Anda di halaman 1dari 25

Cara

Angka
Kecukupan Penilaian Menentukan
Kecukupan Status Gizi
Gizi Status Gizi Kebutuhan
Gizi
Gizi
Kecukupan Gizi
Kecukupan gizi merupakan suatu ukuran kecukupan rata-rata zat gizi
setiap hari untuk seseorang yang disesuaikan dengan golongan umur, jenis
pekerjaan, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal dan mencegah terjadinya defisiensi zat gizi
(Depkes, 2005).
Menurut Sastrowinoto (1985), konsumsi energi didefinisikan sebagai
suatu energi yang dikeluarkan atau dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan
aktivitas tertentu. Konsumsi energi pada manusia diukur dengan KiloKalori
(KKal). Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) adalah
konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi
pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh
dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan
yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara
sosial dan ekonomi.
Banyaknya energi yang dihasilkan oleh makanan dapat diukur atau
ditentukan dengan:
a. Cara langsung yaitu dengan memakai alat yang disebut “Bomb
Calorimeter”.
Unit untuk mengukur energi adalah kalori (=kal) dimana satu kalori
menyatakan banyaknya panas yang dipakai untuk menaikkan suhu satu
liter air setinggi satu derajat Celsius. Dalam Bomb Calorimeter oksidasi
1 gram karbohidrat menghasilkan 4.1 Kalori,1 gram lemak 9.45 Kalori,
dan 1 gram protein 5.65 Kalori.
Bomb kalorimeter adalah alat yang
digunakan untuk mengukur jumlah kalor
(nilai kalori) yangdibebaskan pada
pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih)
suatu senyawa, bahan makanan,
bahanbakar. Sejumlah sampel ditempatkan
pada tabung beroksigen yang tercelup
dalam medium penyerapkalor (kalorimeter),
dan sampel akan terbakar oleh api listrik
dari kawat logam terpasang dalam tabung.
Sejumlah sa mpel dalam suatu ruang
bernama “BOMB” dan dinyalakan atau
dibakar dengan system penyalaan elektris
sehingga sampel tersebut terbakar habis
dan menghasilkan panas. Prinsip kerja Bpmb
Calorimeter ialah jumlah panas yang diukur
dalam calorimeter adalah total energy dari
bahan atau sampel. Dalam penetapan
energy total terjadiperubahan energy kimia
dalam suatu bahan atau samoel menjadi
energy panas dan diukur jumlah panas yang
dihasilkan.
b. Cara tak langsung yaitu dengan perhitungan kadar karbohidrat, lemak,dan
protein.
Di dalam tubuh baik karbohidrat,lemak,maupun protein tidak
seluruhnya dapat terbakar,karena adanya kehilangan-kehilangan dalam
proses pencernaan dan ekskresi. Karena itu oleh Atwater dan Bryant
disarankan agar dilakukan reduksi sebanyak 2% untuk karbohidrat,5 %
untuk lemak, dan 29,2% untuk protein,sehingga setelah dihitung dengan
pembulatan-pembulatan diperoleh angka sebagai berikut:
1 gram karbohidrat ………………………………… 4 Kalori
1 gram lemak ……………………………………… 9 Kalori
1 gram protein …………………………………….. 4 Kalori
Angka-angka tersebut kemudian dikenal sebagai “Faktor Atwater”
yang biasa digunakan dalam memperhitungkan nilai energi makanan atau
bahan makanan.
Angka Kecukupan Gizi
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended Dietary
Allowances (RDA) dalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan
pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua
orang sehat di suatu negara. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika, serta keadaan hamil dan
menyusui.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan didasarkan pada patokan
berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, dan aktifitas fisik.
Dalam penggunaannya bila kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai
rata-rata berat badan yang berbeda dengan patokan, maka perlu dilakukan
penyesuaian. Bila berat badan kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu
kurus, maka AKG dihitung berdasarkan berat badan idealnya. AKG yang
dianjurkan tidak dipergunakan untuk perorangan atau individu, namun lebih
menggambarkan kelompok penduduk/masyarakat.
Angka Kecukupan gizi dianjurkan digunakan untuk tujuan seperti :
 Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk
atau kelompok penduduk; perlu diketahui pola pangan dan
distribusi penduduk
 Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan atau
kelompok; perlu ditetapkan patokan berat badan untuk masing-
masing gender, dan bila menyimpang dari patokan berat badan
dilakukan penyesuaian
 Perencanan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit,
sekolah, industri, asrama, dan lain-lain
 Menetapkan standar bantuan pangan; misalnya dalam keadaan
darurat, dan untuk kelompok penduduk yang berisiko seperti balita,
anak sekolah, ibu hamil
 Menilai kecukupan persediaan pangan nasional
 Merencanakan program penyuluhan gizi
 Mengembangkan produk pangan baru di industri
 Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling gizi pangan
Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variable tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk
variable tententu. Status gizi juga dinyatakan sebagai keadaan tubuh
yang merupakan akibat dari konsumsi makanan dan penurunan zat-zat
gizi dengan 3 klasifikasi, yaitu status baik, kurang baik, dan lebih.
Konsumsi makanan seseorang berpengaruh terhadap status gizi orang
tersebut. Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secara optimal. Status gizi kurang baik terjadi apabila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi
lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah yang
berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan
Penilaian Status Gizi
Penilaian secara langsung :
1.Antropometri
2.Klinis
3.Biokimia
4.Biofisik

