Anda di halaman 1dari 13

JURNAL

Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Kolam


Contact Pond IPAL Industri Minyak Sawit

OLEH
ELMA DAMAYANTI BR SEMBIRING

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
1

Isolation and Identification of Biosurfactant Producing Bacteria from Contact


Pond Ponds of Palm Oil Industry Wwtp

By

Elma Damayanti Br Sembiring1), M. Hasbi2), Budijono2)


Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau
Elma.damayantibrsembiring@student.unri.ac.id

Abstract

Biosurfactants are surfactant compounds produced by microorganisms, and have the


ability to reduce surface tension, and can break oil. This study aims to obtain
biosurfactant producing bacteria from the pond contact ponds of the palm oil industry
WWTP in PT. Sawit Asahan Indah, Ujung Batu, Rokan Hulu Regency. This research
was conducted in March-May 2019. First, samples were enriched and diluted with
BHI media for 24 hours. Then bacteria are identified by biochemical methods and
18S rDNA. The results revealed that the total number of colonies was 8.7 x 106 Cfu /
ml. Morphological and biochemical characteristics obtained 3 types of bacteria,
namely Proteus vulgaris, Proteus mirabillis, and Escherichia coli. Two of them are
biosurfactant bacteria with the Proteus vulgaris emulsification index 58.3%, and
Proteus mirabillis 61.6%.

Keywords: Biosurfactant, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Emulsification Index,


18S rDNA, Biodegradation
1)
Student of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
2)
Lecture of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
2

Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Kolam Contact


Pond IPAL Industri Minyak Sawit

Oleh

Elma Damayanti Br Sembiring1), M. Hasbi2), Budijono2)


Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
elma.damayantibrsembiring@student.unri.ac.id

Abstrak

Biosurfaktan adalah senyawa surfaktan yang di produksi oleh mikroorganisme dan


memiliki kemampuan untuk mengurangi tegangan permukaan air. Mikroorganisme
dapat menghasilkan biosurfaktan untuk memecahkan minyak. Penelitian ini bertujuan
untuk memproleh bakteri penghasil biosurfaktan dari kolam contact pond IPAL
industry minyak sawit di PT. Sawit Asahan Indah , Ujung Batu, Kabupaten Rokan
Hulu pada bulan Maret sampai Mei 2019. Sampel kemudian dikayakan dan
diencerkan dengan media BHI selama 24 jam. Kemudian bakteri diidentifikasi secara
biokimia dan metode 18S rDNA. Hasil yang diperoleh total jumlah koloni adalah 8.7
x 106 Cfu/ml. Karakteristik morfologi dan biokimia diperoleh 3 jenis bakteri yaitu,
Proteus vulgaris, Proteus mirabillis, and Escherichia coli. Dua diantaranya
merupakan bakteri biosurfaktan dengan Indeks emulsifikasi Proteus vulgaris 58,3%,
dan Proteus mirabillis 61,6%.

Kata Kunci : Biosurfaktan, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Indeks Emulsifikasi,


