Anda di halaman 1dari 11

Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 54 No.

2, Agustus 2020: 81 - 91

terminal bongkar muat tengah laut, tangki ballast dan efektif karena menggunakan mikroba yang secara
tangki bahan bakar, kecelakaan tanker (Sulistyono, alamiah sudah ada dilingkungan (tanah) dan tidak
2013). menggunakan atau menambahkan bahan kimia
Kasus tumpahan minyak yang terjadi di Indonesia, dalam prosesnya. Lebih lanjut, nutrient untuk
antara lain adalah kasus bocornya pipa Pertamina pertumbuhan mikroba menggunakan pupuk untuk
Cilacap (King Fisher) berdampak terbuangnya kegiatan pertanian dan perkebunan.
600.000 barel minyak mentah pada tahun 2000, Kelompok bakteri yang mampu mendegradasi
kasus Montara (75 hari) berdampak terbuangnya 400 senyawa hidrokarbon disebut bakteri
barrel/hari pada tahun 2009, kasus tubrukan kapal
hidrokarbonoklastik. Secara alami, bakteri ini
MT Alyarmouk dengan Kapal MV Sinar Kapuas
dapat mengikat, mengemulsi, mentranspor dan
berdampak 4500 MT crude oil tumpah ke laut pada
mendegradasi senyawa hidrokarbon (Prakasita &
tahun 2015, kasus tubrukan MT Wan Hai 301 dengan
MT APL Denver menyebabkan 300 ton minyak bumi Wulansarie, 2018). Bakteri hidrokarbonoklastik
terbuang pada tahun 2017, kasus tumpahan minyak di antaranya adalah Pseudomonas, Arthrobacter,
Balikpapan yang menyebabkan 1.238.619 barrel Alcaligenes, Brevibacterium, Brevibacillus, dan
terbuang pada tahun 2018 (KKP). Tumpahan minyak Bacillus. Bakteri-bakteri ini tersebar di alam seperti
dapat berdampak kematian organisme, perubahan di dalam perairan atau sedimen tercemar minyak
reproduksi dan tingkah laku organisme, dampak (Lasari, 2010).
terhadap plankton, dampak terhadap ikan migrasi, Komposisi hidrokarbon dicemaran minyak bumi
bau lantung (tainting), dampak pada kegiatan sangat kompleks sehingga tidak cukup hanya satu
perikanan budidaya dan kerusakan ekosistem (KKP). jenis bakteri untuk mendegradasinya. Setiap spesies
Kawasan wisata bahari dan pelabuhan juga terkena bakteri membutuhkan substrat yang spesifik untuk
dampaknya hingga dapat menyebabkan aktivitasnya mendegradasi keseluruhan komponen penyusun
berhenti (Kementrian Lingkungan Hidup, 2014). minyak bumi. Sehingga untuk sesuatu yang
Penyebaran minyak di laut dipengaruhi kondisi kompleks dibutuhkan korsorsium mikroba. Pada
tempat terjadi tumpahan minyak seperti angin, kultur campur (konsorsium) bakteri akan terjadi dua
pasang surut, dan arus laut serta sifat-sifat minyaknya kemungkinan yang dapat berpengaruh pada proses
(Sabhan, dkk., 2014). Tumpahan minyak di laut akan bioremediasi yaitu sinergisme dan antagonisme.
mengalami fotooksidasi, evaporasi, emulsifikasi,
Menurut Aditiawati (2001) bahwa proses sinergisme
disolusi, adsorpsi, sedimentasi, dan degradasi
(simbiosis mutualisme) bakteri kultur campur dapat
(French-McCay, 2004). Proses itu terjadi secara alami
meningkatkan proses bioremediasi dan sebaliknya
yang dipengaruhi oleh jumlah dan karakter minyak.
Namun frekuensi tumpahan minyak yang berlebih jika antagonisme akan terjadi penurunan proses
menyebabkan beban pencemaran lingkungan bioremediasi.
lebih besar dibandingkan proses degradasi zat Aplikasi bioremediasi didunia yang pernah
pencemar secara alamiah sehingga dibutuhkan dilakukan seperti kecelakaan tanker Amoco Candiz
bantuan manusia dengan teknologi yang ada untuk pada tahun 1979 di lepas pantai Perancis, kecelakaan
mengatasi pencemaran tersebut (Nugroho, 2010). Exxon Valdiz pada tahun 1989 di Alaska. Sedangkan
Proses untuk penyelesaian tumpahan minyak dapat aplikasi di Indonesia masih dalam tahap uji coba
dilakukan secara fisika, kimia dan biologi. Proses lapangan dan umumnya dicoba di darat (Darmayati,
fisika seperti penggunaan teknik pengumpulan dan 2017).
skimming namun teknik ini berpotensi merusak biota
Penelitian ini merupakan peningkatan skala dari
laut. Proses kimia seperti penggunaan dispersan
namun dapat menambah beban lingkungan karena penelitian Dwinovantyo (2015) dan modifikasi dari
pemakaian bahan kimia (Susanthi, dkk., 2009). penelitian Cappello, dkk. (2006) dan Darmayati,
Proses biologi seperti bioremediasi menggunakan dkk. (2015). Simulasi degradasi tumpahan minyak
mikroorganisme untuk mendegradasi pencemar dilakukan menggunakan media bervolume 8
lingkungan. Mikroorganismenya berupa bakteri liter berisi air laut yang tercemar tumpahan
alami yang berasal dari daerah yang tercemar minyak. Penelitian ini dilakukan di laboratorium
maupun bakteri yang diisolasi dari daerah lain lalu PPPTMGB “LEMIGAS” dengan tujuan menguji
diintroduksi ke daerah yang tercemar (Vidali, 2001). kemampuan bakteri konsorsium yaitu Raoultella
Bioremediasi merupakan metode yang aman dan sp., Pseudomonas sp., dan Enterobacter sp. untuk

82
Simulasi Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon Minyak Bumi Menggunakan Aktifitas Bakteri Laut Dalam (Syafrizal, dkk.)

