Anda di halaman 1dari 27

TUGAS PENDAHULUAN

PRAKTIKUM DASAR KESMAS (GIZI)

Antropometri dan Biokomia

NAMA : WAHYUNI AMALIYAH

NIM : K011181056

KELOMPOK 2

KELAS A

NAMA ASISTEN : NURHALISAH

NAMA KOORDINATOR LABORATORIUM : HERMAN, S.Gz


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
SOAL TP
1. Apabila seorang atlet atau olahragawan memiliki IMT lebih dari 25
(berdasarkan kategori IMT menurut WHO), apakah atlet tersebut langsung
dikategorikan overweight atau obesitas? Jelaskan!
Jawaban:
Terdapat hubungan bermakna persen lemak tubuh dengan kekuatan otot
(r=-0,670, p=0,024), semakin kecil persen lemak tubuh maka semakin besar
kekuatan otot. Persen lemak tubuh sesuai dengan rentang yang
direkomendasikan (7-14% untuk atlet bola basket) dan IMT normal atau lebih
dapat diasumsikan bahwa komposisi tubuh mengandung banyak massa tubuh
tanpa lemak (fat free weight/lean body mass). Massa tubuh tanpa lemak
meliputi massa otot, tulang, kulit, jaringan bukan lemak dan jaringan tubuh
lain, massa otot 40-50% dari massa tubuh tanpa lemak (Browers &Fox,
1988). Massa otot yang besar akan berpengaruh pada kekuatan otot.
Tabel kategori IMT (WHO 2000)
Klasifikasi BMI (kg/m2)
Underweight < 18,50
- Severe thinness < 16,00
- Moderate thinness 16,00-16,99
- Mild thinness 17,00-18,49

Normal 18,50-24,49
Overweight ≥25,00
- Pre-obesitas 25,00-29,99
Obesitas ≥ 30,00
- Obesitas kelas I 30,00-34,99
- Obesitas kelas II 35,00-39,99
- Obesitas kelas III ≥ 40,00

