Studi Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii (Kajian Jenis
Larutan Perendam dan Lama Perendaman)
Warkoyo *
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang, Telp. (0341) 464318
Email: warkoyo@umm.ac.id
ABSTRAK
Latar belakang: Eucheuma cottonii adalah salah satu varietas rumput laut penghasil karaginan yang potensial untuk
dikembangkan di Indonesia. Metode ekstraksi karaginan yang optimal dari rumput laut varietas Eucheuma cottonii
perlu digali, agar impor karaginan dapat dikurangi (karena sampai saat ini 80 % kebutuhan lokal masih impor),
pendapatan petani dapat ditingkatkan, dan kalau berlebih dapat diekspor untuk meningkatkan devisa negara. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis larutan perendam dan lama perendaman terhadap kualitas
karaginan.
Materi: Pelaksanaan percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok dua faktor yang diulang
tiga kali. Faktor yang dicobakan adalah jenis larutan perendam (air tawar, air kapur) dan lama perendaman (12, 18 dan
24 jam). Adapun indikator kualitas yang diamati meliputi kadar air, abu, sulfat, CaCO 3, rendemen, viskositas, kekuatan
gel, dan derajat keputihan.
Hasil dan Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis larutan perendam dan lama perendaman
berpengaruh sangat nyata pada kualitas tepung karaginan. Kualitas tepung karaginan terbaik dihasilkan oleh
perendaman dalam air kapur selama 12 jam.
The Study of Carrageenan Extraction from Seaweed Eucheuma cottonii (Evaluation of kind and time of solvents)
ABSTRACT
Back ground: Eucheuma cottonii is either of carrageenophyte sea weed variety of potency to develop in Indonesia.
Optimal extraction methods of carrageenan is urgent to exploratory for import reducted. This study was aimed to know
the influence of solvent kinds and deeping time on the carrageenan quality.
Methods: The experiment used a factorial randomized block design with two factors and three replications. The first
factor was solvent kinds (water, calcium oxide) and the second factor was deeping time (12, 18, 24 hours). The
indicators of carrageenan quality were content of water, ash, sulfida, rendemen, viscocity, gell force and whiteness
degree.
Result: The research result showed that solvent kinds and deeping time caused the different quality. The best quality of
carrageenan was produced from deeping of 12 hours with calcium oxide solvent.
49
Warkoyo Jurnal Protein
50
Vol.14.No.1.Th.2007 Studi Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii
Rumput Laut
Perendaman *)
(air tawar, air kapur selama 12, 18, 24 jam)
Filtrasi I Ampas
Filtrasi II
Penepungan
Tepung Karaginan
51
Warkoyo Jurnal Protein
Tabel 1. Rerata Kadar Air dan Abu akibat Perlakuan Jenis Larutan Perendam dan Lama
Perendaman
Kadar Air Kadar Abu Rendemen Viskositas Kekuatan Gel Derajat
Perlakuan
(%) (%) (%) (cps) (mm/g/dt) Putih
J1L1 11,85 a 15,97 b 4,09 a 4,00 ab 5,40 bc 27,20 ab
J1L2 11,56 a 12,35 a 4,59 a 4,17 ab 4,29 ab 25,42 a
J1L3 11,58 a 12,14 a 5,26 ab 4,37 ab 3,39 a 30,43 b
J2L1 11,89 a 14,62 ab 7,16 b 4,67 ab 4,96 b 29,00 b
J2L2 10,51 a 14,35 ab 8,35 b 5,20 ab 3,77 a 27,94 ab
J2L3 14,50 b 15,26 b 9,85 bc 3,43 a 5,38 bc 28,04 ab
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
Berdasarkan analisa lanjut (Tabel 1), perlakuan J1L1 (Perendam Air Tawar dan
nilai kadar air tertinggi dihasilkan perlakuan Lama Perendaman 12 jam). Sedangkan
J2L3 (Perendam Air Kapur dan Lama kandungan kadar abu relatif rendah pada
Perendaman 24 jam) yaitu sebesar 14,49%. perlakuan J1L3 (Perendam Air Tawar dan
Sedangkan nilai kadar air relatif rendah pada Lama Perendaman 24 jam) yaitu 12,14%.
