Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Rabu/ 15 April 2020

m.k Kimia air dan Tanah Kelompok : II


Waktu : 14.00 s.d. 18.00 WIB
Dosen : Andri Hendriyana, M.Si
Asisten : Fauziyyah Hanifah, A. Md
M. S. Hamka S.Pi, M.Sc
Nabilla Putri E., A. Md

PENGUKURAN ALKALINITAS DAN KESADAHAN

Disusun oleh:

Agnesia Fitriani U. J3H119003


Lazuardi El Haq J3H119034
Nurul Mashita J3H119046
Rahma Halikha J3H119052
Ahmad Hafizh J3H219094
Elsa Sofnia J3H219102
Fatimatul Zahro J3H219105
Jibal Rizki Akbar Arzi J3H219112

PROGAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI DAN


MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
1 PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Air adalah sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak
sehingga perlu dilindungi agar menghasilkan manfaat bagi kehidupan, baik
kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya (Azwir 2006). Ikan
merupakan salah satu organisme yang berhabitat di air sehingga untuk menjaga
kualitas dari ikan budi daya kualitas air harus dikendalikan agar memenuhi baku
mutu air. Pengendalian ini dapat dilakukan salah satunya dengan cara
pengendalian pencemaran air.
Lingkungan adalah salah satu faktor penting pendukung budi daya.
Lingkungan yang buruk dapat menyebabkan stress pada ikan dan penurunan
kualitas produksinya. Berbeda dengan lingkungan air yang baik yang tentunya
dapat meningkatkan produksi ikan. Menurut Agustin (2001), meningkatnya
produksi ikan dapat diupayakan dengan manipulasi lingkungan air. Contohnya
adalah dengan mengatur kesadahan dan alkalinitas yang cocok bagi perairan.
Kesadahan di perairan perlu dianalisa sebab kesadahan merupakan
gambaran dari garam-garam kalsium dan magnesium yang penting untuk
kesuburan kualitas air suatu lingkungan budi daya ikan (Sitanggang et al., 2019).
Kesadahan berkaitan erat dengan pH. Air dengan kesadahan tinggi mengandung
lebih banyak ion magnesium dan kalsium yang bersifat basa sehingga akan
menyebabkan air memiliki pH tinggi. Hampir semua ikan hidup pada pH netral
sehingga jika pH air tinggi, ikan tidak bisa hidup dengan baik. Ini yang
menyebabkan kesadahan air harus selalu terkontrol dengan baik.
Alkalinitas air adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau
kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hydrogen serta sebagai
kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan (Effendie, 2003).
Alkalinitas dapat diartikan sebagai besaran yang menunjukkan penyanggahan ion
bikarbonat, dan hingga sampai tahap tertentu, dapat menunjukkan penyanggahan
terhadap ion kaorbonat dan hidroksida dalam air. Nilai alkalinitas yang tinggi,
maka kemampuan air untuk menyangga makin tinggi sehingga flukuasi pH
perairan semakin rendah. Alkalinitas dinyatakan dalam kalsium karbonat dengan
satuan ppm (mg/L) (Effendie, 2003).
I.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menganalisa kadar kandungan alkalinitas dan
tingkat kesadahan pada suatu perairan.
2 METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 15 April 2020 pukul 14.00 -18.00
WIB.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah Pipet mohr, Pipet tetes, Erlenmeyer, Buret.
Serta bahan yang digunakan adalah air sampel, indikator pp, HCI, H2SO4 0,02 N,
indikator BOG + MR, larutan buffer, indikator EBT, Na-EDTA.

2.3. Prosedur
2.3.1. Alkalinitas
Air sampel di pipet sebanyak 50 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Dua tetes indikator pp ditambah. Bila sampel terbentuk warna pink, di titrasi
dengan HCI atau H2SO4 0,02 N hingga terjadi perubahan warna dari pink
menjadi tidak berwarna. Bila sampel tidak berwarna, sampel ditambahkan
indikator BOG + MR sebanyak 3–4 tetes dengan titran yang sama hingga terjadi
perubahan warna dari biru menjadi merah kebiruan. Volume titran yang
digunakan dicatat.

2.3.2. Kesadahan Total


Air sampel di pipet sebanyak 50 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Air
sampel ditambahkan larutan buffer 1 mL, aduk. Air sampel ditambahkan 4 tetes
indikator EBT, aduk. Air sampel di titrasi dengan Na-EDTA hingga terjadi
perubahan warna dari merah anggur kebiru. Volume titran yang digunakan
dicatat.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Hasil yang didapatkan dari praktikum sebagai berikut:
Tabel 1. Perhitungan Alkalinitas
Pengukuran Hasil
Alkalinitas
Kelompok
Nilai A Nilai B Vol.Sampel N Titran PP Total
(ml) (ml) (ml) (ppm) (ppm)
1 2 2 50 0,02 40 80
(Air Kolam Lele)
2 2 1 50 0,02 40 60
(Air Kolam Nila)
3 1,5 - 50 0,02 30 -
(Air Kolam
Gurame)
4 1,3 - 50 0,02 26 -
(Air Kolam Mas)
Berdasarkan tabel perhitungan alkalinitas diatas, diperoleh hasil alkalinitas
PP tertinggi terdapat pada sampel air kolam lele dan nila sebesar 40 ppm. Hasil
alkalinitas PP terendah terdapat pada sampel air kolam mas yakni sebesar 26 ppm.
Sedangkan untuk hasil alkalinitas PP pada sampel air kolam gurame sebesar 30
ppm. Disamping itu, hasil alkalinitas total didapatkan nilai sebesar 80 ppm pada
sampel air kolam lele dan 60 ppm pada sampel air kolam nila.

Tabel.2 Perhitungan Kesadahan

Pengukuran
Hasil Kesadahan
Kelompok Hasil N Titran Air Sampel
Total (mg/L)
Titran (ml) (M) (ml)
1 2,7 0,02 50 108,108
(Air Kolam
Lele)
2 2,8 0,02 50 112,112
(Air Kolam
Nila)
3 1,8 0,02 50 72,072
(Air Kolam
Gurame)
4 2 0,02 50 80,08
(Air Kolam
Mas)
Berdasarkan tabel perhitungan kesadahan diatas, diperoleh hasil kesadahan
total tertinggi sebesar 112,112 mg/ L pada sampel air kolam nila dan hasil
kesadahan total terendah sebesar 72,072 mg/L pada sampel air kolam gurame.

