Anda di halaman 1dari 4

PENGUKURAN STATUS GIZI

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu,
merupakan indeks yang statis dan agresif sifatnya kurang peka untuk melihat terjadinya
perubahan dalam waktu pendek misalnya bulanan. (Supariasa, 2001:18). Status gizi terbaik ialah
kesehatan gizi optimum. Kondisi ini tubuh bebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan tubuh
yang baik sehingga memiliki daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Bila tingkat
konsumsi berlebih akan menimbulkan status gizi lebih (overnutritional state). Pada status gizi ini
tingkat kesehatan lebih rendah walaupun berat badan lebih tinggi dibandingkan dengan berat
badan ideal. Dalam keadaan ini banyak dijumpai penyakit raidovaskuler yang menyerang
jantung dan pembuluh darah, hipertensi, diabetes mellitus dan lain sebagainya. Pada tingkat
overweigth ini kapasitas, efeisiensi kerja dan daya tahan tubuh menurun, sehingga cepat mudah
lelah dan juga mempunyai umur harapan hidup yang lebih pendek. Sedangkan pada tingkat
konsumsi yang kurang akan menimbulkan status gizi kurang atau buruk. Pada status gizi ini
berat badan lebih rendah daripada berat badan ideal dan penyediaan zat-zat gizi bagi jaringan
tidak mencukupi, sehingga menghambat fungsi jaringan tersebut (Sediaoetama, 2000).
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) merupakan
masalah penting. Karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat
mempengaruhi produktivitas kerja. Salah satu cara pemantauan dengan mempertahankan berat
badan yang ideal atau normal (Departemen Kesehatan RI, 1996).
POLA KONSUMSI
Pola konsumsi merupakan gambaran tentang kebiasaan makan suatu masyarakat yang meliputi
kualitas dan jenis makanan utama atau camilan atau jajanan menurut kelompok zat gizi atau
dalam frekuensi makan sehari-hari, mingguan dan bulanan atau makanan yang diistimewakan
atau ditabukan atau dilarang. Keadaan pola konsumsi ini dipengaruhi oleh sosio budaya dan
sosio ekonomi suatau masyarakat. Pada mereka yang mempunyai tingkat sosio ekonomi tinggi
mempunyai pola konsumsi yang berbeda dengan kelas sosio ekonomi rendah.
Status gizi masyarakat atau seseorang tergantung dari tingkat konsumsi , yang ditentukan oleh
kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang
diperlukan tubuh dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain.
Kuantitas menunjukkan kwantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau
susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya,
maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan tubuh yang sebaik-baiknya. (Sediaoetama,
2000).
PSG
PSG = Penilaian status gizi adalah sebuah metode mendeskripsikan kondisi tubuh sebagai
akibat keseimbangan makanan yang dikonsumsi dengan penggunaannya oleh tubuh, yang
biasanya dibandingkan dengan suatu nilai normatif yang ditetapkan. Dalam PSG dibahas
berbagai metode yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan status gizi tersebut.
Dalam penilaian staus gizi dikenal 2 istilah yaitu :

1. Penilaian status gizi dan


2. Pemantauan status gizi
Keduanya sama-sama mendeskripsikan kondisi keseimbangan, namun perbedaan terletak
pada frekuensi pengukuran dan interpretasi hasil ukur. PSG dilakukan pada satu titik waktu dan
hasil yang didapatkan adalah deskripsi status gizi pada satu kali pengukuran tersebut. PSG
biasanya dilakukan untuk mengevaluasi program perbaikan gizi dan dampak sebuah program.
Sementara itu Monitoring Status Gizi adalah pengukuran status gizi yang dilakukan pada 2 titik
waktu atau lebih. Pengamatan diarahkan kepada arah (trend) dari 2 titik waktu tersebut.
Perubahan (naik/turun) status gizi menjadi fokus perhatian. Dengan demikian MSG adalah trend
dari 2 PSG.
Metode PSG bila dikelompokkan terdiri atas :
1. PSG untuk perorangan, dan
2. PSG untuk kelompok / masyarakat
Dipandang dari segi metode, metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
Metode secara langsung :
1. Antropometri
2. Biokimia
3. Klinis
4. BiofisikMetode tidak langsung :
1. Penilaian Konsumsi
2. Analisis Statistik Vita dan Ekologi
3. Indeks Prognostik Rumah Sakit dan Indeks Diagnostik Rumah Sakit
Kali ini yang akan dibahas adalah :
ANTROPOMETRI
Antropometri berasal dari kata anthropos dan logos (bahasa Yunani), yang berarti tubuh
manusia dan ilmu. Artinya PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran
tubuh manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia. Konsep dasar yang harus
dipahami dalam menggunakan antropometri adalah konsep pertumbuhan.
Konsep Dasar Pertumbuhan
Pertumbuhan secara gamblang dapat diartikan terjadinya perubahan sel tubuh dalam 2
bentuk yaitu 1) pertambahan sel dan 2) pembelahan sel, yang secara akumulasi terjadinya
perubahan ukuran tubuh. Jadi pada dasarnya menilai status gizi dengan metode
antropometri adalah menilai pertumbuhan. Hanya saja pertumbuhan dalam pengertian
pertambahan sel memiliki batas waktu tertentu. Para pakar antropometri sepakat bawah
pada umumnya pertumbuhan manusia dalam arti pertambahan sel akan berhenti pada usia
18-20 tahun, walaupun masih ditemukan sebelum 18 pertumbuhan sudah berhenti dan
sebaliknya setelah 20 tahun masih ada kemungkinan pertumbuhan masih berjalan
Makhluk hidup, termasuk manusia makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kebutuhan
tubuh akan makanan dapat dideskripsikan dari tri fungsi makanan itu sendiri yaitu :
1. Sumber Tenaga
2. Pertumbuhan

