AULA RAHMATIN (J1A016007) MEILAWANTI (J1A016065) PENDAHULUAN Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat, selain harga yang pada umumnya lebih murah, absorpsi protein ikan lebih tinggi dibandingkan dengan produk hewani lainnya seperti daging sapi dan ayam. Hal ini dikarenakan ikan memiliki serat-serat protein lebih pendek daripada serat- serat protein daging sapi dan ayam. Jenis ikan sangat beragam dan mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah mengandung omega-3 dan omega-6 dan kelengkapan komposisi asam amino (Pandit, 2008). KANDUNGAN • ikan memiliki serat-serat protein lebih pendek daripada serat-serat protein daging sapi dan ayam. Jenis ikan sangat beragam dan mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah mengandung omega-3 dan omega-6 dan kelengkapan komposisi asam amino. • Ikan mengandung kurang lebih 18 gr protein setiap 100 gr ikan segar. Sedangkan ikan yang telah dikeringkan dapat mencapai kadar protein 40 gr dalam 100 gr ikan kering. • Kandungan yodium yang terkandung dalam ikan mencapai 83mikogram/100 gram ikan. • Selain mengandung protein,ikan yang kaya akan mineral seperti kalsium, phospor yang diperlukan untuk pembentukan tulang, serta zat besi yang diperlukan untuk pembentukan haemoglobindarah. • kandungan lemak pada ikan sebesar 70% terdiri dari asam lemaktak jenuh (Unsaturated Fatty Acid). SENYAWA BIOAKTIF PADA IKAN 1. Fish protein hydrolysates (FPH) 2. Flavonoid dan dinicocysteinate kromium 3. Asam lemak tak jenuh / Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) Fish protein hydrolysates (FPH) • FPH menunjukkan sifat bioaktif seperti aktivitas antioksidan, antihipertensi, anti-trombotik dan imunomodulator. • Aktivitas antihipertensi yang dilakuakan protein hidrolisat terutama dikaitkan dengan penghambatannya terhadap Angiotensin converting enzyme (ACE), yang merupakan target utama untuk obat-obatan. Flavonoid dan dinicocysteinate kromium • bermanfaat untuk membatasi penyerapan glukosa ke dalam sel usus melalui inhibisi protein pengangkut glukosa GLUT1, GLUT2 dan SGLT1. • digunakan untuk memperbaiki lonjakan glukosa darah yang terkait dengan makanan glikemik yang tinggi. Asam lemak tak jenuh / Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) • Asam lemak omega-3 adalah lemak tak jenuh ganda rantai panjang yang mengandung ikatan ganda methylene dipisahkan mulai dari atom karbon ketiga dihitung dari metil-terminus. • Secara kuantitatif paling penting rantai panjang n-3 PUFA dalam diet adalah cis-5,8,11,15,17- eicosapentaenoic acid (EPA) dan cis- 4,7,10,13,16,19-docosahexae asam noic (DHA). • Konsumsi EPA dan DHA untuk pencegahan penyakit kardiovaskular. Metode Ekstraksi Senyawa Bioaktif pada Ikan 1. Fish protein hydrolysates (FPH) Untuk mendapatkan Fish protein hydrolysates (FPH) dilakukan ekstraksi, dimana tulang ikan Bahan cincang dikemas dalam kantong plastik (kira-kira 1 kg per unit) dan dikemas dalam vakum. Kemudian disimpan di ruang dingin pada 10°C selama 1 jam. bahan baku cincang yang sudah dikemas vacuum kemudian direndam dengan air hangat selama 20 menit untuk menghangatkan bahan baku hingga 40°C (untuk menghindari denaturasi besar), kemudian disimpan pada suhu stabil selama 5 menit, kemudian bahan disentrifugasi pada 225× g selama 15 menit. Kemudian fraksi minyak dipisahkan dengan pemipaan dan campuran air dan sedimen (material yang dihilangkan lemak) digunakan untuk hidrolisis. Campuran air dan sedimen setelah pemisahan minyak digunakan sebagai bahan baku untuk hidrolisis. Hidrolisis dilakukan dalam bejana kaca tertutup 4L yang ditempatkan dalam penangas air (52°C) dan diaduk dengan impeller (100-150 rpm) untuk memastikan homogenitas campuran selama seluruh hidrolisis. Air suling hangat (sekitar 50°C) (1: 1 dari massa bahan baku) ditambahkan. Hidrolisis enzimatik dimulai ketika suhu campuran telah mencapai 50°C dengan menambahkan enzim dosis 0,1% (b / b campuran bahan baku). Dalam kasus kombinasi enzim, masing-masing enzim ditambahkan pada 0,05% + 0,05% (b / b) campuran bahan baku. Hidrolisis berlangsung selama 120 menit diikuti oleh inaktivasi enzim oleh pemanasan microwave selama 5 menit pada suhu > 90°C. Campuran didinginkan hingga suhu kamar, ditempatkan dalam 50 mL centrifuge tube (NUNCTM) dan disentrifugasi pada 6500× g selama 10 menit. Setelah sentrifugasi, tabung dipasang tegak di freezer (-80? C) dan semua fraksi: minyak, emulsi, protein ikan hidrolisat (FPH) dan sedimen dipisahkan dengan memotong kandungan beku dari tabung. Fraksi FPH dibekukan kering. 