Anda di halaman 1dari 11

PEMANFAATAN BIOMASSA SEBAGAI SUMBER ENERGI

“ LIMBAH INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA “

OLEH
ANNISA’ SAFITRI
AULA RAHMATIN
M. RIDHO FAJIDWANI

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Alhamdulillah semua itu berjalan dengan baik walaupun masih terdapat kendala.
Dan kami telah menyelesaikan makalah ini yang telah kami buat yang berjudul
“Pemanfaatan Biomassa Sebagai Sumber Energi “ Limbah Industri Tepung Tapioka “ yang
disusun dengan pembahasan materi dengan bahasa yang baik, singkat, padat, dan mudah
dimengerti oleh para pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharap masukan, saran, maupun kritikan yang membangun.

Mataram, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II ISI
2.1 Tepung Tapioka
2.2 Proses Pembuatan Tepung Tapioka
2.3 Limbah yang Dihasilkan dalam Industri Tepung
2.4 Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tepung Tapioka Sebagai Sumber Energi

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa
organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran
limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Limbah sendiri
dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
1. Berdasarkan Wujudnya
Pada pengelompokan limbah berdasarkan wujud lebih cenderung di lihat dari fisik
limbah tersebut. Contohnya limbah padat, disebut limbah padat karena memang
fisiknya berupa padat, sedangkan limbah cair dikarenakan fisiknya berbentuk cair,
begitu pula dengan limbah gas.
- Limbah Gas, merupakan jenis limbah yang berbentuk gas, contoh limbah dalam
bentuk Gas antara lain: Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO),
SO2,HCL,NO2. dan lain-lain.
- Limbah cair, adalah jenis limbah yang memiliki fisik berupa zat cair misalnya:
Air Hujan, Rembesan AC, Air cucian, air sabun, minyak goreng buangan, dan
lain-lain.
- Limbah padat merupakan jenis limbah yang berupa padat, contohnya: Bungkus
jajanan, plastik, ban bekas, dan lain-lain.
2. Berdasarkan Sumbernya
Pada pengelompokan limbah nomor 2 ini lebih difokuskan kepada dari mana
limbah tersebut dihasilkan. Berdasarkan sumbernya limbah bisa berasal dari:
- Limbah industri; limbah yang dihasilkan oleh pembuangan kegiatan industri
- Limbah Pertanian; limbah yang ditimbulkan karena kegiatan pertanian
- Limbah pertambangan; adalah limbah yang asalnya dari kegiatan pertambangan
- Limbah domestik; Yakni limbah yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran
dan pemukiman-pemukiman penduduk yang lain.
3. Berdasarkan Senyawa
Berdasarkan senyawa limbah dibagi lagi menjadi dua jenis, yakni limbah organik
dan limbah anorganik. Limbah Organik, merupakan limbah yang bisa dengan mudah
diuraikan (mudah membusuk), limbah organik mengandung unsur karbon. Contoh
limbah organik dapat anda temui dalam kehidupan sehari-hari, contohnya kotoran
manusia dan hewan. Limbah anorganik, adalah jenis limbah yang sangat sulit atau
bahkan tidak bisa untuk di uraikan (tidak bisa membusuk), limbah anorganik tidak
mengandung unsur karbon. Contoh limbah anorganik adalah Plastik dan baja.
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Selain pengelompokan limbah-limbah diatas masih ada lagi jenis limbah yang
lain, yakni limbah B3. Dari pengertian umumnya limbah merupakan suatu barang sisa
yang bisa berupa padat, cair dan gas. Limbah B3 sendiri merupakan jenis limbah yang
sangat berbahaya, suatu limbah dapat dikatakan sebagai limbah B3 jika mengandung
bahan yang berbahaya serta beracun karena sifat dan konsentrasinya bisa mencemari
lingkungan dan membahayakan kehidupan manusia dan lingkungan. Limbah B3
sendiri masih memiliki beberapa karateristik lagi yakni; Beracun, mudah meledak
mudah terbakar, bersifat korosif, bersifat reaktif, dapat menyebabkan infeksi dan
masih banyak lagi.

