Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA KUANTITATIF MIKROBA PADA PANGAN


DENGAN METODE MOST PROBABLE NUMBER
(MPN)
MIKROBIOLOGI PANGAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4
SALWA MUFIDAH 2013411137
SEKAR AYU ARINDA PUTRI 2013411138
SEPTI YUNIZA 2013411139
SYAFIRA WIDASIH 2013411142
VERA WIJAYA 2013411145

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN GIZI
TA. 2021/2022
KATAPENGANTAR

Pujidan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang sudah
memberikankarunia-Nya pada kami dalam mengerjakan tugas makalah ini. Sehingga
akhirnya kami bisa menyusun makalah ini,hal ini kami lakukan untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Mikrobiologi Pangan.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada keluarga maupun teman-teman
yangsudah membantu dan mendukung. Dan terima kasih juga kepada semua pihak yang
sudahterlibat langsung, khususnya kami ucapkan kepada Ibu Naasari Inddah P.S. selaku
dosen pada mata kuliah Mikrobiologi Pangan.

Kami mohon untuk saran dan kritiknya apabila terdapat banyak kekurangan pada
makalah ini, semoga makalah ini member banyak kegunaan pada semua pihak termasuk
kami pribadi. Terimakasih.

Bandar Lampung, 09 November 2021

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut
departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau,
tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak
mengandung logam berat. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan
ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung di minum (Kepmenkes, 2002).
Bakteri Coliform merupakan golongan bakteri intestinal, yakni hidup dalam
saluran pencernaan manusia. Bakteri Coliform adalah bakteri indicator keberadaan
dari bakteri patogenik lain. Di antara banyak kontaminan bakteri penting,
Escherichia coli dan Coliform adalah Perhatian penting yang membutuhkan
pemantauan sistematis oleh pengawas makanan dan ahli mikrobiologi karena
mereka adalah indikator kuat dari patogen bawaan makanan dan kondisi higienis
yang buruk. Dalam upaya untuk mempercepat deteksi Escherichia coli atau
coliform, studi kinetic pertumbuhan koloni pada media agar dieksploitasi sebagai
alat yang ampuh untuk mengoptimalkan kultur sel dan mempercepat analisis koloni
(Rattanabumrung, 2012).
Jumlah Escherichia coli dan total Coliform dalam sampel makanan secara
langsung menyiratkan praktik yang buruk dalam penanganan dan produksi
makanan / minuman. Sebagian besar teknik klasik menentukan kehadirannya
Coliform dan Eschericia coli tergantung pada sifat biokimia mereka yang unik,
termasuk yang paling sering digunakan untuk menentukan jumlahnya adalah
dengan metode Most Probable Number (MPN) dan Chromocult Coliform Agar
(CCA) ( Sangadkit et al, 2012 ).

1.2. Tujuan Penelitian


1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui Perbandingan Jumlah Coliform Metode Most Probable Number
(MPN) Dengan Chromocult Coliform Agar (CCA) pada air kemasan

1.2.2. Tujuan Khusus


Menghitung jumlah Coliform dengan Most Probable Number (MPN) dan
Chromocult Coliform Agar (CCA) padaair kemasan serta menganalisa perbandingan jumlah
Coliform jika diperiksa dengan kedua metode tersebut

1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat mengetahui jumlah koliform
pada air kemasan apakah telah memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air
Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi
perikehidupan dibumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat
berlangsung. Oleh karena itu, penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan
utama bagi manusia untuk kelangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam
kesehatan dan kesejahteraan manusia. Sumber daya air dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan antara lain; untuk kepentingan rumah tangga (domestik),
industri, pertanian, perikanan dan sarana pengangkutan air (Sumantri, 2010).

