Anda di halaman 1dari 32

PRAKTIKUM III

PERCOBAAN DESINFEKSI PADA AIR DANAU DI DANAU

UNIVERSITAS HASANUDDIN

KOTA MAKASSAR

NAMA : WAHYUNI AMALIYAH


NIM : K011181056
KELOMPOK : 1 ( SATU)

DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM III
PERCOBAAN DESINFEKSI PADA AIR DANAU DI DANAU
UNIVERSITAS HASANUDDIN KOTA MAKASSAR
DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN

NAMA : WAHYUNI AMALIYAH


NIM : K011181056
KELOMPOK : 1 (SATU)

Makassar, Maret 2021

Mengetahui,

Koordinator Asisten Asisten

AL RICHA NASIR, SKM, M. Sc RETNO PAKKU’

KATA PENGANTAR

ii
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, Segala puji hanya milik Allah Subhanahu
Wa Ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yang merupakan sebaik-baik suri teladan
bagi umat manusia. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen mata
kuliah Praktikum Kesehatan Lingkungan serta para asisten yang telah bersabar
dalam membimbing dan mengarahkan kami selama proses praktikum hingga
pengerjaan laporan praktikum. Laporan ini disusun sebagai laporan mata kuliah
Praktikum Kesehatan Lingkungan yang berisi tentang “Percobaan Desinfeksi pada
Air Danau di Danau Universitas Hasanuddin”.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat,
terutama bagi penulis sendiri. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kesalahan dan kekurangan di dalam laporan ini. Kritik dan saran yang
membangun kiranya dapat disampaikan kepada penulis sebagai masukan untuk
menjadi lebih baik.

Makassar, Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Percobaan....................................................................................4
C. Prinsip Percobaan....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Air Danau........................................................5
B. Tinjauan Umum tentang Desinfektan......................................................7
C. Tinjauan Umum tentang Kaporit.............................................................9
D. Tinjauan Umum tentang Klor................................................................11
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan......................................................................................13
B. Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel..............................................13
C. Prosedur Kerja.......................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ......................................................................................................16
B. Pembahasan...........................................................................................17
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................20
B. Saran......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan senyawa kimia yang digunakan oleh organisme untuk
reaksi-reaksi kimia dalam proses metabolisme serta menjadi media
transportasi nutrisi dan hasil metabolisme. (1) Pentingnya sumber daya air,
menjadikan keberadaan air perlu dilindungi sehingga dapat memberikan
manfaat yang banyak bagi makhluk hidup. (2) Manusia tidak bisa bertahan
hidup tanpa adanya air. Sebagian besar wilayah di permukaan bumi tertutupi
oleh 71% air, hal tersebut menjadikan air sebagai wilayah yang paling luas di
bumi. Ketersediaan jumlah dan volume air yaitu sebesar 1,4 triliun Km 3. Air
merupakan senyawa kimia yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup
seperti hewan, tumbuhan dan juga manusia sebagai bahan pelarut. (3)
Kemampuan air untuk melarutkan berbagai zat, baik dari bentuk gas,
cair, padat dan mikroorganisme sehingga air mempunyai nama unik sebagai
pelarut universal. Air dapat melarutkan berbagai zat terlarut dan zat tidak
terlarut dalam keadaan murni. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Nilai
Ambang Batas (NAB) atau baku mutu air yaitu kadar zat terlarut dan zat tidak
terlarut yang diperbolehkan ada dalam air tetapi tidak mengganggu kesehatan
manusia sehingga air tersebut dikatakan sebagai air bersih. (4)
Kualitas air yang buruk akan mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan manusia serta mengakibatkan lingkungan hidup menjadi buruk.
Meningkatnya populasi manusia, maka kebutuhan air bersih juga semakin
meningkat. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air
bersih bagi masyarakat adalah membangun sarana air bersih seperti sumur
gali. (1)
Adanya perkembangan zaman yang begitu pesat, menjadikan
lingkungan sebagai salah satu hal yang sangat penting untuk dijadikan sebuah
pengamatan bagi semua negara termasuk di Indonesia. Lingkungan Indonesia
telah mengalami berbagai macam perubahan yang dapat mengancam makhluk

1
2

hidup termasuk manusia, antara lain seperti pencemaran air. Keadaan seperti
ini sering terjadi di tempat penampungan air seperti danau yang tercemar
akibat aktivitas manusia, misalnya pada limbah cair dari rumah sakit yang
dibuang ke aliran danau yang ada di sekitar sumah sakit tersebut. Terkait
kualitas air danau, dipengaruhi dari kualitas cadangan atau simpanan air dari
daerah tangkapan, adapun mengenai kualitas air cadangan air berasal dari
daerrah tangkapan yang berhubungan dengan banyaknya aktivitas manusia. (5)
Air digunakan untuk berbagai macam kegiatan makhluk hidup seperti
minum, mandi, mencuci, memasak, yang dimana keseluruhan kegiatan tersebut
merupakan kebutuhan pokok, selain kebutuhan lainnya seperti menyiram
tanaman, mencuci kendaraan, membersihkan lantai, pendingin mesin atau
pelarut bahan. Air bersih adalah standar baku mutu kesehatan lingkungan
sebagai media untuk keperluan higiene sanitasi meliputi parameter fisik,
biologi, kimia yang terdiri dari parameter wajib dan parameter tambahan.
Parameter yang harus dan wajib adalah parameter yang diperiksa dengan cara
berkala sesuai dengan ketentuan peraturan dan undang-undang yang ada
sedangkan untuk parameter tambahan wajib untuk diperiksa hanya jika sedang
pada kondisi geohidrologi yang mengindikasikan mengenai adanya potensi
pencemaran yang berkaitan dengan parameter tambahan. (6)
Banyaknya terjadi pencemaran air permukaan termasuk air danau,
mengakibatkan timbulnya risiko dalam penyebaran berbagai jenis penyakit.
Salah satu diantaranya adalah penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri
Eschericia coli (E. coli) dan total Coliform pada danau yang sudah tercemar.
Adapun bakteri E.coli dalam air berasal dari pencemaran atau
terkontaminasinya air dari kotoran makhluk hidup, baik itu hewan ataupun
manusia. Total Coliform termasuk bakteri yang dapat ditemukan di
lingkungan, yaitu pada tanah dan air yang terpengaruh dari air permukaan
serta limbah pembuangan kotoran manusia dan hewan. Thypus, kolera, dan
disentri juga merupakan penyakit akibat terjadinya pencemaran air. Air
Hujan akan membawa limbah dari kotoran hewan dan manusia sehingga
meresap dalam tanah atau mengalir dalam sumber air. (5)
3

