Disusun oleh:
2.3. Prosedur
2.3.1. Alkalinitas
Air sampel di pipet sebanyak 50 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Dua tetes indikator pp ditambah. Bila sampel terbentuk warna pink, di titrasi
dengan HCI atau H2SO4 0,02 N hingga terjadi perubahan warna dari pink
menjadi tidak berwarna. Bila sampel tidak berwarna, sampel ditambahkan
indikator BOG + MR sebanyak 3–4 tetes dengan titran yang sama hingga terjadi
perubahan warna dari biru menjadi merah kebiruan. Volume titran yang
digunakan dicatat.
3.1 Hasil
Hasil yang didapatkan dari praktikum sebagai berikut:
Tabel 1. Perhitungan Alkalinitas
Pengukuran Hasil
Alkalinitas
Kelompok
Nilai A Nilai B Vol.Sampel N Titran PP Total
(ml) (ml) (ml) (ppm) (ppm)
1 2 2 50 0,02 40 80
(Air Kolam Lele)
2 2 1 50 0,02 40 60
(Air Kolam Nila)
3 1,5 - 50 0,02 30 -
(Air Kolam
Gurame)
4 1,3 - 50 0,02 26 -
(Air Kolam Mas)
Berdasarkan tabel perhitungan alkalinitas diatas, diperoleh hasil alkalinitas
PP tertinggi terdapat pada sampel air kolam lele dan nila sebesar 40 ppm. Hasil
alkalinitas PP terendah terdapat pada sampel air kolam mas yakni sebesar 26 ppm.
Sedangkan untuk hasil alkalinitas PP pada sampel air kolam gurame sebesar 30
ppm. Disamping itu, hasil alkalinitas total didapatkan nilai sebesar 80 ppm pada
sampel air kolam lele dan 60 ppm pada sampel air kolam nila.
Pengukuran
Hasil Kesadahan
Kelompok Hasil N Titran Air Sampel
Total (mg/L)
Titran (ml) (M) (ml)
1 2,7 0,02 50 108,108
(Air Kolam
Lele)
2 2,8 0,02 50 112,112
(Air Kolam
Nila)
3 1,8 0,02 50 72,072
(Air Kolam
Gurame)
4 2 0,02 50 80,08
(Air Kolam
Mas)
Berdasarkan tabel perhitungan kesadahan diatas, diperoleh hasil kesadahan
total tertinggi sebesar 112,112 mg/ L pada sampel air kolam nila dan hasil
kesadahan total terendah sebesar 72,072 mg/L pada sampel air kolam gurame.
3.2 Pembahasan
Kesadahan merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion
(kation) logam valensi dua yang mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerak
air. Definisi dari kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama (Effendi, 2003). Kesadahan dibagi atas
dua jenis kesadahan, yaitu kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Air yang
mengandung kesadahan kalsium karbonat dan magnesium karbonat disebut
kesadahan karbonat atau kesadahan sementara, sedangkan air yang mengandung
kesadahan kalsium sulfat, kalsium khlorida, magnesium sulfat dan magnesium
khlorida, disebut kesadahan tetap (Marsidi, 2001).
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau
dikenal dengan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion dalam air
yang dapat menetralkan kation hydrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Penyusun
alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), dan
hidroksida (OH-). Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-),
sulfida (HS-), dan amonia (NH3). Sebagai pembentuk alkalinitas yang utama
adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida, dan bikarbonat adalah paling banyak
terdapat pada perairan alami (Effendi, 2003).
kesadahan sederhana dapat dihilangkan dengan cara pemanasan atau
dengan cara pembubuhan kapur. Sementara kesadahan tetap tidak dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan, tetapi dapat dengan cara lain dan salah
satunya adalah proses penukar ion (Marsidi, 2001).
Alkalinitas sangat diperlukan untuk menopang produktivitas suatu
perairan. Perairan dengan alkanitas rendah memiliki tingkat produktivitas yang
rendah dan menghambat pertumbuhan biota air begitupun perairan dengan
alkanitas tinggi akan memberikan dampak negatif bagi perairan dan biota air.