simulasi degradasi minyak bumi. Variabel dari Dwinovantyo (2015) dengan dikultur media agar
penelitian ini adalah variasi media yaitu seawater miring. Bakteri berasal dari genus Pseudomonas
nutrient broth (SWNB) dan air terformasi (AF). sp., Enterobacter sp., dan Raoultella sp. Kultivasi
Pengaruh komposisi media terhadap degradasi di media NB steril. Hasil kultivasi masing-masing
minyak bumi diamati selama tujuh hari. genus diambil 10 ml dan dimasukkan ke dalam 100
ml media NB untuk kultivasi konsorsium bakteri.
Adaptasi dilakukan dengan dua media yaitu SWNB
BAHAN DAN METODE dan AF. Minyak 0,1 % v/v ditambahkan ke media
tersebut kemudian dikocok dengan shaker pada suhu
Bahan Kimia ruang. Jika populasi bakteri meningkat lebih dari 106
CFU/ml maka bakteri dapat digunakan untuk proses
n-C6H14, Na2SO4, akuades, Alkohol 96%, silika
biodegradasi (Okoro, 2010).
gel, alumina, CH2Cl2, Test Kit Merck NH4+ (14752),
NO2- (14776), NO3- (14556) dan PO43- (14848), Uji Biodegradasi Minyak dan Analisa
pupuk NPK 1000 ppm dan pupuk urea 200 ppm. Bakteri sebanyak 500 ml dimasukkan ke
Sampel minyak bumi dari lapangan minyak di dalam media air laut pada benjana kaca kemudian
Riau. Nilai API dan berat jenis berturut-turut 42,85 ditambahkan minyak bumi sebanyak 2500 ppm. Media
dan 0,8116 g/cm3. Air laut dengan salinitas 31 psu. diaduk pada suhu 28-31°C (Dwinovantyo,2015).
Pengaruh perbedaan media yaitu media SWNB,
Media media AF dan control menjadi variable dalam
- Agar Miring. Nutrient agar diletakkan di dalam penelitan dengan waktu pengamatan pada hari 0,
incubator dengan suhu 37oC. 3, 5, dan 7. Pada setiap waktu disampling 100 ml
untuk dua kali ulangan (duplo) analisis konsentrasi
- Nutrient Broth (NB). 1 g beef extract, 2 g ekstrak
minyak (SNI 06-6989.10: 2004), pH dan suhu (US
ragi, 5 g pepton, dan 5 g NaCl dalam 1 liter air
EPA EQ-01-07: 2004), salinitas (Horiba U-10),
(Parshetti, et al., 2006). populasi bakteri (OD600) dan nutrient (NH4+, NO2-,
- Sea Water Nutrient Broth (SWNB). 3 liter air NO3- dan PO43- ).
laut, 250 ml molase cair, 1.26 g MgSO4.7H2O, 1 Fraksinasi dilakukan untuk memisahan komponen
g KCl, 2.5 g KH2PO4, 3.75 g Na2HPO4, dan 1.29 Saturated, Aromatik, Resin dan Asphalthein (SARA)
g NaNO3 (Okoro, 2010). dengan kromatografi kolom. Eluen yang ada
- Air terformasi (AF). Nitrogen : Fosfor = 5:1 dan kemudian diuapkan pelarutnya dan dipindahkan ke
ditambahkan pupuk urea 200 ppm sebagai sumber vial untuk Analisa lebih lanjut. Fraksi saturated dan
N dan pupuk NPK 1000 ppm sebagai sumber P aromatic dianalisa lebih lanjut menggunakan GCMS.
di dalam 100 ml air laut. Pengolahan data dilakukan menggunakan Microsoft
Excel 2007.
Peralatan
Peralatan untuk simulasi digunakan bejana kaca
(36 cm x 19 cm x 19 cm) dan pengaduk Heidolph HASIL DAN DISKUSI
RZR 2102 Control. Peralatan untuk analisa pH
Penelitian ini menggunakan bakteri konsorsium
meter Boeco BT-600, fotometer MERCK SQ 118
yang terdiri dari tiga bakteri yaitu Raoultella sp.,
Spectroquant, kolom kromatografi dan satu set GC
Pseudomonas sp., dan Enterobacter sp. Pengunaan
Agilent 7890A dengan detektor Agilent Inert MSD
bakteri konsorsium menurut perspektif aplikasi
5975C dan kolom HP-5MS (panjang 60 m, diameter lapangan dalam simulasi ini lebih baik dari
0.250 mm, dan fase diam 0.25 μm). penggunaan kultur murni salah satu jenis bakteri
Preparasi Bakteri Konsorsium karena konsorsium bakteri lebih kuat dan memiliki
keragaman metabolisme yang dibutuhkan di
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian lingkungan alami (Tyagi, dkk., 2011).
ini disterilisasi untuk mengurangi kontaminasi yang
Ketiga bakteri tersebut memiliki kemampuan untuk
dapat mengganggu.
mendegradasi minyak. Menurut Rodrigues, dkk.,
Preparasi bakteri meliputi isolate, kultivasi dan (2009), bakteri Raoultella sp. dapat mendegradasi
adaptasi. Secara singkat, isolate bakteri berdasarkan senyawa aromatic seperti toluena, xilena, naftalena,

83
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 54 No. 2, Agustus 2020: 81 - 91

dan senyawa saturated seperti n-alkana. Bakteri Uji Biodegradasi


Enterobacter sp juga memiliki kemampuan sebagai Pengamatan secara visual dilakukan selama
biosurfaktan dan efektif mendegradasi minyak proses uji biodegradasi. Pada hari ke 0, minyak
pada pH 7 dan suhu 30ºC (Ahmed, dkk., 2014). menyebar di permukaan air Ketika dicampurkan
Menurut Dawson & Chang (1992) Pseudomonas dengan media. Hal ini diperlihatkan Gambar 1.
sp. merupakan bakteri yang memiliki enzim spesifik Proses biodegradasi berjalan ditandai dengan bentuk
dengan kemampuan biodegradasi terhadap senyawa minyak menjadi kecil dan air menjadi keruh. Hal
hidrokarbon (Adzini, dkk., 2019). ini diperlihatkan Gambar 2. Pada media SWNB,

(a)
(a)
(a) (b)
(b) (b)

11 Uji
Uji biodegrasi
biodegrasi minyak
minyak pada media dan
mediamedia kontrol
hari ke-0. pada hari ke-0
Gambar 1
pada
Uji biodegrasi
media
minyak SWNB
SWNB
pada media
dan
SWNB dan
media kontrol
kontrol pada
pada hari ke-0

