Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK PADA GANGGUAN KEBUTUHAN


NUTRISI

Kelompok 9

Feby Febriana Djoni 105111104521


Helma Ramadhani 105111103221
Siti Nur Atikah 105111102221
Rahmawati 105111101121

PRODI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah subhanahu wa ta`ala yang


telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul Keperawatan Medical Bedah I
Prosedur Pemeriksaan Fisik Pada Gangguan Kebutuhan Nutrisi.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Medical Bedah I. Selanjutnya, kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu Sitti Maryam Bachtiar, S.Kep,Ns.,M.Kep. sebagai dosen mata kuliah
Keperawatan Medical Bedah I yang telah banyak memberi bantuan dengan arahan
dan petunjuk yang jelas sehingga mempermudah kami menyelesaikan tugas ini.

Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan yang telah


mendukung selesainya makalah ini tepat waktu. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat terbuka pada kritik dan
saran yang membangun sehingga makalah ini bisa lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Makassar, 28 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
A. Pengukuran Antropometri ............................................................................ 6
B. Pemeriksaan Saluran Cerna Pada Abdomen (Endoskopi) ......................... 13
C. Pemeriksaan Disfagia ................................................................................. 17
D. Pemeriksaan Bising Usus ........................................................................... 19
BAB III ................................................................................................................. 24
PENUTUP ............................................................................................................. 24
A. Kesimpulan ................................................................................................ 24
B. Saran........................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nutrisi adalah zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung,
aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit.
Nutrisi memegang peranan penting dalam memelihara kesehatan
dan menambah daya tahan tubuh terhadap penyakit serta membantu proses
penyembuhan penyakit. Seorang pasien yang kebutuhan nutrisinya
terpenuhi lebih dapat mempertahankan status kesehatannya dan memiliki
kecenderungan proses penyembuhan penyakit lebih baik. Sebaliknya
seorang pasien yang mengalami kekurangan nutrisi sangat rentan terhadap
berbagai penyakit.
Apabila kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi, maka akan terjadi
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Secara umum, gangguan
kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas,
malnutrisi, diabetes mellitus, hipertensi, jantung coroner, kanker, dan
anoreksia nervosa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik antropometri ?
2. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik endoskopi ?
3. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik disfagia ?
4. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik bising usus ?

4
C. Tujuan
1. Mengetahui prosedur pemeriksaan fisik antropometri
2. Mengetahui prosedur pemeriksaan fisik endoskopi
3. Mengetahui prosedur pemeriksaan fisik disfagia
4. Mengetahui prosedur pemeriksaan fisik bising usus

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengukuran Antropometri
Dasar Teori
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh.
Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (Supariasa, dkk, 2001).
Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah
menjadi prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik.. Berikut
ukuran antropometri:
1. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein,
lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat badan seseorang sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur, jenis kelamin,
aktifitas fisik, dan keturunan (Supariasa, 2001). Berat badan
merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan
gambaran masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif
terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena
terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan menurunnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. Maka BB merupakan ukuran
antropometri yang sangat labil (Reksodikusumo, dkk, 1989). Dalam
keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi terjamin, berat
badan mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan

6
abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat
berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
2. Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi
yang telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui
dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua
yang penting,karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi
badan, faktor umur bisa dikesampingkan. Tinggi badan merupakan
antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat
badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam
waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru
akan tampak pada saat yang cukup lama. Tinggi badan merupakan
ukuran tubuh yang menggambarkan pertumbuhan rangka. Dalam
penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama
halnya dengan berat badan (Supariasa, 2001)
3. IMT (Indeks Masa Tubuh)
Menggunakan Berat Badan dan Tinggi badan
Kategori IMT (kg/m2)
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
Normal 18,50 – 24,99
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,00
Rumus IMT
IMT = BB (kg) : Kuadrat TB (m)
4. Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Nilai normal adalah 23,5 cm
LiLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia < 23,5 cm

7
5. Pengukuran Lingkar Perut
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat
berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes
melitus, yang akhir-akhir ini juga erat hubungannya dengan
kejadian sindroma metabolik. Nilai normal pengukuran lingkar perut
di Indonesia. Baik Obesitas sentral
Laki-laki 90 > 90
Perempuan 80 > 80

