2, Agustus 2020: 81 - 91
terminal bongkar muat tengah laut, tangki ballast dan efektif karena menggunakan mikroba yang secara
tangki bahan bakar, kecelakaan tanker (Sulistyono, alamiah sudah ada dilingkungan (tanah) dan tidak
2013). menggunakan atau menambahkan bahan kimia
Kasus tumpahan minyak yang terjadi di Indonesia, dalam prosesnya. Lebih lanjut, nutrient untuk
antara lain adalah kasus bocornya pipa Pertamina pertumbuhan mikroba menggunakan pupuk untuk
Cilacap (King Fisher) berdampak terbuangnya kegiatan pertanian dan perkebunan.
600.000 barel minyak mentah pada tahun 2000, Kelompok bakteri yang mampu mendegradasi
kasus Montara (75 hari) berdampak terbuangnya 400 senyawa hidrokarbon disebut bakteri
barrel/hari pada tahun 2009, kasus tubrukan kapal
hidrokarbonoklastik. Secara alami, bakteri ini
MT Alyarmouk dengan Kapal MV Sinar Kapuas
dapat mengikat, mengemulsi, mentranspor dan
berdampak 4500 MT crude oil tumpah ke laut pada
mendegradasi senyawa hidrokarbon (Prakasita &
tahun 2015, kasus tubrukan MT Wan Hai 301 dengan
MT APL Denver menyebabkan 300 ton minyak bumi Wulansarie, 2018). Bakteri hidrokarbonoklastik
terbuang pada tahun 2017, kasus tumpahan minyak di antaranya adalah Pseudomonas, Arthrobacter,
Balikpapan yang menyebabkan 1.238.619 barrel Alcaligenes, Brevibacterium, Brevibacillus, dan
terbuang pada tahun 2018 (KKP). Tumpahan minyak Bacillus. Bakteri-bakteri ini tersebar di alam seperti
dapat berdampak kematian organisme, perubahan di dalam perairan atau sedimen tercemar minyak
reproduksi dan tingkah laku organisme, dampak (Lasari, 2010).
terhadap plankton, dampak terhadap ikan migrasi, Komposisi hidrokarbon dicemaran minyak bumi
bau lantung (tainting), dampak pada kegiatan sangat kompleks sehingga tidak cukup hanya satu
perikanan budidaya dan kerusakan ekosistem (KKP). jenis bakteri untuk mendegradasinya. Setiap spesies
Kawasan wisata bahari dan pelabuhan juga terkena bakteri membutuhkan substrat yang spesifik untuk
dampaknya hingga dapat menyebabkan aktivitasnya mendegradasi keseluruhan komponen penyusun
berhenti (Kementrian Lingkungan Hidup, 2014). minyak bumi. Sehingga untuk sesuatu yang
Penyebaran minyak di laut dipengaruhi kondisi kompleks dibutuhkan korsorsium mikroba. Pada
tempat terjadi tumpahan minyak seperti angin, kultur campur (konsorsium) bakteri akan terjadi dua
pasang surut, dan arus laut serta sifat-sifat minyaknya kemungkinan yang dapat berpengaruh pada proses
(Sabhan, dkk., 2014). Tumpahan minyak di laut akan bioremediasi yaitu sinergisme dan antagonisme.
mengalami fotooksidasi, evaporasi, emulsifikasi,
Menurut Aditiawati (2001) bahwa proses sinergisme
disolusi, adsorpsi, sedimentasi, dan degradasi
(simbiosis mutualisme) bakteri kultur campur dapat
(French-McCay, 2004). Proses itu terjadi secara alami
meningkatkan proses bioremediasi dan sebaliknya
yang dipengaruhi oleh jumlah dan karakter minyak.
Namun frekuensi tumpahan minyak yang berlebih jika antagonisme akan terjadi penurunan proses
menyebabkan beban pencemaran lingkungan bioremediasi.
lebih besar dibandingkan proses degradasi zat Aplikasi bioremediasi didunia yang pernah
pencemar secara alamiah sehingga dibutuhkan dilakukan seperti kecelakaan tanker Amoco Candiz
bantuan manusia dengan teknologi yang ada untuk pada tahun 1979 di lepas pantai Perancis, kecelakaan
mengatasi pencemaran tersebut (Nugroho, 2010). Exxon Valdiz pada tahun 1989 di Alaska. Sedangkan
Proses untuk penyelesaian tumpahan minyak dapat aplikasi di Indonesia masih dalam tahap uji coba
dilakukan secara fisika, kimia dan biologi. Proses lapangan dan umumnya dicoba di darat (Darmayati,
fisika seperti penggunaan teknik pengumpulan dan 2017).
