Anda di halaman 1dari 23

MIKROBA DALAM AIR

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikrobiologi yang Diampu oleh


Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd dan Kennis Rozana, S.Pd., M.Si.

Disusun oleh:

Kelompok 1 / Offering C 2019

Fahrany Wahyu Andini 190341621684

Muhammad Faridzi Tamrin 190341621663

Rahmawati Istiqomah 190341621617

Safira Nurishita Sugiarto 200341617324

Tsania Ilma Rahmawati 190341621678

Zhafarina Dhiya 'Ulhaq 190341621604

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

April 2021
DAFTAR ISI

Halaman

Cover

Daftar Isi.......................................................................................................................... i

Daftar Gambar ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2. Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II BAHASAN

2.1. Mikroba dalam Air ............................................................................................ 3


2.2. Pengujian Kemurnian Air ................................................................................. 6
2.3. Penularan Mikroba Melalui Air ........................................................................ 7
2.4. Peranan Positif dan Negatif Mikroba dalam Air............................................... 9
2.5. Uji Kualitas Mikrobiologi Air Berdasarkan MPN Coliform ............................ 11

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 14


3.2. Saran ................................................................................................................. 16

DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................... 17

i
ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Mikroorganisme dalam Air...................................................................................... 3
2.5.1. Rumus Nilai MPN Coliform ................................................................................ 12
2.5.2 Tabel Nilai MPN untuk Tiga Seri Tabung ………………………………………. 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mikroba merupakan salah satu organisme yang terdapat dalam suatu
ekosistem dengan keanekaragaman spesies yang sangat tinggi. Mikroba tersebut
dapat berupa bakteri, alga, protozoa, jamur, patogen, dan virus. Mikroba dapat
dijumpai di berbagai macam habitat. Hal ini membuktikan bahwa mikroba adalah
organisme yang mampu beradaptasi dengan segala jenis lingkungan. Suatu habitat
yang baik untuk mikroba dapat menunjang pertumbuhan mikroba (Mudatsir, 2007).
Untuk mempertahankan kehidupannya, mikroba harus berinteraksi dengan
lingkungannya, salah satunya adalah air. Air sangat penting untuk kehidupan
organisme. Air dapat berasal dari sungai, danau, hujan, dan tanah. Air selain
bermanfaat untuk manusia, juga merupakan media yang baik untuk kehidupan
bakteri. (Jackman, 2012).
Air memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi segala
kebutuhan manusia untuk menjalankan berbagai aktivitas kehidupan. Air yang aman
dikonsumsi adalah air bersih yang harus memenuhi persyaratan secara fisika, kimia,
radioakrif, dan mikrobiologi yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Kasim, dkk.,
2014). Kualitas air merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
diperhatikan. Hal yang diperhatikan pada kualitas air antara lain: derajat keasaman,
kekeruhan, kemurnian, serta kandungan mikroba patogen pada sampel air yang
diuji. Kualitas biologi air dapat dilihat dari kehidupan mikroba yang ada di
dalamnya. Parameter mikrobiologi kualitas air adalah bakteri Coliform dan E. coli
Caselli, 2017). Adanya bakteri Coliform di dalam perairan, menunjukkan bahwa
terdapat mikroba yang bersifat toksigenik. Sementara bakteri E. coli menunjukkan
telah terjadi kontaminasi tinja manusia atau mamalia berdarah panas (Utami, dkk.,
2018). Pengujian kualitas biologi air dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah
satunya yaitu dengan menggunakan uji mikrobiologi berupa MPN Coliform. Uji
tersebut terdiri dari tiga tahap yaitu uji pendugaan, uji penegasan, dan uji kepastian
(Afif, dkk., 2015).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mikroba memiliki
keterkaitan erat dengan air. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini sebagai
upaya untuk meningkatkan pengetahuan mengenai mikroba yang hidup di dalam air,

1
2

prosedur pengujian kemurnian air, penularan mikroba melalui air, peranan positif
dan negatif mikroba dalam air, serta uji kualitas mikrobiologi air berdasarkan MPN
Coliform.

1.2. Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, maka batasan masalah yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Mikroba dalam air.
2. Pengujian kemurnian air.
3. Penularan mikroba melalui air.
4. Peranan positif dan negatif mikroba dalam air.
5. Uji kualitas mikrobiologi air berdasarkan MPN Coliform.

1.3. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan mikroba dalam air.
2. Menjelaskan pengujian kemurnian air.
3. Mendeskripsikan penularan mikroba melalui air.
4. Menjelaskan peranan positif dan negatif mikroba dalam air.
5. Mendeskripsikan uji kualitas mikrobiologi air berdasarkan MPN Coliform.
BAB II

BAHASAN

2.1. Mikroba dalam Air


Air merupakan komponen penting bagi seluruh makhluk hidup tak terkecuali
manusia (Zikra, et al., 2018). Banyak mikroba yang dapat ditemukan secara alami di
air tawar. Diantaranya yaitu bakteri, alga, protozoa, dan hewan kecil seperti rotifer
(Gambar 2.1). Mikroba ini menjadi hal penting dalam rantai makanan yang menjadi
dasar kehidupan di air. Misalnya, alga hijau biru atau cyanobacteria dapat
mengkonversi energi dari matahari menjadi energi yang dibutuhkan untuk hidup
(Rosyadi, et al., 2017). Banyaknya organisme ini pada gilirannya digunakan sebagai
makanan untuk kehidupan lain. Alga yang tumbuh subur di air juga merupakan
sumber makanan penting bagi bentuk kehidupan lainnya.

Gambar 2.1 Mikroorganisme dalam Air.


Sumber: Vuković (2019)

Air yang berasal dari sumber mata air seperti air hujan, air laut, air tanah, air
permukaan, dan mata air yang seolah tampak jernih dan sekilas tidak terdapat kotoran
sekalipun sampai air yang keadaannya sudah kotor atau tercemar, di dalamnya
terdapat sejumlah kehidupan mikroorganisme. Beberapa jenis air yang telah
disebutkan sebelumnya memiliki peluang untuk bakteri tumbuh dan berkembang biak,
baik itu bakteri yang dapat memberi dampak positif bagi lingkungan maupun yang
bersifat negatif (Kusuma, et al., 2015). Bakteri ini dapat berperan ganda, bisa
berperan positif dan negatif sekaligus, seperti bakteri Fekal Streptococcus. Bakteri ini

3
4

dapat berperan sebagai indikator pencemaran air dan juga dapat mengakibatkan
penyakit pada manusia.
Terdapat bakteri pathogen yang dapat menyebabkan penyakit dengan keluhan
diare seperti disentri, tipus, dan kolera, melalui air yang diminum dan bakteri non-
pathogen. Beberapa contoh bakteri patogen adalah Shigella dysentriae, Salmonella
typhi, Coliform dan, Fekal streptococci. Untuk bakteri non-patogen contohnya dari
golongan bakteri besi (Iron bacteri) (Afif, et al., 2015). Berikut merupakan beberapa
bakteri yang hidup di dalam air:
2.1.1. Bakteri Patogen
2.1.1.1. Bakteri Shigella dysentriae
Bakteri Shigella dysentriae termasuk bakteri Gram negatif,
berbentuk kokus atau batang, tidak berspora, tidak berflagel,
fakultatif anaerob. Pada manusia menyebabkan disentri basiler
dengan masa inkubasi 1-7 hari (Aprianti, et al., 2019). Bakteri ini
menyebabkan penyakit diare pada manusia dimana penyakit diare ini
merupakan salah satu penyakit infeksi yang menjadi masalah
kesehatan di dunia. World Health Oranization (WHO) menyebutkan
terjadi 1.7 juta kejadian diare di seluruh dunia (Wulansari, et al.,
2018).
2.1.1.2. Bakteri Salmonella typhi
Bakteri Salmonella typhi adalah bakteri yang tergolong dalam
suku Enterobacteriaceae. Salmonella typhi merupakan bakteri Gram
negatif,yang tidak memiliki spora, bergerak dengan flagel (Cita,
2011). Pada umumnya bakteri Salmonella ini bersifat patogen karena
dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Salmonella typhi adalah
salah satu bakteri yang menyebabkan demam tifoid. Dimana demam
tifoid ini merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia
(Mangarengi, et al., 2016).
2.1.1.3. Bakteri Coliform
Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang
bersifat anaerob atau fakultatif anaerob, dan tidak membentuk spora.
Golongan bakteri Coliform adalah Citrobacter sp., Enterobacter sp.,
Escherichia coli, dan Klebsiella sp. Penggolongan bakteri Coliform
5

dan sifat-sifatnya, dibagi menjadi dua yaitu Coliform fekal


diantaranya bakteri Escherichia coli berasal dari tinja manusia.
Coliform non fekal adalah Klebsiella yang bukan berasal dari tinja
manusia, melainkan berasal dari hewan/tanaman yang sudah mati
yang dapat ditemukan di saluran pernapasan manusia. Bakteri
coliform pada umumnya tidak terdapat di air bersih, hanya terdapat
di kotoran manusia atau hewan. Jika terdapat coliform maka hal ini
menunjukkan kontaminasi yang bersifat patogen dan bisa
menimbulkan penyakit seperti diare (Kusuma, et al., 2015).
2.1.1.4. Bakteri Fekal Streptococcus
Bakteri Fekal Streptococcus merupakan salah satu bakteri
Gram positif. Berbentuk bulat, kokus atau bulat memanjang
(kokobasili), dan tidak berspora. Bakteri Fekal streptococci dapat
digunakan sebagai bioindikator pencemaran suatu perairan. Bakteri
ini dapat dijumpai pada perairan yang telah terkontaminasi oleh
kotoran hewan berdarah panas, manusia atau perairan yang tercemar
oleh bahan organic (Yoswaty, 2014). Fekal Streptococcus merupakan
kelompok bakteri yang meliputi E. faecalis, E. faecium, S. bovis, E.
avium, S. equines, S. mitis, dan S. salivarius. Bakteri F.
Streptococcus hidup pada saluran pencernaan manusia atau hewan
berdarah panas, dan dikeluarkan ke perairan dalam bentuk kotoran.
Bakteri F. Streptococcus dapat menghasilkan toksin dan bersifat
patogen seperti penyakit diare, disentri, dan gastroenteritis (Sutapa &
Widiyanto, 2014).
2.1.2. Bakteri Non-Pathogen
2.1.2.1. Bakteri Besi
Bakteri besi (Iron bacteria) adalah organisme hidup kecil
yang secara alami terdapat di tanah, air tanah dangkal, dan perairan
permukaan. Bakteri ini menggabungkan besi (atau mangan) dan
oksigen untuk membentuk endapan "karat", sel bakteri, dan bahan
berlendir yang menempelkan bakteri ke pipa sumur, pompa, dan
perlengkapan pipa. Bakteri besi termasuk mikroorganisme
kemoautotrofik. Mereka memperoleh energi untuk pertumbuhan sel
6

melalui oksidasi bahan kimia anorganik tereduksi seperti molekul


hidrogen, sulfur tereduksi, nitrogen tereduksi, dan logam. Beberapa
contoh bakteri besi yaitu Gallionella , Sphaerotilus , Leptothrix , dan
Crenothrix (Puspitasari, et al., 2014).