1.2 Rumusan Masalah


- Apa bahan baku yang di gunakan dalam industri tepung tapioka ?
- Bagaimana proses pengolahan tepung tapioka ?
- Limbah apa saja yang dihasilkan dalam proses industri tepung tapioka ?
- Bagaimana pemanfaatan limbah cair tepung tapioka sebagai sumber energi ?

1.3 Tujuan
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah mesin dan peralatan.
- Untuk mengetahui bahan baku yang digunakan dalam proses industri tepung tapioka.
- Untuk mengetahui limbah apa saja yang dihasilkan dalam proses industri tepung
tapioka.
- Untuk mengetahui pemanfaatan limbah cair tepung tapioka sebagai sumber energi.
BAB II

ISI

2.1 Tepung Tapioka


Tepung tapioka atau biasa juga disebut tepung kanji, tepung aci atau dalam bahasa
inggrisnya disebut Cassava flour adalah tepung yang diperoleh dari sari pati singkong
atau ketela pohon (Manihot utilissima). Tepung tapioka ini memiliki sifat yang bening
setelah dimasak dengan air sehingga dapat dipakai sebagai pengental aneka hidangan dan
dalam industri yang lebih besar digunakakan sebagai bahan penstabil aneka saus dalam
kemasan. Dalam industri non pangan, tepung kanji digunakan untuk membuat lem kertas
dab bahan perekat.
Untuk menghasilkan tapioka dengan kualitas yang baik, proses pengolahan ubi kayu
harus dilakukan segera setelah dipanen. Penundaan waktu olah akan menyebabkan
aktivitas enzim pendegradasi pati menjadi aktif dan menyebabkan penurunan kualitas
pati (tapioka) yang dihasilkan. Ubi kayu yang sudah dipanen harus segera diolah dengan
waktu tunda tidak lebih dari 2 (dua) hari.
2.2 Proses Pembuata Tepung Tapioka
Tapioka dibedakan menjadi dua macam, yaitu tapioka kasar dan tapioka halus.
Tapioka kasar adalah tapioka yang diperoleh dari hasil pemarutan singkong sampai
didapatkan pati dan sudah mengalami pengeringan, sedangkan tapioka halus merupakan
proses kelanjutan dari tapioka kasar dengan mengalami penggilingan. Secara umum
tahapan proses produksi pada industri tapioka tradisional adalah :
1) Pembersihan; ubi kayu dikupas kulitnya dan dibersihkan dari sisa-sisa tanah yang
masih menempel lalu dimasukkan ke dalam bak cuci. Pengupasan ubi kayu dapat
dilaksanakan di pabrik atau pabrik membeli ubi kayu yang telah dikupas.
2) Pencucian; ubi kayu yang telah dikupas lalu dicuci dalam bak pencuci sampai bersih.
3) Pemarutan, fugsinya agar ukuran singkong menjadi lebih kecil dan memecah sel-sel
pati. Proses ini menggunakan parutan mekanik sambil diberi air yang fungsinya untuk
mengekstrak pati sekaligus untuk mengalirkan bubur singkong.
4) Ayakan; parutan aci basah dimasukkan ke dalam ayakan yang bergerak/bergoyang
dengan as eksentrik. Air aci dialirkan ke dalam bak sedangkan onggok tertampung
untuk dijemur.
5) Endapan; air aci yang serupa susu masuk ke dalam bak pengendapan. Tapioka dalam
bak ini sudah dapat ditentukan kelas mutunya, antara lain terbaik terletak pada meter
kedua hingga meter kelima dan sebagainya.
6) Pengeringan; tapioka basah diambil dengan sekop dijemur mempergunakan nampan
7) Penghalusan; tapioka kering yang telah dijemur masih berbutir kemudian dimasukkan
ke dalam mesin penghalus, dan akhirnya lewat saringan terkumpul dalam bak.
8) Pengepakan; tapioka yang sudah kering dan halus kemudian dikemas ke dalam
karung.

