Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No.

2, Mei 2019 : 1-71

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP GANGGUAN MUSKULOSKELETAL


PADA PASIEN PRALANSIA DAN LANSIA DI PUSKESMAS KAMONJI PALU

Fistra Janrio Tandirerung1*, Hendro Dwicky C. Male1, Diah Mutiarasari2

1Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako


2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

*E-mail : fistrajanriotandirerung@gmail.com

ABSTRAK
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara sederhana untuk melihat status gizi orang dewasa. Saat
ini obesitas dan penyakit kronis yang diinduksi obesitas berkembang sangat pesat dan menjadi
permasalahan kesehatan pada banyak negara.Seiring dengan pertambahan usia, fungsi fisiologis
cenderung mengalami deteriorasi akibat proses penuaan yang berakibat munculnya banyak penyakit
tidak menular pada populasi lanjut usia, salah satunya adalah gangguan yang menyerang sistem
muskuloskeletal.Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode nonrandomized atau nonprobability sampling, yaitu dengan teknik
purposive sampling dengan jumlah 100 orang pralansia dan lansia yang datang berobat ke Puskesmas
Kamonji. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil uji Chi Square
menujukkan nilai p = 0,031. Artinya, terdapat hubungan indeks massa tubuh terhadap gangguan
muskuloskeletal pada pralansia dan lansia di Puskesmas Kamonji. Terdapat hubungan indeks massa
tubuh terhadap gangguan muskuloskeletal pada pralansia dan lansia di Puskesmas Kamonji.

Kata Kunci : Indeks Massa Tubuh, Pralansia, Lansia, Muskuloskeletal.

ABSTRACT
Body Mass Index (BMI) is a simple way to determine the nutritional status of the adults. Nowadays,
obesity and obesity-induced chronic diseases are developing rapidly and remain world`s health issues
in many countries. On the other side, with the increasing of age, human physiological function tends
to deteriorate due to degenerative processes resulting in increase of noncommunicable diseases on
the elderly population. One of those is musculosceletal dissorders. This research uses cross sectional
design. Sampel collecting was conducted using nonrandomized or nonprobability sampling,
particularly by purposive sampling technique with 100 preelderly and elderly patients who came for
medical handling to Puskesmas Kamonji as the research samples. Chi Square test result showed that
the p value = 0,031 which means that there is an association of Body Mass Index toward
musculosceletal dissorders on the preelderly and elderly patients at Puskesmas Kamonji. There is an
association of Body Mass Index towards musculosceletal dissorders on preelderly and elderly at
Puskesmas Kamonji.

Keywords : Body Mass Index, Preelderly, Elderly, Musculosceletal

Healthy Tadulako Journal (Fistra J.T, Hendro D.C.M, Diah Mutiarasari :9-17) 9
Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 2, Mei 2019 : 1-71