Penilaian secara tidak langsung :


1.Survey konsumsi pangan
2.Statistic vital
3.Faktor ekologi
Secara Langsung

1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia,
ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari
tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan. Tinggi badan, lingkar
lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal
lemak dibawah kulit. Parameter antropometri merupakan dasar dari
penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut
indeks antropometri.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
c. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
d. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
e. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur
f. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
g. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia (Sumber: Depkes,
1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi orang dewasa, Jakarta).
Kategori IMT

Kekurangan berat badan tingkat < 17,0


berat
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat 17,0-18,5
ringan

Normal >18,5-25,0

Kelebihan berat badan tingkat >25,0-27,0


ringan
Gemuk
Kelebihan berta badan tingkat >27,0
berat
Keunggulan Antropometri
 Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
besar
 Relative tidak membutuhkan tenaga ahli
 Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat
didaerah setempat
 Tepat dan akurat karena dapat dibakukan
 Dapat mendekteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau,
sekarang dan generasi berikutnya
 Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan buruk
karena sudah ada ambang batas yang jelas
 Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan gizi.

Kelemahan Antropometri
 Tidak sensitive, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu
singkat dan tidak dapat membedakan kekurangan gizi tertentu seperti zink
dan Fe
 Faktor diluar gizi (penyakit, genetic, dan penurunan kegunaan energi)
dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri
 Kesalahan yang terjadi padapengukuran dapat dapat memperngaruhi
presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri (Istiany, 2014).
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Kelebihan Penilian Klinis
 Relative murah
 Tidak memerlukan tenaga khusus tetapi memerlukan tenaga paramedic yang bisa
dilatih
 Sederhana, cepat, dan mudah diinterpretasikan
 Tidak memerlukan peralatan yang rumit
Kelemahan Penilian Klinis
 Beberapa gejala klinis tidak mudah dideketsi
 Gejala klinis tidak bersifat spesifik, terutama pada penderita kekurangan Energi dan
Protein (KEP) ringan dan sedang karena KEP dapat disebabkan oleh kekurangan
lebih dari satu zat gizi
 Adanya gejala yang bersifat ganda
 Gejala dapat terjadi pada saat kekurangan dan dapat pula terjadi saat akan
sembuh(Istiany, 2014).
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja,dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah
lagi.
Keungulan Penilaian Biokimia
 Dapat mendeteksi zat gizi lebih dini
 Hasil dari pemeriksaan biokimia lebih objektif karena alat yang selalu ditera
dan dilakukan oleh tenaga ahli
 Dapat menunjang hasil pemeriksaan metode lain dalam penilaian status gizi
Kelemahan Penilaian Biokimia
 Hanya bisa dilakukan setelah timbul gangguan metabolism
 Memerlukan biaya yang mahal untuk alat dan bahan
 Perlu tenaga ahli dalam pemeriksaan
 Kurang praktis dilapangan
 Pada pemeriksaan tertentu specimen sulit diperoleh
 Belum adanya keseragaman dalam memilih nilai normal untuk menentukan
klasifikasi status gizi
 Beberapa hal memerlukan peralatan yang ada dilaboratorium tertentu
(Istiany, 2014).
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan meliht kemampuan fungsi (khusunya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam
situasitertentu seperti kejadian buta senja epidemik, cara yang digunakan
adalah tes adaptasi gelap. Kelemahan ialah sangat mahal, perlu tenaga
professional dan hanya dapat ditetapkan pada keadaan tertentu
saja(Istiany, 2014).
Secara Tidak Langsung

1. Survey Konsumsi Makanan


Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Tujuan pelaksanaan survey ini secara lebih khusus antara lain; (Istiany,
2013).
 Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan
kelompok masyarakat
 Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu
 Menetukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan
makanan
 Sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi
 Sebagai saranan pendidikan gizi masyarakat
 Menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan,
kesehatan, dan gizi masyarakat.
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

3. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari
keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran
faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program
intervensi gizi.
Cara Menentukan Kebutuhan Gizi
1. Zat gizi makro
a. Energi
b. Karbohidrat
c. Protein
d. Lemak

2. Zat gizi mikro


a. Vitamin
b. Mineral

3. Cairan
1. Zat gizi makro
a. Energi
Rumus untuk memperkirakan kebutuhan kalori berdasarkan pada
pengeluaran energi basal (BEE = Basal Energy Expenditure) (Moore, 1997).
BEE mencakup energi yang diperlukan untuk kebutuhan dasar dari
kehidupan, seperti pernapasan, fungsi jantung, mempertahankan suhu
tubuh.
Wanita: BEE = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) – (4,7 x U)
Laki-laki: BEE = 660 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
Keterangan :
BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (cm)
U = umur (tahun)
Sekali BEE ditetapkan, maka kebutuhan energi harian untuk orang sehat
dapat ditentukan, yaitu dengan cara dikalikan dengan faktor aktivitas.
Energi = BEE X Aktivitas Fisik
b. Karbohidrat
Cara untuk menentukan kebutuhan karbohidrat bagi pekerja
berdasarkan prinsip gizi seimbang untuk orang Indonesia kurang lebih
sebesar 60% - 70% dari total energi sehari (Movira, 2008).
Karbohidrat =

c. Protein
Di dalam menu, menghitung kebutuhan energi yang berasal dari protein
kurang lebih 10% - 20% dari total energi per hari (Movira, 2008).
Protein =

d. Lemak
Kebutuhan lemak sangat tergantung dari kebutuhan energi, kurang
lebih 20% - 25% dari total per hari atau minimal 15% dan maksimal 30%
(Movira, 2008).
Lemak =
2. Zat gizi mikro
a. Vitamin
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan
oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.
Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia. Oleh karena itu,
harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi, kecuali vitamin D.

b. Mineral
Mineral disebut sebagai komponen anorganik tubuh atau disebut
juga sebagai abu sisa pembakaran. Karena pada proses pembakaran
sempurna mineral tidak ikut terbakar. Yodium merupakan mineral yang
diperlukan tubuh dalam jumlah yang relatif sangat kecil, tetapi mempunyai
peranan yang sangat penting untuk pembentukan hormon tiroksin.
Kebutuhan yodium per hari sekitar 1-2 g per kg berat badan. Perkiraan
kecukupan yang dianjurkan sekitar dan 150 g per hari untuk orang dewasa.
Untuk wanita dianjurkan tambahan masaing-masing 25 g per hari.
3. Cairan
Air berfungsi sebagai pelarut, mengatur sistim keseimbangan tubuh. Air
diperoleh dari cairan, makanan dan proses metabolisme tubuh. Air
merupakan unsur yang paling banyak di perlukan oleh tubuh, 60% dari
berat badan manusia terdiri dari air (Depkes RI, 2009). Rata-rata asupan
cairan yang diperoleh oleh tubuh dari miuman yaitu sebesar 1400ml,
makanan 700ml, oksidasi makanan 200ml (total 2300ml). Rata-rata
pengeluaran cairan oleh tubuh perhari yaitu buang air kecil (BAK) sebesar
1400ml, buang air besar (BAB) 100ml, perespirasian kulit 100ml, kehilangan
yang tidak terlihat yaitu memalui kulit dan saluran nafas 700ml (total 2300).

Anda mungkin juga menyukai