skimming namun teknik ini berpotensi merusak biota
Penelitian ini merupakan peningkatan skala dari
laut. Proses kimia seperti penggunaan dispersan
namun dapat menambah beban lingkungan karena penelitian Dwinovantyo (2015) dan modifikasi dari
pemakaian bahan kimia (Susanthi, dkk., 2009). penelitian Cappello, dkk. (2006) dan Darmayati,
Proses biologi seperti bioremediasi menggunakan dkk. (2015). Simulasi degradasi tumpahan minyak
mikroorganisme untuk mendegradasi pencemar dilakukan menggunakan media bervolume 8
lingkungan. Mikroorganismenya berupa bakteri liter berisi air laut yang tercemar tumpahan
alami yang berasal dari daerah yang tercemar minyak. Penelitian ini dilakukan di laboratorium
maupun bakteri yang diisolasi dari daerah lain lalu PPPTMGB “LEMIGAS” dengan tujuan menguji
diintroduksi ke daerah yang tercemar (Vidali, 2001). kemampuan bakteri konsorsium yaitu Raoultella
Bioremediasi merupakan metode yang aman dan sp., Pseudomonas sp., dan Enterobacter sp. untuk
82
Simulasi Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon Minyak Bumi Menggunakan Aktifitas Bakteri Laut Dalam (Syafrizal, dkk.)
simulasi degradasi minyak bumi. Variabel dari Dwinovantyo (2015) dengan dikultur media agar
penelitian ini adalah variasi media yaitu seawater miring. Bakteri berasal dari genus Pseudomonas
nutrient broth (SWNB) dan air terformasi (AF). sp., Enterobacter sp., dan Raoultella sp. Kultivasi
Pengaruh komposisi media terhadap degradasi di media NB steril. Hasil kultivasi masing-masing
minyak bumi diamati selama tujuh hari. genus diambil 10 ml dan dimasukkan ke dalam 100
ml media NB untuk kultivasi konsorsium bakteri.
Adaptasi dilakukan dengan dua media yaitu SWNB
BAHAN DAN METODE dan AF. Minyak 0,1 % v/v ditambahkan ke media
tersebut kemudian dikocok dengan shaker pada suhu
Bahan Kimia ruang. Jika populasi bakteri meningkat lebih dari 106
CFU/ml maka bakteri dapat digunakan untuk proses
n-C6H14, Na2SO4, akuades, Alkohol 96%, silika
biodegradasi (Okoro, 2010).
gel, alumina, CH2Cl2, Test Kit Merck NH4+ (14752),
NO2- (14776), NO3- (14556) dan PO43- (14848), Uji Biodegradasi Minyak dan Analisa
pupuk NPK 1000 ppm dan pupuk urea 200 ppm. Bakteri sebanyak 500 ml dimasukkan ke
Sampel minyak bumi dari lapangan minyak di dalam media air laut pada benjana kaca kemudian
Riau. Nilai API dan berat jenis berturut-turut 42,85 ditambahkan minyak bumi sebanyak 2500 ppm. Media
dan 0,8116 g/cm3. Air laut dengan salinitas 31 psu. diaduk pada suhu 28-31°C (Dwinovantyo,2015).
Pengaruh perbedaan media yaitu media SWNB,
Media media AF dan control menjadi variable dalam
- Agar Miring. Nutrient agar diletakkan di dalam penelitan dengan waktu pengamatan pada hari 0,
incubator dengan suhu 37oC. 3, 5, dan 7. Pada setiap waktu disampling 100 ml
untuk dua kali ulangan (duplo) analisis konsentrasi
- Nutrient Broth (NB). 1 g beef extract, 2 g ekstrak
minyak (SNI 06-6989.10: 2004), pH dan suhu (US
ragi, 5 g pepton, dan 5 g NaCl dalam 1 liter air
EPA EQ-01-07: 2004), salinitas (Horiba U-10),
(Parshetti, et al., 2006). populasi bakteri (OD600) dan nutrient (NH4+, NO2-,
- Sea Water Nutrient Broth (SWNB). 3 liter air NO3- dan PO43- ).
