Anda di halaman 1dari 5

MESIN DAN PERALATAN

PROSES PENGOLAHAN GULA PASIR

OLEH
AULA RAHMATIN (J1A016007)
ITP GANJIL 2016

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2018
 Tahap-tahap dalam Pembuatan Gula
Pembuatan gula putih di pabrik gula mengalami beberapa tahapan pengolahan, yaitu
pemerahan nira, pemurian, penguapan, kristalisasi, pemisahan kristal, dan pengeringan.
1. Pemerahan Nira (Ekstrasi)
Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan antara bagian
padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah). Alat
penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa suatu rangkaian alat yang
terdiri dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras) yang dirangkaikan dengan
alat giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan terdiri dari Unigator Mark IV dan
Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong dan pencacah tebu. Setelah tebu
mengalami pencacahan dilakukan pemerahan nira untuk memerah nira digunakan 5
buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3 rol dengan ukuran 36”X64”.

2. Pemurnian Nira
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara
defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia memakai
cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya produksi, bahkan pemurnian mudah di
dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd
Sumber). Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan
Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit dari
hasil pembakaran. Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan
dengan susu kapur dalam defekator, kemudian diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi,
dipanaskan dan diendapkan dalam alat pengendap. Nira kotor yang diendapkan
kemudian disaring menggunakan Rotery Vaccum Filter. Dari proses ini dihasilkan
nira jernih dan endapan padat berupa blotong. Nira jernih yang dihasilkan kemudian
dikirim kestasiun penguapan.
3. Penguapan Nira (Evaporasi)
Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan kadar
air dilakukan penguapan (evaporasi). Dipabrik gula penguapan dilakukan dengan
menggunakan beberapa evaporator dengan sistem multiple effect yang disusun secara
interchangeable agar dapat dibersihkan bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-
5 bejana yang bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total
luas bidang pemanas 5990m2 vo.
Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas
uap bekas secara tidak langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan nira
yang diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap bekas
yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. dalam bejana nomor 2, nira dari
bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana penguapan
nomor 1. Kemudian uap nira yang mengembun dikeluarkan dengan Michaelispot. Di
dalam bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana nomor 2 diuapkan dengan
menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian seterusnya, sampai pada
bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna gelap dengan kepekatan sekitar
60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2 sebagai belancing dan siap dikristalkan.
Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke kondensor sentral dengan perantara
pompa vakum.
4. Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan
vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus
sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan gula D
dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak kembali.
Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan vakum
sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak
rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal
gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu
didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).
5. Pemisahan Kristal Gula
Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja dengan
gaya memutar (sentrifungal). Alat ini bertugas memisahkan gula terdiri dari :
1. 3 buah broadbent 48” X 30”untuk gula masakan A.
2. 4 buah bactch sangerhousen 48” X 28” untuk masakan B.
3. 2 buah western stated CCS untuk D awal.
4. 6 buah batch sangerhousen 48” X 28” untuk gula SHS.
5. 3 buah BNA 850 K untuk gula D.
dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada tingkat B.
Pada tingkat ini terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya menggunakan
gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem ini, tetes dan gula terpisah selanjutnya pada
tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan melasse (tetes gula).

6. Pengeringan Kristal Gula


Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-
kira 20% . Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula kering,
untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus dikeringkan
terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau dengan
memakai udara panas kira-kira 800c. Pengeringan gula secara alami dilakukan
dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang. Dengan melalui talang
ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses pengeringan dengan cara ini
membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara pemanasan. Karena itu,
pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan. Cara ini bekerja atas dasar prinsip
aliran berlawanan dengan aliran udara panas.

 Sumber Tenaga Penggerakan Mesin Pembuat Gula


Tenaga yang menggerakan mesin-mesin pembuat gula selain berasal dari
pembangkit listrik juga berasal dari pembangkit tenaga uap. Sebagai penghasil tenaga
digunakan 5 buah ketel pipa air Niew mark 16 ton/jam masing-masing 440 m2vo
dengan tekanan kerja 15 kg/cm2 dan satu buah ketel cheng-cheng kapasitas 40
ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakan turbin generator dan mesin
uap. Uap bekasnya dipakai untuk memanaskan dan menguapkan nira dalam panci
mengguapkan dan memanaskan gula. Bahan bakar pembangkit tenaga uap adalah
ampas tebu yang berasal dari proses pemerahan nira. Ampas tebu yang di hasilkan
dari proses pemerahan nira tersebut sekitar 30% tebu. Ampas tebu mengandung kalori
sekitar 18000 kca/kg dan kekurangannya di tambah BBM (F,O).
 Kelebihan dan Kekurangan Produksi Gula Menggunakan Mesin Manual
Produksi gula menggunakan mesin manual hasilnya cukup memuaskan, gula
yang diproduksi pun adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Suiker). Selain itu
produksi gula menggunakan mesin manual lebih menghemat energi, karena bahan
bakarnya berasal dari ampas tebu. Tetapi produksi gula menggunakan mesin manual
juga memiliki kekurangan yaitu, tingkat produksi gula belum mampu mengimbangi
tingkat konsumsi masyarakat, karena produksi gula menggunakan mesin manual lebih
sedikit dari pada produksi gula menggunakan mesin yang berteknologi canggih

Anda mungkin juga menyukai