Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Kolam
Contact Pond IPAL Industri Minyak Sawit
OLEH ELMA DAMAYANTI BR SEMBIRING
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2019 1
Isolation and Identification of Biosurfactant Producing Bacteria from Contact
Pond Ponds of Palm Oil Industry Wwtp
By
Elma Damayanti Br Sembiring1), M. Hasbi2), Budijono2)
Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau Elma.damayantibrsembiring@student.unri.ac.id
Abstract
Biosurfactants are surfactant compounds produced by microorganisms, and have the
ability to reduce surface tension, and can break oil. This study aims to obtain biosurfactant producing bacteria from the pond contact ponds of the palm oil industry WWTP in PT. Sawit Asahan Indah, Ujung Batu, Rokan Hulu Regency. This research was conducted in March-May 2019. First, samples were enriched and diluted with BHI media for 24 hours. Then bacteria are identified by biochemical methods and 18S rDNA. The results revealed that the total number of colonies was 8.7 x 106 Cfu / ml. Morphological and biochemical characteristics obtained 3 types of bacteria, namely Proteus vulgaris, Proteus mirabillis, and Escherichia coli. Two of them are biosurfactant bacteria with the Proteus vulgaris emulsification index 58.3%, and Proteus mirabillis 61.6%.
18S rDNA, Biodegradation 1) Student of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University 2) Lecture of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University 2
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Kolam Contact
Pond IPAL Industri Minyak Sawit
Oleh
Elma Damayanti Br Sembiring1), M. Hasbi2), Budijono2)
Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau elma.damayantibrsembiring@student.unri.ac.id
Abstrak
Biosurfaktan adalah senyawa surfaktan yang di produksi oleh mikroorganisme dan
memiliki kemampuan untuk mengurangi tegangan permukaan air. Mikroorganisme dapat menghasilkan biosurfaktan untuk memecahkan minyak. Penelitian ini bertujuan untuk memproleh bakteri penghasil biosurfaktan dari kolam contact pond IPAL industry minyak sawit di PT. Sawit Asahan Indah , Ujung Batu, Kabupaten Rokan Hulu pada bulan Maret sampai Mei 2019. Sampel kemudian dikayakan dan diencerkan dengan media BHI selama 24 jam. Kemudian bakteri diidentifikasi secara biokimia dan metode 18S rDNA. Hasil yang diperoleh total jumlah koloni adalah 8.7 x 106 Cfu/ml. Karakteristik morfologi dan biokimia diperoleh 3 jenis bakteri yaitu, Proteus vulgaris, Proteus mirabillis, and Escherichia coli. Dua diantaranya merupakan bakteri biosurfaktan dengan Indeks emulsifikasi Proteus vulgaris 58,3%, dan Proteus mirabillis 61,6%.
Kata Kunci : Biosurfaktan, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Indeks Emulsifikasi,
18S rDNA, Biodegradasi 1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau 2) Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau 3
PENDAHULUAN dilakukan upaya untuk menanggulangi
hal tersebut. Salah satu bentuk limbah Usaha yang dilakukan sebelum industri yang dapat mencemari limbah cair dibuang ke lingkungan lingkungan adalah limbah cair yang adalah dengan melakukan pengolahan. berasal dari kegiatan industri pabrik Salah satu upaya untuk menanggulangi kelapa sawit. Jumlah pabrik kelapa pencemaran lingkungan yang terjadi sawit di seluruh Indonesia lebih dari dapat dilakukan dengan pengolahan 460 unit dengan memproduksi CPO secara biologi yaitu dengan sekitar 23 juta ton atau 46% dari total bioremidiasi. Bioremidiasi di CPO di dunia (Oil World, 2011). Riau definisikan sebagai proses pemulihan merupakan daerah penghasil kelapa secara biologi terhadap komponen sawit terluas di Indonesia dengan lingkungan