laut, 250 ml molase cair, 1.26 g MgSO4.7H2O, 1 Fraksinasi dilakukan untuk memisahan komponen
g KCl, 2.5 g KH2PO4, 3.75 g Na2HPO4, dan 1.29 Saturated, Aromatik, Resin dan Asphalthein (SARA)
g NaNO3 (Okoro, 2010). dengan kromatografi kolom. Eluen yang ada
- Air terformasi (AF). Nitrogen : Fosfor = 5:1 dan kemudian diuapkan pelarutnya dan dipindahkan ke
ditambahkan pupuk urea 200 ppm sebagai sumber vial untuk Analisa lebih lanjut. Fraksi saturated dan
N dan pupuk NPK 1000 ppm sebagai sumber P aromatic dianalisa lebih lanjut menggunakan GCMS.
di dalam 100 ml air laut. Pengolahan data dilakukan menggunakan Microsoft
Excel 2007.
Peralatan
Peralatan untuk simulasi digunakan bejana kaca
(36 cm x 19 cm x 19 cm) dan pengaduk Heidolph HASIL DAN DISKUSI
RZR 2102 Control. Peralatan untuk analisa pH
Penelitian ini menggunakan bakteri konsorsium
meter Boeco BT-600, fotometer MERCK SQ 118
yang terdiri dari tiga bakteri yaitu Raoultella sp.,
Spectroquant, kolom kromatografi dan satu set GC
Pseudomonas sp., dan Enterobacter sp. Pengunaan
Agilent 7890A dengan detektor Agilent Inert MSD
bakteri konsorsium menurut perspektif aplikasi
5975C dan kolom HP-5MS (panjang 60 m, diameter lapangan dalam simulasi ini lebih baik dari
0.250 mm, dan fase diam 0.25 μm). penggunaan kultur murni salah satu jenis bakteri
Preparasi Bakteri Konsorsium karena konsorsium bakteri lebih kuat dan memiliki
keragaman metabolisme yang dibutuhkan di
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian lingkungan alami (Tyagi, dkk., 2011).
ini disterilisasi untuk mengurangi kontaminasi yang
Ketiga bakteri tersebut memiliki kemampuan untuk
dapat mengganggu.
mendegradasi minyak. Menurut Rodrigues, dkk.,
Preparasi bakteri meliputi isolate, kultivasi dan (2009), bakteri Raoultella sp. dapat mendegradasi
adaptasi. Secara singkat, isolate bakteri berdasarkan senyawa aromatic seperti toluena, xilena, naftalena,
83
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 54 No. 2, Agustus 2020: 81 - 91
(a)
(a)
(a) (b)
(b) (b)
11 Uji
Uji biodegrasi
biodegrasi minyak
minyak pada media dan
mediamedia kontrol
hari ke-0. pada hari ke-0
Gambar 1
pada
Uji biodegrasi
media
minyak SWNB
SWNB
pada media
dan
SWNB dan
media kontrol
kontrol pada
pada hari ke-0
84
Simulasi Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon Minyak Bumi Menggunakan Aktifitas Bakteri Laut Dalam (Syafrizal, dkk.)
hal ini disebabkan oleh pertumbuhan bakteri dan dengan bakteri menurun pada hari pengamatan. Pada
campuran minyak. Pada media kontrol juga terjadi hari ke 0 sebesar 1696 mg/l menurun menjadi 859
kekeruhan namun dengan intensitas yang lebih mg/l pada hari ke 7.
rendah dibandingkan media SWNB. Hal ini terjadi Penurunan konsentrasi minyak pada media
karena proses emulsifikasi. Kekeruhan hanya kontrol disebabkan oleh pengaruh faktor fisik, seperti
disebabkan oleh masukan minyak dalam media dan pengaruh pengadukan pada media dan suhu ruangan,
minyak tidak terurai menjadi butiran kecil, sehingga yang menyebabkan proses weathering (Kurniawan
lebih banyak menetap di permukaan. Perubahan
& Effendi, 2014).