2.2. Pengujian Kemurnian Air


Air merupakan salah satu elemen alam yang sangat bermanfaat bagi aktivitas
manusia seperti mandi, mencuci, bahkan untuk dikonsumsi sebagai air minum. Oleh
karena itu, kualitas air merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
diperhatikan. Hal yang diperhatikan pada kualitas air mencakup derajat keasaman,
kekeruhan, kemurnian, serta kandungan mikroba patogen pada sampel air yang diuji
(Santoso, dkk., 2011). Di masa sekarang, kualitas maupun kuantitas air mengalami
penurunan yang cukup drastis akibat pencemaran sampah hingga banyaknya lahan
yang dialih fungsikan menjadi pertambangan dan pertanian. Oleh karena itu,
pengujian kualitas air harus dilakukan agar kebutuhan manusia akan air bersih dapat
terpenuhi (Wiryono, 2013).
Salah satu penyebab pencemaran air adalah munculnya mikroorganisme
bersifat patogen yaitu bakteri, virus, dan parasit yang dapat menyebabkan berbagai
penyakit pada manusia seperti disentri, kolera, tipus, radang usus, dan lain sebagainya
(Hill, 2020). Menurut Kusnaedi (2010), Ada beberapa metode untuk menguji kualitas
air yang layak untuk dimanfaatkan, yaitu uji standar baku air minum, uji fisika
sederhana, uji kimia sederhana, dan uji biologi sederhana.
2.2.1. Uji standar baku air minum merupakan salah satu paramater untuk
menentukan kulitas air minum. Pada pengujian ini, terdapat persyaratan
yang harus dipenuhi secara fisika, kimia dan biologi. Secara fisika, air yang
memenuhi standar adalah air yang tidak keruh, tidak berbau, suhu normal,
dan jernih. Secara kimia, air harus memenuhi standar pH pada rentang
7/netral dan tingkat kesadahan yang rendah. Lalu secara biologi, air yang
diuji tidak mengandung oeganisme patogen yang merugikan dengan
menggunakan pengujian MPN Coliform (Kusnaedi, 2010).
2.2.2. Uji fisika sederhana menggunakan panca indera untuk mengetahui kualitas
air. Caranya adalah dengan cara memasukkan sampel air kedalam gelas dan
ditambahkan air layak minum, lalu diamati kekeruhan, warna, suhu, bau,
7

rasa dari air yang diuji. Jika terdapat perubahan yang signifikan, maka
sampel air yang diuji tidak layak dikonsumsi (Kusnaedi, 2010).
2.2.3. Uji kimia sederhana menggunakan metode pencampuran air teh dengan
sampel air. Air yang diuji dimasukkan kedalam air teh lalu dibiarkan
semalam. Jika terdapat perubahan warna, terdapat lendir, dan munculnya
lapisan minyak maka air tersebut tidak layak untuk dikonsumsi (Kusnaedi,
2010).
2.2.4. Uji biologi sederhana dilakukan untuk mengetahui keberadaan mikroba
dalam air yang berpotensi bersifat patogen. Metodenya adalah dengan
memasukkan sampel air uji kedalam gelas tembus cahaya lalu ditutup rapat,
kemudian diletakkan ditempat yang terkena cahaya matahari selama kurang
lebih 5 hari. Jika warna air berubah dan muncul gumpalan putih mirip lendir,
dapat disimpulkan bahwa kualitas air tidak baik dan tidak layak untuk
dikonsumsi (Kusnaedi, 2010).

2.3. Penularan Mikroba Melalui Air


Air merupakan senyawa penting yang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk
hidup. Sekitar 70% permukaan bumi ditutupi oleh air, yang mana air hampir
menguasai seluruh wilayah Bumi (Westall & Brack, 2018). Namun, air yang memiliki
kegunaan dan fungsi dari berbagai bentuk kehidupan dapat menjadi media perantara
dalam penularan mikroba patogen (Malik, et al., 2012). Air dapat menyediakan nutrisi
dan habitat yang sesuai, sehingga mikroba dapat hidup. Mikroorganisme patogen
yang secara khas ditularkan melalui air termasuk ke dalam protozoa, bakteri, dan
virus (Baldursson & Karanis, 2011). Penularan mikroba melalui air dapat
ditransmisikan saat melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi, mencuci, minum
air, atau dengan makan makanan yang terpapar air yang terkontaminasi (Adelodun, et
al., 2020). Perairan tawar maupun perairan laut dapat menjadi media penularan
mikroba. Pada perairan sungai mikroba biasanya hidup di area permukaan air, air
sungai membawa banyak atau sedikit limbah yang terbuang yang berasal dari limbah
domestik yang juga terdapat kotoran hewan dan manusia (Yudo, 2014). Pada
umumnya di dalam limbah terdapat mikroba, seperti bakteri Coliform Escherichia
coli yang dapat menyebabkan diare pada manusia terbawa bersama dengan air sungai
(Anisafitri, dkk., 2020). Kondisi yang sama juga perairan danau yang merupakan
salah satu muara dari aliran air sungai.
8

