan Gel dan
Viskositas Karaginan Kappaphycus alvarezii,Karaginan Kappaphycus alvarezii,2(1):. 127-133.
Samsuari. (2006). Penelitian Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii di Wilayah Perairan
Kabupaten Jeneponto propinsi Sulawesi Selatan.
Samsuari. (2006). Penelitian Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii di Wilayah Perairan
Kabupaten Jeneponto propinsi Sulawesi Selatan.
Suryaningrum TD, S. S. (1991). Identifikasi dan sifat fisika kimia karaginan. KajianMutu Komoditas Rumput
Laut Budidaya JenisEucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum. Jurnal Penelitian Pascapanen
Perikanan. No. 69. . 35-46.
Winarno, F. (1996). Teknologi pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Wulandari, N. S. (2019). Analisis Parameter Fisika dan Kimia Karaginan Kappaphycus alvarezii Doty 1985
(Florideophyceae : Solieriaceae) Dengan Variasi Ekstraksi dari Perairan Bluto. Journal of Marine
Research. 409-415.

10 (position footer from bottom 1,5 cm) Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-
3430

Anda mungkin juga menyukai