bentuk minyak menjadi butiran kecil disebabkan oleh
emulsifikasi rhamnolipid yang berasal dari bakteri Weathering merupakan proses minyak menyebar
genus Pseudomonas sp. dalam proses degradasi. dan bergerak di permukaan akibat angin dan
Bakteri menyebabkan emulsi minyak menjadi lebih arus secara bersamaan terjadi perubahan kimia
stabil, sehingga minyak lebih mudah terdispersi dan fisika. Proses weathering yaitu menyebar,
dalam bentuk mikroskopis. Hal ini mempercepat evaporasi, disperse, emulsifikasi, dissolution,
dekomposisi minyak di perairan. oksidasi, sedimentasi dan singking, dan biodegradasi
Proses biodegradasi menurunkan konsentrasi (ITOPF). Proses ini diduga terjadi pada media
minyak pada media SWNB, AF dan control dengan bakteri. Pertumbuhan populasi bakteri
masing-masing media yang diperlihatkan Tabel 1. merupakan salah satu indikator terjadinya proses
Konsentrasi minyak pada media SWNB dan AF biodegradasi. Gambar 4 memperlihatkan hubungan
Tabel 2
Persentase biodegadasi dan laju degradasi pada media penelitian
2000
2000
1800
1800
(mg/l)(mg/l)
1600
1600
1400
1400
minyak
1200
1200
Konsentrasi minyak
SWNB
1000
1000
Kontrol SWNB
Kontrol SWNB
800
Konsentrasi
800
AF
600
600
Kontrol AF
Kontrol AF
400
400
200
200
0
0
00 33 55 77
Hari
HariKe
ke
Gambar 3
Grafik penurunan konsentrasi minyak (mg/l) pada media SWNB, AF dan kontrolnya dengan bakteri.
Gambar 3. Grafik Penurunan Konsentrasi Minyak (mg/l) pada Media SWNB, AF dan Kontroln
dengan Bakteri
85
1800 3000
1696 Media SWNB
x 100000
1800 3000
1600 1696 Media SWNB
x 100000
2,62E+03
(mg/l)
(CFU/ml)
1600 2,62E+03 2500
(mg/l)
(CFU/ml)
1400 2500
1400
1200 2000
Minyak
1000
Bakteri
1098 1086
1000 1500
Bakteri
859
800 1500
Konsentrasi
859
800
Konsentrasi
600 1000
Populasi
600 8,20E+02
1000
Populasi
400 8,20E+02
400 500
200 500
200 1,16E+02 1,93E+02
0 1,16E+02 1,93E+02 0
0 0 3 5 7 0
0 3 5 7
Hari Ke
Hari Ke
Konsentrasi Minyak (mg/l) Populasi Bakteri (CFU/ml)
Konsentrasi Minyak (mg/l) Populasi Bakteri (CFU/ml)
Media AF
Media AF
2000 5000
(mg/l)
x 10000
2000
1800 1848 5000
4500
(CFU/ml)
4,29E+03
(mg/l)
x 10000
1800 1848 4500
(CFU/ml)
1600 4000
4,29E+03
1600
1400 4000
3500
Minyak
1364
1400 3500
Minyak
Bakteri
1200 1236 3000
1000 1131 2500
Bakteri
1000 3,08E+03 2500
Konsentrasi
800 2000
3,08E+03
Konsentrasi
800
600 2000
1500
Populasi
600 1500
Populasi
400 1000
400
200 6,29E+02 5,65E+02 1000
500
200 6,29E+02 5,65E+02 500
0 0
0 0 3 5 7 0
0 3
Hari Ke 5 7
Hari Ke
Konsentrasi Minyak (mg/l) Populasi Bakteri (CFU/ml)
Konsentrasi Minyak (mg/l) Populasi Bakteri (CFU/ml)
Gambar 4
Pengaruh penurunan konsentrasi minyak dengan populasi bakteri.
penting adalah nitrogen dan fosfor. Pada proses karena perlakuan aerasi untuk nitrat dan penambahan
biodegradasi tumpahan minyak, nutrient menjadi senyawa yang mengandung fosfat. Kadar nitrat tinggi
nitrit kemudian nitrat. Ammonium dan Selama pengamatan, kadar nutrient
faktor pembatas disaat terjadi peningkatan kadar karena ada perlakuan aerasi sehingga kandungan
Ammonia
nitrit kemudian
karbon sulit dipisahkan
secaranitrat.
signifikan. Ammonium dan penelitian
Sehingga dalam
dan ini cenderung
Selama
oksigen menurun
pengamatan,
terlarut diperlihatkan
meningkat kadar Gambar
(Komarawidjaja,nutrient5.
kesetimbangannya
Ammoniamenggunakan
sulit
nitrit bergantung
dipisahkan
media airnitrat.
nitritkemudian
kemudian pada
dan
lautnitrat.
yang pH
diperkaya
Ammonium
Ammonium dan
dalam
dengan
dandanHal ini
cenderung
2006). disebabkan
menurun
Proses
Selama
Selama ini populasi
menyebabkan
pengamatan,
pengamatan, bakteri
diperlihatkan
nitrogen
kadar meningkat
Gambar
dari urea 5.
kadarnutrient
nutrient
suhu. Pada
kesetimbangannyapH
nutrient.