18S rDNA, Biodegradasi
1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
3

PENDAHULUAN dilakukan upaya untuk menanggulangi


hal tersebut.
Salah satu bentuk limbah Usaha yang dilakukan sebelum
industri yang dapat mencemari limbah cair dibuang ke lingkungan
lingkungan adalah limbah cair yang adalah dengan melakukan pengolahan.
berasal dari kegiatan industri pabrik Salah satu upaya untuk menanggulangi
kelapa sawit. Jumlah pabrik kelapa pencemaran lingkungan yang terjadi
sawit di seluruh Indonesia lebih dari dapat dilakukan dengan pengolahan
460 unit dengan memproduksi CPO secara biologi yaitu dengan
sekitar 23 juta ton atau 46% dari total bioremidiasi. Bioremidiasi di
CPO di dunia (Oil World, 2011). Riau definisikan sebagai proses pemulihan
merupakan daerah penghasil kelapa secara biologi terhadap komponen
sawit terluas di Indonesia dengan lingkungan yang tercemar menjadi
jumlah PKS mencapai 225 unit dengan bentuk yang tidak mengandung racun
kapasitas produksi Crude Palm Oil (Munir, 2006). Dimana faktor yang
(CPO) sebesar 7.047.221 ton per menentukan keberhasilan aplikasi
tahun, sehingga dapat diperkirakan bioremidiasi adalah tersedianya
produksi limbah cair yang ada di mikroba yang mampu mendegradasi
Riau mencapai 25,23 juta ton per jam limbah tersebut. Metode ramah
(BPMPD Provinsi Riau, 2014). lingkungan yang saat ini banyak
Dalam proses pengolahan buah dikembangkan dalam teknologi
kelapa sawit menjadi minyak sawit bioremidiasi lingkungan yang tercemar
dihasilkan limbah padat, limbah cair, yaitu penggunaan biosurfaktan dan
dan limbah gas. Limbah cair kelapa mikroba penghasil surfaktan (Pacwa,
sawit mengandung konsentrasi bahan 2011). Biosurfaktan merupakan
organic dan anorganik yang tinggi surfaktan yang mampu menghasilkan
sehingga menyebabkan pencemaran surfaktan untuk memecahkan minyak
lingkungan (Yulastri, 2013). (Kurniawaty, 2016). Bakteri penghasil
Pencemaran lingkungan yang Biosurfaktan banyak ditemukan di
diakibatkan oleh limbah cair kelapa daerah yang tercemar minyak maupun
sawit seperti minyak dan lemak yang lemak (Parra et al., dalam Riupassa et
tinggi. Baku mutu minyak dan lemak al., 2012).
yang ditetapkan oleh Pemerintah RI Biosurfaktan merupakan
melalui Keputusan Menteri senyawa yang dihasilkan oleh
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun mikroorganisme yang berfungsi untuk
2014 yaitu 25 mg/L. dengan adanya menurunkan tegangan cairan agar
minyak di perairan akan menyebabkan proses bioremidiasi dapat berlangsung
intensitas cahaya yang masuk dengan baik. Dengan adanya bakteri
keperairan terhambat sehingga penghasil biosurfaktan maka proses
menyebabkan terganggunya proses degradasi lingkungan yang tercemar
fotosintesis. Dan juga mengakibatkan akan berlangsung dengan baik (Utami,
oksigen terlarut didalam perairan 2013).
berkurang hal ini sangat Penelitian tentang bakteri
membahayakan bagi biota-biota yang limbah cair minyak sawit telah
ada di perairan sehingga perlu dilakukan oleh Januar, Khotimah dan
4