2 Uji biodegradasi minyak pada mediaGambar SWNB


SWNB 2 dan media
dan media control
control pada
Uji biodegradasi minyak pada media SWNB dan media control pada hari ke-7.
pada hari
hari ke-7
ke-7
Tabel 1
Konsentrasi minyak (mg/l) pada media SWNB dan AF dengan bakteri dan media kontrolnya

Hari SWNB Kontrol SWNB AF Kontrol AF

0 1696 1533 1848 1456


3 1098 1521 1364 1445
5 1086 1488 1236 1419
7 859 1438 1131 1323

84
Simulasi Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon Minyak Bumi Menggunakan Aktifitas Bakteri Laut Dalam (Syafrizal, dkk.)

hal ini disebabkan oleh pertumbuhan bakteri dan dengan bakteri menurun pada hari pengamatan. Pada
campuran minyak. Pada media kontrol juga terjadi hari ke 0 sebesar 1696 mg/l menurun menjadi 859
kekeruhan namun dengan intensitas yang lebih mg/l pada hari ke 7.
rendah dibandingkan media SWNB. Hal ini terjadi Penurunan konsentrasi minyak pada media
karena proses emulsifikasi. Kekeruhan hanya kontrol disebabkan oleh pengaruh faktor fisik, seperti
disebabkan oleh masukan minyak dalam media dan pengaruh pengadukan pada media dan suhu ruangan,
minyak tidak terurai menjadi butiran kecil, sehingga yang menyebabkan proses weathering (Kurniawan
lebih banyak menetap di permukaan. Perubahan
& Effendi, 2014).
bentuk minyak menjadi butiran kecil disebabkan oleh
emulsifikasi rhamnolipid yang berasal dari bakteri Weathering merupakan proses minyak menyebar
genus Pseudomonas sp. dalam proses degradasi. dan bergerak di permukaan akibat angin dan
Bakteri menyebabkan emulsi minyak menjadi lebih arus secara bersamaan terjadi perubahan kimia
stabil, sehingga minyak lebih mudah terdispersi dan fisika. Proses weathering yaitu menyebar,
dalam bentuk mikroskopis. Hal ini mempercepat evaporasi, disperse, emulsifikasi, dissolution,
dekomposisi minyak di perairan. oksidasi, sedimentasi dan singking, dan biodegradasi
Proses biodegradasi menurunkan konsentrasi (ITOPF). Proses ini diduga terjadi pada media
minyak pada media SWNB, AF dan control dengan bakteri. Pertumbuhan populasi bakteri
masing-masing media yang diperlihatkan Tabel 1. merupakan salah satu indikator terjadinya proses
Konsentrasi minyak pada media SWNB dan AF biodegradasi. Gambar 4 memperlihatkan hubungan

Tabel 2
Persentase biodegadasi dan laju degradasi pada media penelitian

Hari SWNB Perlakuan


Kontrol SWNB AF
Presentase degradasi minyak (%)
Kontrol AF
0 1696 1533 1848 1456
Media SWNB 49,35
3 1098
Kontrol SWNB
1521 1364 6,20
1445
5 1086Media AF 1488 1236 38,80 1419
7 859Kontrol AF 1438 1131 9,13 1323

2000
2000

1800
1800
(mg/l)(mg/l)

1600
1600

1400
1400
minyak

1200
1200
Konsentrasi minyak

SWNB
1000
1000
Kontrol SWNB
Kontrol SWNB
800
Konsentrasi

800
AF
600
600
Kontrol AF
Kontrol AF
400
400
200
200
0
0
00 33 55 77
Hari
HariKe
ke

Gambar 3
Grafik penurunan konsentrasi minyak (mg/l) pada media SWNB, AF dan kontrolnya dengan bakteri.
Gambar 3. Grafik Penurunan Konsentrasi Minyak (mg/l) pada Media SWNB, AF dan Kontroln
dengan Bakteri
85

Pengaruh Nutrien tumpahan minyak , nutrient menjadi fac


Kadar nutrient mempengaruhi pembatas disaat terjadi peningkatan ka
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 54 No. 2, Agustus 2020: 81 - 91

1800 3000
1696 Media SWNB 

x 100000
1800 3000
1600 1696 Media SWNB 

x 100000
2,62E+03
(mg/l)

(CFU/ml)
1600 2,62E+03 2500
(mg/l)

(CFU/ml)
1400 2500
1400
1200 2000
Minyak

1200 1098 1086 2000


Minyak

1000

Bakteri
1098 1086
1000 1500

Bakteri
859
800 1500
Konsentrasi

859
800
Konsentrasi

600 1000

Populasi
600 8,20E+02
1000

Populasi
400 8,20E+02
400 500
200 500
200 1,16E+02 1,93E+02
0 1,16E+02 1,93E+02 0
0 0 3 5 7 0
0 3 5 7
Hari Ke
Hari Ke
Konsentrasi Minyak (mg/l) Populasi Bakteri (CFU/ml)
Konsentrasi Minyak (mg/l) Populasi Bakteri (CFU/ml)

Media AF 
Media AF 
2000 5000
(mg/l)

x 10000
2000
1800 1848 5000
4500

(CFU/ml)
4,29E+03
(mg/l)

x 10000
1800 1848 4500

(CFU/ml)
1600 4000
4,29E+03
1600
1400 4000
3500
Minyak

1364
1400 3500
Minyak

1200 1364 1236 3000


1131

Bakteri
1200 1236 3000
1000 1131 2500

Bakteri
1000 3,08E+03 2500
Konsentrasi

800 2000
3,08E+03
Konsentrasi

800
600 2000
1500

Populasi
600 1500
Populasi
400 1000
400
200 6,29E+02 5,65E+02 1000
500
200 6,29E+02 5,65E+02 500
0 0
0 0 3 5 7 0
0 3
Hari Ke 5 7
Hari Ke
Konsentrasi Minyak (mg/l) Populasi Bakteri (CFU/ml)
Konsentrasi Minyak (mg/l) Populasi Bakteri (CFU/ml)
Gambar 4
Pengaruh penurunan konsentrasi minyak dengan populasi bakteri.