Kisaran alkalinitas yang optimum untuk kegiatan budidaya adalah 20-
180mg/LCaCO3 (Zaidi,2007). Dan Alkalinitas optimal menurut Wedenmeyer
(1996) untuk budidaya ikan secara intensif adalah 100 hingga 150 ppm.
Menurut Stickney (1979) kisaran kesadahan yang dibutuhkan untuk
keperluan perikanan adalah 20-150 mg/L CaCO3, sedangkan untuk keperluan
budidaya intensif diperlukan kisaran kesadahan antara 50-200 mg/L CaCO3
(Wedemeyer, 1996).
Berdasarkan data pada tabel diatas, nilai alkalinitas pada kolam lele
sebesar 80 mg/L dan pada kolam nila sebesar 60 mg/L. kondisi perairan tersebut
memiliki tingkat alkalinitas memiliki nilai optimum dalam kegiatan budidaya
karena masuk kedalam rentang menurut pernyataan Zaidi (2007) sebesar 20-
180mg/L. Berdasarkan data pada tabel diatas, nilai alkalinitas pada kolam lele
sebesar 108.108 mg/L, kolam nila sebesar 112,112 mg/L, air kolam gurami
sebesar 72,072 mg/L dan air kolam ikan mas sebesar 80,08 mg/L. Hasil nilai
kesadahan pada perairan tersebut sesuai dengan pernyataan Stickney (1979) yang
menyatakan bahwa kisaran kesadahan yang dibutuhkan untuk keperluan
perikanan adalah 20-150 mg/L dan pernyataan Wedenmeyer (1996) yang
menyatakan bahwa untuk keperluan budidaya intensif diperlukan kisaran
kesadahan antara 50-200 mg/L.
Alkalinitas media yang tinggi berpengaruh terhadap proses osmoregulasi.
Alkalinitas media berkaitan clengan tekanan osmotik media dan selanjutnya
tekanan osmotik media akan berpengaruh terhadap tekanan osmotik tubuh.
Tekanan osmotik media pemeliharaan berkisar antara 0,33 - 3,33 mOsm/Kg H2O,
sedangkan tekanan osmotik cairan tubuh kira-kira 300 mOsmol (Bond, 1979).
Pada kondisi seperti ini, ion-ion cenderung keluar secara difusi dan cairan internal
akan kekurangan ion karena ekskresi dan air dari media/ linqkungan hidup akan
mempunyai kecenderungan menembus masuk kedalam bagian tubuh ikan yang
mempunyai dinding tipis (Affandi & Usman, 2002). Hal ini menunjukkan adanya
respon fisiologis dan biokimia ikan terhadap perbedaan alkalinitas media
pemeliharaan dan senantiasa tekanan osmotik cairan fubuh lebih tinggi daripada
tekanan osmotik medianya (hiperosmotik).
Tidak ada organisme yang hidup dalam perairan tawar tanpa melakukan
osmoreguIasi untuk mempertahankan perbedaan tekanan osmotik. Semua
organisme lainnya membelanjakan sebagian besar energi metabolik basalnya
untuk menahan garam-garam internal dan material terlarut lainnya pada
konsentrasi yang berbeda dengan lingkungan luar, karena sistem osmoregulasi itu
sendiri bukanlah suatu sistem organ yang sekontinyu seperti sistem saraf. Tetapi
lebih merupakan kumpulan dari berbagai lapisan. Makin tinggi alkalinitas, makin
tinggi kemampuan air untuk menyangga sehingga fluktuasi pH perairan makin
rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam kalsium karbonat dengan satuan
ppm (mg/L). Sedangkan menurut Effendi (2003), nilai alkalinitas tinggi lebih
produktif dari pada perairan dengan nilai alkalinitas rendah
Kesadahan yang lebih tinggi memiliki konsentrasi amonia secara umum
lebih rendah dibanding dengan kesadahan yang lebih rendah. Hal itu menandakan
bahwa kesadahan mempengaruhi keberadaan amonia, karena kesadahan akan
mereduksi toksisitas amonia (Boyd, 1990). Menurut Nirmala (2005) nilai
kesadahan yang tinggi kurang baik untuk pertumbuhan beberapa jenis ikan,
namun menurut Sunaryo (2017) kesadahan yang tinggi mampu meningkatkan
produktivitas komoditas budidaya sejenis udang dan kepiting serta mampu
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan cangkang.