2.2 Sumber Air


Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman. Menurut Sumantri (2010),batasan-batasan sumber air yang
bersih dan aman ini, antara lain:
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
c. Tidak berasa dan berbau
d. Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI.
Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahanbahan kimia yang
berbahaya dan sampah atau limbah industri. Air yang berada dipermukaan bumi ini dapat
berasal dari berbagai sumber. Menurut Sumantri (2010), berdasarkan letak sumbernya air
dapat dibagi menjadi :
a. Air Hujan
Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi
merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami
pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran berlangsung di atmosfer itu
dapat disebabkan partikel debu, mikroorganisme dan gas misalnya karbon
dioksida, nitrogen dan amonia. Air hujan merupakan penyubliman/uap air
menjadi air murni yang ketika turun dan melalui udara akan melarutkan bendabenda yang
terdapat di udara. Jadi setelah mencapai permukaan bumi air hujan
bukan merupakan air murni lagi.
b. Air Permukaan
Air permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang
jatuh ke permukaan bumi. Air hujan ini kemudian akan mengalami
pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya. Air permukaan
merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor
yang diperhatikan, antara lain:
1. Mutu atau kualitas baku
2. Jumlah atau kuantitasnya
3. Kontinuitasnya.
c. Air Tanah
Air tanah dibedakan atas dua macam, air lapisan (layer water) dan air celah
(fissure water). Air lapisan adalah air yang terdapat di dalam ruang antara butir-butir tanah.
Adapun air celah adalah air yang terdapat di dalam retakretak batuan di dalam tanah. Air
tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian
mengalami perkolasi atau
penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Air
tanah dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dengan cara membuat
sumur atau pompa air. Sumur ini dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Sumur Dangkal
2. Sumur Dalam

2.3. Standar Mutu Air


Standar mutu air ditetapkan untuk melindungi masyarakat dari pengaruh negatif pada
kesehatan, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Standar mutu air ditetapkan untuk
masing-masing kontaminan secara individual. Standar ini didasarkan pada banyak faktor,
termasuk kejadian di lingkungan, paparan manusia dan risiko kesehatan pada populasi secara
umum dan subpopulasi sensitif, batas deteksi metode analisis, kelayakan secara teknis, serta
dampak regulasi pada sistem penyediaan air, ekonomi, dan kesehatan (Suprihatin dan
Suparno, 2013).
Kualitas air untuk keperluan minum berbeda dengan keperluan industri. Menurut
Gintings (1992), kegunaan air dirinci menjadi golongan sebagai berikut:
Golongan I : air minum yang dapat digunakan langsung tanpa pengolahan.
Golongan II : air untuk minum rumah tangga dan keperluan lainnya tapi tidak
untuk golongan I.
Golongan III : air untuk keperluan perikanan, peternakan dan keperluan lainnya
tetapi tidak sesuai golongan I dan II.
Golongan IV : air untuk keperluan pertanian, usaha industri listrik tenaga air,
lalu lintas air dan keperluan lainnya tapi tidak sesuai golongan I,
II dan III.
Golongan V : air yang tidak sesuai untuk golongan I, II, III dan IV.

Parameter Kualitas Air


Menurut Rejeki (2015), parameter-parameter kualitas air yang harus
terpenuhi meliputi:
1. Parameter fisika meliputi: bau, rasa, warna, zat padat terlarut dan suhu.
2. Parameter kimia meliputi: kimia anorganik seperti air raksa, arsen, fluorida,
kadmium, kesadahan (CaCO3), klorida, kromium valensi-6, mangan, nitrat,
nitrit, pH, selenium, seng, sianida, sulfat dan timbal.
3. Parameter mikrobiologi meliputi: total koliform (MPN).
4. Parameter radioaktifitas meliputi: aktifitas alpha, aktifitas beta

2.4 Bakteri Koliform


Koliform adalah kelompok bakteri indikator untuk menentukan
kualitas/mutu dari lingkungan air, tanah atau makanan. Kelompok bakteri ini
berasal dari sistem pencernaan binatang, termasuk manusia dan jugajuga pada tinja
(Novel, dkk., 2010).
Bakteri koliform dapat dibedakan atas dua yaitu:
1. Koliform fekal, misalnya Escherichia coli. Escherichia coli merupakan
bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia.Escherichia coli
adalah grup koliform yang mempunyai sifat dapat memfermentasi laktose dan
memproduksi asam dan gas pada suhu 37ºC maupun suhu 44,5ºC dalam
waktu 48 jam. Escherichia coliadalah bakteri yang termasuk dalam famili
Enterobacteriaceae, bersifat gram negatif, berbentuk batang dan tidak
membentuk spora (Fardiaz, 1992).
2. Koliform non fekal, misalnya Enterobacter aerogenes. Enterobacter
aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman-tanamanyang sudah
mati. Enterobacter aerogenes tidak dapat membentuk laktose pada suhu
44,5ºC (Fardiaz, 1993).