yang tercemar menjadi jumlah PKS mencapai 225 unit dengan bentuk yang tidak mengandung racun kapasitas produksi Crude Palm Oil (Munir, 2006). Dimana faktor yang (CPO) sebesar 7.047.221 ton per menentukan keberhasilan aplikasi tahun, sehingga dapat diperkirakan bioremidiasi adalah tersedianya produksi limbah cair yang ada di mikroba yang mampu mendegradasi Riau mencapai 25,23 juta ton per jam limbah tersebut. Metode ramah (BPMPD Provinsi Riau, 2014). lingkungan yang saat ini banyak Dalam proses pengolahan buah dikembangkan dalam teknologi kelapa sawit menjadi minyak sawit bioremidiasi lingkungan yang tercemar dihasilkan limbah padat, limbah cair, yaitu penggunaan biosurfaktan dan dan limbah gas. Limbah cair kelapa mikroba penghasil surfaktan (Pacwa, sawit mengandung konsentrasi bahan 2011). Biosurfaktan merupakan organic dan anorganik yang tinggi surfaktan yang mampu menghasilkan sehingga menyebabkan pencemaran surfaktan untuk memecahkan minyak lingkungan (Yulastri, 2013). (Kurniawaty, 2016). Bakteri penghasil Pencemaran lingkungan yang Biosurfaktan banyak ditemukan di diakibatkan oleh limbah cair kelapa daerah yang tercemar minyak maupun sawit seperti minyak dan lemak yang lemak (Parra et al., dalam Riupassa et tinggi. Baku mutu minyak dan lemak al., 2012). yang ditetapkan oleh Pemerintah RI Biosurfaktan merupakan melalui Keputusan Menteri senyawa yang dihasilkan oleh Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun mikroorganisme yang berfungsi untuk 2014 yaitu 25 mg/L. dengan adanya menurunkan tegangan cairan agar minyak di perairan akan menyebabkan proses bioremidiasi dapat berlangsung intensitas cahaya yang masuk dengan baik. Dengan adanya bakteri keperairan terhambat sehingga penghasil biosurfaktan maka proses menyebabkan terganggunya proses degradasi lingkungan yang tercemar fotosintesis. Dan juga mengakibatkan akan berlangsung dengan baik (Utami, oksigen terlarut didalam perairan 2013). berkurang hal ini sangat Penelitian tentang bakteri membahayakan bagi biota-biota yang limbah cair minyak sawit telah ada di perairan sehingga perlu dilakukan oleh Januar, Khotimah dan 4
Mulyadi (2013) menemukan 3 jenis Emulsifikasi dilakukan di Laboratorium
bakteri pendegradasi lipid yang Bakteriologi UPT Kesehatan diisolasi dari limbah cair minyak sawit Lingkungan Provinsi Riau. di PTPN – XIII Ngabang, Kabupaten Landak. Bala, Lalung dan Ismail Prosedur Penelitian (2014) juga mendapatkan strain Pengambilan Sampel Bacillus cereus 103 PB memiliki Pengambilan sampel dilakukan kemampuan biodegradasi polutan dari sesuai dengan penetapan lokasi limbah industri minyak sawit. Bakteri sampling. Sampel diambil di aliran ini memproduksi enzim ekstraseluler pipa Contact Pont sebanyak 200 ml lipase sehingga dapat menurunkan pada titik sampling. Pengambilan kadar minyak dan lemak pada sampel hanya dilakukan sekali. limbah.Swandi dan Nurmiati (2015) Sampel yang diambil diasumsikan juga melaporkan pada limbah cair adanya bakteri penghasil biosurfaktan minyak sawit terdapat 5 isolat bakteri di aliran pipa tesrsebut. Kemudian yang mampu mendegradasi dan dapat sampel yang telah diambil ditutup mengurangi polutan dari limbah tidak begitu rapat (agar O2 tetap bisa industri minyak sawit. masuk). Sampel air kemudian Pengisolasian bakteri-bakteri dimasukkan kedalam cool box dan pada limbah cair minyak kelapa sawit diberi es batu. Setelah itu dibawa ke telah dilaporkan oleh beberapa laboratorium untuk dilakukan isolasi peneliti, namun masih sedikit yang dan identifikasi. melaporkan pengisolasian bakteri penghasil biosurfaktan. Oleh karena Isolasi Bakteri itu, sebagai pemecahan masalah Sampel air sebanyak 5 ml pencemaran lingkungan