PROSEDUR PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI

A. PENIMBANGAN BERAT BADAN

1. PERSIAPAN
a. Letakkan timbangan di tempat yang datar
b. Pastikan posisi bandul pada angka nol dan jarum dalam
keadaan seimbang
c. Jelaskan prosedur penimbangan kepada pasien
d. Pasien yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki dan
jaket serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci,
dll
2. PROSEDUR PENIMBANGAN
a. Posisikan pasien di atas timbangan
b. Geser bandul sesuai berat pasien sampai posisi jarum
seimbang.
c. Perhatikan posisi kaki pasien tepat di tengah alat timbang,
tidak menumpu pada salah satu kaki, sikap tenang (JANGAN
BERGERAK-GERAK) dan kepala tidak menunduk
(memandang lurus ke depan)
d. Baca dan catat berat badan pada status e. Minta pasien turun

8
dari alat

B. PENGUKURAN TINGGI BADAN

1. PERSIAPAN ( CARA MEMASANG MICROTOISE)


1. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang
microtoise di dinding agar tegak lurus.
2. Letakan alat pengukur di lantai yang DATAR tidak jauh dari
bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan
ada lekukan atau tonjolan (rata).
3. Tarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan
benang berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka
pada jendela baca atas microtoise.
4. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi
perekat pada posisisekitar 10 cm dari bagian atas microtoise.
2. PROSEDUR PENGUKURAN TINGGI BADAN
1. Minta pasien melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi
(penutup kepala) dan asesori lain yang bisa mempengaruhi
hasil pengukuran.
2. Pastikan alat geser berada di posisi atas.
3. Pasien diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
4. Posisi kepala dan bahu bagian belakang (punggung), pantat,
betis dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise
dipasang.
5. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung
bebas.
6. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala
pasien. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala
pasien. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus
tetap menempel pada dinding.
7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang

9
lebih besar(ke bawah) Pembacaan dilakukan tepat di depan
angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata petugas.
8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur
harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.
9. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka
dibelakang koma (0,1 cm). Contoh 157,3 cm; 160,0 cm; 163,9
cm.

C. PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA)

1. PERSIAPAN
1. Pastikan pita LiLA tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak
sobek
2. Jika lengan pasien > 33cm, gunakan meteran kain
3. Sebelum pengukuran, dengan sopan minta izin kepada pasien
bahwa petugas akan menyingsingkan baju lengan kiri pasien
sampai pangkal bahu. Bila pasien keberatan, minta izin

10
pengukuran dilakukan di dalam ruangan yang tertutup.
4. Pasien diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak
memegang apapun serta otot lengan tidak tegang
5. Baju pada lengan kiri (lengan yang kurang dominan)
disingsingkan ke atas sampai pangkal bahu terlihat atau lengan
bagian atas tidak tertutup.

2. PENGUKURAN
1. Tentukan posisi pangkal bahu.
2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan
telapak tangan ke arah perut.
3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
dengan menggunakan pita LiLA atau meteran (Lihat Gambar),
dan beri tanda dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan
sopan minta izin kepada pasien). Bila menggunakan pita LiLA
perhatikan titik nolnya.
4. Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan
pasien sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan
siku).
5. Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA.
6. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA
(kearah angka yang lebih besar).

11
D. PENGUKURAN PANJANG TUNGKAI
1. Persiapan Alat
a. Menyiapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan
b. Menyiapkan alat pengukuran antropometri
c. Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran antropometri
Persiapan terapis
a. Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran
b. Melepas semua perhiasan/asesoris yang ada di bagian tubuh
yang akan diukur
c. Memakai pakaian yang bersih dan rapi.
Persiapan pasien
a. Mengatur posisi pasien yang nyaman, segmen tubuh yang
diperiksa mudah dijangkau pemeriksa.
b. Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian, tetapi
secara umum pasien masih berpakaian sesuai dengan

12
kesopanan.
2. Pengukuran Panjang Segmental
a. Posisi terlentang
b. Gunakan titik tubuh untuk dijadikan patokan

True Length (TL) ukur tungkai dari SIAS ke Maleolus Medialis


dengan melalui patella.
Bone Legth (BL) ukur dari Trochanter Mayor ke Tuberositas
Tibia Apperence Legth (AL) ukur dari umbilicus ke maleolus
lateralis melalui patella