antara konsentrasi minyak dengan populasi bakteri. Pengaruh pH media


Gambar 4. gambar,
Terlihat pada Pengaruh Penurunan
penurunan konsentrasiKonsentrasi
minyak Minyak
pH padadengan Populasi Bakteri
Gambar
menyebabkan4. Pengaruh Penurunan
populasi bakteri pada mediaKonsentrasi
SWNB Minyak
Nilai dengan Populasi
media dengan Bakteri
bakteri menunjukkan
nilai yang semakin menurun. Namun nilai pH
terus meningkat dari hari ke-0 hingga mencapai pada media kontrol mengalami fluktuasi dan
populasi tertinggi di hari ke-5 dengan jumlah 2,62 cenderung meningkat (Gambar 5) Penurunan
x 108 CFU/ml dan mengalami penurunan di hari nilai pH disebabkan oleh aktivitas bakteri yang
Kandungan
ke-7. Hal yangnutrient antara
sama terjadi pada media AF,media
populasi Kadarmetabolit
membentuk fosfatasam, tinggi
serta hasil karena
degradasi dalam
Kandungan nutrient
mencapai populasi antara
tertinggi pada hari ke 7media
sebesar 4, Kadar fosfat tinggi karena dalam
WNB dan29AF 7memiliki kadar yang berbeda pembuatan
alkana berupa asam media
asetat dan SWNB
asam propionatmengandung
yang
WNB dan AF x 10 memiliki
CFU/ml. Padakadar
media iniyang
sempatberbeda
mengalami pembuatan
dapat menurunkanmedianilai pH. SWNB mengandung
ecara signifikan.
penurunan pada hari ke 3, namun jumlahkadar
Pada media SWNB, populasi Na2HPO4 dan KH2PO4 sedangkan pada AF
ecara signifikan. Pada media SWNB,dibutuhkan
kadar NaPengaruh
HPO4 Nutrien
dan KH2PO4 sedangkan pada AF
itrat dan fosfat berturut
bakteri tetap turutjumlah
memenuhi 225 yang– 187 mg/l 6 dari2 NPK. Fosfor dapat larut dalam air dan
itrat dan fosfat berturutdegradasi
untuk melakukan turut 225 – 187
lebih besar darimg/l
dari 10 dari Kadar
NPK.nutrient
Fosfor dapat larut
mempengaruhi dalam air dan
pertumbuhan
an 360-296 CFU/mlmg/l. Sedangkan
(Nugroho, 2006). pada media membentuk ion fosfat (Santoso 2007).
yang Kadar
an 360-296 mg/l. Sedangkan pada media membentuk ion fosfat (Santoso 2007).
bakteri untuk proses biodegradasi. Nutrien Kadar
AF , kadar nitrat dan fosfat berturut turut 5,6 – nitrit dan ammonium relative rendah
AF , kadar 86
nitrat dan fosfat berturut turut 5,6 – nitrit dan ammonium relative rendah
,9 mg/l dan 1,39-1,06 mg/l. Kadar nya ini dibandingkan nitrat dan fosfat. Nitrit tidak
,9 mg/l dan 1,39-1,06 mg/l. Kadar nya ini dibandingkan nitrat dan fosfat. Nitrit tidak
nggi karena perlakuan aerasi untuk nitrat dan dapat bertahan lama karena posisinya diantara
nggi karena perlakuan aerasi untuk nitrat dan dapat bertahan lama karena posisinya diantara
enambahan senyawa yang mengandung ammonia dan nitrat serta mudah teroksidasi
Simulasi Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon Minyak Bumi Menggunakan Aktifitas Bakteri Laut Dalam (Syafrizal, dkk.)

penting adalah nitrogen dan fosfor. Pada proses karena perlakuan aerasi untuk nitrat dan penambahan
biodegradasi tumpahan minyak, nutrient menjadi senyawa yang mengandung fosfat. Kadar nitrat tinggi
nitrit kemudian nitrat. Ammonium dan Selama pengamatan, kadar nutrient
faktor pembatas disaat terjadi peningkatan kadar karena ada perlakuan aerasi sehingga kandungan
Ammonia
nitrit kemudian
karbon sulit dipisahkan
secaranitrat.
signifikan. Ammonium dan penelitian
Sehingga dalam
dan ini cenderung
Selama
oksigen menurun
pengamatan,
terlarut diperlihatkan
meningkat kadar Gambar
(Komarawidjaja,nutrient5.
kesetimbangannya
Ammoniamenggunakan
sulit
nitrit bergantung
dipisahkan
media airnitrat.
nitritkemudian
kemudian pada
dan
lautnitrat.
yang pH
diperkaya
Ammonium
Ammonium dan
dalam
dengan
dandanHal ini
cenderung
2006). disebabkan
menurun
Proses
Selama
Selama ini populasi
menyebabkan
pengamatan,
pengamatan, bakteri
diperlihatkan
nitrogen
kadar meningkat
Gambar
dari urea 5.
kadarnutrient
nutrient
suhu. Pada
kesetimbangannyapH
nutrient.
Ammonia tinggi
Ammonia dan
bergantung suhu
sulitsulitdipisahkan tinggi
pada pH
dipisahkan akan
dan
dandan dalam
dalammaka mereka
Halcenderung
ini disebabkan
teroksidasi
cenderung memanfaatkan
pada
menurun populasi
media
menurun AF nutrient
bakteri
sedangkan
diperlihatkan
diperlihatkan pada
Gambar
Gambar untuk
meningkat
media
5. 5.
SWNB ada NaNO pada saat pembuatan.
suhu. Pada pH tinggi dan suhu tinggi akan maka mereka memanfaatkan nutrient untuktinggi
lebih banyak dalam
kesetimbangannya
Kandungan bentuk
kesetimbangannya
nutrient antara ammonia
bergantung
bergantung
media pada
SWNB padadan
pH pH
dandan
AF proses
dan HalHal
ini degradasi.
ini
disebabkan
disebabkan 3 Kadar
populasi
populasi nutrient
bakteri
bakteri yang
meningkat
meningkat
suhu.
suhu.
memiliki Pada
Pada
kadar pHpH
yang tinggi
tinggi
berbeda dan dan
secarasuhusuhutinggi
tinggi
signifikan. akan
akan maka
maka
mereka
merekamemanfaatkan
memanfaatkan nutrient
nutrient
untuk
untuk
dengan
lebih kondisi
banyaklebih
sebaliknya
dalam
lebihbanyak
banyak
bentuk
dalam
lebih
dalam
banyak
ammonia
bentuk
bentuk ammonia
danPada
dalam
ammonia dan
pada
proses
dan
Kadar
proses
media
proses
fosfat
degradasi.
degradasi.
degradasi.
tinggi karena
SWNBKadar
Kadar
Kadar
yang
nutrient
dalam
nutrient
nutrient
yang
pembuatan
menyebabkan
yang
yang
tinggi
tinggi
tinggi
media SWNB, kadar nitrat dan fosfat berturut turut media SWNB mengandung Na2HPO4 dan KH PO4
bentuk ammonium
dengan kondisi
225dengan
dengan
- 187 mg/l
(Purwono,
sebaliknya
kondisi
kondisi lebih
dansebaliknya
360-296
2017)
sebaliknyabanyak
lebih
mg/l. lebih dalam
banyak
banyak
Sedangkan dalam
dalam
pada
populasi
pada
pada media
pada bakteri
media
sedangkan media SWNB
SWNB
pada AF
lebih
SWNBdariyang
tinggi
yang dibandingkan
menyebabkan
yangmenyebabkan
NPK. menyebabkan
Fosfor
2
dapat larut
bentuk ammonium
bentuk
media bentuk (Purwono,
AF ,ammonium
ammonium
kadar dan 2017)
nitrat(Purwono,
(Purwono, 2017)
fosfat berturut pada
2017)turut 5,6 populasi
populasi bakteri
populasi
dalam bakteri
air bakteri
dan lebih
lebih media
lebih
membentuk tinggi
tinggi
tinggi (Santoso, AF
dibandingkan
iondibandingkan
dibandingkan
fosfat
- 0,9 mg/l dan 1,39-1,06 mg/l. Kadar nya ini tinggi pada pada
pada Kadar nitrit dan
2007). media
media
ammonium relativeAF
media AF AF
rendah
10,00
10,00
10,00
10,00
9,00 9,009,00
9,00
7,977,97
8,008,00 7,97
7,857,85
7,647,64 7,74
7,647,74 7,85
7,707,70 7,747,74
8,00 7,647,547,54 7,517,64
7,64 7,74
7,51 7,70 7,74
7,497,49
7,54 7,97 7,51 7,337,33 7,49
7,85 7,127,12 7,187,18
pH
pH

