Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan
antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi
pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan (Supariasa,
2002).
Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi. Berbagai jenis
ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal
lemak di bawah kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status
gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini
biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:
usia, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu melakukan pengukuran antropometri dan interprestasi gizi
2. Tujuan khusus
Adapun Tujuan Khusus Dari Makalah Ini, Yaitu :

a. Mampu Melakukan Pengukuran Antropometri Tbal lemak bawah kulit Dan


Interprestasi Gizi
b. Mampu Melakukan Pengukuran Antropometri Lingkar pinggang Dan
Interprestasi Gizi

1
c. Mampu Melakukan Pengukuran Antropometri Lingkar Panggul Dan
Interprestasi Gizi
d. Mampu Melakukan Pengukuran Antropometri Lingkar Lengan Atas Dan
Interprestasi Giz
e. Mampu Melakukan Pengukuran Antropometri Lingkar Perut Dan Interprestasi
Gizi
f. Mampu Melakukan Pengukuran Antropometri Tinggi Lutut Dan Interprestasi
Gizi
g. Mampu Melakukan Pengukuran Antropometri Panjang Ulna Dan Interprestasi
Gizi
h. Mampu Melakukan Pengukuran Antropometri Lingkar Dada Dan Interprestasi
Gizi
i. Mampu Melakukan Pengukuran Antropometri Lingkar Kepala Dan
Interprestasi Gizi

2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A. Antropometri

Antropometri artinya ukuran dari tubuh. Antropometri gizi adalah berhubungan


dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.
Kini, antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri,
perancangan pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data
statistik tentang distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk
menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari,
nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat dapat membuat perubahan dalam
distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), dan membuat
perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometrik.
PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia
sebagai alat menentukan status gizi manusia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam
menggunakan antropometri secara antropometri adalah Konsep Dasar Pertumbuhan.

B. Pengertian PSG
Definisi PSG adalah interprestasi dari data yang didapatkan dengan
menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang
berisiko atau dengan status gizi buruk (Hartriyanti, 2007).
Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok di dalam masyarakat yang paling
mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi.
Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari :
1. Kelompok bayi, umur 0-1 tahun.
2. Kelompok di bawah lima tahun (balita): 1-5 tahun.
3. Kelompok anak sekolah, umur 6-12 tahun.
4. Kelompok remaja, umur 13-20 tahun.

3
5. Kelompok ibu hanil dan menyusui.
6. Kelompok usia (usia lanjut). (Notoatmodjo, 2003)

C. Indeks Antropometri
Tabel 1. Penggolongan Keadaan Gizi Menurut Indeks Antropometri
Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks
Status Gizi
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB
Gizi Baik > 80% > 85% > 90% > 80% > 85%
Gizi Kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%
Gizi Buruk  60%  70%  80%  70%  75%
Sumber: Penilaian Status Gizi. I Nyoman Supriasa, dkk. Jakarta: EGC (2002 : 56)

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.


Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks
antropometri yang sering digunakan yaitu:

1. Indeks Masa Tubuh


IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa
diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti adanya edema, asites
dan hepatomegali. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang


membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang
normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8.

4
Tabel 2. Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kekurangan
Kurus berat badan < 17,0
tingkat berat
Kekurangan berat 17,1-
badan tingkat ringan 18,5
Normal 18,6-
25,0
Kelebihan
Gemuk 25,1-
berat badan
27,0
tingkat ringan
Kelebihan berat
>27,0
badan tingkat berat
Sumber : I Nyoman Supariasa dkk. Jakarta: EGG (2002 : halaman 61
2. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Tinggi badan dapat diukur dalam keadaan berdiri tegak
lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan pantat
menempel pada dinding dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua tangan
bergantung relaks disamping badan. Potongan kayu (atau logam), bagian dari
alat pengukur tinggi badan digeser, kemudian diturunkan hingga menyentuh
bagian atas (verteks) kepala. Sentuhan harus diperkuat jika subjek berambut
tebal

3. Berat badan
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.

5
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan
antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Berat badan menggambarkan jumlah dari
protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh
cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Berat badan merupakan
ukuran antometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru
lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal.
.

4. Tebal Lemak Bawah Kulit


Tebal lipatan lemak kulit menggambarkan perkembangan jaringan lemak
bawah kulit. Pengukuran tebal lipatan lemak bawah kulit ini bisa juga digunakan
untuk memperkirakan jumlah lemak (persentase lemak) yang ada di dalam
tubuh serta tebal lipatan lemak bawah kulit yang digunakan sebagai parameter
kegemukan maupun obesitas. Pengukuran tebal kulit ini dapat dilakukan pada
empat bagian yaitu pada bagian bisep, trisep, subkapsular dan suprailiaka
(Shakeryan, Nikbakht, & Kashkoli, 2013). Pengukuran yang dilakukan pada
bagian trisep salah satunya dapat digunakan untuk mengukur massa otot.
Metode yang digunakan untuk mengukur tebal lipatan lemak dan persentase
lemak ini adalah metode anthropometri dengan teknik skinfold. Metode ini
banyak kelebihannya selain murah juga tidak merugikan kesehatan.

a. Macam-macam tebal lemak bawah kulit


Cara pengukuran tebal lipatan lemak bawah kulit (skinfold ) pada tiap –
tiap bagian adalah sebagai berikut (Indriati, 2010):
1) Bagian trisep
a) Memberikan tanda pada bagian trisep antara siku sampai dengan bagian
ujung bahu.
b) Mengangkat lipatan lemak dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri.

6
c) Memasukkan lipatan lemak kulit pada rahang caliper,kemudian
menandai lemak antara rahang caliper.
d) Melepaskan ibu jari dari caliper sehingga ujung caliper memiliki tenaga
penuh pada lipatan lemak kulit. Membaca segera setelah alat pertama
kali dilepaskan.
e) Untuk memperoleh data yang akurat dapat dilakukan pengukuran pada
dua sampai tiga bagian kemudian dihitung hasil pengukuran rata-rata.
2) Bagian bisep
a) Memberikan tanda pada otot bisep ketika fleksi. Lengan yang akan
dilakukan pengukuran harus relaksasi dan berada dalam posisi tegak
lurus.
b) Mengambil tebal lipatan lemak kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk.
c) Kemudian melanjutkan langkah 3,4 dan 5 pada langkah pengukuran
bagian trisep.
3) Bagian subkapsula
Letaknya sekitar 45 derajat di bawah ujung tulang belikat.
a) Mengambil tebal lipatan lemak kulit di bawah tulang belikat.
b) Memberikan tanda pada tengah-tengah lipatan sambil memegang lipatan
lemak sekitar 1 inchi dari tanda yang sudah diberikan. Kemudian
melanjutkan langkah 3,4 dan 5 pada langkah pengukuran trisep.

4) Bagian suprailiaka
Terletak di atas puncak iliaka pada garis mid axila (sekitar 2,5 cm di
atas pinggul).
a) Mengambil skinfold mengikuti lipatan dari kulit.
b) Memberikan tanda pada tengah-tengah lipatan. Memegang lipatan
sekitar 14 sampai 12 inchi dari tanda yang sudah diberkan. Kemudian
langkah 3,4 dan 5 sama dengan langkah pada pengukuran trisep.
5) Abdomen (Abdominal skinfold)

7
Arah cubitan vertikal dengan jarak 5 cm dari umbilikus. (setinggi
umbilikus).
6) Krista iliaka (Iliac crest skinfold)
Cubitan dilakukan pada crista iliaca. Subjek berdiri dengan salah satu
lengan kanan abduksi 90o. Kemudian jari pemeriksa meraba bagian crista
iliaca serta meraba seluruh permukaan crista iliaca. Lipatan dilakukan pada
pososi miring ke depan dengan sudut kurang lebih 45° terhadap garis
horisontal.
7) Midaxillary
Cubitan dilakukan dengan arah vertikal setinggi sendi xiphosternal
(dibawah sternum) sepanjang garis ilio-axilla. Pada saat dilakukan
pengukuran, salah satu lengan mengambil posisi abduksi 90o.
8) Betis (Medial calf skinfold)
Cubitan dilakukan dengan arah vertical pada medial betis (tengah).
Posisi subjek duduk di kursi dengan posisi kaki fleksi 90o.
9) Paha Bagian Depan (Front thigh skinfold)
Pengukur berdiri menghadap sisi kanan subyek. Subyek dalam posisi
duduk di kursi dengan lutut fleksi 90o. Cubitan dilakukan dengan arah
vertikal pada garis tengah aspek anterior paha di pertengahan antara lipat
paha dengan tepi atas patell
10) Dada (chest)
Cubitan dilakukan sedikit miring sesuai dengan lipatan ketiak depan
sepanjang linea axillaris anterior.
5. Lingkar Pinggang
Lingkar pinggang adalah indikator untuk menentukan obesitas
abdominal yang diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang
diukur di antara crista illiaca dan costa XII pada lingkar terkecil, diukur dengan
pita meteran non elastis (ketelitian 1 mm). Bertambahnya ukuran lingkar
pinggang berhubungan dengan peningkatan prevalensi hipertensi (Harris et al.,
2004). Penelitian yang dilakukan oleh Seidell et al. (2001) menunjukkan bahwa

8
ukura nlingkar pinggang yang besar berhubungan dengan tingginya tekanan
darah. Pada penelitian lain yang dilakukan Seidell et al. (2001) dan Wang et al.
(2004) ukuran lingkar pinggang yang besar berhubungan dengan peningkatan
faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskular karena lingkar pinggang dapat
menggambarkan akumulasi dari lemak intra abdominal atau lemak visceral.
Pada penelitian Wang dan Hoy (2004) didapatkan bahwa lingkar pinggang
merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular yang paling menentukan jika
dibandingkan dengan pengukuran IMT.
6. Lingkar panggul
Lingkar panggul adalah indikator untuk menentukan obesitas abdominal
yang diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang diukur pada
lingkar maksimal dari pantat dan pada bagian atas simpysis ossis pubis. Lingkar
panggul yang besar (tanpa menilai IMT dan lingkar pinggang) memiliki risiko
diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular yang lebih rendah (Seidell et al.,
2001; Snijder et al., 2003).
Rasio lingkar pingang-panggul adalah Rasio lingkar pinggang terhadap
panggul adalah indikator untuk menentukan obesitas abdominal yang diperoleh
dengan cara menghitung perbandingan antara lingkar pinggang (cm) dan lingkar
panggul (cm). Pada wanita usia 70-80 tahun setiap peningkatan 0,1 inchi pada
rasio lingkar pinggang panggul dapat menjadi faktor predisposisi peningkatan
kematian sebesar 28% (Proquest, 2009). World Health Organization (2000)
secara garis besar menentukan kriteria obesitas berdasarkan rasio lingkar
pinggang panggul jika rasio lingkar pinggang panggul pria > 0,90 dan pada
wanita > 0,80.

7. Lingkar Perut-Pinggang
Lingkar perut adalah pengukuran yang dilakukan untuk memnatau resiko
kegemukan dan resiko penyaki jantung.
8. TB Estimasi Menggunakan Tinggi Lutut

9
TB estimasi menggunakan tinggi lutut adalah pengukuran yang
dilakukan untuk mengetahui TB badan seseorang sehingga dapat di ketahui
staus gizinya. Tinggi lutut dapat digunakan pada pasien yang tidak
memungkinkan diukur dalam keadaan berdiri (normal) maka tinggi badan
dapat diperkirakan dengan cara menguku tinggi lutut atau panjang depa.
9. TB Estimasi Menggunakan Panjang Ulna
TB estimasi menggunakan Panjang ulna adalah pengukuran yang diukur
dari ujung proksimal olekranon sampai ujung distal prosesus stiloid dengan
siku difleksikan dan tangan subjek memegangi bahu yang berseberangan.
Panjang ulna di gunakan untuk mengetahui informasi mengenai ahli forensik,
anatomi dan antropologi untuk menentukan tinggi badan dari panjang ulna
terutama pada etnis Sangihe. Estimasi tinggi badan telah dianggap sebagai
salah satu parameter antropologi forensik dan membantu dalam membangun
profil biologis.
Penentuan identitas individu dari bagian tubuh yang teramputasi menjadi
sangat penting saat ini terutama seiring dengan meningkatnya frekuensi
kejadian bencana alam seperti badai, gempa bumi, banjir dan musibah buatan
manusia seperti serangan teroris, ledakan bom, kecelakaan masal, pembunuhan
dengan mutilasi dan peperangan dimana kebanyakan korban tidak dapat
diidentifikasi lagi karena terjadi kerusakan yang parah dari jenazah korban.
10. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak
secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa patologi dari besarnya kepala
atau peningkatan ukuran kepala. Secara normal, pertambahan ukuran lingkar
pada setiap tahap relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh faktor ras, bangsa
dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35
cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan pertama
atau menjadi + 44cm. Pada bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat
dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar

10
kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun
lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm.
11. Lingkar lengan atas
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Lingkar lengan atas
merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah
dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh.
Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah
kulit.
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak
dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk
menilai keadaan gizi dan pertumbuhan.
12. Lingar Dada
Lingkar dada adalah pengukuran yang dilakukan pada anak berumur 2-3
tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar kepala sama dengan umur 6
bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorang tumbuh secara lambat dan
pertumbuhan dada lebih cepat.

11
BAB III
METODE
A. Tempat Dan Waktu
 Tempat
Kampus jurusan gizi dalam kelas 2B
 Waktu
Senin 13 Juni 2016
B. Obyek/Sasaran
 Remaja : waode hardianti
 Balita : zakwan tri ramdan

C. Alat Yang Digunakan


1. Tebal lemak bawah kulit
Alat yang digunakan pada pengukuran tebal lemak bawah kulit adalah
mengunakan alat skinfold, kalkulator, hasil ukur TB yang bersangkutan.
2. Lingkar pinggang
Alat yang digunakan pada pengukuran lingkar pinggang adalah pita ukur
berbahan fiberglass (lebar 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah), kalkulator, hasil
ukur TB yang bersangkutan.
3. Lingkar panggul

Alat yang digunakan pada pengukuran lingkar panggul adalah pita ukur
berbahan fiberglass (lebar 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah), kalkulator, hasil
ukur TB yang bersangkutan.

4. Lingkar Perut
Alat yang digunakan pada pengukuran lingkar perut-panggul adalah pita
ukur berbahan fiberglass (lebar 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah), kalkulator,
hasil ukur TB yang bersangkutan.

5. TB Estimasi Menggunakan Tinggi Lutut

12
Alat yang digunakan pada pengukuran tinggi lutut adalah meteran,
kalkulator, hasil ukur TB yang bersangkutan.
6. TB Estimasi Menggunakan Panjang Ulna
Alat yang digunakan pada pengukuran panjang ulna adalah meteran.
7. Lingkar kepala
Alat yang digunakan pada pengukuran lingkar kepala adalah pita ukur
berbahan fiberglass (lebar 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah)
8. Lingkar dada
Alat yang digunakan pada pengukuran lingkar dada adalah pita ukur
berbahan fiberglass (lebar 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah).
9. Lingkar lengan atas
Alat yang digunakan pada pengukuran lingkar lengan atas adalah adalah pita ukur
berbahan fiberglass (lebar 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah).
10. Tinggi badan

Alat yang digunakan pada pengukuran tinggi badan adalah adalah microtoic
tapi yang kami gunakan pada saat pengukuran tinggi badan adalah pita ukur

11. Berat badan

Alat yang digunakan pada pengukuran berat badan adalah adalah timbangan berat
bdan

D. Prosedur Kerja
1. Berat badan
a. Pakaian yang digunakan subjek : pakaian biasa (usahakan dengan pakaian
minimal).
b. Subjek tidak menggunakan alas kaki.
c. Dikalibrasi alat yang akan digunakan sebelum pengukuran.
d. Dipastikan timbangan berada pada penunjukkan skala dengan angka 0,0.

13
e. Subjek berdiri di atas timbangan dengan berat yang tersebar merata pada kedua
kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus kedepan diusahakan tetap
tenang.
f. Dibaca berat badan dengan tampilan skala 0,1 kg terdekat.
2. Tinggi badan
a. Subjek tidak mengenakan alas kaki, lalu posisikan subjek tepat di bawah
Microtoice.
b. Kaki rapat, lutut lurus, sedangkan tumit, pantat dan bahu menyentuh dinding
vertikal.
c. Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu menyentuh dinding
vertikal. Tangan dilepas ke samping badan dengan telapak tangan menghadap
paha.
d. Mintalah subjek untuk menarik napas panjang dan berdiri tegak tanpa
mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang. Usahakan
bahu tetap santai.
e. Tarik Microtoice hingga menyentuh ujung kepala, pegang secara horisontal.
Pengukuran tinggi badan diambil pada saat menarik napas maksimum, dengan
mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka untuk menghindari kesalahan
penglihatan.
f. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat

3. Tebal Lemak Bawah Kulit


Metode yang digunakan untuk mengukur tebal lipatan lemak dan
persentase lemak ini adalah metode anthropometri dengan teknik skinfold. Metode
ini banyak kelebihannya selain murah juga tidak merugikan kesehatan.
Cara Pengukuran Tebal Lipatan Lemak Bawah Kulit (Skinfold) yaitu
pengukuran tebal lipatan lemak bawah kulit (skinfold) dan persentase lemak dapat
dilakukan dengan menggunakan alat skinfold caliper dengan satuan millimeter.
Pengukuran dapat dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali pada masing-masing
pengukuran. Hasil yang diperoleh adalah hasil rata-rata dari pengukuran jika

14
dilakukan sebanyak dua kali dan nilai median jika dilakukan sebanyak tiga kali.
Subjek yang diukur harus dalam keadaan relaksasi dan tegak. Untuk memperoleh
hasil yang akurat pada pengukuran tebal kulit dibutuhkan keterampilan yang baik
agar dalam pengukuran tidak terdapat kesalahan yang signifikan. Menurut Lohman
et al., dalam Shakeryan et al., (2013) untuk mendapatkan keakuratan tersebut perlu
diperhatikan langkah-langkah pengukuran sebagai berikut :
a. Pakaian tidak perlu dibuka (cukup menyingsingkan pakaian pada bagian yang
akan diukur).
b. Mengangkat dan memegang lipatan bawah kulit dengan ibu jari dan jari
telunjuk. Kemudian kemudian menempatkan skinfold caliper diantara lipatan
lemak bawah kulit sekitar 14 sampai 12 inchi dari jari yang memegang lipatan.
c. Ketika dilakukan pengukuran, jari tetap memegang lipatan lemak. Jadi skinfold
caliper tidak digunakan untuk menahan sekaligus mengukur tebal kulit
melainkan hanya untuk mengukur tebal lipat kulit.
d. Untuk memperoleh hasil yang akurat, dapat dilakukan pada dua atau tiga
tempat yang kemudian diambil hasil rata-rata dari pengukuran.

4. Lingkar Pinggang
1) Pakaian yang digunakan subyek : longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur
dapat diletakan dengan sempurna.
2) Subyek berdiri dengan tegak dengan perut dalam keadaaan relaks.
3) Pengukur jongkok menghadap ke subyek sehingga dapat menentukan dengan
baik tingkat maksimal dari pinggang.
4) Pengukur meletakan alat ukur melingkar secara horisontal pada bagian
pingggang yang paling kecil. Seorang pembantu diperlukan untuk meletakan
alat ukur dengan tepat.
5) Alat ukur yang tidak terlalu kencang dan juga tidak longgar. Cukup menyentuh
kulit, tidak sampai menekan kulit.
6) Catat hasil pengukuran sesuai angka pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

15
5. Lingkar panggul
1) Pakaian yang digunakan subyek : longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur
dapat diletakan dengan sempurna.
2) Subyek berdiri tegak, kedua lengan tangan berada pada kedua sisi tubuh dan
kaki rapat.
3) Pengukur jongkok disamping subyek sehingga dapat menentukan dengan baik
tingkat maksimal dari panggul.
4) Pengukur meletakan alat ukur melingkar secara horisontal pada bagian
panggul. Seorang pembantu diperlukan untuk meletakan alat ukur dengan
tepat.
5) Alat ukur yang tidak terlalu kencang dan juga tidak longgar. Cukup
menyentuh kulit, tidak sampai menekan kulit.
6) Catat hasil pengukuran sesuai angka pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
6. Lingkar Perut
a. Sebelum melakukan pengukuran, jelaskan kepada subjek tindakan apa saja
yang akan dilakukan dalam pengukuran.
b. Bila tersedia tenaga pengukur berjenis kelamin wanita dan pria, sebaiknya
tenaga pengukur wanita mengukur subjek wanita dan tenaga pengukur pria
mengukur subjek pria.
c. Pengukur meminta dengan santun agar subyek membuka pakaian bagian atas,
dengan cara menyingkapkan pakaian bagian atas.
d. Penetuan titik pengukuran :
1) Raba tulang rusuk paling akhir, beri tanda titik pada bagian bawah tulang
rusuk paling akhir.
2) Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul
3) Tetapkan titik tengah diantara titik tulang rusuk terakhir dengan titik ujung
lengkung tulang pangkal paha/panggul. Tandai titik tengah tersebut
dengan alat tulis.
4) Subjek diminta berdiri tegak dan bernapas dengan normal.

16
5) Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai dari titik tengah kemudian
secara sejajar horisontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju
titik tengah di awal pengukuran.
6) Catat hasil pengukuran sesuai angka pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

7. TB Estimasi Menggunakan Tinggi Lutut


a. Responden duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk sudut
900 proximal hingga patella.
b. Kaki diletakkan di atas alat pengukur tinggi lutut dan pastikan kaki
responden membentuk sudut 900 dengan melihat kelurusannya pada tiang
alat ukur.
c. Dibaca dengan sedikit menjongkok sehingga mata pembaca tepat berada
pada angka yang ditunjukkan oleh alat ukur.
d. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.

8. TB Estimasi Menggunakan Panjang Ulna


Pengukuran diukur dari ujung proksimal olekranon sampai ujung distal
prosesus stiloid dengan siku difleksikan dan tangan subjek memegangi bahu
yang berseberangan.

9. Lingkar lengan atas


a. Persiapan alat dan subyek : pastikan alat ukur dalam keadaan baik, tidak
kusut / permukaannya masih rata. Subyek dalam keadaan rileks, lengan
bebas lengan baju dan otot lengan dalam keadaan titik tegang atau kencang.
b. Tetapkan posisi bahu dan siku, kemudian letakkan pita antara bahu dan siku.
c. Tentukan titik tengah lengan. Pengukuran LLA dilakukan pada bagian
pertengahan antara pangkal lengan atas (kaput humeri) dan ujung siku
(olekranom).
d. Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan, jangan terlalu ketat dan jangan
pula terlalu longgar.

17
e. Baca dan catat hasil pengukuran mendekati satu decimal.

10. Lingkar Kepala


a. Subjek (bayi) lebih nyaman dalam dekapan ibunya.
b. Lepaskan hiasan kepala
c. Lingkakan pita mengelilingi kepala melalui bagian-bagian: tulang dahi, tepat
diatas kening (rongga mata bagian tepi atas) sampai tulang belakang kepala
(pertemuan antara tulang kepala dan tulang ubun-ubun serta tulang kepala
bagian belakang), dengan kedua sisi yang sejajar dengan satu bidang.
d. Catat hasil pengukuran sesuai angka pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
11. Lingar Dada
a. Subjek lebih nyaman dalam posisi duduk. Usahakan agar subjek serileks
mungkin, agar pernapasan lebih teratur.
b. Lingkarkan pita mengelilingi dada, melalui puting susu tepat ditengah –
tengah daerah pernapasan.
c. Catat hasil pengukuran sesuai angka pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengukuran Dewasa
 Hasil Pengukuran suci ana mani

N Tgl/Bln/ Lipan LIL T.Lut P.Uln L.Per


o Nama/ Thn TLBK Lipi g A ut a ut BB TB

Alam (cm (cm (cm (kg


at (cm) (cm) ) ) (cm) ) (cm) ) (cm)
Suci
ana 1/7/199 Trisep 23,
1 mani 4 =30 65,4 83,5 6 38 22,8 59,8 49 155
Bisep =
19
Supkapul
ar = 21
Supliciar
= 23

 pembahasan
1. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Indeks massa tubuh (IMT) atau BodyMass Indeks (BMI) merupakan
alat atau cara yang sederhana untuk menentukan status gizi orang dewasa.
Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi
sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit
degeneratif8.[1]
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan
berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass
Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi
Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupaka alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan

19
kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan
normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih
panjang.

Adapun rumus pengukuran IMT adalah :

Rumus : IMT =

Dik : BB = 49kg

TB = 155cm = 1,55 m

Dit : IMT…??

Penye: IMT =

BBI 49 49
IMT = 2 = 2 = = 20 (GiziBaik)
TB cm 155 m 2 , 40

Berdasarkan data hasil pengukuran yang telah dilakukan dilihat


bahwa subjek yang bernama Besse Ferawati dengan BB = 49 kg dan TB = 155
cm memiliki IMT 20 cm. Menurut tabel kategori IMT (IOTIF, WHO 2000,
Penduduk Asia Dewasa) BMI (kg/m2) dengan 18,50 – 22,99 termasuk dalam
kategori normal.

2. Tebal Lemak Bawah Kulit


Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi asam
lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol. Sifat
umum lipid ada yang tidak larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut
non polar (Murray, Granner, & Rodwell, 2009). Persentase lemak cenderung
bertambah pada bagian pinggul, abdomen dan paha seiring dengan
bertambahnya usia.

20
a. Dampak Kelebihan Lemak
Trigliserida yang berlebih di dalam tubuh dapat menyebabkan
trombus dan plak dalam pembuluh darah sehingga aliran darah terhambat.
Adanya plak ini terjadi karena penumpukan makrofag untuk memakan
benda asing yang dirasa berbahaya bagi tubuh. Hal ini menyebabkan jantung
melakukan kompensasi yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
(Agustini, Wahyuni, & Nila, 2013).
Menurut Ballard dalam R, A, & I (2013) timbunan lemak dan
trigliserida di dalam tubuh terjadi akibat pertumbuhan sel secara hipertrofi
dan hiperplasia sehingga menimbulkan obesitas dan muncul penyakit lain
seperti aterosklerosis, diabetes mellitus dan gangguan kardiovaskular .
Lemak tidak semuanya digunakan oleh tubuh sebagai energi. Ada
yang sebagian disimpan dalam jaringan adiposa sebagai cadangan energi.
Pembakaran lemak menjadi kalori dalam darah akan menyebabkan
meningkatnya benda keton di darah (ketosis). Salah satu dampak ketosis ini
menghambat pembuangan asam urat melalui urin (Ganong, 2008).
b. Perhitungan tebal lipatan kulit
Rumus menghitung tebal lemak bawah kulit :
1) Laki-laki 18-27 tahun
Db = 1,0913 – 0,00116 (trisep+bisep+subskapula+suprailiac)
% BF = [(4,97/Db) – 4,52] x 100
2) Wanita 18-23 tahun
Db = 1,1599 – 0,0717 (30+19+21+23)
= 1,1599 – 0,0717 x log 75,75
= 1,1599 – 0,0717 x 1,88= 1,025
% BF = (495/Db) – 450
= (495/1,025) – 450 = 32,9%
3) Lemak tubuh = 32,9/100 x 49 = 16,12kg

21
4) Besar lemak tubuh = 49 – 16,12= 32,88 kg

Tabel 3: Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit


Klasifikasi Laki-laki Wanita
Lean <8% < 13 %
Optimal 8 – 15 % 14 – 23 %
Slightly 16 – 20 % 24 – 27 %
overfat
Fat 21 – 24 % 28 – 32 %
Obesitas 25 % 33 %
Sumber. Sirajudin 2012.

Menurut goulding A (2003), menetapkan dalam penenelitiannya adalah


kami menetapkan bahwa wanita berusia 4-5 tahun relatif tinggi adipositas
cenderung mempertahankan lintasan jauh lebih tinggi keuntungan lemak,
dibandingkan anak perempuan yang lebih ramping pada awal. Namun
demikian, adalah meyakinkan untuk dicatat bahwa tidak setiap anak dengan
tinggi adipositas awal memperoleh sejumlah besar lemak. Dengan demikian,
meskipun memburuk adipositas lebih mungkin sebagai kemajuan masa kanak-
kanak, maka bukan merupakan konsekuensi tak terelakkan dari memiliki lemak
tinggi Persentase pada 5 y usia. Apakah atau tidak adipositas yang berlebihan
menjadi lebih parah dari waktu ke waktu akan tergantung pada keseimbangan
setiap anak mencapai antara asupan energi dan mereka pengeluaran energi.
Pengukuran longitudinal kami menunjukkan bahwa anak perempuan dari
kelompok persentase lemak rendah adalah mendapatkan rata-rata 2 g lemak
per hari, sedangkan yang dari Persentase kelompok lemak tinggi yang
mengumpulkan sekitar 6 gram lemak sehari-hari.

22
3. Lingkar Pinggang
Rasio lingkar pinggang terhadap panggul adalah indikator untuk
menentukan obesitas abdominal yang diperoleh dengan cara menghitung
perbandingan antara lingkar pinggang (cm) dan lingkar panggul (cm). Pada
wanita usia 70-80 tahun setiap peningkatan 0,1 inchi pada rasio lingkar
pinggang panggul dapat menjadi faktor predisposisi peningkatan kematian
sebesar 28% (Proquest, 2009). World Health Organization (2000) secara garis
besar menentukan kriteria obesitas berdasarkan rasio lingkar pinggang panggul
jika rasio lingkar pinggang panggul pria > 0,90 dan pada wanita > 0,80.
Mekanisme terjadinya hipertensi pada obesitas diperankan oleh beberapa
faktor antara lain: ekspansi volume tubuh, peningkatan curah jantung,
penurunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan aktivitas renin angiotensin
aldosteron, peningkatan leptin, peningkatan asam lemak bebas, peningkatan
endhotelin-1, dan terganggunya aktivitas natriuretic peptide (Semiardji, 2004;
Widjaja et al., 2004).

WHR (Rasio lingkar pinggang dan panggul)

Rumus : WHR =

Dik : L.Pi = 65,4 cm

L.Pa = 83,5cm

Dit : WHR…??

Penye: WHR =

23
lingkar pinggang 65,4 cm
= = 0,78
lingkar panggul 83,5 cm

4. Lingkar panggul

Rasio lingkar pinggang terhadap panggul adalah indikator untuk menentukan


obesitas abdominal yang diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara
lingkar pinggang (cm) dan lingkar panggul (cm). Pada wanita usia 70-80 tahun
setiap peningkatan 0,1 inchi pada rasio lingkar pinggang panggul dapat menjadi
faktor predisposisi peningkatan kematian sebesar 28% (Proquest, 2009). World
Health Organization (2000) secara garis besar menentukan kriteria obesitas
berdasarkan rasio lingkar pinggang panggul jika rasio lingkar pinggang panggul pria
> 0,90 dan pada wanita > 0,80.
Mekanisme terjadinya hipertensi pada obesitas diperankan oleh beberapa
faktor antara lain: ekspansi volume tubuh, peningkatan curah jantung, penurunan
resistensi vaskuler sistemik, peningkatan aktivitas renin angiotensin aldosteron,
peningkatan leptin, peningkatan asam lemak bebas, peningkatan endhotelin-1, dan
terganggunya aktivitas natriuretic peptide (Semiardji, 2004; Widjaja et al., 2004).
Adapu rumus perhitungan rasio lingkar pinggang-panggul yaitu :

WHR (Rasio lingkar pinggang dan panggul)

Rumus : WHR =

Dik : L.Pi = 65,4 cm

L.Pa = 83,5cm

Dit : WHR…?

Penye: WHR =

24
lingkar pinggang 65,4 cm
= = 0,78
lingkar panggul 83,5 cm

5. Lingkar Perut
Cara lain yang biasa dilakukan untuk memantau resiko kegemukan adalah
dengan mengukur lingkar perut. Ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak lebih
dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih dari 80 cm untuk perempuan.
Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan IMT dalam
menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena
peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar perut.
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas
abdominal atau sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian
penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus.
Tabel 5: Standar Obesitas sentral berdasarkan Lingkar Perut

Klasifikasi Laki-laki Wanita


WHO 2000 94 cm 80 cm
Eropa 102 cm 88 cm
Asia Pasifik 90 m 80 m
Sumber: WHO
6. TB Estimasi Menggunakan Tinggi Lutut
Tinggi lutut direkomendasi oleh World Health Organization (WHO) untuk
digunakan sebagai prediktor dari tinggi badan pada seseorang yang berusia ≥60
tahun (lansia). Proses bertambahnya usia tidak berpengaruh terhadap tulang yang
panjang seperti lengan dan tungkai, tetapi sangat berpengaruh terhadap tulang
belakang. Tinggi lutut diukur dari bawah maleolus lateral fibula ke tumit. Langkah
ini digunakan untuk individu yang ≥ 60 tahun atau tidak dapat berdiri atau memiliki
kelainan bentuk tulang belakang.