PENDAHULUAN Saat ini obesitas dan penyakit kronis yang


Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah sebuah diinduksi obesitas berkembang sangat pesat
pendekatan yang tergolong praktis dan dan menjadi permasalahan kesehatan pada
sederhana untuk menilai status gizi seseorang. banyak negara. Hal ini menyebabkan
Penghitungan Indeks Massa Tubuh (Body Mass dilakukannya banyak studi untuk menghindari
Index) digunakan untuk menemukan atau dan mengontrol obesitas. Beberapa faktor yang
mendeteksi orang-orang dengan berat badan mempengaruhi indeks massa tubuh , yaitu jenis
lebih dan obes karena melakukan pengukuran kelamin, umur, latar belakang pengetahuan,
proporsi lemak tubuh secara langsung dalam status pernikahan, paritas, kebiasaan merokok,
praktiknya sulit dilakukan. Quetelet, seorang latar belakang sosial, aktifitas fisik harian, dan
ahli statistik Belgia, merupakan orang yang juga durasi melakukan aktivitas sedenter.
pertama kali menemukan cara pendekatan Berbagai penyakit serius dapat muncul sebagai
terhadap status gizi melalui Indeks Massa akibat langsung dan tidak langsung dari
Tubuh. Indeks Massa Tubuh diperoleh peningkatan IMT. Penyakit-penyakit tersebut
berdasarkan perhitungan sederhana yaitu berat antara lain berupa hipertensi, penyakit jantung
badan dengan satuan kilogram (kg) dibagi koroner, penyakit kandung empedu, sleep
tinggi badan yang dikuadratkan (dalam meter). apnea, diabetes melitus dan gangguan penyakit
1,2
muskuloskeletal.3,4
Indeks massa tubuh diklasifikasikan Musculoskeletal disorder didefenisikan
menjadi underweight, normal, overweight dan sebagai gangguan yang melibatkan otot skeletal
obesitas. World Health Organization yang terutama berhubungan dengan faktor
sebenarnya menetapkan bahwa nilai IMT biomekanis karena otot menerima beban statis
30kg/m2 dikategorikan sebagai obesitas dan dalam frekuensi yang berulang (repetitive) dan
nilai IMT 25-29,9 kg/m2 dikategorikan sebagai persisten. Keadaan ini dalam prosesnya akan
praobes. Namun, perlu diperhatikan jika menyebabkan munculnya manifestasi keluhan
hubungan antara proporsi lemak tubuh dalam akibat gangguan dan kerusakan yang mengenai
kaitannya dengan IMT dipengaruhi oleh struktur dalam sistem muskuloskeletal seperti
proporsi tubuh , dan bentuk tubuh. Oleh karena tulang, sendi, ligamen dan tendon. Berdasarkan
itu, hasil penghitungan IMT dapat bervariasi pada definisi yang telah diungkapkan dari
pada populasi yang berbeda. Oleh karena itu, beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa
wilayah Asia Pasifik saat ini mengusulkan musculoskeletal disorders (MSDs) adalah
kriteria dan klasifikasi IMT sendiri seperti pada sekumpulan gangguan yang melibatkan
tabel berikut ini:1,2 struktur atau organ seperti tulang, otot, tendon,
Tabel 1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh saraf, serta persendian yang menimbulkan rasa
Asia Pasifik nyeri dan tidak nyaman sebagai konsekuensi
Indeks Massa dari aktivitas dan beban yang terjadi dalam
Klasifikasi waktu yang panjang (persisten) dan berulang.5
Tubuh (kg/m2)
Berat badan kurang <18,5 Munculnya keluhan-keluhan yang
Kisaran normal 18,5-22,9 mengenai sistem muskuloskeletal dapat
Berisiko 23-24,9 dihubungkan dengan beberapa faktor resiko.
Obesitas I 25-29,9 Resiko mengalami gangguan muskuloskeletal
Obesitas II ≥30 akan cenderung meningkat jika memiliki
beberapa faktor resiko secara bersamaan.
Faktor resiko yang teridentifikasi di antaranya

10 Healthy Tadulako Journal (Fistra J.T, Hendro D.C.M, Diah Mutiarasari :9-17)
Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 2, Mei 2019 : 1-71