Mulyadi (2013) menemukan 3 jenis Emulsifikasi dilakukan di Laboratorium


bakteri pendegradasi lipid yang Bakteriologi UPT Kesehatan
diisolasi dari limbah cair minyak sawit Lingkungan Provinsi Riau.
di PTPN – XIII Ngabang, Kabupaten
Landak. Bala, Lalung dan Ismail Prosedur Penelitian
(2014) juga mendapatkan strain  Pengambilan Sampel
Bacillus cereus 103 PB memiliki Pengambilan sampel dilakukan
kemampuan biodegradasi polutan dari sesuai dengan penetapan lokasi
limbah industri minyak sawit. Bakteri sampling. Sampel diambil di aliran
ini memproduksi enzim ekstraseluler pipa Contact Pont sebanyak 200 ml
lipase sehingga dapat menurunkan pada titik sampling. Pengambilan
kadar minyak dan lemak pada sampel hanya dilakukan sekali.
limbah.Swandi dan Nurmiati (2015) Sampel yang diambil diasumsikan
juga melaporkan pada limbah cair adanya bakteri penghasil biosurfaktan
minyak sawit terdapat 5 isolat bakteri di aliran pipa tesrsebut. Kemudian
yang mampu mendegradasi dan dapat sampel yang telah diambil ditutup
mengurangi polutan dari limbah tidak begitu rapat (agar O2 tetap bisa
industri minyak sawit. masuk). Sampel air kemudian
Pengisolasian bakteri-bakteri dimasukkan kedalam cool box dan
pada limbah cair minyak kelapa sawit diberi es batu. Setelah itu dibawa ke
telah dilaporkan oleh beberapa laboratorium untuk dilakukan isolasi
peneliti, namun masih sedikit yang dan identifikasi.
melaporkan pengisolasian bakteri
penghasil biosurfaktan. Oleh karena  Isolasi Bakteri
itu, sebagai pemecahan masalah Sampel air sebanyak 5 ml
pencemaran lingkungan akibat limbah kedalam botol M150 dimana
cair minyak sawit perlu dilakukan didalamnya sudah terdapat larutan
penelitian tentang isolasi dan NaCl 0,98% sebanyak 45 ml,
identifikasi bakteri penghasil kemudian siapkan media BHI,
biosurfaktan dari kolam aerob IPAL selanjutnya diambil 1 ml larutan
industri minyak sawit. (sampel+NaCl) yang sudah
dicampurkan kemudian dimasukkan
METODE PENELITIAN kedalam media BHI, lalu dimasukkan
ke dalam incubator shaker dengan
Penelitian ini dilaksanakan pada kecepatan 200 rpm dan diinkubasi
bulan Maret-Mei 2019 di kolam selama 24 jam sampai bakteri tumbuh.
Contact Pond IPAL industri minyak Air sampel yang telah dilakukan
sawit yang berlokasi di PT. Sawit pengayaan kemudian dilakukan
Asahan Indah, Ujung Batu, Rokan pengenceran dengan menggunakan
Hulu, Provinsi Riau. Metode yang metode seri pengenceran.Air sampel
digunakan dalam penelitian ini adalah diambil sebanyak 1 ml kemudian
metode survei. Stasiun penelitian dimasukkan kedalam tabung reaksi
ditentukan dengan metode purposive yang berisi 9 ml larutan NaCl (0.9%)
sampling. Pengayaan sampel, Isolasi sehingga didapat pengenceran 10-
dan pemurnian, Uji Biokimia dan 1
demikian seterusnya sampai
5

pengenceran 10-6. Bakteri yang telah kemampuannya untuk menghasilkan


diencerkan kemudian diteteskan surfaktan melalui uji emulsifikasi.
sebanyak 1 ml kekertas petri film Hasil dari uji emulsifikasi ditampilkan
sesuai dengan jumlah pengenceran. 1 dalam bentuk table dan gambar.
pengenceran 1 kertas petrifilm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemudian kertas dimasukkan kedalam
inkubaror statis dan diinkubasi selama Jumlah Koloni
24 jam. Pengenceran berseri dilakukan
10 hingga 1000000 kali pengenceran
 Identifikasi Bakteri yang diinokulasikan secara aseptik
Identifikasi bakteri dilakukan dengan teknik tuang ke media.
secara morfologi dan biokimia Sifat Kemudian diinkubasi pada temperatur
morfologi yang diamati meliputi 300C selama 2x24 jam (Amilia et al.,
morfologi koloni sedangkan 2012). Penginokulasian berfungsi
karakterisasi secara biokimiawi yang untuk memperbanyak jumlah bakteri
dilakukan antara lain; pewarnaan sebelum dilakukan isolasi. Sariadji et
gram, uji katalase, ujimotilitas, al (2013) mengatakan bahwa bakteri
katalase, oksidase, H2S, indol, akan dapat tumbuh baik dan aktif
Motalitas dan TSIA. membelah pada kondisi nutrisi
makanan yang melimpah serta
 Uji Bakteri Penghasil lingkungan yang cocok.
Biosurfaktan Sampel air yang telah
Seleksi bakteri penghasil diinokulasi selanjutnya dilakukan seri
biosurfaktan digunakan dengan pengenceran untuk menghitung jumlah
emulsifikasi. Aktivitas emulsifikasi kelimpahan koloni bakteri.
diukur dengan menggunakan 1 ose Kelimpahan koloni bakteri yang
isolate bakteri dengan 4 ml larutan dihitung adalah jumlah koloni dalam
supernatan ditambah 4 ml minyak
setiap 1 ml air sampel pada kertas
goreng kemudian divorteks selama 2 pertifilm. Perhitungan jumlah bakteri
menit. Dan di biarkan selama 2 menit menggunkan rumus jumlah bakteri
kemudian diinkubasi selama 1x24 dibagi faktor pengencer sehingga
jam. Campuran tersebut diukur dalam perhitungannya didapatkan hasil
kestabilan emulsinya kemudian di 87 x 105atau 8.7 x106. Sedangkan
hitung indeks emulsifikasi. bakteri yang rapat tidak dapat dihitung
IE(24)= dan dianggap berjumlah lebih dari 250
sel bakteri.
Analisis Data Isolasi Bakteri
Analisis data dilakukan secara Hasil penanaman sampel
deskriptif. Bakteri diidentifikasi setelah 2 x 24 jam pada media Blood
dengan menggunakan buku kunci agar dan MacConkey agar memperoleh
“Atlas Berwarna Mikrobiologi beragam isolat bakteri. Penanaman
Kedokteran” (Hart and Shears, 1997) sampel ini masing dianggap terlalu
Bakteri yang menghasilkan cepat untuk dilakukan identifikasi,
biosurfaktan kemudian diuji sehingga harus dilakukan subkultur
6