7,117,11 7,74 7,017,01 7,33 7,74 7,11


7,11
8,00 7,70 7,12 7,18
pH

7,64 7,64
7,54
7,007,00 7,11 7,51 7,01 7,49 7,11
7,33
7,00 7,18
pH

7,11 7,01 7,12 7,11


7,00 6,006,00

6,00
5,005,00
6,00 0 0 3 3 5 5 7 7
5,00 Hari Ke
Hari Ke
5,00 0 3 5 7
Media SWNB
Media SWNB Kontrol SWNB
Kontrol SWNB Media AF
Media AF Kontrol AF
Kontrol AF
0 3 Hari Ke 5 7
Hari Ke
Gambar
Gambar
5 Nilai
5 Nilai
pHpH Media SWNB
pada
pada
media
media
SWNB, Kontrol SWNB
AFAF
SWNB, dandan Media AF
kontrolnya
kontrolnya
selama
selama Kontrol AF
tujuh
tujuh
harihari
pengamatan
pengamatan
Media SWNB (a)
Kontrol SWNB Media AF Kontrol AF

Gambar 5 Nilai pH pada media SWNB, AF dan kontrolnya selama tujuh hari pengamatan
Media SWNB
Media SWNB Media AF
Media AF
Gambar 5 Nilai400pH
400
pada media SWNB, AF dan kontrolnya
6 6
selama tujuh hari pengamatan
360 360 5,6 5,6
350 350
Konsentrasi (mg/l)

Konsentrasi (mg/l)

Konsentrasi (mg/l)

Konsentrasi (mg/l)

5 5
300 300 300 300 296 296
4 4
250 250
225 225
200 200 Media SWNB 202 202 187 187 3 3 Media AF
150 150
2 2
400 100 100Media SWNB 6 1,39 1,39 Media AF
1,57 1,57
360
50 50
1 1 5,6 0,9 0,9 1,06
0,9 1,06
0,9
350
Konsentrasi (mg/l)

Konsentrasi (mg/l)

400 0 0 0,02 0,02


0,09 0,09 0,15 0,15
0,18 0,18 0,33 0,33
0,01 0,01
650 0
0,28 0,28
0,13 0,13 0,05 0,05
0,02 0,02 0 0
300 5,6 0,09 0,09
360 300 296 7 7
350 0 0 3 3 0 0 3 3 7 7
54
Konsentrasi (mg/l)

Konsentrasi (mg/l)

250 Hari Ke
Hari Ke Hari Ke
Hari Ke
300 225 300 296
200 202 187 43
250
150 225 NO3‐ NO3‐ NO2‐ NO2‐ NH4+ NH4+ PO4 PO4 NO3‐ NO3‐ NO2‐ NO2‐ NH4+ NH4+ PO4 PO4
200 202 187 32
100 1,57 1,39
150 (b) 1
1,06
50 0,9 0,9 2
Gambar
Gambar
5 Kadar
5 Kadar Nutrien
Nutrien
pada
padamedia media AF AFdandan
kontrolnya
kontrolnya 1,57
100 SWNB,
SWNB, 0,13 0,28 selama
1,39 selama
tujuhtujuh
hari
0,05 0,90,02 hari
pengamatan
pengamatan
0 0,02 0,09 0,15 0,18 0,01 0,33 10 0,09 0 1,06
0,9
50 Gambar 5
0 3 7 00,28 3 7
0 0,02 0,09 (a)
0,15 Nilai
0,18pH pada media
0,01 SWNB,
0,33 AF dan kontrolnya
0 0,13selama tujuh hari0,05
pengamatan,
0,02 0,09 0
0 Hari
(b) Kadar Ke
3 Nutrien pada media7 SWNB, AF dan kontrolnya0 selama tujuh hari Hari Ke
3pengamatan. 7
Hari Ke Hari Ke
NO3‐ NO2‐ NH4+ PO4 NO3‐ NO2‐ NH4+ PO4
87
NO3‐ NO2‐ NH4+ PO4 NO3‐ NO2‐ NH4+ PO4