yaitu usia 35 tahun ke atas, kebiasaan merokok, kesehatan. Walaupun cukup jarang yang dapat
jenis kelamin wanita, ukuran tubuh, kurang menimbulkan mortalitas, tetapi pada beberapa
beristirahat, dan kekuatan fisik. Jika kasus gangguan ini dapat menyebabkan
dihubungkan dengan ukuran tubuh, munculnya kurangnya produktivitas, rasa tidak nyaman,
keluhan muskuloskeletal cenderung dan menurunkan kualitas hidup penderitanya.
disebabkan oleh gangguan keseimbangan dan Diharapkan dengan penelitian ini, dengan
disrupsi terhadap struktur rangka dalam diketahuinya pengaruh indeks massa tubuh
mengkompensasi beban, baik itu beban yang terhadap distribusi gangguan muskuloskeletal
berasal dari tubuh itu sendiri terhadap gravitasi dapat mengedukasi semua kalangan untuk
maupun adanya beban tambahan. Beberapa menjaga kesehatan (Indeks Massa Tubuh ideal)
keluhan yang mengenai sistem muskuloskeletal untuk mengurangi angka kejadian gangguan
di antaranya sakit leher, nyeri punggung, muskuloskeletal.9,10
thoracic outlet syndrome ,carpal tunnel
syndrome, low back pain , dan tennis elbow.6 METODE
Lanjut Usia (lansia) didefenisikan sebagai Penelitian ini menggunakan desain
seseorang berusia 60 tahun ke atas. Usia 45-59 penelitian cross sectional, yaitu suatu
tahun didefenisikan sebagai pralansia. penelitian survei analitik. Populasi dalam
Kelompok lansia akan mengalami penurunan penelitian ini adalah semua pasien pralansia
derajat kesehatan baik secara alamiah maupun dan lansia yang datang berobat ke Poliklinik
akibat penyakit. Seiring dengan bertambahnya Umum Puskesmas Kamonji yang berjumlah
usia, fungsi fisiologis manusia cenderung akan 100 orang. Penelitian ini menggunakan teknik
mengalami deteriorasi. Hal ini meningkatkan pengambilan sampel dengan metode
kemungkinan munculnya penyakit-penyakit nonrandomized atau nonprobability sampling,
tidak menular pada lanjut usia. Di samping itu yaitu dengan teknik purposive sampling
proses degeneratif akan menurunkan daya dimana sampel dipilih berdasarkan kriteria
tahan tubuh sehingga populasi lansia juga inklusi dan eklusi yang telah ditentukan.
mengalami peningkatan kerentanan terhadap Instrumen yang digunakan adalah meliputi
penyakit-penyakit menular. Penyakit Tidak formulir isian untuk inform consent dan hasil
Menular (PTM) yang secara statistik banyak pengukuran, alat ukur tinggi badan berupa
ditemukan pada kelompok usia lansia antara meteran, alat ukur berat badan berupa
lain hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru timbangan, rekam medis berisi identitas, hasil
Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes anamnesis dan pemeriksaan, serta diagnosis
Mellitus (DM).1,7,8 dan terapi pasien.
Di Indonesia sendiri terjadi peningkatan
populasi dengan berat badan berlebih dari HASIL
tahun ke tahun yang menimbulkan banyak Responden adalah pralansia dan lansia
konsekuensi terhadap permasalahan kesehatan. yang datang berkunjung ke Poliklinik Umum
Sejalan dengan itu, di Indonesia masalah Puskesmas Kamonji Palu selama bulan Januari
muskuloskeletal adalah masalah yang perlu sampai Februari. Hasil penelitian menunjukkan
mendapat perhatian khusus. Pada prinsipnya, distribusi karakteristik subjek penelitian
termasuk di negara berkembang, gangguan- disajikan berdasarkan jenis kelamin dan
gangguan pada sistem muskuloskeletal seperti kategori usia seperti pada tabel di bawah ini.
artritis dan reumatisme menjadi beban
tersendiri pada pasien dan pelayanan

Healthy Tadulako Journal (Fistra J.T, Hendro D.C.M, Diah Mutiarasari :9-17) 11
Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 2, Mei 2019 : 1-71

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Sampel Distribusi responden berdasarkan jenis keluhan