Pencegahan terjadinya penyakit pada air yang disebabkan oleh


bakteri, virus dan amoeba dapat dilakukan dengan menggunakan desinfeksi.
Desinfeksi merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit yang disebabkan oleh organisme yang berasal dari bakteri, virus dan
amoeba dengan menggunakan desinfektan berupa kaporit dan klorin. Sangat
penting dilakukan desinfeksi pada air untuk mencegah terjadinya pencemaran
air. (7)
Menurut laporan UN WWDR pada tahun 2019 tercatat ada lebih dari
4 milyar manusia per hari terkena dampak dari kekurangan air, hal ini terjadi
di lebih dari 2/3 populasi yang ada di dunia. Faktanya populasi 2/3 setidaknya
mengalami kelangkaan air dengan tingkat yang parah sedikitnya satu bulan
dalam setahun. Masalah kekurangan air ini sering terjadi pada negara-negara
berkembang akibat banyaknya sumber air bersih yan terkontaminasi sehingga
membuat sumber air seperti danau dan sungai tidak mampu memenuhi
kebutuhan air bersih masyarakat. (8)
Ketersediaan air di dunia tidak pernah berkurang dan cukup
berlimpah, namun hanya dapat dikonsumsi sebanyak 5% oleh penduduk
dunia. (6) Menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)
menyebutkan capaian akses air bersih yang layak di Indonesia baru mencapai
72,55%, di bawah target Sustainable Development Goals (SDGs) yakni
sebesar 100%. (9)
Menurut data dari World Resources Institute (WRI) tentang sumber
daya air tawar yang terdapat di setiap negara di dunia, Indonesia masuk
peringkat ke-51 dengan tingkatan risiko tinggi (High 40 - 80% possibility).
Indonesia memiliki jumlah air laut yang melimpah sehingga Indonesia dapat
memanfaatkannya sebagai alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan air
bersih bagi masyarakatnya. Salah satu caranya yaitu dengan melakukan
pengolahan air laut menjadi air tawar atau yang biasa disebut dengan proses
desalinasi air laut. (10) Mayoritas penduduk Kota Makassar memakai air
untuk memenuhi kebutuhan air minumnya, dengan persentase sekitar 61,34%,
4

sedangkan selebihnya memakai ait PDAM sebesar 35,53%, sumur bor 2,47%,
sumur yang dilindungi 0,62%, dan sumur tidak dilindung sebesar 0,01%.(11)
Penelitian yang dilakukan oleh Nurmala, dkk tahun 2017 pada air di
Danau Ngade, menujukkan bahwa proses desinfeksi dengan menggunakan
kaporit dapat mengurangi kadar Fe dan Mn. Kadar Fe dan Mn yang terdapat
dalam air akibat dari membusuknya zat-zat organik. Cara penggunaan kaporit
pada proses desinfeksi yang dilakukan dengan meneteskan larutan kaporit ke
dalam air. (12)
Desinfeksi merupakan metode untuk mengetahui jumlah klorin yang
ada pada air danau dan jumlah kaporit yang dibutuhkan untuk mengurangi
klor dalam air. Pencemaran air bisa saja berasal dari limbah industri dan
limbah rumah tangga. Maka itu perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui
jumlah klorin yang terdapat dalam air dan jumlah kaporit yang dibutuhkan
untuk proses desinfeksi pada air danau di Universitas Hasanuddin.
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan desinfeksi pada air danau Universitas
Hasanuddin Kota Makassar adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kadar klorin pada air danau Universitas Hasanuddin.
2. Mengetahui jumlah kaporit yang dibutuhkan untuk desinfeksi pada air
danau di Universitas Hasanuddin.
C. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan pada pecobaan desinfeksi pada air danau di
Danau Universitas Hasanuddin Kota Makassar adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran sisa klor segera harus dilakukan setelah sampel
dihomogenkan.
2. Sebelum digunakan, alat harus dibersihkan dengan aquades.
3. Jumlah sampel dan media yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan
percobaan.
4. Pencampuran antara sampel dengan media harus terjadi secara sempurna.
5. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan Comparator Kit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Air Danau


Air danau merupakan salah satu jenis air permukaan yang penting
untuk di ukur kualitas airnya. Perairan danau juga adalah salah satu dari jenis
ekosistem air tawar yang ada di bumi. Jika diamati dan dinilai secara fisik,
danau merupakan salah satu tempat yang cukup luas, danau juga memiliki air
yang tetap, jernih dan sangat beragam dengan beberapa aliran tertentu. Danau
juga merupakan badan air yang sekitarnya dikelilingi oleh daratan serta dapat
dikelompokkan menjadi salah satu jenis lahan yang basah. (13)
Berbagai upaya guna menjaga dan melestarikan kualitas pada air
danau, maka harus dilakukan pemantauan dan pengawasan secara terencana
dan kontinyu. Pemantauan di berbagai parameter kualitas air danau yang telah
dilakukan belum bisa menggambarkan status kualitas air danau yang bisa
dipahami dengan sederhana. Pentingnya dilakukan suatu pendekatan untuk
bisa menggambarkan keadaan dan kondisi kualitas air danau secara
menyeluruh pada suatu waktu dan lokasi tertentu, berdasarkan pada beberapa
parameter kualitas air yang telah ditetapkan. (14)
Air danau juga merupakan salah satu jenis air tawar yang termasuk
dalam golongan air permukaan. Berdasarkan banyaknya daerah yang
kekurangan air, menjadikan air danau banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar sebagai sumber air utamanya untuk memunihi kegiatab sehari-hari.
Danau dapat terbuat melalu 2 cara, yaitu baik secara alami ataupun dengan
buatan manusia itu sendiri. (15)
Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 mengenai Sumber
Daya Air, pada tahap pengelolaan danau dibagi menjadi tiga komponen
utama. Adapun komponen yang dimaksud ialah konservasi atau merupakan
kegiatan pemeliharaan dan perlindungan, pemanfaatan serta pengendalian
terhadap cemaran air. Segala hal yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 82 tahun 2001 menyatakan bahwa adanya upaya atau usaha dalam