Gambar 5 Kadar Nutrien pada media SWNB, AF dan kontrolnya selama tujuh hari pengamatan
d. Analisis Gas Chromatography-Mass distribusi hidrokarbon nC15-nC27 , Pristane (Pr)
Spectrometry (GC-MS) dan Phytane (Ph). Karbon sebelum nC15 tidak
terlihat karena merupakan senyawa dengan
Sampel minyak bumi sebelum dan berat molekul rendah yang mudah menguap
sesudah biodegradasi dianalis
Lembaran Publikasi menggunakan
Minyak karena
dan Gas Bumi Vol. 54 No.weathering dan 81preparasi
2, Agustus 2020: - 91 sampel.
GC-MS untuk melihat perubahan komposisi Gambar 6B, sampel minyak setelah
hidrokarbonnya.
dibandingkan nitrat danSampel dipreparasi
fosfat. Nitrit dengan biodegradasi
tidak dapat hanya terlihat
Selama pengamatan, Pristanecenderung
kadar nutrient dan
bertahan lama karena
metode posisinya diantara
kromatografi kolomammonia untuk menurun
Phytane dengan persentase
diperlihatkan yang menurun
Gambar 5. Hal ini
dan nitrat serta mudah
memisahkan teroksidasi menjadi
fraksi-fraksinya nitrat.
yaitu Saturated, disebabkan populasidan
sebesar 24,33% bakteri meningkat
21,14% maka mereka
dibandingkan
ProsesAromatik,
ini disebut nitrifikasi yang merupakan proses
Resin dan Asphalthene Fraksi memanfaatkan untuk proses
nutrient Pristane
sebelum biodegradasi. degradasi.
dan Phytane
microbial dengan menurunkan senyawa nitrogen Kadar nutrient yang tinggi pada media SWNB
saturated dan aromatic yang diuji dengan GC - merupakan senyawa isoprenoid yang lebih
(terutama ammonia) teroksidasi berurutan menjadi yang menyebabkan populasi bakteri lebih tinggi
MS karena dalam proses biodegrasi akan tahan
nitrit dan nitrat. Hal yang sama dengan Ammonium
terhadap efek biodegradasi
dibandingkan pada media AF.
yang mudah
merupakan didegradasi. Fraksi dia
senyawa nitrogen, resinakandan dibandingkan n paraffin. Sehingga rasio
asphaltene resisten terhadap biodegradasi Analisis
antara Gas nC17Chromatography-Mass
/Pristane, nC18/Phytane dan
mudah teroksidasi menjadi nitrit kemudian nitrat.
Ammonium(Ogbo et dan 2008)
al.Ammonia sulit dipisahkan dan Pristane/Phytane (GC-MS)
Spectrometry dapat digunakan sebagai
Gambar 6 (A-B)
dalam kesetimbangannya bergantung pada pH danmemperlihatkan indikasi
Sampel biodegradasi.
minyak bumi tumpahan
sebelum danminyaksesudah
suhu. kromatogram
Pada pH tinggi dan komposisi hidrokarbon
suhu tinggi akan lebih dari biodegradasi
akibat pengaruh degradasi
dianalis microbialGC-MS
menggunakan di lokasi
untuk
banyakfraksi saturated sebelum dan sesudah tumpahan minyak. (Hansen et al, 2007).
dalam bentuk ammonia dan dengan kondisi melihat perubahan komposisi hidrokarbonnya.
sebaliknya lebih banyak
biodegradasi. Padadalam bentuk ammonium
Gambar 6A, sampel Sampel. dipreparasi dengan metode kromatografi
(Purwono, dkk., 2017). kolom untuk memisahkan fraksi-fraksinya yaitu

A B

Gambar 6 Fraksi saturated sebelum (A) danGambar


sesudah
6 (B) biodegradasi
Fraksi saturated sebelum (a) dan sesudah (b) biodegradasi.

A B

Gambar 7 Fraksi aromatik sebelum dan sesudah biodegradasi


Gambar 7
Fraksi aromatik sebelum dan sesudah biodegradasi.

88 Gambar 7 (A-B) memperlihat kromatogram IV. KESIMPULAN


komposisi hidrokarbon dari fraksi aromatik
sebelum dan sesudah biodegradasi. Pada
Simulasi Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon Minyak Bumi Menggunakan Aktifitas Bakteri Laut Dalam (Syafrizal, dkk.)

Saturated, Aromatik, Resin dan Asphalthene Fraksi bakteri meningkat dengan menurunnya konsentrasi
saturated dan aromatic yang diuji dengan GC minyak. Kadar nutrient di media mempengaruhi
-MS karena dalam proses biodegrasi akan mudah pertumbuhan bakteri yang berhubungan dengan
didegradasi. Fraksi resin dan asphaltene resisten proses biodegradasi. Fraksi saturated lebih
terhadap biodegradasi (Ogbo & Okhuoya, 2008). mudah terdegradasi dibandingkan fraksi aromatic
Gambar 6 (A-B) memperlihatkan kromatogram berdasarkan analisa GCMS.
komposisi hidrokarbon dari fraksi saturated sebelum
dan sesudah biodegradasi. Pada Gambar 6A, sampel
minyak sebelum biodegradasi terlihat distribusi DAFTAR ISTILAH / SINGKATAN
hidrokarbon nC15-nC27 , Pristane (Pr) dan Phytane
(Ph). Karbon sebelum nC15 tidak terlihat karena Simbol Definisi Satuan
merupakan senyawa dengan berat molekul rendah
American Public Health
yang mudah menguap karena weathering dan APHA
Association
preparasi sampel. Gambar 6B, sampel minyak setelah
biodegradasi hanya terlihat Pristane dan Phytane API American Petroleum Institute
dengan persentase yang menurun sebesar 24,33% American Society and
ASTM
dan 21,14% dibandingkan sebelum biodegradasi. Testing Materials
Pristane dan Phytane merupakan senyawa isoprenoid CFU Colony-Forming Unit
yang lebih tahan terhadap efek biodegradasi CH2Cl2 Dichloromethane
dibandingkan n paraffin. Sehingga rasio antara nC17/
KCl Pottasium Chloride
Pristane, nC18/Phytane dan Pristane/Phytane dapat
digunakan sebagai indikasi biodegradasi. tumpahan KH2PO4
Pottasium dihydrogen
phospate
minyak akibat pengaruh degradasi microbial di lokasi
tumpahan minyak. (Hansen, dkk., 2007). MgSO4.7H2O
Magnesium sulfate
heptahydrate
Gambar 7 (A-B) memperlihat kromatogram
Na2HPO4 Disodium phospate
komposisi hidrokarbon dari fraksi aromatik
Na2SO4 Sodium sulfate
sebelum dan sesudah biodegradasi. Pada gambar
terlihat sebelum dan sesudah masih memiliki NaCl Sodium chloride
puncak-puncak senyawa hidrokarbon yang masih NaNO3 Sodium nitrate
masih banyak karena senyawa aromatic relative
n-C6H14 Normal-Hexane
lebih tahan degradasi bila dibandingkan dengan
senyawa saturated. Namun persentase sesudah NH4+ Ammonium
biodegradasi lebih rendah dibandingkan sebelum NO2- Nitrite
biodegradasi. Senyawa-senyawa aromatic yang ada
NO3- Nitrate
di sampel seperti benzene, naphthalene, anthrasena,
phenathrene beserta turunannya. Proses biodegradasi Nitrogen, Phosporus dan
NPK
Kalium
PAH dimulai dengan pemecahan cincin benzene oleh
bakteri dan katalis enzim dioksigenase. Benzena PO43- Phospate