2.5 Metode Most Probable Number (MPN)


Metode Most Probable Number (MPN) adalah suatu metode untuk menaksir populasi
mikrobial di lahan, perairan dan produk agrikultur. Metode ini digunakan untuk menaksir
populasi mikroba berdasarkan pada ukuran kualitatif spesifik dari jasad renik yang sedang
terhitung. Menetapkan danya bakteri koliform dalam contoh air dan memperoleh indeks
berdasarkan tabel MPN untuk menyatakan perkiraan jumlah koliform dalam sampel (Novel,
dkk., 2010).
Metode Most Probable Number (MPN) menggunakan pendekatan “pengenceran berganda
hingga punah” telah dibuktikan sangat baik untuk memperkirakan populasi mikroba,
terutama jika mikroba ada dalam jumlah yang sangat sedikit dalam makanan atau sampel air.
Metode MPN didasarkan pada
pembagian sampel menjadi tiga macam pengenceran. Akurasi dari satu kali pengujian
tergantung dari jumlah tabung yang digunakan untuk tiap pengenceran. Lazimnya, digunakan
sistem 5 tabung atau 3 tabung untuk setiap pengenceran.
Informasi yang sangat memuaskan akan diperoleh apabila semua tabung dengan pengenceran
rendah menunjukkan pertumbuhan dan tabung-tabung dengan pengenceran tinggi
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan (Nugroho, 2006).
Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang
berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh padat dengan terlebih dahulu
membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Grup mikroba yang dapat dihitung dengan
metode MPNjuga bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan.
Metode MPN dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba jenis tertentu yang terdapat
di antara mikrobamikroba lainnya. Sebagai contoh penggunaan Lactose Broth dan tabung
Durham dapat digunakan untuk menghitung jumlah bakteri yang dapat memfermentasi
laktosamembentuk gas, misalnya bakteri koliform (Fardiaz, 1993).
Prinsip dari metode ini adalah fermentasi laktosa selama 24 jam oleh bakteri koliform yang
akan menghasilkan asam dan gas yang tertangkap oleh tabung Durham dalam tabung uji
(Hasruddin dan Husna, 2014).
Uji koliform dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut, yaitu:
1. Uji Pendugaan (Presumptive Test)
Medium yang digunakan adalah kaldu laktosa. Baketri koliform
menggunakan laktosa sebagai sumber karbonnya. Tes ini dikatakan positif
jika setelah diinkubasi pada suhu 37ºC selama 48 jam laktosa yang telah
difermentasi akan berubah warna dan terbentuk gas yang diletakkan terbalik
(Nugroho, 2006).
2. Uji Penguat (Confirmed Test)
Merupakan tes lanjutan dari tes pendugaan. Dari tabung yang positif pada tes
pendugaan, dilakukan tes menggunakan medium BGLB (Brilliant Green
Lactose Broth) yangdapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram postif dan
sebaliknya, yaitu menstimulasi pertumbuhan bakteri Gram negatif seperti
koliform (Nugroho,2006).
3. Uji Penentu atauPelengkap (Completed Test)
Untuk menentukan hasil benar-benar positif, maka mikroba dari hasil tes
konfirmasi/penguat yang positif diinokulasikan pada kaldu laktosa kembali.
Selain itu ditumbuhkan pada agar miring. Jika timbul gas pada kaldu laktosa,
maka tes penentu dinyatakan positif. Jumlah koliform dapat dihitung dengan
menggunkan tabel MPN (Most Probable Number) (Nugroho, 2006).
Pengambilan sampel, pengiriman dan pemeriksaan sampel air harus
dilakukan dengan cara aseptis dan dapat mewakili air yang diperiksa. Penggunaan
alat-alat, media dan reagensia serta pelaksanaan pengujian harus sesuai dengan
jenis bakteri yang akan ditentukan (Nugroho, 2006).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat
Pemeriksaan bakteri koliform pada air bersih dilakukan di Laboratorium terpadu Poltekkes
Tanjung Karang

3.2 Sampel
Jenis sampel : air kemasan
Bau: tidak berbau
Rasa: tidak berasa
Warna: tidak berwarna

3.3 Alat
Labu Erlenmeyer yang berskala, pipet takar, lampu spirtus, dot karet/blub, incubator 37
derajat celcius dan 55 derajat celcius,

3.4 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah media Lactose Broth

3.5. Uji Perkiraan (Presumptive Test)


1. Disiapkan 9 tabung reaksi, dibuat sebanyak 3 seri yang berisi media Lactose
Brothsiap pakai, yang terdiri dari tiga tabung berisi media Lactose Broth
Double dan enam tabung berisi media Lactose Broth Single yang telah
disterilkan dan berisi tabung Durham. Lalu tabung disusun di rak tabung dan
diberi tanda.
2. Dipipet sampel dengan menggunakan pipet volume, tiga tabung reaksi yang
telah berisi media Lactose Broth Double dimasukkan sampel sebanyak 10
mL, tiga tabung reaksi yang telah berisi media Lactose Broth Single
dimasukkan sampel sebanyak 1 mL dan tiga tabung reaksi yang telah berisi
Lactose Broth Single dimasukkan sampel sebanyak 0,1 mL.
3. Masing-masing tabung dikocok hingga homogen.
4. Dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 37ºC selama 48 jam.
5. Diamati pembentukan gas yang terjadi di dalam tabung Durham.
6. Dicatat tabung yang dinyatakan positif apabila tabung tersebut terlihat keruh
dan terdapat gelembung gas pada tabung Durham, setelah itu dilanjutkan
dengan uji penegasan.
3.5.3 Uji Penegasan (Confirmed Test)
1. Tabung yang dinyatakan postif pada uji perkiraan, di inokulasikan ke dalam
tabung reaksi yang telah berisi mediaBrilliant Green Lactose Broth sebanyak
10 mL, masing-masing tabung diisi satu sampai dua ose yang pengerjaan
dilakukan secara aseptis.
2. Masing-masing tabung dikocok hingga homogen.
3. Diinkubasi pada suhu 37ºC dan 44ºC selama 48 jam.
4. Lalu, dilakukan pengamatan dengan melihat tabung yang apabila postif akan
terdapat gelembung gas pada tabung Durham dan warna pada tabung terlihat
keruh.
5. Pembacaan hasil dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang positif
dan angka yang diperoleh dicocokkan dengan Tabel MPN

4.2 Pembahasan
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. Ciri-ciri air bersih adalah kandungan
tidak terlalu banyak mineral yang memungkinkan mengganggu kesehatan,
warnanya jernih dan tidak berbau, tidak berasa (Suparman, 2006).
Bakteri Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indikator pencemar terhadap air. Adanya baketri koliform di dalam air
menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat
enteropatogenik (bakteri penyebab diare) atau toksigenik yang berbahaya bagi
kesehatan (Fardiaz, 1993).
Untuk mengetahui jumlah koliform digunakan metode MPN (Most
Probable Number) dimana bakteri koliform akan memfermentasi laktosa selama
24 jam yang akan menghasilkan asam dan gas yang tertangkap oleh tabung
Durham dalam tabung uji (Hasruddin dan Husna, 2014).
Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada air bersih diperoleh hasil 210
per 100 mL dimana angka MPN untuk bakteri koliform ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/PER/IX/1990 sebagai persyaratan mutu
air bersih yaitu 50 per 100 mL. Dengan demikian, air bersih yang diuji tidak
memenuhi persyaratan sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/PER/IX/1990 mengenai persyaratan mutu air bersih.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan bakteri pada air bersih diperoleh jumlah bakteri
koliform adalah ....... per 100 mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel
tersebut tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 karena hasil yang didapat
melebihi batas maksimum yang diperbolehkan yaitu 50 per 100 mL.
5.2 Saran
Sebaiknya pada pengujian selanjutnya digunakan metode lain seperti
metode TPC (Total Plate Count) agar dapat membuat perbandingan dan
didapatkan hasil yang akurat.

Anda mungkin juga menyukai