B. Pemeriksaan Saluran Cerna Pada Abdomen (Endoskopi)


Pengertian
Tindakan pengamatan secara langsung pada saluran cerna bagian atas
(mulai dari esophagus, gaster dan duodenum) dengan memasukkan alat
untuk melihat Kelainan atau penyakit.
Tujuan
1) Diagnostic
Untuk melihat atau mengetahui adanya kelainan saluran cerna bagian
atas yakni dengan melihat saluran mukosa dan lumen apakah ada lesi-
lesi erosi atau perdarahan, polip dan tumor.
2) Terapeutik
a. Untuk polipektomi yaitu pengambilan jaringan polip.
b. Sklerotherapi esophagus
c. Ligasi varises esophagus
d. Pengambilan benda asing

13
A. Persiapan

1) Persiapan mental/psikologis
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang
tujuan , manfaat prosedur dan resiko kemungkinan yg akan terjadi
2) Persiapan fisik
Puasa makan 6-8 jam sebelum pemeriksaan
Boleh minum air putih dan puasa 10-12 jam sebelum
pemeriksaan. Pasien usia 40 tahun keatas periksa EKG
3) Persiapan administrasi
Pasien atau keluarga harus menandatangani surat persetujuan
tindakan (informed consent)
Surat konsul dari dokter pribadi yang merawat pasien tersebut
kepada dokter konsulen endoskopi.
Menjelaskan perihal administrasi
4) Persiapan alat
Sebelum dipergunakan, alat-alat harus diperiksa terlebih dahulu.
1. Gastrointestinal video scope
2. Video system center

3. Light source

4. Monitor

5. Water countainer

6. Suction pump

7. Biopsy forcep

8. Brushing

9. Mouth piece

10. Patient monitor

14
11. Handscoon

12. Masker

13. Alcohol swab

14. Mitella

15. Washlap

16. Pot berisi formalin 10%

17. Kom 2 buah (untuk desinfektan dan air bersih)

18. 18 O2 dan selang O2

19. Formulir informed consent

20. Formulir laporan tindakan

21. Formulir pemeriksaan patologi

22. Bengkok dan tissue

23. Resusitasi kit.

5) Persiapan obat-obatan
1. Midazolam

2. Sulfa atropine

3. Buscopan

4. Obat-obat emergency: adrenalin, kalmethason, antihistamin.

5. Xylocain jelly 2%

6. Xylocain spray 10%

7. Spuit 3 cc, spuit 5cc dan spuit 50cc

15
8. Surfl

B. Prosedur
1. Menerima pasien rawat jalan / ranap
2. Memberi penjeasan kepada pasien tentang pelaksanaan
gastroscopy
3. Serah terima dengan perawat ruangan untuk pasien rawat inap
4. Mencatat data pasien ke formulir pemeriksaan
5. Memindahkan/membaringkan pasien ke tempat tidur pemeriksaan
6. Mengukur ttv
7. Mencuci tangan
8. Memasang surflo w
9. Menyiapkan ct scan / foto OMD ke light box jika ada
10. Menghubungkan / memasang gastro intestinal video skop ke light
source, video system center,printer,keyboard water continer dan
suction pump
11. Menyemprotkan xylocain spray 10 % ke dalam oropharing untuk
naastesi local, pada waktu di semprotkan pasien di minta tahan
nafas agar gas anastesi tidak masuk ke saluran pernafasan
12. Memberikan premedikasi sesuai program ( anastesi )
13. Memasang mouth face kedalam mulut pasien
14. Menbantu pasien untuk miring ke kiri dan meletakan mitella di
bawah dagu pasien
15. Memasang O2 dan monitor
16. Menbantu dokter untuk memasukan gastro intestinal video skop
melalui mulut, Esofagus lambung sampai duodenum, selama
pemeriksaan perawat membantu memegang skop agar tidak
terlepas
17. Memperhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, saturasi

16
oksigen, penghisapan sekresi di mulut, dan menahan mouth piece
jangan sampe terlepas
18. Mengambil foto pada bagian tertentu
19. Mengambil jaringan melalui biopsy /clotest bila diperlukan
20. untuk di bawa kebagian patologi
21. Mengeluarkan alat bila telah selesai pemeriksaan
22. Merapikan pasien
23. Mengobservasitanda-tanda vital
24. Merapikan dan membersikan alat
25. Mencuci tangan
26. Membuat label nama pasien di botol pemeriksaan
27. Serah terima pasien dengan perawat ruangan
28. Mencatat hasil pemeriksaan ke buku registrasi
29. merendam mencuci, menstrerilkan dan mengeringkan alat
30. Mengetik hasil ke mediviw
31. Membuat billing pasin

