Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 4 MANAJEMEN SUMBERDAYA BIOLOGIS

SANTI ELVIRA | 21321028

1. Bacalah data saintifik dan berita terkait SARS-CoV-2 & Covid-19 yang
disebabkannya. Lalu: (a) jelaskan perbedaan antara kedua terminologi tersebut; dan (b)
apakah organisme berupa pertumbuhan dan perkembangan (*) dapat diamati di SARS-
CoV-2? penjelasan Saudara secara sederhana sehingga mudah dijangkau oleh
masyarakat awam tanpa mengurangi esensi saintifik di dalamnya!

2. Permafrost merupakan singkatan dari “permanent frost” yaitu istilah yang merujuk pada
lapisan tanah yang selalu berada di bawah titik beku selama minimal 2 tahun. Istilah ini
mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an. Meskipun kadang dianggap “marginal” atau
“kurang layak guna”, kasus “ancient giant virus” dari permafrost menunjukan dampak
yang dapat terjadi jika permafrost mencair. Dengan menggunakan referensi ini: (a)
prediksikan apa yang akan terjadi jika tren “climate change” semakin memburuk; dan
(b) jelaskan mitigasi apa yang harus dilakukan untuk menghadapi prediksi Saudara!
3. Meski relatif tidak lebih populer dibanding organisme multiseluler seperti tumbuhan
dan hewan, mikroba extremophiles merupakan salah satu khasanah biodiversitas yang
sangat penting. pelajari literatur yang relevan dan jelaskan potensi yang dapat
dimanfaatkan dari kelompok organisme ini! Jelaskan juga apakah potensi ini telah
dimanfaatkan secara optimal atau tidak di Indonesia!
4. Teknologi bioflok telah banyak dimanfaatkan dalam bidang akuakultur. pelajari
literatur yang relevan dengan biofloc lalu: (a) sebutkan peran bakteri pada sistem
biofloc; (b) menjelaskan prinsip & mekanisme yang menyusun sistem bioflok; dan (c)
jelaskan kelayakan penggunaan bioflok pada ekosistem terestrial (potensi dan limitasi)!

Answare:
1. a) Perbedaan kedua terminologi SARS-CoV-2 & Covid-19 yaitu SARS-CoV-2
merupakan nama resmi virus korona yang mengakibatkan infeksi pernapasan, nama ini
diberikan oleh Komite Internasional Taksonomi Virus (ICTV). Sedangkan nama
penyakit yang disebabkan terinfeksi SARS-CoV-2 ini disebut Covid-19 yang
merupakan akronim dari coronavirus disease 19, istilah ini diberikan WHO .
b) Virus SARS-CoV-2 dapat teramati perkembangannya didalam tubuh.
Perkembangan biakan aseksual terjadi pada virus dengan pembelahan biner, yakni satu
sel induk membelah menjadi dua sel anak. Kemudian masing-masing sel anak
membentuk dua sel anak lagi, dan seterusnya. Dilansir dari nih.gov, para ilmuwan yang
berasal dari National Institute of Health (NIH), mengumpulkan orang yang sudah
terinveksi virus corona untuk penelitian. Struktur virus corona berhasil terungkap oleh
para ilmuwan NIH, dengan menggunakan mikroskop cahaya atau mikroskop elektron.
Artikel berikut ini akan mengulas tentang cara perkembangan virus corona di dalam
tubuh manusia, biasanya gelombang pertama virus ini menyebar, kemudian terjadi
pathogenesis yang tinggi, yang terakhir akan bermutasi. Perkembangan virus corona di
paru-paru akan mengakibatkan seseorang mengalami sesak napas, atau pneumonia yang
tidak akan menyebabkan kematian. Virus corona akan berkembangbiak di paru-paru,
kemudian virus ini merusak kantong udara paru-paru, dan mengakibatkan kerusakan
pembuluh darah kecil. Akibatnya, dinding kantong udara akan menebal dan dilapisi oleh
virus, lalu orang tersebut kehabisan oksigen, dan meninggal dunia (Fimela, 2020).

Sedangkan pertumbuhan virus tidak teramati, Pertumbuhan merupakan proses


perubahan bentuk yang semula kecil kemudian menjadi besar. Pertumbuhan menyangkut
pertambahan volume dari individu itu sendiri.Virus tidak mengalami hal ini dikarenakan
virus merupakan kategori bukan termasuk makhluk hidup dengan salah satu ciri
utamanya yaitu tidak tumbuh, sebagaimana ciri-ciri virus sebagai berikut:
1) Tidak dapat melakukan metabolisme sendiri,
2) Tidak dapat melakukan replikasi tanpa sel inang,
3) Tidak tumbuh, dan
4) Tidak merespons lingkungannya.

2. a) Prediksi yang akan terjadi jika climate change terus terjadi adalah terjadinya pencairan
permafrost dan juga dampak pencairannya. Mencairnya lapisan es ini akan mengancam
untuk membuka bakteri dan virus penyebab penyakit yang telah lama terperangkap di
dalam es. Bakteri dan virus yang terbagun ini tentunya akan menyerang makhluk hidup
sehingga menimbulkan wabah penyakit. Contoh kejadian pada tahun 2016 seorang anak
meninggal di ujung utara siberia rusia dalam wabah antraks, yang mana menurut
ilmuwan wabah ini berasal dari mayat rusa yang terinfeksi yang sudah terkubur selama
70 tahun sebelumnya tetapi ditemukan dilapisan es yang mencair.
Selain itu, tanah permafrost mengandung karbon kira-kira dua kali lebih banyak,
terutama dalam bentuk metana dan CO2 dari atmosfer bumi. Efek pencairan permafrost
Arktik pada emisi karbon dioksida dan metana mempercepat perubahan iklim dilepaskan
dari tanah. Pada penelitian yang sudah dilakukan ilmuwan menyatakan bahwa sejumlah
besar senyawa organik yang mudah menguap, termasuk monoterpen, seskuiterpen, dan
diterpen, dilepaskan dari tanah gambut permafrost. Pencairan ini akan berdampak besar
pada aliran dan kimiawi danau dan sungai, serta bagian Samudra Arktik tempat sungai
mengalir.
Pencairan permafrost bisa menjadi keuntungan bagi industri minyak dan pertambangan,
menyediakan akses ke cadangan yang sebelumnya sulit dijangkau di Arktik. Tapi jika
mengganggu lapisan tanah terlalu dalam, mereka bisa membangunkan virus. Permafrost
yang mencair juga menghadirkan ancaman serius dan mahal bagi infrastruktur, risiko
tanah longsor dan kerusakan bangunan, jalan, dan jaringan pipa minyak.
b) Mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan prediksi diatas adalah dilakukan
dengan tanggung jawab bersama melalui adaptasi perubahan iklim. Adaptasi dilakukan
untuk mengurangi kerentanan terhadap efek buruk yang ditimbulkan. Karena tingkat
kejenuhan karbon yang cukup tinggi dan waktu tinggal karbon di atmosfer memakan
waktu ratusan tahun, maka bumi juga perlu waktu yang lama untuk kembali ke suhu
normal. Oleh karena itu, pemanasan global tidak hanya akan memberi dampak pada
generasi saat ini, namun juga generasi-generasi selanjutnya. Dengan dilakukannya
adaptasi, diharapkan kemampuan manusia menghadapi perubahan iklim dapat meningkat
seiring dengan usahanya dalam mengurangi pemanasan global. Selain itu mitigasi
menghadapi wabah penyakit yang ditimbulkan karena terbangunnya bakteri dan virus
adalah melakukan penelitian dan kajian mendalam oleh para akademisi dan para ilmuwan
untuk menemukan cara penanagan serta pencegahan agar terhindar dari wabah penyakit.
Selanjutnya mitigasi yang dapat dilakukan sebelum prediksi-prediksi itu terjadi adalah
mencegah terjadinya pemanasan global melalui pengurangan penggunaan kendaraan
pribadi, membeli barang hemat energi, reboisasi, mengajak orang lain untuk melakukan
pelestarian lingkungan, mengurangi pemakian pemanas air dan ac, serta menerapkan
prinsip reduce ruse recycle (Astuti, 2021).
3. a) Salah satu manfaat dari mikroba extremophiles adalah sebagai penghasil enzim yang
potensial untuk aplikasi industri pangan dan non pangan. Ekstremofil adalah organisme
yang mampu bertahan hidup pada kondisi ekstrem atau bahkan membutuhkan kondisi
tersebut untuk beraktivitas dan berkembang biak sementara bagi makhluk lainnya kondisi
tersebut justru mematikan. Beberapa faktor ekstrem itu adalah suhu, pH, salinitas,
tekanan, dan beberapa kondisi lainnya. Hasil penyesuaian terhadap lingkungan ini
menyebabkan mikroorganisme ekstremofilik mempunyai sifat-sifat unik yang dibutuhkan
dalam proses bioteknologi sehingga mempunyai daya jual yang sangat tinggi untuk
industri. Kemampuan ekstremofil bertahan pada kondisi yang tidak standar dan
lingkungan yang non-konvensional memunculkan asumsi bahwa sifat-sifat enzim yang
dihasilkan juga mampu beraktivitas optimum pada kondisi tersebut (Zilda, 2008).
Indonesia, dengan keanekaragaman hayatinya yang sangat tinggi, merupakan sumber
yang potensial untuk isolasi ekstremofil. Namun belum termanfaatkan secara optimal.
Hal ini disebabkan lingkungan ekstrem di Indonesia masih banyak yang belum terjamah.
Serta jika dibandingkan dengan mikroba jenis lain mikroba ekstramofil lebih susah untuk
ditemukan karena hanya pada kondisi lingkungan yang ektrem saja, serta masih
sedikitnya industri yang memanfaatkan mikroba ekstramofil.
4. a) 1) pengontrolan bakteri patogen pada sistem akuakultur, bakteri bioflok memiliki
kemampuan untuk mengakumulasi komponen senyawa PHB atau polyhydroxybutirate
yang diduga berperan dalam pengontrolan bakteri patogen.
2) Mengonversi limbah organik secara intensif menjadi kumpulan mikroorganisme yang
berbentuk flok ,kemudian dapat dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber makanan
3) Bakteri heterotrof secara umum digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan nutrien,
menghindari stres lingkungan dan predasi
b) Prinsip utama yang diterapkan dalam bioflok adalah manajemen kualitas air yang
didasarkan pada kemampuan bakteri heterotrof untuk memanfaatkan N-organik dan N-
anorganik yang terdapat di dalam air. Pada kondisi C dan N yang seimbang dalam air,
bakteri heterotrof akan memanfaatkan N, baik dalam bentuk organik maupun anorganik,
yang terdapat dalam air untuk pembentukan biomasa sehingga konsentrasi N dalam air
menjadi berkurang (Putri, 2015).
Mekanisme kerja bioflok meliputi pemberian starter mikroba atau bakteri pembentuk
flok, pengadukan, dan oksigenasi/aerasi. Kemudian terjadilah pengubahan senyawa
organik dan anorganik yang mengandung senyawa karbon (C), hidrogen (H), oksigen
(O), nitrogen (N) dan sedikit fosfor (P) menjadi masa lumpur bioflok dengan
memanfaatkan bakteri pembentuk flok yang mensintesis biopolimer sebagai bioflok.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, FJ. 2021. [ONLINE]: https://www.merdeka.com/jabar/7-cara-mencegah-global-
warming-mulai-sejak-dini-kln.html?page=all
Fimela.2020.[online]:https://id.berita.yahoo.com/cara-perkembangan-virus-corona-covid-
Putri, B. (2015). Efektivitas penggunaan beberapa sumber bakteri dalam sistem bioflok
terhadap keragaan ikan nila (Oreochromis niloticus). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Budidaya Perairan, 4(1), 433-438.
Zilda, D. S. (2008). Ekstremofil sebagai penghasil enzim yang potensial untuk aplikasi
industri pangan dan non pangan. Squalen Bulletin of Marine and Fisheries Postharvest
and Biotechnology, 3(2), 50-57.

Anda mungkin juga menyukai