perlakuan J2L2 (Perendam Air Kapur dan Kadar abu yang terkandung dalam karaginan
Lama Perendaman 18 jam) yaitu sebesar berkisar antara 14-15%, yang berarti semua
10,51%. Menurut Wiraatmadja (1988), dasar perlakuan menghasilkan karaginan yang
dari pengeringan adalah terjadinya memenuhi standar mutu, karena batas
penguapan air ke udara karena perbedaan maksimum kadar abu yang ditetapkan oleh
kandungan uap air antara udara dengan bahan FAC/FCC (Anonim,1994) adalah 15-40%.
yang dikeringkan. Kadar air karaginan yang Besarnya kadar abu dalam suatu bahan
diperoleh dari penelitian ini sudah memenuhi pangan menunjukkan tingginya kandungan
syarat tepung karaginan yang dikeluarkan mineral dalam bahan pangan tersebut namun
oleh FAO yaitu sebesar 12% (Anonim,2003), kadar abu juga ditunjukkan dengan adanya
kecuali pada perlakuan J2L3 (Perendam Air unsur logam yang tidak larut dalam air
Kapur dan Lama Perendaman 24 jam) yang terutama Ca yang menempel pada bahan
mencapai 14,49%. Kadar air ini adalah salah (rumput laut) (Sudarmadji, 1984).
satu peubah syarat mutu yang perlu Kandungan mineral total dalam bahan
diperhatikan, karena umumnya produk pangan dapat diperkirakan sebagai
tepung harus aman untuk disimpan dalam kandungan abu yang merupakan residu an-
kurun waktu yang cukup lama. Syarat organik yang tersisa setelah bahan-bahan
tersebut menuntut produk pada kondisi kadar organik terbakar habis, semakin banyak
air rendah. kandungan mineralnya maka kadar abu
menjadi tinggi begitu juga sebaliknya apabila
2. Kadar Abu Karaginan kandungan mineral sedikit maka kadar abu
Hasil analisa ragam kadar abu bahan juga sedikit.
menunjukkan adanya interaksi yang sangat
nyata antara perlakuan jenis larutan 3. Rendemen Karaginan
perendam dan lama perendaman terhadap Hasil analisa ragam terhadap
kadar abu karaginan. Jenis larutan perendam rendemen, menunjukkan bahwa terjadi
dan lama perendaman memberikan pengaruh interaksi antara perlakuan jenis larutan
sangat nyata terhadap kadar air karaginan. perendam dan lama perendaman. Kedua
Rerata dari kadar abu karaginan dapat dilihat faktor yang dicobakan memberikan pengaruh
pada Tabel 1. nyata terhadap rendemen karaginan. Rerata
Berdasarkan analisa lanjut, nilai kadar rendemen karaginan dapat dilihat pada Tabel
abu tertinggi yaitu 15,97% dihasilkan oleh 1.
52
Vol.14.No.1.Th.2007 Studi Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii
Berdasarkan analisa lanjut (Tabel 1), perendam air kapur dan lama perendaman 24
rendemen tertinggi dihasilkan oleh perlakuan jam) yaitu 3,43 cps. Perendaman satu hari
L2J3 (Perendam Air Kapur dan Lama dinding sel rumput laut mulai pecah akibat
Perendaman 24 jam) sebesar 9,85%, tetapi terlalu banyak menyerap air, sehingga
tidak berbeda nyata dengan perlakuan J2L1 mengakibatkan keluarnya karaginan yang
dan J2L2. Sedangkan rendemen terendah merupakan bahan utama pembentuk gel
dihasilkan oleh perlakuan J1L1 (Perendam (Anonim, 2003). Selain itu kekentalan
Air Tawar dan Lama Perendaman 12 jam) disebabkan karena kandungan sulfat masing-
sebesar 4,09%, tetapi tidak berbeda nyata masing bahan yang berbeda. Menurut
dengan perlakuan J1L2. Perbedaan rendemen Guiseley (1980), bahwa adanya sulfat ini
tersebut dapat diakibatkan pada saat proses akan menyebabkan gaya tolak-menolak
pembuatan yaitu pada proses pemblenderan antara group sulfat bermuatan negatif
maupun penyaringan yang kurang maksimal. sehingga rantai polimer akan tertarik
Akan tetapi jika nilai rendemen dibandingkan kencang-kencang. Semakin kecil kandungan
dengan bahan baku awal, maka akan terjadi sulfat tepung karaginan, semakin kecil pula
penurunan berat. Hal ini dikarenakan nilai kekentalannya tetapi konsistensi gelnya
kandungan air yang cukup tinggi pada bahan semakin meningkat (Percival and Mc Dowel,
baku. Selain itu penurunan nilai rendemen 1967).
juga diakibatkan karena sifat karaginan
mudah larut dalam air sehingga mudah 5. Kekuatan Gel Karaginan
terurai membentuk fraksi/molekul yang lebih Hasil analisa ragam terhadap kekuatan
sederhana. Menurut Desrosier (1986), gel karaginan, menunjukkan terjadi interaksi
menyatakan bahwa rendemen bahan kering yang sangat nyata antara jenis larutan
dipengaruhi kadar air bahan awal dan akhir perendam dan lama perendaman, dan
yang diinginkan. Dimana semakin tinggi masing-masing perlakuan sangat
kadar air dalam bahan, maka berat akhir yang berpengaruh nyata terhadap kekuatan gel
dihasilkan akan semakin tinggi pula. karaginan. Rerata kekuatan gel karaginan
Rendemen yang dihasilkan pada dapat dilihat pada Tabel 1.
penelitian ini masih jauh dari harapan. Berdasarkan analisa lanjut (Tabel 1),
Karena metode ini memerlukan biaya operasi dihasilkan nilai kekuatan gel tertinggi yaitu
yang besar, sehingga untuk dapat 5,40 mm/g/detik, pada perlakuan J1L1 yaitu
diaplikasikan perlu usaha-usaha untuk jenis larutan perendam air tawar dan lama
memperbesar rendemen dan metode perendaman 12 jam, tetapi tidak berbeda
ekstraksinya menjadi efektif dan aplikatif nyata dengan J2L3. Sedangkan kekuatan gel
untuk industri kecil. Atau perlu dicoba terendah yaitu 3,39 mm/g/detik, pada perlakuan
modifikasi ekstraksi yang tidak J1L3 yaitu dengan jenis larutan perendam air
menggunakan alkohol atau metode khemis, tawar dan lama perendaman 24 jam. Tingkat
misalnya dengan perlakuan pembekuan. kekuatan gel yang terbaik ditunjukkan oleh
skor yang terendah, semakin rendah skornya
4. Viskositas Karaginan kekuatan gel semakin tinggi. Kekuatan gel
Hasil analisa ragam terhadap karaginan ini juga dipengaruhi oleh adanya
viskositas, menunjukkan adanya interaksi sulfat, karena semakin rendah sulfat yang
yang sangat nyata antara jenis larutan terdapat pada karaginan akan meningkatkan
perendam dan lama perendaman. Kedua kekuatan gelnya. Kekuatan gel adalah salah
perlakuan yang dicobakan memberikan satu sifat penting dari karaginan untuk aplikasi
pengaruh yang sangat nyata terhadap pada proses pengolahan. Menurut Warkoyo dan
viskositas karaginan. Eryanti (2004), kekuatan gel yang tinggi akan
Berdasarkan analisa lanjut (Tabel 1), sangat membantu bagi industri makanan dan
nilai viskositas tertinggi dihasilkan oleh minuman, karena akan mengefisienkan
perlakuan J2L2 (jenis larutan perendam air penggunaannya.
kapur dan lama perendaman 18 jam) yaitu
5,20 cps. Sedangkan nilai viskositas terendah 6. Derajat Keputihan Karaginan
terdapat pada perlakuan J2L3 (jenis larutan
53
Warkoyo Jurnal Protein
Hasil analisa ragam terhadap derajat Oleh karena itu, warna merupakan
keputihan, menunjukkan terjadi interaksi salah satu parameter yang penting dalam
antara jenis larutan perendam dan lama menentukan mutu bahan makanan terutama
perendaman, sedangkan pada perlakuan jenis produk tepung-tepungan karena warna putih
larutan perendam terdapat pengaruh nyata suatu tepung berpengaruh terhadap produk
dan lama perendaman tidak berpengaruh yang akan dihasilkan. Derajat keputihan
terhadap derajat keputihan karaginan. Rerata karaginan yang dihasilkan pada percobaan ini
derajat keputihan karaginan dapet dilihat masih perlu ditingkatkan, supaya dapat
pada Tabel 1. memudahkan dalam pengaplikasiannya dan
Berdasarkan analisa lanjut, nilai juga dapat bersaing dengan produk karaginan
derajat keputihan tertinggi sebesar 30,43 di pasaran.