5
6

pengelolaan kualitas air, termasuk diantaranya pada air danau. Adapun yang
dimaksud dengan menetapkan daya tampung danau dilaksanakan sesuai
dengan fungsinya yang dimana hal tersebut tidak terlepas dengan penerapan
baku mutu perairan. (16)
Perhitungan seberapa besar beban dari bahan pencemar pada perairan
danau berhubungan erat dengan hidrologi danau dan juga morfologi danau,
serta dilihat juga dari segi kualitas air danau. Telah dijelaskan bahwa dalam
penghitungan daya tampung terhadap beban pencemaran air danau
bergantung pada kemampuan sumber daya air tersebut untuk menerima
seberapa banyaknya beban pencemar yang masuk ke perairan danau. tidak
melebihi ambang batas dari syarat kualitas air yang telah ditetapkan untuk
berbagai jenis fungsi dan peruntukannya. (17)
Air danau juga dianggap sebagai ekosistem internasional maupun
ekosistem nasional. Oleh karena itu, danau dianggap sebagai ekosistem
terpenting yang telah mengalami fluktuasi air yang parah dan mengalami
kekeringan. Adanya permasalahan tersebut, untuk memprediksi ketinggian air
adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah dalam hidrologi dikarenakan
adanya berbagai variabel yang mempengaruhi permukaan danau. (18)
Kementerian Lingkungan Hidup telah memberikan penjelasan
mengenai parameter yang berpengaruh terhadap status ekosistem perairan
danau yang telah dimuat di dalam Pedoman Pengelolaan Ekosistem Danau.
Terdapat beberapa hal penting yang sudah diuraikan dalam pedoman tersebut,
diantaranya yaitu daya tampung terhadap beban pencemaran perairan di
danau serta status mutu air. Adapun cara untuk menentukan status mutu air
danau adalah dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran dan juga
metode Storet yang telah digunakan dalam bentuk Pedoman Penentuan Status
Mutu Air di dalam Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003. Baku Mutu Air atau BMA yang telah berlaku untuk
perairan di danau, atau menggunakan Kelas Air pada Lampiran PP No.82
Tahun 2001 dapat dijadikan acuan penilaian kadar parameter kualitas air yang
mengacu pada peraturan tersebut. (17)
7

B. Tinjauan Umum tentang Desinfektan


Desinfektan adalah suatu bahan yang digunakan untuk merusak
penyakit yang disebabkan oleh organisme yang berasal dari bakteri, virus,
dan amoeba. Desinfektan diperoleh dari bahan kimia, fisika, mekanik dan
radiasi. Klorin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai bahan
desinfeksi, desinfeksi dari bahah fisika berasal dari cahaya matahari yang
berguna dalam sterilisasi kualitas kecil pada air karena dapat membunuh
molekul dari organic dan juga organisme. (7)
Desinfektan digunakan pada proses desinfeksi. Desinfeksi merupakan
proses klorinasi akhir pada pengolahan air mentah menjadi air minum yang
bertujuan untuk membunuh mikroorganisme didalam air yang masih terdapat
dalam air ketika proses filtrasi . Air meskipun sudah melalui berbagai proses
pengolahan dan kelihatan bersih, namun masih terkontaminasi dengan
mikroba yang membahayakan kesehatan manusia sehingga diperlukan
desinfektan dalam jumlah minimum yang diinjeksikan ke dalam jaringan
distribusi. Proses ini diharapkan mampu mengurangi kadar Fe dan Mn yang
terdapat dalam air akibat dari membusuknya zat-zat organisme. (12)
Kegunaan dari proses desinfeksi selain untuk membunuh
mikroorganisme dalam air juga untuk mejaga agar tidak terjadi kontaminasi
selama air dalam perjalanan menuju ke konsumen (pemakai). Perjalanan
menuju ke konsumen (pemakai) air biasanya tercemar dengan berbagai
limbah yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit akibat
pencemaran air seperti diare, thypus, kolera, dan disentri. Hal ini yang
menyebabkan proses penyaluran air harus betul-betul dijaga agar tidak
terkontaminasi. (19)
Mikroorganisme yang sering ditemui pada air adalah Escherichia coli.
E. coli merupakan bakteri yang sangat cepat dalam berkembangbiak dan
hidup di alam terbuka dalam tanah. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 492 tahun 2010, 0 CFU/100 ml merupakan kadar maksimum yang
diperbolehkan untuk E. coli pada air minum. (20)
8

Desinfeksi dapat dilakukan secara fisik maupun kimia yang bukan


pada makhluk hidup. Metode desinfeksi dilakukan tergantung pada faktor-
faktor seperti efikasi proses terhadap penghilangan pathogen, tingkat akurasi
monitoring dan kontrol proses, kemudahan penanganan residu proses, estetika
hasil proses , dan ketersediaan dan adoptivitas teknologi. Menghilangkan
bakteri pada proses desinfeksi pada umunya menggunakan desinfektan
berupa Klorin dan Kloramin (klorinasi), Ozon (ozonasi), Iodin, Bromin,
Ferrate, Hidrogen peroksida, radiasi pengion, Kalium Permanganat, Silver,
dan sinar ultraviolet. Kelebihan dari proses desinfeksi ini adalah dapat
membunuh mikroorganisme yang ada pada air dengan menggunakan kaporit
dan mengurangi kadar klor pada ai. Sedangkan untuk kekerungan dari
desinfeksi adalah menghasilkan senyawa yang karsinogenik dan mutagenik
berupa Disinfection by Product (DBP) ataupun aplikasi yang mahal. (20)
Salah satu yang paling sering digunakan pada proses desinfeksi
adalah pengggunaan Sinar Ultraviolet (UV) . Kelebihan sinar UV ini adalah
tidak beracun atau tidak berbahaya, dapat menghancurkan zat pencemar
organic, menghilangkan bau atau rasa pada air, memerlukan waktu kontak
yang singkat (beberapa menit), meningkatkan kualitas air karena gangguan
zat pencemar organik, dapat mematikan mikroorganisme pathogenic, serta
tidak mempengaruhi mineral di dalam air. Sedangkan kekeurangannya adalah
tidak cocok untuk air dengan kadar suspended solids tinggi, kekeruhan,
warna, atau bau bahan organik terlarut; sinar UV tidak efektif terhadap zat
pencemar mengandung banyak bahan-bahan kimia organik, klor, asbes, dan
lain-lain; memerlukan listrik untuk beroperasi; serta UV umumnya digunakan
sebagai pemurnian akhir pada sistem filtrasi.(21)
Desinfeksi air dengan sinar UV biasa menggunakan sinar UV 254
nm. Sinar UV ini sering digunakan karena panjang gelombangnya cenderiung
aman. Sinar UV 254 nm terdapat pada lapisan atmosfer. (22)
9