Berdasarkan Jenis Kelamin adalah sebagai berikut :
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Tabel 5. Distribusi Karakteristik Sampel
Laki-laki 46 46%
Berdasarkan Jenis Keluhan
Perempuan 54 54%
Keluhan Frekuensi Persentase
Total 100 100%
Muskuloskeletal 37 37%
(Sumber : Data Primer, 2018)
Nonmuskuloskeletal 63 63%
Total 100 100%
Tabel 3.Distribusi Karakteristik Sampel
(Sumber: Data Primer, 2018)
Berdasarkan Kategori Usia
Kategori Frekuensi Persentase Data dari tabel distribusi berdasarkan jenis
Usia keluhan menunjukkan bahwa 63% responden
Pralansia 69 69% yang datang ke Poliklinik Umum Puskesmas
Lansia 31 31% Kamonji tidak mengalami gangguan
Total 100 100% muskuloskeletal, sedangkan sisanya sebanyak
(Sumber : Data Primer, 2018) 37% mengalami gangguan muskuloskeletal.
Dari seluruh pasien yang datang dengan
Analisis dilakukan untuk melihat
gangguan muskuloskeletal, jenis gangguan
gambaran distribusi frekuensi variabel yang
yang dialami dijabarkan pada tabel di bawah
telah diteliti terhadap variabel independen
ini.
(Indeks massa tubuh) dan variabel dependen
(Keluhan Muskuloskeletal). Tabel 6. Distribusi Jenis Gangguan
Muskuloskeletal pada Pralansia dan Lansia
Tabel 4. Distribusi responden menurut
di Puskesmas Kamonji
Indeks Massa Tubuh
Jenis Gangguan Frekuensi Persentase
Indeks Massa Frekuensi Presentase
Muskuloskeletal
Tubuh
Artritis 13 35,14%
Underweight 0 0%
NonSpesifik
Normal 37 37%
Atralgia 4 10,81%
Overweight 19 19%
Osteoartritis 5 13,51%
Obesitas 44 44%
Gout Artritis 5 13,51%
Total 100 100%
Myalgia 7 18,91%
(sumber : Data Primer, 2018)
Low Back Pain 2 5,41%
Berdasarkan tabel distribusi responden Frozen Shoulder 1 2,7%
menurut Indeks Massa Tubuh didapatkan Total 37 100%
bahwa persentase pasien obesitas sebanyak (Data Primer, 2018)
44%, diikuti berat badan normal 37%, berat
Data di atas menunjukkan bahwa 35,14%
badan berlebih 19%, dan berat badan kurang
pasien dengan gangguan muskuloskeletal
0%.
mengalami artritis nonspesifik, myalgia
18,91%, osteoartritis dan gout artritis masing-
masing 13,51%, atralgia 10,81%, low back pain
5,41%, dan frozen shoulder 2,7%.

12 Healthy Tadulako Journal (Fistra J.T, Hendro D.C.M, Diah Mutiarasari :9-17)
Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 2, Mei 2019 : 1-71

Pada penelitian ini, yang dinilai adalah yang digunakan pada penelitian ini adalah uji
hubungan antara variabel independen yakni Chi Square dengan analisis berdasarkan data
indeks massa tubuh dengan variabel dependen pada tabel berikut:
yaitu gangguan muskuloskeletal. Uji statistik

Tabel 7. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Gangguan Muskuloskeletal pada Pasien
Pralansia dan Lansia di Poliklinik Umum Puskesmas Kamonji 2018
Jenis Gangguan
IMT Jumlah Nilai α Nilai p
Muskuloskeltal Nonmuskuloskeletal
Normal 8 29 37 5% 0,031
Lebih 7 12 19
Obesitas 22 22 44
Total 37 63 100/100%