Pada perairan laut dan payau tidak semua mikroba mampu hidup di daerah ini
karena memiliki kadar salinitas tinggi, bakteri yang termasuk ke dalam golongan
halofilik dapat hidup pada daerah ini (Consuegra, et al., 2020). Meskipun perairan
laut dan sungai memiliki kadar salinitas yang cukup tinggi, penularan mikroba tetap
dapat terjadi. Vibrio harvevi merupakan mikroba yang dapat hidup pada kondisi
salinitas yang cukup tinggi yakni 10-25 ppt (part per thousand), mikroba ini hidup
pada udang windu dan dapat menyebabakan penyakit vibriosis pada udang, jika udang
dalam kondisi terinfeksi Vibrio harvevi dikonsumsi manusia dapat menyebabkan
diare, sehingga apabila terjadi secara terus menerus dapat terjadi dehidrasi (Kadriah &
Nurhidayah, 2014). Penyebaran mikroba melalui air juga dapat terjadi pada sumber
mata air, seperti air sumur. Air sumur yang merupakan air tanah melalui dapat
terkontaminasi oleh patogen tinja dari septic tank, pada umumnya air sumur
terkontaminasi oleh bakteri coliform dan coliform fekal, yakni Eschericia coli
(Widiyanti, 2019). Jarak antara septic tank dan sumber air bersih haruslah
diperhitungkan untuk menghindari adanya kontaminasi mikroba, standar jarak yang
dipakai minimal 10 m antara septic tank dan sumber air bersih (Mandiatun &
Daryanto, 2018).
Organisme yang habitatnya pada lingkungan akuatik seperti Protozoa
Acanthamoeba castellanii  akuatik, termasuk air permukaan, air ledeng, kolam renang
menjadi patogen yang dapat menimbulkan penyakit keratitis (peradangan pada kornea
mata) (Laskowski-Arce & Orth, 2008). Poliovirus yang dapat mengakibatkan
penyakit polio juga dapat menular melalui perantara air. Poliovirus memasuki air
melalui kotoran individu yang terinfeksi (Nakamura, et al., 2015). Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi penyebaran mikroba melalui air, yaitu faktor abiotik dan
faktor biotik. Faktor abiotik, seperti cahaya, suhu, tekanan, turbiditas, bahan organik
dan anorganik, serta gas terlarut menentukan mikroba tersebut untuk dapat hidup atau
tidak yang akan mempengaruhi penyebarannya (Mudatsir, 2007). Faktor biotik seperti
kompetisi dalam memperoleh nutrisi dengan organisme lain juga berpengaruh (Jekti,
2018). Penularan mikroba melalui air dapat terjadi pada siapa saja, namun pencegahan
dapat dilakukan oleh setiap orang dengan menghindari konsumsi langsung air dari
sumber mata air, seperti air sumur tanpa pengolahan dan proses pemanasan.
Minimalisir konsumsi ikan air tawar dan laut tanpa proses pemanasan yang cukup,
9

dan lakukan aktivitas MCK (Mandi, Cuci, Kakus) dengan air yang bersih ataupun
dengan penambahan antiseptik pada air (Amsal, dkk., 2019).

2.4. Peranan Positif dan Negatif Mikroba dalam Air


Air memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi segala kebutuhan
manusia untuk menjalankan berbagai aktivitas kehidupan. Tidak hanya oleh manusia,
bahkan semua makhluk hidup pun sangat memerlukan air sebagai penopang
hidupnya. Air digunakan untuk berbagai keperluan hidup, mulai dari konsumsi,
kebersihan, dan lainnya. Air juga merupakan salah satu habitat bagi beberapa
organisme perairan. Oleh karena itu, sumber daya air tersebut harus dilindungi agar
tetap dapat dimanfaatkan baik oleh manusia maupun makhluk hidup lainnya (Jamilah,
dkk., 2010).
2.4.1. Peranan Positif Mikroba dalam Air
Salah satu di antara berbagai organisme yang mendiami air adalah
protozoa dan alga. Mereka berperanan penting dalam siklus unsur hara di
lingkungan perairan. Alga dapat memfiksasi nitrogen pada lingkungan air
tawar. Selain itu secara langsung protozoa dan alga juga sebagai penyumbang
biomassa tanah pada pertanaman sawah. Peranan penting lain dari protozoa
dan alga adalah sebagai bioindikator perubahan lingkungan (Niswati, dkk.,
2010).
Mikroorganisme yang banyak hidup dan berperan di lingkungan yang
mengandung hidrokarbon adalah bakteri. Bakteri dalam aktifitas hidupnya
memerlukan molekul karbon sebagai salah satu sumber nutrisi dan energi
untuk melakukan metabolisme dan perkembangbiakanya. Secara khusus,
kelompok mikroorganisme yang mampu menggunakan sumber karbon yang
berasal dari senyawa hidrokarbon disebut mikroorganisme
hidrokarbonoklastik. Karakteristik mikroorganisme hidrokarbonoklastik yang
tidak dimiliki oleh mikroorganisme lain adalah kemampuanya
mengekskresikan enzim hidroksilase, yaitu enzim pengoksidasi hidrokarbon,
sehingga bakteri ini mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon minyak bumi
dengan memotong rantai hidrokarbon tersebut menjadi lebih pendek
(Hadrianto, 2018). Mikroba yang dapat memanfaatkan hidrokarbon tersebar
luas di lingkungan perairan. Kehadiran mikroba pengguna hidrokarbon
10

tersebut berhubungan erat dengan adanya hidrokarbon dalam lingkungan


(Sulaiman, 2019).
Mikroba juga banyak terdapat di lautan, hal ini dikarenakan air laut
banyak terkandung unsur-unsur esensial yang diperlukan oleh organisme laut
sebagai sumber nutrisi. Selain berasal dari lingkungan laut, nutrisi tersebut
dapat pula berasal dari organisme laut itu sendiri sebagai hasil aktifitasnya.
Sehingga saling berinteraksinya antara organisme dan lingkungan dalam hal
penyediaan sumber nutrisi pada ekosistem laut tersebut akan selalu tersedia
terus menerus. Salah satu penyedia sumber nutrisi pada ekosistem laut yang
sangat penting ialah bakteri heterotrofik (Kurnarso, 2011).
Bakteri heterotrofik pada suatu perairan menjadi salah satu indikator
aktifitas penguraian senyawa organik yang menunjukkan kesuburan perairan.
Bakteri heterotrofik di lingkungan laut berperan sangat vital sebagai
dekomposer yang menguraikan material organik menjadi komponen yang
lebih sederhana sebagai unsur hara yang esensial (Sutiknowati, 2013). Bakteri
heterotrofik tergolong dalam bakteri pengurai yang berukuran halus, hidupnya
singkat, dan beregenerasi cepat. Bakteri ini tidak dapat berfotosintesis atau
memakan partikel organik tetapi dengan exoenzym-nya dapat memecah
molekul organik yang kompleks menjadi satuan kecil yang mudah diserap dan
diasimilasi (Palimirmo, dkk., 2016). Oleh karena itu, bakteri pengurai ini
memegang peranan penting dalam menjaga kelangsungan siklus hidup biota di
laut. Adanya bakteri di perairan laut, mempunyai peran yang penting dalam
menguraikan limbah (Novian, dkk., 2018). Peranan bakteri heterotrofik pada
proses dekomposisi sangatlah penting, sebab seandainya proses dekomposisi
tidak terjadi maka di permukaan bumi ini akan penuh dengan serasah
tumbuhan dan hewan mati serta bahan pencemar yang bersifat organik
sehingga kehidupan baru tidak akan terjadi (Kunarso, 2011). Beberapa jenis
bakteri heterotrofik antara lain Pseudomonas, Micrococcus, Sarcina,
Staphylococcus dan Flavobacterium (Sutiknowati, 2013).
2.4.2. Peran Negatif Mikroba dalam Air
Mikroba yag ada di dalam air dapat menyebabkan berbagai penyakit.
Penyakit yang menular melaui air dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Hal ini dikarenakan adanya pencemaran limbah kimia dan polusi industri,
11

