Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Putri
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
1. Ibu Narwati selaku dosen pengajar mata kuliah praktikum Mikrobiologi Lingkungan
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat membuka kritik dan saran yang membangun makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami serta pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penyusun
ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................2
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM..................................................................................................2
1.4 MANFAAT PRAKTIKUM..............................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
DASAR TEORI.........................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN.................................................................................................................3
2.2 BAKTERI VIBRIO CHOLERAE....................................................................................4
2.3 MORFOLOGI VIBRIO CHOLERAE.............................................................................4
2.4 FISIOLOGI VIBRIO CHOLERAE.................................................................................5
2.5 MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI VIBRIO CHOLERAE...................................5
BAB III.......................................................................................................................................8
METODE PRAKTIKUM..........................................................................................................8
3.1 LOKASI DAN WAKTU PRAKTIKUM.........................................................................8
3.2 ALAT DAN BAHAN.......................................................................................................8
3.3 PROSEDUR PRAKTIKUM............................................................................................9
BAB IV....................................................................................................................................13
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................13
4.1 HASIL PRAKTIKUM....................................................................................................13
4.2 PEMBAHASAN.............................................................................................................13
BAB V......................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
5.1 KESIMPULAN.........................................................................................................15
5.2 SARAN......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengkontaminasi air sungai atau air laut, maka hasil perikanan yang hidup diperairan
tersebut akan terkontaminasi bakteri itu juga (Suriawiria, 2003). Selain itu, bila air yang
terkontaminasi ini digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci tangan, maka
orang tersebut dapat membawa bakteri V. cholerae. Bila orang tersebut berprofesi sebagai
nelayan atau pedagang ikan dan melakukan kontak dengan hasil perikanan, maka hasil
perikanan yang disentuhnya dapat terkontaminasi bakteri V. cholerae. Hal ini juga
diperkuat dengan pernyataan dari WHO (2004), menyatakan bahwa penularan penyakit
kolera dapat melalui manusia yang kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
b. Tujuan khusus :
- Mahasiswa mampu melakukan persiapan peralatan dan perhitungan kebutuhan media
tanam pemeriksaan bakteri Vibrio cholera pada sampel makanan.
- Mahasiswa dapat melakukan pembuatan media dengan benar.
- Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bakteri Vibrio cholera sesuai prosedur.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 PENGERTIAN
Vibrio cholerae adalah salah satu bakteri pathogen yang bisa didapat dari sumber
makanan laut atau yang terkontaminasi. Sementara itu warga Indonesia memiliki kegemaran
mengkonsumsi makanan hasil laut (seafood). Mereka memiliki kebiasaan untuk memperoleh
hasil laut tersebut di pasar terdekat. Namun, kurang hegienisnya proses penyediaan bahan
baku tersebut memungkinkan adanya kontaminasi dari bakteri Vibrio cholerae.
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) merupakan salah satu jenis ikan tuna yang termasuk
ikan demersal, yaitu ikan yang hidup di dasar perairan atau dekat dasar laut (Widajanti et al.,
2004). Menurut Djatikusumo vide Setiawan (1992), ikan tongkol memiliki ciri-ciri
morfologis : mempunyai bentuk badan fusiform dan memanjang. Panjang badan kurang lebih
3,4-3,6 kali panjang kepala dan 3,5-4 kali tinggi badannya. Panjang kepala kurang lebih 5,7-6
kali diameter mata. Kedua rahang ikan tongkol mempunyai satu seri gigi berbentuk kerucut.
Sisik hanya terdapat pada bagian korselet atau tidak memenuhi badan. Bagian punggung
berwarna kelam, bagian sisi dan perut berwarna keperak-perakan. Pada bagian punggung
terdapat garis-garis miring kebelakang berwarna hitam (Girsang,2008).
Klasifikasi ikan tongkol (Euthynnus affinis) menurut saenan, 1984 yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Scrombridae
Genus : Euthynnus
Spesies : Euthynnus Affinis
Ikan tongkol umumnya hidup didasar laut yang bersifat epipelagis berenang membentuk
schooling dan umunya hidup pada suhu kisaran 21,60 – 30,50. Ikan tongkol merupakan ikan
pemakan daging seperti ikan pelagis kecil (Girsang,2008).
3
Ikan tongkol memiliki zat gizi diantaranya air 69,40%, lemak 1,50%, protein 25,00%, abu
2,25% dan karbohidrat 0.03% (Purwaningsih et al., 2013).
Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif dengan suhu untuk pertumbuhan
yang berkisar antara 18 sampai 37°C. Bakteri ini dapat tumbuh pada berbagai jenis media,
termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber
karbon dan nitrogen. Pertumbuhan V. cholerae akan menjadi lebih baik dan lebih cepat, bila
4
ditumbuhkan pada medium padat Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS). Pada media ini,
koloni V. cholerae berwarna kuning, sehingga dapat dibedakan dari koloni bakteri lain untuk
memudahkan dalam proses isolasinya (Purwoko, 2007)
Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif dengan suhu untuk pertumbuhan
yang berkisar antara 18 sampai 37°C. Bakteri ini dapat tumbuh pada berbagai jenis media,
termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber
karbon dan nitrogen. Pertumbuhan Vibrio cholerae akan menjadi lebih baik dan lebih cepat,
bila ditumbuhkan pada medium padat Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS). Pada media
ini, koloni Vibrio cholerae berwarna kuning, sehingga dapat dibedakan dari koloni bakteri
lain untuk memudahkan dalam proses isolasinya (Purwoko, 2007).
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah salah satu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi pertumbuhannya.
5
Media yang digunakan untuk mengkultur Vibrio cholerae adalah Alkaline Peptone Water
(APW), yaitu media yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae yang
mempunyai pH alkali (8,5-9,5) dan mengandung natrium carbonat sebagai sumber nutrisi.
Pertumbuhan bakteri V. cholerae pada media APW ditandai dengan media APW
mengalami perubahan warna dari kuning bening menjadi keruh disertai timbulnya gelembung
gas. Hal tersebut menunjukkan bahwa bakteri V. cholerae tumbuh dalam media tersebut,
karena kandungan NaCl 2% dan pH alkali (8,5-9,5) pada media APW sangat sesuai untuk
pertumbuhan bakteri V. cholerae (Davis et al., 2001).
Media agar TCBS digunakan untuk menumbuhkan bakteri Vibrio karena media ini
bersifat spesifik untuk menumbuhkan bakteri Vibrio. Pertumbuhan yang baik terjadi pada
agar thio sulfat citrate bilesalt sucrose (TCBS), yang menghasilkan koloni berwarna kuning.
Morfologi dan sifat-sifat V. cholerae ini dapat dijadikan pedoman dalam diagnosa atau
identifikasi V. cholerae secara konvensional. Keberadaan cholera enterotoksin yang spesifik
hanya terdapat pada V. cholerae patogen dapat menjadi target dalam pemeriksaan
laboratorium untuk diagnosa bakteri V. cholerae patogen dengan menggunakan teknik
biomolekuler seperti metode polymerase chain reaction (PCR). (Kharirie, 2013)
Media TCBS agar berwarna hijau dan pH media bersifat basa. Ciri-ciri V. cholerae pada
media TCBS adalah koloni sedang-besar, bewarna kuning, jernih , smooth, keeping, tepinya
tipis, dilingkari oleh zone yang bewarna kuning. Ada koloninya yang beawarna hijau. Koloni
berwarna kuning pada media TCBS Agar disebabkan karena bakteri tersebut memfermentasi
sukrosa dan menurunkan pH media sehingga menjadi asam (Farouque et al., 2000).
Pada pembuatan media TCBS ini tidak melalui proses sterilisasi pada autoclave karena
dalam TCBS terdapat kandungan atau komposisi thiosulphate yang berfungsi untuk
6
menghambat bakteri lainnya yang tumbuh pada media ini karena media ini termasuk media
selektif untuk menumbuhkan satu jenis mikroba tertentu yaitu cholera. Apabila media ini di
autoclave maka kandungan thiosulpate akan terpecah dan tidak bisa memproteksi bakteri
yang tumbuh pada media tersebut. Karena pembuatan media ini tidak menggunakan proses
sterilisasi pada autoclave maka bahan seperti aquadest perlu disterilisasi dalam autoclave
dengan suhu 1210C selama 15 menit, dan alat yang digunakan seperti Erlenmeyer disterilisasi
dalam oven. Proses sterilisasi ini bertujuan agar media tetap steril dan tidak terkontaminasi
oleh mikroba yang tidak diinginkan. Selain proses sterilisasi alat dan bahan ini ada juga
proses fiksasi pada saat penuangan media dalam plate, dimana proses fiksasi ini bertujuan
untuk tetap menjaga lingkungan sekitar pada saat penuangan media tetap steril
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
8
3.2 ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Pipet steril 1 ml