Data. di atas memperlihatkan bahwa PEMBAHASAN


jumlah responden yang mengalami gangguan Hasil analisa univariat menunjukkan
muskuloskeletal dengan obesitas berjumlah 22 bahwa dari 100 responden, pasien yang
orang atau 22% dari jumlah responden, 7 orang memiliki gangguan muskuloskeletal adalah
(7%) mengalami gangguan muskuloseletal sebanyak 37% dan sisanya sebanyak 63% tidak
dengan berat badan berlebih, dan 8 orang (8%) mengalami gangguan muskuloskeletal.
dengan berat badan normal mengalami Sebanyak 37% yang mengalami gangguan
gangguan muskuloskeletal. Di sisi lain, pada muskuloskeletal 22 orang mengalami obesitas,
kelompok sampel yang tidak mengalami 7 orang berat badan berlebih dan 8 orang
gangguan muskuloskeletal sejumlah 63 orang, dengan berat badan normal. Di sisi lain, dari 63
29 memiliki berat badan normal, 12 berat badan pasien yang tidak mengalami gangguan
lebih, dan 22 orang obesitas. muskuloskeletal, 29 orang memiliki berat
Analisa bivariat pada penelitian ini badan normal, 12 orang berat badan berlebih,
menggunakan SPSS dengan uji Chi Square. dan sisanya 22 orang obesitas. Jika dilihat dari
Hasil analisa statistik dengan nilai alpa = 5% jenis gangguan muskuloskeletal yang dialami,
(0.05) memperoleh nilai p = 0,031. Hasil ini dari 37 orang dengan gangguan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara muskuloskeletal, yang terbanyak sejumlah
IMT dengan gangguan muskuloskeletal pada 35,14% (13 orang) mengalami artritis
pralansia dan lansia di Poliklinik Umum nonspesifik, diikuti myalgia 18,91% (7 orang),
Puskesmas Kamonji. osteoartritis dan gout artritis sama-sama
13,51% (5 orang), atralgia 10,81% (4 orang),
Tabel 8. Hasil Uji Statistik Chi Square low back pain 5,41% (2 orang), dan frozen
Chi-Square Tests shoulder 2,7% (1 orang).
Asymp. Analisa multivariat dengan menggunakan
Sig. (2- uji Chi Square dengan nilai α = 0,05 (5%)
Value df sided) diperoleh hasil p= 0.031 atau nilai p kurang dari
Pearson Chi-Square 6,944a 2 ,031 nilai α. Hasil ini menunjukkan adanya
Likelihood Ratio 7,152 2 ,028 hubungan yang signifikan antara dua variabel
N of Valid Cases 100 yang dinilai. Oleh karena itu, hasil uji statistik
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. tersebut menunjukkan adanya hubungan antara
The minimum expected count is 7,03.
Healthy Tadulako Journal (Fistra J.T, Hendro D.C.M, Diah Mutiarasari :9-17) 13
Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 2, Mei 2019 : 1-71