akibat limbah kedalam botol M150 dimana cair minyak sawit perlu dilakukan didalamnya sudah terdapat larutan penelitian tentang isolasi dan NaCl 0,98% sebanyak 45 ml, identifikasi bakteri penghasil kemudian siapkan media BHI, biosurfaktan dari kolam aerob IPAL selanjutnya diambil 1 ml larutan industri minyak sawit. (sampel+NaCl) yang sudah dicampurkan kemudian dimasukkan METODE PENELITIAN kedalam media BHI, lalu dimasukkan ke dalam incubator shaker dengan Penelitian ini dilaksanakan pada kecepatan 200 rpm dan diinkubasi bulan Maret-Mei 2019 di kolam selama 24 jam sampai bakteri tumbuh. Contact Pond IPAL industri minyak Air sampel yang telah dilakukan sawit yang berlokasi di PT. Sawit pengayaan kemudian dilakukan Asahan Indah, Ujung Batu, Rokan pengenceran dengan menggunakan Hulu, Provinsi Riau. Metode yang metode seri pengenceran.Air sampel digunakan dalam penelitian ini adalah diambil sebanyak 1 ml kemudian metode survei. Stasiun penelitian dimasukkan kedalam tabung reaksi ditentukan dengan metode purposive yang berisi 9 ml larutan NaCl (0.9%) sampling. Pengayaan sampel, Isolasi sehingga didapat pengenceran 10- dan pemurnian, Uji Biokimia dan 1 demikian seterusnya sampai 5
pengenceran 10-6. Bakteri yang telah kemampuannya untuk menghasilkan
diencerkan kemudian diteteskan surfaktan melalui uji emulsifikasi. sebanyak 1 ml kekertas petri film Hasil dari uji emulsifikasi ditampilkan sesuai dengan jumlah pengenceran. 1 dalam bentuk table dan gambar. pengenceran 1 kertas petrifilm. HASIL DAN PEMBAHASAN Kemudian kertas dimasukkan kedalam inkubaror statis dan diinkubasi selama Jumlah Koloni 24 jam. Pengenceran berseri dilakukan 10 hingga 1000000 kali pengenceran Identifikasi Bakteri yang diinokulasikan secara aseptik Identifikasi bakteri dilakukan dengan teknik tuang ke media. secara morfologi dan biokimia Sifat Kemudian diinkubasi pada temperatur morfologi yang diamati meliputi 300C selama 2x24 jam (Amilia et al., morfologi koloni sedangkan 2012). Penginokulasian berfungsi karakterisasi secara biokimiawi yang untuk memperbanyak jumlah bakteri dilakukan antara lain; pewarnaan sebelum dilakukan isolasi. Sariadji et gram, uji katalase, ujimotilitas, al (2013) mengatakan bahwa bakteri katalase, oksidase, H2S, indol, akan dapat tumbuh baik dan aktif Motalitas dan TSIA. membelah pada kondisi nutrisi makanan yang melimpah serta Uji Bakteri Penghasil lingkungan yang cocok. Biosurfaktan Sampel air yang telah Seleksi bakteri penghasil diinokulasi selanjutnya dilakukan seri biosurfaktan digunakan dengan pengenceran untuk menghitung jumlah emulsifikasi. Aktivitas emulsifikasi kelimpahan koloni bakteri. diukur dengan menggunakan 1 ose Kelimpahan koloni bakteri yang isolate bakteri dengan 4 ml larutan dihitung adalah jumlah koloni dalam supernatan ditambah 4 ml minyak setiap 1 ml air sampel pada kertas goreng kemudian divorteks selama 2 pertifilm. Perhitungan jumlah bakteri menit. Dan di biarkan selama 2 menit menggunkan rumus jumlah bakteri kemudian diinkubasi selama 1x24 dibagi faktor pengencer sehingga jam. Campuran tersebut diukur dalam perhitungannya didapatkan hasil kestabilan emulsinya kemudian di 87 x 105atau 8.7 x106. Sedangkan hitung indeks emulsifikasi. bakteri yang rapat tidak dapat dihitung IE(24)= dan dianggap berjumlah lebih dari 250 sel bakteri. Analisis Data Isolasi Bakteri Analisis data dilakukan secara Hasil penanaman sampel deskriptif. Bakteri diidentifikasi setelah 2 x 24 jam pada media Blood dengan menggunakan buku kunci agar dan MacConkey agar memperoleh “Atlas Berwarna Mikrobiologi beragam isolat bakteri. Penanaman Kedokteran” (Hart and Shears, 1997) sampel ini masing dianggap terlalu Bakteri yang menghasilkan cepat untuk dilakukan identifikasi, biosurfaktan kemudian diuji sehingga harus dilakukan subkultur 6