3. Pemeliharaan
Sebagai sumber tenaga adalah karbohidrat, lemak dan protein, dalam urutan yang
berbeda sebagai sumber energi. Pembakaran 1 gram karbohidrat menghasikan 4,1 kalori,
protein 41 kalori dan lemak 9 kalori per gramnya. Namun lemak bukanlah sumber energi
utama oleh karena untuk metabolisme lemak dibutuhkan kalori yang lebih tinggi untuk
Specifik Dinamyc Action (SDA)nya.
Sebagai sumber zat pembangun adalah Protein, Lemak dan Karbohidrat. Sedangkan
sebagai sumber zat pengatur adalah vitamin dan mineral.
Selain menggunakan konsep dasar pertumbuhan status gizi dapat ditentukan dengan :
Indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB) dan Lingkar lengan atas. Untuk orang
dewasa lebih cocok menggunakan indeks perbandingan berat badan (kg) dengan tinggi
badan (m) kwadrat, yaitu (BB/TB2). Pengukuran status gizi dengan indeks BB/TB
merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini selain itu BB/TB juga
merupakan indeks yang independent terhadap umur (Supariasa, 2001: 58).
1. Indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB)
Cara pengukuran status gizi berdasarkan indeks BB/TB dengan menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT), karena IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan (Supariasa, 2001).
Klasifikasi Kategori IMT:
Kurus : Kekurangan berat badan tingkat berat >18,5 - 25,0
Gemuk : Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 - 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
2. LILA
Calon ibu harus sehat dan fit untuk hamil. Tentu saja, pertambahan berat badan selama
hamil harus dipantau cermat. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui status
gizi ibu hamil adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA
biasanya dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamil untuk
memprediksi adanya kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis atau sudah
terjadi dalam waktu lama.
Ukuran LILA berkaitan erat dengan berat badan ibu selama hamil mulai trimester I
sampai trimester III. Kelebihannya jika dibandingkan dengan ukuran berat badan, ukuran
LILA lebih menggambarkan keadaan atau status gizi ibu hamil sendiri. Seperti kita tahu,
berat badan selama kehamilan merupakan berat badan komulatif antara pertambahan
berat organ tubuh dan volume darah ibu serta berat janin yang dikandungnya. Kita tidak
tahu pasti apakah pertambahan berat badan ibu selama hamil itu berasal dari pertambahan
berat badan ibu, janin, atau keduanya.
Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai
lengan atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status
gizi ibu hamil daripada berat badan.
Mudah dan praktis. Mengingat kelebihan tersebut, pengukuran LILA sangat dianjurkan
pada pemeriksaan kehamilan. Apalagi, alat yang digunakan lebih ringan dibandingkan
timbangan, dan mudah dibawa kemana-mana. Pengukuran LILA dilakukan dengan
melingkarkan pita LILA sepanjang 33 cm, atau meteran kain dengan ketelitian 1 desimal
(0,1 cm). Saat dilakukan pengukuran, ibu hamil pada posisi berdiri dan dilakukan pada

titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku lengan kiri, jika ibu hamil yang
bersangkutan tidak kidal.
Sebaliknya jika dia kidal, pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal ini dilakukan
untuk memperkecil bias yang terjadi, karena adanya pembesaran otot akibat aktivitas,
bukan karena penimbunan lemak. Demikian juga jika lengan kiri lumpuh, pengukuran
dilakukan pada lengan kanan.
Tanpa mengabaikan faktor-faktor kesehatan kehamilan yang lain, dengan mengetahui
bahwa status gizinya baik, ibu hamil yang bersangkutan berpeluang besar untuk
melahirkan bayi yang sehat dan normal. Jika kebetulan diketahui status gizi ibu hamil
tidak baik, biasanya dokter atau petugas kesehatan lainnya akan segera melakukan
tindakan yang tepat untuk menanganinya.
Pengukuran LILA dapat digunakan untuk deteksi dini dan menapis resiko bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR). Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan
Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai berikut :
1. Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibu hamil kurang, misalnya kemungkinan
mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan beresiko lebih tinggi
melahirkan bayi BBLR.
2. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibu hamil baik, dan resiko
melahirkan bayi BBLR lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai