Anda di halaman 1dari 14

Kebutuhan Dan Kecukupan Gizi Pekerja

1. PENGERTIAN KECUKUPAN GIZI PEKERJA

Gizi kerja adalah nutrisi yang diperlukan oleh para pekerja untuk memenuhi
kebutuhan tubuh sesuai dengan jenis pekerjaannya. Kebutuhan zat gizi bagi setiap orang
pada dasarnya berbeda sesuai dengan kondisi tubuhnya, tetapi secara umum besarnya jumlah
zat gizi yang dibutuhkan setiap orang di Indonesia dapat mengacu pada daftar Angka
Kecukupan Gizi (AKG).
Kecukupan gizi pekerja merupakan suatu ukuran kecukupan rata-rata zat gizi setiap
hari untuk pekerja yang disesuaikan dengan golongan umur, jenis pekerjaan, jenis kelamin,
ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dan mencegah
terjadinya defisiensi zat gizi.

2. CARA MENGUKUR STATUS GIZI

Pengukuran status gizi pada pekerja dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Penilaian status gzi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

a. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein
dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur


beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:
umur, berat badan. Tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar panggul dan tebal lemak dibawah kulit. Parameter antropometri merupakan dasar
dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks
antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:

1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)


Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan
normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan
umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutrirional Status).
2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan
umur.
3) Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu.
4) Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan
lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks BB/U maupun
BB/TB.
5) Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang
berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan
olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus
(penyakit) lainnya, seperti adanya edema, asites dan hepatomegali.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑚 𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)
Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal >18,5-25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0
Gemuk
Kelebihan berta badan tingkat berat >27,0

6) Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur


Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit dilakukan
pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas, lengan bawah, di
tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung lutut, dan pertengahan tungkai
bawah.
7) Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat perubahan
metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang
berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical
survey). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum
dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui
tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja,dan juga beberapa jaringan tubuh seperti
hati dan otot.

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan
gizi yang spesifik.

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
meliht kemampuan fungsi (khusunya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasitertentu seperti kejadian buta senja
epidemik, cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Penilaian status gzi secara langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu: survey
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

a. Survey Konsumsi Makanan

Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data
konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi.

b. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan
dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran
status gizi masyarakat.

c. Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor


fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab


malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

3. CARA MENENTUKAN KEBUTUHAN ZAT GIZI MAKRO, MIKRO, DAN CAIRAN


PADA PEKERJA
Bagi perusahaan yang banyak mempekerjakan tenaga kerja, maka penyediaan
kebutuhan zat gizi untuk para pekerja mengacu pada AKG sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 75 Tahun 2013.
Kebutuhan gizi untuk pekerja dibedakan menjadi 3 yaitu zat gizi makro, zat gizi
mikro, dan cairan yang dibutuhkan masing-masing pekerja sesuai kebutuhannya.
a. Zat gizi makro
Zat gizi makro adalah zat gizi yang berperan sebagai sumber energi. Zat gizi
makro terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.
1) Energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan
suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai
cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka
panjang.

Rumus untuk memperkirakan kebutuhan kalori berdasarkan pada pengeluaran


energi basal (BEE = Basal Energy Expenditure). BEE mencakup energi yang
diperlukan untuk kebutuhan dasar dari kehidupan, seperti pernapasan, fungsi jantung,
mempertahankan suhu tubuh.
Wanita: BEE = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) – (4,7 x U)

Laki-laki: BEE = 660 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

BB = Berat badan (kg) TB = Tinggi badan (cm) U = umur (tahun)

Sekali BEE ditetapkan, maka kebutuhan energi harian untuk orang sehat dapat
ditentukan, yaitu dengan cara dikalikan dengan faktor aktivitas.

Energi = BEE X Aktivitas Fisik

2) Karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung atom karbon, hydrogen


dan oksigen dan merupakan senyawa organik yang paling utama sebagai sumber
energi bagi kebutuhan sel-sel dan jaringan tubuh. Beberapa fungsi karbohidrat, yaitu
sumber energi, protein sparer, bahan metabolisme utama, dan sumber energi untuk
otak. Kebutuhaan hidrat arang dalam suatu menu berdasarkan prinsip gizi seimbang
untuk orang Indonesia kurang lebih sebesar 60%-70% dari total energi sehari (Depkes
RI, 2009). Cara untuk menentukan kebutuhan karbohidrat bagi pekerja berdasarkan
prinsip gizi seimbang untuk orang Indonesia kurang lebih sebesar 60% - 70% dari total
energi sehari (Movira, 2008).
𝟓𝟎
Karbohidrat = 𝟏𝟎𝟎 × 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍

3) Protein mempunyai peranan penting yaitu mengganti jaringan yang rusak pada tubuh
dan pertumbuhan jaringan tubuh. Protein juga memiliki peran penting dalam
pembentukan sistem kekebalan (imunitas) sebagai antibodi, sistem kendali dalam
bentuk hormon. Setiap orang dewasa sedikitnya wajib mengkonsumsi 1 g protein per
kg berat tubuhnya, dimana setiap gram protein mempunyai nilai 4 kalori. Kebutuhan
akan protein bertambah pada perempuan yang mengandung dan atlet. Protein yang
dibutuhkan dalam suatu menu makanan kurang lebih 10%-15% dari total energi
perhari. Cara untuk menentukan kebutuhan protein bagi pekerja sangat tergantung
berat badan tenaga kerja dan nilai biologi dari protein yang dimakan. Di dalam menu,
menghitung kebutuhan energi yang berasal dari protein kurang lebih 10% - 20% dari
total energi per hari.
𝟐𝟎
Protein = 𝟏𝟎𝟎 × 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍

Dari penelitian-penelitian diperoleh suatu formula yang di kenal dengan cara factorial
(factorial method) untuk memperoleh angka kebutuhan protein sebagai berikut:
R =(U b + F b S + G) x 1,1
Keterangan
R = kebutuhan nitrogen per kg berat badan sehari
Ub= Kehilangan nitrogen basl melalui air seni per kg berat badan sehari
Fb = Kehilangan nitrogen basal melalui kotoran per kg sehari
S = Kehilangan nitrogen melalui kulit per kg berat badan sehari
G = Kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan per kg sehari
1,1 = tambahan 10 % untuk safety margin

Sementara itu, untuk menghitung kecukupan protein pekerja disesuaikan dengan


rata-rata berat badan sehat, serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein.
Rumusnya adalah:

Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein

Keterangan :
AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)
BB = Berat badan aktual (kg)
Faktor koreksi mutu protein umum = 1.3 bagi dewasa, 1.5 bagi anak dan remaja, dan
perempuan hamil = 1.2
4) Lemak juga merupakan sumber energi yang ideal untuk sel tubuh sebab setiap molekul
mengandung energi yang besar, mudah di angkut dan diubah bila diperlukan. Namun
sayang, bentuknya lebih memakan waktu dan sulit diserap oleh tubuh. Lemak
merupakan zat yang bersifat sebagai cadangan energi bagi tubuh. Pada tubuh lemak
disimpan di jaringan bawah kulit yang berfungsi untuk menstabilkan suhu tubuh,
sebagai bantalan bagi organ-organ tubuh sehinnga terlindung dari getaran-getaran
yang terlalu keras. Namun penimbunan lemak yang berlebihan dapat meningkatkan
resiko terhadap beberapa penyakit. Lemak terdapat pada minyak, margarin, santan,
kulit ayam, kulit bebek dan lemak hewan lainnya. Kebutuhan lemak per hari kurang
lebih 20%-25% dari total kebutuhan energi atau minimal 15% dan maksimal 30%.
Lemak, kebutuhan lemak sangat tergantung dari kebutuhan energi, kurang lebih 20% -
25% dari total per hari atau minimal 15% dan maksimal 30%.
𝟑𝟎
Lemak = 𝟏𝟎𝟎 × 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍

b. Zat gizi mikro

Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral memiliki fungsi untuk membantu melancarkan kinerja


tubuh, seperti mengatur dan melindungi proses dalam tubuh, pembentukan enzim dan
hormon dan mencapai vitalitas jaringan yang prima. Vitamin dan mineral banyak terdapat
pada sayuran dan buah-buahan.

1) Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk
proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat
dibuat oleh tubuh manusia. Oleh karena itu, harus diperoleh dari bahan pangan yang
dikonsumsi, kecuali vitamin D.
2) Mineral disebut sebagai komponen anorganik tubuh atau disebut juga sebagai abu
sisa pembakaran. Karena pada proses pembakaran sempurna mineral tidak ikut
terbakar. Yodium merupakan mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang
relatif sangat kecil, tetapi mempunyai peranan yang sangat penting untuk
pembentukan hormon tiroksin. Kebutuhan yodium per hari sekitar 1-2 g per kg berat
badan. Perkiraan kecukupan yang dianjurkan sekitar dan 150 g per hari untuk orang
dewasa. Untuk wanita dianjurkan tambahan masaing-masing 25 g per hari.
c. Cairan

Air berfungsi sebagai pelarut, mengatur sistim keseimbangan tubuh. Air diperoleh
dari cairan, makanan dan proses metabolisme tubuh. Air merupakan unsur yang paling
banyak di perlukan oleh tubuh, 60% dari berat badan manusia terdiri dari air.
Lingkungan kerja yang panas dataupun jenis pekerjaan yang berat membutuhkan air
minum ≥ 2,8 liter/hari, sedangkan untuk jenis pekerjaan ringan atau pekerjaan dengan
suhu lingkungan tidak panas membutuhkan air minum sebesar 1,9 liter/hari. Rata-rata
asupan cairan yang diperoleh oleh tubuh dari miuman yaitu sebesar 1400ml, makanan
700ml, oksidasi makanan 200ml (total 2300ml). Rata-rata pengeluaran cairan oleh tubuh
perhari yaitu buang air kecil (BAK) sebesar 1400ml, buang air besar (BAB) 100ml,
perespirasian kulit 100ml, kehilangan yang tidak terlihat yaitu memalui kulit dan saluran
nafas 700ml (total 2300). Ada pun rumus untuk menghitung kebutuhan cairan perhari
yaitu:

1) Kebutuhan cairan adalah sekitar 1 mililiter untuk setiap kilokalori kebutuhan energi
tubuh. Dengan rumus ini maka pekerja dengan kebutuhan energinya A kkal akan
memerlukan cairan 1 x A kkal = B ml atau sekitar 2 liter cairan perhari.
2) Untuk 10 kg pertama berat badan membutuhkan 1 liter cairan, 10 kg kedua berat
badan butuh 500 ml cairan, dan sisanya setiap kilogram berat badan butuh 20 ml
cairan.

Untuk 8 jam kerja di perusahaan perlu disediakan makan dan minum paling sedikit 2/5 (40%)
dari kecukupan energi selama 24 jam atau 30% makan lengkap + 10% selingan. Untuk shift
malam hari perlu diberikan makanan tambahan dengan memperhitungkan kebiasaan makan dan
kecukupan energi per hari.

4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI PEKERJA


a. Konsumsi Makanan
Konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi
secara langsung. Konsumsi pangan yang cukup akan membentuk status gizi yang baik
atau sebaliknya, konsumsi pangan yang tidak cukup akan menimbulkan status gizi yang
buruk pula. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi
baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

b. Lean Body Mass


Lean Body Mass yaitu massa jaringan bebas jaringan adiposa (lean body mass)
terdiri atas otot, tulang, serta cairan ekstraseluler. Komposisi tubuh diukur untuk
mendapatkan persentase lemak, tulang, air, dan otot dalam tubuh. Pengukuran
komposisi tubuh juga ditujukan untuk mendeteksi kebutuhan tubuh terhadap asupan
makanan serta mendapatkan informasi yang relevan terhadap upaya pencegahan dan
penanganan penyakit. Orang yang memiliki massa jaringan bebas lemak yang berlebih
diindikasikan memiliki otot, tulang dan cairan exstraseluler yang berlebih pula. Alat
untuk mengukur lean body mass yaitu salah satunya dengan mesin BIA (Bioelectrical
Impedence Analysis) yang dapat digunakan juga untuk mengukur Indeks Massa Tubuh,
Percent Body Fat, Waist Hip Ratio, Mass Body Fat, Lean Body Mass, Total Body water,
dan lain-lain.

c. Jenis kegiatan
Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja, dan
mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda pula.
d. Faktor tenaga kerja
Faktor tenaga kerja yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur, hamil,
menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena tingginya
penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi
tanpa perhatian gizi, mengakibatkan terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over
nutrisi, disiplin, motivasi dan dedikasi.
e. Faktor ekonomi
Tidak disangka bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan
yang disajikan untuk keluarga sehari-hari. Walaupun demikian, hendaklah
dikesampingkan anggapan bahwa makanan yang memenuhi persyaratan hanya mungkin
disajikan di lingkungan yang berpenghasilan cukup saja, padahal sebenarnya keluarga
yang berpenghasilan yang terbataspun mampu menghidangkan makanan yang cukup
memenuhi syarat gizi bagi anggota keluarganya.

f. Faktor pengetahuan tentang gizi


Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan dapat
membantu keluarga dalam memilih makanan yang bergizi, murah dan memenuhi selera
seluruh keluarga. Kemajuan ilmu dan teknologi pangan berperan penting dalam
mendorong perubahan proses pengolahan makanan, selera, harga dan pola makan
masyarakat.
g. Faktor terhadap bahan makanan tertentu
Adanya orang yang berpikiran salah dengan menggangap bila makan sayuran
yang banyak mengandung mineral dan vitamin akan menurunkan harkat keluarga.
Bahkan ada pula yang tidak mau makan jenis makanan tertentu hanya karena
kepercayaan yang menjurus takhayul, misalnya apabila makan daging akan menjauhkan
rizki.

h. Faktor fadisme
Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Hal ini akan
mengakibatkan kurang berfariasinya makanan dan tubuh akhirnya tidak memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan.

i. Faktor pola makan


Kegemukan disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori yang masuk dibanding
yang keluar. Pola makan berlebihan akan meningkatkan asupan dan menurunkan
keluaran kalori.

j. Faktor lingkungan kerja


Faktor lingkungan kerja yang penting adalah :
1) Tekanan panas
Di lingkungan kerja dengan jenis pekerjaan berat, diperlukan sekurang-kurangnya
2,8 liter air minum untuk seorang tenaga kerja, sedangkan kerja ringan dianjurkan
1,9 liter. Kadar garam tidak boleh terlalu tinggi untuk tenaga kerja yang sudah
beradopsi dengan lingkungan + 0,1%, sedangkan untuk tenaga kerja yang belum
beradopsi + 0,2%. Untuk tenaga kerja yang bekerja ditempat dingin, makanan dan
minuman hangat sangat membantu.

2) Pengaruh kronis bahan kimia


Bahan kimia dapat menyebabkan keracunaan kronis dengan disertai penurunan
berat badan. Vitamin C dapat mengurangi pengaruh zat-zat racun logam berat,
larutan organik, fenol, sianida dan lain-lain. Susu tidak berfungsi sebagai zat
penetral zat racun, namun sebagai upaya meningkatkan daya kerja dan kesegaran
jasmani.
3) Parasit dan mikroorganisme
Tenaga kerja dapat terjangkit mikroorganisme atau parasit yang ada dilingkungan
tempat kerja, misalnya infeksi oleh bakteri yang kronis disaluran pencernaan akan
menyebabkan kekurangan gizi karena terganggunya penyerapan. Cacing tambang
pada pekerja tambang, perkebunan, petani akan menurunkan status gizi.

4) Faktor psikologis
Adanya ketegangan-ketegangan sebagai akibat ketidakserasian emosi, hubungan
manusia dalam pekerjaan yang kurang baik, rangsangan atau hambatan psikologis
dan sosial akan menurunkan berat badan, terjadinya penyakit dan produktivitas
menurun.

5) Kesejahteraan
Kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi diimbangi dengan olahraga akan
menyebabkan kegemukan, hipertensi, hipokolesterol, penyakit jantung dan lain-
lain.

5. CARA MENENTUKAN KEBUTUHAN GIZI PEKERJA DI BERBAGAI


LINGKUNGAN KERJA

Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk
penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan
derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki
peran penting dalam peningkatan produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua
pihak, terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan
waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja. Kebutuhan gizi terutama energi
dipengaruhi oleh Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi
yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis. Keadaan
khusus seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja. Faktor-
faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat
gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.

Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap gizi
kerja adalah:
1. Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi sehingga
pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu diperhatikan kebutuhan air dan
mineral sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi
disarankan untuk minum air, konsumsi sayur dan buah.
2. Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan keracunan
kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya metabolisme tubuh dan
gangguan fungsi alat pencernaan sehingga menurunkan berat badan. Oleh karena itu
dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami
gangguan psikologis.
3. Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan protein dan
antioksidan untuk regenerasi sel.
4. Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering
terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan dan kehilangan zat-
zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.

Tabel penyesuaian kalori menurut derajat kegiatan.

Lingkungan kerja dalam hal ini adalah beban tambahan pada proses bekerja
lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan menjadi pendorong
bagi kegairahan dan efisiensi kerja sedangkan lingkungan kerja yang melebihi toleransi
kemampuan manusia tidak saja merugikan produktivitas kerjanya tetapi juga menjadi
penyebab terjadinya penyakit atau kecelakaan kerja.

 Suhu yang nyaman bagi pekerja sekitar 200C dan 270C dan dalam situasi humiditas
berkisar 35% sampai 60%. Apabila temperatur dan humiditas lebih tinggi, orang
akan merasa tidak nyaman. Situasi ini tidak menimbulkan kerugian selama tubuh
dapat beradaptasi dengan panas yang terjadi. Lingkungan yang sangat panas dapat
mengganggu mekanisme penyesuaian tubuh dan berlanjut kepada kondisi serius dan
bahkan fatal.
 Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5oC di atas tingkatan nyaman akan
menyebabkan penurunan produktivitas sebesar 30%. Suhu tubuh manusia tidak
hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan.
Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu
tubuh.

Anda mungkin juga menyukai