C. Pemeriksaan Disfagia
1. Defenisi
Disfagia adalah kesulitan menelan. Kondisi ini membuat proses
penyaluran makanan atau minuman dari mulut ke lambung menjadi
lebih sulit karena membutuhkan usaha lebih besar dan waktu lebih
lama.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk menilai ada tidaknya
disfagia adalah dengan mengobservasi pasien saat menelan makanan
dan minuman. Hal ini dapat dilakukan dengan Bedside Swallowing
Evaluation (BSE) atau Water Swallow Test (WST).
1) Bedside Swallowing Evaluation (BSE)

17
Bedside Swallowing Evaluation (BSE) merupakan pemeriksaan
kemampuan pasien untuk menelan beberapa jenis makanan dan
minuman dengan konsistensi yang berbeda. Setelah proses
menelan, kondisi pasien akan dinilai berdasarkan ada tidaknya
gejala aspirasi, seperti batuk atau tersedak, berdeham terus
menerus sebagai upaya membersihkan kerongkongan, perubahan
kualitas suara, serta perubahan suara napas seperti munculnya
stridor.
2) Water Swallow Test (WST)
Water Swallow Test (WST) dilakukan dengan meminta pasien
untuk minum 30 ml air dalam posisi duduk tegak. Hasil
pemeriksaan dapat dikategorikan sebagai berikut:
- Kategori 1: Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam 1
tegukan tanpa tersedak
- Kategori 2: Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam
lebih dari 1 tegukan tanpa tersedak
- Kategori 3: Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam 1
tegukan, tetapi dengan tersedak
- Kategori 4: Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam
lebih dari 1 tegukan, tetapi dengan tersedak
- Kategori 5: Pasien tersedak dan tidak mampu menghabiskan
minumannya

Interpretasi hasil pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

- Pasien normal jika tergolong kategori nomor 1 dan mampu


menyelesaikan pemeriksaan dalam waktu 5 detik
- Pasien dicurigai mengalami disfagia jika tergolong nomor 1
dan menyelesaikan pemeriksaan dalam waktu lebih dari 5
detik, atau tergolong nomor 2
- Pasien mengalami disfagia jika tergolong kategori nomor 3
sampai 5

18
3. Pemeriksaan Lain
Selain pemeriksaan untuk menilai adanya disfagia, penting untuk
dilakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk mencari etiologi yang
mendasarinya. Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan adalah
pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan rongga mulut, serta
pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan neurologis meliputi
pemeriksaan nervus kranialis, mencari tanda-tanda kelemahan
anggota gerak, disarthria, tremor, serta gangguan fungsi kognitif.

D. Pemeriksaan Bising Usus


Konsep Teori
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
Pemeriksaan ini berbeda dengan tahapan pemeriksaan pada organ lain.
Auskultasi dilakukan terlebih dahulu sebelum palpasi dan perkusi, agar
hasil pemeriksaan lebih akurat karena belum dilakukan manipulasi pada
abdomen. Pembagian topografi abdomen dapat di amati pada gambar
dibawah ini :

19
PROSEDUR PEMERIKSAAN BISING USUS

No. TINDAKAN
1. PERSIAPAN
Persiapan alat :
1. Stetoskop
2. Bak instrumen
3. Sarung tangan/handscoen
4. Kassa steril
5. Selimut
6. Tissue
7. Bullpen
8. Bengkok
9. Lembar dokumentasi
Persiapan perawat :
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
4. Informed consent
Persiapan lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
Persiapan klien :
Atur posisi klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan.
2. PELAKSANAAN
1. Mengucapkan Basmallah
2. Perawat mencuci tangan
3. Meletakkan alat di dekat klien
4. Memakai handscoen

20
3. INSPEKSI
1. Posisikan pasien supine (telentang) dengan nyaman
2. Buka baju pasien,bantu/minta pasien untuk turunkan celana hingga
simfisis
3. Tutup dada dan daerah simfisis pasien menunakan selimut
4. Amati permukaan abdomen (rata, abdominal frog, scapoid/cekung)
kesimetrisan abdomen, kulit (warna, lesi, penyebaran pembuluh
darah vena), gerakan dinding abdomen (gelombang peristaltik,
pulsasi), umbilikus, pembesaran organ, massa
AUSKULTASI
1) Mendengarkan Peristaltik Usus
1. Letakkan diafragma stetoskop pada kuadran kiri bawah dinding
abdomen (sesuaikan dengan gambar) pada abdomen pasien
2. Dengarkan suara peristaltik usus, hitung selama 1 menit
- Normal dewasa : 5 – 35x/menit
- Normal anak : 5 – 15 x/menit
2) Mendengarkan Suara Pembuluh Darah
Letakkan diafragma stetoskop, dengarkan bising yang muncul
Misalnya “bruit” hepatik terdengar pada karsinoma hepar