Tingginya nilai alkalinitas suatu perairan menurut Kusuma (2009) dapat
diturunkan kadarnya dengan cara meningkatkan jumlah fitoplankton yang ada
diperairan tersebut. Peningkatan fitoplankton akan mempengaruhi kadar CO2 yang
terpakai, karena peningkatan nilai alkalinitas berpengaruh terhadap peningkatan
kadar CO2 suatu perairan.
Menurut Marsidi (2001) menyatakan bahwa kondisi nilai kesadahan yang
tinggi pada suatu lingkungan perairan dapat dikurangi dengan cara penambahan
zeolite pada proses filtrasi, karena Air sadah yang dialirkan melalui kolom zeolit
akan mengalami pertukaran ionion, ion Ca dan ion Mg dalam air sadah ditukar
dengan ion Na dalam zeolit.
4 KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan ini, hasil alkalinitas dan kesadahan dari
sampel air kolam lele, air kolam ikan nila, air kolam ikan gurame dan air kolam
ikan mas yang didapat tergolong pada nilai optimum air yang digunakan untuk
kegiatan budidaya dan lingkungan perairan tersebut dikatakan normal dan aman
digunakan dalam kegiatan akuakultur.
IV.2 Saran
Dalam melakukan praktikum, para praktikan diharapkan berhati-hati serta
cermat dalam menggunakan alat karena terdapat alat yang mudah pecah dan
terdapat bahan yang bersifat korosif. Disarankan sebelum melakukan praktikum,
praktikan diharapkan telah membaca prosedur kerja dengan benar untuk
menghindari kesalahan teknis yang mungkin terjadi selama praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R & Usman MT .2002. Fisiologi Hewan Air. Riau (ID): UNRI Press.
Agustin Yovi. 2001. Pengaruh Salinitas dan Kesadahan Terhadap Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhkan Ikan Hias Sumatra (Babus tetrazona Bleeker)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Bond. 1979. Biology of Fishes. London (ING): W.R Saunders.
Boyd CE. 1990. Water Quality Management in Aquaculture and Fisheries.
Science. Belanda (BD): Elsevier Scientific Publishing Company
Amsterdam. 3125p.
Effendi H. 2003. Telaahan kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Kusuma RVS. Pengaruh Tiga Cara Pengolahan Tanah Tambak Terhadap
Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Marsidi R. 2001. Zeolit untuk mengurangi kesadahan air. Jurnal Teknologi
Lingkungan. 2(1): 1-10
Nirmala, KR Wulandari & Djokosetiyanto D. 2005. pengaruh kesadahan pada
media budidaya bersalinitas 3 ppt terhadap laju pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan barbir (Barbus conchonius Hamilton-
Buchanan). Jurnal Akuakultur Indonesia. 4(1): 17–24
Sitanggang DP & Amanda L. 2019. Analisa kualitas air alkalinitas dan kesadahan
(hardness) pada pembesaran udang putih (litopenaeus vannamei) di
laboratorium animal health service binaan PT. Central proteina prima
tbk. Medan. Jurnal Penelitian Terapan Perikanan dan Kelautan. 1(1): 1.
Stickney RR. 1979. Principles of Warmwater Aquaculture. New York (USA):
John wiley and Sons, Inc.
Sunaryo Ali D & Adi S. 2017. Kesadahan air media pemeliharaan dan
pengaruhnya terhadap kualitas produk kepiting soka. Jurnal Kelautan
Tropis. 20(2): 145–153.
Wedenmeyer, GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture System. New
York (USA): Chapman and Hall.
Zaidi, FMA., & Faiz, NAA. 2013. Effect of pH on hatching and survival of larvae
of common carp Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758). Marsh Bulletin.
8(1):58–64.
LAMPIRAN
Diketahui: A = 2 ml
N titran = 0.02 N
Volume sampel = 50 ml
= 40 ppm
Diketahui: A = 2 ml
B= 1 ml
N titran = 0.02 N
Volume sampel = 50 ml
= 60 ppm
N titran = 0.02 N
Volume sampel = 50 ml
= 112,112 mg/L
RINCIAN KERJA