yang terlepas dioksidasi menjadi senyawa-senyawa PSU Practical Salinity Units


lain dan digunakan sel mikroba untuk sumber energi.
Pupuk kimia dengan rumus
kimia CO(NH2)2 yang
Pupuk Urea
mengandung Nitrogen (N)
berkadar tinggi
KESIMPULAN DAN SARAN
Senyawa hidrokarbon jenuh
Penelitian penggunaan media SWNB dan bersifat non polar terdiri dari
AF dengan bakteri konsorsium Raoultella sp., Saturated rantai luruh (parafin),
Pseudomonas sp., dan Enterobacter sp. dapat bercabang (isoparafin) dan
siklik (napthene)
mendegradasi senyawa hidrokarbon minyak bumi.
Persentase penurunan kadar minyak untuk media Senyawa hidrokarbon sedikit
SWNB dan AF berturut-turut sebesar 49,35% Aromatik polar yang memiliki satu
dan 38,80% pada pengamatan hari ke 7. Populasi atau lebih cincin aromatik

Senyawa hidrokarbon
bersifat polar dan larut 89
Resin
dalam heptane (atau
pentane)
Senyawa hidrokarbon
bersifat polar dan tidak laruh
Senyawa hidrokarbon jenuh
bersifat non polar terdiri dari
Saturated rantai luruh (parafin),
bercabang (isoparafin) dan
siklik (napthene)
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 54 No. 2, Agustus 2020: 81 - 91

Senyawa hidrokarbon sedikit


Aromatik polar yang memiliki satu
Dwinovantyo, A., Prartono, T. & Syafrizal, 2015.
Simbol Definisi
atau lebih cincin aromatik Satuan Potensi pemanfaatan bakteri sedimen laut dalam
untuk biodegradasi tumpahan minyak bumi skala
American hidrokarbon
Senyawa Public Health
APHA
Association
laboratorium. Bogor: IPB.
bersifat polar dan larut
Resin Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), 2019.
dalam heptane (atau
API American Petroleum Institute
pentane) Handbook of Energy & Economic Statistics of
Senyawa
American hidrokarbon
Society and Indonesia. Jakarta: ESDM.
ASTM bersifat
Asphaltene Testing polar dan tidak laruh
Materials French-McCay, D. P., 2004. Oil spill impact modeling:
dalam heptane (atau
CFU Colony-Forming
pentane) berlebihUnit development and validation. 23(10), pp. 2441-
CH2Cl2 Dichloromethane
2456.
KEPUSTAKAAN Guo-liang, Z., Yue-ting, W., Xin-ping, Q. & Qin, M.,
KCl Pottasium Chloride
2005. Biodegradation of crude oil by Pseudomonas
Aditiawati, P., Pikoli, M. R. & Indriani A, D., 2001.
KH 2PO4
Pottasium dihydrogen aeruginosa in the presence of rhamnolipids.
Isolasi Bertahap Bakteri
phospate Pendegradasi Minyak
Journal of Zhejiang University Science, Volume
Bumi dari Sumur Bangko. Yogyakarta, IATMI.
MgSO4.7H2O
Magnesium sulfate 6, p. 725–730.
Adzini, I. N., Dermawan,
heptahydrateD. & Apriani, M., 2019.
Hansen, A. B., Daling, P. S., Faksness, L.-G. &
NaPengaruh
2HPO4 Penambahan Bakteri Pseudomonas
Disodium phospate
Sörheim, K. R., 2007. merging CEN Methodology
aeruginosa
Na2SO4
pada Bioremediasi
Sodium sulfate
Total Petroleum for Oil Spill Identification. In book: Oil spill
Hydrocarbon Penambangan Minyak Bumi environmental forensics: Fingerprinting and
NaCl Sodium chloride
Tradisional di Jawa Timur. Surabaya, Indonesia, source identification. .: Elsevier/Academic Press.
Conference
NaNO 3 Proceeding
Sodium nitrate on Waste Treatment
Kementerian Lingkungan Hidup, 2006. Pedoman
Technology.
n-C6H14 Normal-Hexane Penanggulangan Dampak Lingkungan Akibat
Ahmed,
NH4+
A. W., Alzubaidi,
Ammonium F. S. & Hamza, S. J., 2014. Tumpahan Minyak di Laut. Jakarta: Kementerian
Biodegradation of crude oil in contaminated water Lingkungan Hidup.
NO - Nitrite
by 2local isolates of Enterobacter cloacae. Iraqi Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2021.
NO3-
Journal Nitrate 55(3A), pp. 1025-1033.
of Science, https://kkp.go.id/djprl/p4k. [Online]
Badan Available at: https://kkp.go.id/djprl/p4k/
NPKStandardisasi Nasional, 2011. Air dan air
Nitrogen, Phosporus dan
Kalium
limbah - Bagian 10 : Cara uji minyak dan lemak page/2626-tumpahan-minyak-oil-spill
secara
PO 4
3-
gravimetri.
PhospateJakarta: Badan Standardisasi [Accessed 2021].
Nasional.
PSU Practical Salinity Units Komarawidjaja, W., 2006. Pengaruh perbedaan dosis
Cappello, S, Caruso, G., Zampino, D., Monticelli, oksigen terlarut (DO) pada degradasi amonium
Pupuk kimia dengan rumus kolam kajian budidaya udang. Jurnal Hidrosfir
L.S., Maimone, G., Denaro,
kimia CO(NH 2)2 yang R., Tripodo, B.,
Pupuk Urea Indonesia, 1(1), pp. 32-37.
Troussellier,mengandung
M., Yakimov, M.,(N)
Nitrogen & Giuliano, L.,
berkadar tinggi
2006. Microbial community dynamics during Kuncowati, 2010. Pengaruh pencemaran minyak
assays of harbour oil spill bioremediation: a di laut terhadap ekosistem laut. Jurnal Aplikasi
Senyawa hidrokarbon jenuh Pelayaran dan Kepelabuhan, 1(1), pp. 18-22.
microscale simulation
bersifat non study. Journal
polar terdiri dari of Applied
102(1),
Microbiology,rantai
Saturated luruh pp. 184-194.
(parafin), Kurniawan, A. & Effendi, A. J., 2014. Biodegradasi
bercabang (isoparafin) dan residu total petroleum hidrokarbon di bawah
Darmayati, Y. &siklik
Afianti, N. F., 2017. Penerapan dan
(napthene) konsentrasi 1% (w/w) hasil proses bioremediasi.
Tingkat Efektivitas Teknik Bioremidiasi untuk Jurnal Manusia dan Lingkungan, 21(3).
Perairan Pantai Tercemar
Senyawa Minyak.sedikit
hidrokarbon OSEANA, 42(4).
Aromatik polar yang memiliki satu
Lasari, D. P., 2021. https://www.esdm.go.id/
Darmayati, Y., Sanusi, H.S., Partono, T., Santosa, id/media-center/arsip-berita. [Online]
atau lebih cincin aromatik
D.A., & Nuchsin, R., 2015. The effect of Available at: https://www.esdm.go.id/id/media-
biostimulationSenyawa
and biostimulation-bioaugmentation
hidrokarbon center/arsip-berita/bakteri-pengolah-limbah-
bersifat polar dan larut
on biodegradation of oil-pollution on sandy beaches
Resin minyak-bumi-yang-ramah-lingkungan
dalam heptane (atau
using mesocosms. International Journal of Marine
pentane) Nugroho, A., 2010. Biodegradasi sludge minyak bumi
Science, 5(27), pp. 1-11.
Senyawa hidrokarbon dalam skala mikrokosmos: simulasi sederhana
Dawson, T. D. &bersifat
Asphaltene Chang, polar
F.dan
H.,tidak laruh
1992. Screening test sebagai kajian awal bioremediasi land treatment.
dalam heptane (atau
of the biodegradative capability
pentane) berlebih of a new strain Makara Journal of Technology, 10(2).
of Pseudomonas gladioli (BSU 45124) on some Ogbo, E. M. & Okhuoya, J. A., 2008. Biodegradation
xenobiotic organics. Bulletin of Environmental of aliphatic, aromatic, resinic, and asphaltic
Contamination and Toxicology, 49(1), pp. 10-17. fractions of crude oil contaminated soils by Plero.

