Anda di halaman 1dari 7

PEMANFAATAN FITOPLANKTON LAUT CHAETOCEROS CALCITRANS

2+
SEBAGAI BIOINDIKATOR DAN BIOAKUMULATOR CD DI PERAIRAN.

a
Muliadi


aFKIP, Universitas Khairun, Ternate


Koresponden penulis : muliadi@unkhair.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan fitoplankton laut Chaetoceros calcitrans
2+
sebagai bioindikator perairan dan bioakumulator ion Cd di perairan. Berdasarkan Hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh toksik yang signifikan
terhadap pola pertumbuhan fitoplankton dalam medium kultur C. calcitrans apabila
2+
terdapat ion Cd 0,1 ppm. Hal ini berarti bahwa fitoplankton C. calcitrans dapat
2+
dipertimbangkan sebagai bioindikator dan bioakumulator ion Cd yang baik.

Kata kunci: Chaetoceros calcitrans, SSA, kadmium bioindokator dan bioakumulator.

Abstract

This study aimed to test the feasibility of marine phytoplankton Chaetoceros calcitrans as
both of bioindicators and bioaccumulator cadmium ion in water. Based on the results of
this study concluded that there is no significant toxic effect on the pattern of growth of
phytoplankton in the culture medium of C. calcitrans in the concentration 0.1 ppm of
Cd2+. This means that phytoplankton C. calcitrans can be considered as good
bioindicators and bioaccumulator cadmium ion.

Keywords : Chaetoeros calcitrans, AAS, Cadmium, Bioindicator, Bioakumulator

PENDHULUAN tersebut. Fitoplankton merupakan


parameter biologi yang dapat dijadikan
Perubahan kualitas perairan erat indikator untuk mengevaluasi kualitas
kaitannya dengan potensi perairan dan tingkat kesuburan suatu perairan
terhadap kelimpahan dan komposisi (Nayar dkk, 2004). Dinoflagellata dan
fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di diatom merupakan kelompok
suatu perairan dapat memberikan fitoplankton yang yang mendominasi
informasi mengenai kondisi perairan perairan baik perairan dingin maupun

16 Jurnal Techno V0l. 04 No. 02 November


Muliadi

subtropik. Sebagian besar fitoplankton bernomor atom 22 sampai 92 dari


bersel tunggal (Boney, 1983). periode 4 sampai 7 (Mittinen, 1997).
Fitoplankton bersel tunggal yang penting Kadmium adalah logam putih keperakan
adalah diatom dan dinoflagelata. yang dapat ditempa dan liat, memiliki
Diatom, meguasai perairan laut terutama massa atom relatif 112,4, melebur pada
di perairan dingin, mencapai lebih 1 juta o
suhu 321 C. Kadmium membentuk ion
sel / mL, sedang dinoflagelata bivalen yang tak berwarna, kadmium
menguasai di perairan tropik dan sub klorida , kadmium nitrat, dan kadmium
tropik. Fitoplankton mempunyai dinding sulfat larut dalam air, sulfidanya tak
sel yang menutup seluruh permukaan larut dan berwarna khas (Svehla, 1979).
tubuhnya. Dinding sel fitoplankton
dinoflagelata mengandung selulosa dan Menurut Vouk (1986) dalam
berbagai glikoprotein; sedang pada Suhendrayatna ( 2001) terdapat 80 jenis
kelompok diatom tersusun dari silika. dari 109 unsur kimia di muka bumi ini
Chaetoceros, jenis banyak dijumpai baik yang telah teridentifikasi sebagai jenis
sebagai Chaetoceros calcitrans maupun logam berat. Berdasarkan sudut pandang
Chaetoceros grailis. Organisme ini toksikologi, ion logam berat ini dapat
bersel tunggal dan dapat membentuk dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama
rantai menggunakan duri yang saling adalah logam berat esensial, dimana
berhubungan dengan sel yang keberadaannya dalam jumlah tertentu
berdekatan. Tubuh utama bebentuk petri sangat dibutuhkan oleh organisme hidup,
dish dengan ukuran sel 6 – 8 μm. namun dalam jumlah yang berlebihan
dapat menimbulkan efek racun. Contoh
Beberapa hasil penelitian logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co,
menunjukkan ada beberapa jenis Mn dan lain sebagainya. Sedangkan
mikroalga seperti Dunaliella tertiolecta jenis kedua adalah logam berat tidak
Scenedemusacutus dan Euglena gracilis esensial atau beracun, dimana
(Vilchez, et. al., 1997), Chlorella keberadaannya dalam tubuh masih
vulgaris (Suhendrayatna, 2001 dan belum diketahui manfaatnya atau bahkan
Maeda dab Ohki, 1998), Nostoc sp. dan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb,
Phormidium sp., (Maeda dan Ohki, Cr dan lain-lain.
1998) memiliki toleransi yang tinggi
terhadap pengambilan ion logam berat. Masalah pencemaran air oleh ion
logam berat menghadirkan suatu
Logam berat adalah unsur-unsur kimia tantangan dan penggunaan biomaterial
dengan bobot jenis lebih besar dari 5 dapat menjadi solusi dari masalah
3
gr/cm , mempunyai afinitas yang tersebut (Nuhoglu dkk., 2002).
tertinggi terhadap unsur S dan biasanya Bioremediasi pada lahan terkontaminasi