pada perlakuan J1L3 yaitu dengan jenis
larutan perendam air tawar dan lama 7. Kadar Sulfat Karaginan
perendaman 24 jam, tetapi tidak berbeda Hasil analisa ragam terhadap kadar
nyata dengan J2L1. Sedangkan derajat sulfat, menunjukkan tidak terjadi interaksi
keputihan terendah sebesar 25,42 pada antara jenis larutan perendam dan lama
perlakuan J1L2 yaitu dengan jenis larutan perendaman, tetapi masing-masing perlakuan
perendam air tawar dan lama perendaman 18 memberikan pengaruh yang sangat nyata
jam. Dari Tabel 1, dapat diketahui bahwa terhadap kadar sulfat karaginan. Rerata kadar
dengan semakin lama waktu perendaman, sulfat karaginan dapat dilihat pada Tabel 2.
akan dapat meningkatkan derajat keputihan
dari tepung karaginan.
Tabel 2. Rerata Kadar Sulfat dan CaCO 3 Karaginan akibat Perlakuan Jenis Larutan
Perendam dan Lama Perendaman
Perlakuan Kadar Sulfat (%) Kadar CaCO3(%)
J1: Perendam Air Tawar 21,93 b 0,111 b
J2: Perendam Air Kapur 17,83 a 0,108 a
L1: Lama Perendaman 12 jam 23,01 c 0,112 c
L2: Lama Perendaman 18 jam 16,72 b 0,108 b
L3: Lama Perendaman 24 jam 13,67 a 0,105 a
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
Berdasarkan analisa lanjut (Tabel 2), penurunan kadar sulfat yang terjadi dapat
dihasilkan nilai kadar sulfat tertinggi terdapat menyebabkan kekuatan gel semakin tinggi.
pada perlakuan L1 (lama perendaman 12 Karaginan yang berkualitas adalah apabila
jam) yaitu 23,01%, dan J1 (jenis larutan kandungan sulfatnya rendah sehingga
perendam air tawar) yaitu 21,93%. meningkatkan kekuatan gelnya (Murniyati,
Sedangkan kadar sulfat terendah pada dkk, 1994).
perlakuan J2 (jenis larutan perendam air
kapur) yaitu 17,83% dan L3 (lama 8. Kadar CaCO3 Karaginan
perendaman 24 jam) yaitu 13,67%. Dari Hasil analisa ragam terhadap kadar
Tabel 2, dapat diketahui bahwa dengan tinggi CaCO3, menunjukkan tidak terjadi interaksi
rendahnya kandungan sulfat pada karaginan antara perlakuan jenis larutan perendam dan
akan berpengaruh terhadap sifat fisik lama perendaman. Sedangkan pada masing-
karaginan terutama kekuatan gelnya. masing perlakuan memberikan pengaruh
Kandungan sulfat karaginan yang diperoleh yang sangat nyata terhadap kadar CaCO 3
pada penelitian sudah sesuai standart karaginan. Adapun rerata dari kadar CaCO 3
karaginan yang dikeluarkan FAO yaitu karaginan dapat dilihat pada Tabel 2.
sebesar 15-40% (Anonim, 2003). Penurunan Berdasarkan analisa lanjut,
kandungan sulfat diakibatkan terjadinya menunjukkan bahwa kadar CaCO3 karaginan
reduksi sulfat menjadi sulfit dimana tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (lama
54
Vol.14.No.1.Th.2007 Studi Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii
55
Warkoyo Jurnal Protein
12. Setijawati, D, B.B Sasmita dan H, 14. Suptijah, P., 2002. Rumput Laut : Prospek
Nusyam. 2000. Pengaruh Jenis Rumput Laut dan Tantangannya. s_pipih@yahoo.com
dan Lama Fermentasi Terhadap Peningkatan
Kualitas Karaginan dalam Jurnal Ilmu 15. Warkoyo dan M.V. Eryanti, 2004.
Ilmu Hayati. Lembaga Penelitian Universitas Pemanfaatan Rumput Laut (Sea weed) untuk
Brawijaya. Malang. Pembuatan Dodol (Kajian Jenis Larutan
Perendam dan Proporsi Tepung Beras
13. Sudarmadji, S, H, Bambang dan Suhardi. Ketan). Prosiding Seminar Nasional PATPI,
1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Jakarta 17-18 Desember 2004
Makanan dan Pertanian Edisi Ketiga.
Liberty. Yogyakarta. 16. Winarno, F.G., 1990. Teknologi
Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta
56