C. Tinjauan Umum tentang Kaporit


Kaporit merupakan desinfektan yang umum digunakan dalam segala
bentuk baik bentuk kering atau kristal dan bentuk basah atau larutan. Bentuk
kering, biasanya kaporit berupa serbuk atau butiran, tablet atau pil. Bentuk
basah biasanya kristal yang ada dilarutkan dengan aquades menurut
kebutuhan desinfeksi. Berdasarkan uji kaporit dalam laboratorium disebutkan
bahwa kaporit terdiri lebih dari 70% bentuk klorin. Kaporit dalam bentuk
butiran atau pil dapat cepat larut dalam air dan penyimpanannya ditempat
kering yang jauh dari bahan kimia yang mengakibatkan korosi, dalam kondisi
atau temperature rendah, dan relatif stabil. Kaporit merupakan bahan yang
mudah dicari, mudah penggunaannya, dan terjangkau oleh masyarakat umum.
(7)
Kaporit atau yang sering disebut dengan Calsium Hypoklorit Ca(OCl2)
merupakan bahan desinfektan untuk menjernihkan air. Disebut Calsium
Hypoklorit karena mengandung 60 – 70% Calsium Hypoklorit, sisanya
Kalsium Karbonat dan lain-lain. Kaporit mudah larut dan bersifat korosif.
Apabila berkontak dapat merusak kulit, mata dan bagian tubuh lainnya. (19)
Kaporit sangat mudah didapatkan, murah, dan mudah dalam
penanganannya sehingga sering digunakan sebaagai bahan kimia untuk
desinfeksi. Penggunaan kaporit tidak akan mmebunuh kuman patogen pada
pemberian dosis kurang dari 0,2 mg/l. sedangkan penggunaan kaporit yang
berlebih akan mengakibatkan timbulnya keluhan kesehatan seperti timbulnya
iritasi. Pemberian kaporit dilakukan pada pagi hari dan sore hari. (23)
Kaporit sebagai desinfektan dibedakan menjadi dua jenis. Pertama
kaporit 1% dan kedua kaporit 3%. Kedua jenis kaporit ini mempunyai
kandungan klorin yang sama yaitu 65%. Jenis kaporit yang digunakan
berbeda-beda setiap jenisnya sesuai dengan desinfektan yang digunakan. (24)
Air yang bereaksi dengan kaporit akan membentuk asam hipoklorit
pada proses desinfeksi. pH mendukung pertumbuhan bakteri sehingga
perkembangnnya sangat cepat. Bakteri patogen dapat hidup apabila pH pada
air >3 dan <11. (25)
10

Kaporit memiliki fungsi sebagai desinfektan, oksidator, dapat


menghilangkan bau dan rasa pada air, serta menjernihkan air. Penggunaan
kaporit sesuai takaran adalah 1 gram untuk menjernihkan 100 liter air. Cara
kaporit membunuh bakteri dengan menghambat sintesis protein, asam
nukleta, sintesis dinding sel, menghancurkan membrane plasma, serta
menghentikan metabolisme yang menyebabkan bakteri mati.(24)
Harus diperhatikan dengan baik pengggunaan kaporit sesuai dengan
batas aman. Konsentrasi yang kurang tidak dapat membunuh kuman.
Sedangkan penggunaan kaporit berlebih akan menyebabkan masalah
kesehatan. Salah satunya penyakit infeksi pada mata yang ditularkan melalui
kolam renang. (23)
Kaporit biasa digunaka sebagai sumber klor. Kelemahannya adalah
terbentuk senyawa trihalometan yang sifatnya karsinogenik dan mutagenik.
Tingginya konsentrasi kaporit yang digunakan maka semakin tinggi
konsentrasi trihalometan yang terbentuk. (26)
Limbah cair merupakan salah satu imdikator pencemaran terhadapa
air. Penggunaan kaporit pada limbah cair dengan menggunakan dosis yang
sesuai maka tidak akan menyebabkan pembentukan senyawa trihalometan
yang sifatnya racun dan karsinogenik. Kaporit menghasilkan penurunan
E.coli dengan menggunakan teknik penambahan dosis yang meningkat,
semakin tinggi bahan organik semakin tinggi pula kadar kaporit yang
diinginkan. (27)
Penggunaan kaporit dalam proses desinfeksi harus dengan dosis yang
tepat yaitu memperhitungkan Daya Sergap Chlor (DPC). Jumlah kebutuhan
kaporit merupakan total DPC dengan angka keamanan atau sisa klor yang
diharapkan. Aliran air yang sifatnya kontinyu sangat diperlukan untuk cara
pembubuhan kaporit yang dilakukan secara bertahap dengan menggunakan
alat Chlorine diffuser. Kelebihannya adalah kadar kaporit tercampur dalam
air terurai secara perlahan, tidak menimbulkan bau serta dapat mudah
diterapkan. (25)
D. Tinjauan Umum tentang Klor
11

Klor adalah zat kimia sering digunakan karena harganya murah dan
masih mempunyai daya desinfektan sampai beberapa jam setelah
pembubuhan. Klor dapat membasmi bakteri dan mikroorganisme seperti
amuba, ganggang dan lain-lain, klor juga dapat mengoksidasi ion-ion logam
seperti Fe2+ dan Mn2+ menjadi Fe3+ dan Mn4+. Klor juga dapat memecahkan
molekul organis seperti warna, yang selama prosesnya klor direduksi sampai
menjadi klorida yang tidak mempunyai daya desinfeksi. Klor berasal dari gas
clor Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2 atau larutan asam hipoklorit.(19)
Sisa klor yang dihasilkan dari proses kloronasi air dapat digunakan
dalam proses desinfeksi air. Jika sisa klor dalam kondisi normal maka proses
desinfeksi juga akan berlangsung dengan baik. Klor yang masuk ke dalam
tubuh akan menyebabkan terpaparnya tubuh secara langsung pada bagian
mata, selaput lendir dan termasuk kulit. Kadar sisa klor yang tinggi
merupakan hasil pemberian dosis yang tinggi sehingga menimbulkan
dampak terhadap kesehatan. (28)
Daya sergap klor merupakan selisih antara jumlah Cl2 yang diberikan
ke dalam air dengan sisa klor bebas pada akhir waktu percobaan. Waktu
kontak percobaan biasanya 30-60 menit. Pemakaian gas klor cair dengan
tekanan tinggi kurang lebih 75 kg/cm, dilewatkan expansion valve set
sehingga berubah menjadi gas. Klor berbentuk gas kemudian diinjeksi ke
dalam sebagian air yang akan diolah, air yang mengandung kadar klor tinggi
tersebut dicampur dengan air biasa sampai terjadi kadar klor yang diinginkan.
Penentuan daya sergap klor membutuhkan bahan larutan kaporit 2 gr/ltd dan
indikator ortholidine, efektifitas dan klorinasi tergantung pada kondisi air,
suhu, ph, dan waktu kontak. (19)
Klor merupakan desinfeksi yyang paling banyak dijumpai dalam
bentuk pada, gas, dan cair. Klr juga merupakan bahan yang banyak digunakan
dalam pengelohan air. Klor banyak digunakan karena mudah didapatkan dan
daya desinfeksinya tahan sampai beberapa jam setelah pembubuhan. Fungsi
klor sebagai desinfektan pada air untuk mendesinfeksi tangki air baku,
12

penampungan air bersih, mengontrol pertumbuhan algae pada bak-bak


sedimentasi, filtrasi dan menghambat pertumbuhan lendir didalam pipa. (29)
Klor atau klorin merupakan unsur kimia memiliki simbol Cl dan
nomor atom 17. Klor merupakan unsur murni yang berbentuk gas berwarna
kuning kehijauan. Klor dapat bergabung dengan hampir seluruh unsur lain
karena merupakan unsur bukan logam yang sangat elektronegatif. (30)
Cl2, HOCl, OCl, NH2Cl, dan NCl3 merupakan sisa klor aktif yang
bersifat toksik (racun) bagi kuman. HOCl lebih aktif dalam membunuh
kuman dibandingkan dengan OCl-. Efektifitas dari klorinasi tergantung pada
kondisi air, suhu, ph, dan waktu kontak. (19)
Klor merupakan senyawa yang digunakan untuk metode klorinasi.
Metode klorinasi digunakan untuk mendesinfeksi bakteri yang akan
mempengaruhi rasa dari air bersih yang didesinfeksi dengan peralatan yang
yang membutuhkan biaya cukup mahal. (31)
BAB III

PROSEDUR KERJA

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pemeriksaan
kadar klorin, klor segera, dan klor tetap adalah sebagai berikut:
1. Alat
a. Botol sampel 1500 ml 1 buah
b. Bulb 1 buah
c. Cuvet 2 buah
d. Gelas beaker 1000 ml 1 buah
e. Gelas ukur 1000 ml 1 buah
f. Komparator kit 1 unit
g. Magnetic stirrer 1 pasang
h. Pipet ukur 1 buah
i. Rak tabung 1 buah
j. Stirrer 1 buah
k. Stopwatch 1 buah
2. Bahan
a. Air sampel 1500 ml
b. Aquades secukupnya
c. DPD Total Chlorine Reagent 2 bungkus
d. Kertas label Secukupnya
e. Larutan Kaporit 1% 1 ml
f. Tisu secukupnya
B. Waktu dan Tempat
1. Waktu dan tempat pengambilan sampel
a. Waktu : Jum’at, 05 Maret 2021 pukul 09.00 WITA
b. Tempat : Danau Universitas Hasanuddin
2. Waktu dan tempat pemeriksaan sampel
a. Waktu : Jum’at, 05 Maret 2021 09.30 WITA

13
14

b. Tempat : Laboratorium Terpadu Kimia Biofisika Fakultas


Kesehatan Masyarakat Unversitas Hasanuddin
C. Prosedur Kerja
1. Pengambilan sampel
a. Disiapkan botol sampel.
b. Dibilas botol sampel dengan sampel air danau Universitas Hasanuddin
sebanyak 3 kali.
c. Dimasukkan botol sampel ke dalam air danau dengan ke dalaman
sekitar 20 cm hingga botol sampel terisi penuh, lalu ditutup botol
sampai tidak terdapat gelembung di dalam botol sampel.
d. Dilakukan pemeriksaan segera.
2. Pembuatan control
a. Disiapkan cuvet sebanyak 1 buah untuk sampel.
b. Dimasukkan aquades kedalam cuvet sebanyak 5 ml.
3. Pemeriksaan klor segera
a. Disiapkan 1 buah gelas beaker 1000 ml dan 1 buah gelas ukur 1000
ml.
b. Dimasukkan sebanyak 1000 ml sampel air ke dalam gelas ukur 1000
ml lalu di masukkan ke dalam gelas beaker 1000 ml.
c. Ditambahkan larutan kaporit konsentrasi 1% sebanyak 1 ml ke dalam
sampel air
d. Dimasukkan magnetic stirrer ke dalam gelas beaker 1000 ml.
e. Dihomogenkan sampel dengan stirrer selama 2 menit.
f. Sampel air didiamkan selama 30 menit untuk pemeriksaan klor tetap
setelah dihomogenkan.
g. Dimasukkan sampel air ke dalam cuvet sebanyak 5 ml menggunakan
pipet ukur untuk pemeriksaan klor segera.
h. Ditambahkan 1 bungkus DPD Total Chlorine Reagent ke dalam cuvet
dan dihomogenkan selama 15 detik dengan cara membolak-balikkan
cuvet lalu didiamkan selama 2 menit.
15

i. Didiamkan sampel selama 2 menit lalu dimasukkan dan diperiksa


menggunakan alat komparator kit.
j. Dicatat nilai yang tertera pada komparator kit.
4. Pemeriksaan klor tetap
a. Disiapkan 1 buah cuvet untuk air sampel.
b. Dibilas cuvet menggunakan aquades sebanyak 3 kali.
c. Diambil sampel yang telah di diamkan selama 30 menit sebanyak 5 ml
dengan menggunakan pipet ukur lalu dipindahkan ke cuvet.
d. Ditambahkan DPD Total Chlorine Reagent, kemudian dihomogenkan
dengan cara membolak-balikkan cuvet selama 15 detik dan didiamkan
selama 2 menit.
e. Dilakukan pemeriksaan klor tetap dengan menggunakan komparator
kit.
f. Dicatat nilai yang tertera pada komparator kit.
1. Perhitungan pada percobaan desinfeksi
Adapun rumus untuk menghitung percobaan desinfeksi adalah
sebagai berikut:
a. Daya sergap klor :
Daya sergap = klor segera - klor tetap
b. Jumlah klor :