Berdasarkan tabel di atas seseorang dengan IMT ≥25,00 termasuk dalam


kategori overweight dan obesitas. Namun, yang harus diketahui pada seorang
olahragawan yang memiliki IMT ≥25,00 belum bisa dikatakan termasuk
dalam kategori di atas. Karena olahragawan memiliki massa otot, dimana
massa otot tersebut membuat IMT olahragawan besar. Massa otot yang yang
besar akan mempengaruhi kekuatan otot olahragawan, sehingga olahragawan
belum bisa dikatakan overweight maupun obesitas. Selain itu, olahragawan
juga melakukan aktifitas fisik yang banyak sehingga simpanan lemak di
tubuhnya bisa disesuaikan dengan kegiatannya.
Referensi:
Setiowati, A., 2014. Hubungan indeks massa tubuh, persen lemak tubuh,
asupan zat gizi dengan kekuatan otot. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan
Indonesia [Online] Juli 2014, 36.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki/article/viewFile/4394/3765
, [diakses 10 April 2020]
Sirajuddin, S., dkk., 2020. _Penuntun Praktikum Dasar Kesehatan
Masyarakat. _ Makassar : Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
2. Jelaskan alasan mengapa tinggi lutut digunakan sebagai prediktor tinggi
badan khususnya pada usila? Sertakan pula kondisi apa saja (selain usila)
yang memperbolehkan penggunaan tinggi lutut sebagai prediktor tinggi
badan?
Jawaban:
Antropometri merupakan salah satu metode untuk menentukan status
gizi [5]. Pada dasarnya pengukuran antropometri lansia sama dengan usia
lainnya, tetapi terkadang memerlukan cara yang berbeda untuk memberikan
hasil yang lebih tepat [6]. World Health Organization merekomendasikan
tinggi lutut untuk digunakan sebagai prediktor tinggi badan pada seseorang
yang berusia lebih dari 60 tahun [7]. Tinggi lutut merupakan salah satu
pengukuran yang dapat memprediksi tinggi badan dengan diuji metode
regresi statistik yang menghasilkan nilai relasi yang tinggi [17], dan juga
menunjukkan korelasi yang sangat kuat dengan tinggi badan dengan tingkat
eror yang sedikit [20]. Beberapa penelitian internasional menunjukkan bahwa
estimasi pengukuran tinggi badan berdasarkan tinggi lutut mudah dilakukan
pada lansia (60 tahun lebih) [18,22]. Prediktor tinggi lutut juga dapat
diterapkan pada orang yang diamputasi bagian kaki, mengalami
pembengkokan tulang belakang, atau yang tidak dapat bangun dari tempat
tidur [8,24].
Selain itu, tinggi lutut digunakan sebagai prediktor tinggi badan
khusunya usila karena usila biasanya memiliki kelainan bentuk tubuh dan
tidak dapat berdiri.
Referensi:
Azkiyah, WSN., Dian Handayani., & Holipah., 2016. Validitas estimasi
tinggi badan berdasarkan tinggi lutut pada lansia di kota Malang.
Indonesian Journal of Human Nutrition [Online] Desember 2016, 93 –
104. https://ijhn.ub.ac.id/index.php/ijhn/article/view/159/165, [diakses
10 April 2020]
Sirajuddin, S., dkk., 2020. _Penuntun Praktikum Dasar Kesehatan
Masyarakat._ Makassar : Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
3. Jelaskan pengaruh pengukuran WHR-Lingkar Pinggang dan Panggul
terhadap obstruktif sleep apnea (OSA)
Jawaban :
Lingkar pinggang merupakan salah satu indikator untuk menentukan jenis
obesitas yang diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang
ditentukan di antara crista illiaca dan costa XII pada lingkar nilai, dengan
pita meteran non-elastis (ketelitian 1 mm). Pada penelitian lain yang
dilakukan Wang dkk. (2005), ukuran lingkar pinggang yang berkaitan
dengan peningkatan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskuler karena
lingkar pinggang dapat dipertimbunkan dari lemak intraabdominal atau lemak
visceral. Berikut ini diumumkan teknik pengukuran lingkar pinggang
menurut Riskesdas 2013 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013).
Lingkar panggul Lingkar panggul juga merupakan salah satu indikator
untuk menentukan jenis obesitas yang diperoleh melalui hasil pengukuran
panjang lingkaran maksimal dan hasil pada bagian atas simphysis ossis
pubis. Lingkar panggul yang besar (tanpa menilai IMT dan lingkar nilai)
memiliki risiko DM dan penyakit kardiovaskuler yang lebih rendah
dibandingkan dengan obesitas berbentuk apel. Berikut dijabarkan teknik
pengukuran lingkar pinggang menurut Riskesdas 2013 (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013).
Menurut Kohler (2009), menunjukkan bahwa kelebihan berat badan atau
obesitas meningkatkan risiko untuk mengembangkan apnea tidur obstruktif
(OSA) pada remaja. Hasil menunjukkan bahwa peningkatan risiko di
kalangan remaja kelebihan berat badan dan obesitas mungkin disebabkan
perkembangan perubahan seperti pengurangan dalam nada saluran nafas atas
dan perubahan struktur anatomi. Waktu tidur, mekanisme pernafasan
mengalami perubahan saat inspirasi. Otot-otot dilator faring berkontraksi 50
mili-detik sebelum kontraksi otot pernafasan, sehingga lumen faring tidak
kolaps akibat tekanan intrafaring yang negatif oleh karena kontraksi otot
dinding dada dan diafragma. Saat tidur aktivitas otot dilator faring yang
strukturnya sangat lentur relatif tertekan (relaksasi) sehingga ada
kecenderungan lumen faring menyempit pada saat inspirasi. Saat inspirasi,
tekanan intralumen menjadi negatif guna menyedot udara dari luar kedalam
paru. Tekanan negatif cenderung menyebabkan kolaps otot-otot saluran nafas
atas. Di sisi lain, tekanan negatif pula yang mengaktivasi otot fasik
(genioglossus) untuk melawan kolaps sehingga jalan nafas tetap terbuka
ketika ekspirasi. Tekanan negatif pada saluran nafas mengaktivasi
mekanoreseptor yang terletak pada laring. Kemudian, menghantarkan
rangsang aferen ke saraf laringeal superior. Selanjutnya, diteruskan ke
motorneuron hipoglossus sehingga otot genioglossus berkontraksi membuka
jalan nafas. Seseorang dengan mengalami OSA, lumen saluran nafas lebih
sempit daripada orang normal. Lumen yang sempit mengakibatkan tekanan
negatif yang lebih besar sehingga diperlukan tenaga yang lebih besar untuk
melawan efek kolaps akibat tekanan negatif. Sayangnya ketika pasien OSA
tidur, upaya kontraksi genioglossus tidak cukup melawan tekanan negatif
sehingga berakibat obstruksi (Felix, 2008). Remaja dengan kelebihan berat
badan (obesitas) sewaktu tidur otot faring relatif tertekan (relaksasi) sehingga
ada kecenderungan lumen faring menyempit pada saat inspirasi, sehingga
timbul suara mendengkur timbul akibat turbulensi aliran udara pada saluran
nafas atas akibat sumbatan. Sumbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot
faring berelaksasi, lidah dan platum jatuh kebelakang sehingga obstruksi.
Obstruksi yang diperberat oleh timbunan lemak berlebih dan edema karena
vibrasi yang terjadi pada waktu mendengkur dapat berperan pada
progresivitas mendengkur menjadi henti nafas (sleep apnea)
Referensi :
Susetyowati., dkk., 2018. Peranan gizi dalam upaya pencegahan penyakit
tidak menular [ e-book]. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press
https://books.google.co.id/books?
id=f9ynDwAAQBAJ&pg=PA96&dq=Lingkar+Pinggang+dan+Panggul+PA
DA+OBESITAS&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjeypHv4eDoAhV763MBHZ
58BEkQ6AEIMjAB, [diakses 11 April 2020]
Rahman., US., Handoyo., & Pujo Rohadi., 2012. HUBUNGAN OBESITAS
DENGAN RISIKO OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA (OSA) PADA
REMAJA. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawata [Online], Februari hal 44-56
http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/JIKK/article/viewFile/67/6
2, [diakses 11 April 2020]
4. Jelaskan mengapa orang dengan ukuran lingkar perut yang besar lebih
beresiko untuk terkena penyakit jantung? Berapakah nilai ambang batas
lingkar perut laki-laki dan perempuan Indonesia?
Jawaban :
Perut buncit atau obesitas sentral merupakan pertanda adanya bahaya
yang mengancam kesehatan kita. Meski tidak ada keluhan, dalam tubuh orang
yang berperut buncit sudah terjadi gangguan metabolisme yaitu Sindrom
Metabolik yang meningkatkan risiko diabetes mellitus serta penyakit jantung
dan pembuluh darah. Kenali sindrom metabolik lebih dini agar kita terhindar
dari bahaya kesehatan yang lebih besar. Faktor risiko obesitas adalah faktor
lingkungan faktor genetic dan lingkungan, namun perubahan pola makan
yang bergeser ke arah makanan tinggi kalori dan perubahan pola hidup
modern yang kurang gerak atau aktivitas fisik sebagai penyebab utama
terjadinya obesitas yang kini kian meningkat. Cara sederhana untuk
menentukan terjadinya obesitas sentral adalah dengan mengukur lingkar
perut. Pengukuran dilakukan pada bagian pinggang, di antara tulang panggul
bagian atas dan tulang rusuk bagian bawah. Seseorang dikatakan obesitas
sentral bila lingkar perutnya >90 cm (untuk pria) atau >80 cm (untuk
perempuan).
Ketika ukuran lingkar perut Anda memasuki batasan obesitas sentral,
biasanya tidak menimbulkan keluhan atau gejala penyakit, tapi bisa saja
sebenarnya sudah mulai terjadi bermacam gangguan metabolisme dalam
tubuh Anda dikenal sebagai Sindrom Metabolik yang di kemudian hari dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang lebih besar seperti diabetes mellitus
tipe 2, penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi atau tekanan darah tinggi,
stroke, perlemakan hati (fatty liver), dan gagal jantung.
Karakteristik obesitas abdominal sebagai faktor risiko yang lebih kuat
terhadap penyakit jantung dari pada obesitas secara umum adalah adanya
akumulasi lemak sekitar daerah abdominal.6 Salah satu cara menilai massa
lemak abdominal (subkutan dan intra abdominal) adalah dengan cara
pengukuran lingkar pinggang. Lemak intra abdominal menghasilkan protein
dan hormon tertentu seperti adipokin, inflamatori, angiotensinogen dan
kortisol yang berhubungan dengan penyakit kardiometabolik seperti
dyslipidemia, penyakit jantung coroner, dan hipertensi.6
Nilai ambang batas lingkar perut laki-laki dan perempuan Indonesia
Laki-laki (cm) Perempuan (cm)
90 80