2. Minyak Ikan yang Mengandung Omega-3 Metode Ekstraksi Minyak • Metode Pengurangan Basah (Wet Reduction Methods) Dalam metode pengurangan basah, digiling ikan dengan- produk yang sebelumnya dicairkan pada suhu kamar selama 12 jam, 1 L air ditambahkan ke 200 g oleh- produk dan dimasak pada suhu 95 ° C selama 15 menit. Setelah memasak jaringan yang prresured, kemudian, air co-diekstraksi bersama-sama dengan minyak telah dihapus oleh sentrifugasi (Centrikon T- 124, Kontron Instrumen). • Metode Ekstraksi Enzim (EE) Jumlah 1000 g bahan baku digiling dan enzim protease (alkalase) dengan food grade (protease bakteri dari Bacillus licheniformis, Novozyme, Denmark) dan dengan rasio enzim dengan substrat 0,05 ditambahkan ke sampel dan pada suhu 56 ° C dihidrolisis selama 120 menit. Kemudian sentrifugasi dilakukan pada kecepatan 104 g dan suhu 20 ° C selama 10 menit, dan fase hidrofilik dipisahkan APLIKASI Pemanfaatan Senyawa Bioaktif Omega-3 pada Yogurt (Nano-Enkapsulasi Minyak Ikan Pada Nano-Liposom Dan Pengaplikasiannya Pada Fortifikasi Yogurt). a. pH dan Keasaman Penurunan pH paling tajam dalam sampel kontrol dan terendah dalam sampel bentuk bebas (unencapsulated) minyak ikan. Nilai pH utama dalam semua sampel adalah sekitar 4,43, dan pada semua sampel, pH berkurang dari waktu ke waktu mungkin karena transformasi laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri kultur starter. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan keasaman dalam kontrol lebih tinggi dari sampel lain sehingga sampel yang dienkapsulasi hampir lebih stabil selama penyimpanan karena efek perlindungan enkapsulasi. Yogurt yang difortifikasi dengan nanoenkapsulasi minyak ikan memiliki efek yang signifikan pada retensi omega-3 dan asam lemak DHA dan EPA. Retensi maksimum DHA dan EPA setelah 21 hari penyimpanan pada sampel yogurt mengandung nanoenkapsulasi minyak ikan adalah 57% DHA dan 12% EPA . Sedangkan pada sampel yang tidak dienkapsulasi , mengandung 27% DHA dan 6% EPA (menurun 50%). Hal ini disebabkan karena efektivitas proses nano-enkapsulasi dalam nano- liposom memiliki perlindungan yang lebih tinggi terhadap omega-3. Sehingga, penambahan minyak ikan dalam bentuk mikroenkapsulasi untuk produk makanan, adalah salah satu cara terbaik untuk mempertahankan dan meningkatkan stabilitas asam lemak omega 3 dalam formulasi makanan. Nilai peroksida dari minyak yang diekstraksi dari sampel yang mengandung minyak ika yang tidak dienkapsulasi adalah 0,92 (meq / kg) pada hari pertama, dan meningkat menjadi 1,61 (meq / kg) pada hari ke-21. Sedangkan untuk sampel yogurt yang mengandung minyak ikan yang dikemas dengan nano-enkapsulasi memiliki peroksida nilai hampir konstan (PV = 0,6) selama penyimpanan 21 hari. Hal ini sangat jelas bahwa nano-enkapsulasi melindungu asam lemak tak jenuh dengan baik dari faktor faktor seperti oksidasi. Data sensorik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sampel yogurt dalam hal tekstur. Mengenai penerimaan keseluruhan, sebagian besar panelis menyukai kontrol dan sampel yogurt yang difortifikasi minyak ikan dan dikemas nano-enkapsulasi. KESIMPULAN Ikan merupakan salah satu produk hasil laut yang merupakan sumber protein hewani dan mengandung senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai pangan fungsional. Senyawa bioaktif yang terdapat pada ikan diantaranya adalah Fish Protein Hydrolisate (FPH), Flavonoid dan dinicocysteinate kromium, dan minyak ikan yang mengandung omega-3. Omega-3 pada minyak ikan dapat dimanfaatkan sebagai tambahan zat gizipada suatu produk pangan, salah satunya dapat ditambahkan pada Yogurt. Minyak ikan yang ditambahkan pada yogurt menggunakan teknologi nano- enkapsulasi dengan nanoliposom, dimana hal ini bertujuan untuk mengurangi sifat sensorik minyak ikan yang umumnya tidak disukai. Penggunaan teknologi nano-liposom pada fortifikasi yogurt dapat menghasilkan yogurt dengan kandungan omega-3 yang masih terjaga serta sifat sensorik yang disukai.