Jumlah klor = daya sergap + angka keamanan

Keterangan:
Angka keamanan = 0,3 mg/l
c. Jumlah kaporit :A
Jumlah kaporit = jumlah klor × Konsentrasi larutan kaporit 1%
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh kelompok empat
di Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin tentang Percobaan Desinfeksi pada Air Danau di
Danau Universitas Hasanuddin adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Pemeriksaan Klor Segara, Klor Tetap
pada Sampel Air Danau di Danau
Universitas Hasanuddin
Kota Makassar
No. Pemeriksaan Hasil
1. Klor segera 2,5 mg/l
2. Klor tetap 2,0 mg/l
Sumber: Data primer, 2021
Pemeriksaan kadar klorin dilakukan pada air danau Universitas
Hasanuddin. Sampel air diperiksa di Laboratorium Kimia Biofisik FKM
Unhas. Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, diketahui kadar klor
segera 2,5 mg/l, dan kadar klor tetap yaitu 2,0 mg/l.
Berdasarkan data di atas, perhitungan daya serap klor, jumlah klor,
dan jumlah kaporit adalah sebagai berikut:
a. Daya sergap klor
Daya sergap klor = Klor segera – Klor tetap
= 2,5 mg/l – 2,0 mg/l
= 0,5 mg/l
b. Jumlah klor
Jumlah klor = Daya sergap klor + Angka keamanan
= 0,5 mg/l + 0,3 mg/l
= 0,8 mg/l

16
17

c. Jumlah Kaporit
Jumlah kaporit = Jumlah klor × konsentrasi larutan Kaporit
= 0,8 mg/l × 100
= 80 mg/l
B. Pembahasan
Percobaan yang dilakukan oleh kelompok satu adalah percobaan
desinfeksi pada air danau di Danau Universitas Hasanuddin Kota Makassar
bertujuan untuk mengetahui jumlah kaporit pada air danau di Danau
Universitas Hasanuddin Kota Makassar. Dilakukan pada Jum’at pukul 09.00
WITA menggunakan botol sampel 1500 ml.Tujuan dilakukannya
pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar klorin pada air danau
Universitas Hasanuddin dan mengetahui jumlah kaporit yang dibutuhkan
untuk desinfeksi pada air danau di Universitas Hasanuddin.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mencuci botol sampel
dengan air sampel yang akan diambil sebanyak tiga kali agar keadaan botol
sama dengan keadaan air sampel dan memastikan tidak ada kontaminan lain
yang menempel pada botol selain yang terkandung dalam air sampel dan
kemudian diisi dengan air sampel. Proses pengambilan sampel air dilakukan
dengan langsung memasukkan botol ke dalam danau sampai botol sampel
terisi penuh dan air dapat masuk ke dalam botol tanpa adanya gelembung
udara. Saat mengambil sampel, harus dipastikan bahwa tidak terdapat
gelembung di dalamnya, agar tidak terjadi reaksi kimia zat-zat yang ada di
dalam air. Sampel tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium Terpadu Kimia
Biofisik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan jumlah kaporit pada air sampel tersebut.
Sampel diambil lalu dilakukan pemeriksaan jumlah kaporit pada air
danau. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Pemeriksaan yang pertama dilakukan adalah
pemeriksaan klor segera. Pemeriksaan dilakukan dengan cara satu gelas ukur
1000 ml disiapkan kemudian dibilas dengan air sampel dan akuades.
Dituangkan ke dalam gelas beaker sebanyak 1000 ml dan ditambahkan
18

larutan kaporit 1% sebanyak 1 ml kedalam air sampel dengan menggunakan


pipet ukur.
Langkah selanjutnya adalah dimasukkan magnetic stirrer ke dalam
gelas beaker dengan cara menempelkan magnetic stirrer dari ujung bibir
gelas beaker sampai kebawah. Sampel lalu dihomogenkan dengan alat stirrer
selama 2 menit. Dipipet air sampel yang telah dihomogenkan kedalam cuvet 1
sebanyak 5 ml lalu ditambahkan DPD total chlorine reagent sebanyak 1
bungkus, kemudian dihomogenkan dengan cara membolak-balikkan cuvet.
Cuvet sampel dan cuvet kontrol dimasukkan ke dalam comparator kit, dengan
cuvet sampel berada disebelah kanan cuvet kontrol. Setelah itu, Colour disk
yang ada dalam comporator kit diputar hingga diperoleh warna yang sesuai
dengan warna sampel. Nilai yang terlihat pada comporator kit kemudian
dicatat. Sampel yang ada dalam gelas beaker didiamkan selama 30 menit
untuk pemeriksaan selanjutnya.
Pemeriksaan selanjutnya adalah klor tetap. Air yang telah didiamkan
selama 30 menit dimasukkan ke dalam cuvet sebanyak 5 ml, kemudian
dimasukkan DPD total chlorine reagent kedalam cuvet sampel sehingga
mengalami perubahan warna lalu dihomogenkan hingga warna tersebut rata.
Masukkan cuvet sampel kedalam comporator kit dan letakkan disebelah
kanan cuvet kontrol. Colour disk yang ada dalam comporator kit diputar
hingga diperoleh warna yang sesuai dengan warna sampel. Berdasarkan
pemeriksaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa kadar klor segera
yang diperoleh sebesar 2,6 mg/l. Nilai klor segera dan klor tetap yang
didapatkan kemudian digunakan untuk menghitung daya sergap klor.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, dapat diketahui bahwa daya segap klor
sebesar 1,1 mg/l karena bahan desinfektan yang akan digunakan adalah
kaporit, sisa Cl2 aktif yang dipersyaratkan untuk angka keamanan air bersih
yaitu 0,3 mg/l sehingga klor yang dibutuhkan sebesar 1,4 mg/l.
Berdasarkan hasil perhitungan daya sergap dan nilai klor yang
dibutuhkan, maka didapatkan jumlah kebutuhan kaporit pada proses
desinfeksi air adalah sebesar 140 mg/l. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
19