untuk mencegah terdapatnya bateri
lain pada satu cawan petri. Maka dilakukan subkultur untuk mendapatkan bakteri yang murni dengan bentuk goresan. Uji Bakteri Penghasil Biosurfaktan Setelah dilakukan isolasi bakteri kemudian dilakukan uji emulsifikasi. Uji emulsifikasi bertujuan untuk mengetahui bakteri tersebut menghasilkan surfaktan atau tidak. Aktifitas emulsifikasi merupakan tingginya lapisan emulsi dari hasil setiap pencampuran bakteri atau senyawa biosurfaktan dengan minyak atau senyawa hidrokarbon. Menurut Dari grafik di atas dapat dilihat penelitian Purnohadi (2010) uji bahwa isolat Is 1 memiliki indeks emulsifikasi ini adalah perbandingan emulsifikasi yaitu 58,3%, isolat Is 2 tinggi minyak yang teremulsi didalam yaitu 61,6%, isolat sedangkan isolat Is air dengan tinggi campuran minyak 3 memiliki indeks emulsifikasi yang dan air. Minyak yang digunakan dalam paling rendah yaitu 3,3%. Berdasarkan uji emulsifikasi ini adalah minyak hasil indeks emulsifikasi yang didapat sawit yang telah diolah menjadi 3jenis bakteri memiliki aktifitas emulsi minyak makan. yang bisa dikatakan baik karena rata- Dari hasil penelitian yang telah rata emulsi yang dihasilkan diatas dilakukan terdapat 2 spesies yang 30%. Menurut penelitian Purnohadi diperoleh menghasilkan biosurfaktan (2010) bakteri yang menghasilkan yang berfungsi untuk mendegradasi biosurfaktan adalah memiliki indeks minyak. Hal ini ditandai dengan emulsifikasi berkisar antara 30% adanya busa setelah di Vortex antara sampai 80%. bakteri dengan minyak. Semakin Hasil indeks emulsifikasi pada tinggi busa yang dihasilkan maka semua isolat memiliki aktifitas emulsi semakin tinggi pula emulsi yang yang berbeda. Hal ini sesuai dengan dihasilkan oleh bakteri tersbut maka pendapat Rosenberg et al., dalam semakin baik pula bakteri Fadhilah (2015) bahwa bakteri juga mendergradasi limbah minyak di mempengaruhi aktifitas emulsi pada perairan, begitupun sebaliknya. permukaan cairan yang menghasilkan Ujiemulsifikasi merupa kanuji lebih perbedaan jenis biosurfaktan. spesifik dalam menentukan bakteri Banyaknya jumlah bakteri dapat juga penghasil biosurfaktan (Choirunissa, mempengaruhu tinggi indeks 2011). Indeks Emulsifikasi (IE) dapat emulsifikasi sehingga menyebabkan dilihat pada Gambar berikut. aktifitas emulsi berbeda (Hasbi et al., 2007). 7
Novia (2018) dalam dengan isolat yang ditemukan di
penelitiannya menunjukkan bahwa kolam Contact Pond pengolahan bakteri Proteus sp merupakan limbah cair minyak sawit Asahan mikroorganisme yang memiliki Indah Ujung Batu, Rohul, Riau yaitu kemampuan untuk menghasilkan pada isolat Is 1 dengan kode NF4 biosurfaktan. Hal tersebut terlihat dari memiliki bentuk bulat tidak beraturan pertumbuhannya pada media limbah dengan tepian koloni bergelombang minyak bumi. Campuran minyak dan atau tak beraturan dan warna putih air akan menyatu jika dikocok dengan susu. kecepatan yang tinggi. Namun minyak Isolat Bentuk Warna Tepian dan air akan memisah setelah dibiarkan stabil. Hal ini terjadi karena Is 1 Tidak Putih Bergelo adanya perbedaan polaritas yang ada Beratur Susu mbang pada minyak dan air. Dengan adanya an bakteri yang mampu menghasilkan Is 2 Tidak Putih Rata biosurfaktan akan menghasilkan Beratur Kekuning lapisan minyak teremulsi dan an an mencegah terjadinya pemisahan Is 3 Bulat Putih Licin (Purnomohadi, 2011). Kekuning an Identifikasi Bakteri Setelah dilakukan pemurnian Koloni bakteri yang murni bakteri maka bakteri di identifikasi akan diamati bentuk morfologinya menggunakan uji biokimia. Uji meliputi bentuk, warna dan tepian Biokimia