Jurnal Techno V0l. 04 No. 02 November 2015 17


Muliadi

logam berat didefinisikan sebagai proses H3BO3, EDTA, NaH2PO4.2H2O,


pembersihan (cleanup) lahan dari bahan- NaNO3, ZnCl2, CoCl2.6H2O,
bahan pencemar secara biologi atau (NH4)6MoO24.4H2O, CuSO4, Vitamin
dengan menggunakan organisme hidup, B12, Vitamin B1, Na2SiO3.5H2O,
baik mikroorganisme (mikrofauna atau glutation, kertas saring whatman
mikroflora) maupun makroorganisme. Millipor. Alat yang digunakan dalam
Konsep penggunaan tumbuhan untuk penelitian ini antara lain; alat-alat gelas
membersihkan lingkungan dari bahan- yang umum digunakan dalam
bahan pencemar disebut fitoremediasi laboratorium, sentrifugasi,
(Moreno, dkk., 2006). spektrofotometer serapan atom (SSA)
Bulk Scienific model 205 VGP, pH
Bioakumulasi diartikan sebagai meter, oven model SPNISOSFD, neraca
pengangkutan bahan pencemar (organik digital Ohauss model NO AP 110, FT-IR
maupun anorganik) ke bagian dalam sel model SHIMADZU 820 1PC.
hidup (Barron, 1995). Bioakumulasi ion
logam menggunakan organisme terjadi Prosedur penelitian 
mengkultur
dengan reaksi pengkompleksan, Fiotplankton C. calcitrans.
pertukaran ion, kelatin dan adsorpsi
Air laut yang sudah disterilkan
(Volesky dan Holan, 1995). Beberapa
selanjutnya diukur salinitasnya dengan
organisme seperti tanaman, ganggang,
menggunakan alat salinometer dan
dan beberapa jamur bereaksi terhadap
disaring dengan menggunakan kertas
efek ion logam berat dengan mensintesis
saring. Untuk memperoleh salinitas air
protein pengkelat logam atau peptida
laut yang sesuai untuk spesies
kaya sistein yang dirujuk sebagai
fitoplankton uji dilakukan dengan cara
fitokhelatin (Grill dkk., 1985) atau
pengenceran atau pemekatan. Untuk
peptida -glutamil peptida (Reese dan
mendapatkan kepadatan fitoplankton
Winge, 1988). Penelitian ini bertujuan
yang diinginkan digunakan rumus
untuk mengetahui potensi pemanfaatan
pengenceran :
fitoplankton sebagai bioindikator dan
biaoakumulator ion logam Cd. V1 x N1 = V2 x N2 ....................... (1)
Dimana;
METODE PENELITIAN
V2 = Volume kultur,
 N1 = Kepadatan
Bahan dan alat
sel fitoplankton stok,
Bahan-bahan yang digunakan
N2 = Kepadatan sel fitoplankton kultur
anatara lain; biakan fitoplankton
Chaetoceros Calcitrans, CdCl2 2 H2O , Penghitungan kepadatan sel fitoplankton
Aqubidest, FeCl3.6H2O, MnCl2.4H2O,

18 Jurnal Techno V0l. 04 No. 02 November


Muliadi

menggunakan alat Haemacytometer HASIL dan PEMBAHASAN


dengan pengamatan mikroskop.
Pengamatan pola pertumbuhan diamati Pengamatan pola pertumbuhan
pada kondisi tanpa dan dengan paparan diamati pada kondisi tanpa dan dengan
kadmium. Setelah 3 hari, kultur dipindah paparan kadmium. Setelah 3 hari, kultur
ke botol 250 mL. Selama pelaksanaan dipindah ke botol 250 mL. Selama
kultur, parameter fisika-kimia pelaksanaan kultur, parameter fisika-
dipertahankan. kimia dipertahankan. Data hasil
pengamatan pola pertumbuhan
Menentukan waktu Pertumbuhan kepadatan sel fitoplankton C. calcitrans
Fitoplankton dapat dilihat pada Gambar 2;

Penentuan pola pertumbuhan


fitoplankton, dilakukan penghitungan
jumlah sel per mililiter medium setiap 24
jam. Contoh diambil dengan pipet tetes
steril, diteteskan sekitar 0,1-0,5 mL pada
Haemositometer, kemudian diamati
melalui mikroskop (Seafdec, 1985). Bila
kepadatan sel masih normal,
penghitungan kepadatannya
menggunakan rumus : Gambar 2. Pola pertumbuhan sel
fitoplankton C. calcitrans
Bila kepadatan selnya terlalu tinggi, dengan penambahan ion
penghitungannya menggunakan rumus : 2+
Cd pada berbagai tingkat
Jumlah sel/mL = Jumlah sel dalam 4
konsentrasi.
bagian x 4 x 10.000.
Gambar 2, menunjukkan pola
Menentukan Nilai konsentrasi
pertumbuhan kepadatan sel fitoplankton
maksimum ion logam berat kadmium 2+
oleh fitoplankton laut C. calcitrans. C. calcitrans yang terpapar ion Cd
dengan variasi konsentrasi 0,0; 0,1; 0,15;
Setelah diketahui pola pertumbuhan 0,2; 0,25; 0,3; 0,4; 0,5; 1,0; 2,5; 5,0 dan
(sekitar 3 hari) fitoplankton uji masing- 10 ppm. Pertumbuhan sel fitoplankton
masing, dilakukan satu seri kultur 2+
yang terpapar ion logam Cd 0,1 dan
2+ 0,15 ppm menunjukkan pertumbuhan
dengan pemaparan ion Cd pada
mediumnya dengan konsentrasi 0,0; yang relatif sama dengan Kontrol (0,0
0,10; 0,20; 0,25; 0,50, 1,00; 2,50; 5,00 2+
ppm ion Cd ). Hal ini menunjukkan
dan 10,0 mg/L medium. bahwa konsentrasi tersebut tidak

Jurnal Techno V0l. 04 No. 02 November 2015 19


Muliadi

memiliki efek toksik (NEC) terhadap fitoplankton C. calcitrans dan T. chuii.


pertumbuhan fitoplankton dalam Hal ini sesuai penelitian Foster (1977),
medium kultur. dimana pengaruh penambahan ion logam
berat pada medium plankton bersel
Semakin tinggi konsentrasi ion tunggal memiliki korelasi positif dengan
2+
Cd yang ditambahkan semakin rendah penurunan jumlah sel dan bobot kering.
grafik pola pertumbuhannya, kejadian
ini tampak pada penambahan konsentrasi Besarnya pengaruh konsentrasi
2+ 2+
ion Cd 0,2; 0,25; 0,3; 0,4; 0,5 dan 10 ion Cd terhadap laju pertumbuhan
ppm. Kejadian disebabkan karena pada spesifik fitoplankton C. calcitrans
konsentrasi tersebut sel fitoplankton disajikan pada Gambar 3;
2+
mengalami efek toksisitas ion Cd . Ion
2+
Cd yang terakumulasi dalam sel
fitoplankton berikatan dengan gugus-
gugus aktif enzim diantaranya gugus –
SH yang berefek pada terhambatnya
mekanisme kerja enzim sehinnga
pembelahan sel fitoplankton C.
Calcitrans terhambat kejadian ini tampak Gambar 3. Pola laju pertumbuhan
2+ spesifik sel fitoplankton C.
pada konsentrasiion Cd 0,2 ppm.
calcitrans dengan
2+ 2+
Konsentrasi ion Cd 25 hingga 10 ppm penambahan ion Cd pada
terjadi penurunan jumlah sel berbagai tingkat konsentrasi.
fitoplankton yang sangat signifikan Hal
ini menunjukkan sifat tokisisitas ion Berdasarkan Gambar 3, tampak
2+ kenaikan pola laju pertumbuhan spesifik
Cd terhadap pertumbuhan
fitoplankton berlangsung pada sel fitoplankton C. calcitrans pada
2+ 2+
penambahan konsentrasi ion Cd ≥ 0,2 konsentrasi ion Cd 0,1 dan 0,15 ppm
ppm. relatif sama dengan kenaikan laju
pertumbuhan spesifik fitoplankton
Berdasarkan Gambar 2, kontrol (0,0 ppm) pada hari ke-1 hingga
2+ hari ke-3. Hal ini dimungkinkan karena
menunjukkan keberadaan ion Cd pada
medium kultur fitoplankton C. energi yang dibutuhkan untuk
Calcitrans yang lebih besar dari nilai pertumbuhan sel masih cukup tersedia
konsentrasi maksimum yang dapat dalam medium kultur. Kejadian ini
ditoleransi menghambat pertumbuhan mengindikasikan bahwa fitoplankton C.
dan menurunkan jumlah kepadatan sel calcitrans memiliki tingkat toleransi