untuk mencegah terdapatnya bateri


lain pada satu cawan petri. Maka
dilakukan subkultur untuk
mendapatkan bakteri yang murni
dengan bentuk goresan.
Uji Bakteri Penghasil Biosurfaktan
Setelah dilakukan isolasi bakteri
kemudian dilakukan uji emulsifikasi.
Uji emulsifikasi bertujuan untuk
mengetahui bakteri tersebut
menghasilkan surfaktan atau tidak.
Aktifitas emulsifikasi merupakan
tingginya lapisan emulsi dari hasil
setiap pencampuran bakteri atau
senyawa biosurfaktan dengan minyak
atau senyawa hidrokarbon. Menurut Dari grafik di atas dapat dilihat
penelitian Purnohadi (2010) uji bahwa isolat Is 1 memiliki indeks
emulsifikasi ini adalah perbandingan emulsifikasi yaitu 58,3%, isolat Is 2
tinggi minyak yang teremulsi didalam yaitu 61,6%, isolat sedangkan isolat Is
air dengan tinggi campuran minyak 3 memiliki indeks emulsifikasi yang
dan air. Minyak yang digunakan dalam paling rendah yaitu 3,3%. Berdasarkan
uji emulsifikasi ini adalah minyak hasil indeks emulsifikasi yang didapat
sawit yang telah diolah menjadi 3jenis bakteri memiliki aktifitas emulsi
minyak makan. yang bisa dikatakan baik karena rata-
Dari hasil penelitian yang telah rata emulsi yang dihasilkan diatas
dilakukan terdapat 2 spesies yang 30%. Menurut penelitian Purnohadi
diperoleh menghasilkan biosurfaktan (2010) bakteri yang menghasilkan
yang berfungsi untuk mendegradasi biosurfaktan adalah memiliki indeks
minyak. Hal ini ditandai dengan emulsifikasi berkisar antara 30%
adanya busa setelah di Vortex antara sampai 80%.
bakteri dengan minyak. Semakin Hasil indeks emulsifikasi pada
tinggi busa yang dihasilkan maka semua isolat memiliki aktifitas emulsi
semakin tinggi pula emulsi yang yang berbeda. Hal ini sesuai dengan
dihasilkan oleh bakteri tersbut maka pendapat Rosenberg et al., dalam
semakin baik pula bakteri Fadhilah (2015) bahwa bakteri juga
mendergradasi limbah minyak di mempengaruhi aktifitas emulsi pada
perairan, begitupun sebaliknya. permukaan cairan yang menghasilkan
Ujiemulsifikasi merupa kanuji lebih perbedaan jenis biosurfaktan.
spesifik dalam menentukan bakteri Banyaknya jumlah bakteri dapat juga
penghasil biosurfaktan (Choirunissa, mempengaruhu tinggi indeks
2011). Indeks Emulsifikasi (IE) dapat emulsifikasi sehingga menyebabkan
dilihat pada Gambar berikut. aktifitas emulsi berbeda (Hasbi et al.,
2007).
7