Indeks Massa Tubuh dengan gangguan ekstremitas bawah terutama erat kaitannya
muskuloskeletal pada pralansia dan lansia di dengan bidang biomekanika.11
Poliklinik Umum Puskesmas Kamonji. Penelitian lain yang dilakukan Nugraha
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini dan kawan-kawan (2015) mengenai hubungan
serupa dengan yang hasil penelitian yang obesitas dengan terjadinya osteoartritis lutut
dilakukan oleh Purnawijaya dan Adiatmika pada lansia Kecamatan Laweyan juga
tahun 2016 tentang hubungan Indeks Massa menujukkan hasil yang sama (p=0,001). Secara
Tubuh dengan gangguan muskuloskeletal dan teoritis, keadaan ini disebabkan karena berat
distribusinya menggunakan Nordic Body Map badan yang bertambah menyebabkan
pada anggota senam Satria Nusantara yang persendian pada ekstremitas bawah terutama
menunjukkan adanya hubungan antara IMT lutut akan bekerja lebih keras dalam menopang
dengan gangguan muskuloskeletal (p=0,001) berat tubuh dibandingkan dengan orang dengan
terutama pada ekstremitas bawah, ekstremitas berat badan normal. Akibatnya terjadi
atas, punggung dan bahu. Penelitian ini juga perubahan ketahanan dari tulang rawan sendi.
menunjukkan hasil yang sama baik dari segi Sendi yang menerima beban berat dalam
hubungan variabel dan distribusi bahwa jangka waktu lama akan rusak dan kehilangan
sebagian besar pasien dengan gangguan sifat kompresibilitasnya. Degradasi
muskuloskeletal sebagian besar terjadi pada proteoglikan serta fraktur jaringan kolagen
ekstremitas bawah, atas, punggung, dan bahu. merupakan konsekuensi akhir yang akan terjadi
Indeks Massa Tubuh berlebih cenderung jika proses perjalanan penyakit berlangsung
akan menyebabkan meningkatnya tekanan secara persisten akibat perubahan-perubahan
mekanik pada struktur-struktur tubuh yang biofisika pada struktur penyusun sendi. Hasil
bertanggung jawab menopang massa tubuh. tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang
Struktur tersebut terutama melibatkan dan telah dilakukan yang juga menunjukkan
membebani sistem muskuloskeletal yang akan sebagian besar pasien dengan gangguan
menahan tekanan mekanik dan gaya gravitasi. muskuloskeletal mengalami keluhan pada
Hal ini akan berdampak munculnya kelelahan persendian pada ekstremitas bawah, atas,
sampai cedera pada struktur-struktur penyusun punggung, dan bahu.12
sistem muskuloskeletal. Jika dilihat dari Munculnya gangguan muskuloskeletal
dinamika biomekanik, tekanan terbesar akan tidak terbatas hanya pada ektremitas bawah
diterima oleh bagian tubuh serta persendian saja yang secara dominan menopang tubuh,
yang menopang tubuh manusia terutama tetapi juga dapat menyerang struktur lain
ekstremitas bawah dan punggung. Teori seperti ektremitas atas, leher, atau punggung.
tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini yang Terjadinya gangguan muskuloskeletal pada
menunjukkan ekstremitas bawah khususunya persendian atau struktur tersebut dapat
pada bagian lutut merupakan salah satu bagian mengindikasikan adanya penyakit rheumatoid
yang paling sering menderita gangguan lainnya seperti fibromyalgia. Jika dihubungkan
muskuloskeletal karena bagian ini yang dengan Indeks Massa Tubuh, munculnya
merupakan bagian yang paling berat bekerja keluhan muskuloskeletal pada ekstremitas atas
menahan gaya gravitasi dari berat tubuh diduga karena orang-orang dengan berat badan
manusia. berlebih dan obesitas menggunakan ektremitas
Dengan kata lain, dapat disimpulkan atasnya sebagai penopang tubuh ketika
bahwa gejala gangguan muskuloskeletal pada melakukan perubahan posisi misalnya dari
berbaring ke posisi duduk. Pada orang yang

14 Healthy Tadulako Journal (Fistra J.T, Hendro D.C.M, Diah Mutiarasari :9-17)
Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 2, Mei 2019 : 1-71