- Petridish steril 3pasang
- Jarum Ose
- Incubator 37o C
- Tabung reaksi 3pcs
- Rak tabung reaksi
- Timbangan analitik
- Labu Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Batang pengaduk
- Lampu spirtus
- Autoclave 121o C
- Water bath
- Thermometer suhu
- Alat tulis
B. Bahan :
- Alkohol 70%
- Kertas coklat dan tali
- Kapas
- Kertas aluminium foil
- Aquades
- Alkaline Pepton Water (APW) @5ml
- Pepton Water (PW) @90ml
- Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose (TCBS) @15-20ml
- Sampel ikan pindang 10gr
9
2. Petugas menggunakan APD dan membawa alkohol 70%
3. Membeli sampel ikan bandeng sesuai kebutuhan praktikum
4. Masukkan dalam wadah sampel dan beri etiket, kemudian simpan dalam
coolbox (berisi es) dan hindari kontaminasi selama dalam perjalanan
5. Kirim ke laboratorium untuk diperiksa (1 x 24 jam)
B. Pembuatan Media
1. Media pemupuk APW ( Alkaline pepton water ) 20gr/l
- Timbang media APW yang diperlukan setiap sub
3 tabung reaksi ( 2 sampel percobaan + 1 kontrol )
- Perhitungan APW :
@5ml/tabung reaksi
3 x 5ml = 15ml
20gr = x
1000ml 15ml
x = 20gr . 15ml
1000ml
x = 300
1000
x = 0,3gr - Media APW 0,45gr + 15ml aquades dijadikan 1 pada
beaker glass
- Masukkan sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi lalu tutup dengan kapas
- Lalu sterilisasi dalam autoclave suhu 121 ̊C
10
x = 1350
1000
x = 1,35gr
- Masukkan media PW 1,35gr + 90ml aquades ke dalam beaker glass
- Lalu pindahkan larutan peptone water pada labu erlenmeyer
- Tutup mulut labu Erlenmeyer dengan kapas,aluminium foil dan ikat
- Panaskan larutan pepton water pada water bath, dan diaduk hingga larut.
- Lalu sterilisasi dengan autoclave pada suhu 121oC
88gr = x
1000ml 110ml
x = 88gr . 110ml
1000ml
x = 9680
1000
x = 9,68gr
- Lalu siapkan Erlenmeyer yang berisi aquades 110ml, tutup bibir erlenmeyer dengan
kapas,aluminum foil dan tali
- sterilisasi autoclave dengan suhu 121oC selama 15menit
- lalu masukkan media TCBS bubuk 9,68gr kedalam Erlenmeyer yang berisi aquades
lalu aduk menggunakan batang pengaduk secara steril
- bila larutan tersebut belum homogen, maka waterbath larutan yang ada dalam
Erlenmeyer
11
C. Tahap preparasi sampel
Mensterilkan alat yang akan digunakan
Menimbang sampel 10gr diatas petridis (dekat dengan lampu spirtus)
Sampel 10gr tersebut dihaluskan menggunakan mortar alu (dekat dengan lampu
spirtus)
Tuang sedikit demi sedikit larutan media PW untuk menghaluskan sampel
Jadikan satu sampel makanan yang sudah halus dan tercampur dengan pepton water
dalam labu Erlenmeyer dengan cara memflambir mulut lumpang
Tutup labu Erlenmeyer lalu beri kapas,aluminiumfoil dan ikat
D. Inokulasi Sampel
Hari Pertama
1. Setelah tahap preparasi sampel, lalu sterilkan alat yang akan digunakan untuk
pembuatan media
2. Bakar ujung jarum ose hingga merah membara
3. Kibas-kibas kan lalu masukkan jarum ose kedalam larutan sampel
4. Membuka erlemayer berisi sampel, flambir mulut erlemayer dengan lampu bunsen,
celupkan ose ke dalam erlenmayer lalu flamir dan tutup kembali
5. Masukkan 2 mata ose sampel kedalam tabung reaksi yang berisi 5ml larutan media
APW, kecuali kontrol.
6. Ulangi langkah 2,3,dan 4 untuk tabung reaksi ke 2
7. Lalu masukkan tabung reaksi tersebut ke dalam incubator dengan suhu 35oC- 37oC
selama 1x24jam ±2jam.
Hari kedua
1. Setelah keluar dari incubator 1x24jam lakukan pengamatan , bila sampel keruh maka
nutrisi tersebut dipakai oleh mikroorganisme.
2. Sampel keruh tersebut dilanjutkan penanaman dengan media TCBS agar kedalam
metode tuang/gores
3. Penanaman metode tuang = masukkan @1ml sampel kedalam @petridish lalu tuang
larutan media TCBS @15ml (suhu 50̊C - 55̊C) kedalam petridish (putar kanan kiri
12
20x) dan tuang larutan media TCBS ke dalam pertidish, tanpa sampel untuk kontrol
tuang
4. Penanaman metode gores = tuang larutan media TCBS @20ml (setelah keluar dari
waterbath) kedalam @petridish, Biarkan membeku lalu gores dengan jarum ose
(1mata ose) dan tuang larutan media TCBS ke dalam pertidish, tanpa sampel untuk
control gores
5. Masukkan 6 petridish kedalam incubator pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam dengan
keadaan petridish dibalik
Hari ketiga
BAB IV
No
Jenis sampel Nama media Hasil pemeriksaan
.
1. Ikan pindang Pepton Water (PW)
Alkali Pepton Water (APW) Positif (+)
kukus/rebus
Thiosulfate Citrate Bile Salts Positif (+)
13
Sucrose (TCBS)
maka hasil praktikum yang telah dilakukan untuk pemeriksaan Vibrio Cholerae pada Ikan
tongkol/pindang rebus yang dibeli di Pasar Manyar menggunakan media biakan Alkaline
Pepton Water yang telah diisi dengan sampel ikan tongkol dan dilakukan inkubasi selama 24
jam menunjukkan perubahan warna terhadap media yakni kekeruhan. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya pertumbuhan bakteri pada media biakan. Kemudian pemeriksaan dilanjutkan
dengan menggunakan media TCBS (Thiosulfat Citrate Bilesalt Sucrose) dengan metode
tuang dan gores, lalu diinkubasi selama 24 jam dan diperoleh hasil adanya koloni yang
diduga positif adalah koloni Vibrio Cholerae yang ditandai dengan koloni yang berwarna
kuning pucat.
4.2 PEMBAHASAN
Pemeriksaan bakteri Vibrio cholerae pada sampel ikan pindang yang dilakukan pada
tanggal 21 februari ini menggunakan media pemupuk Alkali Peptone Water. APW adalah
media sederhana yang mengandung sumber karbohidrat , bahan- bahan anorganik nitrogen,
sulfur, phosphor dan berbagai macam mineral. Tingkat keasaman/pH optimum untuk
pertumbuhannya adalah 7,0 tetapi bakteri ini toleran pada pH alkalis sampai 9,0 . Pada APW,
bakteri ini akan tumbuh dengan baik setelah 6 jam inkubasi pada suhu kamar (Urassa et al.,
2000).
Pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae pada media APW ditandai dengan media APW
mengalami perubahan warna dari kuning bening menjadi keruh disertai timbulnya gelembung
gas (Davis et al., 2001). Pada pemeriksaan Vibrio cholerae sampel ikan pindang ini , pada
media yang telah dinokulasi sampel mengalami perubahan warna kuning menjadi keruh.
Hal ini menandakan bahwa terdapat pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae pada media
tersebut. Pemeriksaan ini dilanjutkan ke tahap inokulasi sampel pada media selektif TCBS.
Terjadinya pertumbuhan bakteri Vibrio cholerae pada media APW yang menandakan
sampel mengandung bakteri Vibrio cholerae tersebut dapat dikarenakan oleh sampel ikan
bandeng berasal dari lingkungan yang terkontaminasi oleh bakteri Vibrio cholera. Hasil
tersebut telah melewati ambang batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan pada
golongan ikan segar (SNI 7388 tahun 2009).
14
Adapun dugaan ini adalah berdasarkan ciri-ciri yang terdapat pada koloni yang
tumbuh dalam media biakan bakteri yakni berwarna kuning. Perubahan warna pada media
TCBS disebabkan karena bakteri tersebut memfermentasi sukrosa dan menurunkan pH media
sehingga menjadi asam. (Farouque et al. ,2000)
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan bakteri Vibrio Cholerae pada sampel udang segar yang kami
lakukan, kami menemukan bakteri yang diduga sebagai bakteri Vibrio Cholerae melainkan
karena sesuai dengan ciri-ciri bakteri Vibrio Cholerae yakni, permukaan halus, agak datar, bagian
tengah buram dan bagian pinggir terang, berwarna kuning pucat.
5.2 SARAN
15
Diharapkan kepada setiap penjual makanan agar selalu menjaga kualitas bahan pangan yang
dijualnya, dan selalu menjaga kebersihan dari bahan pangan yang dijualnya agar terbebas dari
mikroba pathogen. Untuk setiap individu yang hendak mengkonsumsi makanan diharapkan
lebih berhati hati dan selektif dalam memilih bahan pangan yang akan di konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Shewfelt, RL. 2014. Pengantar Ilmu Pangan. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
16
Yuwono, T. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta : Erlangga.
kurniawan,ferdi. http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-ikan-tongkol-
euthynnus-affinis/(diakses tanggal 8 maret 2019.pukul 18.33WIB)
SNI_7388-2009_-_Batasan_Maksimum_Cemaran_Mikroba_dalam_Pangan
LAMPIRAN
17
Sterilisasi alat sterilisasi media preparasi
sampel
18