3.2 Pembahasan
Kesadahan merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion
(kation) logam valensi dua yang mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerak
air. Definisi dari kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama (Effendi, 2003). Kesadahan dibagi atas
dua jenis kesadahan, yaitu kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Air yang
mengandung kesadahan kalsium karbonat dan magnesium karbonat disebut
kesadahan karbonat atau kesadahan sementara, sedangkan air yang mengandung
kesadahan kalsium sulfat, kalsium khlorida, magnesium sulfat dan magnesium
khlorida, disebut kesadahan tetap (Marsidi, 2001).
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau
dikenal dengan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion dalam air
yang dapat menetralkan kation hydrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Penyusun
alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), dan
hidroksida (OH-). Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-),
sulfida (HS-), dan amonia (NH3). Sebagai pembentuk alkalinitas yang utama
adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida, dan bikarbonat adalah paling banyak
terdapat pada perairan alami (Effendi, 2003).
kesadahan sederhana dapat dihilangkan dengan cara pemanasan atau
dengan cara pembubuhan kapur. Sementara kesadahan tetap tidak dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan, tetapi dapat dengan cara lain dan salah
satunya adalah proses penukar ion (Marsidi, 2001).
Alkalinitas sangat diperlukan untuk menopang produktivitas suatu
perairan. Perairan dengan alkanitas rendah memiliki tingkat produktivitas yang
rendah dan menghambat pertumbuhan biota air begitupun perairan dengan
alkanitas tinggi akan memberikan dampak negatif bagi perairan dan biota air.
Kisaran alkalinitas yang optimum untuk kegiatan budidaya adalah 20-
180mg/LCaCO3 (Zaidi,2007). Dan Alkalinitas optimal menurut Wedenmeyer
(1996) untuk budidaya ikan secara intensif adalah 100 hingga 150 ppm.
Menurut Stickney (1979) kisaran kesadahan yang dibutuhkan untuk
keperluan perikanan adalah 20-150 mg/L CaCO3, sedangkan untuk keperluan
budidaya intensif diperlukan kisaran kesadahan antara 50-200 mg/L CaCO3
(Wedemeyer, 1996).
Berdasarkan data pada tabel diatas, nilai alkalinitas pada kolam lele
sebesar 80 mg/L dan pada kolam nila sebesar 60 mg/L. kondisi perairan tersebut
memiliki tingkat alkalinitas memiliki nilai optimum dalam kegiatan budidaya
karena masuk kedalam rentang menurut pernyataan Zaidi (2007) sebesar 20-
180mg/L. Berdasarkan data pada tabel diatas, nilai alkalinitas pada kolam lele
sebesar 108.108 mg/L, kolam nila sebesar 112,112 mg/L, air kolam gurami
sebesar 72,072 mg/L dan air kolam ikan mas sebesar 80,08 mg/L. Hasil nilai
kesadahan pada perairan tersebut sesuai dengan pernyataan Stickney (1979) yang
menyatakan bahwa kisaran kesadahan yang dibutuhkan untuk keperluan
perikanan adalah 20-150 mg/L dan pernyataan Wedenmeyer (1996) yang
menyatakan bahwa untuk keperluan budidaya intensif diperlukan kisaran
kesadahan antara 50-200 mg/L.
Alkalinitas media yang tinggi berpengaruh terhadap proses osmoregulasi.
Alkalinitas media berkaitan clengan tekanan osmotik media dan selanjutnya
tekanan osmotik media akan berpengaruh terhadap tekanan osmotik tubuh.
Tekanan osmotik media pemeliharaan berkisar antara 0,33 - 3,33 mOsm/Kg H2O,
sedangkan tekanan osmotik cairan tubuh kira-kira 300 mOsmol (Bond, 1979).
Pada kondisi seperti ini, ion-ion cenderung keluar secara difusi dan cairan internal
akan kekurangan ion karena ekskresi dan air dari media/ linqkungan hidup akan
mempunyai kecenderungan menembus masuk kedalam bagian tubuh ikan yang
mempunyai dinding tipis (Affandi & Usman, 2002). Hal ini menunjukkan adanya
respon fisiologis dan biokimia ikan terhadap perbedaan alkalinitas media
pemeliharaan dan senantiasa tekanan osmotik cairan fubuh lebih tinggi daripada
tekanan osmotik medianya (hiperosmotik).
Tidak ada organisme yang hidup dalam perairan tawar tanpa melakukan
osmoreguIasi untuk mempertahankan perbedaan tekanan osmotik. Semua
organisme lainnya membelanjakan sebagian besar energi metabolik basalnya
untuk menahan garam-garam internal dan material terlarut lainnya pada
konsentrasi yang berbeda dengan lingkungan luar, karena sistem osmoregulasi itu
sendiri bukanlah suatu sistem organ yang sekontinyu seperti sistem saraf. Tetapi
lebih merupakan kumpulan dari berbagai lapisan. Makin tinggi alkalinitas, makin
tinggi kemampuan air untuk menyangga sehingga fluktuasi pH perairan makin
rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam kalsium karbonat dengan satuan
ppm (mg/L). Sedangkan menurut Effendi (2003), nilai alkalinitas tinggi lebih
produktif dari pada perairan dengan nilai alkalinitas rendah
Kesadahan yang lebih tinggi memiliki konsentrasi amonia secara umum
lebih rendah dibanding dengan kesadahan yang lebih rendah. Hal itu menandakan
bahwa kesadahan mempengaruhi keberadaan amonia, karena kesadahan akan
mereduksi toksisitas amonia (Boyd, 1990). Menurut Nirmala (2005) nilai
kesadahan yang tinggi kurang baik untuk pertumbuhan beberapa jenis ikan,
namun menurut Sunaryo (2017) kesadahan yang tinggi mampu meningkatkan
produktivitas komoditas budidaya sejenis udang dan kepiting serta mampu
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan cangkang.
Tingginya nilai alkalinitas suatu perairan menurut Kusuma (2009) dapat
diturunkan kadarnya dengan cara meningkatkan jumlah fitoplankton yang ada
diperairan tersebut. Peningkatan fitoplankton akan mempengaruhi kadar CO2 yang
terpakai, karena peningkatan nilai alkalinitas berpengaruh terhadap peningkatan
kadar CO2 suatu perairan.
Menurut Marsidi (2001) menyatakan bahwa kondisi nilai kesadahan yang
tinggi pada suatu lingkungan perairan dapat dikurangi dengan cara penambahan
zeolite pada proses filtrasi, karena Air sadah yang dialirkan melalui kolom zeolit
akan mengalami pertukaran ionion, ion Ca dan ion Mg dalam air sadah ditukar
dengan ion Na dalam zeolit.
4 KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan ini, hasil alkalinitas dan kesadahan dari
sampel air kolam lele, air kolam ikan nila, air kolam ikan gurame dan air kolam
ikan mas yang didapat tergolong pada nilai optimum air yang digunakan untuk
kegiatan budidaya dan lingkungan perairan tersebut dikatakan normal dan aman
digunakan dalam kegiatan akuakultur.
IV.2 Saran
Dalam melakukan praktikum, para praktikan diharapkan berhati-hati serta
cermat dalam menggunakan alat karena terdapat alat yang mudah pecah dan
terdapat bahan yang bersifat korosif. Disarankan sebelum melakukan praktikum,
praktikan diharapkan telah membaca prosedur kerja dengan benar untuk
menghindari kesalahan teknis yang mungkin terjadi selama praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi R & Usman MT .2002. Fisiologi Hewan Air. Riau (ID): UNRI Press.
Agustin Yovi. 2001. Pengaruh Salinitas dan Kesadahan Terhadap Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhkan Ikan Hias Sumatra (Babus tetrazona Bleeker)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Bond. 1979. Biology of Fishes. London (ING): W.R Saunders.
Boyd CE. 1990. Water Quality Management in Aquaculture and Fisheries.
Science. Belanda (BD): Elsevier Scientific Publishing Company
Amsterdam. 3125p.
Effendi H. 2003. Telaahan kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Kusuma RVS. Pengaruh Tiga Cara Pengolahan Tanah Tambak Terhadap
Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Marsidi R. 2001. Zeolit untuk mengurangi kesadahan air. Jurnal Teknologi
Lingkungan. 2(1): 1-10
Nirmala, KR Wulandari & Djokosetiyanto D. 2005. pengaruh kesadahan pada
media budidaya bersalinitas 3 ppt terhadap laju pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan barbir (Barbus conchonius Hamilton-
Buchanan). Jurnal Akuakultur Indonesia. 4(1): 17–24
Sitanggang DP & Amanda L. 2019. Analisa kualitas air alkalinitas dan kesadahan
(hardness) pada pembesaran udang putih (litopenaeus vannamei) di
laboratorium animal health service binaan PT. Central proteina prima
tbk. Medan. Jurnal Penelitian Terapan Perikanan dan Kelautan. 1(1): 1.
Stickney RR. 1979. Principles of Warmwater Aquaculture. New York (USA):
John wiley and Sons, Inc.
Sunaryo Ali D & Adi S. 2017. Kesadahan air media pemeliharaan dan
pengaruhnya terhadap kualitas produk kepiting soka. Jurnal Kelautan
Tropis. 20(2): 145–153.
Wedenmeyer, GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture System. New
York (USA): Chapman and Hall.
Zaidi, FMA., & Faiz, NAA. 2013. Effect of pH on hatching and survival of larvae
of common carp Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758). Marsh Bulletin.
8(1):58–64.
LAMPIRAN