Referensi:
Par’i., H M., Sugeng Wiyono., & Titus Priyo Harjatmo., 2017. Penilaian
Status Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Sirajuddin, S., dkk., 2020. _Penuntun Praktikum Dasar Kesehatan
Masyarakat. _ Makassar : Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Sari., MK., Nur Indrawati Lipoeto., & Rahmatian B Herman., 2016.
Hubungan lingkar abdomen (lingkar perut) dengan tekanan darah. Jurnal
Kesehatan Andalas [Online], hal 456-461
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/539/444,
[diakses 11 April 2020]
5. Bagaimana hubungan lingkar lengan atas (LILA) wanita usia subur dengan
kejadian BBLR? Jelaskan!
Jawaban:
Lingkar Lengan Atas (LiLA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko
kekurangan energi kronis pada Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran
lingkar lengan atas tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status
gizi dalam jangka pendek. Gizi ibu hamil adalah makanan atau zat-zat gizi
yang di butuhkan oleh seorang ibu yang sedang hamil baik pada trimester I,
trimester II, dan trimester III dan harus cukup jumlah dan mutunya dan harus
di penuhi dari kebutuhan makan sehari-hari sehingga janin yang
dikandungnya dapat tumbuh dengan baik serta tidak mengalami gangguan
dan masalah(Kristianasari W,2010 ). Pada kenyataannya di BPS Artiningsih
Surabaya terdapat sebagian besar ibu hamil yang mengalami lingkar lengan
atas kurang dari batas normal. Dan sebagian besar bayi lahir dengan BBLR di
BPS Artiningsih Surabaya.
Faktor yang mempengaruhi BBL pada ibu hamil meliputi umur ibu hamil,
Jarak Kehamilan/Kelahiran, paritas, Kadar Hemoglobin (Hb), status gizi ibu
hamil, Penyakit Saat Kehamilan,. Faktor yang berpengaruh pada lingkar
lengan atas kurang dari normal mampu terjadinya berat bayi lahir rendah
(BBLR) salah satunya disebabkan karena faktor pengetahuan . pengetahuan
yang kurang baik terhadap konsumsi nutrisi saat hamil akan berpengaruh
pada perkembangan lingkar lengan atas dengan berat badan bayi lahir (BBL) .
lingkar lengan atas pada ibu hamil dapat menpengaruhi proses pertumbuhan
janin, abortus, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, lahir
dengan berat badan rendah (BBLR), ibu dengan status gizi kurang sebelum
hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR di
bandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik ( normal ).
(Joeharno, 2008). Lingkar lengan atas yang kurang merupakan ukuran dari
kurangnya nutrisi pada ibu hamil yang menyebabkan resiko dan komplikasi
pada ibu pada saat hamil maupun bersalin antara lain : anemia, berat badan
ibu tidak bertambah secara normal. mudah terkena penyakit infeksi,
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya, dan pendarahan
setelah persalinan. lingkar lengan atas pada ibu hamil dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan janin, abortus, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, lahir dengan berat badan rendah (BBLR), ibu dengan status gizi
kurang sebelum hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi
BBLR di bandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal)
(Joeharno,2008).
Lingkar Lengan Atas (LiLA) merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi seseorang, karena mudah, murah dan cepat. Toidak
memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan
gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. LiLA
mencerminkan cadangan energy, sehingga dapat mencerminkan; 1) Status
KEP pada balita, 2) KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko bayi BBLR
Tabel klasifikasi Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal ≥23,5 cm
Bayi Usia 0-30 hari
KEP < 9,5 cm
Normal ≥ 9,5 cm
Balita
KEK < 12,5 cm
Normal ≥12,5 cm
Referensi:
Kamariyah , N., & Musyarofah., 2016. lingkar lengan atas ibu hamiil akan
mempengaruhi peningkatan berat badan bayi lahir di bps artiningsih
surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan [Online] Februari 2016, hal 98-105.
http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/article/view/92, [11 April 2020]
Sirajuddin, S., dkk., 2020. _Penuntun Praktikum Dasar Kesehatan
Masyarakat. _ Makassar : Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
6. Jelaskan bagaimana persentase lemak tubuh yang tinggi menyebabkan
seseorang mengalami pubertas lebih awal?
Jawaban:
Jika berat tubuh kritis atau massa lemak kritis diperlukan untuk memasuki
pubertas, bagaimana sistem metabolisme memberi sinyal sistem reproduksi
untuk melanjutkan dengan perkembangan pubertas? Salah satu sinyal yang
diusulkan adalah protein yang disebut leptin, yang diproduksi oleh sel-sel
adiposa (lemak). Peningkatan kadar leptin menekan nafsu makan melalui
umpan balik negatif ke hipotalamus.
Manusia yang kurang memiliki kemampuan untuk memproduksi leptin
atau reseptornya dapat gagal memasuki masa pubertas. Sebaliknya, anak-
anak yang kelebihan berat badan, yang memiliki kadar leptin lebih tinggi
daripada anak-anak dengan berat rata-rata, cenderung memasuki pubertas
lebih awal dari teman sebaya mereka. Ini terutama berlaku untuk anak
perempuan yang kelebihan berat badan. Dengan demikian, tingkat ambang
leptin mungkin diperlukan untuk inisiasi pubertas, yaitu leptin mungkin
memiliki efek permisif pada pubertas. Ini dapat membantu menjelaskan
mengapa gadis-gadis yang kekurangan gizi parah seperti mereka yang
menderita anoreksia nervosa, yang memiliki kadar leptin yang sangat rendah,
sering menunda pubertas.
Pada anak laki-laki dan perempuan, beredar kadar leptin sebelum onset
pubertas. Karena protein leptin-bonding dalam darah menurun pada masa
kanak-kanak, masa levert yang dapat dibayar dapat ditingkatkan secara
dramatis saat ini. Reseptor leptin ditemukan di hipotalamus dan hipofisis
serta sel gonad, dan studi menunjukkan bahwa leptin meningkatkan tingkat
pulsa GNRH. Pada orang dewasa, tingkat leptin lebih tinggi pada wanita
daripada pada laki-laki, dan perbedaan rawat inap ini tetap menjadi usia tua.
Harapan bahwa Leptin dapat digunakan sebagai terapi penambahan selera
untuk obesitas belum direalisasikan. Individu berat berlebihan memiliki
tingkat leptin yang beredar, namun peningkatan leptin ini tidak menghasilkan
pengurangan asap yang berbeda atau tingkat metabolisme yang meningkat.