Ubi kayu

Pengupasan Kulit kotoran Pakan /kompos

Pencucian Air buangan

Pemarutan

Onggok kering Onggok/ ampas


Pencucian kering

fermentasi
Penyaringan + air
Pencucian Air buangan

Endapan pati Air buangan

Pengresapan
Penjemuran
Pengeringan

Penggilingan Penggilingan

Pengayakan
Pengayakan Air buangan

Tepung tapioka Tepung serat makanan

Skema Proses Pengolahan Tapioka di Industri Kecil


2.3 Limbah yang Dihasilkan dalam Industri Tepung
Ubi kayu yang diolah menjadi Tapioka menghasilkan juga beberapa hasil samping
berupa limbah. Limbah merupakan buangan dari suatu proses produksi yang sudah tak
terpakai lagi. Karena tidak memiliki nilai ekonomi dan daya guna lagi limbah biasa
sangat membahayakan bila sudah mencemari lingkungan sekitar terutama untuk limbah
yang mengandung bahan kimia yang tak mudah terurai oleh bakteri pengurai. Dalam
industri pengolahan tepung tapioka ini ada dua jenis limbah yang dihasilkan yaitu limbah
padat dan limbah cair.
2.3.1 Limbah Padat
Limbah padat adalah limbah yang berbentuk padat yang mana ada yang mudah
terurai seperti plastik, kaca, dan sebagainya. Dalam pengolahan tepung tapioka ini
limbah padat yang dihasilkan berasal dari kulit yang berasal dari pengupasan ubi
kayu singkong, sisa-sisa potongan ubi kayu/singkong yang tidak terparut berasal
dari proses pemarutan, dan ampas (onggok) yang merupakan sisa dari proses
ekstrasi pati dengan air, terdiri dari sisa-sisa pati dan serat-serat.
2.3.2 Limbah Cair
Limbah cair adalah limbah yang berupa cairan dan biasanya jenis limbah cair ini
sangat riskan mencemari lingkungan sehingga dikenal sebagai entitas pencemar air
dan tanah. Untuk skala industri industri, limbah cair umumnya terdiri dari bahan
buangan padat, bahan buangan organik dan anorganik sisa dari hasil produksi
sedangkan limbah yang biasa dihasilkan oleh rumah tangga/ domestik dapat berupa
air kotor dari pemakaian mandi, cuci, dan toilet. Dalam pengolahan tepung tapioka
ini sendiri limbah cair yang dihasilkan berasal dari pencucian ubi kayu, air
buangan, pencucian alat, dan separator.

2.4 Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tepung Tapioka Sebagai Sumber Energi
Air limbah industri tapioka masih mengandung bahan organik dalam jumlah besar
yang ditandai dengan konsentrasi COD yang sangat tinggi. Penguraian senyawa organik
pada kondisi anaerobik melalui beberapa tahapan dengan 2 tahap diantaranya
merupakan tahap yang penting yaitu tahap pembentukan asam (asidogenesis) oleh
bakteri asidogenik dan tahap pembentukan metana (metanogenesis) oleh bakteri
metanogenik. Kelompok bakteri pertama menghidrolisis polimer organik dalam air
limbah dan mengkonversi hasilnya menjadi asam-asam organik, alkohol, CO2, dan H2.
Produk metabolisme yang berupa asam organik dan alkohol tidak seluruhnya dapat
dikonversi oleh bakteri metanogenik menjadi CH4 dan CO2. Bakteri ini umumnya
tidak dapat mendegradasi alkohol selain metanol dan asam organik selain asam
asetat dan asam format. Untuk membentuk metanol dan asam asetat dari alkohol
dan asam organik lain diperlukan kelompok bakteri ketiga. Kelompok bakteri ini
dikenal sebagai kelompok bakteri asidogenik penghasil H2 (Hasanudin, 1993) Tiga
tahap fermentasi dalam pembentukan metana dinyatakan dalam Gambar 3.13.