memiliki IMT berlebih keadaan tersebut fibronektin yang didahului oleh beban repetitif
cenderung akan memberikan beban lebih besar dan persisten atau trauma pada kartilago sendi.
13,14
pada bagian tubuh yang digunakan sebagai
penopang dibandingkan dengan mereka yang Ditinjau dari segi usia, usia yang semakin
memiliki indeks massa tubuh yang normal. Jika bertambah menyebabkan penurunan fungsi dari
dilihat dari sudut pandang yang di luar tulang rawan sendi. Kekuatan kolagen pada
biomekanika, munculnya manifestasi gejala lansia juga mengalami penurunan, hal ini bisa
dari ektremitas atas, leher, dan bahu menyebabkan tulang rawan sendi menjadi
kemungkinan besar juga didasari oleh adanya lemah dan mudah rusak. Proses menua secara
serangkaian proses metabolik sebagai langsung atau tidak langsung menyebabkan
konsekuensi dari Indeks Massa Tubuh yang beberapa perubahan pada tulang dan sendi.
tinggi pada pasien overwheight atau obesitas.11 Pada tulang terjadi pengurangan massa tulang
Penelitian ini dalam frekuensi yang lebih dan berkurangnya formasi osteoblas tulang.
sedikit juga menunjukkan pasien dengan Pada sendi terjadi gangguan matriks kartilago
gangguan nonmuskloskeletal selain myalgia dan modifikasi proteoglikan dan
dan yang menyerang sendi seperti low back glikosamaminoglikan.
pain. Namun dari penelitian yang dilakukan Keadaan tersebut dimungkinkan karena
oleh Tuti (2013) yang meneliti hubungan antara dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis
peningkatan Indeks Massa Tubuh dengan termasuk pada sistem muskuloskeletal dan
kejadian Nyeri Punggung Bawah pada pasien sistem organ lainnya mengalami penurunan.
rawat jalan di Poliklinik Saraf RSUD DR Kelompok lansia akan mengalami penurunan
Soedarso Pontianak yang menunjukkan tidak derajat kesehatan baik secara alamiah maupun
adanya hubungan bermakna dari kedua variabel akibat munculnya penyakit akibat proses
(p=0,843). Hasil ini dapat dijelaskan bahwa degeneratif. Di samping itu, munculnya
IMT tidak secara langsung menyebabkan nyeri masalah degeneratif juga bertanggung jawab
punggung bawah melainkan karena adanya terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga
interaksi berbagai faktor yang dapat kelompok lansia akan cenderung rentan terkena
menyebabkan munculnya keluhan nyeri infeksi dan penyakit menular.8,12
punggung bawah. Gangguan tidak hanya Terlepas dari hasil penelitian yang telah
terjadi secara struktural tetapi juga di tingkat dijabarkan sebelumnya, perlu diperhatikan
molekular. bahwa penelitian ini memiliki kelemahan yang
Stress yang persisten dalam jangka waktu memungkinkan terjadinya bias. Penelitian ini
yang lama akan berakibat pada perubahan dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama
struktur dan membran sel, konsentasi ion, dan (Puskesmas) sehingga prosedur diagnosis
munculnya integrin jaringan. Integrin bekerja cenderung dititikberatkan pada pemeriksaan
sebagai reseptor transmembran yang klinis dan pemeriksaan laboratorium sederhana
memungkinkan terjadinya komunikasi antara seperti darah rutin, kolesterol, dan asam urat.
sel dan matriks ekstraseluler, serta Padahal, pada kasus tertentu, seperti
menginduksi proliferasi dan diferensiasi sel, Osteoartritis, gold standar penegakan
perbaikan matriks dan berbagai fungsi lainnya. diagnosis adalah pemeriksaan radiologis untuk
Perubahan-perubahan ini kemudian akan mengetahui gambaran sendi yang terkena. Hal
menyebabkan struktur kartilago menjadi ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahan
abnormal akibat adanya proliferasi dan penegakan diagnosis selama proses penelitian.
perbaikan matriks yang dimediasi oleh

Healthy Tadulako Journal (Fistra J.T, Hendro D.C.M, Diah Mutiarasari :9-17) 15
Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 2, Mei 2019 : 1-71

KESIMPULAN DAN SARAN Systematic Review and Meta-analysis.