Novia (2018) dalam dengan isolat yang ditemukan di


penelitiannya menunjukkan bahwa kolam Contact Pond pengolahan
bakteri Proteus sp merupakan limbah cair minyak sawit Asahan
mikroorganisme yang memiliki Indah Ujung Batu, Rohul, Riau yaitu
kemampuan untuk menghasilkan pada isolat Is 1 dengan kode NF4
biosurfaktan. Hal tersebut terlihat dari memiliki bentuk bulat tidak beraturan
pertumbuhannya pada media limbah dengan tepian koloni bergelombang
minyak bumi. Campuran minyak dan atau tak beraturan dan warna putih
air akan menyatu jika dikocok dengan susu.
kecepatan yang tinggi. Namun minyak Isolat Bentuk Warna Tepian
dan air akan memisah setelah
dibiarkan stabil. Hal ini terjadi karena Is 1 Tidak Putih Bergelo
adanya perbedaan polaritas yang ada Beratur Susu mbang
pada minyak dan air. Dengan adanya an
bakteri yang mampu menghasilkan Is 2 Tidak Putih Rata
biosurfaktan akan menghasilkan Beratur Kekuning
lapisan minyak teremulsi dan an an
mencegah terjadinya pemisahan Is 3 Bulat Putih Licin
(Purnomohadi, 2011). Kekuning
an
Identifikasi Bakteri
Setelah dilakukan pemurnian
Koloni bakteri yang murni
bakteri maka bakteri di identifikasi
akan diamati bentuk morfologinya
menggunakan uji biokimia. Uji
meliputi bentuk, warna dan tepian
Biokimia merupakan cara yang
yang berbeda di setiap bakteri dan
digunakan untuk mengetahui genus
untuk tahap selanjutnya koloni bakteri
atau spesis bakteri yang belum
diidentifikasi.
diketahui sebelumnya.
Berdasarkan Tabel diatas
terdapat 2 isolat murni dengan koloni Uji Biokimia Kode Sampel
berbentuk bulat tidak beraturan dan 1
isolat koloni berbentuk bulat, dimana 1 Is 1 Is 2 Is 3
isolat tepi koloninya bergelombang Gram - - -
atau tidak beraturan dan 2 isolat tepi
koloninya licin atau rata (entire). Simmon + + -
Warna koloni isolat bervariasi dari Citrate
putih kekuningan, putih susu dan Urea + + -
merah muda. Dan semua isolat
merupakan gram negatif batang. Sulfide + + +
Sesuai dengan penelitian Fadilah
Indol + - -
(2015) dari Laut Belawan Sumatera
Utara menemukan 2 isolat bakteri dan Motilitas + + +
yang menghasilkan biosurfaktan dan
diantara isolat bakteri tersebut TSIA m/m m/ k/k
memiliki bentuk morfologi yang sama m
8