seperti tingginya tingkat nitrat dan logam berat di dalam sumber air dari pabrik
dan pertanian. Pencemaran bakteri dan virus sebagian besar dibawa oleh
hewan dan kotoran manusia (Palmisano & Vella, 2011).
Biasanya bakteri lazim diamati sebagai parameter penilaian kualitas
perairan, yaitu adalah bakteri patogen, contohnya bakteri E. coli. Keberadaan
bakteri patogen dapat disebabkan karena adanya pencemaran limbah organik
pada perairan. Perairan yang tercemar limbah organik dapat dideteksi dengan
melihat kelimpahan bakteri Coliform pada suatu perairan (Askar, dkk., 2013).
Bakteri Coliform merupakan mikroorganisme yang sering digunakan sebagai
indikator untuk menentukan suatu sumber air yang tercemar oleh tinja
(Aprilia, et al., 2018). Keberadaan bakteri Coliform sangat berbahaya bagi
organisme yang berada di perairan, yaitu dapat menghambat pertumbuhan
biota serta dapat menyebabkan penyakit pada manusia yang mengkonsumsi
biota yang terpapar bakteri Coliform (Sutiknowati, 2013). Bila jumlah koloni
bakteri melebihi batas maksimum cemaran bakteri, berarti air tersebut tidak
memenuhi syarat kualitas dan tidak layak untuk dikonsumsi (Sekarwati, et al.,
2016). Bakteri E. coli dalam jumlah yang berlebihan dapat mengakibatkan
diare. Selain di usus besar bakteri ini banyak terdapat di alam sehingga
memasak makanan hingga matang dan menjaga kebersihan merupakan upaya
pencegahan dampak buruk dari E. coli (Sutiknowati, 2016).

2.5. Uji Kualitas Mikrobiologi Air Berdasarkan MPN Coliform


Pemerintah telah menetapkan bahwa air yang aman dikonsumsi adalah air
yang memenuhi persyaratan secara kimia, fisika, radioaktif, dan mikrobiologi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 429 tahun 2010, air minum
berkualitas dinilai dari parameter mikrobiologi adalah tidak ditemukannya bakteri
total Coliform atau Escherichia coli dalam 100 ml sampel (Departemen Kesehatan
RI, 2010). Adanya Escherichia coli pada air minum menandakan bahwa air tersebut
kemungkinan tercemar bakteri patogen yang dapat merugikan dan menimbulkan
penyakit pada manusia seperti diare, kolera, disentri, dan penyakit saluran
pencernaan lainnya (Sekarwati, dkk., 2016). Hal inilah yang mendasari perlunya
dilakukan pengujian kualitas mikrobiologi air sebagai salah satu syarat
mikrobiologis untuk air minum (Afif, dkk., 2015).
12

Most Probable Number (MPN) adalah uji yang mendeteksi sifat fermentatif
Coliform dalam sampel (Jiwintarum, dkk., 2017). Uji tersebut terdiri dari tiga tahap
yaitu uji pendugaan, uji penegasan, dan uji kepastian. Masing-masing tahapan
menggunakan medium KL (Kaldu laktose), medium BGLB (Brilliant Green
Lactose Bile Broth), dan medium MCA (Mac Conkey Agar) (Hastuti, 2012). Fungsi
kaldu laktosa pada tes pendugaan adalah sebagai pendeteksi awal keberadaan
Coliform (Supomo, dkk., 2016). Hasil positif pada uji pendugaan ditandai dengan
adanya gelembung gas pada medium, gelembung gas terbentuk karena aktivitas
fermentasi laktosa yang dilakukan bakteri Coliform yang menghasilkan laktosa dan
gas sebagai produk akhir (Sunarti, 2016). Selanjutnya pada uji penegasan
menggunakan medium BGLB yang berfungsi sebagai pendeteksi spesifik
keberadaan bakteri Coliform (Supomo, dkk., 2016). Hasil positif juga ditunjukkan
dengan adanya gas yang terbentuk pada medium setelah inkubasi. Pada uji
kepastian, medium MCA berfungsi untuk membedakan non laktosa fermenters dan
laktosa fermenters (Mustahal&Waqiah, 2012). Warna merah yang terlihat
disebabkan oleh aktifitas fermentasi laktosa yang dilakukan oleh bakteri
Escherichia coli (Sabudi & Hendrayana, 2017).
Untuk menghitung nilai MPN Coliform digunakan rumus pada Gambar
2.5.1, sedangkan nilai MPN bakteri Coliform yang terkandung dalam sampel dapat
dilihat pada tabel nilai MPN dalam Gambar 2.5.2.

Gambar 2.5.1 Rumus Nilai MPN Coliform


Sumber: Hastuti (2012)
13

Gambar 2.5.2 Nilai MPN untuk Tiga Seri Tabung


Sumber: Fardiaz, 1989 dalam Hastuti (2012)
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.1.1. Air merupakan komponen penting sebagai sumber kehidupan dari makhluk
hidup. Terdapat banyak mikroa yang ditemukan secara alami pada perairan
diantaranya, yaitu bakteri, alga, protozoa, dan hewan kecil seperti rotifer.
Pada wilayah perairan terdapat kehidupan mikroba, salah saunya bakteri.
Bakteri yang hidup dalam air juga dapat berperan positif, negatif ataupun
keduanya. Bakteri fekal Streptococcus dapat berperan sebagai indikator
pencemaran air dan juga dapat mengakibatkan penyakit pada manusia.
Bakteri yang berperan negatif kebanyakan adaah golongan patogen, seperti
Shigella dysentriae menyebabkan diare, Salmonella typhi dapat
menyebabkan demam tifoid, dan Escherichia coli dapat menyebabkan diare.
Mikroba dalam air yang tidak bersifat patogen, seperti bakteri besi
Gallionella yang mana dapat menggabungkan besi (atau mangan) dan
oksigen untuk membentuk endapan "karat”.
3.1.2. Pengujian kemurnian air tercakup didalam pengujian kualitas air.terdapat 4
uji sederhana yang dapat menganalisis kualitas air, yaitu uji standar baku air
minum, uji fisika sederhana, uji kimia sederhana, dan uji biologi sederhana.
Uji standar baku air minum menggunakan syarat yang harus dipenuhi oleh
suatu sampel air agar bisa dikonsumsi secara kimia, fisika, dan biologi. Uji
fisika sederhana menggunakan sifat fisik yang dapat diamati secara langsung
oleh pancaindera contohnya tingkat kekeruhan, warna, bau, dan rasa. Uji
kimia sederhana menggunakan prinsip kimia untuk mengetahui kualitas
sampel air yaitu dengan mencampurkan air teh dan sampel air lalu diamati
lendir yang muncul dan lapisan minyaknya. Uji biologi sederhana
menggunakan keberadaan mikroba patogen pada sampel untuk mengetahui
seberapa baik kualitas air yang sedang diuji.
3.1.3. Mikroorganisme patogen yang secara khas ditularkan melalui air termasuk
ke dalam protozoa, bakteri, dan virus. Penularan mikroba melalui air dapat
ditransmisikan saat melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi, mencuci,
minum air, atau dengan makan makanan yang terpapar air yang

14
15

terkontaminasi. Perairan tawar dan laut dapat menjadi media penularan


mikroba, yaitu: perairan sungai, membawa limbah domestik yang pada
umumnya terdapat mikroba, seperti E. coli; perairan laut dan payau dengan
salinitas tinggi, mikroba seperti Vibrio harvevi penyebab penyakit Vibriosis
dapat hidup pada lingkungan ini. Pada umumnya mikroba, seperti bakteri
yang hidup termasuk ke dalam golongan halofilik; penyebaran mikroba
melalui air juga dapat terjadi pada sumber mata air, seperti air sumur. Air
sumur dapat terkontaminasi oleh patogen tinja E. coli dari septic tank. Faktor
yang mempengaruhi penyebaran mikroba melalui air, yaitu: faktor abiotik
dan biotik. Faktor abiotik, seperti cahaya, suhu, tekanan, turbiditas, bahan
organik dan anorganik, serta gas terlarut. Faktor biotik kompetisi dalam
memperoleh nutrisi dengan organisme lain.
3.1.4. Air memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi segala
kebutuhan untuk menjalankan berbagai aktivitas kehidupan. Di dalam air
terdapat berbagai macam mikroba yang mendiami. Mikroba di dalam air
dapat memberikan peran positif maupun negatif. Peran positif mikroba
dalam air antara lain; alga dapat memfiksasi nitrogen pada lingkungan air
tawar, bakteri hidrokarbonoklastik mampu mendegradasi senyawa
hidrokarbon minyak bumi yang ada di perairan, dan bakteri heterotrofik
sebagai dekomposer yang menguraikan material organik serta penjaga
keseimbangan terhadap kehidupan organisme air (aquatik life). Adapun
peran negatif mikroba dalam air antara lain; sebagai penyebab berbagai
penyakit yang disebabkan oleh virus maupun bakteri, bakteri Coliform
sering digunakan sebagai indikator untuk menentukan suatu sumber air yang
tercemar oleh tinja serta berbahaya bagi organisme yang berada di perairan
karena dapat menyebabkan penyakit pada manusia yang mengkonsumsi
biota yang terpapar bakteri Coliform.
3.1.5. Air yang berkualitas dinilai dari paramater mikrobiologi adalah tidak
ditemukannya bakteri total Coliform atau Escherichia coli dalam 100 ml
sampel. Uji kualitas mikrobiologi air berdasarkan MPN Coliform merupakan
uji yang mendeteksi sifat fermentatif Coliform dalam sampel. Uji ini terdiri
tiga tahap yaitu uji pendugaan yang menggunakan medium kaldu laktose, uji
penegasan dengan medium BGLB, dan uji kepastian yang menggunakan
16

medium MCA. Hasil positif pada uji pendugaan dan penegasan ditandai
dengan munculnya gelembung pada medium, sedangkan jika muncul warna
merah pada medium pada uji kepastian merupakan tanda adanya aktifitas
fermentasi laktosa yang dilakukan bakteri Escherichia coli.

3.2. Saran
Mikroba dalam air memiliki berbagai peranan bagi lingkungan dan juga
kehidupan. Peranan positif diharapkan dapat memberikan solusi terhadap berbagai
problematika di berbagai bidang. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk dapat
mengeksplorasi dan memanfaatkan manfaat mikroba dalam secara menyeluruh.
Namun, perlu kita ketahui bahwa terdapat mikroba patogen yang dapat menginfeksi
makhluk hidup tanpa batas. Diharpkan setiap orang untuk dapat waspada dan juga
menjaga kebersihan dan kesehatan diri serta lingkungan agar terhindar dari infeksi
mikroba patogen.
DAFTAR RUJUKAN

Adelodun, B., Ajibade, F.O., Ighalo, J.O., Odey, G., Ibrahim, R.G., Kareem, K.Y., Bakare,
H.O., Tiamiyu, A.G.O., Ajibade, T.F., Abdulkadir, T.S., Adeniran, K.A., & Choi,
K.S. 2020. Assessment of Socioeconomic Inequality Based on Virus-Contaminated
Water Usage in Developing Country: A Review. Environmental Research, 192,
110309.
Afif, F., Erly, E., & Endrinaldi, E. 2015. Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air
Minum Isi Ulang yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Padang
Selatan. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2), 376–380.
Amsal, Djabu, U., Hafid, F., & Ichsan D.S. 2019. Kualitas Mikrobiologi dan Pengendalian
Sanitasi Makanan Enternal di Rumah Sakit Undata Palu Sulawesi Tengah. Promotif:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1), 42-52.
Anisafitri, J., Khairuddin, & Rasmi, D.A.C. 2020. Analisis Total Bakteri Coliform Sebagai
Indikator Pencemaran Air Pada Sungai Unus Lombok. Jurnal Pijar MIPA, 15(3), 266-
272.
Aprilia, L., Wijayanti, Y., & Indriyanti, D.R. 2018. Analysis Factors of Bacteria in The Refill
Water at Semarang District. Public Health Perspective Journal, 3(3), 209–215.
Aprianti, I., Maulana, I.T., & Syafnir, L. 2019. Telaah Golongan Senyawa Antibakteri
Shigella dysenteriae dari Ekstrak Bertingkat Alga Merah (Eucheuma spinosum)
Menggunakan Metode KLT Bioautografi. Prosiding Farmasi, 5(2), 748–754.
Askar, A.T., Agung, M.U.K., Andriani, Y. & Yuliadi, L.P. 2013. Kelimpahan Bakteri
Coliform Pada Air Laut, Sedimen dan Foraminifera Jenis Calcarina Di Ekosistem
Terumbu Karang Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Jurnal Akuatika
Indonesia, 3(1), 36-41.
Baldursson, S., & Karanis, P. 2011. Waterborne Transmission of Protozoan Parasites:
Review of Worldwide Outbreaks. Water Research, 45(20), 6603-6614.
Caselli, E. 2017. Hygiene: Microbial Strategies to Reduce Pathogens and Drug Resistance in
Clinical Settings. Microbial Biotechnology, 10(5), 1079-1083.
Consuegra, G.L., Kutschke, S., Rudolph, M., Pollmann, K. 2020. Halophilic Bacteria as
Potential Pyrite Bio-Depressants in Cu-Mo Bioflotation. Minerals Engineering, 145,
1-7.
Cita, Y.P. 2011. Bakteri Salmonella typhi dan Demam Tifoid. Jurnal Kesehatan Masyarakat
September - Maret 2011, 6(1), 42–46.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang
Persaratan Kualitas Air Minum. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2013.
Fardiaz, Srikandi. 1989. Penuntun Praktik Mikrobiologi Pangan. Bogor: Penerbit ITB
Hadianto, P. 2018. Mikroorganisme Pendegradasi TPH (Total Petroleum Hydrocarbon)
sebagai Agen Bioremediasi Tanah Tercemar Minyak Bumi. Jurnal SainHealth, 2(2),
35-42.
Hastuti, U.S. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang.

17
18

Jackman, J. 2012. The Microbe: The Basics of Structure, Morphology, and Physiology as
They Relate to Microbial Characterization and Attribution. In Chemical and Physical
Signatures for Microbial Forensics, 13-34.
Jamilah, I.T., Meryandini, A., Rusmana I., Suwanto, A. Rachmania, M. 20010. Activity of
Proteolytic and Amylolytic Enzymes from Bacillus spp Isolated from Shrimp Ponds.
Microbiology Indonesia, 3(2), 67-71.
Jekti, D.S.D. 2018. Peranan Mikroba Dalam Pengelolaan Lingkungan. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Biologi, 1-9.
Jiwintarum, Y., Agrijanti, dan Septiana, B.L. 2017. Most Probable Number (MPN) Coliform
dengan Variasi Volume Media Lactose Broth Single Strength (LBSS) dan Lactose
Broth Double Strength (LBDS). Jurnal Kesehatan Prima, 11(1), 11-17.
Kadriah, I.A.K., & Nurhidaya. 2014. Pertumbuhan Vibrio Berpendar Patogenik pada Media
Air dengan Salinitas Berbeda serta Media Miskin Nutrisi. Prosiding Forum Inovasi
Teknologi Akuakultur, 1115-1121.
Kasim, K.P., Setiani, O., & Wahyuningsih, N.E. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Cemaran Mikroba dalam Air Minum Isi Ulang pada Depot Air Minum Kota
Makassar. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 13(2), 39-44.
Kunarso, D.H. 2011. Peranan Bakteri Heterotrofik Dalam Ekosistem Laut. Jurnal Oseana,
13(4), 133-142.
Kusuma, E.A., Rasyid, R., & Endrinaldi, E. 2015. Identifikasi Bakteri Coliform pada Air
Kobokan di Rumah Makan Kelurahan Andalas Kecamatan Padang Timur. Jurnal
Kesehatan Andalas, 4(3), 845–849.
Laskowski-Arce, M.A., & Orth, K. Acanthamoeba castellanii Promotes the Survival of
Vibrio parahaemolyticus. Applied and Environmental Microbiology, 74(23), 7183-
7188.
Malik, A., Yasar, A., Tabinda, A.B., & Abubakar, M. 2012 Water-Borne Diseases, Cost of
Illness and Willingness to Pay for Diseases interventions in Rural Communities of
Developing Countries. Iranian Journal of Public Health, 41(6), 39-49.
Mandiatun, & Daryanto. 2018. Sanitasi Lingkungan. Yogyakarta: Gava Medika.
Mangarengi, Y., Harun, A., Noor, A.A., & Batari, A.N.F.B. 2016. Identifikasi dan Isolasi
Bakteri Penyebab Penderita Dengan Gejala Suspek Demam Typhoid di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar Tahun 2016. UMI Medical Journal, 1(1), 51–65.
Mudatsir. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Mikroba Dalam Air. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala, 7(1), 23-29.
Mustahal, Waqiah, A. 2012. Identifikasi Bakteri yang Menginfeksi Ikan Garra Rufa
(Cyprinion macrostamus) di Balai Besar Karantina Ikan Soekarno-Hatta. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, 11(2), 65-70.
Nakamura, T., Hamasaki, M., Yoshitomi, H., Ishibashi, T., Yoshiyama, C., Maeda, E., Sera,
N., Yoshida, H. 2015. Journal American Society for Biology, 81(5), 1859-1864.
Niswati, A., Dermiyati, & Arif, M.A.S. 2010. Perubahan Populasi Protozoa dan Alga
Dominan pada Air Genangan Tanah Padi Sawah yang Diberi Bokashi Berkelanjutan.
Jurnal Tanah Tropis, 13(3), 225-231.
19

Novian, D.P., Effendi, I. & Feliatra. 2018. Growth Of Heterotrophic Bacteria In Sea Water
Polluted By Surf Detergent. Asian Journal of Aquatic Sciences, 1(1), 29-34.
Palimirmo, F.S., Damar, A. & Effendi, H. 2016. Dinamika Sebaran Bakteri Heterotrofik di
Teluk Jakarta. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 21(1), 26-34.
Palmisano, L., & Vella, S. 2011. A Brief History of Antiretroviral Therapy of HIV Infection:
Success and Challenges. Annali dell'Istituto Superiore di Sanità, 47(1), 44–48.
Puspitasari, D., Pramono, H., & Oedjijono, O. 2014. Identifikasi Bakteri Pengoksidasi Besi
dan Sulfur Berdasarkan Gen 16s Rrna dari Lahan Tambang Timah di Belitung. Scripta
Biologica, 1(1), 81–14.
Rosyadi, F.A., Laily, E.N., Sitoresmi, S., & Yushardi, Y. 2017. Pemanfaatan Alga Hijau
Sebagai Biokatoda Pada Pmfc (Photosynthetis Microbial Fuel Cell). Jurnal Teknik
Kimia, 12(1), 4–8.
Sabudi, I.M.N.G., Hendrayana, M.G. 2017. Identifikasi Bakteri Escherichia coli Serotipe
O157 Dengan Media Sorbitol Mac Conkey Agar (SMAC) pada Buah Semangka Potong
dari Pedagang Buah Kaki Lima Di Kota Denpasar. E-Jurnal Medika, 6(7), 1-7.
Sekarwati, N., Subagiyono, S., & Wulandari, H. 2016. Analisis Kandungan Bakteri Total
Coliform dalam Air Bersih dan Escherechia Coli Dalam Air Minum pada Depot Air
Minum Isi Ulang di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan Sleman. Kesmas, 10(2), 1–12.
Sulaiman, I. 2019. Kelimpahan Bakteri Pendegradasi Minyak Bumi Di Pt. Industri Kapal
Indonesia (Persero) Makassar Makassar. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 5(1),
48-54.
Sunarti, R.N. 2016. Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Sekitar Kampus UIN Raden Fatah
Palembang. Jurnal Bioilmi, 2(1), 40-50.
Supomo, Kusumawati, E., Amin, M. 2016. Uji Cemaran Coliform pada Ice Coffee Blended
yang Beredar Di Kecamatan Samarinda Ulu dengan Menggunakan Metode MPN (Most
Probable Number). Jurnal Kebidanan, 2(2), 92-96.
Sutapa, I.D.A., & Widiyanto, T. 2014. Kualitas Mikrobiologis Air Sungai dan Pipa Distribusi
di Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di
Indonesia, 21(2), 135–144.
Sutiknowati, L.I. 2013. Mikroba Parameter Kualitas Perairan P. Pari Untuk Upaya
Pembesaran Biota Budidaya. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropi, 5(1), 204-218.
Sutiknowati, L.I. 2016. Bioindikator Pencemar, Bakteri Escherichia coli. Jurnal Oseana,
41(4), 63-71.
Utami, E.S., Martini, M., Saraswati, L.D., & Purwantisari, S. 2018. Hubungan Kualitas
Mikrobiologi Air Baku dan Higiene Sanitasi dengan Cemaran Mikroba pada Air
Minum Isi Ulang di Kecamatan Tembalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
6(1), 236-244.
Westall, F., & Brack, A. 2018. The Importance of Water for Life. Space Science Reviews,
214(50), 1-23.
Widiyanti, B.L. 2019. Studi Kandungan Bakteri E.coli Pada Air Tanah (Confined Aquifer) di
Pemukiman Padat Desa Dasan Lekong, Kecamatan Sukamulia. Jurnal Geodika, 3(1),
1-12.
Wulansari, Y., Suswati, E., & Wahyudi, S.S. 2018. Uji in vitro Aktivitas Antibakteri Minyak
Atsiri Batang Sereh (Cymbopogon citratus) terhadap Shigella dysenteriae. Pustaka
20

Kesehatan, 6(2), 262–266.


Yoswaty, D. 2014. Analisis Bakteri Fecal Streptococcus di Perairan Pantai Selat Rupat,
Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 19(1), 67–77.
Yudo, S. 2014. Kondisi Pencemaran Air Sungai Cipinang Jakarta. JAI, 7(2), 139-148.
Zikra, W., Amir, A., & Putra, A.E. 2018. Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) pada
Air Minum di Rumah Makan dan Cafe di Kelurahan Jati serta Jati Baru Kota Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2), 212.

Anda mungkin juga menyukai