25
Adapun rumus pengukuran tinggi lutut pada wanita dan pria yaitu :

Wanita => = 84,88 + ( 1,83 knee height) - (0,24 age )

= 84,88 + (1,83 X 38) - (0,24 X 18)

= 84,88 + 69.54 – 4,32

= 150,1 cm

Selisih = TB – TB prediksi

= 155 cm – 150,1 cm

= 4,9cm

Pria => 64,19 + (2,02 TL) – (0,04 U)

7. TB Estimasi Menggunakan Panjang Ulna


TB estimasi menggunakan Panjang ulna adalah pengukuran yang diukur dari
ujung proksimal olekranon sampai ujung distal prosesus stiloid dengan siku
difleksikan dan tangan subjek memegangi bahu yang berseberangan. Panjang ulna
di gunakan untuk mengetahui informasi mengenai ahli forensik, anatomi dan
antropologi untuk menentukan tinggi badan dari panjang ulna terutama pada etnis
Sangihe. Estimasi tinggi badan telah dianggap sebagai salah satu parameter
antropologi forensik dan membantu dalam membangun profil biologis.
8. Lingkar lengan atas

lingkar lengan atas adalah cara yang dapat digunakan untuk mengetahui
status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil
mengukur kadar Hb .

lila = lila ukur : lila standar x 100

= 26 :28,5 x 100

26
=91,23 % (normal)

Lila :

Obesitas : >120 %

Overwight : 110-120 %

Normal : 90 – 110 %

Underweight : < 90 %

Berdasarkan hasil pengukuran antropometri menunjukan bahwa LILA sebesar


91,23 % tergolong normal berdasarkan kategori Tebal Lemak

B. Hasil Pengukuran Balita


 Hasil Pengukuran Anak Balita

N Tgl/Bln/ L.Kepal L.Dad


o Nama/ Thn TLBK a a BB TB
(kg (cm
Alamat (cm) (cm) (cm) ) )
Trisep
1 20/09/2011 =11,9 17 100
Bisep = 16
Supkapula
r = 11
Supliciar =
10

27
 Pembahasan
1. Lingkar kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak
secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa patologi dari besarnya kepala
atau peningkatan ukuran kepala. Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam
ilmu kedokteran anak praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi
dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Lingkar kepala bayi yang
baru lahir di Indonesia rata-rata 3 cm dan di Negara maju 3,5 cm. kemudian
pada usia 6 bulan menjadi 40 cm (bertambah 1,5 cm setiap bulan). Pada umur 1
tahun lingkar kepala mencapai 45-47 cm (bertambah 0,5 cm tiap bulan). Pada
usia 3 tahun menjadi 50 cm dan pada umur 10 tahun 53 cm.
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.
Ukuran otak pun meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar
lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi.
Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat
bervariasi sesuai keadaan gizi.

2. Lingkar dada
Lingkar dada adalah pengukuran yang dilakukan pada anak berumur 2-3
tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar kepala sama dengan umur 6
bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorang tumbuh secara lambat dan
pertumbuhan dada lebih cepat Dilakukan pada bayi/anak dalam keadaan
bernafas biasa dengan titik ukur pada areola mammae. Biasanya dilakukan pada
anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada
umur 6 bulan. Setelah umur ini lingkar kepala lebih lambat dari pada lingkar
dada. Pada anak yang mengalami KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang
lambat : rasio dada dan kepala < 1
3. Tinggi badan

28
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri menunjukan bahwa tinggi
badan anak balita yang berusia 4 tahun 7 bulan sebesar 100 kg

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
PSG adalah interprestasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan
berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang berisiko atau
dengan status gizi buruk (Hartriyanti, 2007).
Adapun macam-macam pengukuran antropometri yaitu tebal lemak bawah
kulit, lingkar pinggang-panggul, lingkar perut-pinggang, TB estimasi menggunakan
tinggi lutut, TB estimasi menggunakan panjang ulna, lingkar kepala, dan lingkar dada.
B. Saran
Sebaiknya dalam melakukan pengukuran antropometri harus lebih hati-hati dan
teliti agar tidak diperoleh hasil kesalahan yang signifikan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Z., Wahyuni, E. S., & Nila, F. (2013). Hubungan asupan lemak (lemak jenuh, tak
jenuh, kolesterol) dan natrium terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di
Poli Penyakit Dalam RSP Batu Universitas Brawijaya.

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Kedokteran EGC, Jakarta.

Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2009). Biokimia harper (27 ed.).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Goulding, A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003). Body
composition of 4- and 5-year-old New Zealand girls: a DXA study of initial
adiposity and subsequent 4-year fat change International Journal of Obesity (2003)
27, 410–415

Hartriyanti, 2007. Antropometrik pengukuran dan analisis komposisi tubuh


remaja obesitas dengan dan tanpa sindrom metabolik

Indriati, E. (2010). Antropometri untuk kedokteran, keperawatan, gizi dan olahraga.


Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Notoadmodjo. (2003). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

30
Supariasa. D. N, Bachyar. B & Ibnu. F. 2001. Penilaian Status Gizi. Kedokteran EGC,
Jakarta.

Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia
dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Shakeryan, S., Nikbakht, M., & Kashkoli, H. B. (2013). Validation of percent body fat
using skinfold-thickness, bioelectrical impedance analysis and standard hydrostatic
method in male wrestlers. Journal of Public Health and Epidemiology, 5(1), 15-19.

31

Anda mungkin juga menyukai