merupakan cara yang yang berbeda di setiap bakteri dan digunakan untuk mengetahui genus untuk tahap selanjutnya koloni bakteri atau spesis bakteri yang belum diidentifikasi. diketahui sebelumnya. Berdasarkan Tabel diatas terdapat 2 isolat murni dengan koloni Uji Biokimia Kode Sampel berbentuk bulat tidak beraturan dan 1 isolat koloni berbentuk bulat, dimana 1 Is 1 Is 2 Is 3 isolat tepi koloninya bergelombang Gram - - - atau tidak beraturan dan 2 isolat tepi koloninya licin atau rata (entire). Simmon + + - Warna koloni isolat bervariasi dari Citrate putih kekuningan, putih susu dan Urea + + - merah muda. Dan semua isolat merupakan gram negatif batang. Sulfide + + + Sesuai dengan penelitian Fadilah Indol + - - (2015) dari Laut Belawan Sumatera Utara menemukan 2 isolat bakteri dan Motilitas + + + yang menghasilkan biosurfaktan dan diantara isolat bakteri tersebut TSIA m/m m/ k/k memiliki bentuk morfologi yang sama m 8
Glukosa + - + pada mikroskop cahaya dengan
perbesaran pada lensa okuler 5x lensa Laktosa + - + objektif 40x . bentuk sel yang lebih Manitosa jelas diamati pada mikroskop cahaya + - + dilengkapi dengan kamera yang Maltosa + + + terhubung langsung pada komputer. Pembesaran pada lensa okuler 5x dan Sukrosa + + + lensa objektif 100x sehingga bentuk batang pada sel dapat terlihat jelas. Hasil dari uji biokimia kemudian dicocokkan kedalam buku c. Uji Katalase Atlas Berwarna Mikrobiologi Uji katalase yang dilakukan Kedokteran karya toni Hart dan Paul pada kedua isolat menunjukkan bahwa Shears (1997). Dari 3 isolat didapatkan isolat tersebut bernilai positif. Adanya 3 jenis bakteri yaitu Pretus mirabilis, gelembung udara pada objek glas yang Proteus Vulgaris dan E.coli. Bakteri sudah ditetesi Hidrogen Peroksida tersebut didapatkan dari kolam (H2O2) menunjukkan bahwa bakteri Contact Pont pada pengolahan limbah tersebut menghasilkan enzim katalase. cair minyak kelapa sawit. Menurut Maharani dalam a. Pewarnaan Gram Sabdaningsih et al. (2013) Hidrogen Pewarnaan gram dilakukan Peroksida merupakan senyawa yang untuk mempermudah mengidentifikasi berbahaya bagi bakteri karena dapat bentuk sel bakteri pada mikroskop. menyebabkan rusaknya sel-sel bakteri. Koloni bakteri yang sudah diberi Bakteri yang memiliki enzim katalase pewarnaan gram akan diamati pada dapat memecahkan H2O2 menjadi H2 mikroskop sehingga terlihat jelas dan O2 yang ditandai dengan adanya bentuk sel bakteri. Isolat dengan kode gelembung oksigen pada objek glas. Is 1, Is 2, dan Is 3 merupakan gram negatif ditandai dengan warna merah d. Uji Oksidasi muda yang menunjukkan bahwa Uji oksidasi digunakan untuk bakteri tersebut tidak mampu mengikat mengetahui apakah bakteri memiliki warna kristal violet dan hanya enzim oksidasi atau tidak. Dari hasil terwarnai dengan safranin yaitu penelitian menunjukkan bahwa isolat pewarna tandingan (Hadioetomo bakteri bernilai negatif, yang berarti dalam Novia, 2018). tidak memiliki enzim oksidasi. b. Bentuk Sel e. Uji Sulfida Setelah dilakukan pewarnaan Uji Sulfida H2S dilakukan gram pada masing-masing isolat, maka untuk mengetahui terbentuknya gas isolat akan dilihat pada mikroskop H2S pada pertumbuhan bakteri.Hal kemudian dilihat bentuk selnya. Dua positif terbentuknya gas H2S isolat yang memiliki bentuk sel batang. ditunjukkan jika pada medium terjadi Kedua isolat bentuk selnya batang. perubahan warna hitam sepanjang Bentuk sel bakteri yang sudah diberi garis inokulasi (Waluyo, 2010). Hasil pewarnaan gram kemudian diamati pengujian yang dilakukan bahwa 9
semua isolate terjadi perubahan warna h. Uji TSIA