90
Simulasi Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon Minyak Bumi Menggunakan Aktifitas Bakteri Laut Dalam (Syafrizal, dkk.)

African Journal of Biotechnology, 7(23), pp. 4291- Sabhan , Mudin, Y. & Babanggai, . M., 2014.
4297. emodelan tumpahan minyak di Teluk Lalong
Okoro, C. C., 2010. Application of seawater microbial Kabupaten Banggai. Natural Science, 3(2).
inocula for the remediation of hydrocarbon polluted Santoso, A. D., 2007. Kandungan zat hara fosfat pada
mangrove swamp in the Nigerian oil rich Niger musim barat dan musim timur di Teluk Hurun
Delta. Journal Nature and Science, pp. 152-162. Lampung. Jurnal Teknik Lingkungan, 8(3), pp.
Parshetti, G., Kalme, S., Saratale, G. D. & Govindwar, 207-210.
S. P., 2006. Biodegradation of malachite green Sulistyono, S., 2013. Dampak Tumpahan Minyak (Oil
by Kocuria rosea MTCC 1532. Acta Chimica Spill) di Perairan Laut pada Kegiatan Industri
Slovenica, 53(4), pp. 492-498. Migas dan Metode Penanggulangan. [Online]
Prakasita, I. G. F. & Wulansarie, R., 2018. Review Available at: http://ejurnal.ppsdmmigas.esdm.
Analisis Teknologi Degradasi Limbah Minyak go.id/sp/index.php/swarapatra/article/view/55
Bumi untuk Mengurangi Pencemaran Air Laut di Susanthi, D., Sudiana, I. M. & Sembiring, L., 2009.
Indonesia. Reka Buana Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Bakteri laut isolat Pulau Pari pendegradasi
dan Teknik Kimia, 3(2), pp. 80-86. komponen crude oil. Yogyakarta, Universitas
Purwono, Rezagama, A., Hibbaan, M. & Budihardjo, Negeri Yogyakarta.
M. A., 2017. Ammonia-Nitrogen (NH3-N) and Tyagi, M., da Fonseca, M. & de Carvalho, C., 2011.
Ammonium-Nitrogen (NH4+-N) Equilibrium on Bioaugmentation and biostimulation strategies
The Process of Removing Nitrogen By Using to improve the effectiveness of bioremediation
Tubular Plastic Media. Journal of Materials and processes. Biodegradation, Volume 22, p. 231–241.
Environmental Sciences, 8(S), pp. 4915-4922. Vidali, M., 2001. Bioremediation. An Overview. Pure
Rodrigues, D. F, Sakata, S.K., Comasseto, J.V., Appl. Chem, 73(7), p. 1163–1172.
Bicego, M.C., & Pellizari, V.H., 2009. Diversity
of hydrocarbon-degrading Raoultella isolated
from hydrocarbon-contaminated estuaries. Journal
Applied Microbiology, 106(4), pp. 1304-14.

91

Anda mungkin juga menyukai