Penelitian yang telah dilakukan dengan Journal of American Medical
menggunakan uji Chi Square dengan nilai α = Association..2013.309(1): 71-82.
5. Rizka, U. Hubungan Antara Obesitas
0,05 (5%) diperoleh hasil p= 0.031 atau nilai p
Terhadap Terjadinya Low Back Pain
kurang dari nilai α. Hasil ini menunjukkan (LBP) Pada Wanita. Jurusan keperawatan
adanya hubungan yang signifikan antara dua FMIPA Universitas Riau. 2016.
variabel yang dinilai. Oleh karena itu, hasil uji 6. Sang, A, Djajausli, R, Russeng, S.S.
statistik tersebut menunjukkan adanya Hubungan Risiko Postur Kerja dengan
hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Keluhan Musculoskeletal Dissorders
gangguan muskuloskeletal pada pralansia dan (MSDs) pada Pemanen Kelapa Sawit di
PT. Sinergi Perkebunan Nusantara.
lansia di Poliklinik Umum Puskesmas
7. Infodatin Kemenkes. 2014. Situasi dan
Kamonji. Analisis Lanjut Usia. Jakarta: Kemenkes
Terdapatnya hubungan antara indeks RI.
massa tubuh dengan gangguan muskuloskeletal 8. Kementrian Kesehatan. Laporan Nasional
menyebabkan masyarakat disarankan untuk Badan Penelitian dan Pengembangan
menjaga pola hidup sehat dan berat badan ideal. Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Selain itu bagi peneliti yang hendak melakukan 2016. (serial online).
9. Kusmayanitha, PR. Studi Prevalensi
penelitian yang serupa, disarankan untuk
Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja
melakukan penelitian pada fasilitas kesehatan Pabrik Bata Merah di Desa Tulikup
yang memiliki sarana penegakan diagnosis Gianyar. Jurnal Medika Udayana.
yang lebih baik untuk menghindari bias 2010;3(5):601-615.
penelitian. 10. Kortt, M., Barldry, J. The association
between musculosceletal and obesityt.
Australian Health Review. 2002.25(6):
UCAPAN TERIMAKASIH
239-246.
Terimakasih kepada Kepala Puskesmas 11. Purnawijaya, AM., Adiatmika, IP.
Kamonji yang telah memberi izin kepada Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan
peneliti untuk melakukan peneliatan di Gangguan Muskuloskeletal dan
Puskesmas Kamonji dan juga kepada semua Distribusinya Menggunakan NBM Pada
pihak yang telah membantu peneliti demi Anggota Senam Satria Nusantara di
kelancaran penelitian ini. Lapangan Nitimandala Renon. Jurnal
Medika Udayana. 2016; 5(2): 61-65.
12. Nugraha, AS., Widyatmoko, S., Jatmiko,
DAFTAR PUSTAKA SW. Hubungan Obesitas dengan
1. Departemen Kesehatan RI. Glosarium Terjadinya Osteoartritis Lutut Pada Lansia
Data dan Informasi Kesehatan Pusat Data Kecamatan Laweyan Surakarta. Jurnal
dan Informasi Kesehatan RI. 2016. Biomedika. 2015; 2(1):15-18.
2. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit 13. Lailani, T.M., Dewi, D.R.L., Handoko, W.
Dalam Edisi VI. Jakarta Pusat: Interna Hubungan Antara Peningkatan Indeks
Publishing. 2014 Massa Tubuh dengan Kejadian Nyeri
3. Asil E, Robert M. Factors That Affect Punggung Bawah pada Pasien Rawat Jalan
Body Mass Index of Adult. Pakistan di Poliklinik Saraf RSUD Dokter Soedarso
Journal of Nutrition. 2014; 13(5):255-260. Pontianak. Jurnal Universitas
4. Flegal K.M, Kit B.K, Orpana H, Graubard Tarumanegara.2013. 3(1):1-15.
B.I. Association of All-Cause Mortality
With Overweight and Obesity Using
Standard Body Mass Index Categories A

16 Healthy Tadulako Journal (Fistra J.T, Hendro D.C.M, Diah Mutiarasari :9-17)
Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 5 No. 2, Mei 2019 : 1-71

14. Thandaseri, R,B., Appasani, S., Yadav,


T,D., Dutta, U., Indrajit, A., Singh, K.,
Kochhar, R. Implementation of the Asia-
Pacific guidelines of obesity classification
on the APACHE-O scoring system and its
role in predictionof outcomes of acute
pancreatitis : a study from India. Digestive
Disease and Sciences. 2014; 59(6): 1316-
1321.

Healthy Tadulako Journal (Fistra J.T, Hendro D.C.M, Diah Mutiarasari :9-17) 17

Anda mungkin juga menyukai