20 Jurnal Techno V0l. 04 No. 02 November


Muliadi

2+ Kobayashi J., 1971 : Relation between


yang tinggi terhadap ion Cd bila di
bandingkan dengan konsentrasi ion the Itai-Itai disease and the
2+ pollution of river water by
Cd yang diperbolehkan dalam
cadmium from a mine, in
perairan sebesar 0.01 ppm (peraturan
Proceedings research
Pemeritah No. 20, 1990).
conference, San Francisco,
KESIMPULAN California, July- August, 1970.

Berdasarkan Hasil penelitian Maeda, s., and Ohki, A., 1998,


dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat Bioaccumulation and
pengaruh toksik yang signifikan biotransformation of Arsenic.,
terhadap pola pertumbuhan fitoplankton Antimony, and Bismuth
dalam medium kultur C. calcitrans compounds by fresswater
2+ Algae, in water treatment with
apabila terdapat ion Cd 0,1 ppm. Hal
ini berarti bahwa fitoplankton C. algae, Yuk-shan and Nora
calcitrans dapat dipertimbangkan F.Y.Tam (eds) Springer-Verlag
sebagai bioindikator dan bioakumulator and lands Bioscience, pp. 73-
2+ 92.
ion Cd yang baik.
Moreno-Jiménez, R. Gamarra, R.O.
DAFTAR PUSTAKA Carpena-Ruiz, R. Millán, J.M.
Peñalosaand E. Esteban, (2006)
Barron, M.G. 1995, Bioaccumulation : Mercury bioaccumulation and
and Bioconcentration in phytotoxicity in two wild plant
Aquatic Organism. In: species of Almadén area,
Chemosphere : 63:11; 1969-
Hoffman, D.j., Rattner, G.A., 1973
Burton, and Cairns, Handbook Nayar, S., Goh, B. P. L. dan Chou, L.
of Ecotoxicology. Boca Raton: M., 2004, Enviromental Impac
CRC Press In. of Heavy Metals from Dredged
and Resuspended Sediments on
Boney, A.D., 1983, “Phytoplankton “,
Phytoplankton and Bacteria
Edwar Arnold ( Publishers)
Assessed In Situ Mesocosms,
Limited, London.
 Grill, E;
Environtmental Safety, 59, 349.
Winnacker, E.L.; Zenk, M.H.,
1985 : Phytochelatins : the Nuhoglu, Y., Malkoc, E., Gurses, A.,
principal heavy-metal dan Campolat, N., 2002, The
complexing removal of Cu(II) from aqueous
solutions by Ulothrix Zonata,
peptides of higher plant. Science, 230,
Bioresour. Techno,l. 85, 331-
674-676.

Jurnal Techno V0l. 04 No. 02 November 2015 21


Muliadi

333.

Rauser, W. E., 1995 : Phytochelatins and


Related Peptides : Structure,
Bisynthesis, and Function, Plant
Physiol. 109 : 1141-1149.

Reese, R.N. dan Winge, D.R., (1988) :


Sulfide stabilization of the
cadmium- -glutamyl peptide
complex of
Schizosaccharomyces pombe. J.
Biol. Chem. 263(9) : 4186-
4192.

Seafdec, 1985, Prawn Hatchery Design


and Operational, Aquaculture
Extention Manual No. 9,
Aquaculture Department,
Tigbauan, ilolo, Philippines.

Suhendrayatna, 2001, Bioremoval


Logam Berat Menggunakan
Mikroorganisme: Suatu kajian
Kepustakaan, Kagoshima
University, Japan.

Svehla, G., 1979, Textbook of Macro


and Semimicro Qualitative
Inorganic Analysis, University
Queen, Beltast, lomdon.

Vilchez, I., Garbayo, M.V., Labato, and


Vega, J.M., 1997, Enzym an
Microb.Technol., 20, 562-572.
Volesky B, Holan ZR..,1995.
Biosorption of Heavy Metals.
Biotechnology
Program.;11(3):235-250

22 Jurnal Techno V0l. 04 No. 02 November

Anda mungkin juga menyukai