Gambar 2. Pipet tetes merupakan jenis pipet


Gambar 1. Pipet Mohr, juga dikenal sebagai
yang digunakan untuk memindahkan larutan
pipet bertingkat, adalah jenis pipet yang
dari suatu wadah ke wadah lain dengan
digunakan untuk mengukur volume cairan
jumlah yang sangat sedikit dan dengan
yang dikeluarkan.
tingkat ketelitian pengukuran volume yang
sangat rendah.

Gambar 5. Phenolphthalein/ Fenolftalein


Gambar 4. Labu Erlenmeyer untuk
dalam Bahasa Inggris
mentitrasi bahan.
merupakan pewarna yang berperan sebagai
indikator pH.
Perhitungan alkalinitas pp sampel air kolam ikan nila:

Diketahui: A = 2 ml

N titran = 0.02 N

Volume sampel = 50 ml

Alkalinitas pp (ppm CaCO3) = A × N titran × 100/2 × 1000


Volume Sampel

= 2 × 0,02 × 100/2 × 1000


50 ml

= 40 ppm

Perhitungan alkalinitas total sampel air kolam ikan nila:

Diketahui: A = 2 ml

B= 1 ml

N titran = 0.02 N

Volume sampel = 50 ml

Alkalinitas Total (ppm CaCO3) = (A+B) × N Titran × 100/2 × 1000


Volume Sampel

= (2+1) × 0,02 × 100/2 × 1000


50 ml

= 60 ppm

Perhitungan kesadahan total sampel air kolam ikan nila:

Diketahui: Nilai Titran = 2.8 ml

N titran = 0.02 N

Volume sampel = 50 ml

Kesadahan Total (mg/L CaCO3) = ml titran × M titran × 100,1 × 1000


ml sampel
= 2,8 × 0,02 × 100,1 × 1000
50 ml

= 112,112 mg/L

RINCIAN KERJA

Pendahuluan: Agnesia Fitriani U. dan Jibal Rizki Akbar Arzi


Tujuan: Rahma Halikha
Metode: Elsa Sofnia
Hasil dan pembahasan : Nurul Mashita dan Ahmad Hafizh
Kesimpulan dan saran: Fatimatul Zahro
Lampiran dan editor: Lazuardi El Haq

Anda mungkin juga menyukai