Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

VIBRIO CHOLERAE PADA IKAN TONGKOL REBUS

Dosen Pembimbing :

1. Narwati, S.Si., M.Kes


2. Drh. Koerniasari, M.Kes
3. Deddy Adam, S.ST

Disusun oleh :

Putri

Rifka Anggraeni P27833118020

Mertantio Galih Lucky P27833118023

Khofifah Indyana P27833118037

D-III A SEMESTER II KELOMPOK A / SUB II

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Dari penyusun makalah ini kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini. Adapun pihak-pihak tersebut,
antara lain :

1. Ibu Narwati selaku dosen pengajar mata kuliah praktikum Mikrobiologi Lingkungan

2. Anggota kelompok A Sub II kelas D3A semester 2 jurusan kesehatan lingkungan

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat membuka kritik dan saran yang membangun makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami serta pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Surabaya, 07 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................2
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM..................................................................................................2
1.4 MANFAAT PRAKTIKUM..............................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
DASAR TEORI.........................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN.................................................................................................................3
2.2 BAKTERI VIBRIO CHOLERAE....................................................................................4
2.3 MORFOLOGI VIBRIO CHOLERAE.............................................................................4
2.4 FISIOLOGI VIBRIO CHOLERAE.................................................................................5
2.5 MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI VIBRIO CHOLERAE...................................5
BAB III.......................................................................................................................................8
METODE PRAKTIKUM..........................................................................................................8
3.1 LOKASI DAN WAKTU PRAKTIKUM.........................................................................8
3.2 ALAT DAN BAHAN.......................................................................................................8
3.3 PROSEDUR PRAKTIKUM............................................................................................9
BAB IV....................................................................................................................................13
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................13
4.1 HASIL PRAKTIKUM....................................................................................................13
4.2 PEMBAHASAN.............................................................................................................13
BAB V......................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
5.1 KESIMPULAN.........................................................................................................15
5.2 SARAN......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Umumnya ikan dan produk perikanan merupakan bahan pangan yang mudah
rusak (perishable food) karena mengandung protein dan air cukup tinggi, oleh karena itu
perlakuan yang benar pada ikan setelah ikan tertangkap sangat penting peranannya.
Perlakuan tersebut dapat dilakukan dengan penurunan suhu seperti pendinginan dan
pembekuan untuk mencegah kemunduran mutu ikan. Di beberapanegara maju, ikan telah
dikenal sebagai suatu komoditi yang populer karena memiliki rasa yang enak dan bagus
untuk kesehatan.
Penyimpangan mutu mikrobiologi mengakibatkan produk pangan tidak layak
dipasarkan dan dikonsumsi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan
yang nilai mikrobiologinya menyimpang atau melewati standar dapat menyebabkan
diare, pusing, muntah, mual dan demam. Bahkan beberapa bakteri tertentu dapat
menyebabkan pingsan, kerusakan sel saraf hingga kematian (Ray, 2000). Produk yang
standar mikrobiologinya menyimpang akan lebih mudah rusak sehingga umur simpannya
menjadi lebih singkat. Selain itu, mutu mikrobiologi juga dijadikan sebagai indikator
kebersihan dan higienitas proses produksi. (Shewfelt, 2014)
Penyakit kolera adalah penyakit infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh
bakteri Vibrio cholerae (V. Cholerae) dengan manifestasi klinik berupa diare. Gejala
klinis diawali dengan munculnya diare yang encer kemudian dalam waktu singkat feses
yang semula berwarna dan berbau menjadi lebih encer, masif, dan berwarna putih seperti
cairan cucian air beras (rice water stool). Cairan ini mengandung mucus, sel epitel dan
sejumlah besarV. Cholerae. Apabila dibiarkan, pasien dapat kehilangan cairan dalam
jumlah banyak dan dapat menuju ke fase dehidrasi dan berat sampai meninggal dalam
jangka waktu beberapa jam setelah infeksi.
Penyebaran V. cholerae dapat melalui penggunaan es bahan pengawet ikan yang
digunakan oleh pedagang ikan yang telah tercemar sebelumnya. Tercemarnya hasil
perikanan dapat disebabkan oleh air sungai atau laut yang merupakan sumber hasil
perikanan terkontaminasi oleh bakteri V. cholerae (Waluyo, 2004). Bakteri V. cholerae
menyebar melalui feses atau kotoran manusia. Bila kotoran yang mengandung bakteri ini