Tahap metanogenesis merupakan kelanjutan dari tahap asidogenesis dengan


terjadinya proses penguraian asetat menjadi metana. Pembentukan metana
dilakukan oleh bakteri dari sub divisi acetoclastic metana bacteria yang menguraikan
asam asetat menjadi metana dan karbon dioksida. Permasalahan pada tahap
metanogenesis adalah bakteri metanogenik yang berperan mempunyai laju
pertumbuhan spesifk yang sangat rendah (Metcalf and Eddy 1995)
Proses pembentukan asam dan gas metana dari suatu senyawa organik sederhana
melibatkan banyak reaksi percabangan. Mosey (1983) dalam Manurung (2004) yang
menggunakan glukosa sebagai sampel untuk menjelaskan bagaimana peranan
keempat kelompok bakteri tersebut menguraikan senyawa ini menjadi gas metana
dan karbondioksida sebagai berikut:
1. Acid forming bacteria menguraikan senyawa glukosa menjadi:
2. Acetogenic bacteria menguraikan asam propionat dan asam butirat menjadi:

3. Acetoclastic metana menguraikan asam asetat menjadi:

4. Metana bacteria mensintesis hidrogen dan karbondioksida menjadi:

Penguraian bahan organik secara langsung berhubungan dengan produksi


gas metana. Menurut Grady and Lim (1980) dan Sahm (1984), 1 kg COD dapat
menghasilkan sekitar 350 NL (normal liter) gas metana. Jumlah gas metana dan CO2
yang diproduksi dari penguraian air limbah dapat dihitung bila komposisi air limbah
telah diketahui, yaitu dengan menggunakan persamaan berikut :

Untuk pertumbuhannya, disamping membutuhkan sumber karbon dan sumber


energi, bakteri juga memerlukan garam-garam anorganik untuk mensintesis bahanbahan
pembangun sel. Selain mengandung 54% karbon, 20% oksigen, dan 10 %
hydrogen, massa sel bakteri kering juga mengandung rata-rata sekitar 12% nitrogen,
2% phospor, sulfur, sodium, potassium, kalsium, magnesium masing-masing sekitar
1% dan beberapa trace element seperti Fe, Mg, Mo, Zn, Cu, Co, dan Ni (Sahm, 1984).
Lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap laju perumbuhan
mikroorganisme baik pada proses aerobik maupun anaerobik. Faktor-faktor lingkungan
yang mempengaruhi proses anaerobik antara lain: temperatur, keasaman (pH), dan
konsentrasi substrat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemanfaatan limbah biomassa padat dari industri tapioka relatif sudah cukup
optimal, baik untuk pupuk, pakan, pangan, atau untuk industri turunan seperti asam
sitrat dan bioethanol. Kondisi berbeda terjadi pada limbah biomassa cair (air limbah). Air
limbahagroindustri tapioka mempunyai kandungan bahan organic yang sangat tinggi yaitu
mempunyai COD sekitar 12.000-25.000 mg/l dengan jumlah sekitar 20-25 m3/ton produk.
Untuk mengolah air limbah dengan karakteristik dan jumlah seperti ini agar memenuhi
baku mutu air limbah industri tapioka tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit,
minimal memerlukan lahan yang sangat luas bila diolah dengan cara biologis.

3.2 Saran

Sampai saat ini belum banyak industri tapioka memanfaatkan air limbah sebagai
sumber energi yang dapat menggantikan bahan bakar minyak atau batu bara. Air limbah
tapioka dengan kandungan bahan organik (COD) yang sangat tinggi
merupakan bahan baku yang sangat potensial untuk memproduksi biogas sebagai
sumber energi alternatif melalui proses dekomposisi anaerobik. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan optimalisasi dalam pengolahan limbah cair pada industri tepung tapioka agar dapat
menghasilkan sumber energi baru terbarukan yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar
alternatif untuk industri tepung tapioka itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai