Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
II.1 Pengertian diare
 Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air
besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi
cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut,
disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .

Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah
banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada
penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua
minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).

II.2 Penyebab diare


Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga
menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh :

a.       Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie


b.      Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
c.       Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan ‘travellers diarre’
d.      Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
e.       Keracunan makanan dan minuman
f.       Gangguan gizi
g.       Pengaruh enzyme tertentu
h.      Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu ( Depkes RI, 2007):

1.      Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi
ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat lebih besar.
2.      Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah
dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan
dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh
kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko
terinfeksi diare.
3.      Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar,
makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
4.      Menggunakan air minum yang tercemar.
5.      Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan
dan menyuapi anak.
6.      Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya, padahal
sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat
menyebabkan infeksi pada manusia.

Faktor perilaku penyebab penyakit diare di lingkungan masyarakat:

a.       masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan penyakit diare,
b.      membiarkan anak bermain di sungai,
c.       tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan, 
d.      mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan sewaktu tangan tampak kotor,
e.       masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di sungai, BAB disungai,
mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai,
atau empang, dan
f.       membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah.

II.3 Penularan Diare


Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,
seperti :
1)      Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2)      Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan,
mainan, ataupun yang lain kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara
sampai beberapa hari.
3)      Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
4)      Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
5)      Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja
anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

II.4 Gejala dan Akibat diare


Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu :

1)      Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari),

2)      Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,

3)      Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus,

4)      Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai
penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

Diare akut dapat mengakibatkan:


(1)   kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik
dan hipokalemia,
(2)   Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa
disertai muntah,
(3)   Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah.

II.4.1 Gejala-Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit Diare yaitu :


a.       bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi
b.      tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah
c.       warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d.      anusnya lecet
e.       gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
f.       muntah sebelum atau sesudah diare
g.       hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
h.      dehidrasi (kekurangan cairan)

II.4.2 Akibat yang ditimbulkan oleh penyakit Diare :


a) Dehidrasi
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh. Gangguan ini
dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih disebabkan bayi atau anak
kehabisan cairan tubuh. Hal ini disebabkan karena asupan cairan itu tidak seimbang dengan
pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Banyak
orang menganggap bahwa pengeluaran cairan seperti ini adalah hal biasa dalam diare. Namun,
akibatnya sungguh berbahaya. Presentase kehilangan cairan tidak harus banyak baru
menyebabkan kematian. Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% saja sudah membayakan jiwa.
Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan
dehidrasi berat. Disebut dehidrasi rigan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang
sudah lebih 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut
nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah,
kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.
b) Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluran zat gizi terus
berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare akan menjadi kronis. Pada kondisi ini obat-
obatan yang diberikan tidak serta merta dapat menyembuhkan diare. Ketidaktahuan orangtua,
cara penanganan dokter yang tidak tepat, kurang gizi pada anak, dan perubahan makanan
mendadak dapat menjadi faktor pencetus diare.
Pada orang dewasa, diare jarang menimbulkan kematian. Pada bayi atau anak-anak, dalam
waktu singkat, diare akan menyebabkan kematian. Jika diare dapat disembuhkan tetapi sering
terjadi lagi, akan menyebabkan berat badan anak terus merosot. Akibatnya, anak akan
kekurangan gizi yang menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan otaknya.

II.5 pencegahan diare


Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang mudah dilakukan yaitu :
a.       Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang
kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan
makan ataupun alat bermain si kecil.
b.      Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih
c.       Sanitas air yang bersih
d.      Kebersihan perorangan
e.       Cucilah dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar.
Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan
dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan
sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil.
f.       Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban)
g.       Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan yang basah
h.      Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
i.        Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar
Sikap keluarga dalam pencegahan diare, antara lain yaitu :
-          menyediakan makanan yang higienis
-          mencuci tangan dengan sabun
-           menutup makanan
-          memasak air sampai mendidih

II.6 Pengobatan diare


Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :
a.       Kemoterapi
b.      Obstipansia
c.       Spasmolitik
d.      Probiotik
Sebelum diberikan obat yang tepat mak pertolongan pertama pengobatan diare ialah
mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien
bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala dehidrasi :
-          Haus
-          Mulut dan bibir kering
-          Kulit menjadi keriput (kehilangan turgor)
-          Berkurangnya air kemih
-          Berat badan menurun dan
-          gelisah
pertolongan yang pertama dilakukan adalah pemberian oralit yaitu campuran dari :
-          NaCl                3,5 gram
-          KCl                  1,5 gram
-          NaHCO3              2,5 gram
-          Glukosa           20 gram
Atau dengan memberikan larutan infuse secara intra vena antara lain :
         Larutan NaCl 0,9 % (normal saline)
         Larutan Na. laktat majemuk (ringer laktat)
Setelah itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis penyebab diare
melalui pemeriksaan yang teliti.
1)      Kemoterapi
Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan
sulfonamide tau antibiotic
2)      Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara :
         Menekan peristaltic usus (loperamid)
         Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin)
         Pemberian adsorben untuk menyerap racun ayng dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare
yang lain (carbo adsorben, kaolin)
         Pemberian mucilage untuk melindungi selaput lender usus yang luka

3)      Spasmolitik
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare (atropin sulfat)
4)      Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Lactobacillus dan bifidobacteria (disebut Lactid Acid Bacteria / LAB) merupakan probiotik
yang dapat menghasilkan antibiotic alami yang dapat mencegah / menghambat pertumbuhan
bakteri pathogen. LAB dpat menghasilkan asam laktat yang mneybabkan pH usus menjadi asam,
suasana asam akan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB ini dapat membantu
memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah diare.

Anda mungkin juga menyukai