1
mengkontaminasi air sungai atau air laut, maka hasil perikanan yang hidup diperairan
tersebut akan terkontaminasi bakteri itu juga (Suriawiria, 2003). Selain itu, bila air yang
terkontaminasi ini digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci tangan, maka
orang tersebut dapat membawa bakteri V. cholerae. Bila orang tersebut berprofesi sebagai
nelayan atau pedagang ikan dan melakukan kontak dengan hasil perikanan, maka hasil
perikanan yang disentuhnya dapat terkontaminasi bakteri V. cholerae. Hal ini juga
diperkuat dengan pernyataan dari WHO (2004), menyatakan bahwa penularan penyakit
kolera dapat melalui manusia yang kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara pemeriksaan vibrio cholerae pada ikan rebus ?


2. Bagaimana cara mengidentifikasi bakteri vibrio cholerae pada ikan rebus ?
3. Bagaimana cara melakukan pembuatan media perkembangbiakan untuk
pemeriksaan Vibrio choleraepada sampel makanan ?
4. Bagaimana cara melakukan tahapan preparasi sampel makanan dan minuman untuk
pemeriksaan bakteri Vibrio cholera secara mikrobiologis?

1.3 TUJUAN PRAKTIKUM


a. Tujuan umum :

Dapat melakukan pemeriksaan Vibrio cholerae pada produk ikan.

b. Tujuan khusus :
- Mahasiswa mampu melakukan persiapan peralatan dan perhitungan kebutuhan media
tanam pemeriksaan bakteri Vibrio cholera pada sampel makanan.
- Mahasiswa dapat melakukan pembuatan media dengan benar.
- Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bakteri Vibrio cholera sesuai prosedur.

1.4 MANFAAT PRAKTIKUM


- Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan mengetahui bakteri vibrio cholerae.
- Mahasiswa dapat mengerti langkah praktikum dalam pemeriksaan vibrio cholerae
dengan benar.

2
BAB II

DASAR TEORI

2.1 PENGERTIAN
Vibrio cholerae adalah salah satu bakteri pathogen yang bisa didapat dari sumber
makanan laut atau yang terkontaminasi. Sementara itu warga Indonesia memiliki kegemaran
mengkonsumsi makanan hasil laut (seafood). Mereka memiliki kebiasaan untuk memperoleh
hasil laut tersebut di pasar terdekat. Namun, kurang hegienisnya proses penyediaan bahan
baku tersebut memungkinkan adanya kontaminasi dari bakteri Vibrio cholerae.
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) merupakan salah satu jenis ikan tuna yang termasuk
ikan demersal, yaitu ikan yang hidup di dasar perairan atau dekat dasar laut (Widajanti et al.,
2004). Menurut Djatikusumo vide Setiawan (1992), ikan tongkol memiliki ciri-ciri
morfologis : mempunyai bentuk badan fusiform dan memanjang. Panjang badan kurang lebih
3,4-3,6 kali panjang kepala dan 3,5-4 kali tinggi badannya. Panjang kepala kurang lebih 5,7-6
kali diameter mata. Kedua rahang ikan tongkol mempunyai satu seri gigi berbentuk kerucut.
Sisik hanya terdapat pada bagian korselet atau tidak memenuhi badan. Bagian punggung
berwarna kelam, bagian sisi dan perut berwarna keperak-perakan. Pada bagian punggung
terdapat garis-garis miring kebelakang berwarna hitam (Girsang,2008).
Klasifikasi ikan tongkol (Euthynnus affinis) menurut saenan, 1984 yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Scrombridae
Genus : Euthynnus
Spesies : Euthynnus Affinis
Ikan tongkol umumnya hidup didasar laut yang bersifat epipelagis berenang membentuk
schooling dan umunya hidup pada suhu kisaran 21,60 – 30,50. Ikan tongkol merupakan ikan
pemakan daging seperti ikan pelagis kecil (Girsang,2008).

3
Ikan tongkol memiliki zat gizi diantaranya air 69,40%, lemak 1,50%, protein 25,00%, abu
2,25% dan karbohidrat 0.03% (Purwaningsih et al., 2013).