Ammonia tinggi
Ammonia dan
bergantung suhu
sulitsulitdipisahkan tinggi
pada pH
dipisahkan akan
dan
dandan dalam
dalammaka mereka
Halcenderung
ini disebabkan
teroksidasi
cenderung memanfaatkan
pada
menurun populasi
media
menurun AF nutrient
bakteri
sedangkan
diperlihatkan
diperlihatkan pada
Gambar
Gambar untuk
meningkat
media
5. 5.
SWNB ada NaNO pada saat pembuatan.
suhu. Pada pH tinggi dan suhu tinggi akan maka mereka memanfaatkan nutrient untuktinggi
lebih banyak dalam
kesetimbangannya
Kandungan bentuk
kesetimbangannya
nutrient antara ammonia
bergantung
bergantung
media pada
SWNB padadan
pH pH
dandan
AF proses
dan HalHal
ini degradasi.
ini
disebabkan
disebabkan 3 Kadar
populasi
populasi nutrient
bakteri
bakteri yang
meningkat
meningkat
suhu.
suhu.
memiliki Pada
Pada
kadar pHpH
yang tinggi
tinggi
berbeda dan dan
secarasuhusuhutinggi
tinggi
signifikan. akan
akan maka
maka
mereka
merekamemanfaatkan
memanfaatkan nutrient
nutrient
untuk
untuk
dengan
lebih kondisi
banyaklebih
sebaliknya
dalam
lebihbanyak
banyak
bentuk
dalam
lebih
dalam
banyak
ammonia
bentuk
bentuk ammonia
danPada
dalam
ammonia dan
pada
proses
dan
Kadar
proses
media
proses
fosfat
degradasi.
degradasi.
degradasi.
tinggi karena
SWNBKadar
Kadar
Kadar
yang
nutrient
dalam
nutrient
nutrient
yang
pembuatan
menyebabkan
yang
yang
tinggi
tinggi
tinggi
media SWNB, kadar nitrat dan fosfat berturut turut media SWNB mengandung Na2HPO4 dan KH PO4
bentuk ammonium
dengan kondisi
225dengan
dengan
- 187 mg/l
(Purwono,
sebaliknya
kondisi
kondisi lebih
dansebaliknya
360-296
2017)
sebaliknyabanyak
lebih
mg/l. lebih dalam
banyak
banyak
Sedangkan dalam
dalam
pada
populasi
pada
pada media
pada bakteri
media
sedangkan media SWNB
SWNB
pada AF
lebih
SWNBdariyang
tinggi
yang dibandingkan
menyebabkan
yangmenyebabkan
NPK. menyebabkan
Fosfor
2
dapat larut
bentuk ammonium
bentuk
media bentuk (Purwono,
AF ,ammonium
ammonium
kadar dan 2017)
nitrat(Purwono,
(Purwono, 2017)
fosfat berturut pada
2017)turut 5,6 populasi
populasi bakteri
populasi
dalam bakteri
air bakteri
dan lebih
lebih media
lebih
membentuk tinggi
tinggi
tinggi (Santoso, AF
dibandingkan
iondibandingkan
dibandingkan
fosfat
- 0,9 mg/l dan 1,39-1,06 mg/l. Kadar nya ini tinggi pada pada
pada Kadar nitrit dan
2007). media
media
ammonium relativeAF
media AF AF
rendah
10,00
10,00
10,00
10,00
9,00 9,009,00
9,00
7,977,97
8,008,00 7,97
7,857,85
7,647,64 7,74
7,647,74 7,85
7,707,70 7,747,74
8,00 7,647,547,54 7,517,64
7,64 7,74
7,51 7,70 7,74
7,497,49
7,54 7,97 7,51 7,337,33 7,49
7,85 7,127,12 7,187,18
pH
pH
7,64 7,64
7,54
7,007,00 7,11 7,51 7,01 7,49 7,11
7,33
7,00 7,18
pH
6,00
5,005,00
6,00 0 0 3 3 5 5 7 7
5,00 Hari Ke
Hari Ke
5,00 0 3 5 7
Media SWNB
Media SWNB Kontrol SWNB
Kontrol SWNB Media AF
Media AF Kontrol AF
Kontrol AF
0 3 Hari Ke 5 7
Hari Ke
Gambar
Gambar
5 Nilai
5 Nilai
pHpH Media SWNB
pada
pada
media
media
SWNB, Kontrol SWNB
AFAF
SWNB, dandan Media AF
kontrolnya
kontrolnya
selama
selama Kontrol AF
tujuh
tujuh
harihari
pengamatan
pengamatan
Media SWNB (a)
Kontrol SWNB Media AF Kontrol AF
Gambar 5 Nilai pH pada media SWNB, AF dan kontrolnya selama tujuh hari pengamatan
Media SWNB
Media SWNB Media AF
Media AF
Gambar 5 Nilai400pH
400
pada media SWNB, AF dan kontrolnya
6 6
selama tujuh hari pengamatan
360 360 5,6 5,6
350 350
Konsentrasi (mg/l)
Konsentrasi (mg/l)
Konsentrasi (mg/l)
Konsentrasi (mg/l)
5 5
300 300 300 300 296 296
4 4
250 250
225 225
200 200 Media SWNB 202 202 187 187 3 3 Media AF
150 150
2 2
400 100 100Media SWNB 6 1,39 1,39 Media AF
1,57 1,57
360
50 50
1 1 5,6 0,9 0,9 1,06
0,9 1,06
0,9
350
Konsentrasi (mg/l)
Konsentrasi (mg/l)
Konsentrasi (mg/l)
250 Hari Ke
Hari Ke Hari Ke
Hari Ke
300 225 300 296
200 202 187 43
250
150 225 NO3‐ NO3‐ NO2‐ NO2‐ NH4+ NH4+ PO4 PO4 NO3‐ NO3‐ NO2‐ NO2‐ NH4+ NH4+ PO4 PO4
200 202 187 32
100 1,57 1,39
150 (b) 1
1,06
50 0,9 0,9 2
Gambar
Gambar
5 Kadar
5 Kadar Nutrien
Nutrien
pada
padamedia media AF AFdandan
kontrolnya
kontrolnya 1,57
100 SWNB,
SWNB, 0,13 0,28 selama
1,39 selama
tujuhtujuh
hari
0,05 0,90,02 hari
pengamatan
pengamatan
0 0,02 0,09 0,15 0,18 0,01 0,33 10 0,09 0 1,06
0,9
50 Gambar 5
0 3 7 00,28 3 7
0 0,02 0,09 (a)
0,15 Nilai
0,18pH pada media
0,01 SWNB,
0,33 AF dan kontrolnya
0 0,13selama tujuh hari0,05
pengamatan,
0,02 0,09 0
0 Hari
(b) Kadar Ke
3 Nutrien pada media7 SWNB, AF dan kontrolnya0 selama tujuh hari Hari Ke
3pengamatan. 7
Hari Ke Hari Ke
NO3‐ NO2‐ NH4+ PO4 NO3‐ NO2‐ NH4+ PO4
87
NO3‐ NO2‐ NH4+ PO4 NO3‐ NO2‐ NH4+ PO4
Gambar 5 Kadar Nutrien pada media SWNB, AF dan kontrolnya selama tujuh hari pengamatan
d. Analisis Gas Chromatography-Mass distribusi hidrokarbon nC15-nC27 , Pristane (Pr)
Spectrometry (GC-MS) dan Phytane (Ph). Karbon sebelum nC15 tidak
terlihat karena merupakan senyawa dengan
Sampel minyak bumi sebelum dan berat molekul rendah yang mudah menguap
sesudah biodegradasi dianalis
Lembaran Publikasi menggunakan
Minyak karena
dan Gas Bumi Vol. 54 No.weathering dan 81preparasi
2, Agustus 2020: - 91 sampel.
GC-MS untuk melihat perubahan komposisi Gambar 6B, sampel minyak setelah
hidrokarbonnya.
dibandingkan nitrat danSampel dipreparasi
fosfat. Nitrit dengan biodegradasi
tidak dapat hanya terlihat
Selama pengamatan, Pristanecenderung
kadar nutrient dan
bertahan lama karena
metode posisinya diantara
kromatografi kolomammonia untuk menurun
Phytane dengan persentase
diperlihatkan yang menurun
Gambar 5. Hal ini
dan nitrat serta mudah
memisahkan teroksidasi menjadi
fraksi-fraksinya nitrat.
yaitu Saturated, disebabkan populasidan
sebesar 24,33% bakteri meningkat
21,14% maka mereka
dibandingkan
ProsesAromatik,
ini disebut nitrifikasi yang merupakan proses
Resin dan Asphalthene Fraksi memanfaatkan untuk proses
nutrient Pristane
sebelum biodegradasi. degradasi.
dan Phytane
microbial dengan menurunkan senyawa nitrogen Kadar nutrient yang tinggi pada media SWNB
saturated dan aromatic yang diuji dengan GC - merupakan senyawa isoprenoid yang lebih
(terutama ammonia) teroksidasi berurutan menjadi yang menyebabkan populasi bakteri lebih tinggi
MS karena dalam proses biodegrasi akan tahan
nitrit dan nitrat. Hal yang sama dengan Ammonium
terhadap efek biodegradasi
dibandingkan pada media AF.
yang mudah
merupakan didegradasi. Fraksi dia
senyawa nitrogen, resinakandan dibandingkan n paraffin. Sehingga rasio
asphaltene resisten terhadap biodegradasi Analisis
antara Gas nC17Chromatography-Mass
/Pristane, nC18/Phytane dan
mudah teroksidasi menjadi nitrit kemudian nitrat.
Ammonium(Ogbo et dan 2008)
al.Ammonia sulit dipisahkan dan Pristane/Phytane (GC-MS)
Spectrometry dapat digunakan sebagai
Gambar 6 (A-B)
dalam kesetimbangannya bergantung pada pH danmemperlihatkan indikasi
Sampel biodegradasi.
minyak bumi tumpahan
sebelum danminyaksesudah
suhu. kromatogram
Pada pH tinggi dan komposisi hidrokarbon
suhu tinggi akan lebih dari biodegradasi
akibat pengaruh degradasi
dianalis microbialGC-MS
menggunakan di lokasi
untuk
banyakfraksi saturated sebelum dan sesudah tumpahan minyak. (Hansen et al, 2007).
dalam bentuk ammonia dan dengan kondisi melihat perubahan komposisi hidrokarbonnya.
sebaliknya lebih banyak
biodegradasi. Padadalam bentuk ammonium
Gambar 6A, sampel Sampel. dipreparasi dengan metode kromatografi
(Purwono, dkk., 2017). kolom untuk memisahkan fraksi-fraksinya yaitu
A B
A B
Saturated, Aromatik, Resin dan Asphalthene Fraksi bakteri meningkat dengan menurunnya konsentrasi
saturated dan aromatic yang diuji dengan GC minyak. Kadar nutrient di media mempengaruhi
-MS karena dalam proses biodegrasi akan mudah pertumbuhan bakteri yang berhubungan dengan
didegradasi. Fraksi resin dan asphaltene resisten proses biodegradasi. Fraksi saturated lebih
terhadap biodegradasi (Ogbo & Okhuoya, 2008). mudah terdegradasi dibandingkan fraksi aromatic
Gambar 6 (A-B) memperlihatkan kromatogram berdasarkan analisa GCMS.
komposisi hidrokarbon dari fraksi saturated sebelum
dan sesudah biodegradasi. Pada Gambar 6A, sampel
minyak sebelum biodegradasi terlihat distribusi DAFTAR ISTILAH / SINGKATAN
hidrokarbon nC15-nC27 , Pristane (Pr) dan Phytane
(Ph). Karbon sebelum nC15 tidak terlihat karena Simbol Definisi Satuan
merupakan senyawa dengan berat molekul rendah
American Public Health
yang mudah menguap karena weathering dan APHA
Association
preparasi sampel. Gambar 6B, sampel minyak setelah
biodegradasi hanya terlihat Pristane dan Phytane API American Petroleum Institute
dengan persentase yang menurun sebesar 24,33% American Society and
ASTM
dan 21,14% dibandingkan sebelum biodegradasi. Testing Materials
Pristane dan Phytane merupakan senyawa isoprenoid CFU Colony-Forming Unit
yang lebih tahan terhadap efek biodegradasi CH2Cl2 Dichloromethane
dibandingkan n paraffin. Sehingga rasio antara nC17/
KCl Pottasium Chloride
Pristane, nC18/Phytane dan Pristane/Phytane dapat
digunakan sebagai indikasi biodegradasi. tumpahan KH2PO4
Pottasium dihydrogen
phospate
minyak akibat pengaruh degradasi microbial di lokasi
tumpahan minyak. (Hansen, dkk., 2007). MgSO4.7H2O
Magnesium sulfate
heptahydrate
Gambar 7 (A-B) memperlihat kromatogram
Na2HPO4 Disodium phospate
komposisi hidrokarbon dari fraksi aromatik
Na2SO4 Sodium sulfate
sebelum dan sesudah biodegradasi. Pada gambar
terlihat sebelum dan sesudah masih memiliki NaCl Sodium chloride
puncak-puncak senyawa hidrokarbon yang masih NaNO3 Sodium nitrate
masih banyak karena senyawa aromatic relative
n-C6H14 Normal-Hexane
lebih tahan degradasi bila dibandingkan dengan
senyawa saturated. Namun persentase sesudah NH4+ Ammonium
biodegradasi lebih rendah dibandingkan sebelum NO2- Nitrite
biodegradasi. Senyawa-senyawa aromatic yang ada
NO3- Nitrate
di sampel seperti benzene, naphthalene, anthrasena,
phenathrene beserta turunannya. Proses biodegradasi Nitrogen, Phosporus dan
NPK
Kalium
PAH dimulai dengan pemecahan cincin benzene oleh
bakteri dan katalis enzim dioksigenase. Benzena PO43- Phospate
Senyawa hidrokarbon
bersifat polar dan larut 89
Resin
dalam heptane (atau
pentane)
Senyawa hidrokarbon
bersifat polar dan tidak laruh
Senyawa hidrokarbon jenuh
bersifat non polar terdiri dari
Saturated rantai luruh (parafin),
bercabang (isoparafin) dan
siklik (napthene)
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 54 No. 2, Agustus 2020: 81 - 91
90
Simulasi Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon Minyak Bumi Menggunakan Aktifitas Bakteri Laut Dalam (Syafrizal, dkk.)
African Journal of Biotechnology, 7(23), pp. 4291- Sabhan , Mudin, Y. & Babanggai, . M., 2014.
4297. emodelan tumpahan minyak di Teluk Lalong
Okoro, C. C., 2010. Application of seawater microbial Kabupaten Banggai. Natural Science, 3(2).
inocula for the remediation of hydrocarbon polluted Santoso, A. D., 2007. Kandungan zat hara fosfat pada
mangrove swamp in the Nigerian oil rich Niger musim barat dan musim timur di Teluk Hurun
Delta. Journal Nature and Science, pp. 152-162. Lampung. Jurnal Teknik Lingkungan, 8(3), pp.
Parshetti, G., Kalme, S., Saratale, G. D. & Govindwar, 207-210.
S. P., 2006. Biodegradation of malachite green Sulistyono, S., 2013. Dampak Tumpahan Minyak (Oil
by Kocuria rosea MTCC 1532. Acta Chimica Spill) di Perairan Laut pada Kegiatan Industri
Slovenica, 53(4), pp. 492-498. Migas dan Metode Penanggulangan. [Online]
Prakasita, I. G. F. & Wulansarie, R., 2018. Review Available at: http://ejurnal.ppsdmmigas.esdm.
Analisis Teknologi Degradasi Limbah Minyak go.id/sp/index.php/swarapatra/article/view/55
Bumi untuk Mengurangi Pencemaran Air Laut di Susanthi, D., Sudiana, I. M. & Sembiring, L., 2009.
Indonesia. Reka Buana Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Bakteri laut isolat Pulau Pari pendegradasi
dan Teknik Kimia, 3(2), pp. 80-86. komponen crude oil. Yogyakarta, Universitas
Purwono, Rezagama, A., Hibbaan, M. & Budihardjo, Negeri Yogyakarta.
M. A., 2017. Ammonia-Nitrogen (NH3-N) and Tyagi, M., da Fonseca, M. & de Carvalho, C., 2011.
Ammonium-Nitrogen (NH4+-N) Equilibrium on Bioaugmentation and biostimulation strategies
The Process of Removing Nitrogen By Using to improve the effectiveness of bioremediation
Tubular Plastic Media. Journal of Materials and processes. Biodegradation, Volume 22, p. 231–241.
Environmental Sciences, 8(S), pp. 4915-4922. Vidali, M., 2001. Bioremediation. An Overview. Pure
Rodrigues, D. F, Sakata, S.K., Comasseto, J.V., Appl. Chem, 73(7), p. 1163–1172.
Bicego, M.C., & Pellizari, V.H., 2009. Diversity
of hydrocarbon-degrading Raoultella isolated
from hydrocarbon-contaminated estuaries. Journal
Applied Microbiology, 106(4), pp. 1304-14.
91