hitam yang berarti positif. Uji TSIA dilakukan untuk f. Uji Indol mengetahui kemampuan mikroba Uji indol dilakukan untuk dalam mempermentasikan glukosa, menentukan pembentukan indol oleh sukrosa, dan laktosa dengan bakteri dari triptopan sebagai sumber memperlihatkan media pada agar karbon. Bila indol bersifat positif akan miring dan tegak. Jika agar tegak menghasilkan lapisan warna merah berwarna merah sedangkan agar pada permukaan biakan sedangkan apabila indol bersifat negative akan miring berwarna kuning menunjukkan menghasilkan warnakuning. Bakteri hanya glukosa yang berfermentasi. yang memiliki enzim troptopan dapat Jika agar tegak berwarna kuning diidentifikasi membentuk indol jika sedangkan agar miring berwarna ditumbuhkan didalam medium yang merah ini menunjukkan hanya laktosa mengandungasam amino triptopan dan sukrosa yang berfermentasi. Jika (Choirunissa, 2011). Hasil pengujian agar miring berwarna merah dan tegak yang telah dilakukan ditemukan bahwa isolate Is 1 bersifat indol positif sebab berwarna merah ini menunjukkan terjadi perubahan warna menjadi glukosa, sukrosa dan laktosa tidak merah pada lapisan permukaan biakan. berfermentasi dan sebaliknya (Cowan Sedangkan pada isolate Is 2 dan Is 3 dalam Simanjuntak, 2018). Hasil bersifat indol negative karena biakan pengujian yang telah dilakukan bahwa bakteri tersebut tidak memiliki lapisan isolate Is 1. Is 2 dan Is 3 tidak dapat cincin berwarna merah pada permukaan biakan. mempermentasi glukosa, sukrosa, dan laktosa karena pada media agar miring g. UjiMotil berwarna merah dan media agar tegak Uji motil bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya berwarna merah. pergerakan bakteri yaitud itandai KESIMPULAN DAN SARAN dengana danya berkas putih disekitar tusukan. Hasil positif ditandai dengan Kesimpulan pertumbuhan bakteri yang meluas dari Berdasarkan hasil penelitian garis inokulasi dand iikutid engan sampel yang telah diencerkan perubahan medium menjadi keruh. kemudian dikulturkan selama 1 x 24 Hasil pengujian yang telah dilakukan, jam dengan suhu 300C sehingga seluruh isolate menunjukkan hasil diperoleh jumlah bakteri sebanyak motil yang positif yang ditandai 8.7x106 Cfu/ml. Isolasi bakteri dengan berkas putih disekitar tusukan. memperoleh 3 isolat baktei yaitu Isolat Hasil yang sama juga ditemukan oleh Is1, Is2, dan Is3. Hasil dari uji Omolo (2011) yaitu seluruh isolate emulsifikasi memproleh 2 isolat bakteri pendegradasi minyak yang bakteri penghasil biosurfaktan yaitu menunjukkan uji motilitas positif. isolate Is1 (58,3%) dan isolate Is2 (61,6%). Hasil identifikasi secara 10
morfologi dan biokimia diidentifikasi Choirunissa, A. A. 2011. Tumpahan
didapatkan 3 jenis yaitu Proteus Minyak di Lautdan Beberapa vulgaris, Proteus mirabilis, Kasus di Indonesia.Majalah Escherichia coli. Uji PCR dilakukan BahariJogja. pada isolate Is2 (Proteus mirabilis) memproleh tingkat homologi 100% Fadhilah, N. 2015.IsolasidanUji bahwa isolate Is2 merupakan spesies Potensi Bakteri Penghasil Proteus mirabilis. Biosurfaktan dari Laut Belawan Sumatera Utara dalam Saran Mendegradasi Pestisida Sebaiknya dilakukan penelitian Berbahan Aktif yang serupa, Karena perlu adanya Karbofuran pada Tanah. penelitian lebih lanjut akan bakteri [Skripsi]. Departemen penghasil biosurfaktan sebagai salah Biologi. Fakultas Matematika satu cara mengurangi pencemaran dan Ilmu Pengetahuan minyak di perairan. Dan sebaiknya Alam. Universitas Sumatera penelitian selanjutnya untuk uji Utara. Medan emulsifikasi dilakukan dengan minyak jenis lain seperti miyak mentah, Hadioetomo, S, 1983. Mikrobiologi minyak bumi, minyak solar dan lain- Dasar dalam Praktek Teknik lain. dan Prosedur Dasar Laboratorium. Gramedia. DAFTAR PUSTAKA Jakarta
Amaliah, Z. Z., S. Bahri dan P. Hasbi, M dan G. Tabrani. 2006.