Republik Indonesia Nomor 416 tahun 1990 diatur batas maksimal sisa klorin
bebas pada air bersih adalah 0.5 mg/l. Proses desinfeksi akan berjalan dengan
efektif apabila dalam kondisi normal.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurmala, dkk tahun 2017 pada air di
Danau Ngade, menujukkan bahwa proses desinfeksi dengan menggunakan
kaporit dapat mengurangi kadar Fe dan Mn. Kadar Fe dan Mn yang terdapat
dalam air akibat dari membusuknya zat-zat organik. Cara penggunaan kaporit
pada proses desinfeksi yang dilakukan dengan meneteskan larutan kaporit ke
dalam air. (12)
Desinfektan diperoleh dari bahan kimia seperti ion-ion yang terdapat
dalam kaporit dan bahan fisika dari cahay matahari. Fungsi desinfeksi adalah
untuk membunuh kuman-kuman yang ada pada air dengan menggunakan
desinfektan seperti kaporit. Kelebihan penggunaan kaporit bisa berdampak
pada kesehatan seperti iritasi pada mata dan kulit.(7)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, diketahui kadar
klor pada Air Danau di Danau Universitas Hasanuddin Kota Makassar
sebagai berikut:
1. Jumlah klorin pada Air Danau di Danau Universitas Hasanuddin Kota
Makassar adalah 0,8 mg/l.
2. Jumlah kaporit yang dibutuhkan untuk Air Danau di Danau Universitas
Hasanuddin Kota Makassar adalah 80 mg/ l.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh praktikan yaitu:
1. Kepada pemerintah, agar melakukan pengawasan kualitas sumber air
bersih secara berkala.
2. Kepada masyarakat, agar memperhatikan kualitas air yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah terjadinya penyakit yang
disebabkan oleh air tercemar.
3. Kepada institusi, agar melengkapi peralatan praktikum di laboratorium
sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif.
4. Kepada asisten, agar senantiasa membimbing dan mengawasi praktikan
untuk mencegah terjadinya kesalahan pada saat praktikum kesehatan
lingkungan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Muzayana FU, Hariani S. Analisis Warna, Bau dan pH Air Disekitar


Tempat Pembuangan Akhir II Karya Jaya Musi 2 Palembang. Alkimia J
Ilmu Kim dan Terap. 2019;3(1):16–9. Available From:
http://jurnal.radenfatah.ac.id [diakses 11 Maret 2021]

2. Lihawa F, Mahmud M. Evaluasi Karakteristik Kualitas Air Danau Limboto.


J Pengelolaan Sumberd Alam dan Lingkung. Journal Nat Resour Environ
Manag. 2017;7(3):260–6. Available from: https://journal.ipb.ac.id [diakses
11 Februari 2021]

3. Rahman MA, Nurul H, Ahmad AS. Komparasi Metode Data Mining K-


Nearest dengan Naïve Bayes untuk Klasifikasi Air Bersih. Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 2018;2(12):6346-
6353 pp. Available from: http://j.ptjik.ac.id [diakses 11 Februari 2021]

4. Nofita D, Deri SN. Perbandingan Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol 70%
dengan Ekstrak Air Daun Surian (Toona Sureni Merr.). J Sains dan
Teknologi.2020;12(2):79-84.Available
from:http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id [diakses 11 Maret 2021].

5. Sari M, Mifta Huljana. Analisis Bau, Warna, TDS, PH, dan Salinitas Air
Sumur Gali di Tempat Pembuangan Akhir. J Ilmu Kimia dan Terapan.
2019;3(1):1-5. Available from: http://jurnal.radenfatah.ac.id.[diakses 11
Maret 2021]

6. Pontororing M E, Pinontoan O R, Sumampouw O J. Uji Kualitas Air Bersih


dari PT. Air Manado Berdasarkan Parameter Biologi dan Fisik di Kelurahan
Batu Kota Manado. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2019 Okt; 8(6).
Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id [diakses 14 Maret 2021].

7. Mokodompit M S P, Umboh J M, Pinontoan O R. Uji Kualitas Air Danau


Berdasarkan Kandungan Escherichia Coli dan Total Coliform di Danau
Mooat Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Tahun 2019. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 2020 Mar; 9(2).Available from:.
http://jurnal.radenfatah.ac.id.[diakses 11 Maret 2021]

8. Khanna A. An Overview of Technology Driven Solutions To the Water


Crisis in Developing Nations. Int J Soc Sci Econ Res. 2020;05(05):1296.
Available from: https://ijsser.org [Diakses 12 Maret 2021]

9. Kurniawati RD, et.all. Peningkatan Akses Air Bersih Melalui Sosialisasi


dan Penyaringan Air Sederhana Desa Haurpugur. 2020;1(2):136-143 pp.
Available from: ejournal.ac.id [diakses 11 Maret 2021]

21
22

10. Dewantara IGY, Suyitno BM, Lesmana IGE. Desalinasi Air Laut Berbasis
Energi Surya Sebagai Alternatif Penyediaan Air Bersih. J Tek Mesin.
2018;7(1):1. Available from: https://media.neliti.com [diakses 12 Maret
2021].

11. Harijati S, Sadjati IM, Handayani SK, Dkk. Optimalisasi Peran Sains &
Teknologi untuk Mewujudkan Smart City [Internet]. Universitas Terbuka.
2017. 211–212 p. Available from: http://repository.ut.ac.id . [diakses 12
Maret 2021].

12. Burhan N, Nani N, Chairul A. Tinjauan Instalasi Pengelolaan Air Bersih


PDAM di Danau Ngade. Jurnal Sipil Sains. 2017;7(14):13-22 pp. Available
from: https://ejournal.unkhair.ac.id [diakses 13 Maret 2021]

13. Ramlah R, Soekendarsi E, Hasyim Z, Hassan, M S. Perbandingan


Kandungan Gizi Ikan Nila Oreochromis Niloticus Asal Danau Mawang
Kabupaten Gowa dan Danau Universitas Hasanuddin Kota
Makassar. BIOMA: Jurnal Biologi Makassar. 2016; 1(1). [cited 2021 Feb
27]. Available from:
http://journal-old.unhas.ac.id/index.php/bioma/article/view/1098/680

14. Nazir E W, Prajanti A, Nasution E L, Kusumardhani M, Kartiningsih S E.


Kajian Kualitas Air Danau Maninjau dan Danau Rawapening Melalui
Pendekatan Indeks Kualitas Air. Ecolab. 2017 Jan; 11(1):42-52. [cited
2021 Feb 27]. Available from: [diakses 13 Maret 2021]

15. Trisnaini I, Sunarsih E, Septiawati D. Analisis Faktor Risiko Kualitas


Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat. 2018 Mar; 9(1): 28-40. Available from:
http://ejournal.fkm.unsri.ac.id : [diakses 13 Maret 2021]

16. Rares JP, Sholichin M, Yuliani E. Analisis Pengelolaan Kualitas Air di


Perairann Danau Tondano. Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water
Resources Engineering. 2077; 7(2), 225-235. Available from:
https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/293 : [diakses
13 Maret 2021]

17. Muhtadi A, Yunasfi Y, Ma'rufi M, & Rizki, A. Morfometri dan Daya


Tampung Beban Pencemaran Danau Pondok Lapan di Kabupaten
Langkat, Sumatra Utara. OLDI (Oseanologi dan Limnologi di Indonesia).
2017; 2(2):49-63. [cited 2021 Mar 2]. Available from:
http://oldi.lipi.go.id/index.php/oldi/article/view/51

18. Ehteram M, Ferdowsi A, Faramarzpour M, Al-Janabi AMS, Al-Ansari N,


Bokde ND, et al. Hybridization of artificial intelligence models with
23

nature inspired optimization algorithms for lake water level prediction and
uncertainty analysis. Alexandria Eng J. 2021;60(2):2193–208. [cited 2021
Mar 2]. Available from:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1110016820306840

19. Amqam H, Ishak H S. Panduan Praktikum Mata Kuliah Praktikum


Kesehatan Lingkungan. 2021.

20. Kurniati E, dkk. Analisis Pengaruh pH dan Suhu pada Desinfeksi Air
Menggunakan Microbubble dan Karbondioksida Bertekanan. Jurnal of
Natural Resources and Environmental Management. 2020;10(2):247-256.
Available from: https://journal.ipb.ac.id [diakses 13 Maret 2021]
21. Wiyono N, Arief F, Isna S. Sistem Pengolahan Air Minum Sederhana
(Portable Water Treatment). Jurnal Konversi. 2017;6(1):27-35 pp.
Available from: https://pdfs.semanticscholar.org [diakses 13 Maret 2021]

22. Yusus AM, Achmad T, Nadyawatie W. Perbedaan Lama Waktu Paparan


Desinfeksi sinar UV terhadap Penurunan Jumlah Escherichia Coli pada
Air Bersih di PT Trisula Textile Industries. Jurnal Riset Kesehatan.
2018;10(1):20-24 pp. Available from: ojs.serambimekkah.ac.id [diakses
13 Maret 2021]

23. Cita DW, Retno A. Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Penggunaan
Kolam Renang di Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2017;7(1):26-
81 pp. Available from: http://journal.unair.ac.id [diakses 14 Maret 2021]

24. Miranti, Mahyu D. Pengaruh Lama Perendaman dalam Larutan Kaporit


dan Konsentrasi Asam Sitrat Terhadap Mutu Pectin Cair Kulit Pisang
Kepok. Jurnal Agroteknosains. 2018;2(2):263-270 pp. Available from:
portaluniversitasquality.ac.id [diakses 14 Maret 2021]

25. Widyawati A, Tri J, Onny S. Identifikasi Keberadaan Coliform pada Air


Bersih di Pelabuhan Tanung Emas Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2020;8(4):517-523. Available from:
https://ejournal3.undip.ac.id [diakses 14 Maret 2021]

26. Herdianti, et. all. Kalsium Hipoklorit sebagai Pengganti Larvasida Aedes
Aegypti . Jurnal Kesehatan. 2020;11(3):422-428. Available from:
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id [diakses 14 Maret 2021]

27. Patmawati, Sukmawati. Chlorinediffuser sebagai Metode Menurunkan


Total coliform Wai Sauq bantaran Sungai Mandar. Jurnal Kesehatan
24

Masyarakat. 2019;5(2):124-137. Available from: https://journal.lppm-


unasman.ac.id [diakses 14 Maret 2021]

28. Rozanto NE, Rudatin W, Kondisi Sanitasi Lingkungan Kolam Renang,


Kadar Sisa Klor, dan Keluhan Iritasi Mata. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2017;1(1):89-95. Available from: https://journal.unnes.ac.id [diakses 14
Maret 2021]

29. Ardiatama D, Surito. Analisis pengujian sisa klor di jaringan distribusi kiji
wtpi pt. jababeka infrastruktur cikarang menggunakan metode kolorimetri.
Jurnal Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan. 2019;6(1):1-7 pp.
Available from: https://www.jurnal.pelitabangsa.ac.id/index.php/jtpl
[diakses 14 Maret 2021]

30. Sofyan DK. Peramalan Kebutuhan Klorin (Cl2) Pada Bagian Produksi Di
PT Pupuk Iskandar Muda. Jurnal Industrial Engineering. 2018;7(1):30-35.
Available from: https://journal.unimal.ac.id [diakses 14 Maret 2021]

31. Pungut, Joko S, Didik N. Penerapan Logam Antimikroba (Kawat


Tembaga) untuk Menurunkan Kadar E-Coli, Total Coliform dan Tembaga
pada Air Sungai. Jurnal Teknik. 2021;19(1):14-21 pp. Available from:
http://jurnal.unipasby.ac.id [diakses 14 Maret 2021]
25

DOKUMENTASI

A. Alat dan Bahan


1. Alat

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.


Botol sampel 1500 ml Bulb Cuvet

Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.


Gelas beaker 1000 ml Gelas ukur 1000 ml Komparator Kit

Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9.


Magnetic stirrer Piper ukur Rak Tabung

Gambar 10. Gambar 11.


Stirrer Stopwatch
26

2. Bahan

Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14.


Air sampel Aquades DPD Total Chlorine
Reagent

Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17.


Kertas Label Larutan Kaporit 1% Tisu

B. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel

Gambar 18. Gambar 20.


Gambar 19. Masukkan botol sampel
Siapkan botol sampel Bilas botol sampel dengan sedalam 20 cm hingga terisi
air danau sebanyak 3 kali penuh, pastikan tidak ada
gelembung

Gambar 21.
Dilakukan
pemeriksaan segera
27

2. Pembuatan Control

Gambar 22. Gambar 23.


Cuvet sebanyak 1 Masukkan aquades
buah untuk sampel kedalam cuvet 5 ml
28

Anda mungkin juga menyukai