PALPASI
1. Lakukan palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke dalam
(jika pasien mengeluhkan nyeri, sebaiknya diperiksa paling akhir)
2. Jika dinding abdomen tegang, minta pasien untuk menekuk lutut.
Tekan daerah muskulus rectus abdominalis, minta pasien nafas
dalam (muskulus rectus relaksasi maka ada spasme volunter, jika

21
kontraksi/kaku maka itu spasme sejati)
1) PALPASI BIMANUAL
(dilakukan dengan 2 tangan, untuk memeriksa organ dalam)
Letakkan tangan kiri di pinggang kanan atau kiri pasien, dan
tangan kanan pada bagian depan dinding abdomen
2) PEMERIKSAAN BALLOTTEMENT
memberikan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen dan
dengan cepat tangan ditarik kembali
3. Amati gerakan/pantulan abdomen (cairan asites akan berpindah
untuk sementara sehingga massa yang membesar dalam rongga
abdomen dapat terasa saat memantul)
4. Letakkan satu tangan pada satu sisi perut pasien
5. Tangan yang lain mendorong/menekan sisi perut yang berlawanan
6. Rasakan adanya tekanan gelombang cairan pada tangan pertama

PERKUSI
1. Tentukan bagian abdomen yang akan dilakukan perkusi
2. Tempatkan telapak tangan kiri pada bagian yang akan di perkusi.
3. Lakukan perkusi sesuai urutan gambar di bawah ini.

4. Ketuk punggung jari telunjuk/tengah tangan kiri dengan jari


telunjuk/tengah tangan kanan
5. Dengarkan suara yang ditimbulkan (perkusi abdomen normal adalah
timpani, hati berbunyi redup/dullness)
4. PEMERIKSAAN SHIFTING DULLNESS

22
1. Miringkan pasien ke kanan
2. Perkusi abdomen bagian atas dan bawah (atas terdengan timpani,
bawah redup)
3. Miringkan pasien pada sisi yang berlawanan (akan terdengar yang
semula redup akan berubah menjadi timpani)
4. Rapikan alat-alat yang telah digunakan
5. Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien
6. Perawat mengucapkan “Hamdallah” kemudian menyampaikan
informasi hasil pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan
mengkomunikasikan tindakan sudah selesai.
7. Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan
8. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan
merapikan baju Klien
5. EVALUASI
• Klien bersih, rapi dan nyaman
• Tempat tidur rapi
• Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi
• Perawat mampu menyimpulkan apakah ada pembesaran organ
dalam, berapa suara bising usus klien, dll

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan
dengankesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses proses dalam
tubuhmanusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari
lingkunganhidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas pentingdalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat
dikatakan sebagaiilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung, aksi reaksidan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit.
Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain
dandapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain.
Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan
tubuh,mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian
sel yangrusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh
manusia, makaakan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.

B. Saran
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting
untukdiupayakan. Upaya untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi
dapatdilakukan dengan cara makan-makanan dengan gizi seimbang
dengan diimbangi keadaan hidup bersih untuk setiap individu. Hal tersebut
harusdilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh manusia
bisaterserang penyakit akibat imune tubuh yang menurun.

24
DAFTAR PUSTAKA

Jonathan, d. E. (2020, juni 29). Disfagia, Kondisi Sulit Menelan. Retrieved


november 29, 2022, from Link.sehat:
https://linksehat.com/artikel/disfagia-kondisi-sulit-menelan

Lestari, D. A. (2021, januari 31). Pemeriksaan Bising Usus Normal. Retrieved


november 29, 2022, from hello.sehat:
https://hellosehat.com/pencernaan/pencernaan-lainnya/bising-usus-normal/

sandy, r. (2018, oktober 26). endoskopi. Retrieved november 29, 2022, from
scribd: https://www.scribd.com/document/391665785/MAKALAH-
ENDOSKOPI

Unhas. (2016, desember 21). PENGUKURAN ANTROPOMETRI DASAR TEORI.


Retrieved november 29, 2022, from med.unhas.ac.id:
https://med.unhas.ac.id/fisioterapi/wp-
content/uploads/2016/12/PENGUKURAN-ANTROPOMETRI.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai