Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN PERMASALAHAN YANG TERDAPAT DI LABORATORIUM IPA DI SMP

NEGERI 2 TARIK, SIDOARJO

Small Paper

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengelolaan laboratorium Sekolah

Yang diampu oleh Drs. I Wayan Sumberartha, M.Sc.

Disusun oleh kelompok 3

Offering C-C:

1. Chintya Lola Tariallo (190341621218)


2. Fahrany Wahyu Andini (190341621684)
3. Intan Nurnilam Sari (190341621643)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PENDIDIKAN BIOLOGI
2019
PENDAHULUAN

I. Topik
Pengelolaan laboratorium IPA SMP/Sederajat
II. Judul
Kajian Permasalahan yang Terdapat di Laboratorium IPA di SMP Negeri 2 Tarik,
Sidoarjo
III. Profil Sekolah
SMP NEGERI 2 TARIK SIDOARJO adalah salah satu satuan pendidikan
dengan jenjang menengah pertama yang berlokasi di di Kedungbocok, Kec. Tarik,
Kab. Sidoarjo, Jawa Timur. Dalam menjalankan kegiatannya, SMP NEGERI 2
TARIK SIDOARJO berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Sekolah ini, memiliki jumlah siswa sebanyak 771 yang terdiri dari 390
siswa laki-laki dan 381 siswa perempuan. Kurikulum yang dipakai ialah kurikulum
2013. Sekolah ini memiliki 24 ruang kelas, 1 perpustakaan, 2 laboratorium komputer,
dan 1 laboratorium IPA.
IV. Latar Belakang
Sekolah merupakan sarana utama dalam pendidikan untuk dapat
mengembangkan segenap potensi, daya kreasi dan aktualisasi diri. Sekolah yang dapat
berfungsi dengan baik diperlukan sarana dan prasarana yang menunjang, diantaranya
adalah laboratorium sains. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, (Nomor 03, 2010), Laboratorium adalah
unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau
terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan
pengujian, kalibrasi, dan produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan
peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Laboratorium dibangun
berdasarkan suatu kesadaran penuh bahwa pembelajaran di laboratorium mempunyai
posisi penting dalam pendidikan, karena dalam rangka mencapai tujuan yang bersifat
multi dimensi dalam proses pembelajaran, diperlukan strategi pembelajaran yang
memadai. Salah satu strategi pembelajaran yang dianggap dapat mencakup tiga ranah
sekaligus (kognitif, afektif, dan psikomotor) adalah pembelajaran di laboratorium.
Pemahaman tentang pengelolaan laboratorium sangat penting untuk dimiliki
oleh pihak-pihak yang terkait dengan laboratorium, baik secara langsung maupun
tidak. Laboratorium harus dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Menyadari tugas,
wewenang dan fungsi dari Laboratorium akan mendapatkan efisiensi kerja yang
maksimal. Mengelola Laboratorium dengan baik, adalah menjadi tujuan utama,
sehingga semua pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Nyatanya
masih banyak Laboratorium yang belum dikelola dengan baik dan belum menciptakan
inovasi-inovasi baru. Terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh pihak sekolah
sehingga Laboratoriumnya tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Sangat
diperlukan solusi untuk membantu menghidupkan kembali Laboratorium yang tidak
terpakai. Kegiatan eksperimen dan praktikum sebagai salah satu metode yang
mengedepankan proses dan kerja untuk menemukan sendiri sebuah konsep ilmiah
berdasarkan suatu proses, pengamatan, analisis, pembuktian dan menarik kesimpulan
dari suatu objek, diperlukan adanya bimbingan untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan (Istarani, 2012)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan bahwa ruang laboratorium IPA


memiliki fungsi sebagai tempat diadakannya kegiatan pembelajaran IPA dalam bentuk
praktek dengan menggunakan alat-alat khusus. Keberadaan laboratorium mempunyai peran
penting dalam kurikulum pendidikan Sains, maka dikuatkan oleh Tuysuz (2010) yang
menyatakan bahwa dengan melakukan aktivitas di dalam laboratorium, ketertarikan siswa
pada pembelajaran serta bimbingan pembelajaran kepada siswa akan semakin meningkat.
Aktivitas di dalam laboratorium mempunyai peluang sebagai media dan alat pembelajaran
yang mampu memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa dari pembelajaran sains
(Hofstein dan Lunetta, 2003). Namun nyatanya masih banyak Laboratorium yang belum
digunakan sebagaimana mestinya. Jadi kami mengadakan observasi di Laboratorium IPA
SMPN 2 Tarik untuk mengetahui standarisasi sarana prasarana di laboratorium tersebut,
berikut adalah hasil observasi kami:

1. Lokasi dan ruang laboratorium


NO PERTANYAAN YA TIDAK KETERANGAN
.
1. Bagaimana letak ruang Terletak di bagian
lab sekolah belakang sekolah.
2. Berapakah luas 12m x8m
keseluruhan ruang
laboratorium ?*
3. Apakah ada ruang  3mx8m
penyimpanan atau
gudang ?
Jika ada, berapakah luas
ruang penyimpanan
tersebut ?*
4. Apakah ada ruang  3mx4m
persiapan untuk
praktikum ?
Jika ada, berapakah luas
ruang persiapan
tersebut ?*
5. Berapakah luas ruang 9mx8m
untuk praktek ?*
6. Berapa rata-rata jumlah 30
siswa dalam satu kelas 32-34 siswa
yang menggunakan
laboratorium untuk
praktikum ?*
7. Apakah laboratorium 
cukup luas ketika
digunakan untuk
praktikum siswa ?
8. Apakah ruang 
laboratorium IPA
mampu menampung
minimum satu
rombongan belajar ?
9. Apakah ukuran luas 
laboratorium menjadi
kendala atau penghalang
bagi pelaksanaan
praktikum ?
10. Apakah di dalam ruang 
laboratorium tersedia
sumber air bersih ?
11. Apakah seluruh ruangan  Cukup, ada jendela
laboratorium ada dikanan kiri
fasilitas pencahayaan
yang memadahi ?

2. Penyimpanan peralatan dan bahan laboratorium


NO PERTANYAAN YA TIDAK KETERANGAN
.
1. Apakah peralatan dan  Tetapi, masih
bahan disimpan terpisah kurang tempat
dalam almari tersendiri ? penyimpanan
barang, karena
barangnya sudah
over.
2. Adakah almari tempat 
penyimpanan alat ?
3. Apakah almari 
penyimpanan alat cukup
kuat dan aman
digunakan untuk
penyimpanan ?
4. Apakah almari 
penyimpanan alat dapat
dikunci ?
5. Adakah almari tempat 
penyimpanan bahan ?
6. Apakah almari tempat 
penyimpanan bahan
terbuat dari bahan yang
tidak mudah berkarat ?
7. Apakah almari 
penyimpanan bahan
dapat dikunci ?
8. Apakah almari 
penyimpanan mampu
menampung jumlah alat
dan bahan praktikum ?
9. Apakah ada pemisahan  Yang rusak
dalam penyimpanan alat diperbaiki. Sudah
yang masih baik dengan dibukukan
alat yang rusak ? barang yang baik
dan rusak.
10. Apakah pada almari  Di setiap lemari
diberi label nama-nama penyimpanan,
alat yang tersimpan di terdapat catatan
dalamnya sehingga daftar alat dan
mudah dicari ? bahan pada
masing-masing
lemari
penyimpanan.

3. Perlengkapan laboratorium
NO PERTANYAAN YA TIDAK KETERANGAN
.
1. Adakah papan tulis ? 
2. Apakah papan tulis  Papan tulis
tersebut mampu dilihat terletak di depan
dengan baik dari kelas dan berada
berbagai sudut ruang persis di
laboratorium ?* belakang meja
demonstrasi.
3. Adakah stop kontak  8 stop kontak di
listrik ? seluruh ruangan.
4. Adakah jam dinding ? 
5. Adakah meja 
demonstrasi ?
6. Apakah meja  Meja demonstrasi
demonstrasi mampu cukup luas dan
dilihat dengan baik oleh besar, sehingga
semua praktikan ? cukup jelas jika
dilihat oleh
siswa.
7. Apakah meja  Meja demonstrasi
demonstrasi kuat, stabil, terbuat dari bata
dan aman untuk kegiatan yang dilapisi oleh
praktikum ? keramik putih.
8. Adakah bak  Bak cuci terdapat
cuci/wastafel? di samping
bagian
laboratorium.
Terdapat 3 bak
cuci yang
masing-masing
berfungsi dengan
baik.
9. Apakah sumber air yang 
ada mampu memenuhi
dalam kegiatan
praktikum ?
10. Adakah kursi praktikum  30 kursi
siswa ?
11. Adakah kursi guru atau  1 meja dan 1
laboran ? kursi.
12. Adakah meja untuk  10 meja
praktikum ?
13. Apakah ukuran meja 
praktikum memadahi
untuk menampung
kegiatan praktikum
secara berkelompok ?

4. Pemeliharaan peralatan laboratorium


NO PERTANYAAN YA TIDAK KETERANGAN
.
1. Apakah bahan dan 
peralatan praktikum
selalu ditata kembali
setiap selesai
praktikum ?
2. Apakah kelayakan 
peralatan laboratorium
selalu dipantau oleh
pengelola laboratorium ?
3. Apakah kebersihan alat 
laboratorium dibersihkan
setiap sehabis digunakan
?
4. Apakah ada laporan 
secara periodik
mengenai kerusakan alat
?
5. Apakah alat yang 
digunakan dalam
praktikum selalu
dicatat ?
6. Adakah pengecekan atau  Setiap awal
perawatan secara berkala semester baru.
terhadap alat- alat Jika ada yang
laboratorium ? kurang akan
diusulkan kepada
ke bendahara
untuk dilengkapi.

5. Organisasi dan administrasi laboratorium


NO. PERTANYAAN YA TIDAK KETERANGAN
1. Adakah kepala laboratorium ? 

2. Adakah teknisi laboratorium ?  Sudah diusulkan cuman belum


ada tindakan.

3. Adakah tenaga laboratorium ? 

4. Adakah prosedur operasi standar 


( POS ) kerja laboratorium ?
5. Adakah susunan jadwal kegiatan 
laboratorium ?

6. Adakah susunan laporan 


kegiatan laboratorium ?

7. Apakah tugas dari teknisi, 


laboran dirinci dan
dirumuskan ?

8. Adakah jadwal kerja teknisi dan 


laboran ?

9. Apakah kebutuhan bahan,  Ada pembukuan khusus untuk


peralatan, dan suku cadang kebutuhan bahan, peralatan, dan
laboratorium direncanakan suku cadang laboratorium
dengan baik ?

10. Adakah laporan kegiatan 


praktikum secara periodik ?

11. Adakah buku pendataan 


peminjaman dan pengembalian
alat dan bahan praktikum?

12. Adakah kegiatan evaluasi 


program untuk perbaikan
kegiatan laboratorium ?
13. Adakah buku absensi kehadiran 
guru dan siswa di ruang
laboratorium ?

14. Adakah buku untuk mencatat 


kerusakan alat ?

15. Adakah buku laporan 


keseluruhan kegiatan praktikum
secara periodik ?

16. Apakah laboran menyiapkan 


peralatan dan bahan praktikum ?

17. Apakah dilakukan identifikasi  Sebelum melaksanakan


alat dan bahan sesuai dengan praktikum, guru ipa selalu
kebutuhan praktikum untuk menghubungi laboran h-1
mengetahui ketersediaan alat sebelum praktikum untuk bon
dan bahan tersebut di dalam peralatan yang bahan yang
laboratorium ? digunakan untuk praktikum.a

18. Apakah laboran menyiapkan  Laboran dihandle oleh kepala lab


kelengkapan pendukung yang sekaligus sebagai guru IPA
praktikum ( lembar kerja, sehingga dirangkap semua.
lembar rekam data, dan lain–lain Sehingga terkadang tidak bisa
) untuk menyiapkan bahan alat.

6. Pemanfaatan laboratorium
NO PERTANYAAN YA TIDAK KETERANGAN
.
1. Apakah ada buku 
panduan atau penuntun
praktikum ?
2. Apakah saat 
menggunakan
laboratorium disesuaikan
dengan jadwal
penggunaan
laboratorium yang ada ?
3. Apakah 
laboratorium juga
digunakan untuk
penelitian atau
penemuan inovasi siswa
?
4. Apakah ada karya tulis 
ilmiah hasil kajian atau
inovasi ?
5. Adakah katalog untuk 
perencanaan penelitian ?

7. Keselamatan kerja laboratorium


NO PERTANYAAN YA TIDAK KETERANGAN
.
1. Adakah alat pemadam 
kebakaran ?
2. Adakah peralatan P3K ? 
3. Apakah pada bahan 
berbahaya dan beracun
menerapkan prosedur
tersendiri dalam
penanganannya ?
4. Apakah keselamatan 
dalam menggunakan
peralatan laboratorium
selalu dipantau ?
5. Apakah bahan berbahaya 
dan beracun selalu
dipantau ?
6. Apakah setiap individu 
di laboratorium
diharuskan menjaga
kesehatan dan
keselamatan diri ?
7. Apakah setiap individu 
di laboratorium
diharuskan menjaga
keselamatan lingkungan
kerja ?
8. Apakah kondisi dan 
keamanan bangunan
ruang laboratorium
dalam keadaan baik ?
Berdasarkan hasil observasi kami menemukan beberapa masalah di Laboratorium IPA
SMPN 2 Tarik. Permendiknas 24/2007, Ruang laboratorium IPA minimum bisa menampung
satu rombel (satu kelas) dengan siswa ± 20 orang. Ruang laboratorium IPA di SMPN 2 Tarik
sudah memenuh standarisasi karena dapat menampung 30 siswa. Namun terdapat kendala
kurangnya ruangan kelas. Terdapat 24 rombel (8x3 kelas), karena ada satu ruangan yang
semula dijadikan ruang kelas, sekarang dijadikan sebagai laboratorium komputer, jadi ada
salah satu rombel kelas yakni kelas 8-8 ditempatkan di laboratorium IPA. Dengan adanya
kegiatan belajar di luar konteks praktikum di laboratorium, menyebabkan kegiatan praktikum
siswa kurang maksimal. Jika ada pelajaran yang mengharuskan praktikum siswa harus
meminjam dan membawa alat dan bahan dari laboratorium ke kelas masing-masing. Hal ini
menyebabkan kegiatan praktikum kurang efektif dan kurang maksimal. Solusi yang kami
dapatkan untuk mengatasi hal tersebut yaitu melakukan laporan ke dinas pendidikan agar di
beri bantuan untuk membangun satu ruang kelas lagi, agar ruang Lab bisa digunakan khusus
untuk praktikum (tidak untuk ruang kelas). Jika ruang Lab digunakan sebagai ruang kelas
akan menimbulkan masalah lain, seperti rusaknya alat yang ada di Lab dan bahaya bahan-
bahan yang beracun dan radioaktif.

Ruang penyimpanan yang tersedia masih kurang memadai. Laboratorium IPA


merupakan pembelajaran yang meliputi 3 mata pelajaran yakni fisika, kimia, dan biologi
yang pastinya memerlukan banyak alat dan bahan yang bervariasi. Sedangkan ruang
penyimpanan di Lab IPA SMPN 2 Tarik sangat terbatas, masih banyak sekali peralatan yang
belum tertata dan masih di kemas dalam kardus dan ditumpuk-tumpuk kurang rapi. Tidak
heran juga jika banyak sekali barang yang di timbun di ruang penyimpanan karena
masyarakat sekolah lebih memfungsikan lab tersebut sebagai ruang kelas, mereka
menyisihkan hampir semua barang-barang lab di ruang penyimpanan agar tidak mengganggu
kegiatan belajar mengajar. Jadi solusi terbaik seharusnya memang ruang lab tidak
difungsikan sebagai ruang kelas.

Laboratorium IPA SMPN 2 Tarik belum memiliki laboran. Saat ini, laboran yang
bertugas merupakan salah satu guru IPA yang merangkap menjadi ketua laboratorium. Jadi,
untuk segala urusan administrasi laboratorium hanya ditangani oleh satu orang saja. Solusi
yang kami utarakan saat observasi yaitu menyuruh pihak sekolah untuk melapor ke dinas
pendidikan agar diberi laboran sesuai kebutuhan pengelolaan Lab agar labnya dapat
digunakan semaksimal mungkin untuk mengembangkan inovasi dan potensi siswa. Ternyata
pihak sekolah sudah melakukan solusi yang telah kita berikan, hanya saja belum ada respon
dari dinas pendidikan setempat jadi sampai sekarang lab ini belum mempunyai laboran.

Terdapat daftar alat dan bahan yang tertempel di masing-masing lemari penyimpanan
laboratorium namun masih belum diperbarui. Jadi untuk inventaris lab memang ada, namun
inventaris tersebut terlihat sudah lama tidak diperbarui, jadi untuk pengecekan alat dan
bahannya tidak dilakukan secara berkala. Hasil wawancara juga mengatakan bahwa
inventaris lab IPA ini hanya diperbarui saat ada kegiatan penilaian sekolah dan pengecekan
alat dan bahan dilakukan setiap sekali dalam satu semester. Pencahayaan dan sirkulasi udara
di lab ipa smpn 2 tarik sangat memadai, terbukti terdapat banyak saklar dan sumber listrik
untuk penerangan, begitu juga dengan jendela dan fentilasi sudah tersedia di bagian kanan
dan kiri ruangan lab. Bangunan lab juga bagus, dan almari beserta rak juga sangat memadai.

Lab IPA SMPN 2 tarik ini belum memiliki jas lab sebagai alat pelindung diri saat
praktikum. Terkait hal ini, kami sudah memberikan pengarahan tentang pentingnya pelindung
diri saat melakukan praktikum dan insyaallah jas lab akan diusahakan dan pelindung lainnya
juga akan diusahakan ada di laboratorium. Terdapat beberapa alat praktikum seperti gelas
ukur, tabung elenmeyer, dan pipet tetes yang berkerak. Dikarenakan pada saat siswa
membersihkan alat praktikum dengan sabun kurang bersih. Sehingga menyebabkan cairan
yang masih tertinggal akan menimbulkan kerak di barang-barang tersebut. Faktor lain yaitu,
hampir 2 tahun alat-alat di laboratorium tidak pernah dipakai karena pandemi.

Penataan dalam ruang penyimpanan masih tidak teratur, padahal Kemendikbud


(1999:19) mengemukakan dalam pelatihan teknisi pengelolaan laboratorium IPA bahwa
penataan alat bahan harus disesuaikan dengan spesifikasi alat dan bahan. Mengelompokkan
alat harus disesuaikan dengan kelompok mata pelajaran IPA (fisika, kimia, biologi) dan
bahan dasar dari alat atau bahan lab tersebut, sehingga dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
penataan alat bahan laboratorium IPA belum memenuhi ketentuan.

Standar Operasional Prosedur adalah suatu standar atau pedoman tertulis yang
dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan satu kelompok untuk digunakan saat
melakukan kegiatan di laboratorium. SOP laboratorium IPA dibuat dengan tujuan untuk
memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pengguna dengan biaya dan tenaga yang
minimal dan rasional. SOP ini merupakan penjabaran langkah yang rasional dari berbagai
peraturan. Dengan disusunnya SOP laboratorium IPA ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
memperlancar tugas pengelola laboratorium dan pengguna laboratorium. Sebagai upaya
untuk mewujudkan mutu dan pelayanan laboratorium yang baik, maka perlu disusun suatu
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berbasis pada kualitas pelayanan dan kualitas
kinerja. Namun pada lab ipa smpn 2 tarik ini belum ada SOP karena memang belum ada
orang yang ahli dalam bidang laboratorium ini di sekolah. Fungsi utama laboratorium sebagai
sarana penunjang siswa untuk bereksperimen dan berinovasi belum terlaksana. Sebagai
mahasiswa kami hanya bisa memberikan saran agar sekolah lebih mengaktifkan kegiatan di
lab sekolah agar siswa dapat mengembangkan inovasi yang telah mereka miliki.
PENUTUP
Pengelolaan Laboratorium sangat penting karena harus dikelola dan dimanfaatkan
dengan baik. Pada SMPN 2 Tarik memiliki Laboratorium IPA dengan kepala laboratorium
yang sekaligus menjadi laboran. Namun, laboratorium IPA di SMPN 2 Tarik dijadikan
sebagai ruang kelas bukan untuk ruang praktikum. Sehingga, jika praktikum alat dan bahan
akan dibawa ke kelas. Laboratorium IPA di SMPN 2 Tarik memiliki fasilitas yang cukup
lengkap. Hanya saja ruang penyimpanan yang ada masih kurang. Buku pendataan
peminjaman, pengembalian, dan kerusakan alat dan bahan juga tersedia. Pada SMPN 2 Tarik,
Laboratorium IPA belum dijadikan sebagai tempat untuk berinovasi. Sehingga perlunya
pengembangan akan hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Istarani. (2012). Kumpulan 39 Metode Pembelajaran. Edisi I, Medan: CV. Iscom Medan.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, (Nomor
03, 2010), Tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan Dan Angka
Kreditnya.
Rahman, M. S. (2017). Kajian Standarisasi Sarana Prasarana Laboratorium Di Smpn 4
Sumenep. Jurnal Lensa (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, 7(1), 1–12.
Vendamawan, R. (2015). Pengelolaan Alat dan Laboratorium. Metana, 11(02), 41–46.

Anda mungkin juga menyukai