Glukosa + - + pada mikroskop cahaya dengan


perbesaran pada lensa okuler 5x lensa
Laktosa + - + objektif 40x . bentuk sel yang lebih
Manitosa jelas diamati pada mikroskop cahaya
+ - +
dilengkapi dengan kamera yang
Maltosa + + + terhubung langsung pada komputer.
Pembesaran pada lensa okuler 5x dan
Sukrosa + + + lensa objektif 100x sehingga bentuk
batang pada sel dapat terlihat jelas.
Hasil dari uji biokimia
kemudian dicocokkan kedalam buku
c. Uji Katalase
Atlas Berwarna Mikrobiologi
Uji katalase yang dilakukan
Kedokteran karya toni Hart dan Paul
pada kedua isolat menunjukkan bahwa
Shears (1997). Dari 3 isolat didapatkan
isolat tersebut bernilai positif. Adanya
3 jenis bakteri yaitu Pretus mirabilis,
gelembung udara pada objek glas yang
Proteus Vulgaris dan E.coli. Bakteri
sudah ditetesi Hidrogen Peroksida
tersebut didapatkan dari kolam
(H2O2) menunjukkan bahwa bakteri
Contact Pont pada pengolahan limbah
tersebut menghasilkan enzim katalase.
cair minyak kelapa sawit.
Menurut Maharani dalam
a. Pewarnaan Gram Sabdaningsih et al. (2013) Hidrogen
Pewarnaan gram dilakukan Peroksida merupakan senyawa yang
untuk mempermudah mengidentifikasi berbahaya bagi bakteri karena dapat
bentuk sel bakteri pada mikroskop. menyebabkan rusaknya sel-sel bakteri.
Koloni bakteri yang sudah diberi Bakteri yang memiliki enzim katalase
pewarnaan gram akan diamati pada dapat memecahkan H2O2 menjadi H2
mikroskop sehingga terlihat jelas dan O2 yang ditandai dengan adanya
bentuk sel bakteri. Isolat dengan kode gelembung oksigen pada objek glas.
Is 1, Is 2, dan Is 3 merupakan gram
negatif ditandai dengan warna merah d. Uji Oksidasi
muda yang menunjukkan bahwa Uji oksidasi digunakan untuk
bakteri tersebut tidak mampu mengikat mengetahui apakah bakteri memiliki
warna kristal violet dan hanya enzim oksidasi atau tidak. Dari hasil
terwarnai dengan safranin yaitu penelitian menunjukkan bahwa isolat
pewarna tandingan (Hadioetomo bakteri bernilai negatif, yang berarti
dalam Novia, 2018). tidak memiliki enzim oksidasi.
b. Bentuk Sel e. Uji Sulfida
Setelah dilakukan pewarnaan Uji Sulfida H2S dilakukan
gram pada masing-masing isolat, maka untuk mengetahui terbentuknya gas
isolat akan dilihat pada mikroskop H2S pada pertumbuhan bakteri.Hal
kemudian dilihat bentuk selnya. Dua positif terbentuknya gas H2S
isolat yang memiliki bentuk sel batang. ditunjukkan jika pada medium terjadi
Kedua isolat bentuk selnya batang. perubahan warna hitam sepanjang
Bentuk sel bakteri yang sudah diberi garis inokulasi (Waluyo, 2010). Hasil
pewarnaan gram kemudian diamati pengujian yang dilakukan bahwa
9

semua isolate terjadi perubahan warna h. Uji TSIA


hitam yang berarti positif. Uji TSIA dilakukan untuk
f. Uji Indol mengetahui kemampuan mikroba
Uji indol dilakukan untuk dalam mempermentasikan glukosa,
menentukan pembentukan indol oleh sukrosa, dan laktosa dengan
bakteri dari triptopan sebagai sumber memperlihatkan media pada agar
karbon. Bila indol bersifat positif akan miring dan tegak. Jika agar tegak
menghasilkan lapisan warna merah
berwarna merah sedangkan agar
pada permukaan biakan sedangkan
apabila indol bersifat negative akan miring berwarna kuning menunjukkan
menghasilkan warnakuning. Bakteri hanya glukosa yang berfermentasi.
yang memiliki enzim troptopan dapat Jika agar tegak berwarna kuning
diidentifikasi membentuk indol jika sedangkan agar miring berwarna
ditumbuhkan didalam medium yang merah ini menunjukkan hanya laktosa
mengandungasam amino triptopan dan sukrosa yang berfermentasi. Jika
(Choirunissa, 2011). Hasil pengujian
agar miring berwarna merah dan tegak
yang telah dilakukan ditemukan bahwa
isolate Is 1 bersifat indol positif sebab berwarna merah ini menunjukkan
terjadi perubahan warna menjadi glukosa, sukrosa dan laktosa tidak
merah pada lapisan permukaan biakan. berfermentasi dan sebaliknya (Cowan
Sedangkan pada isolate Is 2 dan Is 3 dalam Simanjuntak, 2018). Hasil
bersifat indol negative karena biakan pengujian yang telah dilakukan bahwa
bakteri tersebut tidak memiliki lapisan isolate Is 1. Is 2 dan Is 3 tidak dapat
cincin berwarna merah pada
permukaan biakan. mempermentasi glukosa, sukrosa, dan
laktosa karena pada media agar miring
g. UjiMotil berwarna merah dan media agar tegak
Uji motil bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya berwarna merah.
pergerakan bakteri yaitud itandai
KESIMPULAN DAN SARAN
dengana danya berkas putih disekitar
tusukan. Hasil positif ditandai dengan Kesimpulan
pertumbuhan bakteri yang meluas dari Berdasarkan hasil penelitian
garis inokulasi dand iikutid engan sampel yang telah diencerkan
perubahan medium menjadi keruh. kemudian dikulturkan selama 1 x 24
Hasil pengujian yang telah dilakukan, jam dengan suhu 300C sehingga
seluruh isolate menunjukkan hasil diperoleh jumlah bakteri sebanyak
motil yang positif yang ditandai 8.7x106 Cfu/ml. Isolasi bakteri
dengan berkas putih disekitar tusukan. memperoleh 3 isolat baktei yaitu Isolat
Hasil yang sama juga ditemukan oleh Is1, Is2, dan Is3. Hasil dari uji
Omolo (2011) yaitu seluruh isolate emulsifikasi memproleh 2 isolat
bakteri pendegradasi minyak yang bakteri penghasil biosurfaktan yaitu
menunjukkan uji motilitas positif. isolate Is1 (58,3%) dan isolate Is2
(61,6%). Hasil identifikasi secara
10

morfologi dan biokimia diidentifikasi Choirunissa, A. A. 2011. Tumpahan


didapatkan 3 jenis yaitu Proteus Minyak di Lautdan Beberapa
vulgaris, Proteus mirabilis, Kasus di Indonesia.Majalah
Escherichia coli. Uji PCR dilakukan BahariJogja.
pada isolate Is2 (Proteus mirabilis)
memproleh tingkat homologi 100% Fadhilah, N. 2015.IsolasidanUji
bahwa isolate Is2 merupakan spesies Potensi Bakteri Penghasil
Proteus mirabilis. Biosurfaktan dari Laut
Belawan Sumatera Utara dalam
Saran Mendegradasi Pestisida
Sebaiknya dilakukan penelitian Berbahan Aktif
yang serupa, Karena perlu adanya Karbofuran pada Tanah.
penelitian lebih lanjut akan bakteri [Skripsi]. Departemen
penghasil biosurfaktan sebagai salah Biologi. Fakultas Matematika
satu cara mengurangi pencemaran dan Ilmu Pengetahuan
minyak di perairan. Dan sebaiknya Alam. Universitas Sumatera
penelitian selanjutnya untuk uji Utara. Medan
emulsifikasi dilakukan dengan minyak
jenis lain seperti miyak mentah, Hadioetomo, S, 1983. Mikrobiologi
minyak bumi, minyak solar dan lain- Dasar dalam Praktek Teknik
lain. dan Prosedur Dasar
Laboratorium. Gramedia.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta

Amaliah, Z. Z., S. Bahri dan P. Hasbi, M dan G. Tabrani. 2006.


