Anda di halaman 1dari 3

Dasar teori

Pengukuran berat badan dan tinggi badan merupakan salah satu jenis
pengukuran antropometrik yaitu pengukuran terhadap ukuran dan komposisi
tubuh. Pengukuran ini menunjukkan keseimbangan antara kalorii yang tersedia
dengan pengeluaran energi, massa otot, lemak tubuh, dan penyimpanan protein.
Berat badan ideal dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya suhu dan
jenis kelamin. Seseorang dikatakan kelebihan berat badan apabila berat badannya
10% lebih berat dari berat ideal, bila berat badannya lebih dari 20 % maka kondisi
ini disebut obesitas, sedangkan bila berat badannya 10 % kurang dari berat badan
ideal maka kondisi ini disebut kekurangan nutrisi.
Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) adalah pegukuran yang
memperlihatkan kesesuaian antara berat badan dengan tinggi badan seseorang.
Bila BMI berada pada antara 18 – 25 maka seseorang dianggap sehat, sedangkan
resiko mengalami masalah kesehatan meningkat apabila nilai BMI diatas 25.
IMT digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985
yang mengatakan bahwa batasan berat badan (BB) normal orang dewasa
berdasarkan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT tidak
dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan, juga tidak
dapat diterapkan padakeadaan khusus (penyakit) seperti edema, asites, dan hepatomegali
(Suryana dan Yulia, 2017).
IMT dapat diukur dengan menggunakan rumus berikut:

Berat Badan(kg )
BMI = 2
[ Tinggi Badan(m) ]

Dengan keterangan sebagai berikut: BB = berat badan


TB = tinggi badan
Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan
tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitasadalah kondisi
kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian
tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaituapabila
ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanitakarena
lemak. Penderita obesitas mengalami penumpukanlemak yang lebih banyak
dibandingkan dengan penderita kegemukan untuk  jangka waktu yang lama, dan
beresiko lebih tinggi untuk terkena beberapa penyakit jantung, hipertensi, diabetes
mellitus tipe 2 dan sebagainya. Nilai normaluntuk indeks ini adalah 20-25 kg/m²
Asupan makanan yang berlebihan ataupun kurang akan menyebabkan
perubahan komposisi tubuh yaitu peningkatan/penurunan berat badan, persen
lemak tubuh dan massa otot. Asupan makanan terutama protein sangat
berpengaruh pada masa otot yang pada akhirnya berpengaruh pada kekuatan otot
mengingat protein merupakan salah satu bahan baku pada sintesis protein otot.
Peningkatan asupan protein harus diimbangi dengan asupan energi yang cukup,
asupan energi akan berdampak pada pada peningkatan massa otot Kombinasi
asupan protein dan karbohidrat akan merangsang pelepasan hormone insulin.
Tanpa asupan karbohidrat yang cukup, ketersediaan hormon insulin relatif rendah,
pemecahan protein akan meningkat. Pengaturan asupan makanan yang tepat,
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing cabang olahraga, dapat
mempertahankan komposisi tubuh sesuai dengan kebutuhan tiap cabang olahraga
Phillips et al, dalam Setiowati (2014).
Status gizi merupakan gambaran keseimbangaan antara asupan (intake)
dan kebutuhan (requirement) zat gizi untuk berbagai proses biologis tubuh
(Supariasa, 2001). Status gizi yang dinyatakan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
mempunyai hubungan yang negative dengan tingkat kebugaran, yang berarti
semakin tinggi nilai IMT maka semakin rendah skor tes kebugaran tubuhnya.
Penelitian yang dilakukan pada anak dan remaja usia 6-18 tahun di Maputo,
Mozambique menyatakan bahwa baik laki-laki ataupun perempuan yang memiliki
nilai IMT dalam kategori overweight menunjukan hasil tes kebugaran lebih
rendah dibanding kategori normal. Namun pada tes kekuatan otot genggam tangan
menunjukkan hasil lebih baik. Demikian pada kelompok gizi kurang
(underweight) tes kekuatan, ketahanan dan kelenturan lebih buruk disbanding
kelompok gizi normal. Indeks Massa Tubuh bukan merupakan patokan status gizi
seorang atlet, tidak menggambarkan komposisi tubuh dan tidak merepresentasikan
persen lemak tubuh , dan tidak akurat untuk memprediksi kelebihan massa lemak
dan massa otot. Komposisi tubuh dan berat badan member kontribusi terhadap
performa latihan. Berat badan dapat mempengaruhi kecepatan, daya tahan dan
power seorang atlet, sementara komposisi tubuh (massa lemak dan massa tubuh
bebas lemak) dapat menghasilkan kekuatan, kelincahan dan penampilan atlet
(Weatherwax, 2008).

Daftar pustaka
Setiowati, A. 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh,
Asupan Zat Gizi dengan Kekuatan Otot. Jurnal Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia. Volume 4(2):32-38.
Supariasa IDN, Ibnu Fajar, Bachyar Bakri. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC,
Jakarta, hal 59-63.
Suryana, Y.F. 2017. Hubungan Aktivitas Fisik dengan IMT dan Komposisi
Lemak Tubuh. Jurnal Action: Aceh Nutrition Journal, Volume. 2(2): 114-
119.
Weatherwax D. 2008. Komposisi tubuh dan efeknya pada spektrum performa
olahraga. NSCA Sport Nutrition. Sept/Okt;7.5: 6-7. Online.Available
from:URL http://www.olympic.or.id/files/documents/journal/7.5.pdf 12
Februari 2013.

Anda mungkin juga menyukai