Ameliah. 2015. Isolasi dan Meningkatkan Produksi Karakteristik Asam Laktat dari Biosurfaktan Bakteri Bacillus Limbah dari Limbah Cair Maceran Strain Ts9-8 Rendaman Kacang Kedelai. Dengan Perlakuan Jurnal Farmasi. 5 (1) : 253-257. Faktor Lingkungan (pH,Suhu, dan Suplai Bala, J.D. Lalung and N. Ismail. Oksigen). Jurnal Perikanan. 2014. Biodegradation of palm Oil Mill Effluent Hart, T dan P. Shears. 1997. (POME)by Bacterial. Mikrobiologi Kedokteran. International Journal of Jakarta. Penerbit Scientific and Research Hipokrates. Pp.73-111 Publications. 4(3) : 2250 3153. Januar, W., S. Khotima dan A. Mulyadi. 2013. Kemampuan Chen, S. 2013. Aplication and Isolat Bakteri Pendegradasi Technology of Electronic for Lipid dari Instalasi Clinical Diagnosis. Open Pengolahan Limbah Cair Journal of Apllied PPKS PTPN XIII Ngabang Biosensor. 1 (2) : 60-66 11
Kabupaten Landak. Jurnal Purnomohadi, A. 2011. Potensi
Protobiont. 2 (3) : 136-140 Bakteri dan Analisis Emulsifikasi Biosurfaktan dari Kurniati, H. T. 2016. Bakteri Isolat Bakteri Lokal. Jurnal Penghasil Biosurfaktan Dari Sains. 1 (1) : 13-15 Lingkungan Tercemar Limbah Minyak Dan Potensinya Dalam Riupassa, R. M., M. C. Padaga dan K. Mendegradasi Hidrokarbon Wuragil. 2012. Isolasi dan Aromatik Polisiklik (HAP). Karakterisasi Bakteri Penghasil Bogor: IPB. Biosurfaktan Asal Limbah Rumah Potong Ayam Munir, E. 2006. Pemanfaatan Mikroba Tradisional Di Kota Malang. dalam Bioremediasi : Suatu Jurnal Sains. 1 (2) : 9-12. Teknologi Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan. Simanjuntak. V. L. R. U. 2018. Pidato Pengukuran Jabatan Isolasi dan Seleksi Bakteri Guru Besar Tetap dalam Penghasil Biosurfaktan Bidang Mikrobiologi FMIPA dari Lumpur Sungai Siak di Universitas Sumatera Utara. Sekitar Pelabuhan Sungai Medan. Duku Pekanbaru. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Omolo, C. H. 2011. Characterizationof Kelautan. Universitas Methomyl and Carbofuran Riau. Pekanbaru Degrading bacteriafrom Soil of Horticultural Farms Rift Swandi, M.K dan Nurmiati. 2015. Valley and Central Kenya. Isolasi Bakteri Limbah Cair Journal of Environtmental Industri Minyak Sawit. Jurnal Science and Technology. 6(2): Biologi Universitas Andalas 104-114 4(1) : 71-76
Pacwa, L. M., G. A. Plaza, S. Z. Utami, D., N. Priyani, dan E. Munir.
Piotrowska, and S. S. 2013. Isolasi dan Uji Potensi Cameotra. Bakteri Tanah Pertanian 2011.Enviromental Berastagi Sumatera Utara Aplications of Biosurfactants : dalam Mendegradasi recent advances. Int J Mol Fungisida Antracol Sci. 12 : 66-72 Berbahan Aktif Propineb. [Skripsi]. Medan : Peraturan Mentri Lingkungan Hidup. Universitas Sumatera 2014. Peraturan Mentri Utara, Program Studi Biologi Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2014 Tentang Baku Waluyo. L. 2010. Mikrobiologi Mutu Air Limbah Bagi Usaha Umum. UMM Press. Malang Industri Minyak Sawit. Jakarta. 12
Yulastri. 2013. Aplikasi Plasma untuk Pengolahan Limbah
dengan Metoda Dielectric Cair Kelapa Sawit. JNTE Barrier Discharge (DBD) Vol. 2 No 2.