2.2 BAKTERI VIBRIO CHOLERAE


Fillipo Pacini, seorang ahli anatomi asal Italia, merupakan ilmuwan pertama yang
berhasil mengisolasi V. cholerae pada tahun 1854. Namun, penemuannya ini kurang dikenal,
karena pada masa tersebut masih berkembang Teori Racun (penyakit seperti Kolera
disebabkan oleh racun) sehingga penemuan Fillipo Pacini diabaikan oleh komunitas ilmiah
(Frerichs, 2010). V. cholerae baru dikenal secara luas sebagai bakteri penyebab penyakit
kolera setelah Robert Koch melaporkan hasil penelitiannya pada tahun 1884 (Taneja, 2005).
Bakteri V. cholerae umumnya banyak ditemukan pada perairan yang terkontaminasi oleh
feces yang mengandung bakteri tersebut, sehingga air dapat dianggap sebagai salah satu
media penularan penyakit kolera yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Selain itu, makanan
yang sanitasinya buruk juga dapat dipakai sebagai medium oleh bakteri ini untuk menyebar
dan menularkan penyakit kolera (Murray et al., 2002).

2.3 MORFOLOGI VIBRIO CHOLERAE


Vibrio cholerae merupakan bakteri berbentuk koma, berukuran 2 µm – 4 µm, sangat
motil karena mempunyai flagela monotrikh, tidak membentuk spora, pada biakan tua
berbentuk batang lurus, Gram negatif. Sifat biakan koloni cembung (convex), bulat, halus,
opak dan tampak granuler, bersifat aerob atau anaerob fakultatif, suhu optimum 37 °C (18°C
– 37°C), pH optimum 8,5 – 9,5, tumbuh baik pada media yang mengandung garam mineral
dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. (SNI 7388 : 2009)
Dalam proses infeksinya, V. cholerae virulen akan menempel pada mikrovili
permukaan sel epithelial, dimana mereka melepaskan toksin kolera (enterotoksin). Toksin
kolera diserap di permukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan
klorida dan menghambat absorpsi natrium. Akibatnya penderita akan kehilangan banyak
cairan dan elektrolit, walaupun secara histologi usus tetap normal (Novotny et al., 2004).
Sebagian besar infeksi yang disebabkan oleh V. cholerae ini asimptomatik atau terjadi diare
yang ringan pada pasien. Bila terjadi infeksi oleh V. cholerae, gejala-gejala diare akan timbul
setelah 1 – 4 hari masa inkubasi terlampaui.

Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif dengan suhu untuk pertumbuhan
yang berkisar antara 18 sampai 37°C. Bakteri ini dapat tumbuh pada berbagai jenis media,
termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber
karbon dan nitrogen. Pertumbuhan V. cholerae akan menjadi lebih baik dan lebih cepat, bila
4
ditumbuhkan pada medium padat Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS). Pada media ini,
koloni V. cholerae berwarna kuning, sehingga dapat dibedakan dari koloni bakteri lain untuk
memudahkan dalam proses isolasinya (Purwoko, 2007)

2.4 FISIOLOGI VIBRIO CHOLERAE


Vibrio cholerae umumnya memerlukan pH netral untuk pertumbuhannya dengan
kecepatan optimum dan mengalami laju kematian yang sangat cepat pada pH asam (Yuwono,
2005). Namun, dalam keadaan tertentu, bakteri ini dapat juga tumbuh pada pH yang sangat
tinggi (8,5-9,5). V. cholerae memfermentasi sukrosa dan manosa tanpa menghasilkan gas,
memfermentasi nitrit, tetapi tidak memfermentasi arabinosa. Ciri khas lain yang membedakan
Vibrio dari bakteri enterik gram negatif lain yang tumbuh pada agar darah adalah pada tes
oksidasi yang hasilnya positif. Pada air peptone alkali, bakteri ini akan tumbuh dengan baik
setelah 6 jam inkubasi pada suhu kamar, sehingga medium ini sering dipakai untuk
mentransport sampel feses atau usapan dubur penderita penyakit kolera (Urassa et al., 2000).

Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif dengan suhu untuk pertumbuhan
yang berkisar antara 18 sampai 37°C. Bakteri ini dapat tumbuh pada berbagai jenis media,
termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber
karbon dan nitrogen. Pertumbuhan Vibrio cholerae akan menjadi lebih baik dan lebih cepat,
bila ditumbuhkan pada medium padat Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS). Pada media
ini, koloni Vibrio cholerae berwarna kuning, sehingga dapat dibedakan dari koloni bakteri
lain untuk memudahkan dalam proses isolasinya (Purwoko, 2007).

2.5 MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI VIBRIO CHOLERAE

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah salah satu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi pertumbuhannya.

a. Media Pemupuk APW (Alkali Peptone Water)

5
Media yang digunakan untuk mengkultur Vibrio cholerae adalah Alkaline Peptone Water
(APW), yaitu media yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae yang
mempunyai pH alkali (8,5-9,5) dan mengandung natrium carbonat sebagai sumber nutrisi.
Pertumbuhan bakteri V. cholerae pada media APW ditandai dengan media APW
mengalami perubahan warna dari kuning bening menjadi keruh disertai timbulnya gelembung
gas. Hal tersebut menunjukkan bahwa bakteri V. cholerae tumbuh dalam media tersebut,
karena kandungan NaCl 2% dan pH alkali (8,5-9,5) pada media APW sangat sesuai untuk
pertumbuhan bakteri V. cholerae (Davis et al., 2001).

Alkaline pepton air (APW) direkomendasikan sebagai enrichment broth untuk


mengisolasi Vibrio cholerae dari sampel klinis dan sampel non-klinis (makanan & air
dicurigai sampel). Sejumlah media kaldu lainnya telah dijelaskan untuk pengayaan
V.cholerae termasuk media pengayaan Monsur dan modifikasi APW dengan ditambahkan
kalium tellurite tetapi mereka mungkin tidak menawarkan keuntungan selektif lebih APW
jika digunakan dengan waktu inkubasi yang singkat (6 sampai 8 jam).

b. Media TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose)

Media agar TCBS digunakan untuk menumbuhkan bakteri Vibrio karena media ini
bersifat spesifik untuk menumbuhkan bakteri Vibrio. Pertumbuhan yang baik terjadi pada
agar thio sulfat citrate bilesalt sucrose (TCBS), yang menghasilkan koloni berwarna kuning.
Morfologi dan sifat-sifat V. cholerae ini dapat dijadikan pedoman dalam diagnosa atau
identifikasi V. cholerae secara konvensional. Keberadaan cholera enterotoksin yang spesifik
hanya terdapat pada V. cholerae patogen dapat menjadi target dalam pemeriksaan
laboratorium untuk diagnosa bakteri V. cholerae patogen dengan menggunakan teknik
biomolekuler seperti metode polymerase chain reaction (PCR). (Kharirie, 2013)
Media TCBS agar berwarna hijau dan pH media bersifat basa. Ciri-ciri V. cholerae pada
media TCBS adalah koloni sedang-besar, bewarna kuning, jernih , smooth, keeping, tepinya
tipis, dilingkari oleh zone yang bewarna kuning. Ada koloninya yang beawarna hijau. Koloni
berwarna kuning pada media TCBS Agar disebabkan karena bakteri tersebut memfermentasi
sukrosa dan menurunkan pH media sehingga menjadi asam (Farouque et al., 2000).

Pada pembuatan media TCBS ini tidak melalui proses sterilisasi pada autoclave karena
dalam TCBS terdapat kandungan atau komposisi thiosulphate yang berfungsi untuk

6
menghambat bakteri lainnya yang tumbuh pada media ini karena media ini termasuk media
selektif untuk menumbuhkan satu jenis mikroba tertentu yaitu cholera. Apabila media ini di
autoclave maka kandungan thiosulpate akan terpecah dan tidak bisa memproteksi bakteri
yang tumbuh pada media tersebut. Karena pembuatan media ini tidak menggunakan proses
sterilisasi pada autoclave maka bahan seperti aquadest perlu disterilisasi dalam autoclave
dengan suhu 1210C selama 15 menit, dan alat yang digunakan seperti Erlenmeyer disterilisasi
dalam oven. Proses sterilisasi ini bertujuan agar media tetap steril dan tidak terkontaminasi
oleh mikroba yang tidak diinginkan. Selain proses sterilisasi alat dan bahan ini ada juga
proses fiksasi pada saat penuangan media dalam plate, dimana proses fiksasi ini bertujuan
untuk tetap menjaga lingkungan sekitar pada saat penuangan media tetap steril

7
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 LOKASI DAN WAKTU PRAKTIKUM


A. Pengambilan sampel ikan
Hari/tanggal : Selasa, 21 Februari 2019
Lokasi : Pasar Menur
Waktu : 09.30 WIB
B. Pemeriksaan Vibrio Cholerae
Hari / Tanggal : Selasa, 21 Februari 2019
Lokasi : Laboratorium Mikrobiologi Kesehatan Lingkungan Surabaya
Pukul : 10.00 WIB

8
3.2 ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Pipet steril 1 ml
- Petridish steril 3pasang
- Jarum Ose
- Incubator 37o C
- Tabung reaksi 3pcs
- Rak tabung reaksi
- Timbangan analitik
- Labu Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Batang pengaduk
- Lampu spirtus
- Autoclave 121o C
- Water bath
- Thermometer suhu
- Alat tulis

B. Bahan :
- Alkohol 70%
- Kertas coklat dan tali
- Kapas
- Kertas aluminium foil
- Aquades
- Alkaline Pepton Water (APW) @5ml
- Pepton Water (PW) @90ml
- Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose (TCBS) @15-20ml
- Sampel ikan pindang 10gr

3.3 PROSEDUR PRAKTIKUM


A. Pengambilan sampel ikan pindang
1. Mempersiapkan alat untuk pengambilan sampel

9
2. Petugas menggunakan APD dan membawa alkohol 70%
3. Membeli sampel ikan bandeng sesuai kebutuhan praktikum
4. Masukkan dalam wadah sampel dan beri etiket, kemudian simpan dalam
coolbox (berisi es) dan hindari kontaminasi selama dalam perjalanan
5. Kirim ke laboratorium untuk diperiksa (1 x 24 jam)

B. Pembuatan Media
1. Media pemupuk APW ( Alkaline pepton water ) 20gr/l
- Timbang media APW yang diperlukan setiap sub
3 tabung reaksi ( 2 sampel percobaan + 1 kontrol )
- Perhitungan APW :
@5ml/tabung reaksi
3 x 5ml = 15ml

20gr = x
1000ml 15ml
x = 20gr . 15ml
1000ml
x = 300
1000
x = 0,3gr - Media APW 0,45gr + 15ml aquades dijadikan 1 pada
beaker glass
- Masukkan sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi lalu tutup dengan kapas
- Lalu sterilisasi dalam autoclave suhu 121 ̊C

2. Media pengencer PW ( Pepton water ) 15gr/l


- Timbang media PW yang diperlukan setiap sub
- Untuk mengencerkan sampel 10x, dengan konsentrasi 10% maka 10 gr sampel
tersebut dilarutkan dengan larutan pepton water sebanyak 90 ml
- Perhitungan PW :
15gr = x
1000ml 90ml
x = 15gr . 90ml
1000ml

10
x = 1350
1000
x = 1,35gr
- Masukkan media PW 1,35gr + 90ml aquades ke dalam beaker glass
- Lalu pindahkan larutan peptone water pada labu erlenmeyer
- Tutup mulut labu Erlenmeyer dengan kapas,aluminium foil dan ikat
- Panaskan larutan pepton water pada water bath, dan diaduk hingga larut.
- Lalu sterilisasi dengan autoclave pada suhu 121oC

3. Media TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose) 88gr/l


- Timbang TCBS yang diperlukan setiap sub
6 Petridish steril ( 3 gores + 3 tuang )
- Perhitungan TCBS :
Tuang : @15ml/petridish
15x3 = 45ml
Gores : @20ml/petridish
20x3 = 60ml
Total : 45+60 = 105ml dibulatkan 110ml

88gr = x
1000ml 110ml
x = 88gr . 110ml
1000ml
x = 9680
1000
x = 9,68gr
- Lalu siapkan Erlenmeyer yang berisi aquades 110ml, tutup bibir erlenmeyer dengan
kapas,aluminum foil dan tali
- sterilisasi autoclave dengan suhu 121oC selama 15menit
- lalu masukkan media TCBS bubuk 9,68gr kedalam Erlenmeyer yang berisi aquades
lalu aduk menggunakan batang pengaduk secara steril
- bila larutan tersebut belum homogen, maka waterbath larutan yang ada dalam
Erlenmeyer

11
C. Tahap preparasi sampel
 Mensterilkan alat yang akan digunakan
 Menimbang sampel 10gr diatas petridis (dekat dengan lampu spirtus)
 Sampel 10gr tersebut dihaluskan menggunakan mortar alu (dekat dengan lampu
spirtus)
 Tuang sedikit demi sedikit larutan media PW untuk menghaluskan sampel
 Jadikan satu sampel makanan yang sudah halus dan tercampur dengan pepton water
dalam labu Erlenmeyer dengan cara memflambir mulut lumpang
 Tutup labu Erlenmeyer lalu beri kapas,aluminiumfoil dan ikat

D. Inokulasi Sampel
 Hari Pertama
1. Setelah tahap preparasi sampel, lalu sterilkan alat yang akan digunakan untuk
pembuatan media
2. Bakar ujung jarum ose hingga merah membara
3. Kibas-kibas kan lalu masukkan jarum ose kedalam larutan sampel

4. Membuka erlemayer berisi sampel, flambir mulut erlemayer dengan lampu bunsen,
celupkan ose ke dalam erlenmayer lalu flamir dan tutup kembali

5. Masukkan 2 mata ose sampel kedalam tabung reaksi yang berisi 5ml larutan media
APW, kecuali kontrol.
6. Ulangi langkah 2,3,dan 4 untuk tabung reaksi ke 2
7. Lalu masukkan tabung reaksi tersebut ke dalam incubator dengan suhu 35oC- 37oC
selama 1x24jam ±2jam.

 Hari kedua
1. Setelah keluar dari incubator 1x24jam lakukan pengamatan , bila sampel keruh maka
nutrisi tersebut dipakai oleh mikroorganisme.
2. Sampel keruh tersebut dilanjutkan penanaman dengan media TCBS agar kedalam
metode tuang/gores
3. Penanaman metode tuang = masukkan @1ml sampel kedalam @petridish lalu tuang
larutan media TCBS @15ml (suhu 50̊C - 55̊C) kedalam petridish (putar kanan kiri

12
20x) dan tuang larutan media TCBS ke dalam pertidish, tanpa sampel untuk kontrol
tuang
4. Penanaman metode gores = tuang larutan media TCBS @20ml (setelah keluar dari
waterbath) kedalam @petridish, Biarkan membeku lalu gores dengan jarum ose
(1mata ose) dan tuang larutan media TCBS ke dalam pertidish, tanpa sampel untuk
control gores
5. Masukkan 6 petridish kedalam incubator pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam dengan
keadaan petridish dibalik

 Hari ketiga

Pengamatan koloni, Apabila pada media Thiosulfate Citrate Bile Salts


Sucrose (TCBS) berwarna kuning cerah maka Vibrio cholerea positif.

 Sifat sifat dari Vibrio cholerae :


- Bentuk batang melengkung
- Termasuk gram negative
- Mempunyai satu flagella disalah satu ujung sel
- Tidak membentuk spora
- Koloni pada media Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose berwarna kuning berbentuk
bulat dengan diameter 2-5 mm
- Tumbuh baik dalam suasana basis pH 8,5-9,5 dalam suasana asam akan segera mati

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PRAKTIKUM


Dari hasil praktikum pemeriksaan sampel ikan pindang di Pasar Menur, diduga
terdapat keberadaan bakteri patogen Vibrio cholerae. Berdasarkan Tabel di bawah ini:

No
Jenis sampel Nama media Hasil pemeriksaan
.
1. Ikan pindang Pepton Water (PW)
Alkali Pepton Water (APW) Positif (+)
kukus/rebus
Thiosulfate Citrate Bile Salts Positif (+)

13
Sucrose (TCBS)

maka hasil praktikum yang telah dilakukan untuk pemeriksaan Vibrio Cholerae pada Ikan
tongkol/pindang rebus yang dibeli di Pasar Manyar menggunakan media biakan Alkaline
Pepton Water yang telah diisi dengan sampel ikan tongkol dan dilakukan inkubasi selama 24
jam menunjukkan perubahan warna terhadap media yakni kekeruhan. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya pertumbuhan bakteri pada media biakan. Kemudian pemeriksaan dilanjutkan
dengan menggunakan media TCBS (Thiosulfat Citrate Bilesalt Sucrose) dengan metode
tuang dan gores, lalu diinkubasi selama 24 jam dan diperoleh hasil adanya koloni yang
diduga positif adalah koloni Vibrio Cholerae yang ditandai dengan koloni yang berwarna
kuning pucat.

4.2 PEMBAHASAN
Pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae pada sampel ikan pindang yang dilakukan pada
tanggal 21 februari ini menggunakan media pemupuk Alkali Peptone Water. APW adalah
media sederhana yang mengandung sumber karbohidrat , bahan- bahan anorganik nitrogen,
sulfur, phosphor dan berbagai macam mineral. Tingkat keasaman/pH optimum untuk
pertumbuhannya adalah 7,0 tetapi bakteri ini toleran pada pH alkalis sampai 9,0 . Pada APW,
bakteri ini akan tumbuh dengan baik setelah 6 jam inkubasi pada suhu kamar (Urassa et al.,
2000).

Pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae pada media APW ditandai dengan media APW
mengalami perubahan warna dari kuning bening menjadi keruh disertai timbulnya gelembung
gas (Davis et al., 2001). Pada pemeriksaan Vibrio cholerae sampel ikan pindang ini , pada
media yang telah dinokulasi sampel mengalami perubahan warna kuning menjadi keruh.
Hal ini menandakan bahwa terdapat pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae pada media
tersebut. Pemeriksaan ini dilanjutkan ke tahap inokulasi sampel pada media selektif TCBS.

Terjadinya pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae pada media APW yang menandakan
sampel mengandung bakteri Vibrio cholerae tersebut dapat dikarenakan oleh sampel ikan
bandeng berasal dari lingkungan yang terkontaminasi oleh bakteri Vibrio cholera. Hasil
tersebut telah melewati ambang batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan pada
golongan ikan segar (SNI 7388 tahun 2009).

14
Adapun dugaan ini adalah berdasarkan ciri-ciri yang terdapat pada koloni yang
tumbuh dalam media biakan bakteri yakni berwarna kuning. Perubahan warna pada media
TCBS disebabkan karena bakteri tersebut memfermentasi sukrosa dan menurunkan pH media
sehingga menjadi asam. (Farouque et al. ,2000)

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil pemeriksaan bakteri Vibrio Cholerae pada sampel udang segar yang kami
lakukan, kami menemukan bakteri yang diduga sebagai bakteri Vibrio Cholerae melainkan
karena sesuai dengan ciri-ciri bakteri Vibrio Cholerae yakni, permukaan halus, agak datar, bagian
tengah buram dan bagian pinggir terang, berwarna kuning pucat.

5.2 SARAN

Disarankan setiap melakukan tahap pemeriksaan diharapkan mahasiswa selalu melakukan


praktikum dengan teliti dan berhati-hati dalam pembuatan media, penggunaan alat-alat
laboratorium dengan selalu menggunakan prinsip aseptis agar mendapatkan hasil yang sesuai.

15
Diharapkan kepada setiap penjual makanan agar selalu menjaga kualitas bahan pangan yang
dijualnya, dan selalu menjaga kebersihan dari bahan pangan yang dijualnya agar terbebas dari
mikroba pathogen. Untuk setiap individu yang hendak mengkonsumsi makanan diharapkan
lebih berhati hati dan selektif dalam memilih bahan pangan yang akan di konsumsi.

DAFTAR PUSTAKA

Shewfelt, RL. 2014. Pengantar Ilmu Pangan. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

Urassa, et all. 2000. Antimicrobial Susceptibility Pattern of Vibrio cholerae O1 Strain


During Two Cholerae Outbreaks in Dar es Salaam, Tanzania. East African Medical
Journal. 77 (7) : 350-353

Purwoko,T. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta: Bumi Aksara.

Amelia, S. 2005. Vibrio cholerae. Medan: Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatra Utara.

Davis, et all. 2001. The Vibrio

16
Yuwono, T. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta : Erlangga.

Unimus,http://repository.unimus.ac.id/1279/2/BAB%20II.pdf (diakses tanggal 8 maret


2019.pukul 18.23WIB)

kurniawan,ferdi. http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-ikan-tongkol-
euthynnus-affinis/(diakses tanggal 8 maret 2019.pukul 18.33WIB)

SNI_7388-2009_-_Batasan_Maksimum_Cemaran_Mikroba_dalam_Pangan

LAMPIRAN

17
Sterilisasi alat sterilisasi media preparasi
sampel

Penanaman Sampel Pada APW Metode Tuang hasil metode gores

18

Anda mungkin juga menyukai