Ameliah. 2015. Isolasi dan Meningkatkan Produksi
Karakteristik Asam Laktat dari Biosurfaktan Bakteri Bacillus
Limbah dari Limbah Cair Maceran Strain Ts9-8
Rendaman Kacang Kedelai. Dengan Perlakuan
Jurnal Farmasi. 5 (1) : 253-257. Faktor Lingkungan
(pH,Suhu, dan Suplai
Bala, J.D. Lalung and N. Ismail. Oksigen). Jurnal Perikanan.
2014. Biodegradation of
palm Oil Mill Effluent Hart, T dan P. Shears. 1997.
(POME)by Bacterial. Mikrobiologi Kedokteran.
International Journal of Jakarta. Penerbit
Scientific and Research Hipokrates. Pp.73-111
Publications. 4(3) : 2250
3153. Januar, W., S. Khotima dan A.
Mulyadi. 2013. Kemampuan
Chen, S. 2013. Aplication and Isolat Bakteri Pendegradasi
Technology of Electronic for Lipid dari Instalasi
Clinical Diagnosis. Open Pengolahan Limbah Cair
Journal of Apllied PPKS PTPN XIII Ngabang
Biosensor. 1 (2) : 60-66
11

Kabupaten Landak. Jurnal Purnomohadi, A. 2011. Potensi


Protobiont. 2 (3) : 136-140 Bakteri dan Analisis
Emulsifikasi Biosurfaktan dari
Kurniati, H. T. 2016. Bakteri Isolat Bakteri Lokal. Jurnal
Penghasil Biosurfaktan Dari Sains. 1 (1) : 13-15
Lingkungan Tercemar Limbah
Minyak Dan Potensinya Dalam Riupassa, R. M., M. C. Padaga dan K.
Mendegradasi Hidrokarbon Wuragil. 2012. Isolasi dan
Aromatik Polisiklik (HAP). Karakterisasi Bakteri Penghasil
Bogor: IPB. Biosurfaktan Asal Limbah
Rumah Potong Ayam
Munir, E. 2006. Pemanfaatan Mikroba Tradisional Di Kota Malang.
dalam Bioremediasi : Suatu Jurnal Sains. 1 (2) : 9-12.
Teknologi Alternatif untuk
Pelestarian Lingkungan. Simanjuntak. V. L. R. U. 2018.
Pidato Pengukuran Jabatan Isolasi dan Seleksi Bakteri
Guru Besar Tetap dalam Penghasil Biosurfaktan
Bidang Mikrobiologi FMIPA dari Lumpur Sungai Siak di
Universitas Sumatera Utara. Sekitar Pelabuhan Sungai
Medan. Duku Pekanbaru. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan
Omolo, C. H. 2011. Characterizationof Kelautan. Universitas
Methomyl and Carbofuran Riau. Pekanbaru
Degrading bacteriafrom Soil of
Horticultural Farms Rift Swandi, M.K dan Nurmiati. 2015.
Valley and Central Kenya. Isolasi Bakteri Limbah Cair
Journal of Environtmental Industri Minyak Sawit. Jurnal
Science and Technology. 6(2): Biologi Universitas Andalas
104-114 4(1) : 71-76

Pacwa, L. M., G. A. Plaza, S. Z. Utami, D., N. Priyani, dan E. Munir.


Piotrowska, and S. S. 2013. Isolasi dan Uji Potensi
Cameotra. Bakteri Tanah Pertanian
2011.Enviromental Berastagi Sumatera Utara
Aplications of Biosurfactants : dalam Mendegradasi
recent advances. Int J Mol Fungisida Antracol
Sci. 12 : 66-72 Berbahan Aktif
Propineb. [Skripsi]. Medan :
Peraturan Mentri Lingkungan Hidup. Universitas Sumatera
2014. Peraturan Mentri Utara, Program Studi Biologi
Lingkungan Hidup No.5
Tahun 2014 Tentang Baku Waluyo. L. 2010. Mikrobiologi
Mutu Air Limbah Bagi Usaha Umum. UMM Press. Malang
Industri Minyak Sawit.
Jakarta.
12

Yulastri. 2013. Aplikasi Plasma untuk Pengolahan Limbah


dengan Metoda Dielectric Cair Kelapa Sawit. JNTE
Barrier Discharge (DBD) Vol. 2 No 2.

Anda mungkin juga menyukai