Menarche adalah menstruasi pertama yang menjadi indikator seorang


remaja putri memasuki masa pubertas.
Jaringan lemak tubuh dalam memengaruhi permulaan pubertas dikaitkan
dengan kadar leptin yang disekresi oleh kelenjar adiposa. Pernyataan ini
selaras dengan penelitian Hendri, et al. (2009) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna dan korelasi positif kuat antara persentase lemak
tubuh dengan kadar leptin serum. Keterkaitan antara persen lemak tubuh
dengan usia menarche diperjelas oleh Uche-Nwachi, et al. (2007), tingginya
persen lemak tubuh menyebabkan kadar leptin serum meningkat, peningkatan
kadar leptin memicu peningkatan serum LH, dimana hormon ini berfungsi
untuk sekresi hormon esterogen dan progesteron dalam ovarium sehingga
semakin tinggi persen lemak tubuh seseorang maka jumlah hormon estrogen
dan progesteron dalam ovarium juga semakin meningkat lebih dini dari yang
seharusnya, kejadian ini yang mengakibatkan kematangan reproduksi terjadi
lebih awal, salah satunya ditandai dengan menstruasi pertama. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian (Dahliansyah, 2007; Prabasiwi, 2011;
Siswianti, 2012; dan Handayani, et al., 2013).
Gambar 2 menunjukkan tren persebaran persen lemak tubuh responden
berada di antara 20-29%, nilai tersebut termasuk dalam kategori persen lemak
tubuh healthy. Hampir sebagian besar mengalami menarche diusia 11 tahun.
Korelasi Spearman yang menunjukkan nilai p=0,048. Nilai p yang artinya
ada hubungan antara persen lemak tubuh dengan usia menarche. Kuat
hubungan antara kedua variabel ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi
Spearman sebesar -0,328 yang memiliki arti bahwa kedua variabel ini
memiliki hubungan namun kekuatan hubungan tersebut tergolong lemah.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini
sesuai dengan teori yang ada bahwa ada hubungan antara persen lemak tubuh
dengan usia menarche, semakin tinggi persen lemak tubuh seseorang maka
usia menarche akan semakin dini.
Referensi:
Makarimah, A., & Lailatul Muniroh., 2017. STATUS gizi dan persen lemak
tubuh berhubungan dengan usia menarche anak sekolah dasar di sd
muhammadiyah gkb 1 gresik. Media Gizi Indonesia [Online],
Desember 2017 hlm. 191–198 https://e-
journal.unair.ac.id/MGI/article/view/6200 , [diakses 11 April 2020]
Jones., RE., & Kristin H Lopez., 2014. Human Reproductive Biology. [e-
book]. USA: Academic Press is an imprint of Elsevier
https://books.google.co.id/books?id=M4kEdSnS-
pkC&pg=PA113&dq=a+higher+percentage+of+body+fat+causes+a+person+
to+increase+puberty+earlier&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj7jcDjg-
DoAhXZ7XMBHcjKBCMQ6AEIKDAA [diakses 11 April 2020]
7. Mengapa kadar glukosa dalam darah menurun setelah melakukan aktifitas
fisik?
Jawaban:
Aktivitas fisik yang dilakukakan oleh seseorang akan mempengaruhi kadar
gula darahnya. Peningkatan penggunaan glukosa oleh otot akan meningkat
saat seseorang melakukan aktivitas fisik yang tinggi. Hal tersebut disebabkan
glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar gula di dalam
darah tetap seimbang. Pada keadaan normal, keseimbangan kadar gula darah
tersebut dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dari sistem saraf, regulasi
glukosa dan keadaan hormonal.20 Teori lain menyebutkan bahwa aktivitas
fisik secara langsung berhubungan dengan kecepatan pemulihan gula darah
otot. Saat aktivitas fisik dilakukan, otot-otot di dalam tubuh akan bereaksi
dengan menggunakan glukosa yang disimpannya sehingga glukosa yang
tersimpan akan berkurang. Dalam keadaan tersebut akan terdapat reaksi otot
yang mana otot akan mengambil glukosa di dalam darah sehingga glukosa di
dalam darah menurun dan hal tersebut dapat meningkatkan kontrol gula
darah.21
Ketika melakukan aktivitas fisik, kadar gula darah dapat menurun karena
otot menggunakan glukosa untuk energi.
Referensi:
Nurayati., L., & Merryana Adriani., 2017. Hubungan Aktifitas Fisik dengan
Kadar Gula Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Open access
under CC BY – SA license [Online], 23 Oktober hal 80-87
https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/download/6229/3849, [diakses 11
April 2020]
Winarsi., H., 2010. Protein kedelai dan kecambah manfaatnya bagi kesehatan
[e-book]. Yogyakarta: Kanusius
https://books.google.co.id/books?
id=iwjYdKJDYfgC&pg=PA89&dq=kadar+glukosa+dalam+darah+menurun+
setelah+melakukan+aktivitas+fisik&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjOuIWcvO
DoAhW0IbcAHW89AU4Q6AEIMjAB, [diakses 11 April 2020]
8. Bagaimana hubungan kadar kolesterol total dalam darah dengan aktifitas fisik
seseorang?
Jawaban:

Dari hasil analisis korelatif, peneliti mendapatkan tiga hasil. Hasil


yang pertama, aktivitas fisik memiliki hubungan yang terbalik dengan
kadar kolesterol total dengan nilai koefisien korelasinya -0,302 dan nilai
p=0,001 yang menunjukkan bahwa hubungannya bermakna. Hasil
penelitian ini sejalan dengan teori, bahwa ketika melakukan aktivitas fisik,
tubuh akan melakukan pembetukan energy yang berupa adenosin
triphosphate (ATP) dari makanan yang dikonsumsi. Sehingga makanan
yang dikonsumsi tidak banyak dibentuk menjadi kolesterol, akibatnya
kadar kolesterol total di dalam tubuh menurun. Hasil penelitian ini juga
selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tunggul Waloya pada
tahun 2013 dan penelitian yang dilakukan Paul D.Lopirinzi dan Ovuokerie
Addoh pada tahun 2016, selain itu juga dijelaskan pada penelitian yang
dilakukan Wanda Barbara Pilch tahun 2015 bahwa aktivitas fisik memiliki
hubungan yang signifikan dengan kadar kolesterol total.11–13
Total cholesterol (TC) Yang diperlukan tubuh adalah Kurang dari
200 mg/dl, Batas normal tertinggi sebesar 200-239 mg/dl dan Lebih dari
240 mg/dl termasuk klasifikasi kolesterol tinggi. Agar total kolesterol,
LDL, TGA terkontrol, lakukan pengaturan makanan dan melakukan
aktivitas," saran dr Samuel Oetoro. Pengaturan makan ini beperan dalam
membatasi jumlah kolesterol yang masuk ke dalam tubuh. Tubuh dapat
menghasilkan kolesterol yang diperlukan di dalam tubuh yaitu oleh organ
hati.

Referensi:
Jafar., N., dkk., 2018. Penilaian Gizi. Makassar:

Zuhroiyyah., SF, Hadyana Sukandar., & Sunaryo Barki Sastradimaja., 2017.


Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Kolesterol Total, Kolesterol Low-
Density Lipoprotein, dan Kolesterol High-Density Lipoprotein pada
Masyarakat Jatinangor. JSK [Online] 3 Maret, hlm 116-122
http://jurnal.unpad.ac.id/jsk_ikm/article/view/11954, [diakses 11 April 2020]

9. Jelaskan Prosedur kerja pembuatan supernatan HDL dan pemeriksaan HDL,


berapa kadar normal HDL, serta jelaskan bagaimana meningkatkan
Kolesterol-HDL
Jawaban:
Prosedur kerja pembuatan supernatant HDL dan pemeriksaan HDL:
a. Tahap persiapan
 Larutan kerja yang siap digunakan:
1×4 ml larutan pengendap
Dropper untuk minimal 100 Ui (test)
Konsentrasi dalam larutan reagen adalah
- Dekstran sulfat
- Magnesium Asetat
- Stabilizer
 Penyimpanan dan kestabilan/stabilitas
Ketika disimpan pada suhu 2-80C, reagen akan tetap stabil sampai
tanggal kedaluwarsa yang tercantum pada label.
 Sampel
Serum. Pemisahan fraksi HDL harus dilakukan sesegera mungkin;
sebaliknya, dianjurkan untuk membekukan sampel di suhu -15oC.
Penyimpanan dengan cara ini, sampel akan tetap stabil hingga 1
minggu.
b. Tahap Analisis
 Reaksi pengendapan
- Sampel 0.3 mL
- Larutan pengendapan 1 tetes
- Campur dan biarkan selama 15 mint pada suhu ruang (20-25OC).
Sentrifuge pada 2000 ×g (1500 – 2300 rpm) / 15 min. or 10.000
× g (8000 – 12000 rpm) / 2 min.
- Tentukan konsentrasi kolesterol dalam supernatant.
 Penetapan Kolesterol
- Masukkan supernatant sebanyak 0,01 Ml pada tabung SA
- Masukkan Standar sebanyak 0,01 Ml pada tabung ST
- Masukkan Reagen masing-masing1 Ml pada tabung BI, SA, dan
ST
- Campur rata dan biarkan selama 5 menit pada suhu 37 oC, atau 10
menit pada suhu ruang.
- Baca:
o Panjang gelombang: Hg 546 nm; 505 nm
o Blanko adalah tabung BL
o Standar adalah tabung ST
o Sampel adalah tabung SA
o Kestabilan warna: 1 jam (ketika terlindungi dari sinar
matahari langsung).
c. Tahap perhitungan
SA. A. bs ×200 × 1,13 = mg HDL – Cholesterol / dL
ST. Abs
SI Units
( mg/ dL ) × 0,0259 = mmol / L
d. Tahap Interpretasi
Gangguan LIPID
Kolesterol < 200 mg/ dL Tidak
Trigliserida < 200 mg/ dL
Kolesterol 200-300 mg/ dL Ya
Jika HDL Kolesterol <35 mg/ dL
Kolesterol >300 mg/ Dl Ya
Trigeliserida > 200 mg/ dL

Kadar normal HDL


Laki-Laki ≥ 35 mg/dl

Perempuan ≥ 45 mg/dl

Cara meningkatkan Kolesterol-HDL


Meningkatkan kadar kolesterol-HDL tidak semudah menurunkan kadar
kolesterol-LDL. Walaupun demikian pada dasarnya penatalaksanaan kasus
dengan kadar kolesterol-HDL rendah terdiri atas non-farmakologis dan
farmakologis. 5,7,16,17
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
 Perencanaan makan dan olahraga
Perencanaan makan bukan hanya mengurangi jumlah asupan kalori
tetapi juga mengatur komposisi makanan. Subtitusi lemak mono-
unsaturated yang lebih besar dibandingkan poly-unsaturated secara
umum menurunkan kolesterol-LDL tanpa menurunkan kolesterol-
HDL. Olah raga dapat meningkatkan kadar kolesterolHDL dan
menurunkan kolesterol-LDL. Pada individu obes, membatasi asupan
kalori disertai olah raga sangat bermanfaat meningkatkan kolesterol-
HDL.18-20
 Hentikan merokok
Walaupun mekanisme belum jelas, tetapi dengan menghentikan
merokok ternyata dapat meningkatkan kadar kolesterol-HDL.19,21-23
 Alkohol
Konsumsi alkohol satu dua sloki dikatakan dapat meningkatkan
kolesterolHDL.19-21
b. Penatalaksanaan farmakologis
Pada saat ini dipasarkan lima jenis obat untuk dislipidemia yaitu golongan
resin (Questran), HMG-coA reductase inhibitor atau golongan statin,
derivat asam fibrat, asam nikotinik (Niaspan), dan penghambat resorbsi
kolesterol di usus yaitu ezetrol (Ezetimibe). Tiga jenis obat terbukti
mempunyai efek untuk meningkatkan kolesterol-HDL, yaitu golongan
statin, derivat asam fibrat, dan asam nikotinik. Obat yang terakhir yaitu
asam niotinik terbukti sangat bermanfaat meningkatkan kadar kolesterol-
LDL.5-7,15
 HMG-CoA reductase inhibitors (statin)
HMG-coA reductase inhibitors bekerja menekan sintesis kolesterol
di hati. Secara tidak langsung golongan statin menurunkan sintesa
VLDL di hati sehingga kadar trigliserid juga menurun, dan kadar
kolesterol-HDL dapat meningkat. Kenaikan kolesterol-HDL
diperkirakan sekitar 5- 15%, tergantung dari jenis statin. Penelitian
AFSCAP/TEXCAP (The Air Force/Texas Coronary Atherosclerosis
Prevention Study) yang meneliti 6605 orang terdiri atas pria berumur
40-73 tahun dan wanita 55-93 tahun.10 Penelitian ini merupakan
pencegahan primer dengan menggunakan lovastatin 40 mg/hari,
dimana kadar ratarata kolesterol-LDL 150 mg/dl sedangkan
kolesterol-HDL 40mg/dl. Hasil akhir penelitian ternyata terdapat
penurunan risiko kardiovaskuler sebesar 37% dibandingkan plasebo.
Penurunan risiko terbesar ditemukan pada individu dengan kadar
kolesterol-HDL paling rendah yaitu < 74 tahun.8
 Derivat asam fibrat
Pada penelitian yang menggunakan dua kelompok yaitu yang
mendapat gemfibrozil 1200 mg/hari dan plasebo, dengan lama
penelitian sekitar tujuh tahun, kadar kolesterol-LDL awal ≤ 140
mg/dl, trigliserid ≤ 300 mg/dl, dan kolesterol – HDL ≤ 40 mg/dl. Pada
akhir penelitian kadar kolesterol-LDL tidak mengalami perubahan,
kolesterol-HDL meningkat 6% sedang kadar trigliserid menurun
sebanyak 31%. Hasil akhir penelitian nonfatal-IMA/ kematian PJK
menurun sebanyak 22%, kematian penyakit jantung koroner menurun
sebanyak 22%, stroke menurun 29% (Gambar 7). Dapat disimpulkan
bahwa gemfibrozil meningkatkan kolesterol-HDL tanpa perubahan
kadar kolesterol-LDL yang sangat bermanfaat menurunkan kejadian
penyakit jantung koroner maupun stroke.5,7,8

Suatu penelitian lain yaitu Diabetes Atherosclerosis


Intervention Study (DAIS) yang merupakan suatu penelitian
angiografik pada penderita dengan diabetes melitus tipe 2.11
Sebanyak 418 orang berumur antara 40-65 tahun diikutsertakan pada
penelitian ini, sebagian mendapat fenofibrat 200 mg/hari dan sebagian
plasebo. Pemberian fenofibrat dapat merubah semua profil serum lipid
yaitu menurunkan kadar kolesterol-LDL, trigliserid, dan
meningkatkan kolesterolHDL. Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa secara angiografis menurunkan kadar trigliserid dan
meningkatkan kolesterol-HDL yang dapat mencegah progresi
aterosklerosis arteri koroner pada penderita diabetes melitus tipe 2
yang umumnya mempunyai kadar kolesterol-HDL yang rendah. 11
 Asam nikotinik
Asam nikotinik pertama kali diperkenalkan sebagai obat
hipolipidemik pada tahun 1955. Oleh karena efek sampingnya banyak
maka obat ini kurang digunakan. Tahun l998 FDA memberikan izin
untuk menggunakan asam nikotinik lepas lambat (extended release)
yaitu Niaspan. Asam nikotinik bekerja melalui 3 jalur yaitu menekan
pelepasan asam lemak dari jaringan lemak, menurunkan sintesis
trigliserid di hati, dan menekan katabolisme ApoA-I, sehingga dapat
menurunkan kadar kolesterol-LDL, trigliserid, kadar kolesterol-LDL
kecil padat, dan menaikkan kadar kolesterol-HDL. Selain itu asam
nikotinik merupakan satu-satunya obat penurun lipid yang dapat
menurunkan kadar kolesterol Lp(a).12
Sebaiknya obat ini jangan digunakan pada penderita dengan
ulkus peptikum, gout atau hiperurikemi dan penyakit hati. Efek
samping yang tersering ditemukan yaitu flushing. Dosis diberikan
secara titrasi dan dimulai dari dosis kecil dan dinaikkan setiap
beberapa minggu. Bila terjadi flushing obat harus diteruskan oleh
karena efek flushing terjadi hanya pada awal pemberian. Pemberian
aspirin 80-325 mg setengah jam sebelum pemberian asam nikotinik
dapat mencegah efek sampingan flushing. 12,13,24,25
Asam nikotinik dapat juga mengakibatkan meningkatnya kadar
glukosa darah. Penggunaan Niaspan ternyata tidak memberikan
perubahan berat pada kadar glukosa plasma maupun A1C. Assessment
of Diabetes Control and Evaluation of the Efficacy of Niaspan Trial
(ADVENT) meneliti 148 penyandang DMT2 yang dibagi atas 2
kelompok yaitu yang mendapat Niaspan 1000–1500 mg/hari dan
plasebo. Mereka yang mendapat Niaspan kadar trigliserid menurun
sebesar 20% dan 36% dan kadar kolesterol-HDL meningkat 19% dan
24%.
Hasil pemantauan kadar A1C pada mereka yang mendapat 100
mg ternyata tidak berubah, sedangkan mereka yang mendapat 1500
mg Niaspan kadar A1C sedikit tetapi secara statistik tidak bermakna.
Dapat disimpulkan bahwa Niaspan dapat digunakan pada penderita
DMT2. 12,13,23-25
 Terapi kombinasi
Penderita DMT2 dan sindroma metabolik digolongkan sebagai
kelompok dengan risiko tinggi untuk mendapat komplikasi
kardiovaskuler. Profil dislipidemia pada mereka sering berupa
dislipidemi campuran. Penatalaksanaan pada keadaan demikian,
sasaran kadar kolesterol-LDL dan trigliserid harus serendah mungkin
sedang kolesterol-HDL harus normal sehingga diperlukan pengobatan
yang lebih agresif. Pemberian kombinasi dua jenis obat hipolipidemik
merupakan pilihan yang tepat, statin-asam nikotinik, statin–fibrat
secara khusus fenofibrat, dan statin-ezetimibe. 14 Pada saat ini telah
dipasarkan kombinasi tetap dalam satu tablet seperti lovastatin-
Niaspan (Advicor), simvastatin-ezetimibe (Vytorin). Obat kombinasi
tersebut biasanya dosis rendah sehingga efek samping lebih kurang.
Penelitian oleh Hunninghake et al.13 pada 122 penderita dengan
kombinasi Niaspan 200 mg/hari dan lovastatin 40 mg/hari selama 92
minggu melaporkan penurunan kadar kolesterol-LDL 45% sedangkan
kadar kolesterol-HDL meningkat sebesar 41%.
Penelitian yang dilakukan Davidson et al.14 menilai efektivitas
dan keamanan penggunaan ezetimide sendiri, maupun ezetemide yang
dikombinasi dengan simvastatin atau fenofibrat 200 mg pada pasien
dengan hiperkolesterol primer. Ezetimide yang dikombinasikan
dengan simvastatin 10 mg menunjukkan peningkatan kolesterol HDL
sama baik dengan penurunan yang bermakna terhadap kolesterol LDL
14,23
dan trigliserid (Gambar 8). Penggunaan ezetimide dengan
simvastatin aman dan dapat ditoleransi dengan baik.14

Referensi:
Par’i., H M., Sugeng Wiyono., & Titus Priyo Harjatmo., 2017. Penilaian
Status Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Rampengan., SH., 2015. MENINGKATKAN KOLESTEROL HDL
Paradigma baru dalam pencegahan penyakit kardiovaskular. Jurnal Biomedik
(JBM) [Online], Juli 2015 hal 89-98
https://pdfs.semanticscholar.org/5243/64971b243a5bf6a926ec546407b1bf1c1
233.pdf, [diakses 11 April 2020]
Sirajuddin, S., dkk., 2020. _Penuntun Praktikum Dasar Kesehatan
Masyarakat._ Makassar : Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
10. Salah satu ciri hiperkolesterolemia adalah adanya peningkatan kolesterol
LDL dalam tubuh. Orang yang mengalami obesitas lebih rentan terkena
hiperkolesterolemia, mengapa hal ini dapat terjadi?
Jawaban:
Hiperkolesterolemia atau peningkatan kadar kolesterol total umumnya
tidak menimbulkan gejala, sehingga pemeriksaan untuk pencegahan dan
pemeriksaan rutin kadar kolesterol diperlukan sebagai tindakan pencegahan
bagi individu yang beresiko tinggi 12 .
Obesitas yang menetap dan asupan makanan yang berlebih dapat
menyebabkan terjadinya gangguan sistem metabolik berupa
hiperkolesterolemia. Kegemukan tubuh yang lebih besar, terutama jika
terdistribusi secara terpusat, meningkatkan risiko resistensi insulin, hipertensi,
dan hiperkolesterolemia. Pengaturan metabolisme kolesterol akan berjalan
normal apabila jumlah kolesterol dalam darah mencukupi kebutuhan dan
tidak melebihi jumlah normal yang dibutuhkan. Namun pada obesitas
dinyatakan dapat terjadi gangguan pada regulasi asam lemak yang akan
meningkatkan kadar trigliserida dan ester kolesterol. Orang yang mempunyai
berat badan lebih seringkali mempunyai kadar kolesterol darah yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Hasil
penelitian Shah et al tahun 2008 menunjukkan bahwa pada orang yang
obesitas cenderung memiliki kadar kolesterol total yang tinggi.
Referensi:
Listiyana., AD., Mardiana., & Galuh Nita Prameswari., 2013. Obesitas
sentral dan kadar kolesterol darah total. Jurnal Kesehatan Masyarakat
[Online], hal 37-43
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/download/2828/2883,
[diakses 11 April 2020)
Lanham., SA., Ian A Macdonald., & Helen M Roche., 2011. Nutrition and
metabolism[e-book]. USA: Wiley Blackwel
https://books.google.co.id/books?
id=_u0s6z2KAScC&pg=PA146&dq=People+who+are+obese+are+more+sus
ceptible+to+hypercholesterolemia&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjCh-
etzeDoAhXdxzgGHbDLANkQ6AEIiAEwCQ, [diakses 11 April 2020]

11. Bagaimana hubungan kadar trigliserida dalam tubuh dengan kejadian


Penyakit Jantung Koroner (PJK)??
Jawaban :
Peningkatan kadar trigliserida plasma berhubungan dengan penyakit
jantung koroner. Penelitian Zahrawardani (2013) yang menyatakan faktor
utama terjadinya penyakit jantung koroner adalah kadar trigliserida yang ada
di dalam pembuluh darah jantung. Penelitian tersebut mengatakan bahwa
terdapat hubungan antara kadar trigliserida dalam darah dengan kejadian
penyakit jantung koroner. Kadar trigliserida merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner, semakin tinggi kadar
trigliserida dalam darah, peluang terjadinya penyakit jantung koroner
semakin tinggi (Iskandar et al., 2017). Kadar trigliserida yang tinggi berisiko
diabetes mellitus dan dapat menimbulkan penumpukan plak yang ada di
dalam darah sehingga berisiko penyakit jantung koroner.
Referensi :
Rubenstein., D., David Wayne., & John Bradley., 2005. Lecture Notes
Kedokteran Klinis [e-book]. Indonesia: Erlangga
https://books.google.co.id/books?
id=lhDl8_eIsiEC&pg=PA192&dq=hiperkolesterolemia&hl=id&sa=X&ved=
0ahUKEwip8vHZxuDoAhUqgUsFHYtCCrgQ6AEIKDAA, [diakses 11 April
2020]
Rahma., HH., Bambang Wirjatmadi., 2017. Hubungan asupan zat gizi makro
dan profil lipid dengan kejadian penyakit jantung koroner pada pasien lansia
di rumah sakit islam jemursari surabaya. Media Gizi Indonesia [Online], 2
Juli-Desember hal 129-133
https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/view/5098/4783, [diakses 11 April
2020)

12. Metode Kecap Smith merupakan salah satu cara menganalisis status seng
(Zn)
a) Tuliskan prosedur kerja dari tes kecap smith,
b) jelaskan keempat kategori yang dirasakan responden,
c) jelaskan dampak dari defesisensi Zeng (Zn) dan berikan contoh bahan
makanan yang mengandung Seng (Zn)
Jawaban:
a) Prosedur kerja dari tes Kecap Smith
Sebanyak 3-5 ml ZnSO4 0,1% disemprotkan ke dalam mulut
responden dengna menggunakan alat suntik tanpa jarum. Cairan dibiarkan
dalam mulut selama 10 detik, sesudah itu dibuang dan kepada responden
ditanyakan tentang apa yang dirasakan.
b) Responden dikategorikan ke dalam 4 kategori sebagai berikut:
1. Tidak merasakan apa-apa/ seperti merasakan air biasa walaupun
telah ditunggu 10 detik.
2. Mula-mula tidak merasakan sesuatu yang pasti, tetapi dalam
beberapa detik kemudian terasa kering, kesat, atau manis.
3. Sesegera merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tidak sampai
menyakitkan atau mengganggu, rasa tersebut makin lama makin
kuat.
4. Segera timbul rasa yang kuat dan mengganggu sehingga responden
langsung meringis.
c) 1. Dampak dari defesisensi Zeng (Zn) adalah
Defisiensi seng dikaitkan dengan pertumbuhan yang tidak optimal,
diare, serta penurunan fungsi imunitas (Gropper etal. 2009)
 Akibat kekurangan Zn pertumbuhan badan tidak sempurna
(kerdil). Gangguan dan keterlambatan pertumbuhan kematangan
seksual. misalnya,pencernaan terganggu, gangguan fungsi
pangkreas, gangguan pembentukankilomikron dan kerusakan
permukaan saluran cerna.
 Kekurangan Zn mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak.
 Kekurangan Zn mengganggu metabolisme dalam hal kekurangan
vitamin A, gangguan kelenjar tiroid, gangguan nafsu makan serta
memperlambat penyembuhan luka.
 Tidak ada selera atau nafsu makan.
 Kelelahan yang hebat.
 Kerontokan pada rambut.
 Ketidaknormalan pada kemampuan mengecap rasa dan mencium
bau.
 Kesulitan dalam melihat dikegelapan.
 Menurunnya produksi hormon pada pria (infertilitas).
2. Contoh bahan makanan yang mengandung Seng (Zn)
Seng dapat mudah ditemukan pada berbagai jenis makanan yang
kaya akan kandungan protein seperti daging, kacang-kacangan, dan
polong polongan. Asupan seng yang dibutuhkan tubuh manusia
sebenarnya sangat sedikit, namun ternyata penyerapan seng oleh tubuh
pun sangatlah kecil. Dari sekitar 4-14 mg/hari jumlah seng yang
dianjurkan untuk dikonsumsi, hanya sekitar 10-40% yang dapat diserap.
Sumber paling baik adalah sumber protein hewani, terutama daging,
hati, kerang, biji-bijian (lengkap), serealia, leguminosa dan telur.

Referensi
Sirajuddin, S., dkk., 2020. _Penuntun Praktikum Dasar Kesehatan
Masyarakat. _ Makassar : Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Par’i, H, Sugeng Wiyono, Titus Priyo Harjatmo., 2017. Penilaian Status Gizi.
Pramono., a., dkk., 2016. Asupan seng, kadar serum seng, dan stunting pada
anak sekolah di pesisir Semarang. Jurnal gizi pangan [Online], Maret 2016
hal 19-26
https://www.google.com/url?
q=http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/viewFile/13165/9917
&usg=AFQjCNHoa8ebr4BSthda2HpmmoJY_IMS9w, [diakses 11 April
2020]
13. Sebutkan 2 fungsi utama dari hemoglobin (HB) dan berapa nilai normal HB
untuk pria & wanita?
Jawaban:
a. Mengikat Oksigen. Protein dalam sel darah merah memiliki fungsi sebagai
mengikat oksigen yang akan disirkulasikan ke paru-paru.
b. Pertahanan Tubuh. Sirkulasi darah yang terus dipompa oleh jantung dapat
mempertahankan tubuh dari serangan virus, bahan kimia, maupun bakteri.
Darah tersebut nantinya akan disaring oleh fungsi ginjal dan dikeluarkan
melalui urine sebagai hasil toksin dari tubuh.
Nilai normal HB untuk pria & wanita
Pria 13-16 g/dl
Wanita 12-14 g/dl
Referensi :
Debbian, Ario., & Cerika Rismayanthi., 2016. Profil tingkat volume oksigen
maskimal (VO2 max) dan kadar hemoglobin (hb) pada atlet yongmoodo
akademi militer magelang. Jurnal Olahraga Prestasi [Online] Juli, hal
24.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jorpres/article/viewFile/11874/8487,
[10 April 2020]
Sirajuddin, S., dkk., 2020. _Penuntun Praktikum Dasar Kesehatan
Masyarakat._ Makassar : Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai